• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN WAKAF SAHAM PT PHILLIP SEKURITAS INDONSEIA DAN IMPLIKASI HUKUM DE-LISTING BAGI NAZHIR. SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGELOLAAN WAKAF SAHAM PT PHILLIP SEKURITAS INDONSEIA DAN IMPLIKASI HUKUM DE-LISTING BAGI NAZHIR. SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN WAKAF SAHAM PT PHILLIP SEKURITAS INDONSEIA DAN IMPLIKASI HUKUM DE-LISTING BAGI NAZHIR

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh

Aziiz Barianto Nim: 11140460000139

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

PENGELOLAAN WAKAF SAHAM PT PHILLIP SEKURITAS INDONSEIA DAN IMPLIKASI HUKUM DE-LISTING BAGI NAZHIR

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh Aziiz Barianto Nim: 11140460000139

Dibawah Bimbingan Pembimbing

Ahmad Chairul Hadi, M.A NIP: 197205312007101002

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442 H/2021 M

(3)

iii

(4)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Aziiz Barianto

NIM : 11140460000139

Prodi : Hukum Ekonomi Syariah Fakultas : Syariah dan Hukum Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya, diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian harin terbukti bahwa karya ini bukan karya saya atau merupakan jiplakan orang lain, maka Saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 09 Juli 2021

(5)

v

ABSTRAK

Aziiz Barianto. NIM 11140460000139, PENGELOLAAN WAKAF SAHAM PT PHILLIP SEKURITAS INDONSEIA DAN IMPLIKASI HUKUM DE-LISTING BAGI NAZHI Program Studi Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1442 H/2021 M. Ix 63 halaman.

Studi ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana pertanggungjawaban

nazhir apabila Portofolio wakaf saham Perusahaan PT Phillip Sekuritas Indonesia

de-listing serta mengalami kerugian dan Bagaimana Pengawasan wakaf saham perusahaan bila nazhir wakaf saham Perusahaan PT Phillip Sekuritas Indonesia berbadan hukum.

Studi ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan penelitian normatif empiris sehingga penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data dan melihat kenyataan yang ada dalam praktik di lapangan tempat penelitian dilakukan yaitu pada PT Phillip Sekuritas Indonesia serta menggunakan penelitian kepustakaan dan pendekatan wawancara dengan menganalisis pelaksanaan wakaf saham di PT Phillip Sekuritas Indonesia. Analisis dan identifikasi data yang didapatkan disandingkan dengan regulasi hukum Islam di Indonesia yaitu fatwa-fatwa DSN-MUI terkait akad-akad yang digunakan.

Adapun penemuan penulis terkait Secara prinsip dan pelaksanaan mengacu kepada pasal 57 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.04/2019 tentang Penerbitan dan Persyaratan Reksa Dana Syariah. Yakni, nazhir harus melakukan istibdal paling lambat 10 (hari) kerja setelah saham yang menjadi

mauquf bih dinyatakan tidak lagi memenuhi kriteria saham syariah. Kemudian

apabila terjadi kerugian pada potofolio wakaf saham yang disebabkan karena kesalahan nazhir karena kurangnya prinsip kehati-hatian maka nazhir dapat diminta pertanggungjawaban sesuai dengan tanggungjawab yang didasarkan pada kesalahan (based on fault).

Kegiatan pengawasan dalam pengelolaan portofolio saham yang diwakafkan dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bekerjasama dengan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Terkait dengan teknis pengawasan tersebut dimana OJK dan DSN-MUI secara berkala melakukan peninjauan saham-saham yang sesuai dengan kriteria syariah dimana dihimpun dalam Daftar Efek Syariah (DES). Dan pengawasan pengelolaan wakaf (Nazhir) berdasarkan Undang-undang wakaf menyebutkan nazhir memperoleh pembinaan apabila terdaftar pada menteri dan Badan Wakaf Indonesia menurut Peraturan Menteri Agama Nomor 73 Tahun 2013 tentang Tata Cara Perwakafan Benda Tidak Bergerak dan Benda Bergerak Selain Uang.

Kata Kunci: Wakaf, Wakaf Saham, De-Listing, PT Phillip Sekuritas Indonesia Pembimbing : Ahmad Chairul Hadi, M.A.

(6)

KATA PENGANTAR ْي ِحَّرلا ِنَمْحَّرلا ِ هاللّ ِمْسِب

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah melimpah curahkan nikmat rohani dan jasmani kepada kami semua. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW karena dengan Rahmat dan syafaatnya sampai saat ini kami dapat menimba ilmu yang sangat bermanfaat.

Dengan rahmat dan hidayah serta pertolongan dari Allah SWT, Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah Saya dalam bentuk skripsi dengan Judul “Pengelolaan Wakaf Saham dan Perusahaan De-Listing dalam Kontek Hukum di Indoneisa Studi Kasus (PT Phillip Sekuritas Indonesia).”

Dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali tantangan yang peneliti hadapi namun semua itu selesai karena banyaknya motivasi dan do’a dari para pihak, untuk itu perkenankan saya mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada para pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, kepada yang terhormat :

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag., S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. A.M.Hasan Ali, M.A. dan Dr. Abdurrauf, Lc., M.A. Ketua dan Sekretaris Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Abdurrauf, Lc. M. A. Pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan motivasi, arahan, dan saran-saran serta banyak meluangkan waktu untuk mengoreksi tulisan penulis agar lebih baik.

4. Zainal Falah, Selaku Vice President POEMS Syariah. yang telah bersedia untuk menjadi narasumber wawancara guna membantu peneliti untuk mendapatkan sumber informasi di PT Phillip Sekuritas Indonesia dengan tangan terbukanya.

(7)

vii

5. Pimpinan perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan Pimpinan perpustakaan pusat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberi fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan.

6. Terkhusus Kepada Keluarga Orang Tua yang selalu memanjatkan doa dan harapan untuk penulis tiada hentinya serta kakak dan adik penulis.

7. Juga kepada lingungan pertemanan Keluarga Besar HMI Komfaksy, Native C, Wacaners, KS dan Marjinskuy tempat mengisi hari-hari akhir masa perkuliahan.

Kepada semua pihak yang telah banyak terlibat dalam menyalurkan ilmu pengetahuan, pengalaman, dukungan, serta do’a. Peneliti ucapkan terimakasih banyak dan mohon maaf jika dalam penulisan ini ada kesalahan ataupun ada pihak yang dirugikan. Untuk itu kritik dan saran selalu terbuka untuk pembaca.

Semoga Allah selalu memberikan yang terbaik kepada kaumnya yang selalu memberikan bantuan kepada sesama.

Aamiin

Jakarta, 9 Juli 2021

(8)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4 C. Pembatasan Masalah ... 5 D. Rumusan Masalah ... 5 E. Tujuan Penelitian ... 5 F. Manfaat Penelitian ... 6 G. Metode Penelitian ... 6

H. Rancangan Sistematika Penulisan ... 9

BAB II WAKAF SAHAM DALAM KONTEK HUKUM DI INDONESIA A. Kerangka Teori ... 11

1. Teori Hukum ... 11

2. Konsep Wakaf ... 12

a. Pengertian Wakaf ... 12

b. Dasar Hukum Wakaf ... 19

c. Rukun dan Syarat ... 21

d. Macam-Macam Wakaf ... 25

B. Kerangka Konseptual ... 27

C. Studi (Review) Terdahulu ... 27

BAB III GAMBARAN UMUM WAKAF SAHAM DI PT PHILLIP SEKURITAS INDONESIA

(9)

ix

A. Gambaran Singkat PT Phillip Sekuritas Indonesia .. 31

1. Sejarah Berdirinya PT Phillip Sekuritas Indonesia ... 31

2. Fungsi dan Kebijakan Manajemen Resiko ... 31

3. Tugas dan Tanggung Jawab ... 32

B. Pengertian Wakaf Tunai ... 33

C. Wakaf Saham ... 34

D. Mekanisme Pengelolaan Wakaf Saham ... 36

E. Regulasi Terkait Wakaf Saham ... 37

BAB IV ANALISIS PERTANGGUNG JAWABAN DAN PENGAWASAN WAKAF SAHAM DI PT PHILLIP SEKURITAS INDONESIA A. Pertanggung Jawaban Pengelola Wakaf (Nazhir) Apabila Portofolio Wakaf Saham Mengalami Kerugian di PT Phillip Sekuritas Indonesia ... 39

1. Rukun dan Syarat Wakaf dan Penerapannya dalam Wakaf Saham ... 39

2. Konsep Objek Hukum Wakaf Klasik terhadap Saham sebagai Objek Wakaf ... 41

B. Pengawasan Terhadap Nazhir Wakaf Berbadan Hukum ... 51

BAB V PENUTUP 1. Simpulan ... 55

2. Rekomendasi ... 56

(10)

DAFTAR GAMBAR

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Filantropi adalah kedermawanan sosial yang terprogram dan ditujukan untuk pengentasan masalah sosial dalam jangka panjang.1 Umat muslim harus memberikan perhatian khusus pada filantropi. Terutama terkait penyesuaaian terhadap perkembangan dan tantangan zaman. Filantropi Islam sebagai salah satu pilar agama haruslah menjadi yang terdepan bagi umat lainnya. sebagaimana dikatakan dalam sebuah hadis “Islam itu tinggi dan tidak ada yang

lebih tinggi darinya.” (H.R. Ad-Daruquthni dan al-Baihaqi). Salah satu

filantropi yang memiliki potensi cukup besar dalam konsep pemberdayaan ekonomi kerakyatan yakni wakaf. Hal tersebut berbanding lurus dengan ungkapan Badan Wakaf Indonesia (BWI) bahwa wakaf memiliki potensi besar menjadi salah satu instrumen dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, yakni dengan potensi mencapai Rp. 40,5-75 triliun per tahunnya.2

Di Indonesia perwakafan pernah diatur dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria dan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977 Tentang Perwakafan Tanah Milik. Sementara saat ini kita telah memiliki Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, yang mana di dalamnya juga diatur pelaksanaan wakaf baik berupa benda bergerak seperti uang, logam dan lain-lain serta benda tidak bergerak seperti tanah. Yang bertujuan memanfaatkan harta benda wakaf sesuai dengan fungsinya sekaligus mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan memajukan kesejahteraan umum.3 Sangat sesuai sudah

1 Fitra Rizal, Haniatul Mukaromah, “Filantropi Islam Solusi atas Masalah Kemiskinan

Akibat Pandemi Covid-19”, Al-Manhaj: Jurnal hukum dan Pranata Sosial Islam, Vol. 3 (1), (2021) 35-36, h. 41.

2 Muhammad Wildan, “Wakaf Miliki Peran Besar dalam Pembangunan, Ini

Penjelasannya”, https://ekonomi.bisnis.com/read/20190725/9/1128809/wakaf-miliki-peran-besar-dalam-pembangunan-ini-penjelasannya, diakses pada tanggal 22 Juni 2021 22.03 WIB.

3 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia,

(12)

dengan salah satu upaya Indonesia yang ada didalam pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 yakni memajukan kesejahteraan umum. Penggalian potensi dan perkembangan dibidang pemberdayaan ekonomi kemasyarakatan di Indonesia tersebut terus bergulir sampai detik ini dengan adanya aturan-aturan yang sesuai dengan perkembangan zaman

Dalam perkembangannya wakaf tidak hanya berbentuk pada barang yang tetap semisal tanah maupun bangunan. Namun kini, wakaf juga banyak dilakukan pada benda bergerak contohnya uang dan surat berharga. Wakaf uang (cash waqf) sudah cukup lama diaplikasikan di beberapa negara contohnya Malaysia, Bangladesh, Mesir, Kuwait, dan negara-negara lainnya yang berada di Timur Tengah.4

Dalam praktiknya penerapan prinsip syariah pada industri pasar modal terkhusus saham yang diterbitkan oleh masing-masing perusahaan ini berdasarkan instrumen saham. Saham merupakan bukti sertifikat yang menunjukkan kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan serta aktiva perusahaan. Harga suatu saham akan cenderung naik jika suatu saham mengalami kelebihan penawaran.5

Dewan Syariah Nasional (DSN) mendefinisikan Saham Syariah yakni bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang memenuhi kriteria dan tidak bertentangan dengan syariat Islam, serta tidak termasuk saham yang memiliki hak-hak istimewa. Pada tanggal 8 Agustus 2019, Bursa Efek Indonesia (BEI) memberikan terobosan pada ranah filantropi Islam dengan meluncurkan instrumen wakaf baru yakni Wakaf Saham.6 Program ini merupakan bentuk kerjasama antara BEI, perusahaan sekuritas yang telah memiliki Sharia Online Trading System (SOTS), dan Nazir Wakaf di Indonesia. Salah satu perusahaan

4 M.E. Burhanudin, “Status Wakaf Saham Pada Emiten yang Keluar dari Daftar Efek Syariah”, vol. 12 no.1, (Bandung: Al-Awqaf ; Jurnal Wakaf dan Ekonomi Islam h.72-85, 2019),

h.73.

5 Khaerul Umam, Pasar Modal Syariah dan Praktik Pasar Modal Syaria, Pustaka Setia.

Bandung, 2013, h.33.

6 Ed. Ari Nursanti, “Global Wakaf Luncurkan Layanan Wakaf Saham di BEI”, diakses dari

https://www.pikiran-rakyat.com/advertorial/pr-01317226/global-wakaf-luncurkan-layanan-wakaf-saham-di-bei, pada tanggal 22 Juni 2021 pukul 13.20 WIB

(13)

3

sekuritas yang telah meluncurkan program Wakaf Saham adalah PT. Philip Sekuritas Indonesia yang bekerjasama dengan Rumah Zakat sebagai nazir serta didukung oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).7

Berdasarkan temuan awal peneliti, benda wakaf (mauquf) adalah saham yang terdaftar dalam Daftar Efek Syariah (DES). Sebagaimana yang kita ketahui pengertian saham pada konteks saham syariah merujuk kepada definisi saham pada umumnya yang diatur dalam undang-undang maupun Peraturan Otoritas Jasa Keuangan. Ada dua jenis saham syariah yang diakui di pasar modal Indonesia. Pertama, saham yang dinyatakan memenuhi kriteria seleksi saham syariah menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangaan Nomor 35/POJK.04/2017 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah, kedua adalah saham yang dicatatkan sebagai saham syariah oleh emiten atau perusahan publik syariah berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 17/POJK.04/2015.

Semua saham syariah yang terdapat di pasar modal syariah Indonesia, baik yang tercatat di BEI maupun tidak, dimasukkan ke dalam Daftar Efek Syariah (DES) yang diterbitkan oleh OJK secara berkala, setiap bulan Mei dan November. 8 Dilihat dari ketentuan saham yang masuk dalam kriteria saham syariah menurut peraturan OJK Nomor 35/POJK.04/2017 peniliti melihat persoalan yang mendasar. Dimana perusahan yang terdaftar dalam Daftar Efek Syariah (DES) memiliki risiko bisa keluar dari daftar tersebut. Hal ini diketahui sebagaimana pada tanggal 28 November 2019 diumumkan terdapat 26 emiten saham syariah yang dikeluarkan dari Daftar Efek Syariah teruntuk periode 1 Desember 2019 dari perhitungan Index Saham Syariah Indonesia (ISSI).9

7Dompet Dhuafa Luncurkan Wakaf Saham,

http://dompetdhuafa.org/id/berita/detail/Dompet-Dhuafa-Luncurkan-Wakaf-Saham, diakses pada tanggal 21 Juni 2021 pukul 14.10 WIB.

8 https://www.idx.co.id/idx-syariah/produk-syariah/, diakses pada tanggal 22 Juni 2021

pukul 23.15 WIB.

9 tahir saleh,

https://www.cnbcindonesia.com/market/20191128092842-17-118572/26-saham-didepak-dari-efek-syariah-hanya-31-saham-baru-masuk, diakses pada tanggal 21 Juni 2021 pukul 23.20 WIB.

(14)

Melihat realita hari ini wakaf saham belum memiliki peraturan atau fatwa tersendiri untuk mengatur bagaimana regulasinya. Objek dari wakaf saham itu sendiri merujuk kepada peraturan dan regulasi yang sama terhadap wakaf uang. Dimana wakaf uang mengacu pada nilai nominal rupiah (al-ashl) dan nilai pokok Wakaf harus dijaga kelestarian nilainya oleh Nazhir. Sesuai Fatwa DSN MUI Tahun 2002 tentang Wakaf Uang, surat berharga tergolong dalam wakaf uang. Maka sesuai konsep wakaf uang, nilai pokok wakaf yang harus dilestarikan adalah nilai nominal rupiah (al-ashl), bukan jumlah lot saham

(al-ain). Artinya objek pada wakaf tersebut tidak boleh berubah (berkurang)

sebagaimana yang peneliti ketahui saham sendiri memiliki nilai yang voliteil atau tingkat volatilitas yang tinggi. Karena nilai saham cenderung fluktuatif (berubah-ubah).10 Kemudian bagaimana pengelolaan wakaf saham apabila terjadi objek wakaf saham tersebut keluar dari daftar efek syariah dan juga pengawasan terhadap pengelolaan wakaf saham.

Berangkat dari latar belakang diatas, maka penulis merasa tertarik untuk membahas masalah wakaf saham dengan mengambil judul “PENGELOLAAN

WAKAF SAHAM PT PHILLIP SEKURITAS INDONSEIA DAN IMPLIKASI HUKUM DE-LISTING BAGI NAZHIR”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Kesesuaian implementasi wakaf saham di perusahaan sekuritas; 2. Tata cara pengelolaan aset wakaf saham;

3. Kepastian hukum dalam pengelolaan aset wakaf saham;

4. Kesesuaian pengelolaan wakaf produktif dalam hukum positif dan hukum syariah;

5. Kriteria saham yang dapat diwakafkan persepektif keuangan dan syariah; 6. Kemampuan nazhir dalam pengelolaan wakaf produktif saat ini;

(15)

5

7. Pengawasan pengelolaan wakaf saham; 8. Kerugian investasi pada produk wakaf saham;

C. Pembatasan Masalah

Setelah latar belakang dan identifikasi masalah diuraikan, untuk membuat penelitian ini menjadi lebih terarah, pembatasan masalah perlu dilakukan. Untuk memfokuskan penelitian dan memudahkan proses analisis, maka penelitian ini dibatasi hanya dengan membahas permasalahan pertanggungjawaban nazhir terhadap portofolio wakaf saham yang ada pada PT Phillip Sekuritas Indonesia yang mengalami de-listing serta pengawasan wakaf saham yang dikelola nazhir yang berbadan hukum. Studi ini juga dibatasi hanya pada produk wakaf saham di PT Phillip Sekuritas Indonesia.

D. Rumusan Masalah

Berikut merupakan perumusan masalah penelitian yang dirincikan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana pertanggungjawaban nazhir apabila Portofolio wakaf saham Perusahaan PT Phillip Sekuritas Indonesia de-listing serta mengalami kerugian?

2. Bagaimana Pengawasan wakaf saham perusahaan bila nazhir wakaf saham Perusahaan PT Phillip Sekuritas Indonesia berbadan hukum?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk :

1. Menjelaskan bagaimana hukum positif dan syariah mengatur persoalan pertanggung jawaban nazhir apabila wakaf saham yang berupa portofolio saham yang dimiliki mengalami kerugian karena de-listing pada Daftar Efek Syariah.

2. Menjelaskan bagaimana pandangan hukum positif dan syariah mengenai pengawasan pengelolaan wakaf saham .

(16)

F. Manfaat Penelitian

Adapun beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Teoritis

Untuk menambah khazanah pengetahuan, melengkapi dan memberikan informasi terkait dengan implementasi wakaf saham dilembaga keuangan syariah terkait isu yang diangkat oleh penulis.

2. Praktis

Memberikan panduan dalam pelaksanaan wakaf saham apa bila terjadi persoalan wakaf saham yang mengalami de-listing pada Daftar Efek Syariah dan memahami pertanggungjawaban serta pengawasan nazhir yang berbadan hukum melalui perspektif hukum positiv dan syariah..

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penulisan ini peneliti akan menggunakan pendekatan hukum normatif empiris. Pendekatan hukum normatif empiris ialah metode yang dipergunakan dalam penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti daftar pustaka yang ada serta berdasarkan data studi lapangan yang diperoleh dengan melakukan observasi berupa data-data di lapangan serta data hasil wawancara yang dilakukan.

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan deskriptif – kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk melukiskan tentang sesuatu hal di daerah tertentu.11 Selanjutnya, metode kualitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme/enterpretif, digunakan untuk meneliti obyek yang alamiah, hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.12

11 Bambang, Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, (Jakarta:Sinar Grafika,2008), h.8. 12 Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, (Bandung:Alfabeta, 2014), h. 347.

(17)

7

Dengan metode ini penulis mengumpulkan dan memaparkan data yang diperoleh dengan melakukan studi lapangan (Field research) dan penelitian kepustakaan dengan cara mengadakan wawancara, yang kemudian hasil penelitian tersebut akan dipaparkan oleh penulis dalam bentuk kata-kata tanpa menggunkan data angka.

3. Data Penelitian

Penelitian ini menggunakan 2 (dua) jenis data penelitian dengan rincian sebagai berikut:

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang menjadi sumber rujukan utama untuk dianalisis, bersumber baik dari literatur kepustakaan berupa ketentuan syariah yang telah dipositivisme menjadi hukum positiv yang berlaku di Indonesia, seperti:

1) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf,

2) Peraturan Meneri Agama Republik Indonesia Nomor 73 Tentang Tatacara Perwakafan Benda Tidak Bergerak dan Benda Bergerak Selain Uang,

3) Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2018 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tentang Wakaf.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data penunjang guna menguatkan sumber data primer yang dirasa kurang melengkapi inti dari masalah yang diteliti, yang bersumber baik dari literatur kepustakaan yakni dari sumber Al-Qur’an, Hadist, buku-buku ilmiah, kitab-kitab, makalah-makalah, dan bahan bacaan lainnya yang berkaitan erat dengan skripsi ini. Serta data penunjang yang didapat langsung dari hasil Interview ditempat terjadinya permasalahan yang diteliti sehingga mendapatkan kecocokan dari apa yang dijelaskan melalui sumber data primer dan juga data sekunder.

(18)

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhan dalam penelitian ini, penulis melakukan kajian dengan cara :

a. In-Depth Interview

Wawancara-Mendalam (In-depth Interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawncarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.13 Penelitian ini melaksanakan wawancara mendalam dengan pihak PT Phillip Sekuritas Indonesia tentang pelaksanaan wakaf saham.

b. Library Research

Studi pustaka ialah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.14 Dengan teknik pengumpulan studi pustaka ini digunakan untuk mendapatkan acuan teori dalam mempelajari serta melengkapi data yang akan digunakan dalam penulisan skripsi. Data-data yang digunakan diperoleh dari mempelajari berbagai macam teori yang diperoleh dari memmbaca dan mempelajari beberapa literatur, buku-buku, dan catatan yang sesuai dengan pembahasan yang akan diteliti.

5. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah praktik wakah saham yang dilaksanakan di PT Phillip Sekuritas Indonesia. Didirakan pada 1975 secara global dan

13 Sutopo, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Surakarta: UMS, 2006), .h. 72.

14 Mestika, Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta:Yayasan Obor Indonesia), 2008,

(19)

9

memasuki Indonesia pada tahun 1994. PT Phillip Sekuritas Indonesia adalah Perusahaan yang bergerak dibidang Jasa Keuangan dengan produk sekuritas dan Manajer Investasi.15

6. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis hermeunetik yakni dengan melakukan interpretasian kepada aturan-aturan syariah terkait dengan wakaf, dan melakukan analisis terhadap penerapan wakaf saham.

7. Metode Penulisan

Penelitian menggunakan metode penulisan yang terdapat pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017.

H. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai materi yang menjadi pokok penulisan skripsi ini dan agar memudahkan para pembaca dalam mempelajari tata urutan penulisan ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan ini sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan. Pada Bab ini peneliti menjelaskan mengenai latar belakang penelitian yakni gambaran tentang risiko hukum yang berpotensi terjadi pada wakaf saham. Masalah yang telah terinventarisir kemudian dihimpun dan dibatasi, akhirnya merumuskan permasalahan penelitian. Bab ini juga membahas mengenai metode penelitian yang digunakan peneliti untuk menjelaskan permasalahan penelitian yang telah dirumuskan.

Bab II Wakaf Saham dalam Konteks Fiqh dan Hukum di Indonesia. Setelah tergambar permasalahan dan metode penelitiannya, pada Bab II peneliti

15 https://www.phillip.co.id/TentangKami/Profil, diakses pada Kamis, 10 Juni 2021 pada

(20)

menjabarkan mengenai kerangka teori. Adapaun teori yang digunakan untuk membantu peneliti dalam mengurai dan menjelaskan permasalahan terdiri dari, teori-teori fiqh mengenai wakaf saham, nishab wakaf saham, kadar wakaf saham, perhitungan wakaf saham, mekanisme wakaf saham dan hukum serta aturan terkait dengan wakaf saham.

Pada bagian ketiga menjelaskan mengenai Gambaran Umum Layanan Wakaf Saham Di PT Phillip Sekuritas Indonesia. Pembahasan dimulai dari profil singkat PT Phillip Sekuritas Indonesia, produk-produk yang ditawarkan, Syariah Online Trading System, hingga layanan wakaf saham.

Selanjutnya pada Bab IV Analisis Pertanggung Jawaban dan Pengawasan Wakaf Saham di PT Phillip Sekuritas Indonesia. Pada Bab ini, peneliti melakukan analisa terhadap permasalahan penelitian, yakni mengenai pertanggung jawaban apabila terjadi risiko hukum dan dan kerugian terhadap objek wakaf. Melalui Bab ini juga akan dijabarkan hasil analisis terhadap permasalahan melalui teori dan aturan perundang-undangan terkait dengan mekanisme pengawasan praktik wakaf saham.

(21)

11 BAB II

WAKAF SAHAM DALAM KONTEK HUKUM DI INDONESIA A. Kerangka Teori

Segala bentuk kegiatan hukum yang sifatnya praktikal pasti didasari dengan teori dasar yang menguatkan tentang sebab akibat yang berlaku, begitu pula dengan terjadinya suatu hukum.Hukum terjadi sebab adanya suatu teori yang mendasarinya, teori hukum tidaklah sama dengan Ilmu Hukum sebab, dalam Tradisi Anglo Saxon, jurisprudence terkadang diselasarkan sebagai teori hukum. hal yang mendasari perbedaan tersebut adalah teori hukum adalah penjelasan dari mengenai aspek-aspek tertentu dalam sebuah field hukum sedangkan ilmu hukum adalah cabang dasar dari segala aspek-aspek dasar yang berkaitan dengan hukum.

Mengenai Teori hukum, poin-poin penting mengenai teori hukum yang berkaitan dengan penelitian ini terangkum beberapa diantaranya sebagai berikut:

1. Teori Hukum

a. Teori Kepastian Hukum

Kepastian hukum dimaknai sebagai suatu keadaan dimana telah pastinya hukum karena adanya kekuatan yang konkret bagi hukum yang bersangkutan. Keberadaan asas kepastian hukum merupakan sebuah bentuk perlindungan bagi yustisiabel (pencari keadilan) terhadap tindakan sewenang- wenang, yang berarti bahwa seseorang akan dan dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu.1

Pernyataan tersebut sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Van Apeldoorn bahwa kepastian hukum memiliki dua segi, yaitu dapat ditentukannya hukum dalam hal yang konkret dan keamanan

1 Sudikno Mertokusumo, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, (Bandung: Citra Aditya

(22)

hukum. Hal memiliki arti bahwa pihak yang mencari keadilan ingin mengetahui apa yang menjadi hukum dalam suatu hal tertentu sebelum ia memulai perkara dan perlindungan bagi para pencari keadilan.

b. Teori Pendekatan Hukum dan Kebijakan

Hukum bekerja mengikuri peristiwa-peristiwa konkret yang muncul. Oleh karena itu, dalil-dalil hukum yang universal harus diganti dengan logika yang fleksibel dan eksperimental sifatnya. Hukum pun tidak mungkin bekerja menurut disiplinnya sendiri. Perlu ada pendekatan inter disipliner dengan memanfaatkan ilmu-ilmu seperti ekonomi, sosiologi, kriminologi, dan psikologi. Dengan penyelidikan terhadap faktor sosial berdasarkan pendekatan tersebut dapat disinkronkan antara apa yang dikehendaki hukum dan fakta-fakta (realita) kehidupan sosial. Semua itu diarahkan agar hukum dapat bekerja secara lebih efektif.2

Soetandyo Wignyosoebroto menyatakan bahwa positivisasi norma-norma hukum adalah suatu proses politik, yang amat menentukan bagi perkembangan hukum sebagai suatu applied art. Ajaran hukum ini dengan jabaran-jabaran yang dikembangkan sebagai doktrin (seperti netralitas dan objektivitas hukum) sudah demikian standar sejak awal abad ke-19.3

2. Konsep Wakaf

a. Pengertian Wakaf

Kata “wakaf” atau “waaf” berasal dari bahasa Arab “Waqafa”. Adapun asal kata “Waqafa” berarti “menahan” atau “berhenti” atau “diam di tempat” atau “tetap berdiri”. Kata “Waqafa-Yuqifu-Waqfan”

2 Isharyanto, Teori Hukum: Suatu Pengantar dengan Pendekatan Tematik. (Surakarta: WR,

2016), h. 43.

3 Isharyanto, Teori Hukum: Suatu Pengantar dengan Pendekatan Tematik. (Surakarta: WR,

(23)

13

memiliki makna yang sama dengan “Habasa-Yahbisu-Tahbisan”.4 mennurut arti bahasanya, waqafa berarti menahan atau mencegah, misalnya ريسع نا تفقو “ saya menahan diri dari berjalan”.5 Maksud dari menghentikan disini apabila dikaitkan dengan waqaf dalam istilah ilmu Tajwid, yakni tanda berhenti dalam bacaan Al-Qur’an. Begitu juga jika dihubungkan dalam masalah ibadah haji, yaitu wuquf, berarti berdiam diri atau bertahan di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah. Namun, pengertian menghentikan, menahan atau wakaf di sini yang berkenaan dengan harta dalam pandangan hukum Islam, seiring disebut ibadah wakaf atau habs. Khusus istilah habs di sini, atau ahbas biasanya dipergunakan kalangan masyarakat di Afrika Utara yang bermazhab Maliki.6 Begitupun istilah syara’, menurut Muhammad Jawad Mughniyah yang terdapat dalam Fiqih Lima Mazhab, wakaf merupakan sejenis pemberian yang pelaksanaannya diaplikasikan dengan cara menahan (pemilikan) asal ( لصلأا سيبح ), kemudian ت dijadikan manfaatnya berlaku untuk umum. Maksud dari لصلأا سيبحت itu sendiri yakni menahan barang yang diwakafkan agar tidak diwariskan, digunakan dalam bentuk dijual, dihibahkan, digadaikan, disewakan, dipinjamkan, dan sejenisnya. Sedangkan cara pemanfaatannya adalah dengan menggunakannya sesuai dengan kehendak pemberi wakaf tanpa imbalan.7

Pengertian wakaf menurut istilah, para ulama berbeda pendapat dalam memberikan batasan mengenai wakaf. Perbedaan tersebut menyebabkan akibat yang berbeda pada hukum yang ditimbulkan.

Adapun definisi wakaf menurut para ahli fiqih adalah sebagai berikut :

4 Wahbah Zuhaili, Al-Fiqhu al-Islami wa ‘Adillatuhu, (Damaskus: Dar al-Fikr alMu’ashir,

2008), h. 151.

5 Muhammad Jawad Mughniyah, Terjemahan Masykur A.B, Afif Muhammad & Idrus

Al-Kaff, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta : Penerbit Lentera, 2007), h. 635.

6 Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam, (Jakarta: UI Press, 1988), cet. 1, h. 80. 7 Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam, (Jakarta: UI Press, 1988), cet 1, hlm. 80

(24)

1) Menurut Abu Hanifah

Wakaf adalah menahan suatu benda yang menurut hukum, tetap milik si wakif dalam rangka mempergunakan manfaatnya untuk kebajikan. Berdasarkan definisi itu maka pemilikan harta wakaf tidak lepas dari si wakif, bahkan ia dibenarkan menariknya kembali dan ia boleh menjualnya. Jika si wakif wafat, harta tersebut menjadi harta warisan buat ahli warisnya. Jadi yang timbul dari wakaf hanyalah “menyumbangkan manfaat”.

Karena itu madzhab Hanafi mendefinisikan wakaf adalah : “Tidak melakukan suatu tindakan atas suatu benda, yang berstatus tetap sebagai hak milik, dengan menyedekahkan manfaatnya kepada suatu pihak kebajikan (sosial), baik sekarang maupun akan datang”.8

2) Menurut Mazhab Maliki

Wakaf itu tidak melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan wakif, namun wakaf tersebut mencegah wakif melakukan tindakan yang dapat melepaskan kepemilikannya atas harta tersebut kepada yang lain dan wakif berkewajiban menyedekahkan manfaatnya serta tidak boleh menarik kembali wakafnya. Perbuatan wakif menjadikan manfaat hartanya agar digunakan kepada mustahiq (penerima wakaf), walaupun yang dimilikinya itu berbentuk upah, atau menjadikan hasilnya untuk dapat digunakan seperti mewakafkan uang. Wakaf dilakukan dengan mengucapkan lafadz wakaf untuk masa tertentu sesuai dengan keinginan pemilik. Dengan kata lain, pemilik harta menahan benda itu dari penggunaan secara pemilikan, tetapi membolehkan pemanfaatan hasilnya untuk tujuan kebaikan, yaitu pemberian manfaat benda secara wajar sedangkan benda itu tetap

8 Wahbah Zuhaili, Al-Fiqhu al-Islami wa ‘Adillatuhu, (Damaskus: Dar al-Fikr alMu’ashir,

(25)

15

menjadi milik wakif. Perwakafan itu berlaku untuk suatu masa tertentu, dan karenanya tidak boleh disyaratkan sebagai wakaf kekal (selamanya).9

3) Menurut Mazhab Syafi’i dan Ahmad bin Hambal

Adapun pendapat beliau berdua bahwa wakaf adalah melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan wakif, setelah sempurna prosedur perwakafan. Wakif tidak boleh melakukan apa saja terhadap harta yang diwakafkan, seperti: perlakuan pemilik dengan cara pemilikannya kepada yang lain, baik dengan cara tukaran atau tidak. Jika wakif wafat, harta yang diwakafkan tersebut tidak dapat diwarisi oleh ahli warisnya.

Wakif menyalurkan manfaat harta yang diwakafkannya kepada mauquf ‘alaih (yang diberikan wakaf) sebagai shadaqah yang

mengikat, di mana wakif tidak dapat melarang penyaluran sumbangannya tersebut. Apabila wakif melarang, maka Qadli (pihak yang memutuskan perkara) berhak memaksanya agar memberikannya kepada mauquf ‘alaih.

Maka dari itu Mazhab Syafi’i mendefinisikan wakaf adalah: “Tidak melakukan suatu tindakan atas suatu benda, yang berstatus sebagai milik Allah SWT, dengan menyedekahkan manfaatnya kepada suatu kebajikan (sosial)”.10

Ahmad bin Hambal mengatakan wakaf terjadi karena dua hal. Pertama karena kebiasaan (perbuatan) bahwa dia itu dapat dikatakan mewakafkan hartanya. Seperti seorang mendirikan mesjid, kemudian mengizinkan orang shalat di dalamnya secara spontanitas bahwa ia telah mewakafkan hartanya itu menurut kebiasaan (uruf). Walaupun secara lisan ia tidak menyebutkannya, dapat dikatakan wakaf karena sudah kebiasaan.

9 Wahbah Zuhaili, Al-Fiqhu al-Islami wa ‘Adillatuhu, (Damaskus: Dar al-Fikr alMu’ashir,

2008), h. 152.

10 Wahbah Zuhaili, Al-Fiqhu Islami wa ‘Adillatuhu, (Damaskus: Dar Fikr

(26)

Kedua, dengan lisan baik dengan jelas (sariih) atau tidak. Atau ia memaknai kata-kata habastu, wakaftu, sabaltu, tasadaqtu,

abdadtu, harramtu. Bila menggunakan kalimat seperti ini ia harus

mengiringinya dengan niat wakaf.

Bila telah jelas seseorang mewakafkan hartanya, maka

wakif tidak mempunyai kekuasaan bertindak atas benda itu dan

juga menurut Hambali tidak bisa menariknya kembali. Hambali menyatakan, benda yang diwakafkan itu harus benda yang dapat dijual, walaupun setelah jadi wakaf tidak boleh dijual dan benda yang kekal dzatnya karena wakaf bukan untuk waktu tertentu, tapi buat selama-lamanya.11

4) Imam Taqiy ad-Din Abi Bakr

لام سبح هنيع ىف فرصتلا نم عونمم هنيع ءاقب عم هب عافتنلاا نكمي يلا ابرقت ربلا ىف هعفانمفرصت ىلاعت االله

Artinya: “Dengan wakaf dimungkinkan adanya

pengambilan manfaat beserta menahan dan menghentikan harta yang dapat diambil manfaatnya guna kepentingan kebaikan untuk mendekatkan diri kepada Allah”.12

5) Muhammad Jawad Mughniyah dalam bukunya al-Ahwalus Syakhsiyah

Mengatakan wakaf adalah suatu bentuk pemberian yang menghendaki penahanan asal harta dan mendermakan hasilnya pada jalan yang bermanfaat.13

6) Sayyid Sabiq

االله. ليبس ىف هعفانم فرصو لاملا سبح ىا ةرمثلا ليبستو لصلاا سبح

11 Wahbah Zuhaili, Al-Fiqhu Islami wa ‘Adillatuhu, (Damaskus: Dar Fikr

al-Mu’ashir, 2008), h. 153.

12 Taqiyuddin Abi Bakr, Kifayah al-Akhyar, Juz 1, (Mesir: Dar al-Kitab al-Araby, t.th), h.

319.

13 Muhammad Jawad Mughniyah, al-Ahwad al-Syakhsiyah, dikutip oleh Abdul Halim, Hukum Perwakafan di Indonesia, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), h. 9.

(27)

17

Artinya: “Wakaf adalah menahan harta dan memberikan

manfaatnya dijalan Allah”.14

Jadi bisa juga dikatakan pengertian wakaf sendiri dalam syari’at Islam apabila ditinjau dari perbuatan orang yang mewakafkan, wakaf merupakan bagian dari perbuatan hukum seseorang yang dengan sengaja memisahkan atau mengeluarkan harta bendanya untuk digunakan manfaatnya bagi keperluan umum dalam hal kebaikan dan serta merta berada di jalan Allah untuk mendapatkan ridho-Nya.

Eksistensi wakaf di Indonesia sudah bukan menjadi hal baru lagi, hal ini sudah diberlakukan dalam suatu peraturan perundang-undangan, salah satunya termaktub dalam Undang Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, yang merupakan kenyataan dari tuntutan masyarakat di Indonesia. Bergulirnya ide wakaf tunai dan banyaknya penerapakan aktifitas perwakafan di Indonesia seperti: Dompet Duafa Republika, Pos Keadilan Peduli Umat, bahkan hadirnya Majelis Ulama Indonesia (MUI). Adanya MUI ini menjadi solusi dari persoalan yang timbul dan dihadapi oleh masyarakat muslim baik diminta atau tidak, maka ini bernilai suatu hal yang positif dan responsif dalam menangani suatu permasalahan umat.

Sedangkan pengertian wakaf dalam Undang-Undang sebagai berikut :

1) Kompilasi Hukum Islam Pasal 215 ayat 1

Wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda miliknya dan melembagakannya untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadat atau keperluan

(28)

umum lainnya sesuai dengan ajaran islam Berdasarkan ketentuan Pasal 215 ayat 4 KHI tentang pengertian benda wakaf adalah : Segala benda baik bergerak atau tidak bergerak yang memiliki daya tahan yang tidak hanya sekali pakai dan bernilai menurut ajaran Islam

2) Menurut UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Pasal 1 ayat (1).

Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah. 3) Menurut PP No. 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan UU

No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf Pasal 1 ayat (1)

Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut Syari’ah.

Dari beberapa pengertian wakaf di atas, kiranya dapat ditarik cakupan bahwa wakaf meliputi:

1) Harta benda milik seseorang atau sekelompok orang.

2) Harta benda tersebut bersifat kekal dzatnya atau tidak habis apabila dipakai.

3) Harta tersebut dilepaskan kepemilikannya oleh pemiliknya, kemudian harta tersebut tidak bisa dihibahkan, diwariskan, ataupun diperjual belikan.

4) Manfaat dari harta benda tersebut untuk kepentingan umum sesuai dengan ajaran Islam.15

15Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h.

(29)

19

b. Dasar Hukum Wakaf

Dalil yang menjadi dasar disyari’atkannya untuk wakaf bersumber dari pemahaman teks ayat Al-Qur’an dan juga As-Sunnah. Akan tetapi tidak ada dalam ayat Al-Qur’an yang secara tegas menjelaskan tentang ajaran wakaf. Namun pemahaman konteks terhadap ayat Al-Qur’an yang dikategorikan memilik kandungan makna seperti wakaf yakni terkait amal kebaikan. Dengan demikian ditemukan petunjuk umum tentang wakaf walaupun secara implisit. Misalnya Firman Allah :

1) Surat Ali Imran ayat 92

ميِلَع ۦِهِب َ َّللَّٱ َّنِإَف ٍءْىَش نِم ۟اوُقِفنُت اَم َو ۚ َنوُّب ِحُت اَّمِم ۟اوُقِفنُت ٰىَّتَح َّرِبْلٱ ۟اوُلاَنَت نَل

Artinya : “kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang

sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya”.16

2) Surat Al-Baqarah ayat 261

َدنِع ْمُه ُرْج َأ ْمُهَّل ۙ ىًذَأ ٓ َلَ َو اًّنَم ۟اوُقَفنَأ ٓاَم َنوُعِبْتُي َلَ َّمُث ِ َّللَّٱ ِليِبَس ىِف ْمُهَل َٰوْمَأ َنوُقِفنُي َنيِذَّلٱ َلَ َو ْمِهِ ب َر َنو ُن َزْحَي ْمُه َلَ َو ْمِهْيَلَع ف ْوَخ Artinya : “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh)

orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi

16Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung : PT. Sygma Examedia

(30)

siapa yang dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui”.17

3) Surat Al-Hajj ayat 77

ْمُكيِب َأ َةَّلِ م ۚ ٍج َرَح ْنِم ِنيِ دلٱ ىِف ْمُكْيَلَع َلَعَج اَم َو ْمُكٰىَبَتْجٱ َوُه ۚ ۦِهِداَه ِج َّقَح ِ َّللَّٱ ىِف ۟اوُدِه َٰج َو ۚ َميِه َٰرْبِإ ۟اوُنوُكَت َو ْمُكْيَلَع اًديِهَش ُلوُس َّرلٱ َنوُكَيِل اَذَٰه ىِف َو ُلْبَق نِم َنيِمِلْسُمْلٱ ُمُكٰىَّمَس َوُه ۚ ِساَّنلٱ ىَلَع َءٓاَدَهُش َمْعِنَف ۖ ْمُكٰىَل ْوَم َوُه ِ َّللَّٱِب ۟اوُم ِصَتْعٱ َو َة ٰوَك َّزلٱ ۟اوُتاَء َو َة ٰوَلَّصلٱ ۟اوُميِقَأَف ري ِصَّنلٱ َمْعِن َو ٰىَل ْوَمْلٱ Artinya : “Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad

yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong”.18

Menanggapi ayat-ayat di atas, Imam Ahmad al-Maragi dalam tafsirnya al-Maragi menyatakan bahwa: wahai orang-orang yang mempercayai Allah dan Rasulnya, tunduklah kepada Allah dengan bersujud, beribadah kepadanya dengan segala apa yang kalian gunakan untuk menghambakan diri kepadanya, dan berbuatlah kebaikan yang diperintahkan kepada kalian melakukannya, seperti mengadakan hubungan silaturrahmi dan menghiasi diri dengan akhlak

17Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung : PT. Sygma Examedia

Arkanleema, 2009), h.32.

18Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung : PT. Sygma Examedia

(31)

21

yang mulia, supaya beruntung memperoleh pahala dan keridhaan yang kalian cita-citakan.19

Selain dalam Al-Qur’an di dalam beberapa Hadits juga dijelaskan tentang shadaqah secara umum yang dapat dipahami sebagai wakaf.

Diantaranya Sabda Nadi SAW:

هنع عطقنا ناسنلَا تام :اذا لاق ملسو هيلع االله ىلص االله لوسر نا ةريره يبا نع .هلوعدي حلاص دلو وا ,هب عفتني ملعوا ,ةيراج ةقدصلا : ةثلاث نملَا هلمع .( ملسم هاور). Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Bahwa Rasulullah saw bersabda: Apabila manusia mati, putuslah amalnya kecuali tiga (perkara): Shadaqah jariyah atau ilmu yang diambil manfaatnya atau anak saleh yang berdoa untuk orang tuanya. (HR. Muslim).20

c. Rukun dan Syarat

Ada dua pendapat ulama mengenai rukun wakaf. Pertama, pendapat ulama mazhab Hanafi yang menyatakan bahwa rukun wakaf itu hanya satu yaitu “ṣighat”. ṣighat adalah lafaz yang menunjukkan arti wakaf, seperti ucapan, Aku wakafkan tanah ini kepada fakir miskin untuk selamanya". Atau dengan ucapan "Aku wakafkan tanah ini" tanpa menyebutkan tujuan tertentu.16 Kedua, pendapat jumhur ulama (mazhab Maliki, Shafi'i dan Hanbali) menyatakan bahwa rukun wakaf ada empat:

1) Wāqif atau orang yang berwakaf

2) Mauqūf atau barang atau benda yang akan diwakafkan 3) Mauqūf alaih atau orang yang menerima wakaf

19 Ahmad Mustafa Al-Maragi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, juz 17, (Semarang : Karya

Toha Putra, tth), h. 262.

(32)

4) Ṣighat atau lafaẓ wakaf 21

Berdasarkan dari keempat rukun wakaf di atas dan sudah menjadi kesepakatan para ulama bahwa setiap unsur dari rukun tersebut harus mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi. Syarat itu merupakan elemen penting yang dianut oleh keempat rukun tersebut. Apabila salah satunya tidak terpenuhi maka pelaksanaan wakaf itu dapat dikatakan gugur dan tidak sah dalam syariah.

Sebagai bentuk sebuah akad, wakaf memerlukan rukun dan syarat. Sehingga wakaf dapat dinyatakan sah yang rukun dan syaratnya terdiri dari wakif (orang yang mewakafkan harta), mauquf ‘alaih (orang yang mendapatkan manfaat dari wakaf/pihak yang diberi wakaf),

mauquf bih (harta atau barang/benda yang diwakafkan) dan shighat (

pernyataan atau ikrar wakif sebagai suatu kehendak untuk mewakafkan sebagian harta bendanya).22

Menurut Pasal 6 Undang Undang Nomor 41 Tahun 2004, wakaf dilakukan dengan terpenuhinya unsur wakaf sebagai berikut:

1) Wakif

Adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya. Wakif terbagi dalam: perseorangan, organisasi, dan badan hukum. Wakif perseorangan dapat memenuhi syarat-syarat yaitu: dewasa, berakal sehat, tidak terhalang melakukan perbuatan hukum, dan pemilik sah harta benda wakaf. Wakif organisasi hanya dapat melakukan jika memenuhi ketentuan organisasi untuk mewakafkan harta benda wakaf milik organisasi sesuai dengan

21 Muhammad Khaṭīb, al-Sharbīnī, Mughnī al-Muḥtāj, Jilid II (Beirut Dar lhyā' al-Turāth

al- 'Arabī, t.th.).h. 279

22 Nawawi, Ar-Raudhah, (Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiah), IV, dikutip oleh Direktotarat

(33)

23

anggran dasar organisasi yang bersangkutan. Wakif badan hukum dapat melaksanakan wakaf apabila dapat memenuhi ketentuan badan hukum untuk mewakafkan harta benda wakaf milik badan hukum sesuai dengan anggaran dasar badan hukum yang bersangkutan.

2) Nazhir

Adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya. Tugas nazhir ialah:

a) Melakukan pengadminsitrasian harta benda wakaf

b) Mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukannya

c) Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf

d) Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf Indonesia (BWI)

Dalam pelaksanaan tugasnya nazhir dapat menerima imbalan dari hasil bersih atas pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang besarnya tidak melebihi 10%. Nazhir pun memperoleh pembinaan dari Menteri dan Badan Wakaf Indonesia.

3) Harta benda wakaf

Merupakan harta benda yang memiliki daya tahan lama dan/atau manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi menurut syariah yang diwakafkan oleh wakif. Harta benda wakaf terbagi atas benda tidak bergerak dan benda bergerak.

a) Benda tidak bergerak

Hak atas tanah yang berlaku baik yang sudah maupun yang belum terdaftar, bangunan atau bagian bangunan, tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah, hak milik atas seluruh rumah susun sesuai dengan ketentuan

(34)

peraturan perundang-undangan yang berlaku, benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundang-undangan lain.

b) Benda bergerak

Ialah harta benda yang tidak bisa habis karena dikonsumi diantaranya: uang, logam muliah, surat berharga, kendaraan, hak atas kekayaan intelektual, hak sewa, serta benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4) Ikrar wakaf’

Adalah pernyataan kehendak wakif yang diucapkan secara lisan dan/atau tulisan kepada Nazhir untuk mewakafkan harta benda miliknya. Pelaksanaan ikrar wakaf yaitu wakif menyatakan kehendaknya kepada Nazhir dihadapan PPAIW dengan disaksikan oleh 2 orang saksi baik melalui lisan maupun tulisan yang selanjutnya akan dituangkan dalam akta ikrar wakaf oleh PPAIW. Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) suatu pejabat yang berwenang yang ditetapkan oleh Menteri untuk membuat akta ikrar wakaf. Untuk dapat melaksanakan ikrar wakaf, wakif atau kuasanya menyerahkan surat dan/atau bukti kepemilikan atas harta benda wakaf kepada PPAIW.

5) Peruntukan harta benda wakaf

Hal ini diperuntukan untuk mencapai tujuan dan fungsi dari wakaf itu sendiri, dijelaskaan dalam Pasal 22 Undang Undang Nomor 41 Tahun 2004 wakaf hanya dapat diperuntukan bagi:

a) Sarana dan kegiatan ibadah

b) Sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan

c) Bantuan kepada fakir miskin anak terlantar, yatim piatu, bea siswa

(35)

25

e) Kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah dan peraturan perundang-undangan.

6) Jangka waktu wakaf

Merujuk pada Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf (“Undang-Undang Wakaf”), wakaf diartikan sebagai perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.

d. Macam Macam Wakaf

Ditinjau dari segi peruntukannya kepada siapa saja wakaf itu diserahkan, maka wakaf terbagi menjadi 2 macam yaitu:

1) Wakaf ahli

Merupakan wakaf yang ditujukan kepada orang-orang tertentu, seorang atau lebih, keluarga si wakif atau bukan. Dapat juga disebut sebagai wakaf Dzurri, atau wakaf ‘alal aulad adalah wakaf yang peruntukan bagi kepentingan dan jaminan sosial dalam lingkungan keluarga (famili), lingkungan kerabat sendiri.23

2) Wakaf khairi

Yaitu wakaf yang secara tegas untuk kepentingan agama atau kemasyarakatan (kebajikan umum). Dalam hal misalnya pembangunan masjid, sekolah, jembatan, rumah sakit, panti asuhan, anak yatim dan lain sebagainya. Wakaf ini diorientasikan untuk kepentingan umum dengan tidak terbatas penggunaannya

(36)

yang mencakup semua aspek untuk kepentingan dan kesejahteraan umat manusia.

Dalam tinjauannya wakaf jenis ini memiliki banyak manfaat dibandingkan wakaf ahli, karena tidak terbatasnya pihak-pihak yang ingin mengambil manfaat, wakaf khairi ini sesungguhnya paling sesuai dengan tujuan perwakafan itu sendiri secara umum. 24

Indonesia sendiri wakaf cukup mendapatkan perhatian dengan diterbitkannya Undang Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006. Mengulas kebelakang adanya kelebihan dan kekurangan pada Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang perwakafan tanah milik beserta peraturan pelaksanaannya dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) melalui Inpres Nomor 1 Tahun 1991. Keputusan Menteri Agama RI Nomor 154 Tahun 1991 yang pernah dijadikan rujukan pengelolaan wakaf. Dikeluarkannya berbagai aturan -aturan sebagai usaha awal pembaharuan hukum nasional dalam lingkup perwakafan sehingga yang saat ini menjadi pusat rujukan, dengan hadirnya Undang Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf.

Penerbitan peraturan mengenai wakaf pada awalnya dipicu oleh bergulirnya wacana wakaf tunai yang digagas oleh Prof. M.A. Mannan, wakaf tunai sebagai instrumen financial, keuangan sosial dan perbankan sosial. Sehingga diterbitkannya Fatwa Majelis Ulama Indonesia yang mengatur mengenai wakaf uang, yang dihukumi boleh dilaksanakan. Dapat terlihat jika perkembangan wakaf di Indonesia sangat perlu untuk diperhatikan karena

24 Choirun Nissa, “Sejarah, Dasar Hukum dan Macam-Macam Wakaf”, Tazkiya Jurnal

Keislaman, Kemasyarakatan & kebudayaan, vol 18 No. 2, UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, 2017, h. 217.

(37)

27

memang dampak dari keberlakuan wakaf dapat memberikan suatu hal yang produktif dan untuk kepada kesejahteraan umat.

B. Kerangka Konseptual

Agar tidak terdapat kekeliruan dalam memahami istilah-istilah kunci dalam penelitian ini, maka peneliti merumuskan definisi-definisi sebagai berikut:

1. Wakaf Saham

Yang dimaksud disini adalah wakaf yang objeknya saham atau keuntungan investasi saham, yang mana saham ini akan dikelola oleh

Nazhir Badan Wakaf Indonesia yang kemodian akan disalurkan untuk

kemaslahatan umat.

2. Perusahaan De-Listing

Mengenai pengertian De-Listing harus dipahami dari Listing dalam pasar modal, listing pada pasar modal adalah pencatatan, yaitu pencatatan perusahan yang menjadi go public. Dengan kata lain perusahaan yang sebelumnya adalah perusahaan tertutup (private) menjadi perusahaan terbuka dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Ada pun Perusahaan De-Listing adalah perusahaan yang tidak ada dalam daftar Bursa Efek Indonesia atau berniat untuk didaftarkan menjadi untuk perushaan terbuka.

3. Hukum Indonesia

Adalah cara pandang hukum yang berlaku di Indonesia sebagai bahan untuk menganalisis permasalahan penelitian.

C. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu

Berdasarkan hasil penelusuran terhadap literatur-literatur terkait dengan penelitian terdahulu tentang wakaf saham, maka peneliti dapat menginventarisir penelitian-penelitian yang berhubungan dengan tema penelitian ini, yaitu sebagati berikut:

(38)

1. Skripsi yang berjudul “Studi Analisis Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tahun 2002 Tentang Wakaf Uang” oleh Latif Ali Romadhoni Program Studi Muamalat Fakultass Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tahun 2015. Penelitian mencari bagaimana kedudukan hukum wakaf uang menurut Syari’ah Islam dan bagaimana

istinbat hukum yang digunakan oleh Majelsi Ulama Indonesia dalam

menetapkan hukum wakaf uang yang menghasilkan penelitian bahwasannya hukum wakaf uang diperbolehkan melalui peninjauan aspek-aspek hukum Islam, didasari karena unsur memiliki manfaat meski secara fisik zatnya lenyap, tetapi nilai uangnya yang diwakafkantetap terpelihara kekekalannya serta metodologi istinbat hukum yang digunakan Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam pengambilan keputusan fatwa didassarkan pada al-Qur’an, sunnah, dan ijma’ dan qiyas, akan tetapi Komisis Fatwa Majelsi Ulama Indonesia tidak konsisten dalam menerapkan metode istinbat hukum tersebut. Hal ini terlihat pada fatwa wakaf uang tidak dicantumkan qiyas dan kaidah-kaidah usul fiqh sebagai pertimbangan penetapan hukum.

Perbedaan dengan penelitian ini, penulis menggunakan fatwa wakaf uang sebagai landasan hukum guna menggali proses wakaf saham yang terjadi pada PT Phillip Sekuritas Indonesia.

2. Jurnal yang berjudul “Wakaf Saham dalam Perspektif Hukum Islam” oleh Siti Hanna dalam Jurnal Ilmu Syariah, Vol. 3, No. 1, tahun 2015. Penelitian ini bertujuan untuk menggali legitimasi syariah wakaf saham dan ketepatan tujuan pentasyrian wakaf dalam Islam. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa, saham hukumnya mubah untuk dijadikan sebagai objek wakaf, walaupun tidak ada dalil-dalil nash yang secara langsung mengatur kebolehan wakaf saham. Saham dihukumi sebagai harta berharga yang memiliki nilai manfaat, sehingga diperbolehkan untuk dijadikan sebagai objek wakaf. Transaksi pemindah tanganan saham dikatakan boleh juga dilakukan, asal tetap menjaga nilai wakaf.

(39)

29

Perbedaan antara penelitian pada artikel tersebut dengan penelitian yang akan peneliti lakukan, yakni artikel tersebut hanya membahas tentang kebolehan wakaf saham berdasarkan perspektif hukum Islam dengan cara menggali fakta-fakta sejarah dan dalil-dalin nash sebagai dasar kebolehan dari wakaf saham. Sementara peneliti, akan membahas penelitian tersebut lebih lanjut, terutama dalam hal apabila saham yang telah dijadikan sebagai objek wakaf dalam suatu waktu tidak memenuhi syarat-syarat yang ditentukan untuk masuk ke dalam Daftar Efek Syariah (DES). Kemudian, peneliti juga akan membahas tentang panduan dalam mengelola potensi kerugian dari berinvestasi saham yang dijadikan asset wakaf produktif dalam perspektif hukum positif dan syariah.

3. Skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah pada Pelaksanaan Wakaf Saham di PT MNC Sekuritas Bandung” oleh Frida Yustika Rahmat, Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah (Muamalat) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, Tahun 2020. Hasil dari penelitian ini mendapati bahwa mekanisme pelaksanaan wakaf saham di MNC Sekuritas pada dasarnya adalah sama seperti wakaf pada umumnya, yang pelaksanaannya sangat mudah dan efisien. Pelaksanaan wakaf saham di MNC Sekuritas Bandung secara keseluruhan telah sesuai dengan perspektif Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 40 Tahun 2000 Karena dalam hal harta wakaf yang diwakafkan telah sesuai dengan syariat Islam yakni saham syariah yang telah masuk ke dalam Daftar Efek Syariah.

Yang menjadi perbedaan penelitian di atas dengan penulis punya terkait mitigasi risiko wakaf saham yang keluar dari daftar efek syariah, serta lapangan penelitian yang berbeda dimana penulis melakukan peelitian pada PT Phillip Sekuritas.

4. Jurnal yang berjudul “Model Penerapan dan Potensi Wakaf Saham di Indonesia” oleh Indah Yuliana dan Surya Perdana Hadi dalam Jurnal Perspektif Ekonomi Darussalam, Vol. 5, No. 2, tahun 2019. Hasil

(40)

penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat dua model wakaf saham yang dapat dilakukan. Model pertama menggunakan keuntungan investasi saham sebagai objek wakaf investor saham yang terdaftar dalam Syariah

Online Trading System (SOTS). Model kedua menggunakan saham yang

terdaftar di Daftar Efek Syariah (DES) sebagai objek wakaf. Penelitian tersebut juga menemukan bahwa potensi wakaf saham di Indonesia sangat besar dengan didasari dua indikator, yakni besarnya jumlah muslim di Indonesia dan peningkatan signifikan pada jumlah investor saham syariah. Peneliti mencoba melanjutkan penelitian di atas terutama dalam penggunaan model wakaf saham yang menjadikan saham dari Daftar Efek Syariah (DES) sebagai objek wakaf apabila suatu waktu keluar dari DES.

(41)

31 BAB III

GAMBARAN UMUM WAKAF SAHAM DI PT PHILLIP SEKURITAS INDONESIA

A. Gambaran Singkat PT Phillip Sekuritas Indonesia 1. Sejarah Berdirinya PT Phillip Sekuritas Indonesia

Sejak 1975, Phillip Capital telah berkembang sebagai lembaga keuangan Asia yang terintegrasi dan secara umum menawarkan berbagai layanan yang berkualitas dan inovatif untuk pelanggan ritel, korporasi dan institusi. Kehadiran Phillip Capital Group di Indonesia ditandai dengan dimilikinya saham mayoritas PT Phillindo Santana Perkasa oleh Phillip Brokerage Pte Ltd pada tahun 1994. 1

Di tahun 2003, PT Phillindo Santana Perkasa resmi berganti nama menjadi PT Phillip Securities Indonesia dan terus menciptakan berbagi inovasi hingga kini menjadi salah satu perusahaan sekuritas dengan kepercayaan dan layanan terbaik di Indonesia. Sejarah berdirinya Phillip Sekuritasi Indo dari masa ke masa dapat di jabarkan melalui tabel berikut ini. 2

2. Fungsi dan Kebijakan Manajemen Resiko

Menetapkan arahan, kebijakan dan strategi manajemen risiko pada level Perseroan (firm-wide) dan pada level Divisi atau Bagian, sebagai berikut:

a. Menetapkan toleransi risiko Perseroan dan mengalokasikannya ke masing – masing divisi / business unit.

b. Menetapkan kebijakan mengenai batasan – batasan bertransaksi dengan pihak ketiga serta batasan pengelolaan investasi untuk dana Perseroan maupun untuk dana pihak ketiga/ nasabah.

1 https://www.phillip.co.id/TentangKami/Profil, diakses pada Kamis, 10 Juni 2021 pada

pukul 18.21 WIB.

(42)

c. Menetapkan sistem manajemen risiko yang akan digunakan dalam pengelolaan risiko usaha Perseroan.

d. Melakukan pemantauan dan penilaian terhadap pelaksanaan manajemen risiko pada level Perseroan dan pada level Divisi atau Bagian.

e. Menetapkan system pengendalian risiko yang menyeluruh dan terintegrasi.

f. Menetapkan kebijakan mengenai penetapan kewenangan dalam melakukan transaksi dengan pihak ketiga.

3. Tugas dan Tanggung Jawab:

a. Menetapkan dan meninjau ulang secara periodic (minimal 1 tahun sekali) arahan, kebijakan dan strategi manajemen risiko pada level Perseroan (firm-wide) dan pada level Divisi atau Bagian

b. Menetapkan dan meninjau ulang secara periodic (minimal 1 tahun sekali) toleransi risiko Perseroan dan mengalokasikannya ke masing – masing divisi/ business unit

c. Menetapkan dan meninjau ulang secara periodic (minimal 1 tahun sekali) kebijakan mengenai batasan – batasan bertransaksi dengan pihak ketiga serta batasan pengeloalaan investasi untuk dana Perseroan maupun untuk dana pihak ketiga/ nasabah

d. Menetapkan dan meninjau ulang secara periodic (minimal 1 tahun sekali) system manajemen risiko, termasuk metodologi dan model yang akan digunakan dalam pengololaan risiko usaha Perseroan

e. Memantau dan meninjau ulang secara periodic (minimal 1 tahun sekali) standard operating procedure (SOP) dari masing – masing bagian berkoordinasi dengan unit terkait

f. Melakukan pemantauan dan penilaian secara periodic (minimal 3 bulan sekali) terhadap pelaksanaan manajemen risiko pada level Perseroan dan pada level Divisi atau Bagian

(43)

33

g. Memberikan masukan, atau jika diperlukan peringatan, kepada divisi/ bagian jika ditemui indikasi penyimpangan terhadap arahan, kebijakan dan strategi manajemen risiko yang telah ditetapkan sebelumnya h. Menetapkan dan meninjau ulang (minimal 1 tahun sekali) risk-based

performance appraisal system yang dikaitkan dengan pengelolaan

risiko masing – masing divisi/ bagian

i. Menetapkan dan meninjau ulang secara periodic (minimal 1 tahun sekali) system pengendalian risiko yang menyeluruh dan terintegrasi j. Menetapkan dan meninjau ulang secara periodic (minimal 1 tahun

sekali) kebijakan mengenai penetapan kewenangan dalam melakukan transaksi dengan pihak ketiga

k. Merubah arahan, kebijakan atau strategi manajemen risiko dalam kondisi tertentu secara ad hoc bilamana diperlukan untuk kepentingan Perseroan

l. Melakukan rapat Komite secara periodic (minimal 3 bulan sekali) terutama untuk memantau dan menilai pelaksanaan manajemen risiko baik pada level Perseroan maupun pada level divisi/ bagian

m. Mengadministrasikan keputusan – keputusan dan laporan/ surat Komite secara baik dan tertib.

Pemimpin Divisi/ Pemimpin Bagian dapat menunjuk bawahany

B. Pengertian Wakaf Tunai

Wakaf tunai merupakan wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, dan lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai.3 Wakaf tunai atau yang sering kita kenal dengan istilah cash waqf masuk kedalam kategori wakaf benda bergerak dimana objek wakaf tersebut adalah uang tunai. Hukum Wakaf tunai sendiri sudah menjadi perhatian para fuqaha’ (juris Islam). Wakaf tunai pertama kali diaplikasikan saat era Utsmani di Mesir, di akhir abad ke-16

3 Kementrian Agama RI, Panduan Pengelolaan Wakaf Tunai (Jakarta: Direktotarat Jendral

(44)

(1555-1823 M). Pada masa Utsmani di Mesir, berkembang pemakaian fiqih Hanafi dalam menjalankan aktifitas bisnis dan sosialnya. Imam Muhammad asy-Syaibani menjelaskan bahwa sekalipun tidak ada dukungan hadis yang kuat, penggunaan harta bergerak sebagai wakaf dibolehkan, jika memang hal itu sudah menjadi kebiasaan umum pada daerah tertentu.

C. Wakaf Saham

Dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, terdiri atas benda tidak bergerak dan benda bergerak. Dalam peraturan pelaksanaannya, terdapat pembagian jenis benda bergerak, yaitu benda bergerak selain uang dan benda bergerak berupa uang.4 Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf menyebutkan benda digolongkan sebagai benda bergerak karena sifatnya yang dapat berpindah atau dipindahkan maupun karena ketetapan Undang-Undang. Benda bergerak terbagi dalam benda bergerak yang dapat dihabiskan dan yang tidak dapat dihabiskan karena pemakaian. Benda bergerak yang dapat dihabiskan karena pemakaian tidak dapat diwakafkan, kecuali air dan bahan bakar minyak yang persediaannya berkelanjutan. Benda bergerak yang tidak dapat dihabiskan karena pemakaian dapat diwakafkan dengan memperhatikan ketentuan prinsip syariah.5

Wakaf saham merupakan kegiatan menyumbangkan sebagian saham berkategori syariah yang investor miliki, untuk dikelola oleh Nazhir yang tepercaya. Keuntungan dari saham-saham ini nantinya akan disalurkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Tentunya melalui wakaf saham ini, investor dapat mengumpulkan bekal amal akhirat serta membantu sesama yang membutuhkan.6

4 Pasal 15 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2006 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.

5 Pasal 19 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2006 tentang

Pelaksanaan Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.

6 https://www.poems.co.id/htm/Freeducation/LPNewsletter/v84/vol84_

Gambar

Gambar 3.1 Skema Wakaf Saham .........................................................
Gambar 3.1  Skema Wakaf Saham

Referensi

Dokumen terkait

manfaat penelitian, telah pustaka, kerangka teoritik, kerangka teori, metodologi penelitian dan sistematika bembahasan. Bab kedua, penyusun memaparkan tinjauan umum

Terus saya dengar tetangga saya bilang apa gak takut hamil lagi, apa nggak takut kalau operasi lagi waktu melahirkan, makanya saya coba berbagai cara untuk menjatuhkannya,

• Jika dalam sebuah program kita menggunakan nama class yang sama, maka import dua package tersebut dan gunakan nama class berserta maka import dua package tersebut, dan gunakan

Dapat dilihat pada tabel tersebut, bahwa peletakan garis awal dan akhir yang memiliki error paling kecil adalah skenario b pada video dengan 30 FPS..

 Uji coba dengan insert DB sama dengan yang diatas, Gambar yang menjadi query (acuan informasi) adalah ikan cupang dengan nama file 39.jpg, hasilnya adalah capture seperti

Menurut fatwa DSN-MUI Nomor 117/DSN-MUI/II/2018 tentang layanan pembiayaan berbasis teknologi informasi berdasarkan prinsip syariah adalah penyelenggara jasa keuangan

Aspek-aspek yang masuk dalam dalam bentuk perlindungan hukum ini adalah: aspek hak nasabah atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang

sarana pembantu dalam pelaksanaan rukyat al-hilal. Beliau sebagai anggota Lajnah Falakiyah PCNU Tegal menuturkan bahwa pelaksanaan rukyat al-hilal dipantai alam indah Tegal