• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

Sirly Abdul Basit Mubarok 11150490000103

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1441 H/2020 M

(2)

ii

EFEKTIVITAS PENGAWASAN DEWAN PENGAWAS SYARIAH DALAM INDUSTRI TEKNOLOGI FINANSIAL SYARIAH DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas dan Syariah Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

Sirly Abdul Basit Mubarok NIM 11150490000103

Pembimbing:

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/2020 M

(3)

...

...

...

Skripsi berjudul “Efektivitas Pengawasan Dewan Pengawas Syariah Pada Industri Teknologi Finansial Syariah Di Indonesia” yang ditulis oleh Sirly Abdul Basit Mubarok, NIM 11150490000103, telah diajukan dalam sidang skripsi Fakultas Syariah dan Hukum pada Senin 23 Maret 2020 dan Selasa 24 Maret 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) pada Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 24 Maret 2020 Mengesahkan

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag., S.H., M.H., M.A.

NIP. 19760807 200312 1 001

Panitia Sidang:

Ketua : A.M. Hasan Ali, M.A. (... ...) NIP. 19751201 200501 1 005

Sekretaris : Dr. Abdurrauf, Lc., M.A. (...) NIP. 19731215 200501 1 002

Pembimbing : Dr. Moch. Bukhori Muslim, Lc., M.A. ( ..) NIP. 19760626 20090 11013

Penguji I : Ah Azharudin Lathief, M.H., M.Ag (...) NIP. 19740725 200112 1 001

Penguji II : Hidayatulloh, M.H ( ) NIP. 19870830 201801 1 002

(4)

LEMBAR PER}IYATAAII

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Nim Prodi Fakultas

Sirly Abdul Basit Mubarok l r 150490000103

Hulortrr Ekonomi Syarialt Syariah dan Hukum

Dengan ini saya menyatakan batrwa :

Skripsi ini merupakan hasil karya sediri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata (Sl) di Universitas Islam Negeri (Ub{) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Semua sumber )ang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri

Of$

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jika dikemudian hari t€rbukti batrwa

krya

asli saya atau merupakan hasil jiplakan

dad karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (Uh{) Syarif Hidayattullah Jakarta.

Jakart4 26 Juni 2020M/l44lH

1.

3.

u

(5)

iv ABSTRAK

Sirly Abdul Basit Mubarok, 11150490000103, EFEKTIVITAS PENGAWASAN DEWAN PENGAWAS SYARIAH DALAM INDUSTRI TEKNOLOGI FINANSIAL SYARIAH DI INDONESIA. Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalat), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 1442 H/2020 M.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tentang bagaimana Efektivitas pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah dan Mekanisme pada Perusahaan Finansial Teknologi Syariah dalam hal ini di PT Alami Fintek Sharia. Metode penelitian skripsi ini adalah menggunakan jenis penelitian Hukum normatif-empiris yang menghasilkan deskripsi berupa data atau lisan dari fenomena yang diteliti. Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh langsung dari objek penelitian yang diteliti. Penelitian ini penulis mendapatkan data dan informasi melalui wawancara eksklusif dengan pihak DPS dan pihak perusahaan PT.Alami Fintek Sharia dan studi dokumentasi langsung ditempat.

Teknik wawancara dilakukan dengan cara menentukan dan memilih informasi yang dianggap mengetahu dan mengerti secara keseluruhan tentang apa yang diharapkan penulis.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa mekanisme pengawasan yang dijalankan oleh Dewan Pengawas Syariah masih sama dengan mekanisme pengawasan yang dijalankan di lembaga keuangan syariah pada umumnya dan belum ada secara khusus mekanisme terkait pengawasan di fintek syariah.

Kata Kunci : Efektivitas Pengawasan, DPS, Fintek Sharia Dosen Pembimbing : Dr. Moch. Bukhori Muslim, M.A

Daftar Pustaka : 1993 s.d 2018

(6)

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala ridha dan nikmatnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir kuliah. Shalawat dan salam juga selalu penulis haturkan kepada Nabi Muhammad Saw. sang uswatuh hasanah pembawa risalah Islam beserta keluarga dan para sahabatnya.

Atas kehendak dan rahmat Allah Swt. penulis dapat menyesaikan skipsi ini dengan judul “Efektivitas Pengawasan Dewan Pengawas Syariah Dalam Industri Teknologi Finansial Syariah Di Indonesia” diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata 1 (S-1) dan memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.) di Fakultas Syariah dan Hukum.

Dengan selesainya skripsi ini perkenankan penulis untuk mengucapkan kata terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, oleh karena itu ungkapan terimakasih ini ditunjukkan kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, M.A, selaku dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. AM. Hasan Ali, M.A, selaku Ketua Program Studi Hukum Ekonomi Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Abdurrauf, Lc. M.A, selaku Sekretaris Program Studi Hukum Ekonomi Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Dr. Moch Bukhori Muslim, M.A. selaku Dosen Pembimbing Skripsi.

6. Seluruh bapak, ibu dosen dan jajaran stad UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Fakultas Syariah dan Hukum yang senantiasa memberikan ilmu dan dukungan dengan penuh keikhlasan sehingga penulis terus berusaha untuk memperbaiki diri.

(7)

vi

7. Kedua orang tua yang dengan sabar selalu memberikan nasehat serta doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skrpsi ini tepat pada waktunya.

8. Kakak kandung penulis yang telah memberikan semangat dikala sedih maupun senang.

9. PT.Alami Fintek Sharia, Khususnya Kepada Ustadz Sirril Wafa selaku Dewan Pengawas Syariah dan Mas Bembi Juniar selaku CO-Founder PT Alami Fintek Sharia. Dan Staf-staf lainnya Mas Nizar, Mas Anto, dan Bang Amar Wibowo yang telah mengizinkan untuk meneliti dan banyak membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

10. Abang-abang senior yang selalu memberikan support dan bimbingan selama penulis di ciputat, Bang Husnul Qari, Bang Abeng, Bang Aslam, Bang Aulia Trisamsul, Bang Matin, bang Kevin, Bang Bakri, Bang Richad, Bang Bens, Bang Taki, Bang Amar, Ka Ame, Ka Conit, Kang Faizah terima kasih banyak.

11. Rekan-rekan seperjungan Akmal, Yuni, Radi, Uswah, Shareza, Imron, Rizal, Iqbal, Acong, Umam, Fahmi, Firman, Azis, Adib, Rizki, Satria, Rifki, Dhea, Adinda, Ragil, Sari, yang selalu dalam perjungan semoga kita diberikan kesuksesan dalam menjalani kehidupan kedepannya.

12. Serta rekan-rekan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan 2015 khususnya Kawan-kawan kelas C yang selalu bikin ceria.

13. Kawan-Kawan Seperjuangan di Senat Mahasiswa Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sudah memberikan sedikit pengalaman dan pembelajaran dalam berorganisasi dilingkungan kampus.

14. Serta keluarga HMI Komfaksy Cabang Ciputat yang telah memberikan pengalam organisasi yang berharga.

(8)

vii

Kepada semua pihak yang telah banyak terlibat saya ucapkan beribu-ribu terima kasih, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini dengan baik dan lancar.

Jakarta, 1 Februari 2020

Sirly Abdul Basit Mubarok

(9)

viii

DAFTAR TABEL

No. Judul Tabel Hal

1.1 Standar Kompetensi Kerja Nasional Pengawasan Syariah 25 1.2 Pengaplikasian skema berdasarkan fatwa dalam praktik 39

(10)

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTARK ... iv

KATA PENGANTAR ...v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang...1

B. Identifikasi Masalah ...6

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah ...7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian...8

E. Metode Penelitian ...9

F. Sistematika Penulisan ...11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...13

A. Krangka Teori ...13

1. Teori Efektifitas ...13

2. Teori Pengawasan...15

3. Mekanisme Pengawasan...16

B. Dewan Pengawas Syariah...20

1. Pengertian Dewan Pengawas Syariah ...20

2. Dasar Hukum Pembentukan Dewan Pengawas Syariah ...21

3. Mekanisme Pengangkatan Dewan Pengawas Syariah...22

4. Peran Dewan Pengawas Syariah ...22

(11)

x

1. Tugas dan Wewenang Dewan Syariah Nasional...27

2. Prosedur dan Metode Penetapan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) ...28

D. Finansial Teknologi ...29

1. Pengertian Fintek ...29

2. Dasar Hukum Fintek...31

3. Model Layanan Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi ...32

4. Akad-akad Yang Ada di Fintek Syariah Peer to Peer Lending ...33

5. Para Pihak Dalam Fintek ...35

E. Review Studi Terdahulu ...36

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG FINTECH SYARIAH DI INDONESIA DAN PROFIL PT. ALAMI FINTEK SHARIA ...38

A. Sejarah ...38

B. Profil Lembaga Alami Fintech Syariah ...39

C. Visi & Misi PT. Alami Fintek Sharia ...40

D. Struktur Organisasi PT. Alami Fintek Sharia ...40

E. Produk dan Akad Pada PT. Alami Fintek Sharia ...41

1. Jenis Produk Layanan Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah ...41

2. Akad Yang di Gunakan PT. Alami Fintek Sharia ...43

BAB IV EFEKTIVITAS DAN MEKANISME PENGAWASAN DEWAN PENGAWAS SHARIAH DI ALAMI FINTEK SHARIA DENGAN SKKNI NOMOR 25 TAHUN 2017 ...46

A. Efektivitas Pengawasan Dewan Pengawas Syariah Terhadap PT. Alami Fintek Sharia Berdasarkan SKKNI Nomor 25 Tahun 2017 ...46

(12)

xi

B. Mekanisme Pengawasan Dewan Pengawas Syariah di Alami Fintek Sharia

...55

BAB V PENUTUP ...63

A. Kesimpulan ...63

B. Saran ...63

DAFTAR PUSTAKA ...66 LAMPIRAN

(13)

1

Sebagai negara yang mayoritasnya dengan Muslim terbesar di dunia, Indonesia sudah sepantasnya unggul dalam bidang penerapan sistem ekonomi syariah. Hal ini pun dinilai sebagai alternatif bagi sebuah perkembangan ekonomi nasional. Pada awal tahun 90-an, perbankan syariah menjadi barometer lembaga keuangan syariah di Indonesia. Yang saat itu di tandai berdirinya lembaga bank muamalat.

Indrustri Jasa Keuangan akhir-akhir ini mengalami inovasi yang sangat signifikan sejalan dengan berkembang pesatnya teknologi digital.

Teknologi digital merupakan terobosan serta inovasi baru dalam seluruh kegiatan perekonomian khusunya di Indonesia. Hal tersebut juga mampu mempengaruhi pada sektor pertanian, perdagangan, dan secara khusus kepada sektor keuangan, dan salah satu sektor keuangan yang saat ini dikembangkan yaitu financial Technology atau lebih dikenal dengan istilah fintek yang menjadi inovasi terbaru saat kini.1

Seiring berkembangnya jaman dan kemajuan teknologi, sistem dan lembaga keuangan di Indonesia mengalami sebuah transformasi. Hal ini terlihat dengan munculnya berbagai jenis lembaga yang berbasis teknologi salah satunya yaitu Finacial Technology. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomer 19/12/PBI/2017 Teknologi Finansial adalah penggunaan teknologi dalam sistem kuangan yang menghasilkan produk, layanan, teknologi, dan/atau model bisnis baru serta dapat berdampak pada stabilitas moneter, sistem keuangan, dan/atau efesiansi, kelancaran, keamanan, dan keandalan sistem keuangan.

1Diakses dari https://business-law.binus.ac.id/2019/03/19/sekilas-perkembangan-fintech- di-indonesia/

(14)

2

Istilah finacial Technologi menjadi suatu topik yang hangat dibincangkan baik di tataran nasional maupun global. Financial Stability Board (2017) mendefinisikan Fintek sebagai inovasi teknologi layanan keuangan yang dapat menghasilkan model bisnis, aplikasi, proses atau produk dengan efek material yang terkait dengan penyediaan layanan keuangan. Faktor yang membuat kehadiran fintek dipicu dengan adanya dua faktor. Pertama, krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2008 sangat jelas menunjukan kepada konsumen adanya sebuah kekurangan dalam sistem perbankan tradisional yang menyebabkan terjadinya krisis.

Kedua, kemunculan teknologi baru yang dapat membantu menyediakan mobilitas kemudahan bagi pengguna, kecepatan dan biaya keuangan yang sangat rendah. 2

Fintek atau Financial Technology merupakan suatu terobosan baru dengan memadukan teknologi informasi dalam bidang keuangan.

Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per 7 Agustus 2019, ada 127 perusahaan fintek lending yang terdaftar.3 Angka itu terdiri dari 119 Perusahan Fintech Konvensional dan 8 Perusahaan Fintech yang berbasis Syariah.

Fintek juga sudah diatur dalam POJK Nomor 77/POJK.01/2016 Tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, PBI Nomor 19/12/PBI/2017 Tentang Penyelenggaraan Teknologi Finansial dan Fatwa DSN Nomor 117/DSNN-MUI/II/2018 Tentang Layanan Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam POJK diatur mengenai hubungan para pihak pada layanan Fintek berbasis P2P Lending ini terdiri dari Penyelenggara layanan pinjam meminjam berbasis teknologi informasi, Pemberi Pinjaman, dan Penerima Pinjaman.

2 Dwi Resti Pratiwi, Pentingnya Perkembangan Financial Technologi dalam mendorong keuangan inklusif, Buletin APBN, Vol.III, Edisi 15 Agustus 2018

3 https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/publikasi/Documents/Pages/Penyelenggara- Fintech-Terdaftar-dan-Berizin-di-OJK-per-7-Agustus-2019

(15)

Menurut fatwa DSN-MUI Nomor 117/DSN-MUI/II/2018 tentang layanan pembiayaan berbasis teknologi informasi berdasarkan prinsip syariah adalah penyelenggara jasa keuangan berdasarkan prinsip syariah yang mempertemukan atau menghubungkan pemberi pembiayaan dengan penerima pembiayaan dalam rangka melakukan akad pembiayaan melalui sistem elektronik dengan menggunakan jaringan internet, Ada beberapa model layanan pembiayaan yang dapat dilakukan oleh penyelenggara antara lain.

Pertama, pembiayaan anjak piutang yaitu pembiayaan dalam bentuk jasa pengurusan penagihan piutang berdasarkan bukti tagihan, baik disertai atau tanpa disertai talangan yang diberikan kepada pelaku usaha yang memiliki tagihan kepada pihak ketiga.

Kedua, pembiayaan pengadaan barang pesanan pihak ketiga yaitu pembiayaan yang diberikan kepada pelaku usaha yang telah memperoleh pesanan atau surat perintah kerja pengadaan barang dari pihak ketiga.

Ketiga, pembiayaan pengadaan barang untuk pelaku usaha yang berjualan secara daring (online seller) yaitu pembiayaan yang diberikan kepada pelaku usaha yang melakukan transaksi jual beli daring pada penyedia layanan perdagangan berbasis teknologi informasi (platform marketplace) yang telah menjalin kerja sama dengan penyelenggara.

Keempat, pembiayaan pengadaan barang untuk pelaku usaha yang berjualan secara daring dengan pembayaran melalui penyelenggara jasa pembayaran (payment gateway), yaitu pembiayaan yang diberikan kepada pelaku usaha (seller) yang aktif berjualan secara 4daring melalui saluran distribusi yang dikelolanya sendiri dan pembayarannya dilakukan melalui penyedia jasa otorisasi pembayaran secara daring (payment gateway) yang bekerja sama dengan pihak penyelenggara.

4 Diakses dari https://republika.co.id/berita/pbnjjz416/konsultasi-syariah-aspek-syariah- emfinancial-technology-em di akses pada 21 Agustus 2019

(16)

4

Kelima, pembiayaan untuk pegawai (employee), yaitu pembiayaan yang diberikan kepada pegawai yang membutuhkan pembiayaan konsumtif dengan skema kerja sama potong gaji melalui institusi pemberi kerja. Keenam, pembiayaan berbasis komunitas, yaitu pembiayaan yang diberikan kepada anggota komunitas yang membutuhkan pembiayaan dengan skema pembayarannya dikoordinasikan melalui pengurus komunitas.

Keenam, pembiayaan berbasis komunitas (community based) , yaitu pembiayaan yang diberikan kepada anggota komunitas yang membutuhkan pembiayaan, dengan skema pembayarannya dikordinasikan melalui kordinator/pengurus komunitas.

Sejalan dengan perkembangannya lembaga keuangan yang berbasis syariah, dalam hal ini ulama semakin tertuntut untuk turut serta dalam memberikan masukan untuk kemajuan lembaga terkait. Majelis Ulama Indonesia (MUI) membentuk Dewan Syariah Nasional (DSN) yang dianggap menjadi langkah efesien untuk mengordinasikan ulama dalam menanggapi isu-isu masalah ekonomi atau keuangan yang berbasis syariah.

Disamping itu juga DSN diharapkan menjadi pendorong penerapan prinsip-prinsip ajaran islam dalam kehidupan ekonomi.

Dalam upaya menjadikan pelayanan institusi keuangan syariah agar sejalan dengan prinsip-prinsip syariah, keberadaan Dewan Pengawas Syariah (DPS) bagi indrustri keuangan syariah sangatlah penting keberadaannya. DPS merupakan lembaga yang menjamin bahwa kegiatan ekonomi syariah khususnya lembaga keuangan syariah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Merujuk kepada surat yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional No.3 tahun 20005, bahwa Dewan Syariah Nasional (DPS) ialah bagian dari lembaga keuangan syariah yang bersangkutan, dan penempatannya atas persetujuan Dewan Syariah

5 Keputusan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama IndonesiaNo. 03 Tahun 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Anggota DewanPengawas Syariah Pada Lembaga Keuangan Syariah

(17)

Nasional (DSN). Maka dalam rangka mengefektifitaskan tugas Dewan Pengawas Syariah diperlukan upaya peningkatan pengetahuan DPS tentang oprasional lembaga keuangan syariah khususnya lembaga fintek syariah. Selain itu, lahirnya lembaga pengawas antara lain DSN dan DPS merupakan sebuah langkah maju dalam dunia keuangan di indonesia. 6

Pengawasan merupakan salah satu tugas dasar manajemen konsep modern, yaitu memastikan bahwa segala sesuatu berada pada koridor yang tepat. Dewan Pengawas Syraiah (DPS) memiliki nilai paling penting bagi suatu perkembangan sistem Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia.

Sehingga peran dan fungsi DPS dalam perusahaan Fintek Syariah harus dipertahankan keberadaannya.

Peran strategis Dewan Pengawas Syariah adalah sebagai kekuatan terdepan dalam menjaga kesyariahan sebuah lembaga keuangan yang memiliki label syariah. Dewan Pengawas Syariah (Shariah Supervisory Board) bertugas untuk menjamin bahwa suatu lembaga keuangan syariah telah melaksanakan prinsip syariah dalam semua transaksinya. Dewan Pengawas Syariah (DPS) memiliki peran penting dan strategis dalam penerapan prinsip syariah di suatu lembaga keuangan syariah khususnya fintech syariah. DPS bertanggunag jawab untuk memastikan semua produk dan prosedur sesuai dengan prinsip syariah. Karena pentingnya peran DPS tersebut, maka ada dua undang-undang di indonesia yang mengharuskan adanya DPS di perusahan syariah dan lembaga perbankan syariah. Pertama, Undang –undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Kedua, Undang-undang No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah.

Dengan demikian kehadiran Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang merupakan sebuah lembaga yang berada di bawah Majlis Ulama Indonesia ( MUI) sejak tahun 1999 dan akhir-akhir ini mulai ramai secara

6 Irwan Misbach,Skripsi Kedudukan dan Fungsi Dewan Pengawas syariah dalam mengawasi Transaksi Lembaga Keuangan Syariah di indonesia.

(18)

6

nasional dan mewadahi seluruh kebutuhan suatu lembaga keuangan syariah di indonesia. 7

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menelisik Mekanisme Pengawasan Dewan Pengawas Syariah (DPS) dalam menyambut fintech sebagai salah satu industri baru di indonesia dengan melakukan penelitian berjudul: EFEKTIVITAS PENGAWASAN

DEWAN PENGAWAS SYARIAH DALAM INDUSTRI

TEKNOLOGI FINANSIAL SYARIAH DI INDONESIA.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat penulis identifikasi beberapa masalah, yaitu sebagai berikut:

a. Apakah penunjukan DPS di suatu Lembaga Keuangan Syariah sudah sesuai aturan ?

b. Bagaimana Efektivitas pengawasan Teknologi Finansial oleh Dewan Pengawas Syariah sesuai dengan SKKNI?

c. Apakah DPS sudah mengetaui secara khusus sistem bisnis Teknologi Finansial Syariah ?

d. Bagaimana wewenang dan peran DPS di lemaba industri Teknologi Finansial Syariah ?

e. Bagaimana Mekanisme Pengawasan Dewan Pengawas Syariah di Industri Teknologi Finansial Syariah di Indonesia?

7Panji Adam, Fatwa-Fatwa Ekonomi Syariah: Konsep, Metodologi, dan Implementasinya pada Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Sinar GrafikaOffset, 2018) hal. 160

(19)

C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Sebagaimana telah dibahas pada latar belakang bahwa perkembangan lembaga keuangan syariah, khususnya Teknologi Finansial yang terus menerus mengalami perkembangan. Untuk menajamin terjaganya prinsip-prinsip syariah pada perusahaan fintech syariah maka dibutuhkan pengawasan yang independen yang dalam hal ini pengawasan dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS).

Mengingat luasnya pembahasan tentang pengawasan, maka untuk memperoleh gambaran yang lebih spesifik dari permasalahan yang akan diteliti dan untuk menghindari kesalahpahaman terhadap persepsi masalah yang akan ditulis serta tidak melembarnya pembahasan maka penulis membatasi batasan masalah terhadap objek yang dikaji yaitu Mekanisme Dewan Pengawas Syariah dalam pengawasan Indrustri Teknologi Finansial Syariah di Indonesia.

2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan peneletian sebagai berikut:

a. Bagaimana Efektivitas Dewan Pengawas Syariah dalam pengawasan pada Industri Teknologi Finansial Syariah ? Apakah sudah sesuia dengan Surat keputusan Mentri Ketenagakerjaan No.25 Tahun 2017 Tentang Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)?

b. Bagaimana Mekanisme Pengawasan Dewan Pengawas Syariah terhadap industri finansial teknologi syariah?

(20)

8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam suatu penelitian, tentunya seorang peneliti memiliki tujuan yang harus dicapai dalam sebuah penelitian tersebut. Maka dari itu tujuan yang ingin dicapai dalam peneliian ini adalah:

1. Tujuan Penelitian a) Tujuan Umum

Secara umum, tujuan penelitian atas beberapa permasalahan yang telah dipaparkan diatas ialah untuk mengetahui dan memahami efektivitas suatu pengawasan yang diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah terhadap produk yang ada di industri finansial teknologi syariah di indonesia. Yakni di PT Alami Fintek Sharia

b) Secara khususnya, tujuan penelitan ini adalah:

1) Mengetahui ke-efektivitasan yang dilakukan DPS pada industri finansial teknologi syariah di indonesia dengan menggunakan SKKNI N0 25 tahun 2017 tentang Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia.

2) Mengetahui mekanisme pengawasan DPS terhadap industri finansial teknologi syariah di indonesia.

2. Manfaat Penelitian

a. Masyarakat dan Perusahaan

Memberikan edukasi terhadap masyarakat dan perusahaan terhadap Mekanisme Dewan Pengawas Syariah bagi Perusahaan Teknologi Finansial Syariah di Indonesia.

b. Fakultas

Memberikan sumbangsih hasil pemikiran tentang Mekanisme Dewan Pengawas Syariah yang ada di Fintech Syariah di indonesia guna memperkaya khazanah pemikiran ekonomi syariah serta menambah literatur kepustakaan mengenai kajian selanjutnya.

(21)

c. Penulis

Untuk menambah wawasan mengenai DPS, fintech Syariah dan umumnya Hukum Ekonomi Syariah

E. Metode Penelitian

Penelitian (research) adalah pencarian kembali, yaitu pencarian terhadap pengetahuan yang benar (ilmiah) dan hasil dari pencarian tersebut digunakan untuk menjawab permasalahan tertentu.8 Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan yang terencana dilakukan dengan metode ilmiah bertujuan untuk mendapatkan data baru guna membuktikan kebenaran ataupuan ketidakbenaran daru suatu hipotesa yang ada.

1. Jenis Penelitian

Penelitian mengenai Efektivitas Pengawasan Dewan Pengawas Syariah Dalam Indrustri Teknologi Finansial Syariah di Indonesia yang penulis lakukan merupakan penelitian hukum normatif-empiris. Jenis penelitian ini pada dasarnya merupakan penggabungan antara jenis penelitian hukum normatif dengan adanya penambahan bebagai unsur empiris. Metode penelitian normatif-empiris ialah sebuah implementasi ketentuan hukum normatif (undang-undang).

Mengenai penelitian normatif hanya ditujuk pada peraturan tertulis sehingga penelitian ini sangat erat hubungannya pada perpustakaan karena akan membutuhkan data-data yang bersifat sekunder pada perpustakaan. Dalam penelitian hukum normatif hukum yang tertulis dikaji dalam dari berbagai aspek teori, filososfi, perbandingan, struktur atau komposisi, penejelasan umum dan penejelasan pada setiap pasal,

8 Amirudin dan Zaenal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2004), h.19

(22)

10

formalitas, dan kekuatan mengikat suatu undang-undang serta bahasa yang digunakan adalah bahasa hukum.9

Sedangkan penelitian empiris yang menjadikan hukum sebagai refleksi pengalaman manusia yang mana penelitian empiris memperhatikan orang-orang yang terlibat, lokasi suatu kasus terjadi, dan waktu penelitian. Penelitian empiris merupakan penelitian yang bergerak dari teori ke fakta atau pengalaman untuk menguji kebenaran teori.

2. Pendekatan Penelitian

Dalam penulisan ini peneliti akan menggunakan pendekatan perundang-undangan atau Statue Approach, karena yang akan diteliti adalah sebagai aturan hukum yang menjadi fokus sekaligus pusat dari suatu penelitian.10

Dalam hal ini penulis juga menggunakan pendekatan Case Approach atau pendekatan khusus, pendekatan ini dilakukan dengan melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan keefektivitasan Dewan Pengawas Syariah. Dengan pendekatan ini penulis mengumpulkan dan memaparkan data yang diperoleh dengan melakukan studi lapangan (field research) dan penelitian kepustakaan dengan cara mengadakan wawancara oleh penulis berbentuk kata-kata.

3. Data Penelitian a) Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber objek yang diteliti sebagai sumber utama dalam penelitian ini. Objek dalam penelitian ini adalah anggota DPS di salah satu Industri Fintech Syariah di indonesia.

9 Metode Penelitian Hukum Empiris dan Normatif, ID, Tesis,

https://idtesis.com/metodepenelitian-hukum-empiris-dan-normatif/, 14 April 2018

10 Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Bayu Media, 2006), h.302

(23)

b) Data Sekunder

Data sekunder pada penelitian ini didapatkan dari literatur-literatur kepustakaan yang memiliki kesamaan dengan objek penelitian berupa jurnal, buku. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang berkaitan dengan teori kedudukan dan fungsi DPS yang di tulis oleh para pakar hukum islam dalam masalah kepengawasan DPS.

4. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, penulis melakukan kajian dengan beberapa cara:

a. Studi pustaka adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.11 Dengan teknik pengumpulan studi pustaka ini digunakan untuk mendapatkan acuan teori dalam mempelajari serta melengkapi data yang akan dugunakan dalam penulisan skripsi.

b. Studi lapangan adalah studi yang dilakukan langsung oleh penulis untuk mendapat data yang akurat. Studi ini dilakukan untuk memperoleh data primer yang merupakan data utama dalam penelitian ini. Studi lapangan yang dilakukan penulis berupa observasi melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait.

c. Studi Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviwer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewed) yang memberikan jawaban atas pertanyaan.12

11 Mestika Zed, Metode Penelitian kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h.3.

12 Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2004), h.135

(24)

12

d. Studi Dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data melalui cara mempelajari dokumen yang terkait dengan bahan penelitian.

Tujuan dari studi dokumentasi ini adalah untuk mendapatkan data atau informasi yang berhubungan dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan. Studi ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data pendukung yang berkaitan dengan data utama pada penelitian ini, yakni berupa data yang ditulis oleh lembaga terkait, buku-buku, artikel, jurnal, surat kabar, laporan tahunan lembaga, dan lainnya.

5. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh, diolah, dan dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif. Penggunaan metode tersebut akan menghasilkan uraian hasil penelitian yang bersifat deskriptif analisis. Untuk dapat memperoleh hasil penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan kredibilitasnya, pengolahan data penelitian ini dilakukan dengan menganalisis dari hasil studi lapangan.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan kemudahan dalam memahami penelitian serta memberikan gambaran yang menyeluruh secara garis besar, skripsi ini akan disususn dalam beberapa bab antara lain:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini Memuat latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, review studi terdahulu, metode penelitian, sistematika penulisan.

(25)

BAB II : LANDASAN TEORI

Dalam bab ini membahas mengenai teori-teori yang berkaitan dengan isi dari skripsi ini, yang berhubungan dengan penelitian, serta kerangka penelitian.

BAB III : GAMBARAN UMUM

Bab ini menjelaskan mengenai sekilas gam,baran perusahaan, profil, visi dan misi, serta kegitan perusahaan.

BAB IV : PEMBAHASAN

Berisi tentang mekanisme pengawasannya Dewan Pengawas Syariah terhadap industri Fintech Syariah.

BAB V : PENUTUP

Bab ini mencakup uraian atas kesimpulan yang diambil dari penelitian berupa jawaban dari rumusan masalah dan saran dari penelitian ini.

(26)

13 BAB II

TINJAUAN TEORITIS A. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah kemampuan seorang peneliti dalam mengaplikasikan pola berpikirnya. Menurut Kerlinger, Teori adalah himpunan konsep, definisi, dan proporsi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala.1

Teori berguna untuk titik tolak atau menjadi landasan berfikir dalam menentukan atau menyoroti suatu gejala masalah. Dalam suatau tulisan ilmiah kerangka teori adalah sebagai instrumen penting di dalamnya, karna dalam kerangka teori akan dimuat teori-teori yang relevan dalam menjelaskan masalah yang sedang diteliti.

Fungsi teori sendiri adalah untuk menerangkan, memperediksi, dan menemukan keterpautan fakta-fakta yang ada secara sistematis. Dengan adanya kerangka teori pembaca dapat melihat batasan-batasan dari penelitian dan variabel apa saja yang akan menjadi pembahasan dalam penelitian tersebut. Ada beberpa kerangka yang akan penulis jelaskan antara lain, Teori Efektivitas, Teori Pengawasan dan mekanisme pengawasan.

1. Teori Efektivitas

Kata Efektivitas berasal dari Bahasa Inggris yakni efektif yang bermakna having the intended or expected effect serving the purpose.

Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target

1 Di akses di http://repository.usu.ac.id/ pada tanggal 14 November 2019

(27)

(kualitas, kuantitas, dan waktu) yang telah dicapai.2 Efektivitas diukur dan dilihat dari kenyataan bahwa sesuatu itu berhasil, memiliki dampak sebab tercapainya tujuan dan sasaran. Efektivitas adalah pencapaian target output yang diukur dengan cara membandingkan output anggaran atau seharusnya dengan output realisasi atau sesungguhnya, dikatakan efektif jika output seharusnya lebih besar daripada output sesungguhnya.3

Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti berhasil atau berguna,. Menurut Ensiklopedia Nasional Indonesia efektivitas berarti menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai atau tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih renca tepat yang mencapai target yang sudah ditetapkan ataupun konsistensi kerja yang besar untuk mencapai tujuan yang sudah direncanakan. Efektivitas juga tidak dapat disamakan dengan efisiensi, karna keduanya memiliki arti yang berbeda. Efisiensi mengandung pengertian antara biaya dan hasil. Sedangkan efektivitas adalah sesuatu pencapaian sebuah tujuan.

Efektivitas dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu penerapan yang dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah terhadap semua regulasi yang ditetapkan oleh DSN-MUI. Bagaimana pelaksanaanya dan peran Dewan Pengawas Syariah (DPS) terhadap perusahan Fintek Syaria atau Lembaga Keuangan Syariah yang mereka awasi, lalu kemudia melihat tindakan korektif apa yang dilakukan oleh DPS dalam mengatasi dan memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada.

2 Sofiyah, Analisis Efektivitas Keputusan DSN-MUI No. 3 Tahun 2000 Berkaitan dengan Dewan Pengawas Syariah di Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) studi kasusus di BMT Bima Magelang. Jurnal. Volume 3 Nomer 1, Juli 2012

3Amir Syarifudin Kiwang, Analisi Kebijakan dan Efektivitas Organisasi Jurnak Kebijakan dan Administrasi Publik (JKAP) Vol.19 , No 1-15

(28)

15

Dalam hal ini peran Dewan Pengawas Syariah sangat penting dan menentukkan dalam memberikan sebuah penilaian apakah sebuah perusahaan syariah dan lembaga keuangan syariah serta fatwa yang telah ditetapkan oleh DSN-MUI. Selaian itu juga efektivitas di sini memaknakan standar pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah telah maksimal. Sehingga peran serta fungsi Dewan Pengawas Syariah dapat memberikan kepercayaan terhadapa konsumen atau nasabah bahwa penerapan prinsip syariah pada Perusahaan Fintech Syariah atau Lembaga Keungan Syariah telah sesuai dengan prinsip syariah

2. Teori Pengawasan

Menurut Smith pengawasan adalah Controlling sering diterjemahkan juga dengan pengendalian, termasuk juga di dalamnya rencana-rencana dan norma yang mendasar pada maksud dan tujuan manajerial, yang di mana norma itu berupa target maupun pedomanan pengukuran hasil kerja yang ditetapkan. Pengawasan merupakan kegiatan di mana suatu sistem terselenggarakan dalam kerangka norma yang ditetapkan atau dalam keadaan keseimbangan bahwa pengawas memberikan gambaran mengenai hal-hal yang dapat diterima, dipercaya atau mungkin dipaksakan dan batas pengawasan (control limit) merupakan tingkat nilai atas atau bawah suatu sistem dapat menerima hasil yang cukup memuaskan.4

Dalam manajemen, pengawasan (controlling) merupakan suatu kegiatan untuk mencocokkan apakah kegiatan operasional yang di lapangan sudah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dalam mencapai tujuan dari organisasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengawasan berarti penilikan atau penjagaan. George R Terry, pengawasan adalah proses penentuan apa yang harus dicapai yaitu

4 Sentot Harman Glendoh, Fungsi Pengawasan Dalam Penyelenggaraan Manajemen Korporasi, Jurnal Manajemen&Kewirausahaan. Vol.2, No.1, Maret 2000: 43-56

(29)

standar, apa yang sedang dilakukan, yaitu untuk menilai pelaksanaan dan bila perlu melakukan perbaikan-perbaikan sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar. 5

Pengawasan dalam pengertian syariah bermakna pemantauan (ishraf), pemeriksa (murajaah). Pengawasan dalam islam muncul dari tanggung jawab individu, ammanah dan keadilan. Islam dalam hal ini memerintahkan setiap individu menyampaikan ammanah yang menjadi tanggung jawabnya setia individu tersebut. 6

Landasan hukum pengawasan menurut Al-Quran adalah:

َىُه َّلَِّإ ٍةَث َلََث ٰيَىْجًَ ْيِه ُىىُكَي بَه ۖ ِضْرَ ْلْا يِف بَهَو ِتاَوبَوَّسلا يِف بَه ُنَلْعَي َ َّاللَّ َّىَأ َرَت ْنَلَأ َّلَِّإ ٍةَسْوَخ َلََّو ْنُهُعِباَر ْنُهُئِّبٌَُي َّنُث ۖ اىًُبَك بَه َيْيَأ ْنُهَعَه َىُه َّلَِّإ َرَثْكَأ َلََّو َكِل َٰذ ْيِه ًًَْٰدَأ َلََّو ْنُهُسِدبَس َىُه

نيِلَع ٍءْيَش ِّلُكِب َ َّاللَّ َّىِإ ۚ ِةَهبَيِقْلا َمْىَي اىُلِوَع بَوِب

Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dialah keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di manapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.( QS. Al.Mujadalah :7)

3. Mekanisme Pengawasan

Kata mekanisme pertama kali digunakan dalam presentasi yang dilakukan oleh para ahli dunia teknik di sekitaran abad ke – 17. Pada waktu itu, para ahli dunia teknik yang berasal dari seluruh penjuru dunia

5http://www.negarahukum.com/hukum/teori-pengawasan.html

6 http://teukumuksalmina.blogspot.com/2013/01/pengawasan-dalam-islam.html

(30)

17

seperti Galileo Galilei, Newton, dan para ahli teknik lainnya mencoba untuk mengembangkan berbagai macam gagasan yang membahas seputar masalah materi, gerak, ruang, dan juga waktu. Dari berbagai macam gagasan tersebut, akhirnya timbullah sebuah teori mekanika klasik yang nantinya menjadi cikal bakal teori mekanisme dalam dunia teknik7.

Dalam konsideran Keputusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomer KMA/080/SK/VII/2006 disebutkan bahwa pengawasan merupakan salah satu fungsi pokok manajemen untuk menjaga dan mengendalikan agar tugas-tugas yang dilaksanakan harus dapat tercapai sesuai dengan rencana dan aturan yang berlaku, maka terbitlah keputusan tersebut agar menjadi pedoman pelaksanaan di lingkungan peradilan.

Lahirnya Pedoman Pelaksanaan Pengawasan tersebut untuk:

a. Memperoleh informasi apakah penyelenggaraan teknis peradilan pengelolaan administrasi peradilan, dan pelaksanaan tugas umum peradilan telah sesuai dengan rencana dan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

b. Memperoleh umpan balik kebijaksanaan, perencanaan dan pelaksanaan tugas-tugas peradilan.

c. Mencegah terjadinya penyimpangan, mal administrasi, dan ketidakefisienan penyelenggara peradilan.

d. Minilai kinerja.

Pengawasan dalam pandangan Islam dilakukan untuk meluruskan yang menyimpang, mengoreksi yang salah dan membenarkan yang hak.

Pengawasan dalam ajaran islam paling tidak terbagi menjadi dua. Pertama, kontrol yang berasal dari diri kita sendiri yang bersumber dari tauhid dan keimanan terhadap Allah SWT. Kedua, sebuah pengawasan akan lebih efektif jika sistem pengawasan itu dapat terdiri atas mekanisme

7 https://pengertiandefinisi.com/kumpulan-pengertian-mekanisme/

(31)

pengawasan dari pemimpin yang berkaitan dengan penyelesaian tugas telah didelegasikan, kesesuaian antara penyelesaian tugas dan perencanaan tugas. Agar suatu perundang-undangan yang mengadopsi prinsip syariah dapat dijalankan dengan sebagaimana mestinya, maka DSN-MUI perlu adanya pembentukan Dewan Pengawas Syariah (DPS) di setiap perusahaan syariah dan lembaga keungan syariah. Tujuan dari pembentukkannya Dewan Pengawas Syariah adalah untuk mengawasi aktifitas operasional lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan prinsip syariah8. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan pengawasan antara lain adalah:

1. Proses Pengawasan

a. Menentukan standar sebagai ukuran pengawasan dalam kegiatan pengawasan yang menjadi ukuran dan pola untuk melaksanakan suatu pekerjaan dan produk yang dihasilkan.

b. Pengukuran dan pengamatan terhadap jalannya operasi berdasarkan pelaksanaan rencana yang sudah ditetapkan.

c. Penafsiran dan perbandingan hasil yang dicapai dengan standar yang diminta.

d. Melakukan tindakan koreksi terhadap hal yang menyimpang.

e. Perbandingan hasil akhir dengan masukan yang digunakan.

2. Program Audit Internal

Audit adalah proses pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan perusahaan atas validasi catatan-catatan akunting yang dibuat perusahaan untuk menjamin keabsahan catan tersebut.

8 Panji Adam, Fatwa-Fatwa Ekonomi Syariah: Konsep, Metodologi, dan Implementasinya pada Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Sinar GrafikaOffset, 2018) hal. 217

(32)

19

Untuk mendorong penerapan prinsip syariah pada perekonomian.

Karena itu, keberadaan DSN-MUI dapat berperan secara optimal dalam pengembangan ekonomi syariah. Selain itu juga DSN memberikan teguran terhadap lembaga ekonomi tertentu yang menyimpang dari hukum yang sudah ditetapkan. 9

Dewan Pengawas Syariah (DPS) sebagai lembaga independen yang ditetapkan oleh DSN pada lembaga keuangan syariah atau perusahaan syariah khusunya pada Fintech Syariah. Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari DPS wajib mengikuti fatwa DSN yang merupakan otoritas tertinggi dalam mengeluarkan fatwa mengenai kesesuai produk dengan ketentuan prinsip syariah.10

Pengawasan terhadap lembaga keuangan syariah merupakan amanah yang wajib ditunaikan oleh seorang DPS. Oleh karenanya anggota DPS harus merupakan orang yang memiliki keahlian sesuai dengan bidangnya. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku anggota DPS adalah orang yang memiliki kualifikasi keilmuan secara integral, menguasai ilmu fiqih muamalah dan ilmu ekonomi keuangan islam modern. Peraturan Bank Indonesia Nomer 6/17PBI/2004 menyebutkan bahwa anggota Dewan Pengawas Syariah harus memiliki persyaratan kompetensi.

Untuk menjaga kualitas pengawasan terhadap pelaksanaan penerapan prinsip syariah di fintech syariah perlu adanya pembatasan kewenangan pengawasan DPS agar lembaga tersebut dapat bekerja dengan profesional. Anggota Dewan Pengawas Syariah harus memenuhi persyaratan kompetensi, dimaksudkan pihak-pihak yang memiliki

9 Sri Dewi Anggraeni, Mekanisme Dewan Pengawasan Syariah dan Bank Indonesia Terhadap Bank Syariah. Majalah Ilmiah UNIKOM, Vol. 12 No.1

10 Sri Dewi Anggraeni, Mekanisme Dewan Pengawasan Syariah dan Bank Indonesia Terhadap Bank Syariah. Majalah Ilmiah UNIKOM, Vol. 12 No.1

(33)

pengetahuan dan pengalaman dalam bidang syariah muamalah dan bidang teknologi serta sistem bisnis Industri Fintech Syariah itu sendiri.

B. Dewan Pengawas Syariah

1. Pengertian Dewan Pengawas Syariah

Kata Dewan dalam kamus bahasa Indonesia berarti badan yang terdiri dari beberapa orang yang bekerja memutuskan sesuatu dengan cara berunding, pengawas berasal dari kata awas yang berarti pengawas11. Sedangkan kata syariah berarti komponen ajaran Islam yang mengatur kehidupan umat Muslim baik dari segi ibadah maupun segi muamalah yang merupakan aktualisasi akidah menjadi keyakinannya. Sedangkan muamalah meliputi aspek kehidupan muamalah maliyah.

Dewan Pengawas Syariah adalah badan yanng berada di suatu lembaga keuangan syariah dan memiliki tugas mengawasi pelaksanaan keputusan DSN di lembaga keuangan syariah tersebut. Dewan Pengawas Syariah diangkat dan diberhentikan di lembaga keuangan syariah melalui Rapan Umum Pemegang Saham (RUPS) setelah mendapatkan rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional (DSN).12

Dewan Pengawas Syariah (DPS), merupakan lembaga yang memiliki peran dalam menjamin ke-syariahan di lembaga keuangan syariah di Indonesia. Peran ini dijalankan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) yang di bentuk oleh Majlis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 1998 dan di kukuhkan oleh SK Dewan Pimpinan MUI No.Kep- 754/MUI/II/1999 pada tanggal 10 Februari 1999.13 Dewan Pengawas

11 Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2007) hlm.289.

12 Panji Adam, Fatwa-Fatwa Ekonomi Syariah: Konsep, Metodologi, dan Implementasinya pada Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Sinar GrafikaOffset, 2018) hal. 213

13 www.dsnmui.or.id/index.php?page=sekilas di akses pada tangal 11 November 2019

(34)

21

Syariah juga melakukan pengawas terhadap prinsip syariah dalam kegitan usaha lembaga keuangan syariah yang dalam menjalankan fungsinya secara independen. DPS juga adalah pihak terafiliasi dan bagian dari setiap lembaga keuangan syariah yang tidak terpisahkan dari lembaga tersebut.14

Merujuk pada surat keputusan Dewan Pengawas Syariah No. 3 tahun 2000 disebutkan bahwa DPS adalah bagian dari lembaga keuangan syariah yang bersangkutan yang penetapannya atas persetujuan Dewan Syariah Nasional (DNS). DPS adalah suatu dewan yang sengaja dibentuk untuk mengawasi jalannya suatu lembaga keuangan syariah khusunya industri teknologi finansial syariah sehinggga sesuai dengan prinsip- prinsip syariah.

2. Dasar Hukum Pembentukan Dewan Pengawas Syariah

Dalam pasal 109 Undang-undang Nomer 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Perbatas (UUPT) disebutkan bahwa Perseroan yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan pada prinsip syariah selain memiliki Dewan Komisaris wajib juga memiliki Dewan Pengawas Syariah. Dewan Pengawas Syariah yang dimaksud di sini adalah seorang yang ahli terhadap hukum-hukum syariah dan diangkat oleh RUPS atas dasar rekomendasi dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Keputusan Dewan Syariah Nasional No. 3 tahun 2000 di sebutkan bahwa Dewan Pengawas Syariah adalah bagian dari lembaga keuangan syariah yang bersangkutan yang penetapannya atas persetujuan Dewan Syariah Nasional (DNS). DPS adalah suatu dewan yang sengaja di bentuk untuk mengawasi jalannya suatu lembaga keuangan syariah khusunya industri teknologi finansial syariah sehinggga sesuai dengan prinsip- prinsip syariah.

14 Muhammad Amin Suma. Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keungan Islam.(Ciputat, Kholam Publishing.2008). hal.379

(35)

3. Mekanisme Pengangkatan DPS

Mekanisme pengangkatan Dewan Pengawas Syariah pada Lembaga Keuangan Syariah Non-Bank, secara umum dalam prinsip dikatakan sama. Pengangkatan DPS pada Lembaga Keuangan Syariah Non-Bank dilakukan oleh lembaga yang bersangkutan dengan DSN-MUI.

Setelah itu perusahaan atau lembaga keuangan syariah merekomendasikan DPS kepada DSN-MUI agar diproses oleh DPS untuk menjadi DPS pada lemabaga terkait.15

4. Peran Dewan Pengawas Syariah

Tujuannya dibentuk Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah untuk mengawasi aktivitas operasional Bank dan Lembaga Keuangan Syariah lainnya agar pelaksanaannya sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Untuk itulah, DPS bertugas mengawasi operasional bank dan lembaga keuangan syariah lainnya beserta produk-produknya agar sesuai dengan ketentuan dan prinsip syariah. Dalam pengembangan perbankan syariah dan lembaga keuangan syariah lainnya pada khususnya Industri Teknologi Finansial (Fintech), Dewan Pengawas Syariah (DPS) memiliki peran strategis, yaitu:

a. Supervisor, yaitu melaksanakan fungsi dan tugas pengawasan langsung kepatuhan syariah dan implementasi fatwa DSN pasal oprasional LKS.

b. Advisor, yaitu memberikan nasehat, inspirasi, pemikiran, saran, serta konsultasi untuk pengembangan produk dan jasa yang inovatif untuk persaingan global.

c. Market, yaitu menjadi mintra strategis untuk peningkatan kuantitas dan kualitas industri LKS dan Fintech melalui komunikasi massa untuk memberikan sosialisasi,

15 Muhammad Amin Suma. Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keungan Islam.(Ciputat, Kholam Publishing.2008). hal 381

(36)

23

community and networking building, dan peran strategis dalam bentuk hubungan masyarakat.

d. Supporter, yaitu memberikan support dan dukungan, baik networking, pemikiran, motivasi, doa dan lain-lain untuk pengembangan fintech syariah dan ekonomi syariah.

e. Player, yaitu sebagai pemain dan pelaku ekonomi syariah, baik sebagai pemilik, pengelola maupun mitra/nasabah penyalur dan pembiaya.

f. Mengawasi pengembangan produk baru

g. Melakukan review secara berkala terhadap produk-produk fintek shariah.16

5. Fungsi, Kedudukan, dan Struktur Dewan Pengawas Syariah Dewan Pengawas Syariah memiliki fungsi antara lain, yaitu:

a. DPS melakukan pengawasan secara periodik pada lembaga keuangan syariah khusunya industri fintech syariah yang berada dalam pengawasannya.

b. DPS berkewajiban mengajukan usul-usul pengembangan lembaga keungan syariah atau industri teknologi finansial syariah kepada pimpinan yang bersangkutan dan kepada DSN.

c. DPS melaporkan perkembangan produk dan operasional lembaga keungan syariah yang diawasinya kepada DSN sekurang-kurangnya dua kali dalam satu tahun anggaran.17

16 Panji Adam, Fatwa-Fatwa Ekonomi Syariah: Konsep, Metodologi, dan Implementasinya pada Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Sinar GrafikaOffset, 2018).hal.217- 218

(37)

Kedudukan Dewan Pengawas Syariah yaitu adalah:

a. DPS merupakan pernagkat DSN-MUI yang dibentuk dan berada dalam struktur LKS, LBS, dan LPS lainnya.

b. DPS merupakan pihak terafiliasi dengan LKS, LBS, dan LPS lainnya yang diawasinya.

c. Dalam menjalankan tugasnya, DPS bertanggung jawab kepada DSN-MUI dan pihak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Adapun Struktur Dewan Pengawas Syariah antara lain adalah:

a. DPS dalam struktur perusahaan setara dengan fungsi komisaris sebagai pengawas direksi.

b. Jika komisaris berfungsi sebagai pengawas dalam kaitan kinerja manajemen, maka DPS melakukan pengawasan kepada manajemen, dalam kaitan dengan implementasi sistem dan produk agar tetap sesuai dengan prinsip syariah.

c. Bertanggung jawab atas seleksi karyawan syariah baru.

d. Ikut mengawasi pelanggaran nilai-nilai islam di lingkungan perusahaan.18

Standar Kompetensi Kerja Nasional Pengawasan Syariah Tabel 1.1

17 Panji Adam, Fatwa-Fatwa Ekonomi Syariah: Konsep, Metodologi, dan Implementasinya pada Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Sinar GrafikaOffset, 2018) hal. 218- 219

18 Panji Adam, Fatwa-Fatwa Ekonomi Syariah: Konsep, Metodologi, dan Implementasinya pada Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Sinar GrafikaOffset, 2018).hal.218- 220

(38)

25

NO Kode Unit Judul Unit Kompetensi

1 M.74DPS00.001.1 Mengiventarisasi bahan pengawasan syariah sesuai tugasnya

2 M.74DPS00.002.1 Melakukan pengawasan terhadap akta perjanjian

3 M.74DPS00.003.1 Melakukan pengawasan terhadap prosedur produk dan/atau layanan baru

4 M.74DPS00.004.1 Melakukan pemasaran terhadap pemasaran produk

5 M.74DPS00.005.1 Melakukan pengawasan terhadap laporan keungan

6 M.74DPS00.006.1 Menyusun Opini Syariah

C. Profil Dewan Syariah Nasional Majlis Ulama Indonesia (DSN-MUI) Pasca diundangkannya Undang-Undang nomer 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomer 7 Tahun 1992 tentang perbankan, kegiatan dan aktivitas pengembangan ekonomi syariah semakin meningkat. Undang-Undang tersebut menjadi sebuah dasar hukum bagi kegiatan perbakan yang berdasarkan prinsip syariah.

Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah(LKS) memerlukan aturan- aturan yang berkaitan dengan kesesuaian oprasioanal LKS dengan Prinsip- Prinsip Syariah. Persoalan muncul karena institusi regulator yang semestinya mempunyai otoritas mengatur dan mengawasi LKS, yaitu Bank Indonesia(BI) untuk perbankan syariah, dan kementrian keuangan untuk lembaga keuangan non-bank, tidak dapat melaksanakan otoritasnya

(39)

di bidang syariah (untuk merumuskan prinsip-prinsip syariah secara langsung dari teks Al-quran, hadis, maupun kitab-kitab fiqih). 19

Rencana pembentukan Dewan Syariah Nasional (DSN) mulai dibincangkan pada tahun 1990 ketika acara lokakarya dan pertemuan yang membahas tentang bunga bank dan pengembangan ekonomi rakyat, dan merekomendasikan agar pemerintah memfasilitasi pendirian bank berdasarkan prinsip syariah. Dewan Syariah Nasional adalah lembaga yang di bentuk oleh Majlis Ulama Indonesia(MUI) yang secara struktural berada di bawah MUI. Tugas Dewan Syariah Nasional adalah menjalankan tugas Majlis Ulama Indonesia dalam masalah-masalah yang berhubungan dengan ekonomi syariah, baik yang berhubungan dengan aktifitas lembaga keungan syariah ataupun yang lainnya. Pada prinsipnya, pembentukan Dewan Syariah Nasional dimaksudkan oleh Majlis Ulama Indonesia sebagai usaha untuk efisiensi dan kordinasi para ulama dalam menanggapi isu-isu yang berhubungan dengan masalah ekonomi dan keuangan. Selain ini Dewan Syariah Nasional diharapkan bisa berperan sebagai pengawas, pengarah dan pendorong penerapan nilai-nilai dan prinsip islam dalam kehidupan ekonomi. 20

Secara yuridis, Dewan Syariah Nasional pada awalnya diakui keberadaannya dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomer 32/34/1999 tentang Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, yaitu sebagai badan yang memberikan pengaturan produk dan oprasional perbankan syariah, sekaligus sebagai Pengawas Dewan Pengawas Syariah di setiap Lembaga Keuangan Syariah.

A. Tugas dan Wewenang Dewan Syariah Nasional

19 Panji Adam, Fatwa-Fatwa Ekonomi Syariah: Konsep, Metodologi, dan Implementasinya pada Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Sinar GrafikaOffset, 2018) hal. 160

20 Panji Adam, Fatwa-Fatwa Ekonomi Syariah: Konsep, Metodologi, dan

Implementasinya pada Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Sinar GrafikaOffset, 2018) hal.162

(40)

27

1. Tugas Dewan Syariah Nasional

a. Menetapkan fatwa atas sistem, kegiatan, produk, dan jasa LKS, LBS, dan LPS lainnya.

b. Mengawasi penerapan fatwa melalui DPS di LKS, LBS, dan LPS lainnya.

c. Membuat pedoman implementasi fatwa untuk lebih menjabarkan fatwa tertentu agar tidak menimbulkan multi penafsiran pada saat diimplementasikan di LKS,LBS dan LPS lainnya.

d. Mengeluarkan surat edaran (Talimat) kepada LKS, LBS, dan LPS lainnya.

e. Memberikan rekomendasi calon anggota dan/atau mencabut rekomendasi anggota DPS pada LKS,LBS, dan LPS lainnya.

f. Memberikan rekomendasi calon ASPM dan/atau mencabut rekomendasi ASPM.

g. Menerbitkan pernyataan kesesuain syariah atau keselarasan syariah bagi produk dan ketentuan yang diterbitkan oleh Otoritas tertentu.

h. Menerbitkan pernyataan kesesuain syariah atas sistem, kegiatan, produk, dan jasa di LKS, LBS, dan LPS lainnya.

i. Menerbitkan sertifikat kesesuain syariah bagi LBS dan LPS lainnya yang memerlukan.

j. Menyelenggarakan program sertifikasi keahlian syariah bagi LKS, LBS dan LPS lainnya.

k. Melakukan sosialisasi dan edukasi dalam rangka meningkatkan literasi keuangan, bisnis, dan ekonomi syariah.

(41)

l. Menumbuhkembangkan penerapan nilai-nilai syariah dalam kegiatan perekonomian pada umumnya dan keungan pada khususnya.

2. Wewenang Dewan Syariah Nasional

a. Memberikan peringatan kepada LKS, LBS dan LPS lainnya untuk menghentikan penyimpangan dari fatwa yang diterbitkan oleh DSn-MUI

b. Merekomendasikan kepada pihak yang berwenang untuk mengambil tindakan apabila peringatan tidak diindahkan.

c. Membekukan dan/atau membatalkan sertifkat syariah bagi LKS, LBS, dan LPS lainnya yang melakukan pelenggaran.

d. Menyetujui atau menolak permohonan LKS, LBS, dan LPS lainnya mangenai usul penggantian dan/atau pemberhentian DPS pada lembaga bersangkutan.

e. Merekomendasikan kepada pihak terkait untuk menumbuhkembangkan usaha bidang keuangan, bisnis, dan ekonomi syariah.

f. Menjalin kemitraan dan kerjasama dengan berbagai pihak, baik dalam maupun luar negeri untuk menumbuhkembangkan usaha bidang keuanagam, bisnis, dan ekonomi syariah.

B. Prosedur dan Metode Penetapan Fatwa Dewan Syariah Nasional- Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)

Metode penetapan fatwa DSN adalah mengikuti pedoman atau panduan yang telah ditetapkan oleh komisi fatwa MUI.

Adapun pedoman fatwa MUI tertuang dalam Surat Keputusan Majelis Ulama Indonesia No.U-59/MUI/X?1997. dalam Surat

(42)

29

Keputusan ini terdapat 3 (Tiga) bagian proses utama dalam menentukan fatwa, yaitu dasar-dasar umum penetapan fatwa, prosedur penetapan fatwa, serta teknik dan kewenangan organisasi dalam penetapan fawa.

Fatwa yang dikeluarkan oleh DSN tidak hanya dipedomani oleh seluruh lembaga keuangan syariah, tetapi menjadi sumber materil dalam menentukan keabsahan oprasional lembaga keuangan syariah. Dengan kata lain, kontribusi fatwa yang dikeluarkan oleh DSN merupakan sumber materil yang dimuat dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES).21

D. Finacial Technology 1. Pengertian Fintech

Fintech berasal dari istilah financial technology atau teknologi finasial. Menurut The National Digital Research Centre (NDRC) mendefinisikan fintek sebagai Innovation infinancial services atau Inovasi dalam layanan keuangan. Fintech merupakan suatu inovasi pada sektor finansial yang mendapat sentuhan teknologi modern. 22

Secara bahasa, Fintek berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari Financial dan Technologi. Financial yang berarti keuangan dan Technology berarti teknologi disingkat menjadi layanan keuangan berbasis teknologi. Secara istilah banyak yang mengartikan Fintek, beberapa di antaranya mendefinisikan sebagai aplikasi teknologi digital untuk masalah intermediasi keuangan.

21 Panji Adam, Fatwa-Fatwa Ekonomi Syariah : Konsep, Metodologi, dan

Implementasinya pada Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta:Sinar Grafika Offset, 2018) hal. 191

22 Irma Muzdalifa, Peran Fintech dalam Meningkatkan Keuangan Inklusif Pada UMKM di Indonesia(Pendekatan keungan syariah), Jurnal Masharif al-syariah, Vol. 3, No.1. 2018.

(43)

Menurut The National Digital Research Centre (NDRC) di Irlandia, mendefinisikan fintek sebagai “ innovation in financial services”

atau inovasi dalam layanan keuanan fintech “ Fintech adalah sebuah inovasi layanan dalam lembaga keuangan non bank yang memanfaatkan teknologi informasi sebagai alat untuk menjangkau konsumennya.

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/12/PBI/2017 Tentang Penyelenggaraan Teknologi Finansial yang dimaksud Teknologi Finansial adalah penggunaan teknologi dalam sistem keuangan yang menghasilkan produk, layanan, teknologi, dan/atau model bisnis baru serta dapat berdampak pada stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan, dan/atau efisiensi, kelancaran, keamanan, dan keandalan sistem pembayaran.

Berbeda halnya dengan Fintek Konvensional, Fintek syariah merupakan kombinasi inovasi di bidang keuangan dan teknologi yang didasarkan pada nilai-nilai hukum Islam (syariah). Perbedaan Fintech syariah dengan Konvensional juga bisa dilihat dari suku bunga, pada Fintech syariah tidak akan dijumpai suku bunga, melainkan akad murabahah, musyarakah, ijarah, dan sebagainya.23

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi adalah penyelenggara layanan jasa keuangan untuk mempertemukan antara pemberi pinjaman dan penerima pinjaman dalam melakukan perjanjian pinjam meminjam dalam mata uang rupiah secara langsung dengan melalui elektronik.

Sedangkan menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 177/DSN- MUI/II/2018 tentang Layanan Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah adalah penyelenggaraan layanan jasa keuangan berdasarkan prinsip syariah yang mempertemukan atau

23 Financial Technology, Layanan Financial Berbasis IT”, diakses dari http://bapenda.jabarprov.go.id/2016/12/26/fi nancial-technology-layanan-finansialberbasis-it/

(44)

31

menghubungkan antara pemberi pembiayaan dengan penerima pembiayaan dalam rangka melakukan akad pembiayaan melalui sistem elektronik dengan menggunakan jaringan internet.24

2. Dasar Hukum Fintek

Fintek juga memiliki beberapa aturan main secara hukum positif maupun hukum Islam. Di antara aturan hukum positifnya antara lain yaitu:

a. Undang-undang Tahun 1999 tentang Perlindungan Kosumen

b. POJK No. 77 tahun 2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Berbasis Uang Berbasis Teknologi Informasi c. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.7 tahun 2005 Tentang

Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana bagi Bank yang Melaksanakan Prinsip Syariah

d. PBI No. 19 tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Teknologi Finansial

e. Peraturan Bank Indonesia No. 18/40/PBI/2016 tentang Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran

f. Surat Edaran Bank Indonesia No. 18/22/DKSP perihal Penyelenggaraan Layanan Keuangan Digital

g. Peraturan Bank Indonesia No. 18/17/PBI/2016 tentang Uang Elektronik25

Dalam aturan Hukum Islam fintech diatur oleh:

24 Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 177/DSN-MUI/II/2018 tentang Layanan Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah

25 Di akses https://www.bi.go.id/id/edukasi-perlindungan-konsumen/edukasi/produk-dan- jasa-sp/fintech/Pages/default.aspx tanggal 26 November 2019

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari itu alangkah baiknya apabila kita mempelajari lebih lanjut mengenai peralatan dalam pemboran khusunya peralatan pompa lumpur pada rig #15.3 N110-M2 yang mempunyai

Dari penjelasan teori yang diberikan diatas dapat disimpulkan bahwa Prosedur Pengajuan Klaim Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) merupakan serangkaian langkah – langkah yang menjadi

Apa interpretasi dari pemeriksaan orofaringeal : tonsil : T4/T4, mukosa hiperemis, kripte melebar +/+, detritus +/+ dan pada faring ditemukan mukosa hiperemis dan terdapat granul

Kemunduran benih merupakan proses penurunan mutu benih secara berangsur-angsur dan komulatif serta tidak dapat kembali pada kondisi awal (irreversible) akibat perubahan

5. Guru menanyakan materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya dan mengaitkan dengan topik yang akan dipelajari pada saat ini. Peserta didik menerima informasi dari

Hasil Algoritma Penjadwalan Mata Kuliah Algoritma yang dihasilkan dari penelitian ini merupakan perancangan dari Algoritma Beam Search untuk jadwal mata kuliah, dimana

Menurut ketentuan umum sistem rujukan berjenjang oleh BPJS Kesehatan salah satunya adalah dalam menjalankan pelayanan kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjutan wajib

Dari keluarga besarnya tersebut kemudian orang-orang Jawa berkembang dan bermukim di daerah Kontribusi mereka tersebut kemudian diabadikan melalui pemberian sebuah nama jalan