• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cerita Rakyat dan Hikayat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Cerita Rakyat dan Hikayat"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Kurikulum 2013 Revisi

A. Cerita Rakyat

1.

2.

3.

4.

5.

Memahami konsep dasar cerita rakyat dan hikayat.

Menemukan hal-hal yang menarik tentang tokoh dan latar cerita rakyat.

Menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita rakyat dan hikayat.

Mengidentifikasi unsur intrinsik cerita rakyat dan hikayat.

Membandingkan hikayat dan cerpen dari segi kebahasaan.

Kelas X

B A H A S A I N D O N E S I A

Cerita Rakyat dan Hikayat

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan berikut ini.

Cerita rakyat adalah salah satu karya sastra berupa cerita yang lahir, hidup, berkembang pada beberapa generasi dalam masyarakat tradisional dan disebarkan secara lisan di antara kolektif tertentu dalam kurun waktu yang cukup lama. Cerita rakyat merupakan ekspresi budaya suatu masyarakat yang berhubungan langsung dengan berbagai aspek seperti nilai-nilai sosial, agama, kepercayaan, dan sejarah.

Pada umumnya cerita rakyat berbentuk dongeng seperti legenda, fabel, pelipur lara, mite, atau sage. Tokoh-tokohnya diwujudkan dalam bentuk binatang, manusia, atau dewa yang kesemuanya disifatkan seperti manusia. Cerita rakyat sangat digemari oleh masyarakat karena dapat dijadikan pelipur lara dan suri teladan yang mengandung nilai-nilai dan pesan moral.

1. Pengertian Cerita Rakyat

(2)

Lisan

Cerita rakyat berkembang secara lisan dari satu generasi ke generasi yang lebih muda sehingga seringkali ceritanya mendapat variasi, cerita yang sama diceritakan dalam versi yang berbeda.

Anonim

Nama pencipta pertama kali sudah tidak diketahui sehingga cerita rakyat menjadi karya kolektif atau milik bersama.

Bersifat tradisional

Hidup dalam suatu kebudayaan, bercerita tentang daerah dengan menggunakan bahasa daerah masing-masing yang kaya akan nilai-nilai luhur.

Pralogis

Tidak sesuai dengan logika atau ilmu pengetahuan. Misalnya, Gunung Tangkuban Perahu terjadi dari perahu yang tertelungkup dalam Sangkuriang, cerita rakyat dari Jawa Barat.

Klise

Isi cerita terdapat bentuk-bentuk klise dalam susunan dan cara pengungkapannya.

Fungsi Pendidikan, moral, dan hiburan

Cerita rayat dijadikan sebagai media pendidikan, pengajaran moral, dan hiburan.

Fabel adalah dongeng yang biasanya menggunakan tokoh binatang yang berkelakuan seperti manusia serta mengandung suatu ibarat, hikmah, atau ajaran budi pekerti. Contoh: Kancil yang Cerdik, Bayan Budiman.

Legenda adalah dongeng yang isinya tentang tokoh, peristiwa, atau tempat tertentu yang mencampurkan fakta, historis, dan mitos. Legenda dikaitkan dengan keunikan atau keajaiban alam. Legenda juga bercerita tentang asal-usul dunia tumbuh-tumbuhan, binatang, dan tempat.

Cerita asal-usul dunia tumbuh-tumbuhan. Contoh: Asal-usul padi dari Dewi Sri. Asal-usul tandan jagung berlubang karena ditombak oleh pohon gandung.

Cerita asal-usul binatang. Contoh: asal-asul sapi bergelambir karena sewaktu mandi bajunya tertukar dengan baju kerbau yang besar.

a.

b.

c.

d.

e.

f.

a.

b.

1.)

2.)

2. Karakteristik atau Ciri-Ciri Cerita Rakyat

Cerita rakyat berbentuk dongeng, yakni cerita tentang makhluk khayali. Tokoh- tokohnya memiliki kebijaksanaan atau kekuatan untuk mengatur masalah manusia dengan segala macam cara.

Pembagian dongeng menurut jenisnya adalah sebagai berikut.

3. Jenis-Jenis Cerita Rakyat

(3)

Sage adalah dongeng yang bersifat legendaris tentang pahlawan, keluarga yang terkenal, atau petualangan yang mengagumkan. Sage isinya mengandung unsur- unsur sejarah. Contoh: Damarwulan, Terjadinya Kota Majapahit.

Mite adalah dongeng yang bertokoh makhluk yang luar biasa, dewa-dewa, atau makhluk lain yang dianggap mempunyai sifat kedewaan, mengisahkan peristiwa- peristiwa yang tidak rasional, dan sakral. Contoh: Cerita Gerhana, Nyi Loro Kidul, dsb.

Pelipur lara adalah dongeng yang menceritakan kebodohan atau perilaku seseorang yang penuh kejenakaan atau lelucon. Contoh: Pak Pandir, Pak Belalang, Si Lebai Malang, Si Kabayan, dsb.

Tokoh

Tokoh adalah pelaku di dalam cerita. Dilihat dari fungsi, tokoh dibedakan atas dua:

Hal–hal yang menarik tentang tokoh dalam cerita rakyat

Tokoh dalam cerita rakyat bisa berupa manusia atau hewan. Hal yang menarik tentang tokoh manusia misalnya tokoh berkarakter bodoh, tetapi sering beruntung atau tokoh yang berharap berlebihan, tetapi selalu kesusahan, dsb.

Hal yang menarik tentang tokoh hewan misalnya tokoh buaya dapat dibodohi kancil, kura-kura memenangkan lomba adu lari dengan kancil, tokoh ikan yang berasal dari manusia. Hal-hal yang menarik tentang tokoh tergantung persepsi tokoh protagonis adalah tokoh utama yang diceritakan biasanya berkarakter baik di dalam cerita dan berfungsi menimbulkan simpati.

tokoh antagonis adalah tokoh yang berfungsi menimbulkan konflik atau lawan dari protagonis.

c.

d.

e.

a.

b.

1.)

2.) 3.)

Tokoh dan latar merupakan unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita fiksi, termasuk di dalam cerita rakyat. Unsur intrinsik lainnya yang terdapat dalam cerita rakyat, yaitu tema, alur, sudut pandang, amanat, penokohan, perwatakan, dan gaya bahasa.

Dalam pembelajaran kali ini, kita akan menemukan hal-hal yang menarik tentang tokoh dan latar di dalam cerita rakyat. Oleh karena itu, terlebih dahulu kita harus mengetahui konsep dasar dari tokoh, latar, dan hal-hal yang menarik dari cerita rakyat.

4. Menemukan Hal-Hal yang Menarik tentang Tokoh dan Latar Cerita Rakyat

Cerita asal-usul terjadinya tempat. Contoh nama Gunung Tengger konon diambil dari nama Rara Anteng dan Joko Seger, Gunung Tangkuban Perahu di Bandung Utara konon berasal dari perahu yang tertelungkup di tendang Sangkuriang, asal-usul Banyuwangi, Surabaya, Minangkabau, dsb.

(4)

Latar

Latar adalah segala tempat, waktu, dan suasana terjadinya lakuan dalam suatu cerita.

Hal-hal yang menarik tentang latar dalam cerita rakyat

Latar terdiri dari tiga, yakni latar tempat, waktu, dan suasana. Hal menarik dari latar tempat misalnya tempat tidak ada di kehidupan nyata. Hal yang menarik dari latar waktu misalnya kejadian tidak bisa ditentukan kapan terjadinya cerita. Hal menarik dari latar suasana misalnya suasana yang tidak karuan antara senang, sedih, bercampur dengan ketakutan, dsb.

Cerita rakyat Danau Toba yang sudah dinaskahkan

Sumatra: Sabai nan Aluih, Si Pahit Lidah, toba, Maninjau, Si Malin Kundang, Batu Menangis.

Jakarta: Si Pitung dan Nyai Dasima.

Jawa barat: Lutung Kasarung, Si Kabayan, Sangkuriang.

Jawa Tengah: Roro Mendut, Jaka Tingkir, Roro Jongrang, Ajisaka.

Jawa Timur: Suramenggolo.

Bali: Jayaprana dan Layonsari, Desa Trunyan.

c.

d.

a.

a.

b.

c.

d.

e.

f.

Beberapa contoh cerita rakyat:

5. Menemukan Hal-Hal yang Menarik tentang Tokoh dan Latar dalam Cerita Rakyat Sumatra Utara, Danau Toba

Danau Toba

Pada zaman dahulu, hiduplah seorang pemuda tani, yatim piatu, di bagian utara Pulau Sumatra. Daerah tersebut sangatlah kering. Pemuda itu hidup dari bertani dan mendurung ikan, hingga pada suatu hari ia mendurung sudah setengah hari ia melakukan pekerjaan itu, tetapi tak satu pun ikan didapatnya.

Akhirnya, dia pun bergegas pulang karena hari pun mulai larut malam, namun ketika ia hendak pulang ia melihat seekor ikan yang besar dan indah, warnanya kuning emas. Ia pun menangkap ikan itu dan dengan

(5)

segera ia membawa pulang ikan tersebut, sesampainya di rumah karena sangat lapar maka ia hendak memasak ikan itu.

Akan tetapi, karena indahnya ikan itu, dia pun mengurungkan niatnya untuk memasak ikan itu, ia lebih memilih untuk memeliharanya lalu ia menaruhnya di sebuah wadah yang besar dan memberi makan, keesokan harinya seperti biasanya ia pergi bertani ke ladangnya, dan hingga tengah hari ia pun pulang ke rumah dengan tujuan hendak makan siang, tetapi alangkah terkejutnya dia, ketika melihat rumahnya, di rumahnya telah tersedia masakan yang siap untuk dimakan. Pemuda itu pun terheran-heran lalu teringat pada ikannya karena takut dicuri orang. Dengan bergegas, ia lari ke belakang untuk melihat ikan yang dipancingnya semalam. Ternyata ikan tersebut masih berada di tempatnya, lama ia berpikir siapa yang melakukan semua itu, tetapi karena perutnya sudah lapar, akhirnya ia pun menyantap dengan lahapnya masakan tersebut.

Dan kejadian ini pun terus berulang-ulang, setiap ia pulang makan, masakan tersebut telah terhidang di rumahnya. Hingga pemuda tersebut mempunyai siasat untuk mengintip siapa yang melakukan semua itu, keesokan harinya dia pun mulai menjalankan siasatnya, Ia pun mulai bersembunyi di antara pepohonan dekat rumahnya. Lama ia menunggu, namun asap di dapur rumahnya belum juga terlihat, dan ia pun berniat untuk pulang karena telah bosan lama menunggu, tetapi begitu ia akan keluar dari persembunyiannya, Ia mulai melihat asap di dapur rumahnya, dengan perlahan-lahan ia berjalan menuju ke belakang rumahnya untuk melihat siapa yang melakukan semua itu.

Alangkah terkejutnya dirinya ketika ia melihat siapa yang melakukan semua itu, Dia melihat seorang wanita yang sangat cantik dan ayu berambut panjang. Dengan perlahan-lahan ia memasuki rumahnya, dan menangkap wanita tersebut lalu ia berkata, “Hai, wanita, siapakah engkau, dan dari mana asalmu?”

Wanita itu tertunduk diam dan mulai meneteskan air mata, lalu pemuda itu pun melihat ikannya tak lagi berada di dalam wadah. Ia pun bertanya pada wanita itu,

“Hai, wanita kemanakah ikan yang di dalam wadah ini?”

Wanita itu pun semakin menangis tersedu-sedu, tetapi pemuda itu terus memaksa dan akhirnya wanita itu pun berkata, “Aku adalah ikan yang kau tangkap kemarin.”

(6)

Pemuda itu pun terkejut, karena pemuda itu merasa telah menyakiti hati wanita itu maka pemuda tsb berkata,

“Hai, wanita maukah engkau menjadi Istriku?”,

Wanita itu terkejut , dia hanya diam dan tertunduk lalu si pemuda berkata

“Mengapakah engkau diam !”

Lalu wanita itu pun berkata, “Aku mau menjadi istrimu, tetapi dengan satu syarat.” “Apakah syarat itu,” balas pemuda itu dengan cepat bertanya.

Wanita itu berkata,

“Kelak jika anak kita lahir dan tumbuh, janganlah pernah engkau katakan bahwa dirinya adalah anakni Dekke (anaknya ikan)”.

Pemuda itu pun menyetujui persyaratan itu dan bersumpah tidak akan mengatakannya lalu menikahlah mereka. Hingga mereka mempunyai anak yang berusia 6 tahunan. Anak itu sangatlah nakal dan tak pernah mendengar jika di nasehati.

Suatu hari sang ibu menyuruh anaknya untuk mengantar nasi ke ladang ke tempat ayahnya. Anak itu pun pergi mengantar nasi kepada ayahnya, tetapi di tengah perjalanan ia terasa lapar. Ia pun membuka makanan yang dibungkus untuk ayahnya dan memakan makanan itu. Setelah selesai memakannya, kemudian ia pun membungkusnya kembali dan melanjutkan perjalanannya ke tempat sang ayah, sesampainya di tempat sang ayah ia memberikan bungkusan tersebut kepada sang ayah dengan sangat senang ayahnya menerimanya, lalu ayahnya pun duduk dan segera membuka bungkusan nasi yang dititipkan istrinya kepada anaknya.

Alangkah terkejutnya ayahnya melihat isi bungkusan itu yang ada hanya tinggal tulang ikan saja.

Sang ayah pun bertanya kepada anaknya, “Hai anakku, mengapa isi bungkusan ini hanya tulang ikan belaka?”

Anaknya nya pun menjawab, “Di perjalanan tadi perutku terasa lapar jadi aku memakannya.”

Sang ayah pun emosi, dengan kuat ia menampar pipi anaknya sambil berkata “Botul maho anakni dekke (betul lah engkau anaknya ikan),”

Sang anak pun menangis dan berlari pulang kerumah. Sesampainya dirumah anaknya pun menanyakan apa yang di katakan ayahnya,“Mak, olo do na di dokkon amangi, botul do au anakni dekke (mak benarnya yang dikatakan ayah itu, benarnya aku ini anaknya ikan)?”

Mendengar perkataan anaknya, ibunya pun terkejut sambil meneteskan air mata dan berkata di dalam hati, “Suami ku telah melanggar sumpahnya, dan sekarang aku harus kembali ke alamku,”

(7)

Maka, langit pun mulai gelap, petir pun menyambar-nyambar, hujan badai pun mulai turun dengan derasnya, sang anak dan ibu raib, dari bekas telapak kaki mereka muncul mata air yang mengeluarkan air sederas- derasnya, hingga daerah tersebut terbentuk sebuah danau, yang diberi nama Danau Tuba (Toba) yang berarti danau tak tahu belas kasih.

Hal-hal yang menarik tentang tokoh dalam Danau Toba

Hal-hal yang menarik tentang latar dalam Danau Toba Catatan:

Dalam versi ini Danau Toba berasal dati kata Tuba ‘tak tahu belas kasih’. Pada versi yang lain pemuda itu bernama Toba dan anaknya bernama Samosir. Tokoh perempuan berubah menjadi ikan kembali yang mendiami Danau dari asal nama suaminya Toba dan Samosir sang anak berubah menjadi pulau Samosir yang berada di tengah Danau Toba.

b.

c.

Tokoh pemuda, seorang peladang yang yatim piatu, menangkap ikan untuk dimakan dan dapat satu ekor setelah menunggu sangat lama karena ikan hasil tangkapannya terlalu bagus tidak jadi dimasak, tetapi dipelihara.

Tokoh perempuan berasal dari ikan dipersunting sang pemuda dengan bersumpah tidak membocorkan asal usul perempuan tersebut.

Anak laki-laki seorang manusia dari hasil pernikahan manusia (ayahnya) dan ikan yang menjadi manusia (ibunya).

Latar waktu: Tidak diketahui kapan peristiwa itu terjadi, ditandai dengan kata pada zaman dahulu.

Latar tempat: kejadian di bagian utara Pulau Sumatra (Sumatra Utara) di sebuah desa yang tidak disebut namanya dengan kondisi tanahnya kering.

Tidak ada nama tempat menangkap ikan, sungai, danau, atau laut.

Latar suasana: menegangkan. Maka, langit pun mulai gelap, petir pun menyambar-nyambar, hujan badai pun mulai turun dengan derasnya, sang anak dan ibu raib, dari bekas telapak kaki mereka muncul mata air yang mengeluarkan air sederas-derasnya hingga daerah tersebut terbentuk sebuah danau yang diberi nama Danau Tuba (Toba) yang berarti danau tak tahu belas kasih.

1.)

2.)

3.)

1.)

2.)

3.)

(8)

B. Hikayat

Sastra Melayu Klasik adalah sastra lama yang lahir pada masyarakat lama atau tradisional, yakni suatu masyarakat yang masih sederhana dan terikat oleh adat istiadat. Sastra Melayu klasik masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya agama Islam pada abad ke-13. Sastra Melayu klasik termasuk bagian dari karya sastra Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870—1942, yang berkembang di lingkungan masyarakat Sumatra seperti Langkat, Tapanuli, Minangkabau, dan daerah Sumatra lainnya.

Hikayat berasal dari bahasa Arab hikayah ‘kisah’, yaitu jenis prosa dalam sastra Melayu lama yang berisikan cerita fiksi, riwayat, sejarah, atau kisah kerajaan. Kisah tersebut menceritakan kehebatan, kepahlawanan, kesaktian, dan keanehan orang ternama seperti raja, putera-puteri raja, dan orang-orang suci. Hikayat berfungsi untuk menimbulkan jiwa kepahlawanan, mendidik, dan sebagai hiburan.

Contoh Hikayat:

1. Pengertian Sastra Melayu Klasik

2. Pengertian Hikayat

3. Mengidentifikasi Karakteristik dan Unsur Intrinsik Hikayat

Cerita tentang masyarakat seperti Hikayat si Miskin (Melayu) dan Hikayat Malin Dewa, Hikayat Aceh (Aceh)

Epos dari India seperti Hikayat Sri Rama

Dongeng-dongeng dari Jawa seperti Hikayat Pandawa Lima dan Hikayat Panji Simirang (Jawa);

Cerita-cerita Islam seperti Hikayat Nabi Bercukur dan Hikayat Raja Khaibar

Sejarah dan biografi seperti Hikayat Raja-Raja Pasai dan Hikayat Abdulla, Hikayat Abu Nawas (Arab)

Karakteristik Hikayat

Karakteristik atau ciri-ciri hikayat berikut ini.

a.

b.

c.

d.

e.

a.

Istanasentris, yaitu kisah-kisah tentang kehidupan lingkungan istana.

Anonim, yaitu tidak diketahui siapa penulisnya.

Bersifat statis artinya begitu-begitu saja baik dalam bentuk maupun tema.

Bersifat khayal atau fantastis.

Bersifat tidak logis.

Banyak menggunakan kata-kata klise yang sekarang ini tidak lazim digunakan dalam komunikasi sehari-hari.

Menggunakan bahasa Melayu, contoh: Syahdan (selanjutnya, lalu), arkian (sesudah itu, kemudian dari itu), hatta (lalu, sudah itu lalu, maka), Duli (kata hormat bila bercakap dengan raja).

1.) 2.) 3.) 4.) 5.) 6.)

7.)

(9)

Unsur-Unsur Intrinsik Hikayat b.

Tema

Tema merupakan pokok penceritaan, yaitu gagasan, ide, ataupun pikiran utama di dalam karya sastra yang terungkap atau tidak. Tema dalam hikayat menyangkut masalah agama, kepercayaan, adat istiadat, pandangan hidup, pendidikan sosial, dan pencitraan.

Tokoh

Tokoh merupakan individu rekaan yang berperan dalam cerita. Secara sederhana, tokoh disebut pelaku cerita. Tokoh dibedakan menjadi empat.

Penokohan

Penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam cerita sehingga dapat diketahui karakter atau sifat dari tokoh. Dengan penokohan dapat diketahui peran tokoh dalam cerita seperti protagonis (tokoh baik), antagonis (tokoh jahat), dan tritagonis (tokoh bijak). Dalam hal penokohan hikayat terdapat beberapa peristiwa yang merupakan wadah pertentangan antara tokoh yang baik dan tokoh yang jahat. Umumnya tokoh yang baik yang akan memperoleh kemenangan dan yang jahat akan kalah.

Latar (Setting)

Latar adalah segala keterangan mengenai tempat, waktu, dan suasana.

Latar tempat atau ruang adalah latar yang mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan. Latar waktu adalah latar yang mengacu pada kapan terjadinya peristiwa, misalnya, pukul berapa, hari apa, tanggal, bulan, dan tahun berapa, peristiwa sejarah, bahkan zaman tertentu. Latar suasana adalah salah satu unsur intrinsik yang berkaitan dengan keadaan psikologis yang timbul dengan sendirinya bersamaan dengan jalan cerita. Misalnya suasana menyenangkan, menyeramkan, dan menyedihkan. yaitu lingkungan yang berhubungan dengan aspek yang luas. Latar dapat berupa tempat dan waktu di mana sebuah peristiwa itu terjadi.

Tokoh protagonis ialah tokoh yang memegang peran pimpinan dalam cerita atau disebut tokoh utama dan disukai pembaca karena sifat- sifatnya. Terbagi dua: tokoh utama dan tokoh pendamping.

Tokoh antagonis ialah tokoh penentang utama dari protagonis. Istilah lain tokoh lawan.

Tokoh tritagonis ialah tokoh di antara protagonis dan antagonis yang meleraikan konflik kedua tokoh tersebut. Tokoh tritagonis disebut tokoh pelerai.

Tokoh sampingan ialah tokoh yang mempunyai peranan sebagai pembantu.

1.)

2.)

3.)

4.) a.)

b.)

c.)

d.)

(10)

5.)

6.)

Alur (Plot)

Alur adalah jalinan peristiwa di dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu. Pautannya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal (waktu) dan hubungan kausal (sebab-akibat). Alur merupakan rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan saksama yang menggerakkan jalan cerita melalui rumitan (komplikasi) ke arah klimaks dan penyelesaian. Jenis alur ada tiga, yaitu alur maju (linear), alur mundur (flashback), dan alur campuran.

Amanat

Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.

Di dalam hikayat, amanat ini biasanya tersurat.

Karya sastra senantiasa mengandung nilai (value). Nilai itu dikemas dalam wujud struktur karya sastra, yang secara implisit terdapat dalam alur, latar, tokoh, tema, dan amanat.

Berikut adalah nilai yang terkandung dalam karya sastra itu.

4. Menemukan Nilai-Nilai yang Terkandung di dalam Hikayat

Nilai hedonik adalah nilai yang dapat memberikan kesenangan secara langsung kepada pembaca.

Nilai artistik adalah nilai yang dapat memanisfetasi suatu seni atau keterampilan dalam melakukan suatu pekerjaan.

Nilai kultural adalah nilai yang dapat memberikan atau mengandung hubungan yang mendalam dengan suatu masyarakat, peradaban, atau kebudayaan.

Nilai etis, moral, agama, adalah nilai-nilai yang memberikan atau memancarkan petuah atau ajaran yang berkaitan dengan etika, moral, dan agama. Nilai-nilai termasuk nilai pendidikan.

Nilai praktis adalah nilai yang mengandung hal-hal praktis yang dapat diterapkan dalam kehidupan nyata sehari-hari.

a.

b.

c.

d.

e.

Nilai-nilai dalam hikayat

Hedonik-Artistik-Kultural-Etis-Moral-Agama-nilai praktis

HAK Emogani

SUPER "Solusi Quipper"

(11)

5. Mengidentifikasi Unsur-Unsur Intrinsik dan Nilai-Nilai yang Terdapat dalam

Hikayat Jaya Langkara.

Naskah Hikayat Jaya Langkara a.

Hikayat Jaya Lengkara

Tersebut cerita seorang raja yang terlalu besar kerajaannya, Saeful Muluk namanya, Ajam Saukat nama kerajaannya. Adapun raja ini telah berkawin dengan Putri Sukanda Rum. Tetapi oleh karena permaisurinya tidak beranak, ia berkawin dengan Putri Sukanda Bayang-Bayang. Hatta, berapa lamanya, Puteri Sukanda Bayang-Bayang pun beranak anak kembar yang diberi nama Makdam dan Makdim. Permaisuri takut kehilangan kasih sayang raja sama sekali, lalu berdoa meminta anak. Doanya dikabulkan.

Hatta, berapa lamanya, ia pun beranaklah seorang anak laki-laki yang terlalu baik rupanya. Anak itu ialah Jaya Langkara. Adapun semasa Jaya Langkara jadi itu, negeri pun terlalu makmur, makanan murah dan banyak pedagang yang datang pergi. Segala ahli nujum, hulubalang, dan rakyat sekalian juga mengucap syukur kepada Allah.

Syahdan raja menyuruh anaknya yang lain, Makdam dan Makdim pergi bertanyakan nasib Jaya Langkara pada seorang kadi. Kadi itu meramalkan bahwa Jaya Langkara akan menjadi raja besar yang terlalu banyak sakti dan segala raja-raja besar tiada yang dapat melawannya dan segala margasatwa juga tunduk kepadanya dengan khidmat. Mendengar ramalan yang demikian dari seorang kadi, Makdam dan Makdim pun menjadi sakitlah hatinya. Mereka berdusta kepada ayahanda mereka dengan mengatakan, jikalau Jaya Langkara ada dalam negeri, negeri akan binasa, beras padi juga akan menjadi mahal. Raja termakan fitnah ini dan membuang Jaya Langkara dengan bundanya dari negeri.

Naga Guna menyelamatkan Jaya Langkara. Bersama-sama mereka akan pergi ke negeri Peringgi. Jaya Langkara menewaskan seorang ajar-ajar dan memaksanya masuk Islam. Dengan bantuan raja jin yang sudah masuk Islam, ia membebaskan Makdam dan Makdim dari penjara. Ratna Kasina dan Ratna Dewi dikawinkan dengan Makdam. Bunga Kumkuma putih juga sudah diperolehnya.

Mangkubumi Mesir coba mengambil bunga itu dari Jaya Langkara dan ditewaskan. Jaya Langkara mengampuni dia, bila mendengar sebab- sebab ia ingin mendapatkan bunga itu. Jaya Langkara pergi ke Mesir

(12)

dan memohon supaya puteri Ratna Dewi dikawinkan dengan Makdim.

Permohonannya diterima dengan baik oleh raja Mesir. Bersama–sama dengan Ratna Kasina, Jaya Langkara berangkat ke negeri Ajam Saukat dan menyembuhkan penyakit raja yang tak lain adalah ayahnya. Selang berapa lamanya, Jaya Langkara kembali ke hutan untuk mencari bundanya. Ratna Kasina menyusul tidak lama kemudian karena tidak tahan diganggu oleh Makdam dan Makdim yang sudah ke negeri Ajam Saukat. Karena berahi mereka akan putri Ratna Kasina, Makdam dan Makdim coba membunuh Jaya Langkara. Naga guna menyelamatkan dan membawanya bersama- sama dengan Puteri Ratna Kasina ke negeri Madinah. Raja Madinah sangat bergembira. Jaya Langkara dikawinkan dengan puteri Ratna Kasina. Raja Madinah sendiri juga berkawin dengan bunda Jaya Langkara. Hatta, berapa lamanya. Jaya Langkara pun menjadi raja, Negeri Madinah pun terlalu makmur dan besar kerajaannya. Segala raja besar pun menghantar upeti ke Madinah setiap tahun.

(Sumber: immpatas.blogspot.com)

Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik dan nilai-nilai di dalam Hikayat Jaya Lengkara

b.

Unsur-unsur intrinsik Hikayat Jaya Lengkara 1.)

Tema:

Agama dengan subtema persaingan seperti petikan berikut.

Naga Guna menyelamatkan Jaya Langkara. Bersama-sama mereka akan pergi ke negeri Peringgi. Jaya Langkara menewaskan seorang ajar-ajar dan memaksanya masuk Islam. Dengan bantuan raja jin yang sudah masuk Islam, ia membebaskan Makdam dan Makdim dari penjara.

Tokoh dan Penokohan:

Tokoh utama adalah Jaya Langkara (protagonis), tokoh pendamping Makdam dan Makdim (antagonis). Naga Guna dan Raja Madinah (tritgonis).

Tokoh sampingan: Saiful Muluk (Raja Ajam Saukat), Putri Sukanda Rum, Putri Sukanda Bayang-Bayang, seorang Kadi (peramal), Ratna Dewi, Ratna Kasina.

Makdam dan Makdim sosok protagonis seperti petikan berikut:

Mereka berdusta kepada ayahanda mereka dengan mengatakan, jikalau Jaya Langkara ada dalam negeri, negeri akan binasa, beras padi juga akan menjadi mahal. Raja termakan fitnah ini dan membuang Jaya Langkara dengan bundanya dari negeri. … Makdam dan Makdim coba membunuh Jaya Langkara.

a.)

b.)

(13)

Nilai agama: dalam penyebaran agama hendaknya jangan dengan cara memaksa dan jangan dengan kekerasan.

Nilai moral: setiap manusia diharapkan mempunyai moral yang baik seperti jangan berdusta, memfitnah, dan iri hati.

Nilai sosial: hendaknya memberikan pertolongan kepada orang yang membutuhkan dengan cara menyelamatkan nyawa orang dan memberikan pengobatan jika bisa bagi orang sakit.

1.)

2.)

3.) c.)

d.)

e.)

Latar:

(1) Latar tempat di negeri Ajam Saukat, Negeri Madinah, dan hutan. Jaya Langkara berangkat ke negeri Ajam Saukat dan menyembuhkan penyakit raja yang tak lain adalah ayahnya. Selang berapa lamanya, Jaya Langkara kembali ke hutan untuk mencari bundanya. Naga guna menyelamatkan dan membawanya bersama-sama dengan Puteri Ratna Kasina ke negeri Madinah.

Raja Madinah sangat bergembira.

(2) Latar suasana. Suasana kekhawatiran dan kekhusyukan: Permaisuri takut kehilangan kasih sayang raja sama sekali, lalu berdoa meminta anak.

Doanya dikabulkan. Suasana menegangkan Dengan bantuan raja jin yang sudah masuk Islam, ia membebaskan Makdam dan Makdim dari penjara.

Suasana menggembirakan: Hatta, berapa lamanya. Jaya Langkara pun menjadi raja, Negeri Madinah pun terlalu makmur dan besar kerajaannya.

Segala raja besar pun menghantar upeti ke Madinah setiap tahun.

(3) Latar waktu: tidak diketahui kapan terjadinya setiap peristiwa.

Alur:

Alur dalam hikayat Jaya Langkara adalah alur maju. Mulai ia dilahirkan sampai menjadi raja di Negeri Madinah.

Amanat:

Jangan memfitnah dan termakan fitnah dan berikanlah pertolongan kepada orang yang membutuhkan.

Perhatikan cuplikan yang mencerminkan amanat tersebut:

Mereka berdusta kepada ayahanda mereka dengan mengatakan, jikalau Jaya Langkara ada dalam negeri, negeri akan binasa, beras padi juga akan menjadi mahal. Raja termakan fitnah ini dan membuang Jaya Langkara dengan bundanya dari negeri.

Naga guna menyelamatkan dan membawanya bersama-sama dengan Puteri Ratna Kasina ke negeri Madinah.

Menemukan nilai-nilai yang terkandung di dalam Hikayat Jaya Langkara Nilai-nilai yang terdapat dalam Hikayat Jaya Langkara berikut ini.

c.

(14)

C. Perbandingan Gaya Bahasa Hikayat dan Cerpen

Perhatikan kedua kalimat berikut.

Sebermula ada saudagar di negara Ajam. (Hikayat Bayan Budiman)

Ketika Kepala Sekolah membacakan hasil UN serta siswa peraih nilai tertinggi, semuanya tampak tegang. (cerpenmu.com)

Dari kedua kutipan kalimat tersebut, dapat diketahui salah satu perbedaan bahasa yang digunakan antara hikayat dan cerpen. Ya, perbedaan yang terlihat dari kutipan tersebut adalah sebagian kata dalam hikayat menggunakan kata kuno yang sekarang sudah jarang bahkan tidak digunakan lagi, sedangkan cerpen menggunakan kata-kata modern yang masih digunakan hingga sekarang. Nah, sebenarnya, bila dilihat dari segi penggunaan bahasa, hikayat dan cerpen tidak hanya memiliki perbedaan, tetapi juga memiliki persamaan. Apa saja perbedaan dan persamaan penggunaan bahasa antara hikayat dan cerpen?

1. Persamaan

Menggunakan majas

Baik hikayat maupun cerpen menggunakan majas dalam pengisahannya. Majas- majas yang banyak digunakan antara lain personifikasi, pleonasme, metafora, simile atau asosiasi, dan hiperbola.

a.

Majas pleonasme adalah majas penegasan yang menggunakan kata-kata mubazir.

Contoh: “Sungguh, hamba lihat dengan mata kepala sendiri, Duli Tuanku!”

Majas personifikasi adalah majas perbandingan yang membandingkan benda lain seolah-olah bisa berbuat seperti manusia.

Contoh: Burung pun ikut bernyanyi bersamanya.

Majas hiperbola adalah majas perbandingan yang membandingkan suatu hal atau keadaan dengan hal atau keadaan lainnya secara berlebihan.

Contoh: Hatinya berbunga-bunga mendengar hal itu.

Majas metafora adalah majas perbandingan yang membandingkan secara langsung suatu hal dan hal lainnya yang memiliki sifat sama.

Contoh: Tidak ada yang mau menerima kedatangan lintah darat itu.

Majas simile adalah majas perbandingan yang membandingkan secara tidak langsung. Ciri dari majas ini adalah penggunaan kata perbandingan, contohnya umpama, ibarat, laksana, seperti, dan bak.

Contoh: Ia begitu tersohor dengan kulitnya yang halus laksana kain sutra.

1.)

2.)

3.)

4.)

5.)

(15)

2. Perbedaan

Mengombinasikan narasi, deskripsi, dan dialog

Kedua jenis prosa ini menggunakan kalimat narasi, deskripsi, dan dialog dalam pengisahannya. Kalimat narasi digunakan untuk menceritakan tokoh atau peristiwa. Kalimat deskripsi digunakan untuk menggambarkan tokoh, suatu peristiwa, atau keadaan. Kalimat dialog digunakan untuk tuturan langsung atau percakapan yang terjadi antartokoh:

Contoh:

Menggunakan konjungsi yang menyatakan waktu

Ada banyak konjungsi yang menyatakan waktu yang digunakan dalam hikayat dan cerpen. Contoh konjungsi tersebut adalah lalu, kemudian, dan setelah itu.

Contoh: Setelah itu, ia tak pernah lagi menampakkan dirinya.

Sekarang, perhatikan contoh hikayat dan cerpen berikut lalu bandingkanlah persamaan dan perbedaannya.

Contoh Hikayat:

b.

c.

Sebelum pergi, ia tidak sempat mengucapkan salam perpisahan pada sahabatnya. (narasi)

Hari itu langit begitu hitam dan angin berhembus kencang. (deskripsi)

“Kapan kamu pergi?” tanyaku.

“Besok,” jawab Eka. (dialog) 1.)

2.) 3.)

Menggunakan kata kuno (arkais) atau Melayu klasik

Banyaknya kalimat yang menggunakan dan diawali konjungsi, seperti syahdan, maka, dan hatta

Lebih sulit dipahami Hikayat

Menggunakan kata-kata modern

Umumnya tidak memuat kalimat yang diawali konjungsi maka, syahdan, atau hatta

Lebih mudah dipahami Cerpen 1.

2.

3.

No.

Hikayat Patani

Alkisah raja di Kota Maligai itu namanya Paya Tu Kerub Mahajana. Maka Paya Tu Kerub Mahajana pun beranak seorang laki-laki, maka dinamai anakanda baginda itu Paya Tu Antara. Hatta berapa lamanya maka Paya Tu Kerub Mahajana pun matilah. Syahdan maka Paya Tu Antara pun kerajaanlah menggantikan

(16)

ayahanda baginda itu. Ia menamai dirinya Paya Tu Naqpa. Selama Paya Tu Naqpa memerintah kerajaan itu sentiasa ia pergi berburu.

Pada suatu hari Paya Tu Naqpa pun duduk di atas takhta kerajaannya dihadap oleh segala menteri pegawai hulubalang dan rakyat sekalian. Arkian maka titah baginda: "Aku dengar khabarnya perburuan sebelah tepi laut itu terlalu banyak konon." Maka sembah segala menteri: "Daulat Tuanku, sungguhlah seperti titah Duli Yang Mahamulia itu, patik dengar pun demikian juga." Maka titah Paya Tu Naqpa: "Jikalau demikian kerahkanlah segala rakyat kita. Esok hari kita hendak pergi berburu ke tepi laut itu." Maka sembah segala menteri hulubalangnya:

"Daulat Tuanku, mana titah Duli Yang Mahamulia patik junjung." Arkian setelah datanglah pada keesokan harinya, maka baginda pun berangkatlah dengan segala menteri hulubalangnya diiringkan oleh rakyat sekalian. Setelah sampai pada tempat berburu itu, maka sekalian rakyat pun berhentilah dan kemah pun didirikan oranglah. Maka baginda pun turunlah dari atas gajahnya semayam di dalam kemah dihadap oleh segala menteri hulubalang rakyat sekalian. Maka baginda pun menitahkan orang pergi melihat bekas rusa itu. Hatta setelah orang itu datang menghadap baginda maka sembahnya: "Daulat Tuanku, pada hutan sebelah tepi laut ini terlalu banyak bekasnya." Maka titah baginda: "Baiklah esok pagi-pagi kita berburu"

Maka setelah keesokan harinya maka jaring dan jerat pun ditahan oranglah. Maka segala rakyat pun masuklah ke dalam hutan itu mengalan-alan segala perburuan itu dari pagi-pagi hingga datang mengelincir matahari, seekor perburuan tiada diperoleh. Maka baginda pun amat heranlah serta menitahkan menyuruh melepaskan anjing perburuan baginda sendiri itu. Maka anjing itu pun dilepaskan oranglah. Hatta ada sekira-kira dua jam lamanya maka berbunyilah suara anjing itu menyalak. Maka baginda pun segera mendapatkan suara anjing itu. Setelah baginda datang kepada suatu serokan tasik itu, maka baginda pun bertemulah dengan segala orang yang menurut anjing itu. Maka titah baginda: "Apa yang disalak oleh anjing itu?" Maka sembah mereka sekalian itu: "Daulat Tuanku, patik mohonkan ampun dan karunia. Ada seekor pelanduk putih, besarnya seperti kambing, warna tubuhnya gilang gemilang. Itulah yang dihambat oleh anjing itu.

Maka pelanduk itu pun lenyaplah pada pantai ini."

Setelah baginda mendengar sembah orang itu, maka baginda pun berangkat berjalan kepada tempat itu. Maka baginda pun bertemu dengan sebuah rumah orang tua laki-bini duduk merawa dan menjerat. Maka titah baginda suruh bertanya kepada orang tua itu, dari mana datangnya maka ia duduk kemari ini dan orang mana asalnya. Maka hamba raja itu pun menjunjungkan titah baginda kepada orang tua itu. Maka sembah orang tua itu: "Daulat Tuanku, adapun patik

(17)

ini hamba juga pada kebawah Duli Yang Mahamulia, karena asal patik ini duduk di Kota Maligai. Maka pada masa Paduka Nenda berangkat pergi berbuat negeri ke Ayutia, maka patik pun dikerah orang pergi mengiringkan Duli Paduka Nenda berangkat itu. Setelah Paduka Nenda sampai kepada tempat ini, maka patik pun kedatangan penyakit, maka patik pun ditinggalkan oranglah pada tempat ini."

Maka titah baginda: "Apa nama engkau?". Maka sembah orang tua itu: "Nama patik Encik Tani." Setelah sudah baginda mendengar sembah orang tua itu, maka baginda pun kembalilah pada kemahnya. Dan pada malam itu baginda pun berbicara dengan segala menteri hulubalangnya hendak berbuat negeri pada tempat pelanduk putih itu.

Setelah keesokan harinya maka segala menteri hulubalang pun menyuruh orang mudik ke Kota Maligai dan ke Lancang mengerahkan segala rakyat hilir berbuat negeri itu. Setelah sudah segala menteri hulubalang dititahkah oleh baginda masing-masing dengan ketumbukannya, maka baginda pun berangkat kembali ke Kota Maligai. Hatta antara dua bulan lamanya, maka negeri itu pun sudahlah.

Maka baginda pun pindah hilir duduk pada negeri yang diperbuat itu, dan negeri itu pun dinamakannya Patani Darussalam (negeri yang sejahtera). Arkian pangkalan yang di tempat pelanduk putih lenyap itu (dan pangkalannya itu) pada Pintu Gajah ke hulu Jambatan Kedi. Pangkalan itulah tempat Encik Tani naik turun merawa dan menjerat itu. Syahdan kebanyakan kata orang nama negeri itu mengikut nama orang yang merawa itulah. Bahwa sesungguhnya nama negeri itu mengikut sembah orang mengatakan pelanduk lenyap itu.

Dikutip dari https://karyacombirayang.blogspot.com/2015/11/10-contoh-hikayat.html dengan penyesuaian

Contoh Cerpen:

Jam Kosong Lagi Oleh: Irma

Pagi buta Camil sudah bangun. Ia membereskan tempat tidur, mempersiapkan buku-buku pelajaran, lalu beranjak menuju kamar mandi. Setelah membersihkan diri, tak lupa ia sholat subuh kemudian menuju dapur untuk membantu ibunya menyiapkan sarapan.

“Kamu sudah bangun, Nak?”

“Sudah, Bu. Ibu mau masak apa?”

“Tumis kangkung sama ikan asin goreng.”

“Ya sudah, sini aku bantuin, Bu!”

(18)

Pagi itu seperti biasa Camil membantu ibunya menyiapkan sarapan pagi. Jam 5 pagi sarapan sudah siap dan ibunya lalu mulai menyiapkan dagangan. Ibu Camil memiliki warung soto. Jadi, sehari-hari ia selalu sibuk dengan dagangannya.

Setelah menyelesaikan urusan dapur, Camil pun masih sempat membantu ibunya mempersiapkan dagangan. Jam 6 mereka satu keluarga sudah sarapan dan memulai aktivitas sehari-hari. Ayah Camil pergi ke sawah sementara ibunya berdagang.

Camil sendiri masih duduk di bangku SMA kelas 3. Ia selalu rajin belajar baik di sekolah maupun di rumah. Ia juga sering membantu ibunya berdagang karena memang rumah mereka di depan sekolah Camil.

Sejak kakaknya meninggal satu tahun lalu karena sakit, Camil selalu rajin membantu ibunya. Ia menggantikan sang kakak untuk membantu ibu mendapatkan uang untuk tambahan kebutuhan sehari-hari.

Dulu waktu kakaknya masih hidup mereka bisa mengandalkan hasil sawah ayahnya karena selalu dibantu sang kakak. Namun, sekarang sang ayah bekerja sendiri sehingga seringkali hasil panen kurang memuaskan.

Meski dari keluarga kurang mampu, Camil adalah anak yang pandai dan ia sangat rajin di sekolah. Ia selalu mendapatkan peringkat. Bahkan, tahun ini ia mendapatkan beasiswa untuk anak berprestasi.

Namun, belakangan ini sedang ada masalah di sekolahnya. Beberapa guru yang sudah tua meninggal dunia, kebetulan sudah ada 3 guru yang meninggal bulan itu. Oleh karena itu, proses belajar mengajar di sekolah sedikit terganggu karena kekurangan guru. Camil dan teman-teman terpaksa sering belajar sendiri di sekolah karena jam kosong.

“Hari ini sepertinya kita jam kosong lagi, nih,” ucap Camil kepada Niko.

“Iya nih, padahal sebentar lagi ujian,” jawab Niko.

“Bagaimana jika kita belajar bersama? Kita coba latihan soal saja. Setelah itu, kita saling tukar jawaban kita.”

Akhirnya Niko dan Camil belajar mengerjakan soal-soal yang ada di buku. Setelah selesai, mereka saling menukar hasil jawaban yang diperoleh satu sama lain.

Jika ada yang tidak sependapat dan memiliki jawaban berbeda, mereka pun mendiskusikannya bersama-sama.

Melihat mereka berdua belajar sendiri, beberapa teman lain pun ikut bergabung.

Suasana belajar menjadi lebih ramai dan menarik. Di sela-sela itu mereka juga masih sempat bercanda ria. Kelas menjadi lebih riuh karena diskusi dan tawa.

“Coba kalau setiap hari seperti ini ya, kita belajarnya jadi lebih santai,” celetuk salah seorang dari mereka.

(19)

“Benar juga, ya, tapi kalau ada yang mentok dan tidak tahu, ya kita juga yang susah! Coba soal nomor 5 ini siapa yang tahu?” ucap Niko.

“Iya, aku tidak tahu jawaban pastinya,” tambah Camil.

“Ya sudah, kita catat saja yang tidak kita tahu, setelah itu nanti kita berikan ke kepala sekolah agar kita dibantu.”

Mereka pun melanjutkan diskusi sampai tidak menyadari waktu istirahat telah tiba. Mendengar anak lain ramai di luar kelas mereka pun akhirnya mengakhiri diskusi dan istirahat.

“Bagaimana ini, jam berikutnya kita juga kosong, apa kita lanjutkan seperti tadi?”

“Ya bisa saja, tapi apa tidak sebaiknya kita bilang kepada kepala sekolah?”

“Bilang bagaimana?”

“Ya ini kan sudah dua minggu kita seperti ini, padahal sebentar lagi kita ujian, apa tidak ada guru lain?”

“Iya kamu benar!”

Akhirnya beberapa murid memutuskan untuk musyawarah terlebih dahulu di kelas untuk membahas jam kosong yang sering terjadi. Keputusan pun diambil dengan berbagai pertimbangan. Mereka memutuskan untuk berbicara dengan para guru. Niko, Camil, dan Tia pun akhirnya menuju ke kantor.

“Ada apa anak-anak, kalian tidak belajar?”

“Tidak pak, pelajaran kimia.”

“Ow… jadi kalian mau apa?”

“Kami ingin bertemu Kepala Sekolah, Pak.”

“Ada perlu apa kalian ingin bertemu Kepala Sekolah?”

“Ini, Pak, kami ingin membicarakan masalah jam kosong di kelas kami.”

“Oh… ya sudah, di ruangannya. Kalian bisa ke sana langsung.”

Akhirnya, mereka menemui Kepala Sekolah dan mengatakan masalah jam kosong tersebut. Tidak ada solusi yang memuaskan. Kepala Sekolah mengatakan bahwa di sekolah sudah tidak ada guru lain yang bisa membantu. Mau tidak mau mereka harus belajar sendiri sampai guru baru didapatkan.

“Ya sudah, kita harus belajar sendiri kalau begitu,” ucap Niko

“Tidak apa-apa, yang penting kita sudah bicara dengan Kepala Sekolah,” jawab Camil.

“Iya benar, lagi pula Kepala Sekolah sudah janji akan membantu kita jika ada pertanyaan seputar pelajaran,” lanjut Tia

Mereka pun kembali ke kelas dan menyampaikan apa yang mereka bicarakan dengan kepala sekolah. Terlihat para murid sebenarnya sedikit kecewa namun mereka mengerti dan mau berusaha sekuat tenaga untuk belajar sendiri. Apalagi sebentar lagi ujian. Mereka tidak mau kalau sampai tidak lulus.

Dikutip dari http://www.contohcerita.com/2016/08/cerpen-pendidikan-singkat-jam-kosong.html dengan penyesuaian

(20)

Menggunakan majas Hikayat:

Maka baginda pun amat heranlah serta menitahkan menyuruh melepaskan anjing perburuan baginda sendiri itu. (Pleonasme)

Cerpen:

Setelah selesai, mereka saling menukar hasil jawaban yang diperoleh satu sama lain.

(Pleonasme)

Hikayat banyak menggunakan kata arkais atau Melayu klasik, sedangkan cerpen menggunakan kata modern

Hikayat:

Maka sembah segala menteri: "Daulat Tuanku, sungguhlah seperti titah Duli Yang Mahamulia itu, patik dengar pun demikian juga."

Cerpen:

Akhirnya, mereka menemui Kepala Sekolah dan mengatakan masalah jam kosong tersebut.

Cerpen:

Mengombinasikan kalimat narasi, deskripsi, dan dialog Hikayat:

Menggunakan konjungsi waktu Hikayat:

Setelah baginda mendengar sembah orang itu, maka baginda pun berangkat berjalan kepada tempat itu.

Cerpen:

Setelah selesai, mereka saling menukar hasil jawaban yang diperoleh satu sama lain.

Persamaan:

Perbedaan:

1.

1.

2.

2.

Alkisah raja di Kota Maligai itu namanya Paya Tu Kerub Mahajana. (Narasi)

… dari pagi-pagi hingga datang mengelincir matahari … (Deskripsi)

Hatta setelah orang itu datang menghadap baginda maka sembahnya: "Daulat Tuanku, pada hutan sebelah tepi laut ini terlalu banyak bekasnya." Maka titah baginda: "Baiklah esok pagi-pagi kita berburu." (Dialog)

Melihat mereka berdua belajar sendiri, beberapa teman lain pun ikut bergabung.

(Narasi)

Kelas menjadi lebih riuh karena diskusi dan tawa. (Deskripsi)

“Coba kalau setiap hari seperti ini ya, kita belajarnya jadi lebih santai,” celetuk salah seorang dari mereka.

“Benar juga, ya, tapi kalau ada yang mentok dan tidak tahu, ya kita juga yang susah! Coba soal nomor 5 ini siapa yang tahu?” ucap Niko. (Dialog)

a.

b.

c.

a.

b.

c.

(21)

Hikayat banyak menggunakan konjungsi maka, syahdan, dan hatta, sedangkan cerpen tidak.

Hikayat:

Alkisah raja di Kota Maligai itu namanya Paya Tu Kerub Mahajana. Maka Paya Tu Kerub Mahajana pun beranak seorang laki-laki, maka dinamai anakanda baginda itu Paya Tu Antara. Hatta berapa lamanya maka Paya Tu Kerub Mahajana pun matilah. Syahdan maka Paya Tu Antara pun kerajaanlah menggantikan ayahanda baginda itu. Ia menamai dirinya Paya Tu Naqpa. Selama Paya Tu Naqpa memerintah kerajaan itu sentiasa ia pergi berburu.

Cerpen:

Namun, belakangan ini sedang ada masalah di sekolahnya. Beberapa guru yang sudah tua meninggal dunia, kebetulan sudah ada 3 guru yang meninggal bulan itu. Oleh karena itu, proses belajar mengajar di sekolah sedikit terganggu karena kekurangan guru. Camil dan teman-teman terpaksa sering belajar sendiri di sekolah karena jam kosong.

Hikayat lebih sulit dipahami, sedangkan cerpen lebih mudah dipahami Hikayat:

Arkian pangkalan yang di tempat pelanduk putih lenyap itu (dan pangkalannya itu) pada Pintu Gajah ke hulu Jambatan Kedi. Pangkalan itulah tempat Encik Tani naik turun merawa dan menjerat itu. Syahdan kebanyakan kata orang nama negeri itu mengikut nama orang yang merawa itulah. Bahwa sesungguhnya nama negeri itu mengikut sembah orang mengatakan pelanduk lenyap itu.

Cerpen:

Mereka pun kembali ke kelas dan menyampaikan apa yang mereka bicarakan dengan kepala sekolah. Terlihat para murid sebenarnya sedikit kecewa namun mereka mengerti dan mau berusaha sekuat tenaga untuk belajar sendiri. Apalagi sebentar lagi ujian. Mereka tidak mau kalau sampai tidak lulus.

2.

3.

Latihan Soal

Petikan cerita rakyat di bawah ini untuk menjawab soal No. 1 dan 2.

Cerita Rakyat Bali: Anjing Tidak Bertanduk dan Kambing Berekor Pendek

Ada seekor anjing bersahabat dengan kambing di daerah Batur, Kintamani.

Konon yang mempunyai tanduk bukan kambing, melainkan anjing. Keadaan ini membuat iri hati si Kambing.

(22)

Suatu hari agar menjadi gagah, si kambing meminjam tanduk kepada si Anjing. Si Anjing pun menyetujuinya. Ketika diminta kembali si Kambing tidak memberikannya. Akhirnya, keduanya bertengkar. Anjing berhasil menggigit ekor kambing hingga putus. Namun kambing dapat meloloskan diri. Sejak itu keturunan si Kambing punya tanduk dan ekor yang pendek, sedangkan si Anjing tidak bertanduk lagi, tetapi ekornya panjang.

Soal 1

Soal 2

Watak tokoh utama dalam cerita rakyat tersebut bertentangan dengan ….

Amanat yang dapat dipetik dari cerita rakyat di atas adalah ….

nilai sosial nilai moral nilai estetika nilai etika nilai agama

saling menolong antarsesama

kita tidak boleh menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan orang kita harus memegang teguh amanat dari seseorang

orang yang menghianati teman pasti akan celaka

setiap orang bisa berubah watak atau karakter seperti kambing A.

B.

C.

D.

E.

A.

B.

C.

D.

E.

Bacalah dengan saksama potongan hikayat di bawah ini untuk menjawab soal No. 3 dan 4.

Maka zahid itu pun mengambil air sembahyang lalu sembahyang dua rakaat serta memohonkan nyawa akan patung itu. Maka dengan karunia Allah taala hiduplah patung itu seperti manusia dengan sempurnanya. Maka hari pun sianglah dan sengaja mereka itu pun jagalah keempatnya; dilihatnya patung itu hidup, terlalu baik parasnya. Maka kata Serimala, “Akulah yang empunya dia, karena aku yang berbuat dia.”

(Hikayat Bayan Budiman)

(23)

Soal 3

Soal 5 Soal 4

Hal yang tidak diungkapkan dalam petikan hikayat di atas adalah ….

Nilai keteladanan tokoh yang dapat diambil dari cerita rakyat di atas untuk kehidupan masa kini adalah ….

Watak tokoh Zahid dalam petikan hikayat di atas adalah ….

Zahid rajin salat Zahid salat dua rakaat

patung hidup seperti manusia sempurna Serimala yang membuat patung

mereka berempat bangun kepagian

seorang pejabat harus menuruti perintah atasannya

seorang pejabat tidak perlu menuruti perintah seluruh atasannya seorang pemimpin harus mengutamakan kepentingan rakyatnya setiap pemimpin harus memiliki keberanian

serakah sabar alim syirik munafik A.

B.

C.

D.

E.

A.

B.

C.

D.

A.

B.

C.

D.

E.

Bacalah petikan cerita rakyat berikut untuk menjawab soal No. 5 dan 6.

Banyak rakyat Sumedang yang sakit bahkan meninggal. Pangeran Kusumahdinata, Bupati Sumedang, terus memikirkan cara meringankan penderitaan mereka.

Akhirnya, beliau memerintakan agar rakyat berhenti membuat jalan. Ini melegakan hati rakyat, sekaligus menimbulkan kegemparan di kalangan bangsawan.

Ketika Daendels melakukan peninjauan ke Sumedang, Pangeran Kusumahdinata datang menyambutnya. Pangeran menyalaminya dengan tangan kiri sementara tangan kanannya memegang hulu keris. Daendels pun memahami maksud Pangeran. Kini, jalan itu tidak dipergunakan lagi karena sudah diganti jalan baru.

Walaupun begitu, jalan itu pun tetap disebut Cadas Pangeran.

(24)

Soal 6

Soal 6

Jenis cerita rakyat tersebut adalah ….

Amanat yang dapat diambil dari kutipan hikayat di atas adalah ….

fabel mite sage legenda pelipur lara

kita tak boleh percaya begitu saja kepada orang pandai sebelum mengambil keputusan kita harus bermusyawarah kita tidak boleh menganiaya orang lain

kita harus balas dendam terhadap orang lain kita tak boleh berbohong

A.

B.

C.

D.

E.

A.

B.

C.

D.

E.

“Maka bermohonlah semua pendeta itu (orang pandai) pulang ke rumahnya serta sampai ke tempatnya bermufakatlah mereka. Belum lama ini dia telah membinasakan kaum-kaum kita, sekarang dia menyerahkan dirinya. Baiklah kita katakan kepadanya bahwa mimpinya itu jahat tabirnya. Sekarang kita dapatkan jalan untuk membalaskan dendam kepada raja yang aniaya itu,” kata seorang tertua di antaranya.

(Hikayat Raja Balad)

Bacalah potongan cerita rakyat berikut untuk menjawab soal No. 8 dan 9.

“Hai, Sura, mengapa kamu melanggar peraturan yang telah kita sepakati berdua?

Mengapa kamu berani memasuki sungai yang merupakan bagian dari wilayah kekuasaanku?” tanya Buaya. Ikan Sura yang tak merasa bersalah tenang-tenang saja. “Aku melanggar kesepakatan? Bukankah sungai ini berair. Bukankah aku sudah bilang bahwa aku adalah penguasa air? Nah ini, kan, ada airnya, jadi termasuk juga daerah kekuasaanku,” kata Ikan Sura.

(Cerita rakyat asal usul Kota Surabaya)

(25)

Soal 10

Pernyataan yang menyebutkan isi dari kutipan cerita tersebut adalah ….

Rakyat sedang berduka atas kematian rajanya.

Orang tua diberi hak berbicara dalam setiap pertemuan.

Seorang raja telah meninggal dunia dan tidak memiliki anak.

Para menteri dan orang besar melakukan musyawarah pemilihan raja.

Hak orang berpendapat untuk memecahkan masalah dalam suatu masyarakat.

A.

B.

C.

D.

E.

Syahdan, maka adalah raja di dalam negeri itu telah kembali ke rahmatullah. Maka ia pun tiada beranak seorang jua pun. Maka segala menteri dan hulubalangnya dan orang-orang besar dan orang-orang membicarakan, siapa juga yang dapat dijadikan raja menggantikan raja yang telah kembali ke rahmatullah itu. Maka di dalam antara menteri yang banyak itu ada seorang menteri yang tua daripada tuan hamba sekalian itu. maka ia pun berkata, katanya: “Adapun hamba ini tua daripada tuan hamba sekalian itu. jikalau ada gerangan bicara, mengapa segala saudaraku ini tiada hendak berkata?”

(UN 2008)

Soal 8

Soal 9

Jenis cerita rakyat di atas adalah ….

Amanat yang terdapat dalam cerita rakyat tersebut adalah ….

dongeng fabel dongeng legenda dongeng pelipur lara mite

sage

jangan melanggar perjanjian yang sudah disepakati pelajari perjanjian kesepakatan dengan benar

segala permasalahan dapat diselesaikan dengan jalan damai jangan berkelahi sesama makhluk hidup

sungai dan laut harus kita pelihara dengan baik A.

B.

C.

D.

E.

A.

B.

C.

D.

E.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Analisis data yang digunakan dalam pnelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif yang digunakan untuk menggambarkan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika

Sementara itu, rendahnya harga jagung asal impor dapat disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut: (1) Tingkat efisiensi usahatani jagung di negara eksportir (utamanya

[r]

telah melaksanakan Penyusunan silabus muatan lokal yang dihadiri oleh, Kepala Sekolah, Dewan Guru , Pengawas sekolah, Dosen, Komite Sekolah untuk melaksanakan workshop

datang pada saat yang telah ditentukan tanpa pemberitahuan maka dianggap mengundurkan diri dan dinyatakan gagal, serta dilakukan Sita jaminan penawaranP. Demikian

Known bounded derived sequences end (effectively) in cycles of lengths only 1 to 6, and 8, yet the existence of cycles of arbitrary length is conjectured.. It

karyawannya, maka perlu terlebih dahulu dijelaskan apa yang menjadi sasaran dari pada pelatihan tersebut. Dalam pelatihan tersebut ada beberapa sasaran utama yang