• Tidak ada hasil yang ditemukan

LITERATUR REVIEW TENTANG KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSA PENYAKIT NEOPLASMA BERDASARKAN ICD-10

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LITERATUR REVIEW TENTANG KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSA PENYAKIT NEOPLASMA BERDASARKAN ICD-10"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Lembaga Penelitian dan Pegabdian STIKES Dharma Landbouw Padang

e-ISSN: 2715-5250 106

LITERATUR REVIEW TENTANG KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSA PENYAKIT NEOPLASMA BERDASARKAN ICD-10

Hesti Syarifah Aini, Oktamianiza

STIKES Dharma Landbouw Padang, Prodi D3 Rekam Medis e-mail: hestisarifafaini@gmail.com

STIKES Dharma Landbouw Padang, Prodi D3 Rekam Medis e-mail: oktamianiza@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan: Petugas rekam medis sebagai salah satu tenaga kesehatan harus mampu melaksanakan kegiatan coding (coder) dan mampu mempertanggung jawabkan hasil kode yang ditetapkannya. Namun masih banyak ditemukan kesalahan yang dilakukan oleh petugas coding yang disebabkan oleh beberapa faktor. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan menambah pengetahuan penulis dalam pelaksanaan pengodean diagnosa penyakit neoplasma. Metode dan Material: Penelitian ini dilakukan Dengan melakukan Literatur Riview. Dengan metode Studi Literatur. Sumber data dalam penelitian ini adalah 4 jurnal dengan melihat kategori inklusi dan ekslusi. Analisa Data dalam kesamaan, ketidaksamaan, pandangan, bandingkan dan ringkasan.Hasil dan Pembahasan: Dari 4 jurnal studi literatur yaitu ketepatan pengodean diagnosa penyakit di Indonesia masih banyak yang belum tepat. Hal ini diakibatkan oleh kurang jelas dan kurang lengkapnya diagnosa yang ditulis oleh dokter, sehingga coder tidak bisa membaca diagnosa yang ditulis pada rekam medis. Kesimpulan: Ketepatan pengodean dipengaruhi oleh dokter karena dokter yang menuliskan diagnosa yang ada pada rekam medis. Diharapkan kepada Peneliti selanjutnya terhadap beberapa artikel terkait, perlu penelitian lanjut tentang penyebab lain dari ketidaktepatan pengodean penyakit ditinjau dari sisi kualitas dokter dan coder untuk memperjelas permasalahan yang dialami oleh coder dan dokter dalam mengode dan menulis diagnosa.

Kata Kunci : Coding, Diagnosa Penyakit, Ketepatan

ABSTRACT

Introduction: A medical record officer as a health worker must be able to carry out coding activities (coder) and be able to be accountable for the results of the code he assigns. However, there are still many errors made by coding officers which are caused by several factors. The purpose of this study was to determine and increase the author's knowledge in the implementation of the coding of neoplasm diagnosis. Methods and Materials: This study was conducted by conducting a review literature. With the Literature Study method. The data sources in this study were 4 journals by looking at the inclusion and exclusion categories. Data analysis in terms of similarities, inequalities, views, comparisons and summaries. Results and Discussion: From the 4 literature study journals, the accuracy of coding of disease diagnoses in Indonesia is still not accurate.

This is caused by unclear and incomplete diagnoses written by doctors, so that coder cannot read diagnoses written in medical records. Conclusion: The accuracy of coding is influenced by the doctor because the doctor writes the diagnosis in the medical record. It is hoped that the next researchers on several related articles need further research on other causes of inaccurate disease coding in terms of the quality of doctors and coders to clarify the problems experienced by coders and doctors in coding and writing diagnoses.

(2)

Lembaga Penelitian dan Pegabdian STIKES Dharma Landbouw Padang

e-ISSN: 2715-5250 107

Keywords: Coding, Disease Diagnosis, Accuracy PENDAHULUAN

Menurut WHO (World Health Organization, 2010), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Berdasarkan (UU RI No. 44, 2009) tentang rumah sakit, yang dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Dalam penjelasan Pasal 46 ayat (1) UU No. 29 Tahun 2009 tentang Praktik Kedokteran, yang dimaksud dengan rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Petugas rekam medis harus mampu melakukan tugas dalam memberikan pelayanan rekam medis dan informasi kesehatan yang bermutu sesuai dengan aturan yang ada yaitu Kep.

Menkes no.377/Menkes/SK/III/2007 tentang standar profesi rekam medis informasi kesehatan.

Salah satu informasi pasien pada berkas rekam medis pasien adalah pengodean diagnosa. Coding merupakan salah satu bagian dari unit rekam medis yang fungsinya memberikan kode pada diagnosa uatama yang sesuai dengan aturan ICD-10. Tujuan penggunaan ICD-10 itu sendiri diseragamkan yaitu untuk nama dan golongan penyakit serta faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan (Abiyasa et al., 2011). Hal tersebut dikarenakan pengodean memiliki peran peting dalam manajemen di rumah sakit. Pelaksanaan pengodean diagnosa harus lengkap dan akurat sesuai dengan ICD-10 ( (WHO, 2002).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Aurelius Anugerah (2015) tentang Kelengkapan Penulisan Diagnosa Pada Resume Medis Terhadap Ketepatan Pengodean Klinis Kasus Kebidanan. Ketidaktepatan dalam pengodean diagnosa menunjukkan angka yang sama dengan kelengkapan pengodean diagnosa yaitu 22 berkas (50%) dari 44 berkas rekam medis. Hal ini disebabkan oleh kurang terbacanya tulisan diagnosa penyakit yang di tulis oleh dokter pada berkas rekam medis sehingga petugas sulit dalam menentukan kode yang akan diberikan pada diagnosa pasien (Aurelius, 2015).

Penelitian yang dilakukan oleh Oktamianiza (2016) tentang Ketepatan Pengodean Diagnosa Utama Penyakit Pada Rekam Medis Pasien Rawat Inap JKN (Jaminan Kesehatan Sosial) di RSI Siti Rahmah Padang. Ketidaktepatan pengodean diagnosa menunjukan angka lebih rendah yaitu 48 (48%) dari 100 berkas rekam medis. Hal ini disebabkan karena Masih banyak coder yang tidak bisa membaca tulisan dokter (Oktamianiza, 2016)

Penelitian yang dilakukan oleh (Maisharoh, 2020) tentang Hubungan Kejelasan Dan Ketepatan Penulisan Diagnosa Penyakit Dengan Ketepatan Pengodean Diagnosa Penyakit Berdasarkan ICD-10 di Puskesmas Pelompek.

Ketidaktepatan pengodean diagnosa penyakit menunjukan angka lebih tinggi yaitu 56 (64,4%) dari 87 berkas rekam medis. Hal ini disebabkan oleh Masih banyak

(3)

Lembaga Penelitian dan Pegabdian STIKES Dharma Landbouw Padang

e-ISSN: 2715-5250 108

coder yang tidak bisa membaca tulisan dokter karena penulisan diagnosa yang dilakukan oleh dokter tidak jelas.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

“Studi Literatur Tentang ketepatan penulisan diagnosa penyakit neoplasma berdasarkan ICD-10”.

METODE DAN MATERIAL

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan informasi dengan metode kajian literature reiew. Objek dalam penelitian ini adalah Ketepatan Penulisan Diagnosa Penyakit Neoplasma Berdasarkan ICD-10. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang merupakan data pendukung yang bersumber dari berbagai literature maupun referensi-referensi yang ada. Analisis data juga dilakukan dengan menggunakan teknik review literatur diantaranya mencari kesamaan (compare), cari ketidaksamaan (contrast), beri pandangan (critize), bandingkan (synthesize), dan ringkasan (summarize).

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian didapatkan berdasarkan studi literatur dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Ketepatan Pengodean Diagnosa Penyakit Berdasarkan ICD-10

Dari penelian yang dilakukan oleh (Aurelius, 2015) tentang Kelengkapan Penulisan Diagnosa pada Resume Medis Terhadap Ketepatan Pengkodean Klinis Kasus Kebidanan didapatkan sebanyak 22 (50%) rekam medis yang pengodeannya tepat dan 22 (50%) rekam medis yang pengodeannya tidak tepat.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Oktamianiza (2016) tentang Ketepatan Pengodean Diagnosa Utama Penyakit Pada Rekam Medis Pasien Rawat Inap JKN (Jaminan Kesehatan Sosial) di RSI Siti Rahmah Padang didapatkan sebanyak 52 (52%) rekam medis yang pengodeannya tepat dan 48 (48%) reka medis dengan pengodean diagnosa yang tidak tepat. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh (Maisharoh, 2020)tentang Hubungan Kejelasan Dan Ketepatan Penulisan Diagnosa Penyakit Dengan Ketepatan Pengodean Diagnosa Penyakit Berdasarkan ICD-10 di Puskesmas Pelompek didapatkan sebanyak 40 (54%) berkas rekam medis yang tepat pengodeannya dan sebanyak 40 (46%) berkas rekam medis yang tidak tepat pengodeannya.

Oleh sebab itu, ketidaktepatan pengodean diagnosa penyakit pasien pada berkas rekam medis disebabkan oleh kurang jelasnya tulisan dagnosa yang dibuat oleh dokter sehingga petugas code tidak dapat membaca diagnosa yang ditulis oleh dokter.

2. Kejelasan Penulisan Diagnosa Penyakit Berdasarkan ICD-10

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Oktamianiza, 2016) tentang Ketepatan Pengodean Diagnosa Utama Penyakit Pada Rekam Medis Pasien Rawat Inap JKN (Jaminan Kesehatan Sosial) di RSI Siti Rahmah Padang didaptakan sebanyak 71 (71%) berkas rekam medis dengan penulisan diagnosa

(4)

Lembaga Penelitian dan Pegabdian STIKES Dharma Landbouw Padang

e-ISSN: 2715-5250 109

yang jelas dan sebanyak 29 (29%) berkas rekam medis dengan penulisan diagnosa yang tidak jelas.

Dari penelitian yang dilakukan oleh (Maisharoh, 2020) tentang Hubungan Kejelasan Dan Ketepatan Penulisan Diagnosa Penyakit Dengan Ketepatan Pengodean Diagnosa Penyakit Berdasarkan ICD-10 di Puskesmas Pelompek Kerinci ditemukan sebanyak 37 (42%) berkas rekam medis dengan penulisan diagnosa yang jelas dan sebanyak 50 (57,5%) berkas rekam medis dengan penulisan diagnosa yang tidak jelas.

Hal ini disebabkan oleh masih banyaknya dokter yang menulis diagnosa dengan menggunkan tulisan bersambung dan tidak menggunkan huruf kapital.

Namun juga ada rumah sakit yang tidak mempuai SOP (Standar Operasional Prosedur) yang mengatur tentang penulisan diagnosa yang benar.

3. Kelengkapan Penulisan Diagnosa Penyakit Berdasarkan ICD-10

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Aurelius, 2015) tentang Kelengkapan Penulisan Diagnosa pada Resume Medis Terhadap Ketepatan Pengkodean Klinis Kasus Kebidanan ditemukan sebanyak 26 (59%) berkas rekam medis dengan penulisan diagnosa yang lengkap dan sebanyak 18 (41%) berkas rekam medis dengan penulisan diagnosa yang tidak lengkap.

Dari penelitian yang dilakukan oleh (Oktamianiza, 2016)tentang Ketepatan Pengodean Diagnosa Utama Penyakit Pada Rekam Medis Pasien Rawat Inap JKN (Jaminan Kesehatan Sosial) di RSI Siti Rahmah Padang ditemukan sebanyak 82 (82%) berkas rekam medis dengan penulisan diagnosa yang lengkap dan 18 (18%) berkas rekam medis dengan penulisan diagnosa yang tidak lengkap.

Hal ini disebabkan masih kurang pahamnya dokter erhadap penyakit atau kondisi yang dialami oleh pasien, sehingga dokter tidak mampu menulisan diagnosa dengan lengkap (spesifik) sesuai dengan ICD-10 sehingga kode yang dipilih oleh coder tidak konsisten.

4. Kekonsistenan Penulisan Diagnosa Penyakit Berdasarkan ICD-10

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Utami, 2017) tentang Hubungan Kekonsitenan Penulisan Diagnosa Utama Pada Lembar RM 1 dan Resume Keluar Dengan Akurasi Pemilihan Kode Pada Kasus Persalinan di RSUD Kota Surakarta didapatkan sebanyak 42 (84%) berkas rekam medis sudah konsisten, dan 8 (16%) berkas rekam medis belum konsisten penulisan.

Hal ini disebabkan oleh tidak ditulisnya diagnosa utama dan tindakan yang dilakukan oleh dokter dalam menangani pasien karena beban kerja dokter yang sangat tinggi sehinggamenghasilkan kode penyakit maupun tindakan yang tidak akurat (tepat).

PEMBAHASAN

Dalam melakukan telaah jurnal, dapat dilakukan dengan menggunakan teknik literature reiew antara lain menentukan kesamaannya (compare),

(5)

Lembaga Penelitian dan Pegabdian STIKES Dharma Landbouw Padang

e-ISSN: 2715-5250 110

menentukan ketidaksamaannya (contrast), beerikan pandangan (critize), bandingkan (synthesize), dan ringkasan (summarize).

a. Kesamaan literature (compare)

Dari beberapa literatur yang telah di analisis, terdapat kesamaan mendasar terhadap penyebab ketidaktepatan pengodean diagnosa penyakit oleh coder.

Kesamaan dilihat jurnal yang berjudul Ketepatan Penulisan Diagnosa Pada Resume Medis Terhadap Ketepatan Pengodean Klinis Kasus Kebidanan Yang Ditulis Oleh ( (Aurelius, 2015), sejalan dengan penelitian (Maisharoh, 2020) Tentang Hubungan Kejelasan Penulisan Diagnosa Penyakit Dengan Ketepatan Pengodean Diagnosa Penyakit Berdasarakan ICD-10 Di Puskesmas Pelopek Kerinci. Dilihat dari kondisi yang masih belum sesuai dengan kaidah pengodean diagnosa penyakit. Hasil penelitian terhadap ketepatan pengodean mendapat persentase <50%, yang artinya berkas rekam medis masih banyak yang kurang tepat pengodeannya.Diantaranya variabel yang sangat penting belum tercukupi secara keseluruhan. Variabel yang banyak memiliki kesamaan dalam pengelolaannya adalah kejelasan penulisan diagnosa penyakit dan kelengkapan penulisan diagnosa penyakit.

Dari kejelasan dan kelengkapan penulisan diagnosa yang dilakukan oleh dokter, persamaan dilihat dari jurnal mengenai hubungan ketepatan penulisan diagnosa penyakit dengan kejelasan dan kelengkapan penulisan diagnosa penyakit. Penyebab ketidakjelasan dan kelengkapan penulisan diagnosa penyakit oleh dokter adalah kurangnya kepedulian dokter dalam menulis diagnosa dengan jelas dan lengkap serta dokter yang terburu-buru dalam menangani pasien pada saat kegiatan pengobatan. Artinya ada hubungan yang bermakna (signifika) antara ketepatan pengodean diagnosa penyakit dengan kejelasan dan kelengkapan penulisan diagnosa penyakit.

b. Ketidaksamanaan (contrast)

Dari beberapa jurnal tersebut juga ditemukan ketidaksamaan antara satu sama lain. Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Oktamianiza, 2016) Tentang Ketepatan Pengodean Diagnosa Utama Penyakit Pada Rekam Medis Pasien Rawat Inap JKN bahwa ketepatan pengodean disebabkan oleh coderyang kurang teliti dalam memilih kode penyakit, sedangkan penelitian oleh (Maisharoh, 2020) tentang Hubungan Kejelasan Penulisan Diagnosa Penyakit Dengan Ketepatan Pengodean Diagnosa Penyakit Berdasarakan ICD-10 Di Puskesmas Pelopek Kerinci ketidaktepatan pengodean disebabkan oleh kurang terbacanya tulisan dokter pada berkas rekam medis

c. Pandangan (critize)

Tentang Ketepatan Pengodean Diagnosa Utama Penyakit Pada Rekam Medis Pasien Rawat Inap JKN menunjukan bahwa penyebab ketidaktepatan pengodean diagnosa disebabkan oleh kurang telitinya coder dalam memilih kode diagnosa, tidak menjelaskan metode dan jenis penelitian dan tidak menjelaskan berapa jumlah populasi yang dipakai serta adanya variabel yang tidak sesuai (Oktamianiza, 2016).

d. Perbandingan (synthesize)

(6)

Lembaga Penelitian dan Pegabdian STIKES Dharma Landbouw Padang

e-ISSN: 2715-5250 111

Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 377/Menkes/SK/2007 tentang Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan, seorang perekam medis harus mampu menetapkan kode penyakit dan tindakan medis dalam pelayanan dan manajemen kesehatan. Menurut Permenkes No. 27 tahun 2014 tentang petunjuk Teknis Sistem Indonesian Case Base Groups (INA CBG’s), seorangcoder mempunyai tugas dan tanggung jawab melakukan kodefikasi diagnosis yang ditulis oleh dokter yang merawat pasien. Penelitian yang dilakukan oleh Aurelius Anugerah (2015) dan Maisharoh (2020), bahwa penyebab ketidaktepatan pengodean disebabkan oleh kurang terbacanya tulisan dokter dalam menulis diagnosa pada berkas rekam medis sehingga petugas coding kesulitan dalam menentukan diagnosa yang akan dikode. Hal tersebut sejalan dengan tahapan rekam medis terkait pelaporan rumah sakit dan klaim pembayaran biaya kesehatan untuk asuransi kesehatan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa keteptan pengodean yang dilakukan oleh coder di lapangan belum sesuai dengan teori aturan yang ditetapkan karena masih banyak kode yang tidak tepat diberikan oleh coder terhadap penyakit pasien yang disebabkan oleh kurang terbacangan tulisan dokter dalam menulis diagnosa oleh coder.

e. Ringkasan (summarize)

Penelitin yang dilakukan oleh Aurelius Anugerah (2015), Maisharoh (2020), bahwa ketidaktepatan pengodean diagnosa penyakit disebabkan oleh kurang jelas dan lengkap diagnosa yang di tulis oleh dokter pada berkas rekam medis, hal ini disebabkan oleh belum adanya SOP dalam penulisan diagnosa dengan menggunakan tulisan atau huruf dengan baik.

Penelitian yang dilakuakan oleh Oktamianiza (2016) penyebab ketidaktepatan pengodean disebabkan oleh kurang telitinya coder dalam memilih kode pada diagnosa penyakit pasien, hal ini diakibatkan oleh kurang terjalinnya komunikasi yang baik antara petugas coder dengan dokter.

KESIMPULAN

1. Sebagian besar ketidaktepatan pengodean diagnosa penyakit disebabkan oleh beberapa faktor yaitu tulisan dokter yang sulit dibaca oleh petugas coder, penulisan diagnosa yang tidak spesifik, dan keterampilan coder dalammelakukan pengodean.

2. Ketidakjelasan penulisan penyakit disebakan karena banyak dokter mengguakan tulisan bersambung juga tidak menggunakan huruf kapital dalam penulisan diagnosa dan juga disebabkan karena kurangnya tanggung jawab dokter meneliti diagnosa utama akibat terburu-buru akhirnya tidak terselesaikan penulisan diagnosa dengan baik, sehingga coder tidak dapat membaca tulisan dokter dan sulit melakukan pengodean.

3. Kelengkapan penulisan diagnosa sudah sesuai karena sudah sesuai dengan penulisan diagnosa yang terdapat pada ICD-10 dan spesifik yang dapat diidentifikasi.

4. Sebagian besar kekonsistenan penulisan diagnosa sudah konsisten karena kesadaran dokter yang tinggi terhadap kekonsistenan penulisan diagnosa yang dapat menentukan kode yang akan diberikan oleh coder.

(7)

Lembaga Penelitian dan Pegabdian STIKES Dharma Landbouw Padang

e-ISSN: 2715-5250 112

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada Dosen Program Studi D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan dan Dosen Pembimbing Ibu Oktamianiza, SKM., M.Kes yang telah banyak membantu memberikan saran dan masukannya.

DAFTAR PUSTAKA

Abiyasa, M. T., Ernawati, D., & Kresnowati, L. (2011). Hubungan Antara Spesifitas Penulisan Diagnosis Terhadap Akurasi Kode Pada Rm 1 Dokumen Rawat. 99–104.

Agustine, D. M., & Pratiwi, R. D. (2017). Hubungan Ketepatan Terminologi Medis dengan Keakuratan Kode Diagnosis Rawat Jalan oleh Petugas Kesehatan di Puskesmas Bambanglipuro Bantul. Jurnal Kesehatan Vokasional, 2(1), 113. https://doi.org/10.22146/jkesvo.30315

Aurelius Anugrah. (2015). Kelengkapan Penulisan Diagnosa Pada Resume Medis Terhadap Ketepatan Pengodean Klinis Kasus Kebidanan. Iniversitas Esa Unggul Vol. 3 No. 2 Oktober (2015)

Courtiss, E. H. (1979). Neoplasma. Plastic and Reconstructive Surgery, 63(4), 597. https://doi.org/10.1097/00006534-197904000-00107

Edy, Susanto. (2016). Analisis Ketepatan Kode Neoplasma di Rumah Sakit Islam Sultn Agung Semarang.Semarang

Lindra, anggorowati. (2013). faktor risiko kanker payudarawanita. Bandung Maisharoh, Elza Juniati. (2020). Hubungan Kejelasan Dan Ketepatan Penulisan

Diagnosa Penyakit Dengan Ketepatan Pengodean Diagnosa Penyakit Berdasarkan ICD-10 Di Puskesmas Pelompek Kerinci. Padang Vol. 1 No. 1 februari (2020)

Menteri Kesehatan RI. (2008). Permenkes RI No. 269 Th. 2008. Menteri Kesehatan, 1–7.

Miftahul, H Ulum. (2019). Manajemen Mutu Informasi Kesehatan 1. Jakarta Notoatmodjo Soekidjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan.

Jakarta: Rineka Cipta.

Oktamianiza. (2016). Ketepatan Pengodean Diagnosa Utama Penyakit Pada Rekam Medis Pasien Rawat InapJKN (Jaminan Kesehatan Nasional) di RSI Siti Rahmah Padang Tahun 2016. Menara ilmu padang

Oktamianiza. 2019. Mortalitas Coding. Padang. CV Delta Agung Jaya

Rahmadiliyani, N., & Faizal, F. (2018). Kerahasiaan Rekam Medis Di Rumah

(8)

Lembaga Penelitian dan Pegabdian STIKES Dharma Landbouw Padang

e-ISSN: 2715-5250 113

Sakit Aveciena Medika Martapura. Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, 6(2), 69. https://doi.org/10.33560/.v6i2.189

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi dengan Metode R&D. In Bandung: Alfabeta. https://doi.org/10.1007/s11116-011-9347-8 Metode Penelitian Kuantitatif & kualitatif, Journal of Experimental Psychology:

General (2010).

Susanto, E., & Agung, J. T. (2017). Islam Sultan Agung Semarang. 5(1), 2–3.

UU RI No. 44. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Dengan (pp. 1–41).

Warsi Maryati. (2016). Hubungan Antara Ketepatan Penulisan Diagnosa Dengan Kekauratan Kode Diagnosis Kasus Obstetri di RS PKU Muhammadiyah Sukoharjo. Infokes Vol. 6 No.2 November (2016)

World Health Organization. (2010). International Classification of Diseases (ICD- 10). Family Practice Management.

______________________. 2010. International Statistical Classification of Disease and related Health Problems tenth Revision Volume 2 Second edition. Geneva: World Health Organization.

Yeni Tri Utami. (2017). Hubungan Kekonsistenan Penulisan Diagnosa Utama Pada Lembar RM 1 Dan Resume Keluar Dengan Akurasi Pemilihan Kode Pada Kasus Persalinan di RSUD Kota Surakarta. APIKES Citra Medika Surakarta Vol. 7 No. 1 Februari (2017)

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu, salah satu metode yang dapat digunakan guru di kelas dalam upaya meningkatkan kemampuan imajinasi dan kreativitas siswa maka pada kegiatan pembelajaran

Aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual adalah aset keuangan yang ditetapkan untuk dimiliki untuk periode tertentu dimana yang akan dijual dalam

Hal ini sesuai dengan pendapat WHO (2002) yang menyatakan bahwa Faktor- faktor yang memicu berkembangnya keputihan antara lain kurangnya menjaga personal hygiene (terutama

Berdasarkan Peraturan BAPEPAM Nomor X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan Nomor KEP-36/PMK/2003 Tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala,

Meskipun demikian, pasal tersebut secara eksplisit menetapkan bahwa perusahaan wajib melakukan progran jaminan sosial tenaga kerja bagi tenaga yang melakukan pekerjaan di dalam

Berat kering kecambah benih varietas Wilis yang diberi tiga dosis pupuk P dan diamati pada berbagai fase perkembangan biji... Berat kering kecambah benih varietas Malabar yang

Program ini nantinya diharapkan dapat memberikan nilai kepedulian masyarakat dan juga pengunjung terhadap lingkungan, terutama ekosistem laut dengan mengembangkan wisata

Karena poynting vektor hanya mempunyai komponen radiasi yang sebenarnya berbanding lurus dengan kuadrat magnitudo kuat medannya, maka untuk pola daya apabila