• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. informasi global yang serba transparan, menurut Toffler, adalah gejala

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. informasi global yang serba transparan, menurut Toffler, adalah gejala"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Globalisasi ditandai oleh perkembangan teknologi elektronik yang sangat pesat, yang telah mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan dan kegiatan masyarakat. Canggihnya teknologi modern dan terbukanya jaringan informasi global yang serba transparan, menurut Toffler, adalah gejala masyarakat gelombang ketiga, yang telah ditandai dengan munculnya internet. Teknologi internet mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perekonomian dunia. Internet membawa perekonomian dunia memasuki babak baru yang lebih populer dengan istilah digital economics atau ekonomi digital. Keberadaannya ditandai dengan semakin maraknya kegiatan perekonomian yang memanfaatkan internet sebagai media komunikasi, kolaborasi, dan kooperasi. Perdagangan, misalnya, semakin banyak mengandalkan perdagangan elektronik/electronic commerce (e-commerce) sebagai media transaksi.1

Penggunaan internet untuk keperluan bisnis dan perdagangan mulai dikenal beberapa tahun belakangan ini dan dengan cepat meluas, terutama di negara-negara maju. Perdagangan lewat internet ini berkembang pula dengan sistem bisnis virtual, seperti virtual store dan virtual company dimana pelaku

1Dr. Abdul Halim Barkatullah, S.Ag., SH., M.Hum, Syahrida, SH., MH., 2010, Sengketa

(2)

bisnis menjalankan bisnis dan perdagangan melalui media internet dan tidak lagi mengandalkan basis perusahaan yang konvensional nyata. Pada negara-negara maju perkembangan bisnis lewat internet ini dapat berkembang cepat dengan adanya dukungan dari sarana settlement yang tersedia, seperti sistem

delivery yang cepat dan dapat dipercaya, cara pembayaran yang aman, dan

terutama dukungan perangkat hukum yang ada. Kendala untuk Indonesia yang menghambat perkembangan perdagangan lewat internet ini ada pada sarana settlement yang belum memadai. Di samping sistem delivery dan pembayaran yang masih lemah, juga belum adanya dukungan dari perangkat hukum berlaku di media internet ini. 2

Transaksi perdagangan dengan menggunakan teknologi e-commerce merupakan suatu kontrak jual beli yang sama dengan jual beli konvensional yang biasa dilakukan masyarakat, perbedaannya hanya pada media yang digunakan. Media yang dipergunakan pada transaksi e-commerceadalah media elektronik yaitu internet, sehingga kesepakatan ataupun kontrak yang tercipta adalah melalui online. Kontrak jual beli online hampir sama dengan kontrak jual beli pada umumnya yang juga terdiri dari penawaran dan penerimaan, dimana suatu kesepakatan selalu diawali dengan adanya penawaran oleh salah satu pihak dan penerimaan oleh pihak yang lain.3

Perbedaan antara transaksi perdagangan dengan menggunakan teknologi e-commerce atau online dengan transaksi perdagangan nyata atau langsung terletak pada aspek pelayanannya. Pelayanan disini dapat diartikan

2Asril Sitompul, S.H., LL.M., 2001, Hukum Internet (Pengenalan Mengenai Masalah Hukum di

Cyberspace), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm.xiii

3

(3)

sebagai akses atau cara yang disediakan oleh pelaku bisnis agar konsumen dapat memilih atau membeli produk yang ditawarkan pelaku bisnis. Pelayanan di dalam transaksi perdagangan secara online dikategorikan lebih mudah, hal ini dikarenakan konsumen cukup bermodalkan jaringan internet. Konsumen dengan jaringan internet ini nantinya dapat mengakses sistem pelayanan yang dimiliki oleh pelaku bisnis. Pelaku bisnis di dalam sistem pelayanan tersebut biasanya telah mencantumkan gambar serta harga barang yang ditawarkan, sehingga konsumen dapat dengan mudah memilih barang yang diinginkannya dan langsung melakukan pembayaran dengan sistem pembayaran yang telah disediakan.

Transaksi perdagangan secara onlinepada prinsipnya mengutamakan kemudahan, dimana biasanya sistem pelayanan yang dimiliki pelaku bisnis ini dapat diakses kapan dan dimana saja. Namun perihal penyerahan (levering) barang, konsumen harus menunggu dahulu dikarenakan menggunakan sistem pengiriman. Lamanya penyerahan tergantung kepada jauh dekatnya lokasi konsumen.

(4)

Transaksi perdagangan dengan menggunakan teknologi e-commerce di Indonesia sangat beragam mulai dari kebutuhan sehari-hari seperti sandang dan pangan hingga kebutuhan pelengkap atau lux seperti gadget. Transaksi perdagangan dengan menggunakan teknologi e-commerce pada awal perkembangannya sangat populer dikalangan pelaku bisnis yang bergerak di sektor sandang seperti pakaian dan aksesoris. Seiring dengan tuntutan konsumen yang beragam, para pelaku bisnis kemudian mulai melirik sektor pangan yang mencakup makanan dan minuman, baik yang setengah jadi maupun jadi, hingga obat-obatan yang sekarang ini sedang populer diperjualbelikan menggunakan teknologi e-commerce.

(5)

hal ini bisa pula dikatakan berperan untuk mendistribusikan perbekalan farmasi dan perbekalan kesehatan dari supplier kepada pengguna obat.4

Pada paragraf sebelumnya jika dikaitkan dengan transaksi perdagangan yang menggunakan teknologi e-commerce, apotek merupakan salah satu wadah yang mengadopsi sistem ini sebagai alternatif penjualan guna meningkatkan keuntungan dan memudahkan konsumen untuk mendapatkan akses obat-obatan baik kapan dan dimana saja. Beberapa tahun belakangan praktik ini populer dengan sebutan apotek online.

Apotek online sendiri pada mulanya hanya berbentuk perjanjian jual beli biasa dengan teknologi e-commerce yang objeknya adalah obat-obatan. Praktik apotek online ini pertama kali populer dan diterapkan hampir di setiap negara maju. Praktik apotek online sendiri di negara berkembang khususnya Indonesia baru populer di kalangan masyarakat, sehingga para pelaku bisnis yang bergerak di sektor pendirian apotek berlomba-lomba mempromosikan praktik ini guna meraup keuntungan yang maksimal. Tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal ini sangat disayangkan karena terkadang mengabaikan aspek perlindungan terhadap konsumen pengguna apotek online itu sendiri.

Indonesia dari segi hukum positifnya belum secara tegas melegalkan praktik apotek online ini, baik itu di dalam Undang-Undang Kesehatan di Indonesia maupun di dalam peraturan-peraturan tambahan seperti Peraturan Menteri Kesehatan yang berlaku saat ini. Setiap kegiatan kefarmasian pada

4Stephen Zeenot, 2013, Pengelolaan & Penggunaan Obat Wajib Apotek, D-MEDIKA (Anggota

(6)

dasarnya selalu terkait dengan resep. Resep merupakan permintaan tertulis dari dokter kepada apoteker pengelola apotek untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita. Definisi tersebut secara tidak langsung telah menyimpulkan bahwa setiap resep harus diberikan kepada apoteker selaku pengelola apotek, padahal di dalam Peraturan Menteri Kesehatan yang berlaku saat ini, toko obat yang telah mendapat izin juga dikategorikan sebagai penyalur resmi kefarmasian. Indonesia tidak mengatur tegas ketentuan bahwa resep harus dibawa ke apotek, hal ini mengakibatkan munculnya penyalur kefarmasian lain seperti apotek online. Apotek online ini memang tidak terdapat pengaturannya secara tegas di dalam hukum positif Indonesia, namun hal tersebut tidak menjadikan apotek online sebagai penyalur kefarmasian ilegal. Apotek online sendiri sebenarnya berasal dari apotek yang secara nyata telah berdiri dan bersertifikasi atau telah memenuhi izin. Apotek tadi di dalam penyelenggaraannya tidak hanya melayani pembelian secara langsung, namun juga menerapkan sistem online yang memungkinkan konsumen dapat lebih mudah membeli obat-obatan yang diproduksi tanpa harus datang langsung ke apotek tersebut. Apotek online ini secara tidak langsung dapat juga dikatakan sebagai apotek yang bersertifikasi resmi.

(7)

biasanya berbentuk surat elektronik dan dapat digunakan sebagai bukti yang berkekuatan hukum, jika suatu saat konsumen merasa dirugikan. Ditinjau dari perlindungan hukum secara nyata atau di lapangannya, konsumen sama sekali tidak terlindungi secara penuh jika suatu saat konsumen dirugikan. Hal tersebut dikarenakan dalam permasalahan ini ada perbenturan antara hukum perlindungan konsumen dalam transaksi elektronik yang objeknya berupa obat-obatan, yang mana obat-obatan sendiri berkaitan dengan hukum kesehatan khususnya kefarmasian. Kerugian yang dimaksud yaitu perihal kesehatan dan harta konsumen, sehingga di dalam praktik apotek online ini diperlukan perlindungan terhadap kesehatan dan harta konsumen. Perlindungan kesehatan dan harta konsumen yang dimaksud adalah perlindungan terhadap manusia agar kesehatannya tidak menurun/hartanya tidak berkurang sebagai akibat penggunaan produk.5

Perlindungan konsumen tentu tidak cukup hanya mengandalkan ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK). Hal tersebut dikarenakan UUPK sendiri menentukan bahwa segala ketentuan peraturan perundang-undangan yang bertujuan melindungi konsumen yang telah ada pada saat Undang-Undang ini diundangkan, dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak diatur secara khusus dan/atau tidak bertentangan dengan ketentuan dalam undang-undang ini.6 Perihal perlindungan hukum terhadap konsumen praktik apotek online ini, tidak saja dapat ditinjau berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang

5Prof. Dr. Ahmadi Miru, S.H., M.H., 2013, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen

di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, hlm.184

(8)

Perlindungan Konsumen (UUPK) sebagai Undang-Undang yang pokok mengenai perlindungan konsumen, namun juga dapat ditinjau melalui peraturan lain yang terkait. Peraturan lain tersebut yaitu, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), Undang-Undang No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes). Peraturan lain yang terkait tersebut di dalamnya juga menyebutkan perihal perlindungan hukum walaupun secara tersirat.

Apotek di Indonesia yang memperjualbelikan obat-obatannya secara

onlinesalah satunya adalah Apotek K-24. Apotek K-24 yang pertama kali

berdiri di Yogyakarta ini merupakan apotek yang mengedepankan aspek pelayanan terhadap konsumennya. Pelayanan disini dapat dilihat pada kemudahan yang ditawarkan oleh Apotek K-24 dalam memperjualbelikan produknya seperti, jam pelayanan apotek yang dibuka selama dua puluh empat (24) jam non-stop dan cara pembelian dengan sistem online. Sistem

online yang disediakan Apotek K-24 dalam memperjualbelikan

(9)

Obat-24merupakan apotek online terlengkap asli Indonesia yang bekerjasama dengan apotek-apotek asli yang tersebar di seluruh Indonesiadan saat ini bekerjasama dengan Apotek K-24 dalam hal pelayanan jual beli obat-obatan secara online. Pelaksanaan perjanjian jual beli secara online pada Apotek K-24 melalui Obat-K-24dengan konsumen dapat juga dikategorikan sebagai transaksi perdagangan dengan menggunakan teknologi e-commerce. Oleh karena itu, penulis merasa perlu mencari tahu bagaimanakah perlindungan hukum yang akan diterima oleh para pihak di dalam praktik apotek

onlinepada Apotek K-24 melalui Obat-24,jika ditinjau dari beberapa macam

peraturan terkait serta praktiknya di lapangan pada saat ini.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengangkat permasalahan ini kedalam tulisannya yang berjudul Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian Jual Beli Obat-Obatan Melalui Apotek Secara Online (Studi Kasus Pada Apotek K-24 Dan Apotek

Online Obat-24), dan berharap bila suatu hari penulisan ini dapat diambil

manfaatnya bagi siapa pun yang membutuhkannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

(10)

2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap para pihak dalam perjanjian jual beli obat-obatan melalui apotek secara online pada Apotek K-24 dan Obat-24 serta upaya penyelesaian yang dapat dilakukan konsumen dalam hal terjadi sengketa?

C. Tujuan Penelitian

Penulisan Hukum ini mempunyai 2 (dua) tujuan, yaitu sebagai berikut:

1. Tujuan Objektif

a. Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan perjanjian jual beli obat-obatan melalui apotek secara online pada Apotek K-24 dan Obat-24.

b. Untuk mengetahui dan menganalisisperlindungan hukum terhadap para pihak dalam perjanjian jual beli obat-obatan melalui apotek secara online pada Apotek K-24 dan Obat-24serta upaya penyelesaian yang dapat dilakukan konsumen dalam hal terjadi sengketa.

2. Tujuan Subyektif

(11)

D. Keaslian Penelitian

Penulisan hukum ini adalah karya asli dari penulis dan sepengetahuan penulis, penulisan hukum tentang perlindungan hukum terhadap konsumen dalam perjanjian jual beli obat-obatan melalui apotek secara online(studi kasus pada Apotek K-24 dan apotek online Obat-24)belum pernah dilakukan oleh penulis sebelumnya. Namun terdapat beberapa penulisan hukum yang mirip dengan yang dilakukan penulis. Penulisan hukum sebelumnya dan perbedaannya dengan penulisan hukum yang dilakukan penulis ialah:

1. Triana Raisa Pahotna Simanjuntak, 2011, Perlindungan Hukum

Terhadap Konsumen Online Shopping di Indonesia, Universitas Gadjah

Mada. Pada penulisan tersebut penulis menitikberatkan pada perlindungan hukum terhadap konsumen dalam perjanjian online

shopping secara umum atau garis besarnya saja. Berbeda dengan

penulisan ini, dimana di dalam penulisan ini penulis lebih spesifik terhadap objek yang akan dikaji, yaitu berupa obat-obatan yang diperjualbelikan oleh apotek online.

2. Fita Dewi Rakhmawati, 2011, Perlindungan Terhadap Konsumen Pelaku

Transaksi Online di Forum Jual Beli Kaskus (Regional Yogyakarta),

(12)

3. Anindyarsa Dwiangga, 2011, Tanggung Jawab Pihak Penjual dan

Pembeli dalam Perjanjian Jual Beli Peralatan Fotografi melalui Media Elektronik (E-Commerce) pada Bursa Fotografi Situs Fotografer.net,

Universitas Gadjah Mada. Pada penulisan tersebut penulis menitikberatkan pada tanggung jawab kedua belah pihak, baik penjual maupun pembeli dalam perjanjian jual beli melalui media elektronik

(e-commerce). Selain itu perbedaan terletak pada objek yang dikaji, dalam

penulisan ini objek yang dikaji penulis adalah obat-obatan yang diperjualbelikan melalui apotek online, sedangkan objek yang dikaji dalam penulisan tersebut adalah bursa fotografi pada situs fotografer.net. 4. Aditia Setiawan, 2013, Perjanjian Jual Beli Online dengan

Menggunakan Sistem Pembayaran melalui Rekening Pihak Ketiga (Rekber) Penelitian pada PT. Rekber Indonesia, Universitas Gadjah

Mada. Pada penulisan tersebut penulis hanya menitikberatkan pada pelaksanaan perjanjian jual beli secara online, namun sama sekali tidak membahas perihal perlindungan hukum terhadap konsumennya.

5. Umbu Rikimata M. Ndaipraing, 2015, Tanggung Jawab Pelaku Usaha

Transaksi Jual Beli Secara Online (E-Commerce) Berdasarkan Hukum Perlindungan Konsumen (Studi Kasus UD. Andalucia Creative Production), Universitas Gadjah Mada. Pada penulisan tersebut penulis

(13)

konsumen (Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen); dari segi hukum publik (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana); dari segi hukum privat (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata). 6. Rita Rahman, 2013, Perlindungan Hukum bagi Konsumen Obat-Obatan

terhadap Promosi Obat Perusahaan Farmasi, Universitas Hasanuddin.

Pada penulisan tersebut penulis menitikberatkan pada perlindungan hukum terhadap konsumen obat-obatan yang dibeli secara konvensional nyata (langsung), sedangkan di dalam penulisan ini penulis menitikberatkan pada obat-obatan yang dibeli secara online. Selain itu, penulisan tersebut fokus kepada tanggung jawab perusahaan farmasi selaku produsen obat, sedangkan di dalam penulisan ini penulis fokus pada tanggung jawab apotek sebagai pelaku bisnis/penyalur kefarmasian.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai manfaat, baik secara akademis maupun secara praktis. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Akademis

(14)

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

a. Menjadi masukan dan/atau panduan bagi profesi yang bergerak di sektor kesehatan, baik dokter, perawat, maupun apoteker dalam pelayanan kesehatan, khususnya bidang pelayanan kefarmasian, sehingga pelayanan yang diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku dan tidak merugikan pasien atau pengguna barang dan jasa selaku konsumen kesehatan.

(15)

Referensi

Dokumen terkait

memberi petunjuk kepada Pelaksana/Pejabat Fungsional/Bawahan sesuai bidang tugas jabatannya dalam rangka pelayanan pemeriksaan di bidang mikrobiologi, fisika, kimia

Industri tempe menempati peringkat pertama sebagai industri pengolahan kedelai skala rumah tangga yang memiliki potensi paling besar jika dibandingkan dengan

Di awal pemaparan bapak Rahmad Pua Geno mengutarkan beberapa latar belakang dari pembuatan Policy Brief ini, antara lain; Tingginya angka kematian Ibu dan Bayi di Indonesia

Berdasarkan hasil pengujian beda rata-rata dengan kruskal Wallis dapat diketahui bahwa nilai signifikansinya adalah 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga

Untuk mempermudah wisatawan menentukan biro perjalanan pariwisata yang sesuai dengan kriteria wisatawan maka dibuatlah sistem pendukung keputusan penentuan

Jika dalam empat semester berikutnya mahasiswa yang bersangkutan telah mengumpulkan lebih dari 80 sks namun IPK < 2,0, maka untuk keperluan evaluasi dimaksud, diambil 80 sks

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa : Penerapan metode strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB) dapat

Sedangkan untuk ketuntasan belajar matematika siswa setelah diterapkan model pembelajaran ARCS ( Attention, Releveance, Confidence and Satisfaction) yang dapat