PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT PASCA ERUPSI MERAPI (STUDI DI HUNIAN TETAP BANJARSARI DESA GLAGAHARJO CANGKRINGAN SLEMAN YOGYAKARTA)
SOCIAL BEHAVIOR SOCIETY AFTER THE ERUPTION OF MERAPI
(STUDIES IN PERMANENT HOUSING BANJARSARI YOGYAKARTA SLEMAN CANGKRINGAN VILLAGE GLAGAHARJO)
Oleh: Dwi Ardiaty Cahyani, pls fip uny, Dwi01cahyani@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengetahui perilaku sosial masyarakat pasca erupsi merapi dan dampak erupsi merapi terhadap perubahan perilaku sosial masyarakat di desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subyek penelitian ini warga hunian tetap dan tokoh masyarakat korban bencana erupsi merapi di desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.
Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Peneliti merupakan instrumen utama dalam melakukan penelitian yang dibantu oleh pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi. Teknik dalam analisis data adalah display data, reduksi data, dan pengambilan kesimpulan.
Trianggulasi yang digunakan untuk menjelaskan keabsahan data dengan menggunakan sumber dan metode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan Pola Perilaku Sosial Masyarakat Pasca Erupsi Merapi di Huntap Dusun Besalen, Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman,Yogyakarta disebabkan rasa cemas akan kejadian erupsi merapi yang pernah menimpa warga Huntap Banjarsari ketika ada kejadian alam seperti hujan serta listrik mati sehingga penerangan hanya dengan lilin, warga mulai menunjukkan wajah ketakutan serta adanya rasa panik dan saling mengingatkan satu sama lain di dalam keluarga. Dampak yang di timbulkan Pasca Erupsi Merapi terhadap Masyarakat di Huntap Banjarsari a. sangat memungkinkan untuk warga setempat beternak dan bercocok tanam.
Keadaan ini berubah seketika saat merapi memporak-porandakan Desa Argomulyo, sehingga mata pencaharian warga pun berubah b. seiring berubahnya lingkungan tempat tinggal berubah pula perilaku social yang dilakukan sehari-hari c. warga selalu menyempatkan diri untuk beribadah di sela waktu mereka beraktifitas. Tidak hanya itu saja, warga juga ketika ada jadwal pengajian warga selalu menyempatkan diri untuk mengikuti kegiatan tersebut tanpa rasa beban d. dampak terhadap mental warga, Mental warga huntap pasca erupsi merapi mengalami trauma psikis, salah satu contoh trauma yang dialami warga adalah merasa takut yang berlebihan ketika hujan, dan angin
kencang Kata kunci: Perilaku Sosial, Perilaku Sosial Masyarakat
Abstract
This study aims to determine the social behavior of communities post-eruption of Merapi and the impact of Merapi eruption on social behavior change in the village of Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. This research is a descriptive research with qualitative approach. The subjects of this study are permanent residents and community leaders of Merapi eruption disaster victims in the village of Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. The data were collected using observation, interview and documentation method. Researchers are the main instruments in conducting research assisted by observation guides, interview guides, and documentation guidelines. Techniques in data analysis are data display, data reduction, and conclusion. Triangulation is used to explain the validity of data using sources and methods. The results showed that the change of Social Behavior Pattern of Post Merapi Eruption in Merapi Dusun Besapen, Glagaharjo Village, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta was caused by anxiety about Merapi eruption incident that happened to Banjarsari Huntap people when natural incident such as rain and electricity die so that lighting with candles, residents began to show faces of fear and panic and remind each other in the family. The Impact of Post Merapi Eruption on the Community in Banjarsari Huntap a. it is possible for local people to farm and grow crops. This situation changed instantly when Merapi devastated Argomulyo Village, so that the livelihood of citizens changed b. as the changing environment changes also social behaviors performed everyday c. residents always take time to worship on the sidelines of their activities. Not only that, residents also when there is a schedule of recitation residents always take the time to follow these activities without a sense of d load. the impact on the mental of the citizens, Mental citizens huntap pasapi eruption experienced psychic trauma, one example of trauma experienced
Keywords: Community Development, Gender and Community Development Programme
PENDAHULUAN
Bencana adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dari sistem yang ada di muka bumi.
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana mendefinisikan bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba, merusak atau berhenti sehingga membutuhkan usaha yang besar untuk menanggulanginya..
Pada akhir tahun 2010, Gunung Merapi mengalami erupsi sejak tanggal 26 Oktober 2010 dan puncaknya terjadi pada tanggal 05 November 2010. Erupsi pertama terjadi sekitar pukul 17.02 WIB tanggal 26 Oktober 2010 dan sedikitnya terjadi hingga tiga kali letusan. Letusan menyemburkan material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 km disertai dengan keluarnya awan panas yang menerjang Kaliadem, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan dan menelan 43 korban jiwa. Mulai 28 Oktober 2010, Gunung Merapi memuntahkan lava pijar yang muncul hampir bersamaan dengan awan panas pada pukul 19.54 WiB.
Selanjutnya mulai teramati titik api diam di puncak pada tanggal 01 November 2010 yang menandai fase baru bahwa magma telah mencapai lubang
Selain mengakibatkan korban jiwa, letusan gunung berapi bisa menyebabkan kerusakan yang berarti bagi ekonomi lokal dengan merugikan perusahaan-perusahaan kecil
dan menengah yang terlibat dalam industry pariwisata, kuliner, akomodasi komersil, pertanian, perkebunan, dan peternakan. Erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 merupakan erupsi terbesar yang pernah terjadi dan paling banyak memakan korban jiwa. Ratusan nyawa dan harta benda warga hilang terkena awan panas. Salah satu desa yang terkena dampak erupsi Gunung Merapi adalah Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Peristiwa ini menimbulkan dampak lingkungan yang nyata bagi masyarakat di lereng Gunung Merapi, khususnya Desa Glagaharjo.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, diketahui bahwa Desa Glagaharjo sebelum erupsi Merapi merupakan desa yang asri dan damai dengan lahan perkebunan dan peternakan, masyarakat memiliki lahan yang luas dan subur untuk bercocok tanam serta beternak. Namun setelah terjadi erupsi Merapi semuanya berubah.
Masyarakat setempat tidak lagi bisa bercocok tanam atau beternak.
Dengan adanya perubahan tersebut, masyarakat setempat harus berusaha beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang ada. Dari mata pencaharian yang beternak menjadi berdagang dan ada juga yang harus menjadi buruh serta pola kehidupan sehari-hari yang sudah mempunyai aturan sendiri. Masyarakat yang sebelumnya ceroboh bisa membuang sampah disembarang tempat, namun pasca erupsi Merapi hal tersebut tidak lagi diperbolehkan.
Serta air yang digunakan untuk mandi, minum,
dan lain sebagainya sekarang memanfaatkan bantuan pemerintah. Namun saat ini dengan adanya bencana alam tentu saja memberikan dampak yang berbanding terbalik dengan keadaan sebelumnya. Keadaan ini menyebabkan tekanan psikologis dan perubahan pada perilaku masyarakat setempat.
Manusia dalam hidupnya mempunyai tugas dan fungsi tertentu. Di pandang dari segi sosial, manusia saling bergaul, hormat- menghormati dan bantu membantu demi kesejahteraan bersama. Kunci utama bagi kelangsungan kehidupan masyarakat dan kesejahteraan bersama tersebut adalah adanya interaksi yang meliputi interaksi antar individu yang satu dengan individu lainnya, kelompok dengan individu, maupun antara kelompok dengan kelompok. Interaksi ini juga terjadi pada masyarakat yang menjadi korban erupsi Merapi dan saat ini bertempat tinggal di hunian tetap Banjarsari, Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.
Pola interaksi bisa terjadi dan berjalan baik karena dipengaruhi oleh terjadinya teknik berhubungan satu dengan yang lainnya. Melalui interaksi sosial tersebut, terbentuklah hubungan saling mempengaruhi dimana di dalam proses tersebut akan selalu berbentuk suatu sistem perilaku. Masalah perilaku manusia adalah kompleks karena berkaitan dengan berbagai macam kepentingan yang sebagian berada di luar diri manusia sebagai produk dari hubungan sosial. Pola perilaku sosial dipengaruh oleh karakteristik dan kualitas lingkungan, dan sebaliknya pola perilaku sosial juga
mempengaruhi karakteristik dan kualitas lingkungan (Sunyoto Usman, 2004: 227).
Dalam kehidupan di hunian tetap Banjarsari terjadi interaksi antara masyarakat yang sama-sama menjadi korban erupsi Gunung Merapi, masyarakat dengan pemerintah maupun masyarakat dengan pihak-pihak yang membantu dalam relokasi di hunian tetap Banjarsari.
Masyarakat melakukan interaksi sosial dengan berbagai pihak yang mempunyai kepentingan seragam yaitu memenuhi kebutuhan hidup pasca erupsi Merapi, tidak hanya bersifat ekonomis akan tetapi lebih mengarah pada status mereka dalam masyarakat, artinya kebutuhan itu juga menyangkut kebutuhan sosial, budaya dan politik.
Berdasarkan berbagai permasalahan yang dipaparkan di atas maka peneliti menganggap penting melakukan penelitian dengan judul
“Perilaku Sosial Masyarakat Pasca Erupsi Merapi (Studi di Hunian Tetap Banjarsari, Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta”.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2013 sampai dengan bulan januari 2014 di desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta
Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data
Data di ambil dari warga hunian tetap dan tokoh masyarakat korban bencana erupsi merapi di desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.
Dalam penelitian ini, teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Oleh karena itu, penelitian ini dibantu dengan instrumen pedoman observasi, pedoman wawancara, pedoman dokumentasi.
Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif yang bersifat kualitatif. Tujuan analisis data adalah untuk menyederhanakan data ke
bentuk yang lebih mudah untuk
menyederhanakan dan di interpresentasikan.
Setelah data terkumpul selanjutya adalah analisis data. Penelitian ini menggunakan analisis yang bersifat kualitatif, meliputi catatan wawancara, catatan observasi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, data resmi yang berupa dokumen atau arsip, memorandum dalam proses pengumpulan data dan juga semua pandangan yang diperoleh dari mana pun serta di catat.
Sedangkan proses analisis kualitatif menurut Milles dan Humberman dalam Sugiyono, 2008: 91) terdapat 3 komponen yang benar-benar harus dipahami. Ketiga komponen tersebut adalah data reduction, data display, dan conclusing drawing/ verification.
Pertama, Data Reduction (Reduksi data),
dengan merangkum, memilih hal-hal pokok, disusun lebih sistematis, sehingga data dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang
hasil pengamatan dan mempermudah peneliti dalam mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan. Kedua, Membuat Data Display (Penyajian Data), agar dapat melihat gambaran keseluruhan data atau bagian-bagian tertentu dari penelitian. Dengan demikian peneliti dapat
menguasai data lebih mudah.
Ketiga,ConclusionDrawing/Verification
(penarikan kesimpulan dan verifikasi) selama penelitian berlangsung. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang dibuat yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Sementara dari kesimpulan awal senantiasa harus diverifikasi selama penelitian berlangsung.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perubahan Pola Perilaku Sosial Masyarakat Pasca Erupsi Merapi di Huntap Dusun Besalen, Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman,Yogyakarta
1) Hasil penelitian menunjukan bahwa Perubahan pola perilaku sosial di huntap dusun besalen desa glagaharjo cangkringan sleman yogyakarta meliputi 2 hal: a. Perilaku Sosial Masyarakat Pasca Erupsi Merapi di Huntap Dusun Besalen, Desa Glagaharjo, Cangkringan,
Sleman,Yogyakarta menjadi berubah
dikarenakan rasa cemas akan kejadian erupsi merapi yang pernah menimpa warga Huntap Banjarsari. Sesuai dengan hasil observasi peneliti ketika ada kejadian alam seperti hujan serta listrik mati sehingga penerangan hanya dengan lilin, warga mulai menunjukkan wajah ketakutan serta adanya rasa panik dan saling mengingatkan satu sama lain di dalam keluarga. b. Perilaku Sosial antar warga Huntap Banjarsari, peneliti dapat menyimpulkan bahwa keadaan lingkungan di Huntap Banjarsari berubah menjadi lebih terbina antara sati sama lainnya 2) Proses Sosial Masyarakat Pasca Erupsi Merapi di Huntap Banjarsari, a. kontak sosial, warga Huntap jika bertemu di jalan atau pun sedang bersantai di depan rumah selalu bertegur sapa atau ngobrol dan bercanda, karena dengan rumah tipe yang berdempetan ini lebih membuat warga Huntap melakukan kontak secara langsung. b.
Komunikasi, Komunikasi yang terjalin antar sesama warga Huntap menggunakan bahasa jawa ngoko apabila berkomunikasi dengan orang sebaya dan menggunakan bahasa jawa krama apabila berkomunikasi dengan orang yang lebih tua karena adanya rasa saling menghormati 3) Interaksi Sosial Pasca Erupsi Merapi di Huntap Banjarsari meliputi a. pola asosiatif, 1) kerjasama, Suatu bentuk kerjasama ini dapat dilihat dari berbagai program usaha kecil masyarakat Huntap Banjarsari seperti, jasa cuci pakaian, warung sembako, pembuatan makanan- makanan ringan, pengolahan sampah, kebun hijau 2) akomodasi, Bentuk akomodasi yang dilakukan di lingkungan Huntap Banjarsari sesuai dengan hasil pengamatan peneliti adalah
toleration, yaitu suatu bentuk akomodasi tanpa
persetujuan yang formal bentuknya 3) asiimilasi, Proses asimilasi sebagai hasil tindak lanjut dari proses akomodasi warga Huntap Banjarsari sudah berjalan dengan sangat baik dengan mengurangi pertentangan yang terjadi diantara mereka b. pola disasosiatif, Di Huntap Banjarsari tidak terdapat bentuk persaingan yang secara terbuka, karena masyarakat Huntap banjarsari mempunyai rasa kekeluargaan yang sangat tinggi.
2. Dampak yang di timbulkan Pasca Erupsi
Merapi terhadap Masyarakat di Huntap Banjarsaria. dampak terhadap sektor ekonomi, dengan lahan yang subur dan luas sehingga sangat memungkinkan untuk warga setempat beternak dan bercocok tanam. Keadaan ini berubah seketika saat merapi memporak-porandakan Desa Argomulyo, sehingga mata pencaharian warga pun berubah b. dampak terhadap sector sisal, masyarakat seiring berubahnya lingkungan tempat tinggal berubah pula perilaku social yang dilakukan sehari-hari c. dampak terhadap sector religious, warga selalu menyempatkan diri untuk beribadah di sela waktu mereka beraktifitas.
Tidak hanya itu saja, warga juga ketika ada jadwal pengajian warga selalu menyempatkan diri untuk mengikuti kegiatan tersebut tanpa rasa beban d. dampak terhadap mental warga, Mental warga huntap pasca erupsi merapi mengalami trauma psikis, salah satu contoh trauma yang dialami warga adalah merasa takut yang
berlebihan ketika hujan, dan angin kencang
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Perubahan Pola Perilaku Sosial Masyarakat Pasca Erupsi Merapi di Huntap Dusun Besalen, Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman,Yogyakarta
2. Dampak yang ditimbulkan dari perilaku sosial warga Huntap Banjarsari Cangkringan Yogyakarta
Saran
1. Sesama warga lebih meningkatkan hubungan kekerabatan agar terciptanya lingkungan yang harmonis dan interaksi yang baik dan lancar.
2. Sesama warga lebih meningkatkan hubungan kerjasama dalam menciptakan
matapencaharian agar income yang di dapatkan meningkat bersama-sama.
3. Pemerintah daerah lebih memperhatikan warga korban erupsi merapi dengan
memberikan
linkuntuk warga
menyalurkan usaha kecil mereka.
4. Pemerintah daerah memberikan
sosialisasi rutin tentang mengatasi trauma yang warga alami.
DAFTAR PUSTAKA