• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN MATERI FI IL MUDHARI DI KELAS VII MTs DENGAN LAGU AMPAR-AMPAR PISANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBELAJARAN MATERI FI IL MUDHARI DI KELAS VII MTs DENGAN LAGU AMPAR-AMPAR PISANG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

308

PEMBELAJARAN MATERI FI’IL MUDHARI’ DI KELAS VII MTs DENGAN LAGU AMPAR-AMPAR PISANG

Lailatul Fitria, S.Pd

Guru Bahasa Arab di MTs NU Miftahul Huda Turen

Abstrak: Pembelajaran materi fi’il mudhari’ merupakan bagian dari pembelajaran unsur bahasa. Pembelajaran unsur bahasa dapat menunjang ketercapaian siswa dalam menguasai empat kecakapan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis). Di tingkat Madrasah Tsanawiyah materi fi’il mudhari’ mulai dikenalkan di semester kedua pada tema kehidupan keluarga. Perubahan kata dalam fi’il mudhari’ disesuaikan dengan enam kata ganti (نحن ،يه ،وه ،ِتنأ ، َتنأ ،انأ). Perubahan kata tersebut cukup membuat siswa bingung dan kesulitan memahaminya. Lagu Ampar-Ampar Pisang merupakan lagu yang sederhana dan bisa menciptakan suasana meriah. Pembelajaran fi’il

mudhori’ dengan lirik lagu Ampar-Ampar Pisang diupayakan untuk mempermudah siswa

dalam memahami perbedaan-perbedaan dalam perubahan kata tersebut.

Kata kunci: pembelajaran, fi’il mudhari’, lagu Ampar Ampar Pisang Pendahuluan

Mata pelajaran bahasa Arab merupakan suatu mata pelajaran yang diarahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan, dan membina kemampuan serta menumbuhkan sikap positif terhadap bahasa Arab baik reseptif maupun produktif. Kemampuan reseptif adalah kemampuan untuk memahami pembicaraan orang lain dan memahami bacaan. Kemampuan produktif adalah kemampuan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi baik secara lisan maupun secara tertulis (KMA, 2014: 58).

Sedangkan tujuan pengajaran bahasa Arab dalam KMA No.165 tahun `2014 adalah sebagai berikut:

a. mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Arab, baik lisan maupun tulis, yang mencakup empat kecakapan berbahasa, yakni menyimak (istima’), berbicara (kalam), membaca (qira’ah), dan menulis (kitabah).

b. menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya bahasa Arab sebagai salah satu bahasa asing untuk menjadi alat utama belajar, khususnya dalam mengkaji sumber-sumber ajaran islam.

c. mengembangkan pemahaman tentang saling keterkaitan antara bahasa dan budaya serta memperluas cakrawala budaya. Dengan demikian peserta didik diharapakan memiliki wawasan lintas budaya dan melibatkan diri dalam keragaman budaya.

Dalam hal ini penguasaan empat kecakapan berbahasa merupakan tujuan pertama yang ingin dicapai dalam kurikulum pembelajaran bahasa Arab. Pembelajaran empat kecakapan berbahasa tidak bisa berjalan dengan baik tanpa adanya pembelajaran unsur-unsur bahasa. Dalam unsur bahasa terdapat tata bunyi (‘ilmu al ashwat), tata tulis (ortografi), tata kata (al sharf), tata kalimat (al nahwu), dan kosa kata (al mufradat).

Pembelajaran unsur bahasa menjadi bagian yang penting dalam pembelajaran bahasa Arab. Oleh karena itu melalui tulisan ini penulis bermaksud menyampaikan pengalaman tentang pembelajaran tata bahasa di Madrasah Tsanawiyah, khususnya pada materi fi’il mudhari’. Namun sebelum itu terlebih dahulu penulis suguhkan kajian tentang teknik pembelajaran tata bahasa, materi Bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah, dan problematika pembelajaran tata bahasa secara umum dan solusinya.

(2)

309

1. Teknik Pembelajaran Tata Bahasa atau Struktur

Dalam pengajaran bahasa modern, pengajaran tata bahasa berfungsi sebagai penunjang tercapainya kemahiran berbahasa. Tata bahasa bukan tujuan, melainkan sarana untuk dapat menggunakan bahasa dengan benar dalam komunikasi (Effendy, 2005: 85).

Tata bahasa Arab (Nahwu) merupakan kaidah-kaidah bahasa yang lahir karena adanya kesalahan-kesalahan dalam penggunaan bahasa. Oleh sebab itu sesungguhnya nahwu itu dipelajari agar pengguna bahasa mampu menyampaikan ungkapan bahasa dan mampu memahaminya dengan baik dan benar dalam bentuk tulisan (membaca dan menulis dengan benar) maupun dalam bentuk ucapan (bicara dengan benar). Jadi, dalam pembelajarannya siswa tidak cukup dengan menghafal kaidah-kaidah Nahwu kemudian selesai, melainkan setelah itu siswa harus mampu menerapkan kaidaah itu dalam membaca dan menulis teks bahasa Arab (Mustofa & Hamid, 2011: 71-72).

Dalam bukunya Effendy, (2005: 85) menjelaskan bahwa pada dasarnya, kegiatan pengajaran tata bahasa terdiri dari dua bagian, (a) pengenalan kaidah-kaidah bahasa dan (b) pemberian latihan atau drill. Kedua kegiatan tersebut dapat dilaksanakan dengan dua cara, deduktif dan induktif.

Cara deduktif, dimulai dengan pemberian kaidah yang harus difahami dan dihafalkan, kemudian diberikan contoh-conntoh. Setelah itu siswa diberi kesempatan untuk melakukan latihan-latihan untuk menerapkan kaidah atau rumus yang telah diberikan.

Cara ini mungkin lebih disenangi oleh sebagian pembelajar bahasa yang telah dewasa, karena dalam waktu singkat mereka telah dapat mengetahui kaidah-kaidah bahasa, dan dengan daya nalarnya mereka dapat mengaplikasikan kaidah-kaidah itu setiap kali diperlukan.

Cara induktif, dilaksanakan dengan cara guru pertama-tama menyajikan contoh-contoh. Setelah mempelajari contoh-contoh yang diberikan, siswa dengan bimbingan guru menarik kesimpulan sendiri kaidah bahasa berdasarkan contoh-contoh tersebut.

Dengan cara ini siswa secara aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, yakni dalam menyimpulkan kaidah-kaidah. Karena penyimpulan ini diberikan setelah siswa mendapat latihan yang cukup, maka pengetahuan tentang kaidah itu benar-benar berfungsi sebagai penunjang keterampilan berbahasa.

2. Materi Bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Ruang lingkup materi pelajaran Bahasa Arab di MTs meliputi tema-tema yang berupa wacana lisan dan tulisan berbentuk paparan atau dialog sederhana tentang identitas diri, kehidupan madrasah, kehidupan keluarga, rumah, hobi, profesi, kegiatan keagamaan, dan lingkungan (KMA, 2014: 73).

Dalam kurikulum 2013 (K13) materi fi’il mudhari’ mulai diajarkan di kelas VII pada akhir semester. Tepatnya pada tema kehidupan keluarga. Dalam tema ini siswa mulai dikenalkan dengan dua belas kata kerja dalam bentuk fi’il mudhari’. Dua belas kata kerja tersebut adalah ،نكسأ ،ذعاسأ ،لسغأ ،ّذِعأ ،خثطأ ،بششأ ،لكآ ،أشقأ ،ةتكأ ،سلجأ ،سسدأ لمعأ.

Dalam pengenalan fi’il mudhari’ ini, siswa harus mampu memahami adanya perubahan kata dalam fi’il mudhori’ sesuai dengan enam kata ganti berupa ،ِتنأ ، َتنأ ،انأ نحن ،يه ،وه . Lihat tabel berikut:

(3)

310 مْق َّرلا رِئاَمَّضلا ىَنْعَمْلا ََوُه َِتْنأ ََتْنأ اَنَأ ََىِه َُن ْحَن ٔ َأ لَمْع َت لَمْع َت ِلَمْع َنْي َي لَمْع َت لَمْع َن لَمْع Bekerja ٕ َأ ة تْك َت ة تْك َت ِث تْك َنْي َي ة تْك َت ة تْك َن ة تْك Menulis ٖ َأ أَشْق َت أَشْق َت ِئ َشْق َنْي َي أَشْق َت أَشْق َن أَشْق Membaca ٗ آ ل ك َت ل كْأ َت ِل كْأ َنْي َي ل كْأ َت ل كْأ َن ْأ ل ك Makan ٘ َأ ب َشْش َت ب َشْش َت ِت َشْش َنْي َي ب َشْش َت ب َشْش َن ب َشْش Minum ٙ َأ سِلْج َت سِلْجـ َت ِسِلْجـ َنْي َي سِلْجـ َت سِلْجـ ـَن سِلْج Duduk 7 َأ س سْد َت س سْذ َت ِس سْذ َنْي َي س سْذ َت س سْذ َن س سْذ Belajar 8 أ ذِع ت ذِع ت ِّذِع َنْي ي ذِع ت ذِع ن ذِع Menyiapkan 9 أ ذِعاَس ت ذِعاَس ت ِذِعاَس َنْي ي ذِعاَس ت ذِعاَس ن ذِعاَس Membantu ٔٓ َأ خَثْط َت خَثْط َت ِخَثْط َنْي َي خَثْط َت خَثْط َن خَثْط Memasak ٔٔ َأ ن كْس َت ن كْس َت ِن كْس َنْي َي ن كْس َت ن كْس َن ن كْس Tinggal ٕٔ َأ لِسْغ َت لِسْغ َت ِلِسْغ َنْي َي لِسْغ َت لِسْغ َن لِسْغ Mencuci

3. Problematika Pembelajaran Tata Bahasa

Problematika adalah unit-unit dan pola-pola yang menunjukkan struktur antar satu bahasa dengan bahasa yang lain. Problema dalam pembelajaran bahasa Arab merupakan suatu faktor yang bisa menghalangi dan memperlambat pelaksanaan proses belajar mengajar dalam bidang studi bahasa Arab. Problema tersebut muncul dari bahasa Arab itu sendiri (problematika linguistik) dan non linguistik atau di kalangan pengajar dan siswa (Hidayat, 2012: 84).

Tata bahasa Arab yang terkait dengan pembentukan kata (sharfiyyah) maupun susunan kalimat (nahwiyyah) sering dianggap sebagai kendala besar bagi pelajar bahasa Arab. Apapun anggapan kita terhadap kesulitan tata bahasa tidak akan mengubah eksistensinya. Sebab guru pada akhirnya tetap dituntut memahami apa yang dirasakan sulit oleh pelajar bahasa Arab, lalu menawarkan cara mudah untuk menguasai bahasa Arab dalam kurun waktu yang relatif singkat (Fahrurrozi, 2014: 164).

Secara umum, penerapan metode pembelajaran bahasa Arab yang dikembangkan di pesantren-pesantren dan lembaga pendidikan masih menitikberatkan pada metode gramatika terjemah. Pemberian keterangan kaidah-kaidah tata bahasa oleh guru dan penghapalan kaidah-kaidah oleh siswa menjadi salah satu indikasinya (Izzan, 2011: 112).

Pemberian keterangan kaidah-kaidah tata bahasa oleh guru dan penghapalan kaidah-kaidah oleh siswa ini perlu diterapkan dengan berbagai teknik yang menarik dan menyenangkan. Sehingga tidak menjadi kegiatan yang membosankan bagi siswa. Diantaranya guru bisa memodifikasi materinya dalam kemasan lagu sebagaimana dalam paparan di sub bab selanjutnya.

Pembelajaran Fi’il Mudhari’ di kelas VII MTs NU Miftahul Huda Turen 1. Karakteristik Siswa

Madrasah Tsanawiyah NU Miftahul Huda Turen adalah madrasah yang terletak di Jl. Mayor Damar no. 32 Pagedangan Turen. Madrasah ini termasuk lembaga pendidikan menengah tertua di wilayah Turen. Lima tahun terakhir madrasah ini menerima siswa baru sebanyak 5 kelas. Masing-masing kelas terdapat 33-37 siswa. Semua siswa yang masuk mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Adakalanya

(4)

311

dari lulusan MI (Madrasah Ibtidaiyah)/ SDI (sekolah dasar Islam), ada pula dari SDN yang tidak mengajarkan mata pelajaran bahasa Arab.

Siswa lulusan MI dan SDI cenderung mempunyai kemampuan bahasa Arab yang lebih dari pada siswa lulusan SDN. Hal ini tercermin dalam bentuk tulisan Arabnya yang cukup rapi, kemampuannya membaca tulisan Arab dan penguasaan beberapa kosa kata. Karena siswa lulusan MI dan SDI sudah mempunyai pengalaman belajar bahasa Arab sebelumnya. Sedangkan siswa lulusan SDN tidak pernah mengalami belajar bahasa Arab disekolahnya. Bahkan ada beberapa siswa yang belum bisa membaca tulisan Arab.

Namun demikian tidak semua siswa lulusan SDN mempunyai kemampuan bahasa Arab yang lebih rendah dari siswa lulusan MI/SDI. Siswa lulusan SDN yang mempunyai kemampuan membaca Alquran yang baik juga cenderung lebih cepat dalam menguasai materi bahasa Arab. Sehingga kemampuannya bisa menyamai siswa lulusan MI/SDI atau bahkan lebih.

Berbedanya latar belakang siswa ini sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran bahasa Arab. Khususnya dalam pembelajaran tata bahasa (Nahwu). Dalam hal ini guru perlu memilih teknik pembelajaran yang tepat yang disesuaikan dengan hasil identifikasi problematika pembelajaran. Sehingga semua siswa bisa mengikuti pembelajaran dengan baik dan penuh semangat.

2. Problematika pembelajaran bahasa Arab

Proses mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa asing bagi orang Indonesia merupakan usaha-usaha yang khusus untuk membentuk dan membina kebiasaan baru yang dilakukan secara sadar. Sedangkan ketika mempelajari bahasa ibu proses pembelajaran itu berlangsung tanpa sadar. Seorang pelajar sudah pernah mendapatkan pengetahuan tentang gramatika bahasanya sendiri, ia akan berusaha pula untuk mendapatkan hal yang sama ketika ia mempelajari bahasa Asing (Izzan, 2011: 63).

Dalam pengajaran bahasa asing ada sebuah prinsip yang harus selalu menjadi rujukan. Prinsip tersebut yaitu bahwa persamaan-persamaan antara bahasa pelajar dan bahasa asing yang dipelajari dapat menimbulkan kemudahan, sedangkan perbedaan-perbedaan yang ada dapat menimbulkan berbagai kesulitan (Izzan, 2011: 63).

Melihat karakteristik siswa tersebut di atas, merupakan hal yang biasa jika terjadi adanya kesalahan-kesalahan berikut ini:

 di awal pertemuan pelajaran bahasa Arab sering terjadi kesalahan menulis dari sebelah kiri.

 menyusun kalimat bahasa Arab disamakan dengan cara menyusun kalimat dalam bahasa Indonesia. Contoh: ةلاط اناditulis انأ ةلاط

 tidak memberikan titik pada huruf yang seharusnya ada titiknya. Contoh: ازه ditulis اذه

 tidak bisa membedakan tulisan huruf yang seharusnya berbeda sehingga terlihat sama. Contoh: huruf ر dan ص.

 Menulis fi’il mudhari’ tidak sesuai dengan kata gantinya. Contoh: kalimat ”

ahmad bekerja” ditulis لمعأ ذمحأ.

Kesalahan-kesalahan tersebut bermuara dari karakteristik bahasa Arab sebagai bahasa Asing yang memang beda dengan bahasa sehar-hari siswa. Hal ini akan berdampak pada motivasi belajar siswa jika tidak dicarikan solusi yang tepat oleh guru. Sehingga dalam menghadapi kesalahan-kesalahan tersebut guru harus teliti dan gigih

(5)

312

dalam membantu siswa untuk mengatasi kesulitan mereka. Supaya siswa tidak merasa berat dalam belajar bahasa Arab.

3. Upaya mengatasi problematika pembelajaran bahasa Arab

Pemilihan teknik pembelajaran bahasa Arab yang disesuaikan dengan karakteristik siswa akan memberikan pengalaman belajar yang lebih berarti bagi siswa. Namun hal tersebut bukanlah upaya yang sangat mudah bagi guru. Teknik pembelajaran yang dipilih harus dapat memadukan kemampuan siswa yang sudah punya pengalaman belajar bahasa Arab dan siswa yang belum punya pengalaman belajar bahasa Arab sebelumnya. Menurut penulis apapun teknik Pembelajaran yang dipilih harus bisa menyenangkan semua siswa. Hal inilah yang menjadi keinginan penulis.

Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan selalu menjadi impian penulis. Sangat merasa bersalah ketika ada materi yang tersampaikan sulit diterima dan dipahami oleh siswa. Hal ini terjadi di tahun pertama mengajar. Penulis mendapati kesulitan dalam menjelaskan perubahan kata dalam fi’il mudhari’. Banyak siswa yang kesulitan memahaminya. Adanya macam-macam tanda dalam perubahan kata dalam fi’il mudhari’ bukanlah hal mudah untuk cepat dipahami dan diingat oleh siswa. مْق َّرلا رْيِمَّضلا ع ِراَضُمْلاَلعفلا ة َراَش ِلإْا ةَمَج ْرَّتلا ٔ َو ه ل عْف َي ... ـَي Dia (lk) 1 sedang bekerja ٕ َيِه ل عْف َت ... ـَت Dia (pr) 1 sedang bekerja ٖ َتْنَأ ل عْف َت ... ـَت Kamu (lk) 1 sedang bekerja ٗ ِتْنَأ َنْي ِل عْف َت َنْي ... ـَت Kamu (pr) 1 sedang bekerja ٘ انأ ل عْف َأ ... َأ

Saya sedang bekerja

ٙ ن ْحَن

ل عْفَن ... ـَن

Kita / kami sedang bekerja

Uraian tentang perubahan fi’il mudhari’ di atas cukup menyulitkan siswa. Penjelasan guru saja tidak cukup membuat mereka cepat faham dan mudah mengingat perubahannya yang bermacam-macam itu. Bagaimanapun juga itu sudah menjadi karakteristik bahasa Arab yang tidak bisa dirubah. Mau tidak mau guru harus mencarikan solusi supaya kesulitan itu bisa teratasi. Sehingga siswa bisa belajar dengan senang dan tidak semakin berat dalam menerima materi berikutnya.

Pada tahun ke dua, penulis mempunyai ide untuk membuat materi fi’il

mudhari’ dalam kemasan lagu. Hal ini terinspirasi dari pengalaman di pesantren

ketika lalaran amtsilatu al tashrifiyyah pada tashrif lughawiy. Dalam lalaran itu kata ganti dan fi’il mudhari’nya tidak terbaca dalam satu kesatuan. Lagu yang dipakai dalam lalaran itu untuk semua jumlah kata ganti yang ada 14 kata. Menurut penulis yang demikian ini tidak mungkin diterapkan dalam pembelajaran di MTs. Karena dalam tahap pengenalan kata kerja fi’il mudhori’ ini, siswa mulai dikenalkan dengan perubahannya sesuai 6 kata ganti saja.

(6)

313

Penulis berusaha menyusun 6 kata ganti berikut fi’il mudhari’nya. Kemudian memilih lagu pelangi-pelangi dan mengganti liriknya dengan fi’il mudhari’ tersebut. Siswa tampak lebih antusias dan semangat dibandingkan dengan siswa tahun lalu, yang memahami fi’il mudhari’ hanya dengan penjelasan guru tanpa dikemas dalam bentuk lagu. Hal ini berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa.

Tabel Fi’il mudhori’ dalam lagu Pelangi-Pelangi: Pelangi- pelangi ِتنأ ـ َتنأ ـ انأ Alangkah indahmu نحن ـ يه ـ وه

Merah kuning hijau لمعأ انأ

Di langit yang biru لمعت تنأ

Pelukismu agung نيلمعت تنأ

Siapa gerangan لمعي وه

Pelangi-pelangi لمعت يه

Ciptaan Tuhan لمعن نحن

Di tahun-tahun berikutnya penulis terapkan lagi lagu pelangi-pelangi ini dalam pembelajaran fi’il mudhari’. Karena belum menemukan lagu lain yang lebih tepat. Lama-lama lagu Pelangi-Pelangi kurang diminati oleh siswa karena kurang meriah dan terkesan anak-anak. Kemudian penulis berusaha mencari lagu yang lebih meriah dari lagu pelangi-pelangi. Akhirnya menemukan lagu yang lebih meriah iramanya dan dapat menarik semangat belajar siswa, yaitu Lagu Ampar-Ampar Pisang. Lagu ini menjadi lagu andalan hingga saat ini. Namun penulis juga memberi kesempatan kepada siswa untuk mencari lagu yang lebih disukainya. Harapannya bisa membuat siswa lebih semangat dan meningkat hasil belajarnya.

4. Lagu Ampar-Ampar Pisang dan penggunaannya dalam pembelajaran materi

Fi’il Mudhari’

a. Keistimewaan lagu Ampar-Ampar Pisang

Dari Wikibuku Indonesia penulis dapatkan bahwa lagu ampar-ampar pisang adalah lagu daerah yang berasal dari Kalimantan Selatan. Lagu ini ciptaan Hamiedan AC. Menurut hemat penulis lagu ini cukup sederhana dan mencerminkan suasana ceria. Sehingga mudah dipahami oleh siswa dan dapat menggugah semangat belajar siswa. Disamping itu lagu ini juga dapat menarik perhatian siswa yang sudah lelah dengan materi-materi pada jam pelajaran sebelum pelajaran bahasa Arab.

Dalam pembelajaran fi’il mudhari’ dengan lagu ini tidak memanfaatkan keseluruhan lirik lagunya. Hanya sebagian saja. Lihat tabel di bawah ini:

Tabel Fi’il Mudhari’ dalam lagu Ampar-Ampar Pisang

Ampar-ampar pisang ِتنأ َتنأ انأ

Pisangku belum masak نحن يه وه

Masak sabigi لمعأ انأ

Dihurung bari-bari لمعت َتنأ

Mangalepak manggalepok نيلمعت ِتنأ

Batang kayu bengkok لمعي وه

Bengkok dimakan api لمعت يه

(7)

314

b. Langkah-langkah pembelajaran materi Fi’il Mudhari’ dengan lagu Ampar-Ampar Pisang

Berikut adalah langkah-langkah pembelajaran materi fi’il mudhari’ dengan lagu Ampar-Ampar Pisang yang telah penulis lakukan.

 Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari adalah fi’il mudhari’ dan menjelaskan pengertiannya.

 Guru mereview pengetahuan siswa tentang 5 kata ganti (يه ،وه ،ِتنأ ، َتنأ ،انأ) yang telah mereka pelajari di bab awal (فساعت). Kemudian guru mengenalkan kata ganti نحن. Sebelum guru melanjutkan penjelasannya ke materi fi’il mudhari’, sebaiknya guru memastikan siswanya sudah memahami makna dan fungsi kata ganti tersebut.

 Guru menuliskan contoh fi’il mudhari’ dan pelakunya di papan tulis dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Arti نحن يه وه َِتنأ ََتنأ انأ Bekerja لمعن لمعت لمعي نيلمعت لمعت لمعأ  Guru meminta siswa untuk memperhatikan.

 Guru memberikan contoh cara membaca fi’il mudhari’dengan lirik lagu Ampar-Ampar Pisang.

 Guru mengulang-ulang contoh tersebut hingga siswa faham dan bisa mengikutinya. Dalam hal ini bisa dilakukan berbagai variasi untuk membantu siswa mudah memahami perubahan fi’il mudhari’. Tidak harus selalu melagukan bersama-sama. Setelah beberapa kali dilakukan bersama-sama guru bisa menunjuk kelompok laki-laki dan kelompok perempuan saling begantian. Misalnya kelompok laki-laki yang membaca fi’il mudhari’ dengan pelaku انأ sedangkan kelompok perempuan yang membaca fi’il mudhari’ dengan pelaku َتنأ begitu seterusnya hingga lagunya selesai. Setelah itu guru juga bisa melakukan hal yang serupa dengan menunjuk siswa satu persatu (acak) dengan kata ganti yang berbeda.

 Guru mengajak siswa mengamati adanya perbedaan pelaku dan perubahan fi’il

mudhari’.

 Setelah itu siswa diminta untuk mencatat contoh tersebut di buku catatannya.  Guru memberikan satu atau dua fi’il mudhari’ baru dan meletakkannya dibawah

contoh tadi dan siswa diminta untuk bersama-sama melagukannya seperti contoh.

Arti نحن يه وه َِتنأ ََتنأ انأ

Bekerja لمعن لمعت لمعي نيلمعت لمعت لمعأ سلجأ ةتكأ  Siswa diminta melengkapi kolom-kolom diatas dengan memperhatikan contoh.  Guru mengamati dan memberikan apresiasi kepada siswa yang berhasil

mengerjakan dengan baik dan benar.

 Jika masih ada siswa yang mengalami kesalahan dalam menulis jawabannya sebaiknya guru memberikan tanda pada tulisan yang salah dan meminta siswa tersebut untuk memperbaikinya dengan tidak menghapus jawaban yang salah.

(8)

315

Sehingga dari kesalahan tersebut siswa bisa membandingkan mana yang salah dan mana yang benar.

Dalam hal ini guru harus sabar dan teliti dalam memberikan koreksi atas jawaban atau hasil pekerjaan siswa. Karena pemahaman siswa terhadap kata kerja ini menjadi dasar pengetahuan baginya di jenjang berikutnya.

Langkah-langkah tersebut di atas dilakukan dengan cara induktif. Bagi guru bisa memodifikasinya dengan cara deduktif.

Penutup

Demikian paparan tentang pembelajaran materi fi’il mudhari’ dengan lagu Ampar-Ampar Pisang. Upaya membuat materi pembelajaran fi’il mudhari’ dalam kemasan lagu cukup memberikan dampak positif terhadap pengalaman belajar siswa. Kegiatan seperti ini membuat suasana belajar terlepas dari ketegangan sehingga anak dapat memperoleh materi tanpa sadar dan dengan perasaan terbuka karena merasa senang. Daftar Rujukan

Effendy, A. Fuad. 2005. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang: Misykat.

Fahrurrozi, Aziz. 2014. Pembelajaran Bahasa Arab: Problematika dan Solusinya. :

Arabiyat Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban, (online): 164,

(http://www.academia.edu), diakses 4 Agustus 2017.

Hidayat, Nandang Sarip. 2012. Problematika Pembelajaran Bahasa Arab. Jurnal

Pemikiran Islam, 37 (1): 84.

Izzan, Ahmad. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Humaniora.

Keputusan Menteri Agama RI Nomor 165 Tahun 2014 tentang Pedoman Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah.

Mustofa, Bisri, & Hamid, Abdul. 2011. Metode & Strategi Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: UIN Press.

Referensi

Dokumen terkait

3.3.1 Use Case Diagram Sistem Usulan Siswa Menginput Soal Guru Mengerjakan Soal Melihat Nilai Review Mendapatkan Update Nilai. Usecase

Perusahaan yang termasuk dalam industri tersebut akan memberikan informasi sosial yang lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan yang low-profile (Anggraini,

Eksploitasi seksual dalam Islam adalah jenis tindak pidana yang belum dikenal dalam literatur hukum pidana Islam, baik itu jenis pidananya maupun sanksinya, tidak

• Dengan menggunakan Framework SOSTAC dalam penerapan strategi e-marketing berbasis website diharapkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh Cemara Ban dapat

Uji aktivitas komposit ZnO-Karbon aktif pada proses fotodegradasi remazol brilliant blue dilakukan dengan tiga parameter yaitu variasi waktu kontak komposit, pH dan konsentrasi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Earning Per Share, Return On Equity, dan Debt To Equity ratio terhadap harga saham pada sub sektor Farmasi yang terdaftar

Namun, permasalahan utama dalam konflik di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak terletak pada Perbedaan dalam akuan hak kepemilikan, terjadi ketika pihak taman nasional

9 Tujuan pokok dari pemanfaatan Sistem Informasi Geografis adalah untuk mempermudah mendapatkan informasi yang telah diolah dantersimpan sebagai atribut suatu lokasi atau