• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI TINGKAH LAKU SALAH SUAI REMAJA MELALUI PENDEKATAN KONSELING PSIKOLOGI INDIVIDUAL DI SMKN 4 PADANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IDENTIFIKASI TINGKAH LAKU SALAH SUAI REMAJA MELALUI PENDEKATAN KONSELING PSIKOLOGI INDIVIDUAL DI SMKN 4 PADANG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI TINGKAH LAKU SALAH SUAI REMAJA MELALUI PENDEKATAN KONSELING PSIKOLOGI INDIVIDUAL

DI SMKN 4 PADANG

Lian Anella

1

, Rahma Wira Nita

2

, Ryan Hidayat Rafiola

2

1

Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

2

Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat Lian.anella19@gmail.com

ABSTRACT

This research is motivated by the adolescents having wrong accordingly behavior in social relationships cultivated and founding adolescent being inferiority and over superiority attitude. identification of research is individual psychological counseling in wrong accordingly behavior. the purpose of research is reveal to how many wrong accordingly behavior on the adolescent seen through individual psychology counseling approaches. identification of wrong accordingly adolescent behavior seen by aspect : 1) The pursuit of excessive superiority. 2) Social interest disturbed. The type of this research is descriptive quantitative with population as much as 460 learners on all students XI class. The sample of technique is simple random sampling were 82 students. The instrument used by questionnaire and data analysis used by percentage technique. The result showed that : 1) The pursuit of excessive superiority on adolescent have a little category. 2) Social interes disturbed on adolescent has quite a lot of categories. Based on research result recomended for guidance and conseling teachers giving motivation to improve social interest of student with information services and group guidance service.

Keywords: Wrong talk again adolescent, Social interest, Superiority

PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan masa mencari jati diri dikarenakan bahwa masa remaja banyak aspek yang berubah pada masa peralihan dari masa kanak-kanak dan masa kehidupan dewasa. Dari segi fisiknya mereka sudah seperti orang dewasa

namun jika mereka diperlakukan seperti orang dewasa mereka masih belum mampu menunjukan sikap dewasa.

Masa remaja adalah masa

memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,

hal tersebut yang menjadi penyebab

bahwa banyak remaja ingin mencoba

(2)

segala sesuatu yang belum pernah dia coba sebelumnya, dikarenakan rasa ingin tahu yang tinggi itu pula kebanyakan remaja melakukan sesuatu hal berdasarkan apa yang mereka lihat dan hal itu dapat berprilaku ke arah yang negatif.

Menurut Ali dan Asrori (2012:9)

“Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence yang berasal dari kata latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Pada masa remaja ini, individu banyak mengalami permasalahan, karena pada masa ini adalah masa peralihannya dari masa anak-anak ke masa dewasa.

Kebingungan yang dialami oleh remaja sebagai akibat dari masa peralihan tersebut terkadang menimbulkan perilaku yang salah suai yang ditampilkan dalam bentuk rasa rendah diri, pribadi yang inferioriti, hidup dalam dunia sendiri, merasa punya kelemahan fisik yang berlebihan, terlalu mencari kesempurnaan atau superioritas, gaya hidup manja, gaya hidup yang terabaikan, gaya hidup yang kaku, dan

pikiran yang negatif terhadap dirinya dan orang lain.

Remaja di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) juga termasuk individu yang sedang berada pada masa remaja dan tidak terlepas dari permasalahan yang berkaitan dengan tingkah laku salah suai terutama dalam hubungan sosial. Permasalahan- permasalahan tersebut seringkali dianggap wajar terjadi di sekolah, padahal berbagai perilaku salah suai tersebut dapat berdampak tidak bagus pada perkembangan kepribadian dan aktualisasi diri peserta didik. Tingkah laku salah suai tersebut banyak terjadi dalam lingkungan sekolah yang sangat berpengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan diri remaja itu sendiri.Oleh karena itu para remaja tersebut memerlukan arahan dan bimbingan untuk dapat memahami tentang dirinya dan mengatasi permasalahan dirinya. Pemberian arahan dan bimbingan di sekolah dapat dilakukan melalui bimbingan dan konseling.

Bimbingan dan Konseling yang

juga merupakan bagian dari

(3)

pendidikan mempunyai tanggungjawab besar dalam mewujudkan manusia yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Konseling perorangan merupakan salah satu layanan di dalam bimbingan dan konseling yang dapat membantu individu atau remaja dalam mengentaskan permasalahannya.

Prayitno dan Erman Amti (2004:105) menyatakan bahwa “Konseling perorangan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien”.

Ada beberapa macam model pendekatan konseling dalam konseling perorangan yang salah satunya adalah pendekatan konseling menggunakan teori Alfred Adler yaitu konselingpsikologi individual. Taufik (2012:95) menyatakan bahwa pendekatan konseling menggunakan pendekatan konseling psikologi individual tersebut bertujuan untuk

mengubah konsep tentang diri klien, membantu klien menstrukturkan kembali masalahnya dan menyadarilife styleserta mengurangi penilaian yang bersifat negatif terhadap dirinya serta perasaan-perasaan inferioritasnya.

Konseling prsikologi individual membantu klien dalam mengoreksi persepsinya terhadap lingkungan, agar klien bisa mengarahkan tingkah laku serta mengembangkan kembali minat sosialnya. Dengan demikian klien dapat membentuk gaya hidupnya yang lebih efektif.

Hendri (2013: 19) mengatakan

pada pendekatan konseling psikologi

individual tingkah laku salah suai

seseorang disebabkan oleh perasaan

inferior. Perasaan inferior inilah yang

menggerakkan individu untuk

bergerak atau berjuang menjadi

superior dan individu yang secara

psikologis kurang sehat berjuang untuk

menjadi pribadi superior. Jika hal

tersebut tidak ditanggulangi dengan

baik atau dibesar-besarkan serta

berlangsung secara tidak wajar akan

dapat menimbulkan bibit

ketidaknormalan, apalagi dibarengi

(4)

dengan kekurangan-kekurangan fisik yang dilebih-lebihkan, gaya hidup yang dimanja, dan gaya hidup terabaikan maka apabila hal tersebut dibesar-besarkan dapat menyebabkan individu mengalami tingkah laku yang terlalu mengejar superioritas seperti terlalu keras dan kaku bahkan sebaliknya mengalami gangguan dalam sosial seperti mengisolasi diri.

Hal inilah yang menjadi pengaruh awal yang menyebabkan anak mengembangkan gaya hidup yang keliru dan salah suai.

Taufik (2012:82) mengatakan dalam teori pendekatan konseling psikologi individual memandang bahwa secara kodrati manusia itu memiliki kebutuhan yang kuat untuk menempati dan menemukan tempat yang berarti dalam masyarakat. Tiada perasaan untuk mendapatkan tempat tidak diterima oleh orang lain merupakan musibah yang hebat terhadap perasaanya. Manusia tidak hanya membutuhkan manusia lain tapi manusia juga mempunyai perasaan untuk diterima oleh orang lain. Dengan

begitu pengembangan minat sosial itu menjadi tujuan dari konseling ini.

Hasil observasi peneliti di sekolah tempat peneliti melakukan penelitian di SMKN 4 Padang pada tanggal 31 Mei 2017 bahwasanya ada remaja yang bersikap egois dan sulit menerima pendapat orang lain, adanya remaja yang suka memilih teman dalam bergaul, adanya remaja yang suka menyendiri dan diam-diam di kelas, adanya remaja yang pemalu dalam bergaul, adanya remaja yang sangat sensitif serta mudah emosional dan adanya remaja yang tertutup terhadap orang lain, adanya remaja yang tidak bisa menerima kekalahan dan harus menang dalam berkompetisi, adanya remaja yang sulit berteman dengan lawan jenis, adanya remaja yang memiliki kemauan yang keras dan sulit ditentang oleh orang lain, adanya remaja yang memiliki rasa rendah diri dan kurang rasa percaya diri, adanya remaja yang selalu ingin menarik dan terkenal, adanya remaja yang suka mengkritik orang lain.

Berdasarkan rumusan masalah di

atas, maka tujuan yang ingin dicapai

(5)

dalam penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan:

1. Identifikasi tingkah laku salah suai remaja dilihat dari aspek upaya mengejar superioritas yang berlebihan.

2. Identifikasi tingkah laku salah suai remaja dilihat dari aspek sosial interes terganggu.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Penelitian ini h dilaksanakan pada bulan juli 2017 yang bertempat di SMKN 4 Padang.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah peserta didik kelas XI sebanyak 460 peserta didik. Sanpel dalam penelitian ini berjumlah 82 peserta didik. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sampel teknik simple random sampling.

Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Menurut Bungin (2005:132) data primer adalah adalah adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi

penelitian atau objek penelitian dan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan.

Metode dalam pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan angket. Menurut Bungin (2005:133)

“Angket/kuesioner merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden”.

Teknik analisis data mengunakan persentase yang merujuk pada Sudjana (2005 : 47) dan mencari data persentase menggunakan rumus persentase.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Identifikasi Tingkah Laku Salah Suai Remaja Melalui Pendekatan Konseling Psikologi Individual Secara Umum

Identifikasi tingkah laku salah

suai remaja melalui pendekatan

konseling psikologi individual dilihat

secara umum yang berada pada

kategori banyak sebanyak 6 orang

(7,32%), cukup banyak sebanyak 48

(6)

orang (58,54%), dan sedikit sebanyak 28 orang (34,15%), sedangkan pada kategori sangat banyak dan sangat sedikit tidak ada yang memilih, dapat disimpulkan bahwa persentase terbesar mengenai identifikasi tingkah laku salah suai remaja melalui pendekatan konseling psikologi individual dilihat secara umum berada pada kategori cukup banyak.

Taufik (2012: 81) mengatakan bahwa model konseling psikologi individual didasarkan atas pandangan holistik mengenai pribadi manusia yang berarti bahwa manusia dipandang sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Manusia tidak terpisah menjadi bagian-bagian dan kepribadiannyapun berpadu menjadi suatu kesatuan dan hanya dapat dipahami apabila kepribadian tersebut dipandang sebagai suatu keseluruhan.

Hendri (2013:18) mengatakan kehidupan yang normal dan sehat adalah kemampuan “mencintai dan berkarya”, namun masalah hidup selalu bersifat sosial. Fungsi hidup sehat bukan hanya mencintai dan berkarya tetapi juga merasakan

kebersamaan dengan orang lain dan mempedulikan kesejahteraan mereka.

Dorongan sosial adalah sesuatu yang dibawa sejak lahir meskipun kekhususan hubungan dengan orang lain ditentukan oleh pengalaman bergaul dengan masyarakat.

2. Identifikasi Tingkah Laku Salah Suai Remaja Melalui Pendekatan Konseling Psikologi Individual Dilihat dari Sub Variabel Aspek Upaya Mengejar Superioritas yang Berlebihan

Identifikasi tingkah laku salah

suai remaja melalui pendekatan

konseling psikologi individual dilihat

dari sub variable upaya mengejar

superioritas yang berlebihan yang

berada pada kategori banyak sebanyak

10 orang (12,20%), cukup banyak

sebanyak 35 orang (42,68%), sedikit

sebanyak 37 orang (45,12%),

sedangkan pada kategori sangat

banyak dan sangat sedikit tidak ada

yang memilih, dapat disimpulkan

bahwa persentase terbesar mengenai

identifikasi tingkah laku salah suai

remaja melalui pendekatan konseling

psikologi individual dilihat dari sub

(7)

variable upaya mengejar superioritas yang berlebihan tergolong sedikit.

Menurut Taufik (2012: 83) mengatakan usaha untuk menjadi superior seorang individu selalu mencoba untuk menjadi yang terbaik dan berusaha untuk dekat dan semakin dekat kepada tujuan yang ideal yang diinginkan, ketika tujuan tersebut tidak dapat dicapai dan tidak mampu dalam menyelesaikan tugas-tugas pemenuhan kebutuhan maka individu dapat mengalami suatu permasalahan.

Menurut Dalyono (2012:260)

“Seorang siswa dikategorikan sebagai anak bermasalah apabila ia menunjukkan gejala-gejala penyimpangan dari perilaku yang sering dilakukan oleh anak-anak pada umumnya”. menurut Aliran Humanisme (Mudjiran, 2007:151)

“Terjadinya perilaku bermasalah itu disebabkan oleh seseorang belajar mengenai sikap penyesuaian yang salah, seseorang menggunakan cara- cara mekanisme pertahanan diri secara berlebihan”.

3. Identifikasi Tingkah Laku Salah Suai Remaja Melalui Pendekatan

Konseling Psikologi Individual Dilihat dari Sub Variabel Soaial Interes Terganggu

Identifikasi tingkah laku salah suai remaja melalui pendekatan konseling psikologi individual dilihat dari sub variabel sosial interes terganggu yang berada pada kategori banyak sebanyak 5 orang (6,10%), cukup banyak sebanyak 50 orang (60,98%), sedikit sebanyak 27 orang (32,93%), sedangkan pada kategori sangat banyak dan sangat sedikit tidak ada yang memilih, dapat disimpulkan bahwa persentase terbesar mengenai tingkah laku salah suai remaja melalui pendekatan konseling psikologi individual dilihat dari sub variabel aspek sosial interes terganggu tergolong cukup banyak.

Kepribadian seseorang dikatakan menyimpang atau salah suai ketika tingkah laku yang dimunculkannya adalah tingkah laku yang salah suai.

Hendri (2013: 19) menjelaskan tentang

sebab kepribadian salah suai dalam

pandangan konseling psikologi

individual adalah perasaan FOI yang

amat sangat yang ditimbulkan oleh

(8)

cacat fisik atau mental, penganiayaan oleh orang tua, dan penelantaran.

Apabila ketiga hal tersebut dibesar-besarkan, maka FOI akan semakin berkembang. Tingkah laku salah suai adalah hasil dari pengaruh lingkungan, yang pada umumnya berawal dari tingkah laku orang tua sewaktu masih kanak-kanak. Apabila pada diri individu berkembang situasi tegang karena memuncaknya perasaan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang identifikasi tingkah laku salah suai remaja melalui pendekatan konseling psikologi individual di SMK Negeri 4 Padang berada pada kategori cukup banyaksebanyak 48 orang (58,54%). Sehingga dapat diambil kesimpulan dari batasan masalah dan rincinya sesuai dengan sub variabel sebagai berikut :

1. Identifikasi tingkah laku salah suai remaja dilihat dari aspek upaya mengejar superioritas yang berlebihan berada pada kategori sedikit.

2. Identifikasi tingkah laku salah suai remaja dilihat dari aspek sosial interes terganggu berada pada kategori cukup banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2012. Psikologi Remaja.

Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto. 2014. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Dalyono. 2012. Psikologi Pendidikan.

Jakarta: Rineka Cipta.

Hendri, Novi. 2013. Model-model Konseling. Medan: Perdana Publishing.

Mudjiran. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Padang:

Universitas Negeri Padang.

Prayitno dan Erman Amti. 2004.

Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Cetakan kedua.

Jakarta: Rineka Cipta.

Taufik. 2012. Model-model Konseling.

Padang: UNP Press.

Referensi

Dokumen terkait

Output yang diharapkan adalah dapat memberikan gambaran umum secara sederhana perkembangan pengeluaran konsumsi rumah tangga secara makro di Indonesia, serta dinamika

Diduga terjadi korelasi yang tinggi antara karakteristik-karakteristik tenaga kerja, sehingga analisis hubungan antara karakteristik tenaga kerja terhadap produksi tanaman

Berdasarkan total data tersebut, diharapkan aplikasi data mining yang dibangun dapat digunakan untuk memprediksi hasil belajar siswa dengan baik, dan membantu para wali

Hipotesis dalam penelitian ini menyatakan dugaan bahwa “Terdapat pengaruh antara tingkat pengetahuan mata pelajaran Aqidah Akhlak terhadap perilaku Siswa Kelas V SDIT Bina Anak

Pada Tabel 4 data tes hasil belajar setelah mengikuti pembelajaran dengan media Math Thinkers pada sub kompetensi dasar 1 menunjukkan bahwa 15 siswa atau 71.43% dari seluruh

Layanan administrasi telah diberikan dengan baik oleh BPJS Kesehatan Kantor Cabang Pekanbaru kepada peserta JKN, petugas BPJS Kesehatan yang ditempatkan di rumah

Lembar penilaian observer memuat isi yang sama dengan lembar peer dan self. assessment (lampiran A.5,

Untuk itu, berdasarkan pasal 31 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 tentang pendidikan, pasal 32 tentang kebudayaan; dan pasal 28 F tentang informasi,