• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI MEDIA REALIA PADA SISWA KELAS VII SMPN 2 MENGGALA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI MEDIA REALIA PADA SISWA KELAS VII SMPN 2 MENGGALA"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR

ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI MEDIA REALIA

PADA SISWA KELAS VII SMPN 2 MENGGALA

Oleh :

Susi Anggoro Kasih

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mendesain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan penggunaan media realia, (2) menganalisis penggunaan media realia dalam pembelajaran IPA, (3) menganalisis sistem evaluasi dengan memanfaatkan media realia, dan (4) menganalisis prestasi belajar siswa melalui penggunaan media realia dalam pembelajaran IPA.

Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam 3 siklus. Siklus pertama dengan media realia yang disiapkan oleh guru, siklus kedua dengan media realia yang ada di sekitar lingkungan sekolah, dan siklus ketiga dengan media realia yang disiapkan oleh siswa dari lingkungan sekitar tempat tinggal dengan metode observasi dan diskusi. Teknik pengumpulan data dengan observasi dan tes. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) RPP didesain dengan metode pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan memanfaatkan media realia dengan observasi dan diskusi kelompok, (2) Penggunaan media realia meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam mengerjakan LKS, mencatat materi yang penting, mengajukan pertanyaan, berdiskusi, dan mengemukakan pendapatnya, (3) Sistem evaluasi dengan observasi dan tes tertulis dalam bentuk tes subyektif 10 butir soal, dan (4) Terjadi peningkatan prestasi belajar pada siswa kelas VIIA 53,13% pada siklus kesatu meningkat 71,88% pada siklus kedua dan 100% pada siklus ketiga, sedangkan pada kelas VIIB 56% pada siklus kesatu meningkat 69% pada siklus kedua dan 100% pada siklus ketiga.

Kata kunci : prestasi belajar siswa, media realia, dan IPA

(2)

ABSTRACT

IMPROVED LEARNING ACHIEVEMENT OF SCIENCE TROUGH THE MEDIA OF REALIA OF SEVENTH CLASS

OF JUNIOR HIGH SCHOOL 2 MENGGALA By:

Susi Anggoro Kasih

This research objectives aim to: (1) designing learning implementation plan with media use realia, (2) analyze the media use realia in learning science, (3) analyze the evaluation system with utilizing media realia, and (4) Analyzing the achievements of student learning through the use of media realia in learning science.

The research action class in three cycles. The first cycle with realia media prepared by the teacher. The second cycle with realia media around the school environment. Third cycle studies with media realia prepared by students from the surrounding neighborhood with implementing the learning through observation and discussion. Engineering data collection by observation and tests. Data analyzed by quantitative descriptive.

The results showed that: (1) the lesson plan designed with student centered learning by leveraging media realia in observation and discussion groups the achievements and activities can increase student learning, (2) the use of realia sourced from media environment around student learning model can increase the learning activities of students in working for student’s worksheet, writing material that is important, ask questions, discuss, and expresses his opinion, (3) evaluation system with observation and tests are written in the form of subjective tests 10 grains and (4) an increase in the learning achievements of students VIIA 53,13% in the first cycle 71,88% in the second cycle is increased to 100% in the third cycle and in VIIB class 56% in the first cycle is increased to 69% in second cycle and 100% in the third cycle.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

SAN WACANA

Puji syukur atas rahmat dan hidayah Allah SWT yang telah memberikan banyak nikmat dan karunia-Nya, sehingga tesis ini dapat terselesaikan sesuai dengan keinginan yang diharapkan selama ini. Tesis ini merupakan salah satu syarat dalam mencapai gelar Magister Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., Rektor Universitas Lampung

2. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S., direktur Program Pasca Sarjana Universitas Lampung.

3. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Dr. Adelina Hasyim, M.Pd., selaku ketua Program Pascasarjana Teknologi Pendidikan Universitas Lampung dan selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingannya.

(10)

8. Lenawati, S.Pd., selaku Kepala SMPN 2 Menggala 9. Hasanudin, M.Pd., selaku observer.

10.Suami (Erwan Rulius) dan anak-anaku tercinta (Tabitha dan Aretha) yang selalu mendo’akan dan memberi semangat supaya penulis menjadi yang

terbaik untuk kalian.

11.Keluarga Mas dan Mbakku yang selalu mendo’akan dan mendukungku. 12.Sahabat – sahabat seperjuangan Candra Puasati yang tak bosan-bosannya

mendukung dan memotivasiku, Surtina, Diah Mustika Wardani, Novi Milanda, Leo Charly, Dodik Mulyono, Carisma Mega, Mbak Andri, Yulistia Dewi, rombongan Pringsewu dan seluruh mahasiswa MTP’09.

13.Seluruh siswa kelas VII SMPN 2 Menggala.

Semoga tesis ini bermanfaat bagi guru, siswa, dan dunia pendidikan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.

Menggala, Agustus 2014 Penulis,

(11)
(12)
(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Jenis Instrumen, Sasaran, Petugas dan Waktu Pelaksanaan ... 52

3.2. Kisi-Kisi Instrumen Pengamatan Aktivitas Siswa ... 52

3.3. Kisi-Kisi Instrumen Keterampilan Guru dalam Merancang RPP ... 52

3.4. Kisi-Kisi Instrumen Pengamatan Guru Saat Proses Pembelajaran ... 53

3.5 Kisi-Kisi Instrumen Lembar Wawancara Kepada Siswa ... 53

3.6 Kisi-Kisi Instrumen Prestasi Belajar ... 53

3.7 Persentase Aktivitas Belajar Siswa dan Tingkat Keaktifan ... 57

4.1 Aktivitas Siswa Tiap Aspek Pada Pertemuan 1 siklus 1 ... 66

4.2 Persentase Aktivitas Siswa dan Tingkat Keaktifan pada Pertemuan 1 siklus 1 ... 67

4.3 Aktivitas Siswa Tiap Aspek pada Pertemuan 2 siklus 1 ... 69

4.4 Persentase Aktivitas Siswa dan Tingkat Keaktifan pada Pertemuan 2 siklus 1 ... 70

4.5 Ringkasan Hasil Tes Prestasi Belajar Siklus 1 ... 70

4.6 Keberhasilan dan Kelemahan Siklus 1 ... 71

4.7 Aktivitas Siswa Tiap Aspek Pada Pertemuan 1 siklus 2 ... 81

4.8 Persentase Aktivitas Siswa dan Tingkat Keaktifan pada Pertemuan 1 siklus 2 ... 82

4.9 Aktivitas Siswa Tiap Aspek pada Pertemuan 2 siklus 2 ... 85

4.10 Persentase Aktivitas Siswa dan Tingkat Keaktifan pada Pertemuan 2 siklus 2 ... 85

4.11 Ringkasan Hasil Tes Prestasi Belajar Siklus 2 ... 85

4.12 Keberhasilan dan Kelemahan Siklus 2 ... 86

4.13 Aktivitas Siswa Tiap Aspek Pada Pertemuan 1 siklus 3 ... 96

4.14 Persentase Aktivitas Siswa dan Tingkat Keaktifan pada Pertemuan 1 siklus 3 ... 96

(14)

4.17 Ringkasan Hasil Tes Prestasi Belajar Siklus 3 ... 99

4.18 Keberhasilan dan Kelemahan Siklus 3 ... 100

4.19 Data Penilaian Keterampilan Guru dalam Menyusun RPP ... 105

4.20 Data Penilaian Kemampuan Guru dalam Pembelajaran ... 108

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Lembar Penilaian Ketrampilan Menyusun Rencana Pembelajaran ... 128

2. Rubrik penilaian ketrampilan menyusun rencana pembelajaran ... 130

3. Lembar observasi kemampuan guru dalam pembelajaran ... 135

4. Rubrik penilaian kemampuan guru dalam pembelajaran ... 136

5. Lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran ... 141

6. Lembar wawancara aktivitas siswa dalam pembelajaran... 143

7. Silabus ... 144

8. RPP siklus 1 ... 147

9. Lembar Kerja Siswa siklus 1... 152

10. Kunci Lembar Kerja Siswa siklus 1 ... 158

11. Rubrik Penilaian LKS siklus 1 ... 159

12. Kisi-kisi latihan soal siklus 1 ... 161

13. Soal siklus 1 ... 166

14. Rubrik penilaian tes prestasi belajar siklus 1 ... 168

15. Lembar penilaian ketrampilan menyusun rencana pembelajaran siklus 1 .... 175

16. Lembar observasi kemampuan guru dalam pembelajaran siklus 1 ... 177

17. Lembar wawancara aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus 1 ... 178

18. Lembar observasi aktivitas siswa VII A dalam pembelajaran siklus 1 (pertemuan 1) ... 179

19. Lembar observasi aktivitas siswa VII B dalam pembelajaran siklus 1 (pertemuan 1) ... 180

20. Lembar observasi aktivitas siswa VII A dalam pembelajaran siklus 1 (pertemuan 2) ... 181

21. Lembar observasi aktivitas siswa VII B dalam pembelajaran siklus 1 (pertemuan 2) ... 182

22. Lembar prestasi belajar siswa kelas VII A siklus 1 ... 183

23. Lembar prestasi belajar siswa kelas VII B siklus 1... 184

(16)

27. Rubrik Penilaian LKS siklus 2 ... 197

28. Kisi-kisi latihan soal siklus 2 ... 199

29. Soal siklus 2 ... 205

30. Rubrik penilaian tes prestasi belajar siklus 2 ... 208

31. Lembar penilaian ketrampilan menyusun rencana pembelajaran siklus 2 .... 215

32. Lembar observasi kemampuan guru dalam pembelajaran siklus 2 ... 217

33. Lembar wawancara aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus 2 ... 218

34. Lembar observasi aktivitas siswa kelas VIIA dalam pembelajaran siklus 2 (pertemuan 1) ... 219

35. Lembar observasi aktivitas siswa kelas VIIB dalam pembelajaran siklus 2 (pertemuan 1) ... 220

36. Lembar observasi aktivitas siswa kelas VIIA dalam pembelajaran siklus 2 (pertemuan 2) ... 221

37. Lembar observasi aktivitas siswa kelas VIIB dalam pembelajaran siklus 2 (pertemuan 2) ... 222

38. Lembar prestasi belajar siswa kelas VII A siklus 2 ... 223

39. Lembar prestasi belajar siswa kelas VII B siklus 2... 224

40. RPP siklus 3 ... 225

41. Lembar Kerja Siswa siklus 3... 230

42. Kunci Lembar Kerja Siswa siklus 3 ... 236

43. Rubrik Penilaian LKS siklus 3 ... 237

44. Kisi-kisi latihan soal siklus 3 ... 239

45. Soal siklus 3 ... 245

46. Rubrik penilaian tes prestasi belajar siklus 3 ... 247

47. Lembar penilaian ketrampilan menyusun rencana pembelajaran siklus 3 .... 255

48. Lembar observasi kemampuan guru dalam pembelajaran siklus 3 ... 257

49. Lembar wawancara aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus 3 ... 258

50. Lembar observasi aktivitas siswa kelas VII A dalam pembelajaran siklus 3 (pertemuan 1) ... 259

51. Lembar observasi aktivitas siswa kelas VII B dalam pembelajaran siklus 3 (pertemuan 1) ... 260

(17)

52. Lembar prestasi belajar siswa kelas VII A siklus 3 ... 263

53. Lembar prestasi belajar siswa kelas VII B siklus 3... 264

54. Analisis Butir Soal Siklus 1 ... 265

55. Analisis Butir Soal Siklus 2 ... 266

56. Analisis Butir Soal Siklus 3 ... 267

57. Ikhtisar Analisis Butir Soal Uraian Siklus 1 ... 268

58. Ikhtisar Analisis Butir Soal Uraian Siklus 2 ... 270

59. Ikhtisar Analisis Butir Soal Uraian Siklus 3 ... 272

60. Surat Keterangan Validasi perangkat pembelajaran ... 274

(18)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Undang – Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Uraian tersebut menunjukkan bahwa Pendidikan Nasional tidak hanya diprioritaskan pada kemampuan berfikir saja, tetapi juga usaha untuk menumbuhkan pengetahuan, ketrampilan dan kesadaran yang dicerminkan pada tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari seorang siswa (Depdiknas, 2003 :3).

(20)

pembelajaran IPA. Konsep, keterampilan, dan sikap sains tersebut dapat diperoleh melalui pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan yang ada di sekitar siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu IPA adalah mata pelajaran yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkanya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (BSNP, 2006 : 57). Menurut Blazely (dalam Depdiknas 2003 :c3) hasil belajar siswa meningkat secara drastis ketika materi yang dipelajari dikaitkan dengan pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki siswa.

(21)

dijadikan acuan bagi pendidik untuk mampu menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna bagi siswa, sehingga tujuan pendidikan nasional dapat terwujud.

(22)

Komponen yang lain, yaitu materi dalam pembelajaran IPA khususnya pada standar kompetensi keanekaragaman makhluk hidup pada kelas VII SMP Negeri 2 Menggala masih dianggap materi yang sulit. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa, mereka mengakui kesulitan untuk mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki baik tumbuhan maupun hewan. Saat mereka duduk di bangku Sekolah Dasar belum memiliki pengalaman pembelajaran secara langsung untuk mengamati, mengidentifikasi, dan mengklasifikasikan beberapa tumbuhan dan hewan berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya. Mereka juga masih sangat asing dengan nama-nama ilmiah yang digunakan. Hal ini menjadi tantangan bagi guru untuk mampu menghadirkan secara langsung beberapa makhluk hidup sebagai media dalam pembelajaran demi terbentuknya pengalaman belajar bagi siswa di kelas VII yang memiliki karakter dan budaya yang khas.

Berdasarkan hasil survey pra-penelitian pada prestasi belajar IPA materi klasifikasi makhluk hidup Tahun Pelajaran 2011/2012 diperoleh hanya 8 siswa yang tuntas dari 35 siswa dengan nilai rata-rata kelas di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal yang sebesar 68 yaitu hanya sebesar 61. Berdasarkan prinsip belajar tuntas, pembelajaran dikatakan berhasil apabila 100% siswa tuntas dengan KKM sebesar 68. Sehingga perlu dilakukan tindakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya kelas VII pada konsep keanekaragaman makhluk hidup.

(23)

49) membagi perkembangan kognitif menjadi empat tahapan, yaitu : tahap sensori – motoris, tahap praoperasional, tahap operasional konkrit, dan tahap operasional

formal. Berdasarkan usia siswa SMP kelas VII dapat dikategorikan dalam tahap operasional formal karena siswa kelas VII SMPN 2 Menggala rata-rata berusia 12 – 13 tahun. Namun kondisi yang ada siswa kelas VII masih memiliki karakteristik

pada tahap operasioanl konkrit. Hal ini diketahui dari hasil survey pra penelitian, rata-rata siswa kelas VII memiliki kecenderungan dalam memahami konsep sesuai dengan kenyataan yang mereka alami dan cara berpikir mereka belum dapat menangkap yang abstrak secara maksimal meskipun cara berpikirnya sudah nampak sistematis dan logis. Hal ini menjadi salah satu faktor pemilihan penggunaan media realia dalam pembelajaran IPA di kelas tersebut. Karena dimungkinkan dengan penggunaan media yang benar-benar tampak nyata dan dihadirkan di kelas membuat proses pembelajaran dan prestasi siswa menjadi meningkat.

Pilihan media realia dijadikan media dalam pembelajaran didasarkan pada hasil wawancara langsung antara penulis dengan beberapa siswa tentang pengetahuan mereka pada kompetensi dasar mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki. Mereka belum pernah mendapatkan pengalaman langsung saat pembelajaran dengan makhluk hidup yang dihadirkan di dalam kelas saat

duduk di Sekolah Dasar dan melihat atau mengamati secara langsung ciri-ciri

yang dimiliki oleh setiap makhluk hidup. Sehingga dengan memperoleh

pengalaman nyata diharapkan mereka mampu memahami konsep yang terdapat

pada kompetensi dasar tersebut sehingga prestasi belajar mereka meningkat.

(24)

tumbuhnya motivasi belajar pada siswa sehingga pembelajaran tampak tidak antusias dan pasif. Hal ini dimungkinkan belum dimanfaatkannya media pembelajaran yang mampu menumbuhkan minat dan motivasi siswa.

Selain hal yang telah diuraikan sebelumnya, pilihan media realia pada penelitian ini dikarenakan guru tidak harus mengeluarkan biaya yang besar untuk mendukung berlangsungnya pembelajaran yang lebih bermakna. Alasan lain pemilihan media realia dalam penelitian ini adalah karakteristik yang dimiliki oleh media realia yaitu dapat digunakan dalam kegiatan belajar dalam bentuk sebagaimana adanya tidak perlu dimodifikasi, tidak ada pengubahan kecuali dipindahkan dari kondisi lingkungan aslinya. Ciri media realia yang asli adalah benda yang masih dalam keadaan utuh, dapat dioperasikan, hidup, dalam ukuran yang sebenarnya dan dapat dikenali sebagai wujud aslinya. Media realia sangat bermanfaat terutama bagi siswa yang tidak memiliki pengalaman terhadap benda tertentu. Dengan demikian karakteristik yang dimiliki oleh media realia diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII SMPN 2 Menggala.

(25)

pengalaman nyata kepada siswa. Untuk itu penulis melakukan penelitian tindakan (Action Research) penggunaan media realia dalam pembelajaran IPA kelas VII SMPN 2 Menggala Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan harapan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada konsep mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi permasalahan dalam penelitian ini, yaitu :

a. Prestasi belajar pada kompetensi dasar mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki masih rendah.

b. Pembelajaran masih dilakukan secara konvensional. c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang kurang efektif.

d. Pembelajaran belum menggunakan media yang mendukung proses pembelajaran.

e. Aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran yang masih rendah.

(26)

1.3 Pembatasan Masalah

Penelitian ini menitikberatkan pada :

a. RPP yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dengan penggunaan media realia dalam pembelajaran IPA kelas VII A dan VII B pada kompetensi dasar mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki. b. Penggunaan media realia yang dapat meningkatkan pemahaman konsep pada

kompetensi dasar mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki.

c. Sistem evaluasi mata pelajaran IPA dengan penggunaan media realia pada kelas VII A dan VII B SMPN 2 Menggala yang optimal untuk mengukur prestasi belajar pada kompetensi dasar mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki.

d. Peningkatan prestasi belajar siswa dengan penggunaan media realia dalam pembelajaran.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

(27)

b. Bagaimana proses pembelajaran dengan penggunaan media realia sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep tentang mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki?

c. Bagaimana sistem evaluasi mata pelajaran IPA dengan penggunaan media realia pada kelas VII A dan VII B SMPN 2 Menggala?

d. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa dengan penggunaan media realia?

1.5 Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

a. Mendesain RPP dengan menggunakan media realia sebagai media pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa tentang mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki.

b. Mendeskripsikan penggunaan media realia yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa tentang mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki.

c. Mendeskripsikan sistem evaluasi mata pelajaran IPA dengan penggunaan media realia dalam materi mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki.

(28)

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang bersifat teoristis maupun praktis yaitu, sebagai berikut :

a. Manfaat Teoritis

1) Mengembangkan konsep – konsep teknologi pendidikan kawasan desain pembelajaran dalam hal perbaikan pembelajaran IPA.

2) Sumbangan bagi peningkatan khasanah keilmuan bidang teknologi pendidikan khususnya kawasan pemanfaatan (utilizes).

b. Manfaat Praktis 1) Bagi Guru

Meningkatkan kinerja guru melalui perbaikan proses pembelajaran IPA, serta memperoleh umpan balik dalam memperbaiki hasil prestasi belajar siswa, serta memperoleh pengetahuan baru dalam mengembangkan profesi penggunaan media belajar, dalam meningkatkan kemampuan penguasaan metode secara variatif.

2) Bagi Siswa

Meningkatkan keterampilan dan sikap sains melalui penggunaan media realia dalam proses pembelajaran IPA yang lebih menyenangkan dan melatih siswa untuk berfikir aktif dan kreatif sebagai upaya meningkatkan motivasi dan prestasi belajar yang lebih baik, serta memberikan pengalaman nyata bagi siswa.

3) Bagi Sekolah

(29)

kondusif dengan pemanfaatan media pembelajaran yang mendukung dalam proses pembelajaran.

4) Bagi Peneliti

(30)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Belajar dan Pembelajaran

Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi termasuk para ahli psikologi pendidikan. Secara psikologis, belajar yaitu sesuatu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto, 2010: 2). Pengertian belajar menurut Slameto juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan Jerome Brunner (dalam Trianto, 2009: 15-16) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses aktif di mana peserta didik membangun (meng-konstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/ pengetahuan yang

sudah dimilikinya. Dalam pandangan konstruktivisme „belajar‟ bukanlah

(31)

Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka (Trianto, 2009: 29). Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses untuk membangun sistem makna dan pemahaman realitas sehingga mengakibatkan perubahan-perubahan dalam diri, baik perubahan dalam pengetahuan, keterampilan maupun nilai sikap atau tingkah laku yang baru sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Piaget (dalam Trianto, 2009: 45), perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak akan aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Berikut ini adalah implikasi penting dalam model pembelajaran dari teori Piaget :

1) Memusatkan perhatian pada berpikir atau proses mental anak, tidak sekadar pada hasilnya. Di samping kebenaran jawaban peserta didik, guru harus memahami proses yag digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut. Pengamatan belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap kognitif siswa, dan jika guru penuh perhatian terhadap metode yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman sesuai yang dimaksud.

(32)

pengetahun itu melalui interaksi spontan dengan lingkungannya. Sebab itu guru dituntut mempersiapkan berbagai kegi-atan yang memungkinkan anak melakukan kegiatan secara langsung dengan dunia fisik. Penerapan teori Piaget berarti dalam pembelajaran Kimia banyak menggunakan percobaan dan penyelidikan sehingga Keterampilan Proses Sainsnya juga berkembang. 3) Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan

per-kembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu ber-langsung pada kecepatan yang berbeda. Sebab itu guru mampu melakukan upaya untuk mengatur kegiatan kelas dalam bentuk kelompok kecil daripada bentuk kelas yang utuh. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu penerapan teori Piaget.

Implikasinya dalam pembelajaran adalah saat guru memperkenalkan informasi yang melibatkan siswa menggunakan konsep-konsep, memberikan waktu yang cukup untuk menemukan ide-ide dengan menggunakan pola-pola berpikir formal (Trianto, 2009: 31)

(33)

a. Perubahan terjadi secara sadar

Berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.

e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

(34)

sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, ketrampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

Dengan demikian penulis dapat menarik kesimpulan dari ciri-ciri kegiatan belajar tersebut, bahwa unsur-unsur pokok dalam kegiatan belajar adalah : (1) adanya perubahan baik aktual maupun potensial, (2) timbul kecakapan baru, dan (3) kegiatan yang disengaja.

Pembelajaran adalah suatu proses interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan sumber belajar dan siswa dengan pendidik. Menurut Miarso (2007: 536) pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menghasilkan belajar yang bermanfaat dan bertujuan bagi para siswa melalui prosedur yang tepat. Ada tujuh indikator yang menunjukkan pembelajaran yang efektif adalah : Pengorganisasian pembelajaran dengan baik; komunikasi secara efektif; penguasaan dan antusiasme dalam pembelajaran; sikap positif terhadap siswa; pemberian ujian dan nilai yang adil; keluwesan dalam pendekatan pembelajaran dan hasil belajar siswa yang baik

(35)

dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Sedangkan menurut Hamalik (2001: 57) Pembelajaran merupakan proses penerimaan informasi atau keterampilan yang disimpan dalam memori dan bersifat permanen dan merubah tingkahlaku. Proses pemerolehan, persepsi, penyimpanan, mengingat, gaya dan strategi belajar yang disadari dan yang tidak disadari.

(36)

dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Depdiknas, 2003: 2).

2.2 Prestasi Belajar

Tirtonegoro (2001: 43) mengemukakan prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu. Pada bagian lain Hamalik (2004: 31) memberikan pendapatnya tentang prestasi belajar. Prestasi belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengetahuan-pengetahuan, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan.

(37)

pendidikan. Pernyataan ini mengandung makna bahwa evaluasi digunakan untuk menentukan nilai atau prestasi belajar siswa.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil tertinggi yang dicapai seseorang yang merupakan penilaian terhadap usaha kegiatan belajar untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan dalam mengikuti pembelajaran pada periode tertentu, materi tertentu, dan dinyatakan dalam bentuk angka, simbol, huruf, maupun kalimat. Prestasi mencerminkan sebagaimana jauh peserta didik telah dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan di setiap bidang studi. Prestasi peserta didik bisa dinyatakan dengan angka (0 s.d 10). Prestasi belajar merupakan hasil dari suatu usaha, kemampuan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal di bidang pendidikan. Kehadiran prestasi belajar dalam kehidupan manusia pada tingkat atau jenis tertentu di bangku sekolah. Pengertian prestasi adalah sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai anak didik dalam memahami pelajaran di sekolah. Dalam penelitian ini, yang dimaksudkan dengan prestasi siswa dalam pembelajaran IPA adalah prestasi yang diperoleh siswa dalam pembelajaran melalui kemampuan kognitif yang dicapai siswa setelah mempelajari mata pelajaran IPA dalam waktu tertentu.

2.3 Aktivitas Belajar

(38)

pembelajaran. Aktivitas belajar memiliki beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yakni menurut pandangan ilmu jiwa lama dan pandangan ilmu jiwa modern.

Menurut pandangan ilmu jiwa lama aktivitas didominasi oleh guru, sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern aktivitas didominasi oleh siswa. Pada pandangan ilmu jiwa modern menerjemahkan jiwa manusia itu sebagai sesuatu yang dinamis, memiliki potensi, dan energi sendiri. Oleh karena itu dalam belajar siswa harus aktif agar potensinya berkembang. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Sardiman (2003: 99). Belajar adalah berbuat dan sekaligus merupakan proses yang membuat anak didik harus aktif.

(39)

mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan; (h) Emotional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani tenang, gugup. Diharapkan dengan melakukan banyak aktivitas siswa dapat membangun konsep-konsep dan pengetahuannya sendiri dengan bantuan guru sebagai fasilitator.

Jadi, dengan berbagai aktivitas seperti diuraikan di atas, menunjukkan bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Banyaknya aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran diharapkan dapat memberikan manfaat yang positif bagi peningkatan hasil belajar siswa. Menurut Hamalik (2003: 91) manfaat aktivitas siswa dalam pembelajaran yaitu:

a. Siswa mencari pengalaman sendiri

b. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa c. Memupuk kerjasama yang harmonis dikalangan para siswa

d. Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan kekeluargaan

e. Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri

f. Pembelajaran dilaksanakan secara realistik dan konkrit sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis

(40)

2.4 Media Pembelajaran

2.4.1 Pengertian Media Pembelajaran

Sujana (2001: 7) berpendapat media adalah alat bantu proses pembelajaran untuk mempertinggi interaksi guru-peserta didik dan interaksi antar peserta didik dengan lingkungan belajarnya. Dari batasan di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan juga dapat merangsang pikiran, perasaan, kemauan peserta didik, sehingga dapat mendorong tercapainya proses belajar pada dirinya, dengan tujuan dapat mengaktifkan peserta didik dalam proses belajar mengajar.

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar (Arsyad, 2005: 3). Batasan lain telah pula dikemukakan oleh para ahli yang sebagian diantaranya akan diberikan berikut ini. AECT (Association of Education and Communication Technology) memberikan batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Disamping sebagai sistem penyampai atau pengantar, media yang sering diganti kata mediator menurut Fleming dalam Arsyad (2005: 3) adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah mediator media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar yaitu siswa dan isi pelajaran.

(41)

maksud-maksud pengajaran. Sedangkan Hamidjojo (dalam Rustaman, 2005: 115) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah media yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pembelajaran yang biasanya sudah dituangkan dalam Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) dan dimaksudkan untuk mempertinggi mutu kegiatan belajar mengajar. Sehingga Rustaman (2005: 115) memberikan batasan ada dua unsur yang terkandung dalam media pembelajaran yaitu : pesan atau bahan pembelajaran yang akan disampaikan dengan istilah perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware) yang berfungsi sebagai alat belajar dan alat bantu belajar.

Media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (message), merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Bentuk-bentuk media pembelajaran digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar agar menjadi lebih konkrit. Pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran tidak hanya sekedar menggunakan kata-kata (symbol verbal) (Sumiati & Asra, 2007: 160). Dengan demikian dapat diharapkan hasil pengalaman belajar lebih berarti bagi siswa

2.4.2 Ciri-ciri Umum Media Pembelajaran

Gerlach dan Ely (dalam Arsyad, 2005: 12) mengemukakan tiga ciri media, yaitu : a. Ciri Fiksatif (Fixative Property)

(42)

atau objek dapat diurut dan disusun kembali dengan media seperti fotografi, video tape, disket komputer, dan film.

b. Ciri Manipulatif (Manipulative Property)

Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif, seperti proses larva menjadi kepompong dan kemudian menjadi kupu-kupu dapat dipercepat dengan teknik rekaman fotografi atau rekaman video.

c. Ciri Distributif (Distributive Property)

Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu.

2.4.3 Kegunaan Media Pembelajaran

Adapun kegunaan media dalam proses pembelajaran dinyatakan dalam Arsyad (2005: 16-17) adalah sebagai berikut.

a. Memperjelas penyajian pesan atau materi supaya tidak terlalu verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka ).

(43)

masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman, video, film bingkai, foto, dll. Objek yang terlalu kompleks dapat disajikan dengan model, diagram, dll. Konsep yang terlalu luas dapat divisualkan dalam bentuk film, gambar dll. c. Mengatasi sikap pasif siswa dalam proses pembelajaran. Dengan media

diharapkan mampu menimbulkan gairah belajar, memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan lingkungan nyata, dan memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

d. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditemukan sama untuk setiap manusia, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya harus diatasi sendiri. Apalagi bila latar belakang guru dan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan yaitu dengan kemampuan dalam memberikan perangsang yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.

2.4.4 Macam-macam Media Pembelajaran

Menurut Sudaryatno (2010: 16) Media diklasifikasikan menjadi media visual, media audio, dan media audio-visual.

a. Media Visual

Media yang tidak diproyeksikan :

(44)

media realia ini adalah dapat memberikan pengalaman nyata kepada siswa. Misal untuk mempelajari keanekaragaman makhluk hidup, klasifikasi makhluk hidup, ekosistem, dan organ tanaman.

2) Model adalah benda tiruan dalam wujud tiga dimensi yang merupakan representasi atau pengganti dari benda yang sesungguhnya. Penggunaan model untuk mengatasi kendala tertentu sebagai pengganti realia. Misal untuk mempelajari sistem gerak, pencernaan, pernafasan, peredaran darah, sistem ekskresi, dan syaraf pada hewan.

3) Media grafis tergolong media visual yang menyalurkan pesan melalui simbol-simbol visual. Fungsi dari media grafis adalah menarik perhatian, memperjelas sajian pelajaran, dan mengilustrasikan suatu fakta atau konsep yang mudah terlupakan jika hanya dilakukan melalui penjelasan verbal.

(45)

titik, simbol verbal atau bentuk tertentu yang menggambarkan data kuantitatif. Misal untuk mempelajari pertumbuhan (Sudaryatno, 2010: 17).

Media proyeksi :

1) Transparansi OHP merupakan alat bantu mengajar tatap muka sejati, sebab tata letak ruang kelas tetap seperti biasa, guru dapat bertatap muka dengan siswa (tanpa harus membelakangi siswa). Perangkat media transparansi meliputi perangkat lunak (Overhead transparancy / OHT) dan perangkat keras (Overhead projector / OHP). Teknik pembuatan media transparansi, yaitu: - Mengambil dari bahan cetak dengan teknik tertentu - Membuat sendiri secara manual

2) Film bingkai / slide adalah film transparan yang umumnya berukuran 35 mm dan diberi bingkai 2X2 inci. Dalam satu paket berisi beberapa film bingkai yang terpisah satu sama lain. Manfaat film bingkai hampir sama dengan transparansi OHP, hanya kualitas visual yang dihasilkan lebih bagus. Sedangkan kelemahannya adalah beaya produksi dan peralatan lebih mahal serta kurang praktis. Untuk menyajikan dibutuhkan proyektor slide.

b. Media Audio

(46)

2) Kaset-audio yang dibahas disini khusus kaset audio yang sering digunakan di sekolah. Keuntungannya adalah merupakan media yang ekonomis karena biaya pengadaan dan perawatan murah.

c. Media Audio - Visual

1) Media video Merupakan salah satu jenis media audio visual, selain film. Yang banyak dikembangkan untuk keperluan pembelajaran, biasa dikemas dalam bentuk VCD.

2) Media komputer Media ini memiliki semua kelebihan yang dimiliki oleh media lain. Selain mampu menampilkan teks, gerak, suara dan gambar, komputer juga dapat digunakan secara interaktif, bukan hanya searah. Bahkan komputer yang disambung dengan internet dapat memberikan keleluasaan belajar menembus ruang dan waktu serta menyediakan sumber belajar yang hampir tanpa batas (Sudaryatno, 2010: 18).

2.4.5 Media Realia

(47)

telekomunikasi (misal teleconference) dan media berbasis mikroprosesor (misal: permainan komputer dan hypermedia).

Media realia disebut juga dengan media benda asli yaitu benda yang sebenarnya yang dapat diamati secara langsung oleh panca indera dengan cara melihat, mengamati, dan memegangnya secara langsung tanpa melalui alat bantu. Jadi dapat dikatakan bahwa media realia adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan atau sumber belajar. Realia dapat digunakan dalam kegiatan belajar dalam bentuk sebagaimana adanya tidak perlu dimodifikasi, tidak ada pengubahan kecuali dipindahkan dari kondisi lingkungan aslinya. Ciri media realia yang asli adalah benda yang masih dalam keadaan utuh, dapat dioperasikan, hidup, dalam ukuran yang sebenarnya dan dapat dikenali sebagai wujud aslinya. Media realia sangat bermanfaat terutama bagi siswa yang tidak memiliki pengalaman terhadap benda tertentu. (Martiningsih, 2009: 19).

Benda nyata (real thing) merupakan alat bantu yang paling mudah penggunaannya, karena kita tidak perlu membuat persiapan selain langsung menggunakannya. Yang dimaksud dengan benda nyata sebagai media adalah alat penyampaian informasi yang berupa benda atau obyek yang sebenarnya atau asli dan tidak mengalami perubahan yang berarti (Pribadi, dkk, 2008: 28).

(48)

hal-hal yang sebelumnya hanya digambarkan secara abstrak yaitu dengan kata-kata atau hanya visual. Bentuk realia sama dengan benda sebenarnya yang tidak mengalami perubahan sama sekali dan dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran. Akan tetapi, kesulitan kadang timbul dalam menghadirkan realia secara utuh yang disebabkan oleh ukuran yang terlalu besar atau sulit ditemukan di lingkuangan sekitar. Oleh karena itu, beberapa modifikasi seringkali harus dilakukan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memodifikasi benda nyata untuk keperluan pembelajaran, yaitu dengan cara memotong bagian tertentu dari realia jika berukuran terlalu besar. Dalam memotong realia perhatikan agar bagian yang dipotong tidak merusak benda tersebut sebagai media yang dapat dipelajari oleh siswa. Dengan cara mengawetkan realia hidup jika benda tersebut berbahaya atau lekas rusak jika digunakan dalam kelas, misalnya penggunaan satwa atau tumbuhan sebagai media pembelajaran. Satwa yang berbahaya perlu ditempatkan di tempat tertentu atau diawetkan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai sarana observasi oleh siswa. Dengan menampilkan beberapa jenis realia secara bersama-sama, ditambah dengan informasi tercetak yang kesemuanya yang dapat menggambarkan suatu topik tertentu. Cara ini disebut juga dengan istilah eksibisi atau pameran realia.

(49)
(50)

Selanjutnya Zaman, Badru, dkk (2005: 14) menjelaskan bahwa media realia memiliki potensi sebagai media pembelajaran, realia juga memiliki keterbatasan. Salah satu keterbatasan realia adalah adanya kemungkinan siswa mempunyai interpretasi yang berbeda terhadap objek yang sedang dipelajari. Kemungkinan lain adalah informasi yang ingin disampaikan akan berbeda sehingga tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sebelum memilih realia yang akan digunakan, kita harus mempertimbangkan kemungkinan realia tersebut akan dipegang oleh siswa. Banyak realia yang sangat rapuh. Oleh karena itu, simpanlah realia yang rapuh dalam kotak pajangan. Idealnya, pengguna harus dapat menyentuh realia untuk mendapatkan pengalaman yang tidak mungkin didapat dari media lain. Kalau memungkinkan, realia tersebut disimpan dalam plastik yang tembus pandang sehingga realia dapat diambil tanpa takut rusak.

Apabila realia dianggap mahal, atau ruangan yang ada tidak memadai, perpustakaan dapat memutuskan untuk tidak memiliki realia dalam koleksinya. Pertanyaan atau permintaan tentang suatu realia dapat dilayani dengan cara mengarahkan pengguna ke tempat lain yang memiliki realia tersebut, misalnya ke kebun binatang untuk melihat binatang-binatang yang tidak mungkin ditampilkan di depan kelas, ke planetarium untuk mengetahui benda-benda ruang angkasa.

(51)

sumber informasi dan pengetahuan; (3) memberikan siswa kesempatan untuk mencari informasi sebanyak mungkin yang berkaitan dengan objek yang sedang dipelajari; (4) menghindari hal-hal yang tidak diinginkan atau risiko yang akan dihadapi siswa pada saat mempelajari realia (Rahadi, 2003: 24).

2.5 Sistem Evaluasi Pembelajaran

Arikunto (2009: 3) mengatakan bahwa mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran (bersifat kuantitatif), menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk (bersifat kualitatif), dan evaluasi meliputi kedua langkah tersebut. Menurut Djamarah (2000: 27) evaluasi adalah suatu tindakan mengukur atau menentukan nilai atau jasa sesuatu. Sedangkan menurut Arikunto (2002: 13) ada dua tujuan evaluasi yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada program secara keseluruhan, sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing-masing komponen.

Dengan demikian evaluasi adalah suatu kegiatan yang mempunyai tujuan secara keseluruhan dan khusus pada komponen tertentu dengan cara mengumpulkan informasi tentang kegiatann tersebut, yang selanjutnya informasi tersebut dijadikan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan.

(52)

teknik dan instrumen yang valid dan reliabel. Secara garis besar teknik evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik non-tes dan teknik tes. Dalam Arikunto (2009: 26) teknik non-tes dalam evaluasi adalah angket, wawancara, pengamatan, skala bertingkat, sosiometri, paper, portofolio, kehadiran, penyajian, partisipasi, riwayat hidup, dan sebagainya. Sedangkan teknik tes dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a) menurut bentuknya;

secara umum terdapat dua bentuk tes, yaitu tes objektif dan tes subjektif. Tes objektif adalah adalah bentuk tes yang di skor secara objektif. Disebut objektif karena kebenaran jawaban tes tidak berdasarkan pada penilaian (judgement) dari korektor tes. Tes bentuk ini menyediakan beberapa pilihan untuk dipilih peserta tes, yang setiap butir hanya memiliki satu jawaban benar. Tes subjektif adalah tes yang di skor dengan memasukkan penilaian (judgement) dari korektor tes. Jenis tes ini antara lain : tes essay dan lisan. b) Menurut ragammnya;

Tes essay dapat diklasifikasikan menjadi essay terbatas dan esay bebas. Butir tes objektif menurut ragamnya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu : tes benar-salah, tes menjodohkan, dan tes pilihan ganda.

Tes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tes dalam bentuk tes essay. Tes tersebut digunakan dengan alasan guru dapat menilai kemampuan siswanya dalam berpikir objektif serta dapat mengembangkan kemampuannya.

(53)

2.6 Teori Belajar dan Pembelajaran

Teori belajar yang dijadikan dasar model pembelajaran terpadu mata pelajaran IPA bagi siswa kelas VII adalah sebagai berikut :

a. Teori Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan. Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya beragumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pikiran itu menjadi lebih logis (Nur, 2001: 10).

(54)

Pemikiran tidak lagi sentrasi dan desentrasi, dan pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh keegosentrisan, (4) Tahap Operasi Formal usia 11 tahun sampai dewasa dengan kemampuan utama pemikiran abstrak dan murni simbolis mungkin dilakukan, masalah-masalah dapat dipecahkan melalui penggunaan eksperimentasi sistematis (Nur, 2001: 11).

Berdasarkan tingkat perkembangan kognitif Piaget ini, peserta didik kelas VII dengan rentang usia 12-15 tahun berada pada taraf perkembangan operasi formal. Pada usia ini yang perlu dipertimbangkan adalah aspek-aspek perkembangan remaja. Dimana remaja mengalami tahap transisi dari penggunaan operasi konkret ke penerapan operasi formal dalam bernalar. Remaja mulai menyadari keterbatasan-keterbatasan pemikiran mereka, dimana mereka mulai bergelut dengan konsep-konsep yang ada di luar pengalaman mereka sendiri.

(55)

apabila pembelajaran diberikan secara faktual dengan memanfaatkan fenomena yang ada dengan kehidupan nyata siswa akan sangat membantu siswa dalam mempelajari suatu materi. Dengan demikian dalam hubunganya dengan pembelajaran IPA seorang guru harus memiliki kemampuan menghadirkan informasi yang faktual dan membantu siswa mengedepankan informasi dalam memorinya dengan bersandar pada struktur kognitif yang sebelumnya telah dipelajari serta memanfaatkan media realia akan sangat membantu siswa dalam memahami materi.

b. Teori Belajar Kontekstual

(56)

mengkonstruksi sendiri pengetahuannya, kesempatan untuk melakukan penemuan-penemuan, kesempatan untuk berkomunikasi ataupun bermasyarakat, serta merefleksikan pengetahuan ataupun penemuan-penemuan sebagai hasil belajarnya sehingga pemanfaatan media realia akan sangat mendukung keberhasilan proses pembelajaran.

c. Teori Belajar Konstruktivisme

Teori belajar konstruktisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhanya dengan kemampuan menemukan keinginannya atau kebutuhannya. Teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan, atau teknologi dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya. Hasil belajar bergantung pada pengalaman dan perspektif yang dipakai dalam interpretasi pribadi. Pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivisme memiliki ciri-ciri seperti : siswa lebih aktif dalam proses belajar karena focus belajar pada proses integritas pengetahuan yang baru dan pengalaman, proses pembelajaran mendorong adanya kerjasama, dan memberikan pengalaman belajar yang tidak terlepas dari konteks dunia nyata (Herpratiwi, 2009: 77).

(57)

dikenal oleh siswa yang bermakna bahwa bahan ajar bersumber dari lingkungan hidup siswa sehari-hari, (2) siswa dapat interaktif dengan bahan ajar yang dipelajari dan media yang digunakan, proses pembelajaran dapat menggunakan pendekatan kontekstual yang mengharuskan guru menghubungkan konsep dengan dunia nyata, (3) siswa berinteraksi secara sosial dengan teman dalam kelompok , (4) bahan ajar dan media dapat memotivasi siswa untuk menghubungkan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Media realia yang dimanfaatkan dalam penelitian ini mampu dijadikan salah satu media dalam pembelajaran. Siswa mampu membangun pengetahuannya dengan benda asli yang digunakan melalui pertanyaan-pertanyaan yang muncul saat mereka menemukan kesulitan sehingga mencari dari berbagai sumber baik dari sesama teman dalam kelompoknya maupun kelompok lain dalam kelas. Saat mereka mampu menemukan pengetahuan barunya mereka dapat menjadi model bagi sesama teman yang lain dan dimungkinkan untuk mengulang kembali pengalaman belajar yang telah dilaluinya pada saat menemukan pengetahuan baru melalui tahap mengamati. Pada akhirnya penilaian terhadap proses belajar dapat dilakukan secara nyata. Dengan kata lain media realia dapat dijadikan salah satu media dalam pembelajaran kontekstual berdasarkan teori belajar konstruktivisme.

2.7 Teori Desain Pembelajaran

(58)

mengatakan, “An instructional-design theory is a theory that offers explisit

guidance on how to better help people learn and develop”. Sedangkan Dick and Carey (2005: 4) mengatakan bahwa desain pembelajaran mencakup seluruh proses yang dilaksanakan pada pendekatan sistem, sedangkan teori belajar; teori evaluasi dan teori pembelajaran merupakan teori-teori yang melandasi desain pembelajaran.

Upaya untuk mengkonkretkan sebuah teori dan sekaligus merupakan sebuah analogi dan representasi dari variabel-variabel yang terdapat dalam teori disebut dengan model. Model desain sistem pembelajaran biasanya menggambarkan prosedur yang perlu ditempuh untuk menciptakan aktivitas pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik.

Model ASSURE merupakan langkah merancanakan pelaksanaan pembelajaran di ruang kelas secara sistematis dengan memadukan penggunaan terknologi dan media. Model ASSURE menggunakan tahap demi tahap untuk membuat perancangan pembelajaran yang dapat dilihat dari nama model tersebut, yaitu ASSURE. Menurut Smaldino (2007: 86) A yang berarti Analyze learners, S berarti State standard and Objectives, S yang kedua berarti Select strategi, technology, media, and materials, U berarti Utilize technology, media and maerials, R berarti Require learner participation dan E berarti Evaluated and revise.

(59)

dengan hasil belajar. Jawaban sementara terhadap identifikasi dan analisis ini akan menjadi pemandu dalam mengambil keputusan saat merancang kegiatan pembelajaran. Yang perlu diperhatikan adalah :

a) Karakteristik umum

Latar belakang sosial budaya, kemampuan membaca, atau ciri-ciri umum terkait dengan konteks materi seperti minat atau kesulitan lain yang sekiranya timbul di kelas.

b) Kompetensi dasar spesifik seperti pengetahuan

Kemampuan intelektual yang menjadi modal dasar pebelajar untuk menguasai materi ajar, kompetensi awal berpengaruh terhadap topik dan pencapaian tujuan pembelajaran.

c) Gaya belajar

Gaya belajar seorang pebelajar dikaitkan dengan persepsi dan indranya, cara melihat, mendengarkan, memperhatikan, menyimak, melakukan dan meniru gerakan tubuh selama belajar berpengaruh terhadap penguasaan kompetensi. (Smaldino, 2007: 86).

(60)

A = Audience

Pebelajar atau peserta didik dengan segala karakteristiknya. Siapapun peserta didik, apapun latar belakangnya, jenjang belajarnya, serta kemampuan prasyaratnya sebaiknya jelas dan rinci. Penjelasan juga menyangkut triwulan, semester atau program pendidikan dan pelatihan yang diikuti.

B = Behavior

Perilaku yang dikembangkan dalam pembelajaran. Perilaku belajar mewakili kompetensi, tercermin dalam penggunaan kata kerja. Kata kerja yang digunakan biasanya kata kerja yang terukur dan dapat diamati.

C = Conditions

Situasi kondisi atau lingkungan yang memungkinkan bagi pebelajar dapat belajar dengan baik. Penggunaan media atau metode serta sumber belajar menjadi bagian dari kondisi belajar. Kondisi ini sebenarnya menunjuk pada istilah strategi pembelajaran tertentu yang diterapkan selama proses belajar mengajar berlangsung.

D = Degree

Persyaratan khusus atau kinerja yang dirumuskan sebagai bukti bahwa pencapaian tujuan pembelajaran dan proses belajar berhasil. Kriteria ini dapat dinyatakan dalam persentase benar (%) menggunakan kata-kata seperti tepat/benar, waktu yang harus dipenuhi, kelengkapan persyaratan tertentu yang dianggap dapat mengukur pencapaian kompetensi.

(61)

kedua titik tersebut dengan memilih strategi pengajaran, teknologi dan media yang disesuaikan, serta memutuskan materi yang akan diberikan.

Langkah selanjutnya adalah dengan melibatkan peran pembelajar untuk menggunakan terknologi, strategi dan materi untuk membantu pebelajar mencapai tujuan belajar. Dan dalam melibatkan peran guru sebagai fasilitator, langkah kelima dengan melibatkan partisipasi pebelajar. Agar efektif, pengajaran sebaiknya mengharuskan keterlibatan aktif secara mental. Sebaiknya aktivitas yang terjadi itu memungkinkan pebelajar menerapkan pengetahuan atau kemampuan baru dan menerima umpan balik. Pada prakteknya bias saja melibatkan kemandirian pebelajar, pengajaran yang dibantu komputer, kegiatan internet atau kerja kelompok.

Sedangkan langkah terakhir adalah mengevaluasi dan merevisi. Setelah melaksanakan pembelajaran di ruang kelas, penting untuk mengevaluasi dampak kegiatan yang telah berlangsung terhadap pebelajar. Penilaian sebaiknya tidak memeriksa tingkat dimana pebelajar dapat mencapai tujuan belajar, namun juga memeriksa keseluruhan proses pengajaran dan dampak penggunaan teknologi dan media. Hal itu dapat dicocokkan antara tujuan belajar dan hasil belajar pebelajar.

2.8 Penelitian Yang Relevan

(62)

lebih efektif 23,30% dalam meningkatkan prestasi belajar kemampuan melakukan determinasi. Kemudian penelitian lain yang relevan yang telah dilakukan oleh Yuni Rahmawati (2012) tentang penerapan metode eksperimen dengan media realia mampu meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV Sekolah Dasar.

(63)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIA dan VIIB SMPN 2 Menggala Kabupaten Tulang Bawang propinsi Lampung dengan masing-masing kelas berjumlah 32 orang. Mata pelajaran IPA tentang mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki semester II Tahun Pelajaran 2012/2013.

3.2 Waktu penelitian

Penelitian dilakukan dalam kurun waktu kurang lebih 1 bulan, mulai minggu kedua bulan Mei sampai minggu pertama bulan Juni 2013. Dengan tiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan, setiap siklus diakhiri dengan refleksi dan re-planning untuk melanjutkan siklus berikutnya.

3.3 Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian ini meliputi :

(64)

observasi kemampuan guru dalam pembelajaran hasil modifikasi Usman (2002 : 127-134).

b. Media realia yang digunakan dalam pembelajaran mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan kategori tingkat keaktifan baik (61% - 81%). c. Prestasi belajar siswa kelas VIIA dan VIIB SMPN 2 Menggala dalam

penelitian mengalami peningkatan pada setiap siklus. Pada siklus terakhir diharapkan nilai rerata prestasi belajar IPA minimum sama dengan nilai KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 68, sehingga siswa kelas VIIA dan VIIB tuntas dalam kompetensi dasar mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki.

d. Sistem Evaluasi pembelajaran merupakan perangkat evaluasi yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi mengenai prestasi belajar siswa. Instrumen yang dipergunakan mengalami peningkatan tiap siklusnya, yaitu dengan Tes Tertulis Berbentuk essay yang terdiri dari 10 soal. Kualitas soal diuji validitasnya dengan menggunakan angket uji ahli materi dengan kriteria setuju pada seluruh aspek materi, konstruksi, dan bahasa.

3.4 Rancangan Penelitian

(65)

Gambar 3.1 Alur Pelaksanaan tindakan dalam penelitian tindakan kelas

Berdasarkan gambar alur pelaksanaan penelitian ini langkah awal dapat diketahui yaitu rencana awal yang didasarkan pada permasalahan ada, kemudian melakukan tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disusun sekaligus observasi. Hasil tindakan dan observasi yang dilakukan dianalisis untuk dijadikan refleksi dan acuan perbaikan pada siklus berikutnya.

Penelitian yang dilakukan bersifat refleksi diri yaitu guru mengumpulkan data dari praktiknya sendiri. Penelitian dan proses pembelajaran terjadi pada saat yang bersamaan. Guru merangkap sebagai agen pembelajaran serta sebagai peneliti. Sehingga peneliti memiliki potensi memahami secara menyeluruh masalah yang terjadi dan yang dihadapi saat pembelajaran berlangsung. Tahap – tahap dalam penelitian yang akan dilakukan adalah :

1. Tahap Perencanaan

(66)

dalam bentuk essay untuk menguji kemampuan siswa tentang konsep mengklasifikasikan makhluk hidup. Perencanaan yang terakhir adalah menyiapkan lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran dan lembar observasi guru dalam proses pembelajaran.

2. Tahap Tindakan

Guru melakukan persiapan pembelajaran dan kelengkapan media, yang dilanjutkan dengan menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa dan apa yang harus dilakukan siswa saat pembelajaran berlangsung sesuai dengan petunjuk yang terdapat pada Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Kemudian siswa membentuk 6 kelompok dengan cara guru merancang pembentukan kelompok yang heterogen dari sisi kemampuan akademis sesuai dengan sistem pengelompokan yang dianjurkan (Lie, 2002 : 41) yang setiap kelompok terdiri atas 5 orang yaitu 1 orang kemampuan akademis tinggi (Kelompok Tinggi), 2 orang kemampuan akademis sedang (Kelompok Sedang) dan 2 orang kemampuan akademis rendah (Kelompok Rendah) kemudian berdiskusi dengan bantuan guru seperlunya, presentasi hasil diskusi, dan mengerjakan soal. Terakhir siswa dan guru menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan.

3. Tahap Observasi

(67)

4. Tahap Refleksi

Mencatat hasil observasi, mengevaluasi hasil observasi, menganalisis hasil pembelajaran, memperbaiki kelemahan untuk siklus berikutnya.

3.5 Definisi Konseptual dan Operasional

3.5.1 Definisi Konseptual

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai suatu kompetensi dasar.

b. Pelaksanaan proses pembelajaran

Pelaksanaan proses pembelajaran adalah proses belajar yang dibangun oleh guru untuk membangun kreativitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.

c. Prestasi Belajar

(68)

d. Media Realia

Media realia adalah benda nyata. Benda tersebut tidak harus dihadirkan di ruang kelas, tetapi siswa dapat melihat langsung ke obyek. Kelebihan dari media realia ini adalah dapat memberikan pengalaman nyata kepada siswa. Misal untuk mempelajari keanekaragaman makhluk hidup, klasifikasi makhluk hidup, ekosistem, dan organ tanaman.

e. Sistem Evaluasi

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

3.5.2 Definisi Operasional

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dalam penelitian ini merupakan suatu perencanaan yang disusun oleh guru yang meliputi unsur sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.

b. Pelaksanaan proses pembelajaran

(69)

c. Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian yang akan dilakukan ini adalah nilai yang dicapai siswa setelah kegiatan pembelajaran tentang konsep mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki dengan

KKM sebesar 68. Siswa dikatakan tuntas jika telah mencapai nilai ≥68.

d. Media Realia

Penelitian ini akan menggunakan media realia berupa tumbuhan dan hewan yang dapat digunakan untuk pembelajaran dan berasal dari lingkungan siswa, contoh : jamur, tumbuhan paku, tumbuhan Spermatophyta, ikan, burung, kelinci, dll.

e. Sistem Evaluasi

Evaluasi atau penilaian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis dengan bentuk soal uraian (essay) dengan tujuan mampu mengukur ketercapaian tujuan pmbelajaran yang diharapkan. Instrumen berupa soal diuji kevalidannya menggunakan uji ahli.

3.6 Instrumen Penelitian

(70)

Tabel 3.1. Jenis Instrumen, Sasaran, Petugas dan Waktu Pelaksanaan

N0 Jenis Data Jenis Instrumen Sasaran Petugas Waktu 1.

Data Kualitatif a. Kegiatan

siswa

Lembar observasi

dan wawancara Siswa observer

Saat dan

Lembar observasi Guru observer Saat dan sesudah

prestasi belajar siswa guru

Setelah PBM

Sedangkan kisi- kisi untuk instrumen pengamatan aktivitas siswa dan guru dalam pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.2. Kisi-Kisi Instrumen Pengamatan Aktivitas Siswa

No. Aspek Yang Diamati No. Butir Pernyataan

1 Mengerjakan LKS 1

2 Mencatat materi yang penting 2

3 Mengajukan pertanyaan 3

4 Diskusi tentang materi pelajaran 4

5 Mengemukakan pendapat 5

Tabel 3.3. Kisi- Kisi Instrumen Keterampilan Guru dalam Merancang RPP

No. Indikator No. Butir Pernyataan

1 Merencanakan pengelolaan kegiatan pembelajaran

A1, A2, A3, A4 2 Merencanakan pengorganisasian bahan

pembelajaran

B1, B2, B3 3 Merencanakan pengelolaan kelas C1, C2, C3 4 Merencanakan penggunaan alat dan media

pembelajaran

(71)

Tabel 3. 4. Kisi-Kisi Instrumen Pengamatan Guru Saat Proses Pembelajaran

No. Indikator No. Butir Pernyataan

1 Memulai pembelajaran 1, 2

2 Mengelola kegiatan pembelajaran 3, 4, 5, 6, 7 3 Mengorganisasi waktu, siswa, dan fasilitas

belajar

8, 9, 10 4 Melaksanakan penilaian proses dan hasil

belajar

11, 12

5 Mengakhiri pembelajaran 13, 14

Tabel 3.5. Kisi-Kisi Instrumen Lembar Wawancara Kepada Siswa Tentang Proses Pembelajaran dengan Media Realia.

No. Indikator No. Butir Pernyataan

1 Pembelajaran yang menarik, mampu menumbuhkan motivasi siswa

1, 2, 3, 5 2 Pembelajaran dengan menggunakan media

realia menumbuhkan semangat dan menambah wawasan

4, 6

3 Metode pembelajaran mampu meningkatkan prestasi belajar

7, 8, 9, 10

Tabel 3.6. Kisi-Kisi Instrumen Prestasi Belajar (Soal IPA Siklus 1,2, dan 3)

(72)

Siklus

(73)

terkumpul dan untuk menelusuri kembali kemampuan siswa terhadap materi pembelajaran dengan menggunakan media realia, dilakukan dengan siswa setiap akhir tindakan. Dengan pertanyaan-pertanyaan yang menitikberatkan pada tanggapan dan kesulitan selama pembelajaran berlangsung.

Catatan lapangan digunakan untuk mendapatkan data faktual tentang aktivitas belajar siswa yang dicatat secara cermat dan faktual oleh peneliti dan observer. Data yang diperoleh disatukan untuk kemudian diinterprestasikan bersama dan diperoleh hasil observasi yang objektif serta dapat dipertanggungjawabkan. Catatan observasi juga digunakan mengetahui peningkatan aktivitas siswa, sedangkan evaluasi dilakukan untuk mengukur peningkatan prestasi belajar siswa. Data pendukung seperti kondisi siswa, tingkat kemampuan dasar siswa, absensi, dan daftar nilai sebelumnya diperoleh dengan pedoman dokumentasi.

Pada bagian refleksi dilakukan analisis data mengenai proses, masalah dan hambatan yang dialami, kemudian dilanjutkan dengan refleksi dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan. Salah satu aspek penting dari kegiatan refleksi adalah evaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian tujuan.

3.8 Teknik Analisis Data

Gambar

Gambar 3.1 Alur Pelaksanaan tindakan dalam penelitian tindakan kelas
Tabel 3.1. Jenis Instrumen, Sasaran, Petugas dan Waktu Pelaksanaan
Tabel 3.6.  Kisi-Kisi Instrumen Prestasi Belajar (Soal IPA Siklus 1,2, dan 3)

Referensi

Dokumen terkait

Tanah dalam ilmu teknik sipil, mempunyai peranan penting karena tanah sebagai pendukung kekuatan kontruksi di atasnya , maka dari itu pentingnya mengetahui

Dengan terbitnya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pemerintah Daerah kini mempunyai tambahan sumber pendapatan asli

Penerapan Metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) untuk Meningkatkan Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Sebuah Teks pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri

Pembelajaran matematika sekolah menengah pertama Berdasarkan learning trajectory. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Ukuran partikel semakin kecil cenderung menaikkan nilai tegangan putus, semakin kecil ukuran partikel yang digunakan menghasilkan produk dapat meningkatkan kualitas

produksi untuk satu unit risban yang dihitung oleh UD Delima Jaya Perabot dan1. perrhitungan biaya produksi dengan metode full costing

 Peserta didik mendengarkan dan melaksanakan arahan guru untuk meletakkan nomor yang telah didapat di kepala masing-masing  Guru memberikan bahan ajar sesuai dengan materi

Berdasarkan uraian istilah-istilah diatas, maksud judul penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh bapak jonsen selaku pemerintah desa dalam