• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK INDUSTRI PENGOLAHAN KULIT DAN DAMPAK LIMBAH TERHADAP LINGKUNGAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARAKTERISTIK INDUSTRI PENGOLAHAN KULIT DAN DAMPAK LIMBAH TERHADAP LINGKUNGAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK INDUSTRI PENGOLAHAN KULIT DAN DAMPAK LIMBAH TERHADAP LINGKUNGAN SOSIAL

EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR

(Studi Kasus Sentra Industri Kulit Sukaregang Kabupaten Garut Jawa Barat)

AGUS HIKMAT SYAF P025010041

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2005

(2)

KARAKTERISTIK INDUSTRI PENGOLAHAN KULIT DAN DAMPAK LIMBAH TERHADAP LINGKUNGAN SOSIAL

EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR

(Studi Kasus Sentra Industri Kulit Sukaregang Kabupaten Garut Jawa Barat)

Oleh :

AGUS HIKMAT SYAF P025010041

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar pada Magister Sains Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2005

(3)

Hak Cipta milik AGUS HIKMAT SYAF tahun 2005 Hak Cipta Dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari IPB sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, foto kopi, microfilm dan sebagainya.

(4)

PERNYATAAN

Bersama ini saya menyatakan bahwa Tesis saya yang berjudul

“Karakteristik Industri Pengolahan Kulit dan Dampak Limbah terhadap Lingkungan Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar (Studi Kasus Sentra Industri Kulit Sukaregang Kabupaten Garut Jawa Barat)” merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan dimanapun. Semua sumber data dan informasi yang digunakan sudah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor Desember 2005 Yang menyatakan,

Agus Hikmat Syaf

(5)

Judul Tesis : Karakteristik Industri Pengolahan Kulit dan Dampak Limbah terhadap Lingkungan Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar (Studi Kasus Sentra Industri Kulit Sukaregang Kabupaten Garut Jawa Barat).

Nama : AGUS HIKMAT SYAF NRP : P.025010041

Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MSi. Ir. Said Rusli, MA.

Ketua Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi Pengelolaan 3. Dekan Sekolah Pascasarjana Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, MS. Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, MSc

Tanggal Ujian : 28 Oktober 2005 Tanggal Lulus :

(6)

PRAKATA

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis dengan judul: ”Karakteristik Industri Pengolahan Kulit dan Dampak Limbah Terhadap Lingkungan Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar (Studi Kasus Sentra Industri Kulit Sukaregang Kabupaten Garut Jawa Barat)”.

Sudah barang tentu dalam proses penyelesaian tesis ini banyak fihak yang terlibat, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, M.Si, dan Ir. Said Rusli, MA selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingannya.

2. Kepala Cabang Dinas Perindag dan Penanaman Modal Kabupaten Garut.

membantu dalam penelitian ini.

3. Kepala UPTD Kulit Sukaregang Garut yang telah membantu di lapangan dan memberikan banyak informasi mengenai industri kulit di Kabupaten Garut.

4. Kepala Desa Kota Wetan, Desa Sukaresmi, Desa Suci, dan Desa Karang Mulya yang telah membantu dalam penelitian ini.

5. Mamah dan Bapak yang senantiasa memberikan dorongan dan do’a.

6. Istriku; Fenti Hikmawati dan anak-anak Fanida, Fariz dan Adika yang selalu setia menunggu dengan sabar.

7. Semua fihak yang telah membantu penulis baik moril maupun materil dalam penulisan Tesis ini.

Dalam penulisan Tesis ini sangat disadari m asih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan. Disamping itu penulis berharap Tesis ini ada guna dan manfaatnya. Amiin.

Bogor, Desember 2005 Penulis

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 9 Juli 1964, sebagai anak pertama dari pasangan Mariana dan Drs. H. Ma’mun.

Pendidikan Sarjana ditempuh di Pendidikan Matematika Institut Agama Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung lulus tahun 1988. Pada tahun 2001 mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan di Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari BPPS Departemen Pendidikan Nasional.

Penulis sebagai staf pengajar dengan jabatan terakhir Lektor Kepala di Jurusan MIPA Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung sejak tahun 1988.

Penulis menikah dengan Dra. Fenti Hikmawati, MSi dengan dikaruniai tiga orang anak yaitu: Fanida Firdausi Fauziyyah (SMA), Muhammad Fariz Priamanggala (SD), dan Muhammad Faskha Adika.

(8)

D A F T A R I S I

Halaman

Prakata………..……… i

Riwayat Hidup………. ii

Daftar Isi……… iii

Daftar Tabel………. vi

Daftar Gambar………. x

Daftar Lampiran………... xii

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………. 1

1.2 Tujuan Penelitian………..……… 5

1.3 Kerangka Pemikiran ... 6

1.4 Perumusan Masalah……… 7

1.6 Manfaat Penelitian………..……… 9

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Industri Kecil……….. 10

2.2 Karakteristik Industri Kulit……… 11

2.3 Karakteristik Limbah Industri Kulit………. 12

2.3.1 Pengertian Limbah Industri Kulit………... 14

2.3.2 Jenis Limbah Industri Kulit………. 15

2.3.3 Sifat-sifat Limbah………. 18

2.4 Dampak Limbah Industri Kulit terhadap Lingkungan………. 23

2.5 Sistem Pengolahan Limbah Industri Kulit………. 26

2.6 Baku Mutu Limbah………... 32

2.7 Aspek Ekonomi Pengolahan Limbah……… 34

2.8 Persepsi………. 35

2.8.1 Pengertian Persepsi……… 36

2.8.2 Proses Pembentukan Persepsi………. 37

2.8.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi……….. 39

III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian……… 40

3.2 Bahan dan Alat………. 40

3.3 Metode Pengumpulan Data……… 40

3.3.1 Populasi dan Sampel………. 41

3.3.2 Pengumpulan Data………. 43

3.4 Analisis Data………. 44

3.4 Definisi Operasional 48

(9)

iv

Halaman IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian………... 50

4.1.1 Keadaan Umum dan Objek Kabupaten Garut………... 50

4.1.2 Keadaan Umum Kecamatan Garut Kota dan Kecamatan Karangpawitan……… 52 4.1.2.1 Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian di Kecamatan Garut Kota dan Kecamatan Karangpawitan………... 54 4.1.2.2 Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian di Kelurahan Kota Wetan, Sukamentri, Karangmulya, dan Suci Kecamatan Garut Kota dan Kecamatan Karangpawitan………... 55 4.1.3 Sejarah dan Perkembangan Industri Kulit di Kabupaten Garut……... 59 4.1.4 Kondisi Limbah Industri Kulit di Kabupaten Garut…………. 61

4.2 Karakteristik Unit Usaha dan Pengusaha Industri Kulit... 62

4.2.1 Unit Usaha Industri Penyamakan kulit... 63

4.2.1.1 Karakteristik Industri Penyamakan kulit... 65

4.2.1.2 Bahan Baku Penyamakan Kulit... 67

4.2.1.3 Jenis Bahan Penyamak Kulit... 69

4.2.1.4 Proses Produksi Industri Penyamakan kulit... 70

4.2.1.5 Daerah Pemasaran Kulit Tersamak... 75

4.2.2 Unit Usaha Industri Kerajinan barang-barang yang terbuat dari bahan kulit... 76 4.2.2.1 Karakteristik Industri Kerajinan barang-barang yang terbuat dari bahan kulit... 78 4.2.2.2 Bahan Baku Kerajinan barang-barang yang terbuat dari bahan kulit... 80 4.2.2.3 Jenis Bahan Kerajinan barang-barang yang terbuat dari bahan kulit... 81 4.2.2.4 Proses Produksi Industri Kerajinan barang- barang yang terbuat dari bahan kulit... 82 4.2.2.5 Daerah Pemasaran Kerajinan barang-barang yang terbuat dari bahan kulit... 83 4.2.3 Karakteristik Pengusaha Industri kulit... 83

4.2.3.1 Karakteristik Pengusaha Industri Penyamakan kulit... 85 4.2.3.2 Karakteristik Pengusaha Industri Kerajinan barang-barang yang terbuat dari kulit... 88 4.2.4 Karakteristik Pengelolaan limbah Industri kulit... 91

4.2.4.1 Jenis Limbah Industri Penyamakan kulit... 91

4.2.4.2 Volume limbah penyamakan kulit... 94

4.2.4.3 Sistim Pengelolaan limbah... 95

(10)

Halaman

4.3 Karakteristik Masyarakat Hulu dan Masyarakat Hilir ... 100

4.3.1 Karakteristik Masyarakat Hulu... 100

4.3.1.1 Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin... 100

4.3.1.2 Karakteristik Berdasarkan Usia... 100

4.3.1.3 Karakteristik Berdasarkan Pendidikan... 101

4.3.1.4 Karakteristik Berdasarkan Kependudukan... 102

4.3.1.5 Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan... 102

4.3.2 Karakteristik Masyarakat Hilir... 103

4.3.2.1 Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin... 103

4.3.2.2 Karakteristik Berdasarkan Usia... 103

4.3.2.3 Karakteristik Berdasarkan Pendidikan... 104

4.3.2.4 Karakteristik Berdasarkan Kependudukan... 104

4.3.2.5 Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan... 104

4.4 Persepsi Masyarakat terhadap Dampak Industri Kulit... 105

4.4.1 Persepsi Masyarakat Hulu...………... 105

4.4.1.1 Persepsi terhadap Variabel Ekonomi…... 105

4.4.1.2 Persepsi terhadap Lingkungan Sosial... 111

4.4.2 Persepsi Masyarakat Hilir...……….... 118

4.4.2.1 Persepsi terhadap Aspek Ekonomi…... 118

4.4.2.2 Persepsi terhadap Lingkungan Sosial... 123

4.4.3 Hubungan Persepsi Masyarakat Hulu dan Hilir Berdasarkan Variabel Ekonomi... 130 4.4.4 Hubungan Persepsi Masyarakat Hulu dan Hilir Berdasarkan Variabel Sosial... 131 4.5 Persepsi Masyarakat terhadap Dampak Limbah Industri Kulit... 133

4.5.1 Persepsi Masyarakat Hulu... 133

4.5.2 Persepsi Masyarakat Hilir...………... 140

4.5.3 Hubungan Persepsi Masyarakat Hulu dan Hilir berdasarkan Variabel Limbah...…. 146 4.6 Implikasi Studi terhadap Kebijakan Pengelolaan Limbah Industri Penyamakan Kulit ... 148 4.6.1 Kondisi Umum Masyarakat...………... 148

4.6.2 Kondisi Limbah...………... 148

4.6.3 Kebijakan Pengelolaan Limbah...………... 149

4.6.4 Implikasi Kebijakan Pengelolaan Limbah...…….. 150

V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 152

5.2 Saran... 153

DAFTAR PUSTAKA... 155

LAMPIRAN... 157

(11)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Sifat Dan Karakteristik Limbah Cair Penyamakan Kulit Menurut Jenis Tahapan Prosesnya...

16

2. Sumber Gas Buang dan Partikel Debu Yang Dihasilkan Industri Penyamakan Kulit ...

17

3. Limbah Industri Kulit y ang Bisa Dimanfaaatkan Berdasarkan Tahapan Proses Produksi y ang dilakukan...

18

4. Jenis Kegiatan dan Tujuan Pengolahan Air Limbah... 27

5. Teknik Pengumpulan Data………. 44

6. Kategori Skala Likert Dihubungkan dengan Kualitas Persepsi... 46

7. Batas Wilayah: Kabupaten Garut……… 50

8. Potensi Industri Kecil yang Menjadi Unggulan Kabupaten Garut Tahun 2003... 51 9. Letak Dan Keadaan Geografis Kecamatan Garut Kota dan Kecamatan Karangpawitan. 52 10. Lokasi Perusahaan Kerajinan dan Penyamakan Kulit di Kecamatan Garut Kota dan Kecamatan Karangpawitan... 53 11. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Garut Kota dan Kecarnatan Karangpawitan, Tahun 2000... 54 12. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Garut Kota dan Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut... 55 13. Luas Wilayah dan Luas Pemukiman Dihubungkan dengan Jumlah Rukun Warga (Rw), Rukun Tetangga (Rt) dan Kepala Keluarga (Kk) di Kelurahan Sukamentri, Suci, Karang Mulya, dan Kota Wetan Tahun 2003. ... 55 14. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Kota Wetan, Sukamentri, Karang Mulya, dan Suci yang Termasuk Kecamatan Garut Kota dan Karangpawitan... 56 15. Jumlah Penduduk Berdasarkan Angkatan Kerja dan Bekerja y ang Terlibat Pada Kegiatan Industri Penyamakan dan Kerajinan Barang-Barang dari Kulit Garut Tahun 2000... 57 16. Batas Wilayah Sentra Industri Penyamakan Kulit di Wilayah Sukaregang. Kabupaten Garut ... 60 17. Volume Air Limbah dan Lumpur Sentra Industri Penyamakan Kulit di Wilayah Sukaregang. Kabupaten Garut ... 61 18. Unit Pengolahan Air Limbah Terpadu di Wilayah Sukaregang Garut ... 62 19. Daftar Jumlah Unit Usaha Industri Penyamakan Kulit di Kabupat Garut Tahun

2003...

64

20. Jumlah Unit Usaha Industri Penyamakan Kulit Berdasarkan Rukun Warga (RW) y ang Termasuk Wilayah Sukaregang Garut...

65

21. Karakteristik Industri Penyamakan Kulit Berdasarkan Jumlah Pegawai dan Peralatan y ang Dimiliki di Sentra Sukaregang Garut Tahun 2003...

65

22. Karakteristik Industri Penyamakan Kulit Berdasarkan Jumlah Pegawai di Sentra Sukaregang Garut ...

66

23. Asal Bahan Baku Kulit yang Didatangkan Ke Sentra Sukaregang Kabupaten Garut 67

(12)

No Halaman 24. Harga rata-rata bahan baku kulit mentah di wilayah Sukaregang Garut ... 68 25. Jumlah rata-rata Bahan Kimia yang digunakan dalapm proses penyamakan di

wilayah Sukaregang Kabupaten Garut setiap bulan...

69

26. Urutan Proses Produksi Penyamakan Kulit di wilayah Sukaregang Garut ... 70 27. Daftar harga jasa layanan mesin di wilayah Sukaregang Kabupaten Garut s.d 30

Desember 2004...

73

28. Jumlah Unit Mesin / Peralatan yang terdapat di wilayah Sukaregang Garut... 74 29. Jumlah kulit tersamak yang dieksport dari Kabupaten Garut tahun 2003... 76 30. Daftar harga kulit tersamak di wilayah Sukaregang Kabupaten Garut s.d 30

Desember 2004...

76

31. Kapasitas dan Nilai Produksi Barang -barang Kulit Sentra Sukaregang Garut dalam satu bulan...

77

32. Daftar Jenis Hasil Produksi Kerajinan Barang Kulit di Kabupat Garut tahun 2003...

77

33. Persentase jumlah unit usaha kerajinan produk kulit pada masing-masing Kelurahan/Desa di Wilayah Sukaregang Garut ...

78

34. Karakteristik Industri Kerajinan kerajinan produk kulit berdasarkan Jumlah Pegawai di Wilayah Sukaregang Garut ...

79

35. Karakteristik Industri Kerajinan produk kulit berdasarkan Jumlah Pegawai pada masing-masing Kelurahan/Desa di Wilayah Sukaregang Garut...

80

36. Karakteristik Industri produk kulit berdasarkan Jumlah Jenis Komoditi, Pegawai dan Peralatan yang dimiliki tahun 2003...

81

37. Jumlah komoditi industri barang-barang yang terbuat dari kulit yang dieksport dari Kabupaten Garut tahun 2003...

82

38. Daftar nama perusahaan Industri penyamakan kulit berdasarkan lamanya jadi penghuni dan tahun berdiri di Wilayah Sukaregang...

84

39. Rata-rata Jumlah Kulit yang disamak dalam satu hari di Sentra Sukaregang Garut tahun 2005...

86

40. Jumlah Pegawai dan Mesin Jahit yang dimiliki Empat Kelurahan/Desa di Wilayah Sukaregang tahun 2003...

91

41. Proses Penyamakan Kulit di Wilayah Sukaregang Garut... 92 42. Jenis Limbah yang memiliki nilai Ekonomis di Wilayah Sukaregang Garut... 94 43. Jumlah bahan pembantu penyamakan kulit dalam satu bulan di wilayah

Sukaregang Garut ...

95

44. Volume limbah pada proses Penyamakan Kulit (tiap proses 1 ton bahan baku) di wilayah Sukaregang Garut...

95

45. Keadaan Umum Pengelolaan Limbah di wilayah Sukaregang Garut... 96 46. Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Dampak Industri Terhadap Aspek Manfaat

Langsung...

106

47. Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Dampak Industri Terhadap Aspek Menunjang Ekonomi...

106

48. Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Dampak Industri Terhadap Aspek Kesejahteraan...

107

(13)

viii

No Halaman

49. Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Dampak Industri Terhadap Aspek Keuntungan Ekonomi...

108

50. Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Dampak Industri Terhadap Aspek Keterlibatan dalam Pekerjaan...

109

51. Rekapitulasi Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Aspek Ekonomi ... 110 52. Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Dampak Industri Terhadap Aspek Sosial

mengenai Lama Tinggal...

112

53. Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Dampak Industri Terhadap Aspek Sosial mengenai Air Sumur...

113

54. Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Dampak Industri Te rhadap Aspek Sosial Mengenai Kualitas Air Sekitar Pabrik Kulit...

114

55. Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Dampak Industri Terhadap Aspek Sosial Mengenai Penggunaan air sungai...

114

56. Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Dampak Industri Terhadap Aspek Sosial Mengenai Kesehatan...

115

57. Rekapitulasi Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Aspek Sosial ... 116 58. Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Dampak Industri Terhadap Aspek Manfaat

Langsung ...

118

59. Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Dampak Industri Terhadap Aspek Menunjang Ekonomi. ...

119

60. Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Dampak Industri Terhadap Aspek Kesejahteraan. ...

120

61. Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Dampak Industri Terhadap Aspek Keuntungan Ekonomi...

121

62. Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Dampak Industri Terhadap Aspek Keterlibatan dalam Pekerjaan...

121

63. Rekapitulasi Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Aspek Ekonomi... 122 64. Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Dampak Industri Terhadap Aspek Sosial

mengenai Lama Tinggal...

124

65. Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Dampak Industri Terhadap Aspek Sosial mengenai Air Sumur...

125

66. Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Dampak Industri Terhadap Aspek Sosial Mengenai Kualitas Air Sekitar Pabrik Kulit...

126

67. Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Dampak Industri Terhadap Aspek Sosial Mengenai Penggunaan air sungai...

126

68. Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Dampak Industri Terhadap Aspek Sosial Mengenai Kesehatan...

127

69. Rekapitulasi Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Aspek Sosial ... 128 70. Hubungan antara masyarakat hulu dan hilir dengan persepsi mereka mengenai

aspek ekonomi ...

130

71. Hubungan antara masyarakat hulu dan hilir dengan persepsi mereka mengenai aspek Sosial ...

132

72. Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Instalasi Pengolahan Air Limbah... 134

(14)

No Halaman

73. Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Upaya Pengelolaan Limbah... 135

74. Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Hasil Pengelolaan Limbah... 135

75. Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Dampak Limbah terhadap Kualitas Perairan.. 136

76. Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Dampak Limbah Terhadap Kondisi Air Sungai 137 77. Rekapitulasi Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Dampak Limbah ... 137

78. Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Instalasi Pengolahan Air Limbah... 140

79. Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Upaya Pengelolaan Limbah... 141

80. Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Hasil Pengelolaan Limbah... 142

81. Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Dampak Limbah terhadap Kualitas Perairan... 143

82. Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Dampak Limbah Terhadap Kondisi Air Sungai. 144 83. Rekapitulasi Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Dampak Limbah ... 144 84. Hubungan antara masyarakat hulu dan hilir dengan persepsi mereka mengenai

aspek Limbah ...

147

(15)

x DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Alur Kerangka Pemikiran... 7

2. Sketsa tahapan proses dalam mengubah kulit mentah menjadi kulit siap samak... 12

3. Beberapa alternatif pilihan pengolahan air limbah untuk setiap fase pengolahan... 29

4. Aerasi dengan memasukkan udara kedalam limbah... 31

5. Aerasi dengan menggunakan baling baling ... 31

6. Proses pembentukan persepsi model Litterrer. ... 38

7. Persentase jumlah penduduk yang terlibat pada kegiatan industri kulit di Kabupaten Garut tahun 2000 58 8. Persentase jumlah penduduk berdasarkan angkatan kerja dan yang bekerja di Kabupaten Garut tahun 2000 59 9. Persentase Status Penduduk Pengusaha Pabrik... 63

10. Persentase Penggunaan Jenis Bahan Baku Kulit Samak... 69

11. Proses pengeringan kulit di Wilayah Sukaregang Garut... 71

12. Proses penyamakan kulit di Wilayah Sukaregang Garut. ... 72

13. Persentase Kontinuitas Proses Produksi Penyamakan kulit di Wilayah Sukaregang Garut... 74 14. Persentase Sebaran Umur Pengusaha Industri Kulit... 85

15. Prosentase Sebaran Status Pendidikan Pengusaha Industri Kulit... 85

16. Kegitan Pekerja dalam Proses Penyamakan Kulit... 87

17. Proses produksi barang-barang yang terbuat dari bahan kulit. ... 89

18. Persentase status pekerjaan pengrajin barang-barang yang terbuat dari bahan kulit. 90 19. Jenis Limbah Padat di Wilayah Sukaregang Garut... 93

20. Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) dengan sistem yang dikelola secara individu... 97 21. Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) dengan sistem terpadu... 98

22. Kondisi Limbah penyamakan kulit di kali yang berada di kp. Jangkurang Kelurahan Sukamentri Kecamatan Garut Kota. ... 99 23. Persentase Sebaran Masyarakat Hulu Berdasarkan Jenis Kelamin... 100

24. Persentase Sebaran Masyarakat Hulu Berdasarkan Usia... 101

25. Persentase Sebaran Masyarakat Hulu Berdasarkan Status Pendidikan... 101

26. Persentase Sebaran Masyarakat Hulu Berdasarkan Status Kependudukan... 102

27. Persentase Sebaran Masyarakat Hulu Berdasarkan Pekerjaan... 102

28. Persentase Sebaran Masyarakat Hilir Berdasarkan Jenis Kelamin... 103

29. Persentase Sebaran Masyarakat Hilir Berdasarkan Usia... 103

30. Persentase Sebaran Masyarakat Hilir Berdasarkan Status Pendidikan... 104

31. Persentase Sebaran Masyarakat Hilir Berdasarkan Status Kependudukan... 104

32. Persentase Sebaran Masyarakat Hilir Berdasarkan Pekerjaan... 105 33. Persentase Masyarakat Hulu Mengenai Adanya Manfaat Langsung Dari Industri kulit 110

(16)

No Halaman 34. Persentase Masyarakat Hulu Mengenai Adanya Industri Kulit Dapat Menunjang

Ekonomi...

110

35. Persentase Masyarakat Hulu Mengenai Adanya Industri Kulit kehidupan menjadi sejahtera...

111

Persentase Masyarakat Hulu Mengenai Adanya Industri Kulit Menguntungkan Secara Ekonomi... ...

111

36. Persentase Masyarakat Hulu Mengenai Lamanya Tinggal... 116 37. Persentase Masyarakat Hulu Mengenai Kondisi Air Sumur... 116 38. Persentase Masyarakat Hulu Mengenai kualitas air disekitar pabrik industri kulit.. 117 39. Persentase Masyarakat Hulu Mengenai menggunakan air sungai... 117 40. Persentase Masyarakat Hulu Mengenai keluhan kesehatan akibat limbah... 117 41. Persentase Masyarakat Hulu Mengenai Adanya Manfaat Langsung Dari Industri Kulit 122 42. Persentase Masyarakat Hulu Mengenai Adanya Industri Kulit Dapat Menunjang

Ekonomi...

122

43. Persentase Masyarakat Hulu Mengenai Adanya Industri Kulit kehidupan menjadi sejahtera...

123

44. Persentase Masyarakat Hulu Mengenai Adanya Industri Kulit Menguntungngkan Secara Ekonomi...

123

45. Persentase Masyarakat Hulu Mengenai Lamanya Tinggal... 128 46. Persentase Masyarakat Hulu Mengenai Kondisi Air Sumur... 128 47. Persentase Masyarakat Hulu Mengenai kualitas air disekitar pabrik industri kulit.. 129 48. Persentase Masyarakat Hulu Mengenai menggunakan air sungai... 129 49. Persentase Masyarakat Hulu Mengenai keluhan kesehatan akibat limbah... 129 50. Persentase Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Instalasi Pengolahan Air Limbah... 138 51. Persentase Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Upaya Pengusaha Industri Kulit

Dalam Mengola Limbah...

138

52. Persentase Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Hasil Pengolahan Limbah Industri Kulit...

139

53. Persentase Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Kualitas Air Disekitar Pabrik Industri Kulit...

139

54. Persentase Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Kondisi Air Sungai... 139 55. Persentase Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Instalasi Pengolahan Air Limbah... 145 56. Persentase Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Upaya Pengusaha Industri Kulit

Dalam Mengola Limbah...

145

57. Persentase Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Hasil Pengolahan Limbah Industri Kulit. ...

145

58. Persentase Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Kualitas Air Disekitar Pabrik Industri Kulit...

146

59. Persentase Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Kondisi Air Sungai. ... 146

(17)

xii DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Tahapan Proses Penyamakan Kulit... 157

2. Macam-macam Merk Dagang Industri Kulit Sukaregang Garut... 162

3. Keputusan Bupati Garut Tentang Penetapan Areal Penyamakan... 164

4. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri... 183 5. Daftar Perusahaan dan pemilik industri Penyamakan Kulit Sukaregang Garut... 200

6. Daftar Perusahaan dan pemilik industri Kerajinan Kulit Sukaregang Garut... 206

7. Instrumen Penelitian... 207

8. Peta Kabupaten Garut... 215

(18)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development) merupakan tanggung jawab semua fihak. Berbagai kesepakatan telah memperkuat paradigma tersebut secara juridis dan politis. Meskipun berbagai kelengkapan normatifnya sudah semakin dilengkapi, namun proses realisasi dan implementasinya tidaklah mudah.

Pada prinsipnya, konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) (Soemarwoto. 2001) selalu bertumpu pada tiga aspek utama yaitu aspek ekologi, ekonomi, dan sosio-kultural. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam mencapai pembangunan berkelanjutan.

Dalam konteks ekologi, beban pembangunan tidaklah hanya terbatas pada kewajiban untuk memelihara dan menyisakan berbagai sumberdaya lingkungan bagi generasi mendatang, melainkan juga memperbaiki dan meningkatkan kualitas lingkungan yang ada. Dalam konteks ekonomi, beban pembangunan tidaklah hanya berorientasi pada efektifitas dan efisiensi usaha ekonomi yang dilakukan, melainkan juga harus menjamin tercapainya redistribusi manfaat ekonomi kepada seluruh masyarakat secara adil dan merata. Sedangkan untuk sosiokultural, beban pembangunan tidaklah hanya berorientasi pada kepastian berjalannya dinamika socio-kultural secara baik, melainkan juga harus bertujuan untuk terciptanya suatu tatanan sosio-kultural yang menjamin tercapainya pembangunan berkelanjutan.

Beberapa kendala mendasar diantaranya adalah keterbatasan sumberdaya manusia, keterbatasan dana, dan belum mapannya instrumen kebijakan, dan institusi pendukungnya. Kondisi tersebut menjadi lebih krusial

(19)

2 lagi pada tingkat regional yang baru saja berotonomi. Sumberdaya manusia yang ada tidak saja terbatas dalam segi pengetahuan dan keterampilan, namun juga dipersulit oleh besarnya jumlah populasi yang harus dikelola untuk mendukung pencapaian pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.

Pembangunan yang berwawasan lingkungan tidaklah dapat dipandang sebagai suatu tanggungjawab politis belaka, melainkan suatu kewajiban yang perlu dilaksanakan semua fihak.

Pembangunan pada umumnya dilaksanakan bertujuan antara lain untuk meningkatkan tarap hidup yang lebih baik, meningkatkan pendapatan perkapita dan pemenuhan kebutuhan pokok, juga menghapus kemiskinan, memperluas kesempatan kerja dan mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan dalam masyarakat, dengan memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan. Namaun dalam perhitungan sumberdaya alam, data utama sumberdaya alam yang

”renewable” dan ”non renewable” perlu dihimpun untuk kepentingan perencanaan eksploitasi jangka panjang guna menjamin aktivitas ekonomi yang berkelanjutan (Djajadiningrat, 2001).

Agar tercapai pemerataan dalam pembangunan hendaknya diarahkan kepada sumberdaya yang ada untuk kepentingan pengembangan wilayah, atau pembangunan itu dapat menunjang timbulnya faktor-faktor produksi lain yang dapat mendorong pengembangan wilayah, sehingga dapat menciptakan lapangan kerja dan dapat memberikan rangsangan timbulnya kegiatan-kegiatan usaha baru yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Pembangunan dapat menyebabkan perubahan dalam lingkungan, Pengaruh perubahan lingkungan itu adakalanya memberikan keuntungan pada kehidupan sosial ekonomi dan lingkungan masyarakat, tetapi juga adakalanya menimbulkan kerugian.

(20)

Setiap usaha pembangunan sangatlah penting untuk selalu mempertimbangkan berbagai risiko yang ditimbulkan, karena perubahan yang tidak menguntungkan akan menambah beban masyarakat, sehingga tujuan dalam pembangunan tersebut akhirnya tidak tercapai.

Pembangunan industri akan dapat menciptakan lapangan kerja baru.

Pertambahan penduduk di wilayah industri lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan penduduk di wilayah bukan industri, sehingga sangat mungkin akan muncul permasalahan akibat dari hal tersebut.

Irawan dan Suparmoko (1999), menyatakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan ekonomi suatu negara. Faktor tersebut dapat digolongkan menjadi faktor ekonomi dan non ekonomi (seperti sistem hukum, pendidikan, kesehatan, agama, pemerintah, dan lain sebagainya)

Sebagai wilayah yang baru berotonomi, Pemerintahan Kabupaten Garut masih harus berjuang keras untuk menterjemahkan kebijakan dan aturan lingkungan hidup pada tingkat nasional menjadi kebijakan dan aturan yang sesuai pada tingkat lokal.

Kabupaten Garut, adalah salah satu daerah yang sedang mengembangkan diri dalam Industri kecil dan menengah, khususnya industri rumahan, Wilayah ini adalah merupakan sentra yang memiliki nilai ekologi dan ekonomi penting; tidak hanya bagi Kabupaten Garut tapi juga bagi berbagai kabupaten dan Kota lain disekitarnya. Tanpa kesadaran dan perealisasian pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan yang tepat dan konsisten, maka berbagai proses pembangunan di wilayah Kabupaten Garut, cepat atau lambat, akan menimbulkan dampak negatif jangka panjang yang sangat merugikan.

Di sisi lain, Kabupaten Garut juga dituntut untuk mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi bagi pemenuhan kesejahteraan penduduknya yang tergolong padat. Sejalan dengan tingginya keterkaitan mata pencaharian

(21)

4 penduduk dengan perubahan lingkungan disekitarnya, maka perubahan lingkungan menjadi hal yang sangat serius untuk diperhatikan dan dipecahkan di Kabupaten Garut.

Dalam setiap pembangunan selalu terjadi perubahan lingkungan.

Sebagian perubahan itu telah direncanakan dan dikehendaki, sebagian lagi terjadi diluar perencanaan. Hal tersebut tentunya akan menimbulkan pengaruh yang kurang baik terhadap kesejahteraan rakyat, sehingga dapat mengurangi manfaat pembangunan.

Pada lingkup yang lebih spesifik di Kabupaten Garut pada saat sekarang banyak Industri yang dirasakan manfaatnya, khususnya bagi masyarakat pelaku ekonimi industri umumnya masyarakat sekitar industri tersebut. Banyaknya industri yang dilaksanakan secara rumahan dan sekarang berkembang khususnya di Kecamatan Garut Kota, dan Karang Pawitan dimana di kedua Kecamatan tersebut paling banyak terdapat unit usaha kerajinan barang kulit dan sejenisnya .

Untuk mengetahui lebih lanjut perubahan lingkungan kegiatan industri di Kecamatan Garut Kota, dan Karang Pawitan Kabupaten Garut ini perlu diketahui peranan industri tersebut terhadap kehidupan sosial ekonomi pada masyarakat di sekitarnya.

Di wilayah Kecamatan Garut Kota, dan Karang Pawitan Kabupaten Garut terdapat sejumlah industri rumahan pengolahan kulit baik Industri kecil maupun menengah yang melibatkan para pengusaha lokal. Dampak sosial dari pembangunan industri pengolahan kulit ini antara lain adanya perubahan pada kehidupan masyarakat misalnya tersedianya lapangan pekerjaan yang tentunya mendatangkan keuntungan secara finansial. Tetapi hal tersebut tidak diimbangi dengan kesiapan secara mental bagi para pelakunya, sehingga dampak negatif yang ditimbulkan sangat mungkin bisa terjadi.

(22)

Adanya proyek-proyek pembangunan pada umumnya akan menimbulkan perubahan pada lingkungan, tak terkecuali industri pengolahan kulit yang ada di Kabupaten Garut akan memunculkan persoalan baik pada lingkungan fisik, kimia, biologi, maupun sosial ekonomi dan sosial budaya bagi masyarakat sekitar industri tersebut. Walau disadari bahwa terjadinya perubahan lingkungan pada berbagai aspek akan berdampak saling kait mengkait satu dengan lainnya.

Penelitian ini dipusatkan pada perubahan lingkunaan sosial ekonomi masyarakat sekitar industri pengolahan kulit mengenai dampak limbah yang ditimbulkan oleh adanya industri tersebut yang berada di Kabupaten Garut.

Atas dasar itulah peneliti ingin melakukan kajian mengenai dampak limbah industri pengolahan kulit terhadap lingkungan sosial ekonomi masyarakat yang berada di sekitar industri tersebut yang ada di wilayah Kabupaten Garut. Dalam kaitannya dengan hal tersebut peneliti mengambil sebuah topik yang dituangkan dalam judul penelitian “Karakteristik Industri Pengolahan Kulit dan Dampak Limbah terhadap Lingkungan Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar (Studi kasus di Kabupaten Garut Jawa Barat)”

1.2. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aspek sosial ekonomi mengenai industri pengolahan kulit dan dampak limbah terhadap lingkungan masyarakat sekitar di Kabupaten Garut. Secara spesifik tujuan penelitian adalah:

1. Mengidentifikasi karakteristik industri dan limbah dari industri kulit di Kabupaten Garut

2. Mengkaji proses pembuangan limbah industri pengolahan kulit, di Kabupaten Garut

(23)

6 3. Menganalisis persepsi masyarakat terhadap dampak industri pengolahan

kulit

4. Menganalisis persepsi m asyarakat terhadap limbah industri pada lingkungan sosial ekonomi sekitar industri pengolahan kulit

5. Mengkaji Implikasi kebijakan pengelolaan limbah industri kulit.

1.3. Kerangka Pemikiran

Dengan tersebarnya Industri rumahan khususnya pengolahan kulit di Kabupaten Garut menimbulkan tersedianya lapangan kerja bagi masyarakat sekitar, hanya masalahnya apakah masyarakat pelaku ekonomi tersebut memanfaatkanya atas dasar pertimbangan lingkungan atau hanya sekedar untuk mendapatkan keuntungan dari sisi ekonomi semata.

Hal ini dipengaruhi oleh latar belakang karakteristik pelaku ekonomi dan karakteristik industri yang di jalankan dalam melakukan usaha. Tak terkecuali industri pennyamakan kulit yang dalam proses produksinya menggunakan bahan- bahan kimia yang berbahaya bagi masyarakat dan lingkungan secara umum, terlebih apabila dalam pengelolaannya tidak diimbangi dengan pengetahuan yang memadai atau dengan sengaja karena pertimbangan efisiensi dalam pengelolaannya tidak memperhatikan lingkungan sehingga dampak buruk yang ditimbulkan mengakibatkan kerugian bagi kesehatan masyarakat dan kerusakan pada lingkungan sekitar.

Karakteristik pengusaha dan industri pengolahan kulit di Kabupaten Garut sangat bervariasi sehingga antara satu pengusaha dengan pengusaha industri pengolahan kulit bisa berbeda. Hal tersebut bisa dilihat tidak hanya dari aspek kerja secara operasional tetapi juga akan terlihat dari sikap mereka dalam menjalankan usahanya dipengaruhi banyak faktor.

(24)

Pengaruh dari Industri pengolahan kulit di Kabupaten Garut terhadap lingkungan sosial ekonomi dan lingkungan Biofisik bagi masyarakat yang ada disekitarnya akan ada, terlepas apakah pengaruh itu positif atau negatif. Kalau dampaknya positif akan menguntungkan dan apabila dampaknya negatif maka akan merugikan tidak saja bagi pelakuku ekonomi secara khusus tetapi bagi masyarakat secara umum. Hanya seberapa besar dampak tersebut muncul tentu hal inilah yang menjadi tujuan dalam penelitian ini selain faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat motivasi ekonomi pengusaha dalam menjalankan industri pengolahan kulit

Gambar 1. Alur kerangka pemikiran

1.4. Perumusan Masalah

Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan industri yang dilakukan Sub Dinas Industri Kabupaten Garut tahun 2003, diketahui bahwa pada tahun 2002 terdapat 11.136 jumlah unit usaha yang menyerap tenaga kerja 52.693 orang dengan investasi yang tertanam sebesar Rp.586.695.120.000. Baik jumlah unit usaha, penyerapan tenaga kerja, dan investasi yang tertanam terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

(25)

8 Produk yang dihasilkan memiliki peluang pemasaran yang paling baik adalah barang kulit (jaket, sarung tangan, jok kursi, sepatu, tas, topi ikat pinggang, dll.) kain sutera, batik tulis, makanan, minyak akar wangi, dan kerajinan akar wangi.

Khusus untuk industri barang kulit yang dijalankan oleh masyarakat secara rumahan pada saat sekarang terus berkembang khususnya di Kecamatan Garut Kota, dan Kecamatan Karang Pawitan. Di kedua kecamatan tersebut terdapat tidak kurang 71 unit usaha kerajinan barang kulit dan sejenisnya yang dalam pengelolaannya kurang memperhatikan aspek-aspek lingkungan sebagai pertimbangan. Terdapat 4 desa yang secara kuantitatif paling banyak unit usaha kerajinan kulit dan paling banyak menyerap tenaga kerja. Desa-desa tersebut adalah Desa Kota Wetan, Sukaresmi, Suci, dan, Karang Mulya

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa dalam melaksanakan produksinya tidak semua pengusaha industri kulit ini menggunakan cara-cara pengelolaan limbah secara baik, terlebih Industri yang bergerak dalam penyamakan kulit dalam menjalankan usahanya secara kualitas konstribusinya sangat besar terhadap pencemaran lingkungan sekitar, karena tidak sedikit para pengusaha yang secara sengaja membuang limbahnya ke sungai yang terdapat disekitar pabrik, sehingga menimbulkan masalah terhadap lingkungan sosial, ekonomi pada masyarakat disekitar.

Banyak keluhan dari masyarakat mengenai adanya limbah yang tidak dikelola dengan baik tersebut. Air sungai menjadi keruh, berbusa dan menimbulkan bau. Hal ini menganggu terhadap kesehatan baik rasa bau yang sangat menyengat atau timbulnya gatal-gatal di kulit akibat dari penggunaaan air sungai secara langsung oleh masyarakat terutama bagi para petani yang menggunakannya untuk pengairan kolam air tawar atau lahan pertanian. Air tidak layak lagi digunakan untuk kehidupan sehari-hari.

(26)

Akibat dari adanya pencemaran yang secara langsung berdampak negatif bagi masyarakat sekitar tidak jarang terjadi konflik antara masyarakat dengan pengusaha, yang berujung dengan munculnya protes dari masyarakat yang merasa dirugikan.

Berdasarkan fenomena tersebut maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik industri pengolahan kulit, yang ada di Kabupaten Garut ?

2. Bagaimana proses pembuangan limbah industri pengolahan kulit, yang ada di Kabupaten Garut ?

3. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap dampak industri ?

4. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap limbah industri pada lingkungan sosial ekonomi sekitar industri pengolahan kulit ?

5. Bagaimana implikasi kebijakan pengelolaan limbah industri kulit ? Sehubungan penelitian ini tidak diarahkan pada pengukuran biofisik kimia secara spesifik, maka dalam penelitian ini hanya dibatasi pada bagaimana persepsi masyrakat terhadap dampak industri pengolahan kulit, disamping membandingkannya dengan data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi mengenai dampak limbah industri pengolahan kulit terhadap lingkungan sosial ekonomi masyarakat, terutama bagi para pembuat kebijakan dan pengambilan keputusan dalam rangka early warning system. dapat juga digunakan sebagai bahan masukan bagi pengusaha industri pengolahan kulit khususnya mengenai pentingnya manajemen pengolahan limbah bagi keberlanjutan usahanya.

(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Industri Kecil.

Departemen Perindustrian (1988) dalam Dalimunthe (2000), membagi industri kecil dalam lima kelompok, yaitu:

1) Industri kecil pengolahan pangan, yang meliputi industri pengolahan hasil tanaman pangan, industri hasil peternakan dan lain-lain.

2) Industri sandang dan kulit, yang meliputi industri pertenunan, industri batik, industri pakaian jadi, industri barang-barang dari kulit.

3) Industri kimia dan serat, yang meliputi industri minyak atsiri, industri komponen karet, industri vulkanisir ban, industri peti kemas dan kayu.

4) Industri barang logam, alat angkut dan jasa, yang meliputi industri pengecoran logarn, industri komponen dan suku cadang, industri jasa service dan reparasi.

5) Industri kecil kerajinan umum, yang meliputi industri anyam-anyaman, industri kerajinan ukiran dan industri permata.

Allun (1987) mengemukakan bahwa karakteristik dari usaha kecil adalah sebagai berikut :

1) Tipe kepemilikan usaha yang cenderung kepada usaha perseorangan artinya pemilik merangkap manajer, sedangkan tenaga bantuan berasal dari dalam keluarga.

2) Jumlah tenaga kerja per unit usaha relatif tidak banyak.

3) Penggunaan energi, mengarah kepada sumber daya tradisional, yaitu dari tenaga manusia sendiri, tenaga hewani, ataupun bila menggunakan peralatan mesin maka dari tipe yang sederhana.

4) Teknologi yang digunakan biasanya sederhana.

5) Orientasi pemasaran ke pasar lokal atau daerah yang terbatas di sekitar

(28)

tempat usaha atau ada pembeli yang bisa menyalurkan produk sampai kepada konsumen luar negeri.

6) Kegiatan usaha bersifat informal, pola kegiatannya tidak teratur, baik dari segi waktu dan permodalan.

7) Tidak mempunyai tempat usaha yang permanen dan biasanya tidak terpisahkan dari tempat tinggalnya.

Sedangkan batasan industri kecil berdasarkan jumlah tenaga kerja, dalam hal ini Departemen Perindustrian mengelompokan menjadi :

1) Industri rumah tangga dengan jumlah pekerja 1 - 4 orang 2) Industri kecil dengan jumlah pekerja 5 - 19 orang 3) Industri sedang dengan jumlah pekerja 20 - 99 orang 4) Industri besar dengan jumlah pekerja = 100 orang

Menurut Saleh (1986) dalam Khodijah (1997), karakteristik industri kecil didominasi oleh (1) proses produksi yang sangat padat karya sehingga dapat memperluas lapangan kerja, (2) penggunaan teknologi yang lebih sederhana yang lebih cocok dengan kondisi ekonomi, sosial, serta fisik daerah pedesaan, (3) penggunaan dana yang relatif kecil dengan sumber dana berupa uang atau tabungan pemilik usaha itu sendiri.

2.2 Karakteristik Industri Kulit.

Industri kulit meliputi industri penyamakan kulit , industri sepatu/ alas, dan industri barang-barang yang terbuat dari bahan kulit. Industri penyamakan kulit adalah industri yang mengolah bahan mentah (hides dan atau skins) menjadi kulit jadi atau kulit tersamak (leather) dengan menggunakan bahan penyamak (Bapedal, 1996). Sedangkan industri barang-barang kulit adalah yang mengelola kulit jadi menjadi barang-barang untuk keperluan manusia meliputi tas, koper,

(29)

12 ikat pinggang, sarung tangan, jaket kulit wayang kulit, serta hasil tatah dan ukir (Anonim (1985) dalam Wikanti, 1995).

2.3 Karakteristik Limbah Industri Kulit.

Dengan ditingkatkannya sektor industri maupun sektor pertanian diharapkan taraf hidup masyarakat akan dapat meningkat pula. Akan tetapi, di samping tujuan-tujuan tersebut dengan munculnya industri perlu dipikirkan efek sampingnya yang berupa limbah. Misal, timbulnya limbah padat (solid wastes) limbah cair (liquid wastes) maupun limbah gas (gaseous wastes). Ketiga jenis limbah ini ada kalanya keluar sekaligus dalam tahapan proses industri atau satu persatu sesuai dengan proses yang terjadi di perusahannya.

Tak terkecuali pada industri pengolahan kulit tentunya pada tahapan proses mengubah kulit mentah menjadi kulit siap samak tentunya akan menghasilkan limbah juga, yang apabila tidak dikelola dengan cara-cara baik akan menimbulkan dampak negatif yang tidak diharapkan karena terjadinya pencemaran pada lingkungan di sekitarnya

Berikut ini Judoamidjojo (1980) menggambarkan sketsa tahapan proses dalam mengubah kulit mentah menjadi kulit siap samak (Gambar 2)

Gambar 2. Sketsa tahapan proses dalam mengubah kulit mentah menjadi kulit siap samak

(30)

Menurut Mahida (1993) limbah adalah buangan cair yang berasal dari suatu lingkungan masyarakat, baik domestik, perdagangan, maupun industri, dengan komponen utamanya adalah air yang telah digunakan. Limbah cair domestik adalah limbah yang mencakup keseluruhan buangan ke dalam saluran pembuangan yang berasal dari rumahtangga, termasuk didalamnya limbah industri kecil.

Limbah mengandung benda-benda padat yang terdiri dari bahan organik dan anorganik. Bahan organik pada limbah umumnya terdiri dari senyawa- senyawa nitrogen, karbohidrat, lemak, dan sabun Menurut Mahida (1993).

Bahan-bahan pencemar yang terkandung pada limbah, sangat tergantung dari karakteristik dan jenis sumber penghasil limbah tersebut.

Limbah yang ditimbulkan akibat adanya industri pengolahan kulit bisa berupa limbah padat, cair, dan gas. Limbah tersebut ada yang dihasilkan dari akibat selama tahapan proses penyamakan kulit, ada pula limbah yang dihasilkan setelah selesai proses penyamakan kulit. Khusus untuk limbah yang ditimbulkan dari akibat proses penyamakan kulit maka akan menghasilkan limbah yang berbeda macam dan komposisinya. Limbah yang ditimbulkan akibat dari proses penyamakan kulit bersumber dari kelebihan bahan kimia yang digunakan dalam proses penyamakan tersebut (Winter, 1984).

Limbah lain yang dihasilkan selama proses pengolahan kulit jadi atau bahan mentah bisa berupa rambut dan wool, protein non kolagen dan kolagen, lemak, sisa-sisa perapihan, kulit belahan, serasah penyerutan serta debu pengamplasan (Winter, 1984 dan Sharphouse,1983). Dalam hal ini Sugiharto (1987) mengemukakan bahwa limbah industri pengolahan barang barang dari kulit berasal dari perendaman, dan pengapuran, pembuangan bulu atau rambut, Secara umum bahwa sifat-sifat limbah industri pengolahan kulit; total padatan tinggi keras, penggaraman, sulfida, kromium, pH, endapan kapur, dan BOD

(31)

14 sedangkan cara pengolahannya melalui perataan, sedimentasi, dan perlakuan biologi

Khusus dalam proses penyamakan kulit sebagian besar dihasilkan limbah cair terutama ketika proses pengolahan kulit di rumah basah (beam house) pada saat pencucian, pengapuran dan ketika membuang atau membersihkan kapur, pemisahan atau ketika membersihkan bulu, penetralan, bating, dan ketika pengasaman. Limbah cair dari rumah basah berupa limbah pada saat proses pencucian dimana kadar garam yang digunakan pada proses ini biasanya sangat tinggi, di samping itu limbah cair yang bersifat asam dan limbah cair yang bersifat basa (Thorstensen, 1997).

Karakteristik limbah dari penyamakan kulit sangat bervariasi dari hari ke hari maupun diantara tahapan proses (Winter, 1984). Kualitas dan macam bahan mentah dan macam produk akhir juga berpengaruh terhadap karakteristik limbah cair penyamakan kulit (Money, 1991).

2.3.1 Pengertian Limbah Industri Kulit.

Kustaman (1991) menyatakan bahwa limbah pada dasarnya adalah suatu bahan yang dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia, maupun proses - proses alam dan tidak, atau belum mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif. Pengertian mempunyai nilai ekonomi yang negatif karena penanganan limbah memerlukan biaya yang cukup besar, di samping juga dapat mencemari lingkungan. Persoalan pencemaran yang di sebabkan oleh adanya limbah tersebut timbul apabila lingkungan sudah tidak mampu lagi untuk menetralisir pengaruhnya. Sementara itu Henry dan Heinke (1989) dan Mahida (1992) menyatakan bahwa limbah adalah buangan cairan dari suatu lingkungan masyarakat dan terutama terdiri dari air yang telah digunakan dengan minimal 0,1 % bagian berupa zat padat yang terdiri dari

(32)

senyawa organik dan anorganik. Selanjutnya Partoatmodjo (1991) dan Kustaman (1991) membagi limbah menjadi tiga yaitu: limbah yang berbentuk padat (limbah padat), limbah yang berbentuk cair (limbah cair) dan limbah yang berbentuk gas (limbah gas).

Menurut Jenie dan Rahayu (1993) limbah dapat membahayakan kesehatan masyarakat. Walaupun tidak terlibat langsung dalam perpindahan penyakit, namun kandungan bahan organik yang tinggi dapat merupakan sumber makanan yang baik bagi perkembangan organisme.

Limbah industri penyamakan kulit berdasarkan Dinas Perindustrian (1998) secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi; limbah padatan dan lumpur, cair, dan gas (bau). Limbah industri penyamakan kulit juga ditentukan oleh penggunaan bahan bakunya baik kulit besar maupun kulit kecil, bahan pembantu (obat-obatan kimia) maupun penggunaan teknologi proses dan tahapan proses, kapasitas sampai kepada jenis produk yang dihasilkan. Sumber utama limbah industri penyamakan kulit terdiri dari:

1) Bagian-bagian kulit yang harus dibuang (dihilangkan selama proses penyamakan), termasuk didalamnya rambut dan bulu, berbagai protein dan minyak, sisa-sisa pengguntingan kulit, sisa splitting dan bahan-bahan kimia yang dapat digunakan selama proses penyamakan.

2) Kelebihan bahan-bahan kimia dari proses penyamakan.

Limbah tersebut selain berada dalam bentuk padatan, cairan dan gas juga dapat berupa limbah campuran yang mengandung beberapa substansi (Mixed Waste Water).

2.3.2 Jenis Limbah Industri Kulit.

Sedikitnya terdapat tiga jenis limbah yang dihasilkan industri penyamakan kulit yaitu limbah padat, cair, dan gas.

(33)

16 2.3.2.1 Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit.

Limbah cair industri penyamakan kulit adalah semua limbah industri penyamakan kulit yang berbentuk cairan atau berada dalam fase cair. Sifat dan karakteristik limbah cair penyamakan kulit menurut jenis tahapan prosesnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Sifat dan karakteristik limbah cair penyamakan kulit menurut jenis tahapan prosesnya

Input Proses Limbah

Kulit mentah kering, 200-1000 % air, 1 g/l obat pembasah dan antiseptik

(tepol,molescal,cysmolan),

Perendaman (Soaking) Sisa daging, darah, bulu, garam, mineral, debu dan kotoran lain.

Kulit yang sudah di rendam, 300 - 400 % air, 6 -10 % Kapur tohor ( C a (OH)2), 3 - 6 % Natrium sulphida (Na2 S).

Buang bulu (Unhairing) dan pengapuran (Liming)

Air yang berwarna putih kehijauan dan kotor, mengandung kalsium, natrium sulphida, daging dan lemak.albumin, bulu, s i s a Kulit, 200 -300 % air, 0,75-1,5%

asam (H2SO4, HCOOH, (NH4)2SO4, Dektal).

Pembuangan (Deliming) kapur

Nitrogen amonia.

Kulit, 200 -300% air hangat 35°C, 0,8 -1,5% Oropon atau Enzylon.

Pengikisan (Bating).protein

Lemak.

Kulit, 80 -100% air, 10-1 2 % garam dapur, 0,5-1 % asam (H2SO4, HCOOH).

Pengasaman (Pickling) Protein, s i s a garam, sejumlah kecil mineral.

Kromium Sulphat Basa Penyamakan krom

(Chrom e Tanning)

Krom Sumber: Bapedal (1996)

2.3.2.2 Limbah Padat Industri Penyamakan Kulit.

Berdasarkan Dinas Perindustrian (1998) limbah padat industri penyamakan kulit adalah semua limbah industri penyamakan kulit yang berbentuk padat atau berada dalam fase padat sampai setengah cair/bubur/lumpur. Jenis limbah padat pada industri penyamakan kulit terdiri dari:

a. Limbah padat yang bisa ditimbun tanpa membahayakan.Adalah limbah padat yang tidak larut dalam air ataupun yang tidak mencemari udara (limbah padat tersebut stabil, baik fisik maupun kimia).

b. Limbah padat yang bisa ditimbun tapi membahayakan. Adalah limbah padat

Referensi

Dokumen terkait

Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah: 1) megubah tema RPP berbicara teks procedure tentang cara membuat minuman, 2) Bahan ajar dalam bentuk power point tentang cara membuat

Yang menjadi permasalahannya adalah adanya pernyataan dari al-Maqdisi yang menunjukkan gugurnya kewajiban untuk menaati pemimpin sekarang, seakan-akan para pemimpin muslim

Tepung terigu yang digunakan dalam pembuatan biskuit atau cookies adalah tepung terigu medium/multipurpose flour , merupakan hasil roller milling yag mempunyai

[r]

Desain penelitian sebagai rancangan atau gambaran yang dijadikan sebagai acuan dalam melakukan suatu penelitian.Penelitian ini adalah jenis penelitian yang bersifat

 New Public Service memandang keterlibatan citizen dalam proses administrasi dan pemerintahan lebih penting ketimbang pemerintahan yang digerakkan oleh semangat

Maka dari hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa apabila terjadi gangguan internal pada salah satu Trafo SST sebelum dilaksanakan penambahan sistem Interlock trip maka

• Pelatihan Membuat Banten Pebersihan. ( Banten Upacara orang