9 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas tentang teori-teori yang mendasari dan mempunyai relevansi dengan penelitian. Dalam pembahasan ini meliputi:
2.1 Masyarakat Sebagai Kesatuan Sosial
Kehidupan manusia tidak mungkin lepas dari kehidupan masyarakat karena didalamnya terdapat bagian dari individu-individu yang berinteraksi, berkumpul dan melakukan berbagai macam usaha didalamnya, entah usaha untuk mempersatukan atau malah pertentangan yang terjadi didalam kehidupan masyarakat.
1Dan memang istilah yang lazim dipakai untuk menyebut kesatuan hidup manusia baik dalam tulisan ilmiah maupun dalam sebutan sehari-hari adalah menyebutnya dengan masyarakat. Di dalam suatu kesatuan manusia atau masyarakat pasti terjadi suatu interaksi, adapun faktor-faktor yang mendasari terjadinya interaksi adalah: imitasi (meniru), sugesti (menerima), identifikasi (menempatkan diri) dan simpati (turut merasakan).
Masyarakat sebagai suatu lembaga sosial bersifat langgeng karena setiap anggotanya (individu) berusaha untuk bersatu dan menyesuaikan diri satu sama lain dengan berinteraksi dalam jangka waktu tertentu didukung oleh dimana individu-individu tersebut bertempat
1 Masyarakat mempunyai cirri-ciri yang bisa menyebutnya sebagai masyarakat, diantaranya ; 1) Manusia yang hidup bersama dua atau lebih.
2) Bergaul dalam jangka waktu yang relative lama.
3) Setiap anggotannya menyadari sebagai suatu kesatuan; dan
4) Bersama membangun sebuah kebudayaan yang membuat keteraturan dalam hidup bersama.
Prof.Dr.Awan Mutakin, Dr.Dasin Budimansyah,Msi dan Drs.Gunawan Kamil Pasya M.Si. Dinamika masyarakat Indonesia
10
tinggal dan ini yang disebut dengan Community (komunitas) yang artinya suatu kesatuan hidup manusia yang menempati wilayah yang spesifik dan terikat oleh sistem budaya dan identitas tertentu pula, sehingga timbul ikatan atau kesadaran wilayah. Perbedaan ikatan sosial pada kesatuan hidup masyarakat menurut Soekanto (1984 : 30), yaitu:
1) Residence community atau ecological community, dimana faktor mengikat yang terpenting bagi anggotannya (warga masyarakat) adalah wilayah tempat tinggal tertentu.
Maka ikatan tempat tinggal tersebut didasarkan pada hubungan sosial.
2) Moral community atau psychyc community, dimana ikatan antar para anggota (warga masyarakat) didasararkan pada faktor spiritual yang mencakup nilai asal-usul atau kepercayaan.
Kedua ikatan sosial yang dikatakan oleh Soekanto diatas memiliki motivasi yang sama untuk dapat aktif dalam kesatuan masyarakat (integrasi). Masyarakat sebagai suatu sistem sosial merupakan suatu keseluruhan dari kehidupan bernegara. Masyarakat merupakan organisasi yang didalamnya terdapat sistem yang terdiri atas beberapa komponen didalamnya yang mempunyai fungsi dan saling melengkapi dan didalamnya juga terdapat interaksi, solidaritas, pemimpin, nilai maupun norrna tersendiri yang mengikat anggotanya.
2.2 Kesadaran Masyarakat
Sadar kadang digunakan untuk merujuk keadaan–keadaan ketika orang–orang memberikan perhatian pada peristiwa-peristiwa yang terjadi disekitar mereka dalam cara sedemikian rupa untuk menghubungkan aktivitas mereka dengan peristiwa-peristiwa itu.
Dengan kata lain, „sadar‟ merujuk pada pengawasan agen manusia (Giddens, 2010:68).
11
May (Koswara,1987:51)
2mengungkapkan bahwa kesadaran diri adalah kapasitas yang memungkinkan manusia yang mampu mengamati dirinya sendiri maupun membedakan diri dari dunia orang lain serta kapasitas yang memungkinkan manusia menempatkan diri dalam waktu kini, masa lampau dan masa yang akan datang.
Kesadaran adalah suatu proses kesiapan diri untuk melakukan atau tidak melakukan hal tertentu, menanggapi hal tertentu dengan didasari atas pengertian, pemahaman, penghayatan dan pertimbangan- pertimbangan nalar dan moral dengan disertai kebebasan sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara sadar.
Kesadaran masyarakat memiliki arti suatu proses yang dilakukan masyarakat secara bebas dan sadar sehingga tindakan yang dilakukan dapat dipertanggung jawabkan.
2.3 Partisipasi Masyarakat
Partisipasi menurut Ife (2008: 295) adalah sebuah konsep sentral dan prinsip dasar dari pengembangan masyarakat karena diantara banyak hal partisipasi terkait erat dengan gagasan HAM.
Uphoff dan Cohen ( 1979 dalam Ife 2008: 296) menekan partisipasi pada rakyat yang memiliki peran dalam pembuatan keputusan.
Pearse dan Sufel (1979 disitir oleh Kannan 2002 dalam Ife 2008: 296) memfokuskan pada rakyat yang biasanya tidak dilibatkan memiliki kendali terhadap sumber daya dan institusi.
Partisipasi masyarakat berdasarkan pengertian partisipasi diatas adalah keikutsertaan masyarakat dalam program yang dilakukan pemerintah tidak hanya sebagai peserta akan
2 Diambil dari bahan PDF s_pkn_045743_chapter2 . sabtu 3 maret 2012 . pukul 11:40
12
tetapi mampu memberikan saran dan kritik terhadap pemerintah serta dapat menjalankan program itu dengan bertanggung jawab.
Partisipasi memiliki arti yang beragam, dan oleh karena itu selama 10 tahun ini istilah partisipasi menjadi sangat terkenal dalam konteks berbagai kegiatan pembangunan. Hobley, 1996 (dalam Awang, 2003:151) merumuskan berbagai tingkatan dan arti partisipasi menjadi tujuh tingkat, yaitu :
Manipulasi Partisipasi, karakteristik dari model partisipasi adalah keanggotaan
bersifat keterwakilkan pada satu komisi kerja, organisasi kerja, dan atau kelompok- kelompok. Jadi tidak berbasis pada partisipasi individu
Pertisipasi Pasif, partisipasi rakyat dilihat dari apa yang telah diputuskan atau apa
yang telah terjadi, info datang dari administrator tanpa mau mendengar respon dari rakyat tentang keputusan atau informasi tersebut. Informasi yang dibagikan hanya untuk orang luar yang profesional..
Partisipasi melalui Konsultasi, partisipasi rakyat dengan berkonsultasi atau menjawab
pertanyaan. Orang dari luar mendefinisikan masalah- masalah dan proses pengumpulan informasi, dan mengawasi analisis. Proses konsultasi tersebut tidak ada pembagian dalam pengambilan keputusan, dan pandangan- pandangan rakyat tidak dipertimbangkan oleh orang luar.
Partisipasi untuk Insentif, partisipasi rakyat melalui dukungan berupa sumber daya,
misalnya tenaga kerja, dukungan pangan, pendapatan atau insentif material material
lainnya. Mungkin saja petani menyediakan lahan dan tenaga, tetapi mereka dilibatkan
dalam proses percobaan- percobaan dan pembelajaran. Kelemahan model partisipasi
13
ini adalah apabila insentif habis maka teknologi yang digunakan dalam program juga tidak akan berlanjut.
Partisipasi Fungsional, partisipasi dilihat oleh lembaga eksternal sebagai satu tujuan
akhir untuk mencapai target proyek, khususnya untuk mengurangi biaya. Rakyat mungkin berpartisipasi melalui pembentukkan kelompok untuk penentuan tujuan terkait dengan proyek. Keterlibatan seperti ini mungkin cukup menarik, dan mereka juga dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, tetapi kecenderungan yang terjadi keputusan tersebut diambil setelah keputusan utama ditetapkan oleh orang luar desa atau dari luar komunitas rakyat desa. Hal yang terburuk, penduduk desa hanya dikooptasi untuk melindungi target dari orang luar desa.
Partisipasi Interaktif, partisipasi rakyat dalam analisis bersama mengenai
pengembangan perencanaan aksi dan pembentukkan atau penekanan lembaga lokal.
Partisipasi dilihat sebagai suatu hak, tidak hanya berarti satu cara mencapai target (goal) proyek saja. Proses melibatkan multi – disiplin metodelogi, atau proses belajar tersetruktuk. Pengambilan keputusan bersifat lokal oleh kelompok dan kelompok menentukan bagaimana ketersedian sumberdaya digunakan, sehingga kelompok tersebut memiliki kekuasaan untuk menjaga potensi yang ada.
Partisipasi Mandiri, partisipasi rakyat melalui pengambilan inisiatif secara
independen dari lembaga luar untuk melakukan perubahan sistem. Masyarakat
mengambangkan hubungan dengan lembaga eksternal untuk advise mengenai sumber
daya dan teknik yang mereka perlukan, tetapi juga tetap mengawasi bagaimana
sumber daya tersebut digunakan. LSM dapat dikembangkan jika pemerintah dan
LSM menyiapkan satu kerangka pemikiran untuk mendukung.
14
Dusseldorp (Awang, 2003 : 153) menyatakan ada sembilan tipe partisipasi, yaitu :
Penggolongan partisipasi berdasarkan pada derajat kesukarelaan.
Penggolongan partisipasi berdasarkan pada cara keterlibatan.
Penggolongan partisipasi berdasarkan pada keterlibatan dalam berbagai tahap dalam proses pembangunan berencana.
Penggolongan partisipasi berdasarkan pada tingkatan organisasi.
Penggolongan partisipasi berdasarkan pada intensitas dan frekuensi kegiatan.
Penggolongan partisipasi berdasarkan pada lingkup liputan kegiatan.
Penggolongan partisipasi berdasarkan pada efektifitas.
Penggolongan partisipasi berdasarkan pada siapa yang terlibat.
Penggolongan partisipasi berdasarkan pada gaya partisipasi.
2.4 Strategi
Strategi berasal dari bahasa Yunani kuno “strategia” yang diartikan sebagai “The Art of Genneral” atau seni seorang panglima yang biasa digunakan dalam peperangan. Dalam
pengertian umum strategi adalah cara untuk mendapatkan kemenangan atau mencapai tujuan.
3Strategi pada dasarnya merupakan seni dan ilmu menggunakan dan mengembangkan kekuatan yang berasal dari ideologi politik, ekonomi, sosial, budaya dan HANKAM, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Adapun beberapa defini tentang Strategi, antara lain
4:
3 Diambil dari http://caramedia.com/. Minggu 17 februari 2013
4 Diambil dari http://caramedia.com/. Minggu 17 februari 2013
15
Menurut A. Halim, strategi adalah suatu cara dimana organisasi atau lembaga akan
mencapai tujuannya, sesuai dengan peluang – peluang serta ancaman- ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi serta sumber daya dan kemampuan internal.
Stephanie K. Marrus, mendefinisikan strategi sebagai suatu proses penentuan rencana
para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebutdapat dicapai.
WEBSTER THIRD NEW INTERNATIONAL DICTIONARY. Strategi adalah ilmu
dan seni tentang penggunaan kekuatan–kekuatan politik, ekonomi, psikologi dan militer suatu bangsa atau kelompok bangsa-bangsa yang memungkinkan dukungan maksimal kepada kebijakan yang telah ditetapkan baik saat damai maupun saat perang.
Strategi dapat didefinisikan sebagai upaya bagaimana mencapai tujuan atau sasaran yang ditetapkan sesuai dengan keinginan. Karena strategi merupakan upaya pelaksanaan, maka strategi pada hakekatnya merupakan suatu seni yang implementasinya didasari oleh intuisi, perasaan dan hasil pengalaman. Strategi juga dapat merupakan ilmu yang langkah-langkahnya selalu berkaitan dengan data dan fakta. Seni dan ilmu digunakan sekaligus untuk membina atau mengelola sumber daya yang dimiliki dalam suatu rencana atau tindakan.
52.5 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) adalah organisasi non-pemerintah yang independen dan mandiri, dan karena itu bukan merupakan bagian atau berafiliasi dengan
5Diambil dari www.kumpulanistilah.com . Senin 05 Oktober 2012. Pukul 21.43 WIB
16
lembaga-lembaga Negara dan pemerintahan
6. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) adalah organisasi non-partisan dan karena itu tidak merupakan bagian atau berafiliasi dengan partai-partai politik dan tidak akan menjalankan politik praktis dalam arti mengejar kekuasaan
7. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) adalah lembaga non-sektarian dan membebaskan dirinya dari prasangka-prasangka atas dasar segala perbedaan, termasuk agama, suku, ras, golongan dan gender
8. Lembaga swadaya masyarakat (LSM) adalah organisasi yang tumbuh secara swadaya, atas kehendak dan keinginan sendiri, ditengah masyarakat, dan berminat serta bergerak dalam bidang lingkungan hidup.
9Menurut argument Edward dan Hume (Fakih, 2004:2), salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi dan menghambat kemampuan NGOs untuk berperan dalam perubahan sosial global adalah kegagalan NGO sendiri dalam membuat jaringan antara kerja mereka ditingkat mikro dengan sistem dan struktur makro yang lebih luas.
Edward dan Hume (Fakih, 2004:2-3) mendefinisikan istilah NGO sebagai kategori organisasi yang batasannya sangat luas, terdiri dari lembaga yang sangat beragam, mereka mencoba mengidentifikasi batasan NGOs dari segi bentuk, ukuran dan fungsi, yang dapat dibedakan menjadi tiga tipe yakni:
NGO Internasional
LSM Perantara di Selatan (NGOs selatan) yakni mereka yang mendukung kerja kelompok akar rumput (grass- roots) melalui pendanaan, nasihat teknis dan advokasi.
6 Diambil dari http://arisandi.com/pengertian-lsm/. Sabtu 03 Maret 2012. Pukul 11:29 WIB, dari buku Kode Etik Lembaga Swadaya Masyarakat bab 1 nomor 1
7 Diambil dari http://arisandi.com/pengertian-lsm/. Sabtu 3 maret 2012. 11:29 WIB, dari buku Kode Etik Lembaga Swadaya Masyarakat bab 1 nomor 2
8 Diambil dari http://arisandi.com/pengertian-lsm/. Sabtu 3 maret 2012. 11:29 WIB, dari buku Kode Etik Lembaga Swadaya Masyarakat bab 1 nomor 3
9Diambil dari http://arisandi.com/pengertian-lsm/. Sabtu 3 maret 2012. 11:29 WIB, dari undang- undang . Undang- Undang Republik Indonesia No.4 Tahun 1986
17
Gerakan akar rumput dari jenis yang beragam ( organisasi akar rumput atau GROs, dan organisasi berbasis komunitas CBOs) yang dikendalikan anggotanya sendiri.
Jaringan kerja maupun federal yang terdiri dari beberapa atau seluruh tipe LSM
diatas.
LPSM (Lembaga Pengembangan swadaya masyarakat) dan LSM (Lembaga Swadaya masyarakat) berusaha menanggapi pelbagai kebutuhan organisasi akar rumput dengan dukungan lembaga kerja sama pembangunan internasional atau lembaga dana (funding agencies). LPSM maupun organisasi akar rumput yang disebut LSM, organisasi gerakan sosial serta lembaga dana internasional (NGOs International, solidaritas dan lembaga dana) adalah tiga protagonist utama dalam proses kerja sama lembaga non pemerintah. Istilah LSM yang dimaksud disini adalah berbagai organisasi yang bukan bagian dari organisasi pemerintah serta didirikan bukan sebagai hasil dari persetujuan antar pemerintah (Fakih, 2004:4).
2.6 Jenis Hutan 1. Hutan
Hutan (Arief, 2001:11-12) merupakan kumpulan pepohonan yang tumbuh rapat
beserta tumbuhan tumbuhan memanjat dengan bunga yang beraneka warna yang
berperan sangat penting bagi kehidupan di bumi. Dari sudut pandang orang ekonomis,
hutan merupakan tempat menanam modal jangka panjang yang sangat menguntungkan
dalam bentuk Hak Pengusaha hutan (HPH). Sedangkan bagi para ilmuan, hutan menjadi
bervariasi sesuai dengan spesifikasi ilmu. Menurut ahli silvika, hutan merupakan suatu
asosiasi dari tumbuh- tumbuhan yang sebagian besar terdiri atas pohon- pohon atau
18
vegetasi berkayu yang menempati areal luas. Sedangkan ahli ekologi mengartikan hutan sebagai suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai oleh pohon-pohon dan mempunyai keadaan lingkungan berbeda dengan keadaan diluar hutan. Ahli kehutanan mengartikan hutan sebagai suatu komunitas biologi yang didominasi oleh pohon-pohonan tanaman keras. Sedangkan menurut Undang–undang No.5 Tahun 1967, hutan diartikan sebagai lapangan bertumbuhan pohon-pohon yang secara menyeluruh merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya. Kesimpulan definisi hutan adalah suatu asosiasi kehidupan, baik tumbuh-tumbuhan (flora) maupun binatang (fauna) dari yang sederhana sampai yang bertingkat tinggi dan dengan luas sedemikian rupa serta mempunyai kerapatan tertentu dan menutup areal, sehingga dapat membentuk iklim mikro tertentu.
2. Hutan Negara (public forest)
Hutan Negara (Arief,2001: 53) yaitu suatu kawasan hutan dan hutan yang tumbuh diatas tanah yang tidak dibebani hak milik. Hutan negara ini dapat berupa hutan adat, yaitu hutan Negara yang pengelolaannya diserahkan kepada masyarakat hukum adat (hutan ulayat, marga/ pertuanan). Sedangkan hutan hutan Negara yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan demi kesejahteraan desa disebut hutan desa.
3. Hutan milik (Privat forest)
Hutan milik menurut Arief (2001: 53) yaitu hutan yang tumbuh diatas tanah yang dibebani hak milik.
4. Hutan Kemasyarakatan (Sosial Forest)
Hutan Kemasyarakatan menurut Arief (2001:53) yaitu suatu sistem pengelolaan
hutan yang bertujuan untuk mendukung kehidupan dan kesejahteraan masyarakat sekitar
19
hutan dengan meningkatkan daya dukung lahan dan sumber daya alam tanpa mengurangi fungsi pokoknya, misalnya pelaksanaan Agroforestry oleh KTH.
5. Hutan Desa
Hutan desa menurut Awang (2003)
10membagi pengertian Hutan Desa dari beberapa sisi pandang, yaitu; (a) dilihat dari aspek teritorial, hutan desa adalah hutan yang masuk dalam wilayah administrasi sebuah desa definitif dan ditetapkan oleh kesepakatan masyarakat, (b) dilihat dari aspek status, hutan desa adalah kawasan hutan negara yang terletak pada wilayah administrasi desa tertentu dan ditetapkan oleh pemerintah sebagai hutan desa, (c) dilihat dari aspek pengelolaan, hutan desa adalah kawasan hutan milik rakyat dan milik pemerintah (hutan negara) yang terdapat dalam satu wilayah administrasi desa tertentu dan ditetapkan secara bersama-sama antara pemerintah daerah dan pemerintah sebagai hutan desa yang dikelola oleh organisasi masyarakat desa.
Alam (2003)
11yang sedang mengembangkan hutan desa di Sulawesi Selatan mendefinisikan hutan desa sebagai kawasan hutan negara, hutan rakyat dan tanah negara yang berada dalam wilayah administrasi desa yang dikelola oleh lembaga ekonomi yang ada di desa, antara lain rumah tangga petani, usaha kelompok, badan usaha milik swasta, atau badan usaha milik desa yang khusus dibentuk untuk itu, dimana lembaga desa memberikan pelayanan publik terkait dengan pengurusan dan pengelolaan hutan
10Diambil dari http://uwityangyoyo.wordpress.com/2009/09/28/%E2%80%9Cpengelolaan-hutan-desa-sebagai-satu- alternatif-pengelolaan-hutan-berbasis-masyarakat-terutama-dalam-kaitanya-dengan-wacana-otonomi-daerah- khususnya-otonomi-desa%E2%80%9D/. sabtu 3 maret 2012. Pukul 11:21 WIB
11http://uwityangyoyo.wordpress.com/2009/09/28/%E2%80%9Cpengelolaan-hutan-desa-sebagai-satu-alternatif- pengelolaan-hutan-berbasis-masyarakat-terutama-dalam-kaitanya-dengan-wacana-otonomi-daerah-khususnya- otonomi-desa%E2%80%9D/. sabtu 3 maret 2012. Pukul 11:21 WIB
20
Hutan desa adalah hutan negara yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa serta belum dibebani izin atau hak. (Bahan seminar, 2011).
Hutan desa juga bisa dimasukkan dalam perhutanan sosial. Suharjito, 2000 mengatakan perhutanan sosial perum perhutani diberi pengertian sebagai program pembangunan dan pengamanan hutan dengan cara mengikut sertakan masyarakat dalam mengelola hutan. Dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus perbaikan lingkungan dan menjaga lingkungannya.
Pada dasarnya dahulu hutan desa adalah hutan-hutan rakyat yang dibangun dan dikelola oleh rakyat dan kebanyakan berada diatas tanah adat atau tanah milik, meski ada juga yang berada dikawasan hutan milik Negara.
12Hutan desa idealnya memiliki definisi kawasan hutan milik rakyat dan milik pemerintah (Hutan Negara) yang terdapat dalam satu wilayah administrasi desa tertentu dan ditetapkan secara bersama-sama antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat sebagai hutan desa yang dikelola oleh organisasi masyarakat desa.
13Dalam pengembangan hutan desa dilakukan dengan 3 tahap perijinan yaitu
14: 1. Penetapan Areal Hutan Desa
Penetapan areal kerja hutan desa diberikan oleh Menteri Kehutanan kepada Gubernur . jika dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sejak Surat Keputusan Areal Kerja Hutan Desa ditanda tangani tidak ada pemberian HPHD
15maka keputusan Menteri tersebut akan batal dengan sendirinya.
12 http://www.anneahira.com/hutan-desa.htm senin 3 juni 2013. Pukul 13:30 WIB
13 http://www.anneahira.com/hutan-desa.htm senin 3 juni 2013. Pukul 13:30 WIB
14 Berdasarkan Pemenhut Nomor : 49/Menhut-II/2008 jo Permenhut Nomor: 53/Menhut –II/2011 tentang hutan desa
15 HPHD kepanjangan dari Hak Pengelolaan Hutan Desa