Tinjauan terhadap Laporan Keuangan Entitas Syari’ah di Indonesia
Oleh: Slamet Haryono
∗Abstrak
Perkembagan bank syari’ah di dunia terus melaju walaupun terasa pelan namun semakin lama terasa semakin kentara. Di Indonesia, bank syari’ah sempat booming. Artinya, hampir di semua kota muncul BPR-BPR syari’ah meski dengan konsep yang belum tertata dengan baik. Untuk mengetahui pengelolaan (stewardship) bank syari’ah terhadap resources yang dipercayakan pemilik bank (owner) dan penabung diperlukan sarana yang disepakati sebagai dokumentasi untuk mengukur kinerja manajemen bank, baik bank syari’ah dalam skala besar, menengah, ataupun juga kecil. Kaitannya dengan hal ini, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah mengembangkan standar yang bisa diaplikasikan pada bank syari’ah.
Dalam standar ini secara substansial similar dengan laporan keuangan untuk bank konvensional. Sedangkan yang menjadi ciri khas standar akuntansi perbankan syari’ah adalah bahwa standar ini harus mampu merefleksikan karakteristik perbankan yang sesuai dengan syari’ah Islam. Tulisan ini akan mengelaborasinya lebih lanjut dengan tujuan untuk memberikan gambaran perkembangan pemikiran dan standar akuntansi perbankan syari’ah di Indonesia. Paparan ini akan diawali dengan beberapa pemikiran tentang akuntansi syari’ah sebagai pengantar menelaah standar akuntansi perbankan syari’ah.
A. Pendahuluan
Wacana akuntansi syari’ah termasuk masih infant. Konsep-konsep filosofis akuntansi syari’ah dalam dimensi ekonomi, perdagangan, etika, masyarakat dan agama telah banyak diperbincangkan. Akan tetapi pengembangan yang lebih konkrit masih harus menempuh perjalan jauh untuk melakukan derivasi konsep-konsep tersebut.
1Beberapa kajian yang telah dilakukan dalam tataran konseptual dan praktik. Dari kajian-kajian tersebut ada yang menawarkan konsep enterprise theory, akuntansi bukan hanya melayani kepentingan shareholder tetapi juga masyarakat. Ikatan
∗
Dosen Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan sedang menempuh S2 pada Program Pascasarjana FE UGM
1
Irwan Tri Yuwono, Metafora Zakat dan Shari’ah Enteprise Theory Sebagai Konsep
Dasar dalam Membentuk Akuntansi Syari’ah, (2002).
Akuntan Indonesia sebagai satu-satunya organisasi yang mempunyai otoritas menyusun standar akuntansi, berusaha merespon kebutuhan akan standar bagi perbankan syari’ah. Beban berat ditanggung oleh IAI karena standar akuntansi perbankan syari’ah tak boleh bertentangan dengan syari’ah atau hukum Islam.
B. Shari’ah Enterprise Theory
Entity theory untuk entitas bisnis komersial mempunyai tujuan agar enttitas bisnis tersebut dengan segala usaha pada keuntungan dan shareholder atau pemilik teori ini terasa kurang sesuai dengan karakteristik bank syari'ah yang mengedepankan prinsip rahmatalil alamin.
Akuntansi syari’ah lebih bercorak sosial dan berorientasi pada kepentingan stakeholders daripada kepentingan wealth distribution to stockholder only.
Akuntansi syari’ah bukan hanya sebatas bentuk stewardship dan akuntabilitas kepada pemilik resources akan tetapi selain itu juga sebagai sarana akuntabilitas dan stewardship kepada stakeholders dan Alloh SWT sebagai biggest owner, yang tidak sopan kalau hanya disebut pemilik terbesar maha pemilik semua yang ada dunia.Teori ini diharapkan mampu sebagi basis pengembangan prinsip dan teknik akuntansi syari’ah yang memang sesuai dengan hukum Islam.
Eksistensi perusahaan tidak bisa lepas dari kontribusi para partisipan (pegawai, pemerintah dan masyarakt lingkungan). Jadi perusahaan pada dasarnya merupakan hasil sinergi dari proses interaksi berbagai pihak baik secara kontak langsung dan tidak langsung, hal ini disebut dengan kontrak sosial ( social contract) perusahaan dan masyarakat.
Untuk bisa diaplikasikan dalam akuntansi syari'ah, enterprise theory masih membutuhkan pembahasan yang mendalam selain belum ada kesepakatan para pakar, tetapi harus diakui pemikiran ini perlu didukung sebagai langkah maju menuju konsep akuntansi syari'ah yang ideal, karena sesuatu yang ideal tak akan bisa diperoleh tanpa pernah dimulai mencari dan mengembangkan.
Teori ini dirasakan beberapa pemikir mempunyai value content terhadap keadalian , kejujuran, amanah dan pertanggung jawaban. Selain itu teori ini bersifat. Humanis, emansipatoris, transedental dan teologikal.
Aksioma yang harus menjadi sumber acuan terbesar atau rambu atau titik
hulu pengembangan akuntansi syari'ah yaitu pertama harus disadari pada
pemahaman bahwa Alloh merupakan Maha Pencipta segala yang ada di
dunia dan satu-satunya Maha Pemilik dan Maha Kuasa, Maha Tunggal dengan segala kemutlakan-Nya. stakeholder hanyalah wujud dari kekuasaan- Nya. Sehingga penggunaan resources oleh mahluk bukannya tak terbatas sesuai kehendak manusia karena akan dipertanggungjawabkan dihadapan Alloh SWT.
“Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan.
Jawablah:”Apakah saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah dinfahakan pada ibu-bapakmu, kerabatmu, anak-anak yatim, orang-otang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. “Dan apa saja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Alloh maha mengetahui (Al Baqoroh: 273).
Ayat diatas mempunyai makna penting bahwa dalam harta yang diliki seseorang terdapat hak orang lain yaitu hak bapak-ibunya, fakir miskin, anak yatim dalam arti fisik dan kasih sayang orang tua dan yatim dalam ekonomi, kerabat dan musafir. Kewajiban yang kaya untuk menyantuni mereka.
Engan demikian dalam pandangan enterprise theory, disribusi kekayaan atau nilai tambah (value added) tidak hanya berlaku bagi partisipan yang terkait langsung dalam perusahaan atau pertisipan yang memberikan kontribusi keuangan dan keahlian kepada operasi perusahaan, seperti shareholder, kreditor, karyawan dan pemerintah, tetapi juga untuk pihak lainnya yang tidak terkait secara langsung dengan operasi perusahaan. Maknanya cakupan akuntansi dalam teori ini tidak tersekat pada circumstances yang mempunyai sifat resiprokal antara pihak yang terkait langsung dan proses yang meningkatkan nilai tambah, tetapi juga pihak lain yang tidak terkait langsung. Pemahaman ini meletakkan premisnya untuk mendistribusikan kekayaan berdasarkan kontribusi para partisipan dan pihak lainnya sesuai sifat islam yang membawa rahmat bagi seluruh alam.
Pemikiran teori ini dilandasi premis yang mengatakan manusia adalh khalifatullah fil Ardh yang berarti manusia adalh ibarat kran air, membawa misi menciptakan dan mendistribusikan kesejahteraan bagi seluruh imat manusia dan alam. Premis ini mendorong untuk mewujudkan nilai keadilan dan kemanfaatan kepada manusia dan lingkungan alam.
Teori ini mencakup dimensi akuntabilitas vertikal atas resources
yang dipergunakan perusahaan dalam menghasilkan produk untuk dijual
dan diambil manfaat ekonomi bagi pemakainya, yaitu tanggung jawab
kepada Alloh SWT. Setelah itu dijabarkan dalam bentuk pertanggung jawaban secara horisontal kepada manusia dan alam.
Shari’ah Enterprise theoty menyajikan laporan keuangan yaitu Value added Stateent, laporan ini memberikan informasi mengenai nilai tambah yang berhasil diciptakan perusahaan dan bagaimana perusahaan mendistribusikan kepada pihak-pihak yang mempuyai hak untk menerimanya. Pihak yang mempunyai hak untuk menerima ini diklasifikasi dalam dua kelompok yaitu:
a. Pihak yang terkait langsung dengan usaha atau aktifitas operasi perusahaan (direct stakeholder)
b. Pihak yang tidak terkait langsung dengan aktifitas operasi perusahaan yang terdiri dari masyarakat yang mustahiq dan lingkungan alam.
Pengguna informasi dengan memakai laporan ini bisa melakukan analisis dan evaluasi dalam menetapkan jumlah kewajiban perusahaan terhapa pihak lain misalkan terhadap fakir miskin, yaitu menentukan jumlah zakat yang harus dibayarkan. Disamping itu masyarakat dapat mengetahui jumlah kekayaan darimana asalnya dan kemana digunakannya.
Penggunaan current market value akan lebih tepat daripada harus selalu menggunakan nilai historis atau nilai saat terjadinya (historical cost karena) dalam manyusun laporan keuangan. Niali ini diperoleh dengan cara mencari nilai rata-rata dari suatu set transaksi yang terjadi jika perusahaan membeli atau menjual aktiva sekarang.
2Mereka juga menekankan bahwa perusahaan dalam melakukan distribusi kekayaan juga harus dengan cara yang dibenarkan secara syari’ah.
Dengan pertimbangan di atas sehingga Value Added Statement disajikan dalam bentuk Cash Flow Statement dan Current Value Based Sheet.
Secara substansial laporan ini tidak berbeda dengan laporan keuangan untuk entitas konvensional lainnya yaitu laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan perubahan modal dan laporan aliran kas. Hanya saja teori yang dikembangkan mengarahkan entitas menuju ke domain sosial bukan hanya stakeholder semata. Dalam laporan laba rugi untuk entitas syari’ah, laporan ini memberikan informasi yang begitu berapa besar nilai tambah yang diciptakan dan kepada siapa didistribusikan dengan sesuai syari’ah. Istilah niali tambah ini lebih luas dari sekedar makna income dalam akuntansi konvensional.
2
Baydoun and Willet, Islamic Corporate Reports. (ABACUS, 2000).
Akuntansi syari’ah bersarkan transaksi yang sesuai syari’ah pula.
Transaski yang sesuai syari’ah, mempunyai karakteristik yaitu:
a. Niat bertransaksi adalah untuk kemslahatan bersama, bukan untuk melanggar hukum Alloh SWT.
b. Dalam proses transaksi tidak ada yang didzalimi(fair) artinya proses yang dilakukan tidak ada information asymetri diantara pihak-pihak yang bertransaksi, tidak informasi yang disembunyikan untuk mengambil keuntungan pihaknya dengan memafaatkan ketidak tahuan pihak lainnya.
c. Tidak membahayakan dirinya dan orang lain, masyarakat dan lingkungan alam baik dalam jangka pendek, menengah dan panjang d. Barang yang menjadi obyek transaksi bukanlah barang atau jasa yang
mengandung keharaman baik kuantitasnya kecil sekalipun.
e. Pihak-pihak yang bertransaksi tidak ada unsur penipuan (gharar) f. Tidak mengandung undur berjudi dalam proses transaksinya.
g. Tidak mengakui adanya time value of money
h. Uang merupakan alat tukar, bukannya diperlakukan sebagi komoditas yang diperdangangkan kepda publik untuk diambil laba dari transaksi perdagangan uang yang dilakukan
i. Tidak diperkenankan adanya dua harga untuk satu barang yang ditransaksikan.
j. Dilarang pula adanya dua transaksi dalam satu akad perdagangan C. Islamic Corporate Reports
Berdasarkan teori yang muncul dari para pemikir islam lalu dikembangkan pula format laporan keuangan untuk entitas syari’ah agar bisa dikembangkan lebih lanjut, format yang telah ada yaitu sebagai berikut:
33
R. Willet, Islamic Accounting Theory, (Wollongong: AANZ Annual Conference,
1994).
Tabel 1
Framework for an Islamic Corporate Report
Agama Islam merupakan culture variable yang berpengaruh informasi akuntansi sehingga harus di disclose dan mewarnai dalam setiap laporan dan proses penyusunan oleh perusahaan dan akan digunakan oleh para partisipan perusahaan dan masyarakat..
Value Added Statement Cash Flow Statement Sources:
Revenues XX
Bought in items XX
Revaluations XX
XX Distributions
Benefeciaries
(eg. Zakat) XX
Government
(eg taxes) XX
Employeees
(eg wages) XX
Owners
(eg Dividends) XX
Charities
(eg gifts) XX
Reinvested funds
Profit retained XX
Revaluations XX
XX
Value added XX
Adjustments:
-Revenues XX -Revaluations XX -Profit/loss on
disposal
fixed assets XX
XX Other sources
- sale of fied assets XX - issue of shares XX
XX Other applications:
-Taxes XX
-Wages XX
-Dividends XX -Charitable
donations XX
XX Change in working capital XX
Current Value balance Sheet
20X1Values 20X2 Values
Original Current Original Current
X X X X
Cash balances Debtors stocks Less: Creditors
Tangible Assets Intangible Assets
Share Capital Reinvested Funds:
Retained Profits
Revaluations
D. Standar Akuntansi Perbankan Syari’ah di Indonesia
Seiring semakin banyaknya bank syari’ah di Indonesia, baik murni dibentuk sebagai bank syari’ah ataupun juga dual bank yaitu bank konvensional yang membuka divisi syari’ah, seperti BPR-BPR Syari’ah yang tersebar di seluruh indonesia, maka IAI dituntut untuk bisa merespon kebutuhan akan sebuah standar akuntansi yang sesuai dengan karakteristik bank syari’ah.
E. Outline Standar Akuntansi Perbankan Syari’ah
Standar akuntansi perbankan syari’ah di Indonesia secara singkat sebagai berikut:
41. Karakteristik Usaha Bank Syariah yaitu:
Melarang adanya riba, tidak mengenal konsep time value of money, uang sebagai alat tukar bukan komoditas, tidak mengenal bunga, tidak membedakan secara tegas sektor riel dan sektor moneter, konsep bagi hasil,
2. Fungsi Bank Syari'ah yaitu sebagai:
- manajer investasi - investor
- penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran - pelaksana kegiatan sosial
3. Pemakai dan kebutuhan Informasi yaitu:
- investor - karyawan - kredior - pemasok - pelanggan - pemerintah - masyarakat
- pemilik dana investasi
- pembayar (zakat, infaq, shodaqoh) - dewan pengawas syari’ah
4. Tujuan Akuntansi Keuangan Bank Syari’ah, yaitu:
4