PEMODELAN SISTEM
Pendekatan Sistem Analisis Sistem
Sistem Rantai Pasok Agroindustri Minyak Nilam secara garis besar terdiri dari 3 (tiga) level pelaku utama, yaitu: (1) usahatani nilam, (2) industri kecil penyulingan/usaha lepas panen, dan (3) industri penyuling/eksportir. Disamping itu ada juga pedagang/ pengumpul nilam dan pedagang/pengumpul minyak nilam.
Usahatani nilam terdiri dari petani nilam dan pedagang/ pengumpul nilam; industri kecil penyulingan terdiri dari petani-penyuling minyak nilam kasar dan pedagang/
pengumpul minyak nilam kasar. Pedagang/ pengumpul nilam terdiri dari pedagang/
pengumpul tingkat dusun dan tingkat desa. Pedagang/ pengumpul minyak nilam terdiri dari pedagang / pengumpul tingkat kecamatan dan pedagang/ pengumpul besar.
Sedangkan dalam industri penyulingan minyak nilam besar termasuk juga eksportir besar. Berdasarkan penelitian lapang, jumlah total petani nilam 41 orang yang terbagi menjadi enam kelompok usahatani, pedagang/pengumpul 20 orang dan industri kecil penyulingan 4 pengusaha. Seluruh kegiatan mata rantai tersebut saling terkait erat satu sama lain dan saling mempengaruhi. Dalam seluruh aktivitasnya terdapat interaksi yang sangat kuat dari masing-masing pemangku kepentingan (stakeholder), baik yang terkait secara langsung maupun dari aktivitas-aktivitas yang berasal dari usaha berbasis nilam. Gambar 18 menunjukkan rantai pasok usaha minyak nilam.
Usahatani Nilam
Tanaman nilam (Pogostemon cablin, Benth) dapat tumbuh dan berkembang di
dataran rendah sampai tinggi. Menurut Guenther E. (2006), nilam dapat ditanam
sampai pada ketinggian 1 200 m dpl. Akan tetapi nilam akan tumbuh dengan baik
pada ketinggian antara 50 – 400 m dpl. Tanaman ini menghendaki suhu yang panas
dan lembab, serta membutuhkan curah hujan yang merata sepanjang tahun. Curah
hujan yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman nilam berkisar antara 2 000 – 2 500
mm/tahun, suhu optimum 24 – 28
oC dengan kelembaban lebih dari 75 %.
Alat Peralatan
Pupuk Benih
Pemasok USAHA TANI
Petani Industri Kecil
Penyulingan Petani
Penyuling
USAHA LEPAS PANEN PEDESAAN
Pedagang/
Pengumpul Tingkat Dusun
Pedagang/
Pengumpul Tingkat Desa
Industri Penyulingan/
Eksportir Besar
End User
Pedagang/
Pengumpul Tingkat Kecamatan
PEDAGANG / PENGUMPUL NILAM KERING PEDAGANG / PENGUMPUL MINYAK NILAM
Pedagang/
Pengumpul Besar
Gambar 18 Rantai pasok agroindustri minyak nilam
Daun nilam merupakan bagian dari tanaman nilam yang paling berharga, karena minyak nilam yang baik berasal dari daun. Daun nilam dari jenis tanaman nilam (Pogostemon cablin, Benth) ini agak membulat seperti jantung, di bagian bawah daun terdapat bulu-bulu rambut sehingga warnanya nampak pucat. Nilam jenis ini tidak atau jarang sekali berbunga. Kadar minyaknya tinggi sekitar 2.5 – 5 % dan komposisi minyaknya bagus. Nilam yang berbunga ini menjadi indikator bahwa nilam tersebut tidak layak dikembangkan, karena kadar minyaknya rendah dan komposisi minyaknya juga jelek.
Pada dasarnya, seluruh bagian tanaman nilam seperti akar, batang, tangkai atau
cabang maupun daunnya mengandung minyak nilam, namun kualitas kandungannya
berlainan (Gambar 19). Akar nilam mengandung minyak dengan mutu yang terbaik,
tetapi kandungan minyaknya hanya sedikit. Kandungan minyak yang terbanyak
terdapat pada daun nilam. Waktu, umur dan cara pemanenan daun nilam sangat
berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas minyak yang dihasilkan.
Gambar 19 Tanaman nilam
Daun nilam yang berkualitas baik adalah jika daun-daun nilam bagian bawah telah menguning. Panen pertama dilakukan 7–9 bulan setelah tanam, dan panen beikutnya dapat dilakukan pada setiap 3-4 bulan sekali, hingga umur produktif selama 3 tahun. Waktu pemanenan nilam harus dilakukan pada pagi atau sore hari, untuk menghindari berkurangnya jumlah minyak yang dihasilkan. Dengan bertambahnya umur tanaman nilam, daun nilam yang dihasilkan juga akan semakin berkurang, sehingga produksinyapun akan berkurang. Produksi tertinggi dicapai setelah tanaman berumur satu tahun, yakni 7-10 ton daun kering/ha/tahun, dan selanjutnya cenderung lebih rendah. Produksi nilam sangat tergantung pada musim.
Pemanenan daun nilam diawali dengan memotong daun nilam menggunakan
ani-ani atau sabit. Pemanenan dengan menggunakan ani-ani dapat memakan waktu
lama dan memerlukan tenaga kerja lebih banyak dibandingkan dengan menggunakan sabit. Namun kelebihannya, kadar minyak yang dihasilkan tinggi, karena tiga pasang daun termuda akan menghasilkan minyak lebih tinggi. Kemudian daun nilam yang telah dipanen dipotong-potong / dirajang sepanjang 2-3 cm sebelum dikeringkan.
Hasil panen daun nilam dari kebun, atau hasil yang telah dirajang, kemudian dijemur di bawah sinar matahari. Lama penjemuran kira-kira 5 jam, atau sampai daun menjadi layu. Selanjutnya, daun-daun yang telah layu tersebut diangin-anginkan di atas rak-rak bambu di tempat teduh dan dibolak-balik sebanyak 2-3 kali dalam seharinya. Pengeringan dapat dihentikan setelah timbul bau nilam yang keras dan khas dibandingkan dengan daun segarnya. Lama pengeringan membutuhkan waktu 3-4 hari.
Hasil panen daun nilam kering ini diangkut ke pedagang/pengumpul nilam kering dengan dipikul. Harga jual daun nilam kering dari petani berkisar Rp.4.500/kg tergantung dari banyaknya suplai. Harga daun nilam kering ditetapkan berdasarkan mekanisme pasar, dalam hal ini ditentukan oleh pedagang/pengumpul daun nilam kering. Pedagang / pengumpul daun nilam kering akan membayar uang muka sebelum daun nilam dipanen karena petani membutuhkan uang muka tersebut untuk biaya operasionalnya, sehingga harga jual telah ditetapkan sebelum panen. Tetapi ada juga yang dibayar pada saat penyerahan hasil panen, hal tersebut tergantung pada kecukupan modal. Petani tidak berada pada posisi tawar yang kuat. Penawaran harga dibuka oleh pembeli dan biasanya pembeli mendatangi lokasi panen. Apabila harga daun nilam kering tidak sebanding dengan biaya budidaya, maka petani akan mengalami kerugian.
Setelah daun nilam nampak kering, segera dilakukan penyulingan atau disimpan sementara waktu dengan diletakkan di atas para-para, atau di lantai beralaskan papan berkaki. Gudang penyimpanan tidak boleh lembab dan sirkulasi udara harus baik. Bila waktu penyimpanan terlalu lama dapat menyebabkan penyusutan jumlah daun nilam kering dan sekaligus menurunkan jumlah minyak yang dihasilkan.
Prakiraan jumlah produksi nilam didasarkan pada luas lahan dikalikan dengan
produktivitas. Luas lahan 1 ha menghasilkan 8750 kg nilam, luas lahan 0.42 ha
menghasilkan 4500 kg nilam dan luas lahan 0.56 ha menghasilkan 6200 kg nilam.
Rata-rata produktivitas nilam sebesar 10 ton/ha. Rendahnya produktivitas nilam sebagai akibat dari minimnya teknologi budidaya. Populasi tanaman nilam per hektar rata-rata 15.000 tanaman. Dilihat dari kepemilikan usahanya, kegiatan usaha tani nilam merupakan usaha milik sendiri atau sebagai tanaman tumpangsari di kebun milik Perhutani.
Usaha Lepas Panen Perdesaan
Pada Usaha Lepas Panen Perdesaan, petani-penyuling minyak nilam kasar maupun industri kecil penyulingan minyak nilam kasar mendapatkan daun nilam basah maupun kering dari petani atau dari pedagang / pengumpul tingkat dusun dan desa. Bila bahan baku adalah daun nilam basah maka harus dilakukan perajangan dan pengeringan terlebih dahulu. Bahan baku daun nilam basah dirajang 2-3 cm sebelum dijemur. Hasil yang telah dirajang, kemudian dijemur di bawah sinar matahari.
Tempat perajangan dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 20 Tempat perajangan
Lama penjemuran kira-kira 5 jam, atau sampai daun menjadi layu.
Selanjutnya, daun-daun yang telah layu tersebut diangin-anginkan di atas rak-rak bambu di tempat teduh dan dibolak-balik sebanyak 2-3 kali dalam seharinya.
Pengeringan dapat dihentikan setelah timbul bau nilam yang keras dan khas
dibandingkan dengan daun segarnya. Lama pengeringan membutuhkan waktu 3-4
hari. Gambar 21 menunjukkan tempat penjemuran dan Gambar 22 menunjukkan rak
pengeringan..
Gambar 21. Tempat penjemuran daun nilam
Gambar 22 Rak pengeringan daun nilam
Penyulingan dapat dilakukan oleh petani-penyuling atau industri kecil penyulingan. Cara penyulingan yang terbaik adalah penyulingan dengan uap langsung dan peralatan penyulingan terbuat dari bahan SS dan MS. Tekanan uap harus diatur sebaik-baiknya, mula-mula bertekanan rendah 1 atmosfir kemudian dinaikkan sekitar 2,5-3 atmosfir.
Daun nilam yang akan disuling harus kering dan mempunyai kadar air sekitar
12-15%. Penyulingan dilakukan dengan cara mendidihkan daun nilam kering yang
dimasukkan ke dalam ketel dan dialiri uap. Dengan penyulingan ini akan dipisahkan
zat-zat bertitik didih tinggi dari zat-zat yang tidak dapat menguap Adanya panas air
dan uap akan mempengaruhi bahan tersebut, sehingga di dalam ketel terdapat dua
cairan, yaitu air panas dan minyak nilam. Kedua cairan tersebut dididihkan perlahan- lahan hingga terbentuk campuran uap yang terdiri dari uap air dan uap minyak.
Campuran uap ini akan mengalir melalui pipa-pipa pendingin, dan terjadilah proses pengembunan sehingga uap tadi kembali mencair. Dari pipa pendingin, cairan tersebut dialirkan ke alat pemisah, yang akan memisahkan minyak atsiri dari air berdasarkan berat jenisnya. Gambar 23 menunjukkan diagram alir proses pengolahan minyak nilam kasar.
Nilam
Pembersihan
Perajangan
Pengeringan
Nilam Kering
Destilasi
Evaporasi
Separasi
MinyakNilam Kasar
Ampas Air
Gambar 23 Diagram alir proses pengolahan minyak nilam
Penyulingan dilakukan selama 8 jam dengan sistem uap air pada tekanan
sekitar 2.5 – 3 atmosfir. Rendemen minyak nilam kasar yang diperoleh rata-rata
sebesar 1.2% dari bobot terna bahan baku nilam kering. Dengan demikian setiap kali
suling dengan bobot terna nilam kering seberat 300 kg maka akan diperoleh sekitar
3.6 kg minyak nilam kasar. Minyak nilam kasar yang ditampung dipisahkan secara
manual dari air uap penyulingan. Sedangkan nilam sisa penyulingan hanya dibakar
dan dibuang. Gambar 24 menunjukkan alat penyulingan yang digunakan industri kecil
penyulingan.
Berdasarkan penelitian di Kabupaten Kuningan dan Brebes, jumlah pekerja penyulingan rata-rata sebanyak 3 orang yang terdiri dari satu orang tenaga tetap sebagai teknisi dan digaji per bulan sebesar Rp 1 500 000 per bulan dan satu orang tenaga tidak tetap yang dibayar sebesar Rp 75 000 per orang per kali suling. Biaya operasional lain yang cukup besar adalah biaya bahan baku nilam kering dan biaya bahan bakar minyak untuk pembakaran. Dengan harga bahan baku sekitar Rp 4 500 per kg nilam kering maka dengan kapasitas per satu kali suling seberat 300 kg diperlukan biaya bahan baku sebesar Rp 1 350 000. Sedangkan untuk pembakaran diperlukan sekitar 3 m3 kayu bakar per kali suling, sehingga jika harga kayu bakar per m3 sebesar Rp 70 000 maka diperlukan sekitar Rp 210 000 untuk biaya bahan bakar per satu kali suling.
Gambar 24 Alat penyulingan kapasitas 600 kg nilam kering
Pendapatan usaha minyak nilam sangat ditentukan oleh penerimaan usahanya dan biaya operasional yang dikeluarkan. Besarnya penerimaan ditentukan oleh kapasitas berjalan usaha, tingkat rendemen yang didapat dan harga minyak nilam.
Sedangkan biaya operasional yang terbesar adalah biaya bahan baku nilam kering
dengan kontribusi terhadap total biaya sekitar 67.5%, dan biaya bahan bakar dengan
kontribusi sekitar 10.5%, kontribusi biaya tenaga kerja sekitar 7.5% dan biaya lainnya
sekitar 14.5%.
Pada umumnya pengusaha minyak nilam kasar menjual hasil minyaknya ke pedagang / pengumpul di Ibukota Kabupaten atau pedagang / pengumpul besar, dan bias juga langsung dijual ke beberapa industri penyulingan besar atau eksportir besar.
Harga bahan baku nilam kering selalu fluktuatif setiap tahun. Harga ini selain dipengaruhi oleh ketersediaan nilam juga dipengaruhi oleh harga minyak nilam yang terjadi. Rata-rata harga bahan baku nilam kering dalam lima tahun terakhir sekitar Rp 4.500,- per kg. Demikian pula harga minyak nilam kasar selalu fluktuatif setiap tahun.
Harga minyak nilam kasar ini dipengaruhi oleh harga minyak nilam murni. Rata-rata harga minyak nilam kasar dalam lima tahun terakhir sekitar Rp 420 000 per kg.
Industri Penyulingan Minyak Nilam Murni/ Eksportir
Pada industri penyulingan minyak nilam murni, bahan baku minyak nilam kasar diperoleh dari Usaha Lepas Panen maupun dari pedagang / pengumpul Tingkat Kecamatan / Kabupaten. Minyak nilam kasar yang diperoleh akan diekstraksi dengan pelarut sehingga menghasilkan resin dan oleoresin minyak nilam. Selanjutnya disuling / dimurnikan dan akan menghasilkan essence flavor / parfum. Dengan pencampuran dan atau peracikan akan menghasilkan campuran flavor dan fragran yang dapat digunakan antara lain pada industri pangan dan kosmetika. Harga bahan baku minyak nilam kasar selalu fluktuatif karena mengikuti harga minyak nilam di pasar internasional.
Pada situasi perdagangan seperti ini, usahatani tidak memiliki posisi tawar harga yang kuat. Ketidakberdayaan terhadap kebijakan harga minyak nilam kasar membuat usahatani harus kehilangan kemampuan untuk menjalankan budidaya nilamnya. Begitu pula pada usaha lepas panen juga tidak memiliki posisi tawar harga minyak nilam kasar yang kuat terhadap kebijakan harga minyak nilam murni. Harga minyak nilam murni sangat fluktuatif tergantung pada harga minyak nilam murni di pasar internasional.
Analisis Kebutuhan
Kebutuhan konsumen atau industri pengguna akan minyak nilam murni di
pasaran lokal maupun internasional sangat mempengaruhi harga minyak nilam pada
beberapa level / tingkatan.
Terkait dengan fluktuasi harga minyak nilam, setiap pihak yang terkait dalam agroindustri nilam mempunyai kebutuhan masing-masing. Analisis kebutuhan sangat diperlukan untuk merancang suatu model yang mampu mengakomodir semua kebutuhan pihak-pihak yang terkait. melibatkan beberapa pihak yang saling terkait dan saling berkepentingan. Langkah awal dari analisis kebutuhan ini adalah mengidentifikasi pihak yang berkepentingan dan kebutuhannya.
Agroindustri minyak nilam melibatkan (1) usahatani (petani), pedagang / pengumpul nilam kering, pedagang/ pengumpul tingkat dusun/ desa; (2) usaha lepas panen yang terdiri dari petani penyuling dan industri kecil penyulingan,pedagang/pengumpul minyak nilam tingkat kecamatan/ kabupaten serta (3) industri penyulingan dan atau eksportir. Peran lembaga keuangan dan pemerintah sebagai fasilitator dan regulator sangat diperlukan dalam pengembangan agroindustri nilam ini. Usaha tani melakukan budidaya nilam secara tradisional di atas lahan yang dimiliki atau di kebun milik Perhutani dengan sistem bagi hasil. Optimasi produktivitas nilam kering dan harga jual nilam kering dapat meningkatkan pendapatan yang menjadi tujuan kelangsungan kegiatan pertanian nilam.
Keuntungan bisnis dari usaha lepas panen dapat diperoleh apabila mampu melakukan kontinuitas dan efisiensi produksi serta meningkatkan kualitas produk minyak kasar. Kontinuitas pasokan nilam kering dan pengembangan teknologi sangat mendukung tercapainya tujuan tersebut. Kelangsungan industri kecil penyulingan bergantung pada perencanaan produksi pada kapasitas optimal, kestabilan dan kesesuain harga.
Pemerintah memiliki kepentingan dalam pengembangan agroindustri nilam
khususnya dalam hal penyerapan tenaga kerja dan perbaikan ekonomi makro. Tabel 1
menunjukkan analisis kebutuhan dari pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan
agroindustri nilam.
Tabel 2 Daftar kebutuhan pemangku kepentingan industri nilam
No Pelaku Kebutuhan Pelaku
1 Usaha tani (Petani) a. Harga jual nilam kering yang tinggi b. Peningkatan teknologi budidaya nilam c. Permintaan nilam kering yang tinggi d. Peningkatan nilai tambah
e. Biaya usaha tani rendah
f. Nilam kering yang berkualitas tinggi g. Pasokan bibit yang berkualitas
h. Sarana dan prasarana transportasi yang memadai i. Tersedianya kredit modal kerja dengan resiko
rendah 2 Pedagang/Pengumpul
Nilam Kering
a. Harga jual nilam kering yang tinggi b. Permintaan nilam kering yang tinggi c. Margin keuntungan tinggi
d. Nilam kering yang berkualitas tinggi
e. Sarana dan prasarana transportasi yang memadai f. Tersedianya kredit modal kerja dengan resiko
rendah 3 Usaha Lepas Panen
(Petani-penyuling, Industri Kecil Penyulingan)
a. Ketersediaan bahan baku nilam kering terjamin b. Harga bahan baku nilam kering rendah
c. Rendemen minyak nilam kasar tinggi d. Peningkatan teknologi proses
e. Permintaan minyak nilam kasar tinggi f. Mutu minyak nilam kasar tinggi g. Biaya produksi rendah
h. Margin keuntungan tinggi
i. Sumberdaya manusia yang terampil
j. Tersedianya kredit modal kerja dengan resiko rendah
4 Pedagang/Pengumpul minyak nilam
a. Harga jual minyak nilam yang tinggi b. Permintaan minyak nilam yang tinggi c. Margin keuntungan tinggi
d. Minyak nilam yang berkualitas
e. Sarana dan prasarana transportasi yang memadai f. Tersedianya kredit modal kerja dengan resiko
rendah 5 Industri
Penyulingan/Eksportir
a. Harga jual minyak nilam kasar rendah b. Ketersediaan minyak nilam kasar terjamin c. Permintaan minyak nilam murni tinggi d. Peningkatan teknologi proses
e. Minyak nilam murni berkualitas tinggi f. Harga minyak nilam murni tinggi g. Margin keuntungan tinggi
h. Iklim usaha yang kondusif
i. Kepastian pasar yang tinggi
Tabel 2 Daftar kebutuhan pemangku kepentingan industri nilam (lanjutan)
6 Lembaga Keuangan a. Tingkat resiko pembiayaan rendah
b. Tingkat keuntungan pembiayaan yang tinggi c. Peningkatan jumlah nasabah
7 Pemerintah a. Meningkatnya lapangan pekerjaan b. Meningkatnya pendapatan masyarakat c. Meningkatnya pendapatan devisa d. Meningkatnya pendapatan daerah e. Meningkatkan perekonomian pedesaan f. Terjaganya kelestarian lingkungan
Formulasi Permasalahan
Berdasarkan kebutuhan para pelaku di atas, permasalahan yang dihadapi pelaku agroindustri minyak nilam dalam kaitannya dengan pemberdayaan agroindustri minyak nilam di perdesaan adalah:
1. Harga minyak nilam yang selalu fluktuatif dan tidak pasti menyebabkan keuntungan usaha agroindustri minyak nilam menjadi sangat tidak pasti.
Ketidakpastian pendapatan ini akan mengakibatkan ketidakpastian keuntungan yang didapat oleh pelaku usaha agroindustri minyak nilam, terutama usahatani dan industri kecil penyulingan
2. Harga bahan baku nilam kering yang selalu fluktuatif dan tidak pasti menyebabkan biaya produksi minyak nilam menjadi tidak pasti sehingga menambah ketidakpastian pendapatan para pelaku usaha agroindustri minyak nilam
3. Budidaya tanaman nilam yang kurang baik mengakibatkan rendahnya rendemen minyak nilam
4. Rentan terhadap ketidakseimbangan pasokan bahan baku dan permintaannya 5. Masih menggunakan teknologi yang sederhana
6. Keterbatasan sumberdaya finansial dan kemampuan SDM dari para pelaku usaha 7. Kualitas sumberdaya yang rendah dan lemahnya posisi tawar usaha tani (petani)
dan usaha lepas panen nilam mengakibatkan lemahnya dayasaing usaha tani dan usaha lepas panen
8. Dukungan dari Lembaga dan Dinas terkait yang masih lemah / kurang
9. Kurangnya akses informasi, teknologi dan keterjangkauan akses permodalan mengakibatkan rendahnya produktivitas produksi nilam dan minyak nilam kasar 10. Kelangkaan pasokan nilam kering sebagai bahan baku minyak nilam diakibatkan
oleh turunnya daya tarik petani untuk menanam nilam, semakin sempitnya lahan, minimnya teknologi pertanian dan rendahnya produktivitas produksi nilam.
Dengan memperhatikan permasalahan utama dalam pengembangan industri berbasis nilam, maka dibutuhkan suatu model pemberdayaan agroindustri minyak nilam di perdesaan yang lebih baik dengan keberpihakan pada usahatani (petani).
Model yang dibangun ini untuk meningkatkan pemberdayaan agroindustri minyak nilam di perdesaan melalui klaster agroindustri minyak nilam sehingga kehidupan usahatani akan lebih meningkat lagi.
Identifikasi Sistem
Identifikasi sistem merupakan hubungan antara kebutuhan dengan permasalahan yang harus dipecahkan dalam memenuhi kebutuhan tersebut.
Identifikasi sistem ini diperlukan untuk memfokuskan pemodelan tanpa mengurangi kompleksitas yang ada. Pengetahuan ini diperlukan dalam perancangan model pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak nilam yang akan dikembangkan. Agregasi atas kepentingan setiap pemangku kepentingan teridentifikasi bahwa kesepakatan harga nilam kering dan minyak nilam kasar merupakan optimalisasi dari sumberdaya agroindustri minyak nilam.
Sistem pemberdayaan masyarakat perdesaan dengan kesepakatan harga nilam dan minyak nilam kasar yang akan dikembangkan ini dapat mengoptimalkan setiap kepentingan dari para pemangku kepentingan yang terlibat pada klaster agroindustri minyak nilam. Tujuan pengembangan sistem pemberdayaan agroindustri minyak nilam di perdesaan ini adalah untuk menjamin kelangsungan usahatani yang berada pada klaster agroindustri minyak nilam dan meningkatkan perekonomian perdesaan.
Keterkaitan dan koordinasi antar pemangku kepentingan dibutuhkan agar sistem
pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak nilam ini
dapat berjalan baik (Gambar 25). Dengan demikian akurasi pendugaan dari variabel-
variabel yang mempengaruhi hasil akhir yang diinginkan merupakan prasyarat bagi keberhasilan sistem yang dibangun.
Alat Peralatan
Pupuk Benih Pemasok
USAHA TANI
Petani Industri Kecil
Penyulingan Petani
Penyuling
USAHA LEPAS PANEN PEDESAAN
Pedagang/
Pengumpul Tingkat Dusun
Pedagang/
Pengumpul Tingkat Desa
Konsu men
Pedagang/
Pengumpul Tingkat Kecamatan PEDAGANG / PENGUMPUL
NILAM KERING
PEDAGANG / PENGUMPUL MINYAK NILAM
Pedagang/
Pengumpul Besar Industri Alat &
Peralatan
Supplier Pupuk
& Pestisida
Pemerintah Pusat & Daerah Lembaga
Keuangan
Perguruan Tinggi
Asosiasi Minyak Atsiri Dewan Atsiri
Indonesia
Industri Penyulingan
/Eksportir Besar