• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.1 Umum BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "1.1 Umum BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Umum

Modul ini dimaksudkan sebagai pegangan dan petunjuk bagi para petugas Pembina Jalan dalam melaksanakan tugasnya yang berkaitan dengan pemeliharaan jalan.

1.2 Pengertian

 Lansekap Jalan adalah wajah dari karakter lahan atau tapak yang terbentuk pada lingkungan jalan, baik yang terbentuk dari elemen lansekap alamiah seperti bentuk topografi lahan yang mempunyai panorama yang indah, maupun yang terbentuk dari elemen lansekap buatan manusia yang disesuaikan dengan kondisi lahannya. Lansekap jalan ini mempunyai ciri-ciri khas karena hams disesuaikan dengan persyaratan geometrik jalan dan diperuntukkan terutama bagi kenyamanan pemakai jalan serta diusahakan untuk menciptakan lingkungan jalan yang indah, nyaman dan memenuhi fungsi keamanan.

 Elemen Lansekap adalah segala sesuatu yang berwujud benda, suara, warna dan suasana yang merupakan pembentuk lansekap, baik yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.Elemen lansekap yang berupa benda terdiri dari dua unsur yaitu benda hidup dan benda mati; sedangkan yang dimaksud dengan benda hidup ialah tanaman, dan yang dimaksud dengan benda mati adalah tanah, pasir, batu dan elemen-elemen lainnya yang berbentuk padat maupun cair.

 Tajuk merupakan keseluruhan bentuk dan kelebaran maksimal tertentu dari ranting dan daun suatu tanaman.

 Bentuk Massa ialah suatu bentuk yang merupakan kelompok, baik untuk kelompok tanaman dan/atau kelompok daun yang padat.

 Struktur Tanaman ialah bentuk tanaman yang terlihat secara keseluruhan.

 Jalur Tanaman adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lansekap lainnya yang terletak di dalam Daerah Milik Jalan (DAMIJA) maupun di dalam Daerah Pengawasan J lansekapnya adalah tanaman yang pada umumnya berwarna hijau.

 Tanaman Peneduh adalah jenis tanaman berbentuk pohon dengan percabangan yang tingginya Iebih dari 2 meter dan dapat memberikan keteduhan dan

(2)

menahan silau cahaya matahari bagi pejalan kaki.

 Tanaman Pengarah, Penahan dan Pemecah Angin adalah jenis tanaman yang berfungsi sebagai pengarah, penahan dan pemecah angin; dan dapat berbentuk pohon atau perdu yang diletakkan dengan suatu komposisi membentuk kelompok.

 Tanaman Pembatas, Pengarah dan Pembentuk Pandangan adalah jenis tanaman berbentuk pohon atau perdu yang berfungsi sebagai pembatas pemandangan yang kurang baik, pengarah gerakan bagi pemakai jalan pada jalan yang berbelok atau menuju ke suatu tujuan tertentu, juga karena letak dapat memberikan kesan yang berbeda sehingga dapat menghilangkan kejenuhan bagi pemakai jalan.

 Tanaman Penyerap Polusi Udara dan Kebisingan adalah jenis tanaman berbentuk pohon atau perdu yang mempunyai massa daun yang padat dan dapat menyerap polusi udara akibat asap kendaraan bermotor dan dapat mengurangi kebisingan.

 Tanaman Konservasi Tanah adalah jenis tanaman berbentuk pohon, perdu/semak atau tanaman penutup tanah yang karena sistem perakarannya dapat berfungsi untuk mencegah erosi pada tanah berlereng.

 Tanaman Penutup adalah jenis tanaman penutup permukaan tanah yang bersifat selain mencegah erosi tanah juga dapat menyuburkan tanah yang kekurangan unsur hara. Biasanya merupakan tanaman antara bagi tanah yang kurang subur sebelum penanaman tanaman yang tetap (permanen).

 Spot yaitu bagian dari suatu ruas jalan yang mempunyai masalah yang memerlukan penanganan dengan penyelesaian lansekap.

 Site atau tapak yaitu area yang menjadi objek pengamatan di dalam suatu perencanaan lansekap dan merupakan kawasan pekerjaan yang diuraikan dalam kontrak.

 Persimpangan adalah pertemuan jalan dari berbagai arah, yang dapat merupakan simpang sebidang yaitu simpang 3,simpang 4 atau lebih, dan/atau bisa berupa simpang tidak sebidang.

 Pulau Lalu lintas ialah bagian dari persimpangan yang ditinggikan dengan kereb,

(3)

 Kanal merupakan bagian dari persimpangan sebidang yang khusus disediakan untuk membelokkan kendaraan, yang ditandai oleh marka jalan atau dipisahkan oleh pulau lalu lintas.

 Terain adalah bentuk topografi suatu daerah baik yang terbentuk oleh alam maupun yang dibentuk oleh manusi, dan dapat berupa dataran, bergelombang, atau perbukitan.

 Gambar Rencana adalah gambar-gambar hasil perencanaan teknik yang disertai format-format yang baku untuk dipergunakan dalam pelaksanaan yang juga merupakan bagian dari dokumen pelelangan.

 Direksi Pekerjaan adalah Pemimpin Bagian Proyek dibantu oleh Konsultan Supervise yang disebut dalam Kontrak, dan bertanggung jawab dalam mengawasi Kontraktor, mengelola Kontrak, menyetujui pembayaran kepada Kontraktor, menginstruksikan dan menilai variasi-variasi Kontrak, dengan persetujuan Pemilik memberi perpanjangan waktu dan menilai Peristiwa Kompensasi.

1.3 Deskripsi Singkat

Modul ini membahas tentang hal-hal yang perlu mendapat perhatian tentang pemeliharaan Talud, Dinding Penahan Tanah dan Tanaman Jalan.

1.4 Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti Pembelajaran ini, diharapkan peserta mampu menjelaskan tentang Pemeliharan Talud, Dinding Penahan Tanah dan Tanaman Jalan.

1.5 Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti Pembelajaran ini, diharapkan peserta mampu menjelaskan tentang : 1. Pemeliharaan Talud

2. Pemeliharaan Dinding Penahan Tanah 3. Pemeliharaan Tanaman Jalan

(4)

BAB II

PEMELIHARAAN TALUD

Talud yang baik, alami, dan stabil pada galian atau timbunan konstruksi jalan sangat diperlukan di dalam perencanaan jalan di perkotaan. Talud galian atau timbunan dibuat selandai mungkin dan pada daerah peralihan antara Talud dengan bagian datar dibuat berbentuk lengkung.

Kelandaian dari Talud galian dan timbunan dipengaruhi oleh jenis materialnya yang dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:

a). Material tanah b). Material batu c). Material pilihan

2.1 Talud Tanah

Jenis tanah sangat mempengaruhi kelandaian dan stabilitas Talud galian dan timbunan. Komposisi tanah yang didominasi oleh lempung (clay) dan lanau (silt) umumnya rawan terjadi erosi, untuk itu disarankan perencanaan Taludnya lebih landai dari 3:1 Tabel 2 di bawah ini dapat dipakai sebagai pedoman perencanaan Talud, dimana angka yang tercantum adalah persyaratan maksimal.

2.2 Talud Material Batuan

Perencanaan Talud batuan sangat beragam yang dipengaruhi oleh teknologi yang digunakan untuk penggaiian dan kekerasan batuannya dalam hal ini umumnya dipakai kelandaian 1 : 2. Apabila dalam pelaksanaan digunakan metoda seperti "pre splitting", maka kelandaian Talud bisa dibuat lebih terjal yaitu antara 1/6 : 1 sampai dengan 1/12 : 1, dengan catatan hanya pada jenis batuan yang keras.

(5)

Tabel 0-1 Kelandaian Talud yang disarankan

2.3 Kriteria

Pada material yang sejenis kelandaian Talud timbunan akan lebih rendah dari pada galiannya. Bentuk peralihan Talud di kaki Talud pada material tanah dianjurkan untuk kelandaian Talud 4 : 1 sampai dengan 2 : 1. Fungsi utama dari bentuk peralihan lengkung adalah untuk :

a. Memberikan keselamatan bagi para pengemudi yang lepas kontrol ke luar dari jalur lalu-lintas.

b. Memberikan aliran air dan hembusan angin yang lebih baik sehingga akan menambah kestabilan Talud.

Bentuk peralihan bulat berlaku juga pada ujung atas dari galian atau timbunan.

Apabila ketinggian timbunan atau galian tidak dapat memberikan jaminan keselamatan bagi pengendara maka sisi jalan harus di pasang rel pengaman(guard rail). Kondisi timbunan atau galian lebih besar 3.5m atau konstruksi galian atau timbunan dibuat dari material yang labil, maka Talud harus dibuat terasering.

(6)

2.4 Metoda Stabilisasi Talud

Untuk melakukan pekerjaan stabilisasi Talud dapat dipergunakan beberapa jenis material perkuatan Talud seperti :

a). Bahan konstruksi b). Tanaman / tumbuhan c). Material lain

a). Perkuatan Talud Dengan Bahan Konstruksi

Yang dimaksud dengan bahan konstruksi adalah semua material keras dan tidak lapuk oleh pengaruh cuaca serta lingkungan dalam waktu yang lama, antara lain :

(1) Beton (blok beton)

(2) Batu (batukali, batu marmer) (3) Batu bata

Beberapa contoh cara penempatan bahan konstruksi pada perkuatan Talud.

(7)

b). Perkuatan Talud Dengan Tanaman

Tanaman (tumbuhan) yang dipergunakan harus mampu menahan erosi pada Talud secara effektif. Tanaman penutup tanah atau tanaman konservasi tanah tersebut dapat berupa

1). Tanaman Rumput

Perkuatan Talud dengan tanaman rumput dapat dilakukan pada kemiringan 00 - 600.

Penanaman rumput ada 2 cara yaitu :

a). Penanaman biji atau tunas rumput dianjurkan untuk daerah dengan kemiringan 00 - 300

b). Penanaman lempengan/ gebalan rumput

a). Penanaman rumput dengan biji atau tunas ("Sprigging")

- -bersihkan Talud dari rumput-rumput liar dan kotoran kotoran lainnya, kemudian ratakan kembali permukaan Talud;

- -persiapkan media tanam yaitu dengan mencampur tanah yang banyak mengandung bahan organik ("top soil") dengan pupuk kandang dengan perbandingan pupuk = 1 dan tanah= 2 , pupuk : tanah = 1 : 2;

- -untuk tanah yang berpasir dapat digunakan pupuk buatan (NPK) sebanyak 450 -680 kg per hektar dengan perbandinganN: P : K= 4: 8 : 4atau 5: 10 : 5;

- -ganti tanah yang tidak memenuhi syarat("subsoil") dengan tanah yang banyak mengandung bahan organik (humus) di sekitar daerah penanaman;

- -buat lubang berselang-seling, untuk menghindari erosi yang terjadi pada Talud tersebut, khususnya sebelum rumput tumbuh menutupi permukaan seluruh permukaan tanah;

- -buat lubang dengan kedalaman 7 cm, dengan jarak antar lubang 15 cm;

- -potong tunas rumput setinggi 5 cm dan tanam biji atau tunas ke dalam lubang.

(8)

Gambar 0-2. Jarak dan Posisi Lubang untuk Penanaman Biji Rumput

b). Penanaman Lempengan Rumput(Gebalan Rumput/ "Sodding") - -siapkan lempengan rumput dengan ukuran 25 cm x 25cm;

- -buat lubang dengan ukuran 25 cm x 25 cm dengan kedalaman

(9)

dilakukan penanaman dengan cara lempengan menyeluruh, jarak antar lubang 30 cm;.

- -isi lubang dengan media tanam dengan komposisi yang sama dengan media untuk rumput dengan biji/tunas, setinggi 8 cm, kemudian tanam lempengan rumput;

- -pasang pasak bambu dengan diameter 1 cm, panjang 30 cm, pada ke empat sudut lempengan untuk menghindari jatuhnya lempengan rumput tersebut selama perakaran belum kuat.

Gambar 0-3. Cara Menanam Lempengan Rumput

2). Tanaman Penutup Tanah

Tanaman penutup tanah dapat dilakukan dengan memperhatikan pola bertanam sebagai berikut :

- -tanah dibersihkan dari segala kotoran dan telah digemburkan.

- -media tanam telah disesuaikan dengan perbandingan top soil dan pupuk 2 : 1.

- -menentuan titik tanam.

(10)

a). Dengan pola penanaman rapat.

Titik tanam dibuat bersilang untuk tanaman dengan pertumbuhan tidak cepat. Contoh : Althernantera amoena – Krokot

Gambar 0-4. Pola Menanam rapat

b). Dengan pola penanaman berbaris.

Titik tanam dibuat berjajar untuk tanaman untuk tanaman dengan pertumbuhan cepat.

Contoh : Widelia trilobata - Widelia /Seruni Calopogonium mucunoides -Kacang-kacangan

(11)

Gambar 0-6. Tanaman Berakar Serabut

3). Tanaman Berakar Serabut

Tanaman ini dapat ditanam pada tebing dengan pembuatan teras agar memperkuat tebing dan memberi kesan estetika. Pembuatan teras dapat dilakukan sesuai dengan tanaman yang akan ditanam.

(12)

Gambar 0-7. Perletakan Tanaman

Tanaman berakar serabut ini dapat ditanam sebagai tanaman pada tebing dengan perlakuan sebagai berikut :

- -permukaan tanah yang ditanami harus dalam keadaan bersih dan gembur. Ketebalan lapisan olah cukup untuk

(13)

tanaman.

- -perakaran sebaiknya tidak melebihi batas kemiringan tanah asal.

- -pada lubang tanaman dimasukkan campuran "top soil" dan pupuk yaitu dengan perbandingan 2 : 1.

- -setelah ditimbun tanah dipadatkan.

Gambar 0-8. Tanaman Berakar Dalam dan Panjang

4). Tanaman Berakar Dalam dan Panjang

Tanaman berakar dalam dan panjang membutuhkan pembuatan teras (sengkedan) terlebih dahulu yang disesuaikan dengan kemiringan tanah.

Contoh jenis tanaman yang dapat dipergunakan : -Calliandra sp – Caliandra - Cassia siamea -Johar -Sesbania grandiflora - Kemlandingan

a). Kemiringan 3% - 10%. Pada kemiringan ini dibuat teras kridit.

Pembuatan teras ini dimulai dengan membuat jalur penguat teras sejajar garis tinggi. Jarak antar jalur 5 -12 m. Kemudian dibuat guludan dengan ukuran

b). Kemiringan 10% -50%. Pada kemiringan ini dibuat teras pematang/guludan. Jarak antara guludan 2 -3 m.

c). Cara lain membuat teras untuk tanaman berakar dalam dan panjang, dengan kelandaian 1 : 1,5 jarak teras

(14)

Gambar 0-9. Kemiringan Tanah

Gambar 0-10. Teras (Sengkedan)

(15)

5). Perkuatan Talud Dengan Material Lain

Yang dimaksud dengan material lain adalah dengan mulsa (Mulch), yaitu menutupi permukaan tanah dengan serasah yang berkemampuan menahan erosi.

-Menutupl permukaan tanah dengan menaburi atau menghamparkan serpihan kayu atau gabus dengan penggarukan menyilang pada permukaan Talud terlebih dahulu.

2.5 Persyaratan

Persyaratan untuk penggunaan tanaman/tumbuhan sebagai perkuatan Talud harus memehuhi ketentuan sebagai berikut :

a). Lokasi yang cukup sinar matahari

b). Kelandaian Talud yang memenuhi syarat c). Perawatan yang memadai

d). Jenis tanah

(16)

BAB III

PEMELIHARAAN DINDING PENAHAN TANAH

3.1. EROSI

3.1.1 Lokasi :

a). Pada talud yang dilcwati aliran air pcrmukaan dengan kccepatan yang relatif besar.

b). Pada talud yang permukaannya dibiarkan tanpa berpcnutup (rumput, batu kosong, tembok, beton). '.ebih lebih yang tanah dasarnya berpasir

3.1.2 Ciri-Ciri :

Pennukaan talud tergerus karena sebagian rnaterialnya terbawa aliran air.

3.1.3 Tingkat Kerusakan :

Diukur luas dan kedalaman daerah yang tererosi.

3.1.4 Kemungkinan Penyebab Utama :

Aliran air yang deras yang mampu menghanyutkan material-material halus tanah dasar talud.

3.1.5 Akibat :

Bila dibiarkan akan berkembang menjadi longsoran. Endapan basil erosi akan menyebabkan pendangkalan pada, selokan tepi gorong-gorong, dll.

3.1.6 Usaha Perbaikan :

a). Mengarahkan pengaliran air pemiukaan agar selalu terkontrol meialui drainase jalan.

b). Memelihara agar seluruh permukaan talud selalu berpunutup. (rumput, batu kosong, tembok, dll.)

(17)

3.1.7 Bahan

Disamping tanah timbunan untuk pembentukan kembali Talud, mungkin diperlukan penutupan talud dengan gebalan rumput, dinding batu kosong, tembok maupun beton.

Perbaikan drainase mungkin juga memerlukan pengerasan dengan tembok atau beton.

Penanaman rumput di Talud dengan tanah dasar berpasir periu diberikan lapisan tanah subur.

Pasangan batu menggunakan adukan 1pc : 3ps, beton kelas K175.

3.1.8 Peralatan :

Tergantung jenis dan besarnya pekerjaan, peralatan mungkin meliputi alat penggali, alat pemadat (tamping rammer), pengaduk beton

3.1.9 Tenaga Kerja :

Tergantung jenis dan besarnya pekerjaan.

3.1.10 J'engaman Lalu Lintas :

Bila pekerjaan dilakukan dipinggir jalan hams dipasang rambu tanda hati-hati dan landa jalan sedang diperbaiki agar kendaraan dapat memperlambat kecepatannya.

Tidak diperbolehkan menimbun material diatas jalur lalu lintas atau balm jalan.

3.2 LONGSOR 3.2.1 LOKASI :

Berdasarkan kemungkinan penyebab maupun cara perbaikannya, digolongkan menjadi 6 jenis :

a). Pada ialud dengan kemiringan lebih besar dari kemiringan a'.am tanah dasarnya. (jika tanpa dinding penahan).

b). Pada galian atau timbunan yang tinggi.

c). Pada bidang pertemuan antara lapisan tanah gembur (pervious soil) dengan lapisan tanah kedap air (impervious soil) yang terletak di atasnya.

(18)

d). Pada daerah yang air tanahnya tinggi.

e). Pada jalan dengan bahu yang sempit.

f). Pada jalan didaerah yang labil.

3.2.2 Ciri-Cirl :

Retakan tanah atau dinding penahan, sebagai tanda awal kerusakan, sampai terjadi tanda awal kerusakan, sampai terjadi longsoran pada Talud galian maupun badan jalan.

Pada daerah yang geologinya labil terkadang terlihat tumbuh-tumbuhan dan bangunan kedudukannya miring (tidak vertikal).

3.2.3 Tinckat Kerusakan :

Diukur iuas dan kedalaman daerah lcngsoran.

Gambar 0-2. Bronjong

Gambar 0-1. Tembok Penahan Tanah

(19)

3.2.4 Peralatan :

Tergantung jenis dan besarnya pekerjaan, peraiatan mungkin meliputi alat penggali, alat pemadat, pengaduk beton

3.2.5 Tenaga Kerja :

Tergantun jenis dan besamya pekerjaan 3.2.6 Pengamanan Lalu Lintas :

Tergantung jenis dan besarnya pekerjaan, serta sifal gangguannya terhadap lalu lintas pengguna jalan. Jika tidak menimbulkan gangguan langsung, cukup diberikan rambu tanda hati-hati, petunjuk untuk mengurangi kccepatan dan tanda jalan sedang diperbaiki. Apabila pekerjaan dilakukan di jalur lalu lintas maupun bahu jalan, selain tanda-tanda diatas mungkin diperlukan pengaturan lalu lintas yang Iewat secara bergantian.

Gambar 0-3. Terjunan Pasangan Batu

3.3 TERGERUS (SCORING) 3.3.1 Lokasi :

a). Pada badan jalan yang didirikan di tapi aliran air : sungai, lain, dll

b). Pada hilir (down stream) selokan, gorong-gorong, atau pengaliran air lainnya yang beiakhir di talud.

(20)

3.3.2 Ciri-Ciri :

Permukaan talud tergerus karena sebagian materialnya (crbavva aliran air, yang mungkin berkembang menjadi longsoran.

3.3.3 Tingkat Kerusakan :

Diukur luas dan kcdalaman dacrah yang lererosi.

3.3.4 Kemungkinan Penyebab Utama :

Aliran air yang deras yang memiliki tenaga relatif besar schingga mampu menghanyutkan tanah dasar talud.

3.3.5 Aki8at :

Bila dibiarkan akan berkembang menjadi longsoran.

3.3.6 Usaka Perbaikan :

a). Memasang bangunan pelimpah air dari pasangan batu atau beton.

b). Mengurangi kecepatan air dengan memperlandai kemiringan dasar aliran air yang mungkin perlu di lengkapi dengan bangunan terjunan.

(21)

Gambar 0-4. Penahan gerusan (Scoring)

(22)

3.3.7 Kemungkinan Penyebab Utama :

a) dan b) Talud galian atau timbunan tidak mantap.

c) dan d) tambahan gaya akibat tekanan air, karena drainase bawah tanah (subdrain) tidak tersedia.

e) Tambahan gaya akibat beban (roda !uar) kendaraan.

f) Badan jalan tidak mantap karena pengaruh geologi tanah dasarnya yang labi!.

3.3.8 Akibat :

a). Longsoran pada timbunan badan jalan bisa berakibat jalan terputus.

b). Longsoran Talud galian bisa berakibat tertimbunnya badan jalan atau kerugian akibat hilang/rusaknya tanah, tanaman, bangunan diatasnya.

c). Longsoran dapat terjadi dengan tiba-tiba, sehingga membahayakan pengguna jalan.

3.3.9 Usaha Perbaikan :

Kemantapan Talud dapat diperbesar dengan :

a). Talud dibual lebih landai sesuai dengan Talud alam lanah dasar.

b). Dibuat berm sehagai bahan imbangan untuk ketnantapan Talud.

c). Diberikan pcrktiatan Talud (dinding penahan tanah) dan bronjong, lurap kayu, baja, tembok. beton.

d). Slabilisasi Talud dengan penanaman tumbuh-tumbuhan.

e). Tanah dasar yang labil perlu dilakukan studi dan penanganan khusus.

f). Memperkecil iekanan air tanah, dengan pemasangan pipa drainase pada dinding penahan, pembuatan subdrain dan sedapat mungkin menghindarkan terjadinya penyimpanan air (kolam, saluran irigasi tidak diperkeras) diatas badan jalan.

(23)

Gambar 0-5. Tembok Penahan dari Adukan Pasangan Batu

(24)

3.3.10 Bahan :

Disamping tanah timbunan untuk pembentukan kembali Talud, mungkin diperlukar.

pemasangan bronjong, turap kayu riprap batu kosong, dinding penahan dari pasangan batu atau beton. Batu untuk bronjong maupun riprap harus keras.

mempunyai berat isi > 2.3 t/m2 dan ukuran > 30 cm. Kawat bronjong harus baja berlapis seng dengan kuat larik 4200 kg/m2 dan perpanjangan 10% (minimum).

Tebal kawat untuk tulangan tepi : 5 mm (6SWG), jaringan : 4mm (RSWG), pengikat : 2.1 mm (14SWG). Anyaman berbentuk segi enam yang tcranyam dengan tiga lilitan dengan bukaan kira-kira 80 x 60 mm2. Kayu untuk turap adalah kayu ulin (kayu besi, kayu belian) yang telah diawetkan. Semua baut dan paku harus dari baja St. 37 atau yang setingkat.

Baut harus disertai ring dengan tebal 0.3 garis tengah baut (min) dan max. 5 mm.

Dinding penahan tanah harus dilengkapi pipa drainase PVC D > 50 mm, dengan jarak maksimum 2.00 m. Untuk dinding penahan yang panjar.g dan menerus harus dibuat sambungan mulai dengan jarak maksimal 20 m, lebar 30 mm dan dibuat setinggi dinding. Adukan beton dari kelas K175, adukan pasangan batu lpc : 3ps.

(25)

Gambar 0-6. Perlindungan Dinding Talud

(26)

3.4 Memberikan perlindungan terhadap dasar dan dinding talud yang

berhubungan langsung dengan air (dengan riprap batu kosong, bronjong, tembok dan beton).

3.4.1 Bahan :

Disamping tanah timbunan untuk pembcntukan kembali Talud, mungkin diperiukan penutupan talud dengan dinding batu kosong, tembok maupun beton.

Bahan bronjong seperti pada bab longsoran. Pasangan batu menggunakan adukan lpc : 3ps, beton kelas K.175.

3.4.2 Peralatan:

Tergantung jenis dan besarnya pekerjaan, peralatan mungkin meliputi alat penggali.

pemadat, pengaduk beton 3.4.3 Tenaga Kerja :

Tergantung jenis dan besamya pekerjaan.

3.4.4 Pengamanan Lalu Lintas :

Lihat Pengamanan lalu lintas pada bab : Longsoran.

3.5 DINDING RETAK 3.5.1 Lokasi :

Mungkin terjadi di semua bagian dinding penahan tembok maupun beton.

3.5.2 Ciri-Ciri :

Retakan memanjang, tegak maupun saling berhubungan membentuk blok.

3.5.3 Tingkat Kerusakan :

Diukur tebal maupun panjang retakan, atau luas daerah retakan bila retakan telah saling berhubungan membentuk blok-blok.

3.5.4 Kemungkinan Penyebab Utama :

Rendahnya mutu adukan (kualitas bahan, komposisi campuran), atau cara pengerjaannya.

Konstruksi dinding penahan kurang kuat menahan tekanan tanah atau kombinasi dengan tekanan air, dan muatan lainnya.

Tanah dibelakang dinding penahan kurang padat.

3.5.5 Akibat :

(27)

3.5.6 Usaha Perbaikan :

1. Bila retakan masih setempat, bisa ditutup dengan mortar lpc : 3pc.

Semua retakan harus dibersihkan terlebih dahulu.

2. Bila retakan sudah saling berhubungan dan membentuk biok, dinding harus dibongkar, ditambal atau dibuat yang baru.

3.5.7 Bahan :

Adukan untuk pasangan batu Ipc : 3ps, sedangkan beton dengan mutu K175.

3.5.8 Peralatan :

Tergantung jenis dan besarnya pekerjaan, peralatan mungkin meliputi alat penggali, alat pemadat, pengaduk beton

3.5.9 Tenaga Kerja :

Teigantung jenis dan besarnya pekerjaan.

3.5.10 Pengamanan Lalu Lintas

Lihat Bab Erosi

(28)

BAB IV

PEMELIHARAAN TANAMAN JALAN

4.1 PEMILIHAN JENIS TANAMAN DAN LOKASI PENEMPATANNYA

4.1.1 Pada jalur Tanaman Tepi dan Median

1). Ketentuan untuk perletakan tanaman pada jalur tepi dan jalur tengah (median) disesuaikan dengan potongan melintang standar tergantung pada klasifikasi fungsi jalan yang bersangkutan.

a). Jalan Arteri Primer

Gambar 0-1. Jalan Arteri Primer

b). Jalan Kolektor Primer

(29)

c). Jalan Arteri sekunder

Gambar 0-3. Jalan Arteri Sekunder

Foto 0-1 Tanaman di Perkotaan

2). Berdasarkan lingkungan di sekitar jalan yang direncanakan dan ketentuan ruang yang tersedia untuk penempatan tanaman lansekap jalan, maka untuk menentukan pemilihan jenis tanamannya ada 2 (dua) hal lain yang perlu diperhatikan yaitu fungsi tanaman dan persyaratan penempatannya.

Dari contoh-contoh berikut ini diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam pemilihan jenis tanaman lansekap jalan, dan disarankan agar dipilih jenis tanaman khas daerah setempat, yang disukai oleh burung-burung, serta rendah evapotranspirasinya.

(30)

Tabel 0-1. Fungsi, Persyaratan, Bentuk dan Jenis Tanaman

(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)

4.1.2 Pada Daerah Tikungan

Ketentuan perletakan dan pemilihan jenis tanaman lansekap jalan pada daerah tikungan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1). Bentuk Tikungan Daerah Bebas Samping di Tikungan

Gambar 0-4. Tikungan Gabungan

(37)

2). Pemilihan Jenis Tanaman pada Daerah Tikungan

Penentuan jenis tanaman ditentukan dengan melihat bentuk tikungan dan mengetahui luas daerah bebas samping di tikungan.

Disarankan, agar baik pada awal tikungan maupun di daerah bebas samping digunakan tanaman dengan ketinggian < 0.80 meter, supaya dapat mengarahkan tetapi tidak menutupi pandangan pengemudi kendaraan.

4.1.3 Pada Persimpangan

Beberapa hal penting yang, perlu dipertimbangkan dalam penyelesaian lansekap Jalan pada persimpangan, antara lain :

1). Daerah Bebas Pandang di mulut Persimpangan

Pada mulut persimpangan hams ada daerah terbuka agar tidak menghalangi pandangan pengemudi sehingga akan memberikan rasa aman.

Untuk daerah bebas pandang ini ada ketentuan mengenai letak tanaman yang disesuaikan dengan kecepatan kendaraan dan bentuk persimpangannya.

(lihat buku "Spesifikasi Perencanaan Lansekap Jalan Pada Persimpangan" No.

02/T/BNKT/1992).

(38)

Sebagai contoh dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 0-2. Jarak dan Jenis Tanaman pada Persimpangan

Catatan:

- Tanaman rendah, berbentuk tanaman perdu dengan ketinggian < 0.80 meter

- Tanaman tinggi, berbentuk pohon dengan percabangan di atas 2 meter

2). Pemilihan ienis Tanaman pada Persimpangan

Penataan lansekap pada persimpangan akan merupakan ciri dari persimpangan itu atau lokasi setempat.

Ada yang menempatkan jam kota, omamen-ornamen seperti patung, air mancur, gapura, atau tanaman yang spesifik.

Penempatan dan pemilihan bentuk / desain semua benda-benda ini harus disesuaikan dengan ketentuan geometrik pada persimpangan dan harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

(39)

- Ixora stricata ( soka berwarna-warni) - Lantana camara (lantana )

- Duranta sp ( pangkas kuning ).

b). Bila pada persimpangan ada pulau lalu lintas atau kanal yang dimungkinkan untuk ditanami, sebaiknya digunakan tanaman perdu rendah dengan pertimr angan agar tidak mengganggu penyeberang jalan dan tidak menghalangi pandangan pengemudi kendaraan.

Penggunaan tanaman tinggi berbentuk tanaman pohon sebagai tanaman pengarah, digunakan :

i. Tanaman berbatang tunggal seperti jenis palem Contoh :

- Oreodoxa regia - palem raja - Areca Catechu - pinang jambe - Borassus Flabellifer - lontar (siwalan) ii. Tanaman pohon bercabang > 2 meter

Contoh :

- Khaya Sinegalensis – Khaya - Lagerstromea Loudonii – bungur - Mimusops Elengi - tanjung.

Contoh pemilihan jenis tanaman sesuai dengan fungsi, bentuk dan penempatannya pada daerah tikungan dan daerah persimpangan dapat dilihat pada penjelasan berikut ini.

(40)

Gambar 0-6. Pemilihan Jenis Tanaman

Kriteria Tanaman :

1). Tanaman tinggi yang dapat terlihat dari jauh.

2). Menggunakan tanaman bermassa daun padat/tidak mudah rontok dan batang/dahan tidak merenggas (mudah patah).

3). Tanaman memiliki bentuk tajuk/mahkota yang indah dan berbunga/berdaun indah.

4). Sistem perakarannya tidak merusak konstruksi jalan.

5). Penggunaan tanaman pengarah pada pada sisi yang memungkinkan. Pada sisi tegak lurrs diletakkan tanaman pengarah, a g a r kendaraan dari jauh dapat mengetahui bahwa ada simpang tiga dihadapannya, sehingga dapat mempersiapkan diri untuk mengarahkan kendaraannya ke klri atau ke kanan.

6). Tahan terhadap intensitas terik matahari dan mudah

(41)

Tabel 0-3 Fungsi, Persyaratan, Bentuk dan Jenis Tanaman

(42)
(43)

4.1.4. Pada Daerah yang Ber-terain 1). Tipe Lansekap Jalan Tanpa Lereng

Gambar 0-7. Tipe Lansekap Jalan Tanpa Lereng

Gambar 0-8. Potongan Melintang Jalan dengan Lansekap

(44)

2). Tipe Lansekap Jalan Dengan Lereng Tipe 1. Lereng Terbentuk Karena Topografi

Gambar 0-9. Lereng Terbentuk karena Topografi

Gambar 0-10. Potongan Melintang lereng dengan Topografi

(45)

Tipe 2. Lereng Terbentuk Karena Galian Tanah

Gambar 0-11. Lereng terbentuk karena Galian Tanah

Gambar 0-12. Potongan Jalan di daerah Galian dengan Lansekap

(46)

Tipe 3. Lereng Terbentuk Karena Timbunan Tanah

Gambar 0-13. Lereng Terbentuk karena Timbunan Tanah

Gambar 0-14. Potongan Jalan di daerah Timbunan dengan Lansekap

(47)

Tipe 4. Lereng Terbentuk Karena Potongan Bukit

Gambar 0-15. Lereng Terbentuk karena Potongan Bukit

Gambar 0-16. Potongan Jalan di daerah Perbukitan dengan Lansekap

Gambar 0-17. Sketsa daerah perbukitan dengan Lansekap

(48)

1). Tipe Lansekap Jalan ber Median dengan Lereng

Gambar 0-18. Tipe Lansekap Jalan ber Median dengan Lereng

Gambar 0-19. Potongan Melintang jalan dengan Median dan Lereng

(49)

4). Tipe Lansekap Jalan dengan Bukaan Tipe 1. Tempat Putaran

Gambar 0-20. Tipe Lansekap pada Tempat Putaran

Gambar 0-21. Potongan Melintang Daerah Putaran Dengan Lansekap

Gambar 0-22. Sketsa daerah Putaran

(50)

Tipe 2. Persimpangan

Gambar 0-23. Persimpangan Jalan dengan Lansekap

(51)

5). Tipe Lansgkap Jalan dengan Jalur Lambat tanpa Median, Pemisah Jalur tidak ditanami.

Gambar 0-24. Pemisah Jalur yang tidak ditanami

(52)

6). Tipe Lansekap Jalan ber Median denpan Jalur Lambat, Pemisah Jalur Ditanami.

Gambar 0-25. Pemisah Jalur yang ditanami

(53)

4.2 PENYIRAMAN 1). Lokasi :

Dalam DAMIJA (daerah milik jalan) yaitu pada jalur tanaman di daerah tepi jalan dan median jalan

2). Penyiraman dilakukan untuk :

Menjaga tanaman agar tidak mati kekeringan.

3). Cara Penyiraman :

- Siraman tidak terlampau keras agar media tanam dan tanaman tidak terganggu, dilakukan merata pada seluruh tanaman.

- Dilakukan rutin setiap hari terutama pada musim kemarau, yaitu pada : i. pagi hari pukul 06.00 - 09.00

ii. sore hari pukul 15.00 - 18.00 4). Peralatan :

- Mobil tangki air - Slang air - Ceret siram - Ember

- Alat-alat pengaman lalu lintas 5). Tenaga kerja :

- 1 orang pengemudi - 2 orang penyemprot air 6). Bahan :

- Air hams bebas dari kotoran, minyak, zat kimia atau lainnya yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.

- Jumlah air yang dibutuhkan

 untuk pohon : ± 1 10 1/pohon

 untuk semak : ±15 1/pohon

 untuk rumput/penutup tanah : ± 1 5 l/m2 7). Peralatan :

- Garpu tanah - Sekop - Serok taman - Cangkul - Kereta dorong

(54)

- Sapu lidi

- Alat-alat pengaman lalu lintas 8). Tenaga kerja :

- Pendangir / penyiang 9). Volume pekerjaan :

1 orang pandangir/penyiang mengerjakan

o Untuk pohon/perdu 30 pohon/hari o Untuk semak 50 pohon/hari o Untuk rumput 42 m2

Gambar 0-26. Penyiraman Tanaman Jalan dengan Slang Air

(55)

Gambar 0-28. Pendangiran Tanaman Jalan

Gambar 0-29. Penyiangan Tanaman Jalan

Gambar 0-30. Pembuangan Sampah

Gambar 0-31. Pemangkasan Ranting

(56)

4.3 PENDANGIRAN DAN PENYIANGAN 1). Lokasi :

Dalam DAMIJA (daerah milik jalan) yaitu pada jalur tanaman di daerah tepi jalan dan median jalan

2). Pendangiran dan penyiangan dilakukan untuk :

Merupakan pekerjaan penggemburan tanah dan pembersihan tanaman/rumput liar disekitar tanaman.

3). Cara Pengerjaan :

- Tanaman liar hams dicabut sampai ke perakarannya dan menggemburan tanahnya hams dilaksanakan sedemikian rupa agar tidak merusak perakaran tanaman.

- Pendangiran dan penyiangan dilakukan minimal 1 bulan sekali.

- Pendangiran ini tidak perlu dilakukan terutama apabila : ,

o tanaman mempunyai perakaran daiam terutama apabila : o tanaman mempunyai perakaran dalam terutama

o jenis pohon.

o pada lokasi yang curam (lereng), karena pekerjaan tersebut dapat menyebabkan terjadinya erosi/longsor.

Gambar 0-32. Pemangkasan Semak

(57)

Gambar 0-33. Peralatan Pendangiran dan Penyiangan

4.4 PEMANGKASAN 1). Lokasi :

Dalam DAMIJA (daerah milik jalan) yaitu pada jalur tanaman di daerah tepi" jalan dan median jalan

2). Pemangkasan dilakukan untuk :

- Mengendalikan perfumbuhan tanaman yang sudah tidak teratur d2n mengganggu lingkungan/penglihatan pemakai jaian.

- Membuang cabang/ranting yang tua'rusak dan mati.

- Mempertahankan bentuk/dimensi dan ukuran tanaman.

- Mengurangi penguapan pada musim kemarau panjang sehingga tanaman tidak mati kekeringan (dilakukan sebelum musim kemarau).

- Mengurangi beban sehingga dahan tidak patah pada musim hujan.

3). Cara pemangkasan :

- Dilakukan miring dan rata (45o) agar air hujan tidak tergenang dan dapat mengakibatkan pembusukan batang.

- Arah memangkas dari bawah ke atas, setelah tanaman dipangkas sebaiknya dilakukan pernupukan agar tunas yang baru dapat tcrbentuk kembaii.

4). Peralatan : - Gergaji dahan - Gunting rumput

- Gunting ranting Gambar 0-34. Peralatan Pemangkasan

(58)

- Golok/sabit - Tali tambang

- Karung untuk mengumpul sampah - Kereta dorong

- Alat-alat pengamanan Ialu lintas

5). Tenaga kerja : - Pemangkas

- Pengumpul sampah

6). Volume pekerjaan :

1 orang pemangkas dapat mengerjakan :

 Untuk pohon/perdu 30 pohon/hari

 Untuk semak 50 pohon/hari

 Untuk rumput 40 m2

Gambar 0-35. Pemangkasan Semak

(59)

4.5 PEMUPUKAN 1). Lqkasi :

Daiam DAMIJA (daerah milik jalan) yaitu pada jalur tanaman di daerah tepi jalan dan median jalan

2). Pemupukan diiakukan untuk :

- Menambah kesuburan tanah dengan memberi tambahan bahan organik dan anorganil.

- Memperbaiki sifat-sifat fisis tanah (susunan/struktur tanah).

- Memperbaiki kehidudpan jasad-jasad renik yang hidup di daiam tanah.

Gambar 0-37. Pembuangan Sampah

Gambar 0-38. Pupuk dileburkan pada Tanah.

(60)

Gambar 0-39. Pupuk dilarutkan pada air

Gambar 0-40. Pendangiran untuk memupuk

3). Cara pengerjaan :

- Diberi dengan cara menabur ?>ada tanah yang telah didenir sedalam 15-20 cm di sekeliling batang pohon selebar diameter tajuk, kemudian pupuk ditutup tanah kembali dan disiram dengan air agar cepat larut.

Gambar 0-41. Peralatan

(61)

daun disemprotkan pada daun.

- Pemakaian pupuk dilaksanakan minimal 1 bulain setelah tanam dan diiakukan 1 bulan sekali.

4). Peralatan : - Cerek siram - Ember

- Cangkul - Sekop - Alat penyemprot

- Alat-alat pengamanan lalu lintas

5). Tenaga kerja :

- Penggali/pemupuk 6). Volume pekerjaan :

1 (satu) orang pemupuk (anaman mengerjakan : o Untuk pohon/perdu 30 pohon/hari o Untuk semak 50 pohon/hari o Untuk rumput 40 m2

7). Bahan :

- Pupuk organik : pupuk kandang (kotoran kuda, sapi dan ay am) yang telah matang (+ 6 bulan). Pupuk ini harus bersih dari rumput liar atau tanaman liar lainnya.

- Pupuk anorgani : Jenis pupuknya adalah NPK dan TSP dengan dosis : untuk pohon 25 gram/pohon, untuk perdu/semak

2,5 gram/pohon dengan komposisi :

 N:P:K = 20 : 20 : 20 : 20 - penanaman

 N:P:K - 10 : 25 : 15 - untuk tanaman berbunga

- Perbandingan ini merupakan suatu perbandingan antara unsur-unsur N (Nitrogen), P (Fosfor) dan K (Kalium) di dalam pupuk.

- Pupuk TSP merupakan senyawa Ca (H2 (PO4)2, Monocalsium phosphate diberikan pada tanaman setelah berbunga/berbuah.

Gambar 0-42. Peralatan Pemupukan

(62)

4.6 PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN HAMA/PENYAKIT 1). Lokasi :

Dalam DAMIJA (daerah miiik jalan) yaitu pada jalur tanaman di daerah tepi jalan dan median jalan

2). Cara pencegahan :

- Agar tanaman tidak terserang oleh hama/penyakit perlu dilakukan pencegahan dengan penyemprotan insektisida ke arah batang, daun serta sernua percabangan.

- Penyemprotan jangan dilakukan pada waktu matahari bersinar dengan terik karena dapat menimbulkan terbakarnya daun. Usahakan agar penyemprotan merata pada seluruh bagian tanaman.

Gambar 0-43. Penyemprotan Hama Penyakit dengan Alat Semprot

3). Cara pemberantasan :

- Pemberantasan hama dilakukan dengan Insektisida secara berulang-ulang tiap 1 minggu sekali, sampai tanaman bebas dari hama yang menyerang.

Apabila serangan cukup berat, penyemprotan dapat dilakukan 2 kali seminggu.

- Untuk pemberantasan penyakit, digunakan Fungisida tiap 1 minggu sekali, apabila cukup parah sebaiknya tanaman dibongkar dan bekas lubang tanaman dibiarkan terbuka dikenai sinar matahari untukbeberapa lama, baru ditanam kembali.

(63)

Gambar 0-44. Hama Tanaman Jalan

Gambar 0-45. Penyakit Tanaman Jalan

4.7 PENGGANTIAN TANAMAN/PENYULAMAN 1). Lokasi :

Dalam DAMIJA (daerah milik jalan) yaitu pada jalur tanaman di daerah tepi jalan dan median jaian

2). Tanaman perlu diganti apabila : - Mati/hilang

- Rusak (dapat karena tertabrak)

- Terkena serangan hama yang parah sehingga dapat menular ke tanaman lain.

3). Cara pengerjaan :

- Tanaman yang mati atau rusak dicabut - Siapkan lubang tanaman dengan ukuran :

 pohon, 1m x lm x lm

 semak, 60cm x 40cm x panjang (m2)

(64)

- Isi lubang dengan media tanam dengan komposisi tanah subur : pupuk kandang =3:2, masukkan tanaman pengganti secara hati-hati, setelah kaleng atau plastik pembungkus tanaman dibuka dan dibuang keluar lokasi.

Kemudian media tanam dipadatkan

- Untuk menjaga agar perakaran tanaman tidak patah, perlu dituniang dengan bambu penahan (stegger) sampai pohon tumbuh dengan baik Untuk penggantian rumput dilakukan setelah area dibersihkan dari rumput yang mati dan tanahnya digeinburkan lalu dicampur dengan tanah subur dan pupuk urea dengan komposisi 2:1.

- Apabila serangan bersama-sama, dapat dilakukan penyemprotan secara berganti-ganti menggunakan Insectisida dan Fungisida, atau dapat keduanya dicampur pada pemakaiannya.

- Penyemprotan jangan dilakukan pada waktu matahari bersinar dengan terik karena dapat menimbulkan terbakarnya daun. Usahakan agar penyemprotan merata pada seluruh bagian tanaman.

4). Peralatan :

- Alat penyemprot hama - Masker

- Sarung tangan 5). Tenaga kerja :

Penyemprot/penyampur bahan.

6). Volume Pekerjaan :

1 (satu) orang penyemprot dapat mengerjakan : o untuk pohon besar 10 pohon/hari o untuk perdu 25 pohon/hari o untuk semak 40 m2 / hari 7). Bahan :

Obat pemberantas disesuaikan dengan jenis hama/penyakit

(65)

Tabel 0-4. Jenis Obat Tanaman Jalan dan Penggunaanya

Gambar 0-46. Penanaman Pohon

Gambar 0-47. Pemasangan Steger untuk Pohon

(66)

Gambar 0-48. Penanaman Semak

Gambar 0-49. Pemasangan Steger untuk Semak

Gambar 0-50. Penyiraman Tanaman Jalan

(67)

Gambar 0-51. Ceret Siram (Gembor)

4.8 Gebalan Rumput

1). Rumput yang digunakan

Rumput yang digunakan dapat berbentuk gebalan/lempengan, tunas atau biji Seteiah selesai penanaman perlu dilakukan penyiraman dan jumlah air yang dibutuhkan:

- untuk pohon : + 10 1/pohon - untuk semak: + 5 I/pohon

- untuk rumput/penutup tanah : + 5 l/m2 2). Peralatan :

- Garpu tanah - Sekop - Serok tanam - Cangkul - Kereta dorong

- Alat-alat pengamanan lalu lintas 3). Tenaga Kerja :

- Penggali - Penanam 4). Volum Pekerjaan :

1(satu) orang penggali/penanam mengerjakan:

o untuk pohon, 4 pohon/hari o untuk semak, 48 pohon/hari o untuk rumput, 20 m2 / hari

(68)

5). Bahan :

- Tanaman pengganti - Tanah subur (top soil) - Pupuk kandang/pupuk urea - Bambu penahan

- Tali ijuk

Gambar

Gambar  0-9. Kemiringan Tanah
Gambar  0-2. Bronjong
Gambar  0-3. Terjunan Pasangan Batu
Gambar  0-4. Penahan gerusan (Scoring)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis data menunjukkan bahwa penggunaan bahan baku lokal yaitu tepung ikan 40%, tepung jagung 24%, dedak halus 10% dan ampas tahu 25% serta penambahan

Jika tidak ada pemberitahuan tersebut, maka dianggaplah bahwa sewa itu diperpanjang untuk waktu yang sama; dan (2) Pengaturan batas waktu hak sewa atas tanah Hak Milik bagi

Pengawasan yang dilakukan Dinas Pendidikan mengenai dana yang bersumber dari sumbangan masyarakat hanya berupa laporan penggunaan dana tersebut pada awal tahun

Konsekuensi yang diharapkan klien dapat memeriksa kembali tujuan yang diharapkan dengan melihat cara-cara penyelesaian masalah yang baru dan memulai cara baru untuk bergerak maju

Dalam konsideran huruf (b) dan (c) Perma tersebut pada pokoknya bahwa mediasi sudah masuk dalam proses beracara di Pengadilan, dengan harapan adanya mediasi dapat

Untuk menentukan adanya perbedaan antar perlakuan digunakan uji F, selanjutnya beda nyata antar sampel ditentukan dengan Duncan’s Multiples Range Test (DMRT).

Perpindahan panas akibat aliran fluida yang terjadi di luar pipa dianalisa berdasarkan analisa perpindahan panas secara konveksi yang melewati susunan tube.Besarnya

Berdasarkan hasil pengolahan dengan menggunakan model logistik diketahui bahwa dari standart error (α) 5 persen, faktor-faktor yang secara signifikan berpengaruh nyata