• Tidak ada hasil yang ditemukan

PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh : RIKA AMELIA A 14103696

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(2)

RINGKASAN

RIKA AMELIA. Pilihan Jenis Telur yang Dikonsumsi Rumah Tangga Pasca Kasus Flu Burung (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor). Di bawah bimbingan MUHAMMAD FIRDAUS.

Telur ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling banyak disukai karena ketersediaannya banyak, harganya murah, rasanya lezat, kandungan proteinnya tinggi dan kandungan gizinya lengkap. Peningkatan jumlah konsumsi dan produksi telur ayam di Indonesia menunjukkan masih terbukanya peluang bagi usaha peternakan ayam ras petelur untuk memproduksi telur sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Berdasarkan Dirjen Peternakan (2004) mengidentifikasi hingga akhir tahun 2003 virus flu burung telah menjangkiti 55 kabupaten atau kota yang terdapat di 9 provinsi di Indonesia. Salah satunya adalah Bogor dengan korban jiwa sebanyak satu orang di Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor pada awal tahun 2006.1 Dengan adanya korban virus flu burung pada manusia di Bogor dan gencarnya pemberitaan yang tidak diikuti informasi yang tidak jelas oleh pemerintah, diperkirakan masyarakat Bogor akan mengurangi frekuensi dan jumlah pembelian telur curah atau bahkan mencari produk lain sejenis yang terjamin dalam hal kualitas dan bermanfaat bagi kesehatan seperti telur bermerek. Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu mengetahui sikap konsumen terhadap telur bermerek dan curah Selain itu, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam mengkonsumsi telur ayam. Hal ini berguna bagi pengembangan industri peternakan ayam ras petelur di Indonesia.

Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Mendeskripsikan pola konsumsi telur ayam bermerek dan curah pada konsumen rumah tangga di Hero Supermarket Padjajaran Bogor saat sebelum dan sesudah kasus flu burung (2) Membandingkan sikap konsumen rumah tangga di Hero Supermarket Padjajaran Bogor terhadap telur bermerek dan telur curah. (3) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen rumah tangga dalam memilih telur ayam yang akan dikonsumsi. Penelitian dilakukan di Hero Supermarket Padjajaran Bogor. Lokasi penelitian ini dipilih secara sengaja (purposive) karena Hero Supermarket Padjajaran Bogor adalah salah satu supermarket di Kota Bogor yang menawarkan produk terlengkap dan menyediakan produk telur curah dan telur bermerek serta memiliki tingkat keramaian cukup tinggi dengan mayoritas konsumen dari golongan menengah-atas. Metode pemilihan sampel responden yang digunakan adalah non probability sampling dengan teknik convenience sampling. Jumlah responden yang diambil sebanyak 60 orang, terdiri dari 30 orang yang mengkonsumsi telur ayam bermerek dan 30 orang yang mengkonsumsi telur ayam curah. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif, uji t berpasangan, analisis multiatibut fishbein, dan analisis regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa telur bermerek dipilih oleh konsumen berusia 32-40 tahun, berpendidikan terakhir sarjana, memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dengan pendapatan Rp. 5.000.001- Rp.10.000.000, dan memiliki jumlah balita sebanyak satu orang dengan jumlah anggota keluarga 4-5 orang, dan memiliki tuntutan kesehatan yang menderita

(3)

penyakit tertentu/dianjurkan dokter. Sedangkan konsumen telur curah dipilih oleh konsumen berusia 32-40 tahun, berpendidikan terakhir sarjana, memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dengan pendapatan antara Rp. 2.500.001- Rp. 5.000.000 serta tidak memiliki balita dan jumlah anggota keluarga 4-5 orang, dan memiliki tuntutan kesehatan yang tidak menderita penyakit tertentu/dianjurkan dokter.

Pola konsumsi telur bermerek dilihat dari frekuensi pembelian pada saat sebelum dan sesudah terjadinya kasus flu burung di Bogor tidak berbeda nyata, sedangkan pola konsumsi telur bermerek dilihat dari jumlah pembelian sebelum dan sesudah flu burung di Bogor juga tidak berbeda nyata. Untuk telur curah diketahui bahwa pola konsumsinya jika dilihat dari frekuensi pembelian pada saat sebelum dan sesudah terjadinya kasus flu burung di Bogor tidak berbeda nyata, sedangkan pola konsumsi telur curah dilihat dari jumlah pembelian sebelum dan sesudah flu burung juga tidak berbeda nyata.

Pada tahap pengenalan kebutuhan, sebagian besar konsumen membeli telur bermerek dan curah karena kandungan gizinya yang baik. Pada tahap pencarian informasi, sumber informasi sebagian besar konsumen telur bermerek berasal dari leaflet, sedangkan konsumen telur curah dari anggota keluarga. Selanjutnya, pada tahap evaluasi alternatif, sebagian besar konsumen telur bermerek dan telur curah mempertimbangkan atribut kandungan gizi sebagai atribut yang paling mempengaruhi keputusan pemilihan alternatif yang disukainya. Dalam proses pembelian, sebagian besar konsumen membeli telur bermerek dan curah di supermarket.

Secara keseluruhan skor sikap responden telur bermerek memiliki interpretasi penilaian baik, sedangkan untuk telur curah memiliki interpretasi penilaian biasa. Hasil analisis nilai sikap responden terhadap masing-masing atribut produk secara umum menunjukkan bahwa telur bermerek memiliki atribut yang sudah memenuhi harapan konsumen dibandingkan dengan telur curah. Adapun atribut yang paling membedakan pilihan konsumen terhadap telur bermerek dan telur curah adalah atribut kemasan, kebersihan dan izin depkes.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen rumah tangga dalam memilih jenis telur ayam yang akan dikonsumsi pasca flu burung dianalisis dengan menggunakan model regresi logistik. Faktor-faktor yang secara signifikan berpengaruh nyata terhadap keputusan konsumen dalam memilih jenis telur ayam yang akan dikonsumsi adalah pendapatan, ketersediaan produk dan tuntutan kesehatan.

Saran yang direkomendasikan penulis adalah Pihak Hero perlu menyampaikan kepada produsen dan pemasar telur bermerek agar dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas produknya karena secara umum atribut dari telur bermerek ini sudah sesuai dengan harapan konsumen. Selain itu, atribut-atribut yang telah menjadi keunggulan dapat dimanfaatkan oleh pihak produsen dan pemasar untuk mengoptimalkan kegunaannya atau nilainya di mata konsumen sehingga memberikan citra yang baik di mata konsumen. Sedangkan untuk telur curah, agar dapat lebih diterima oleh konsumen, produsen dan pemasar telur curah perlu memperbaiki beberapa atribut yang belum sesuai dengan harapan konsumen yaitu tanggal kadaluarsa, izin Depkes dan kemasan.

(4)

PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG

(Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor)

Oleh : RIKA AMELIA

A 14103696

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(5)

NRP : A14103696

dapat diterima sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Muhammad Firdaus, Ph.D NIP. 132 158 758

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor)” BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Mei 2008

Rika Amelia A 14103696

(7)

Penulis dilahirkan di Padang, Sumatera Barat pada tanggal 26 April 1982, sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari keluarga Bapak Thamrin dan Ibu Latifah Maaruf. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 2 Olo Nanggalo, Padang pada tahun 1994, dan melanjutkan pendidikan sekolah Menengah di SMP Negeri 12 Padang yang diselesaikan pada tahun 1997. Kemudian penulis melanjutkan ke SMU Negeri 3 Padang dan lulus pada tahun 2000.

Pada tahun 2000 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI pada Program Diploma III Manajemen Hutan Produksi, Fakultas Kehutanan dan lulus pada tahun 2003. Pada Mei 2004, penulis melanjutkan pendidikan ke Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat, bimbingan, hidayah dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pilihan Jenis Telur yang Dikonsumsi Rumah Tangga Pasca Kasus Flu Burung (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor)” sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan pola konsumsi telur ayam pada konsumen rumah tangga di Hero Supermarket Padjajaran Bogor saat sebelum dan sesudah kasus flu burung dan membandingkan sikap konsumen terhadap telur merek dan telur curah. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen rumah tangga dalam memilih jenis telur ayam yang akan dikonsumsinya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan. Namun demikian, dengan segala keterbatasan yang ada, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi Hero Supermarket Padjajaran Bogor pada khususnya dan semua pihak yang memerlukan.

Bogor, Mei 2008

Rika Amelia A 14103696

(9)

Selama penulisan skripsi ini, penulis mendapat sumbangan pikiran, bimbingan, dukungan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Bapak Muhammad Firdaus, Ph.D, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukan dan arahan dengan sabar dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini.

2. Bapak Ir. Joko Purwono, MS selaku dosen evaluator pada tahap kolokium proposal penelitian yang telah memberikan banyak masukan dan koreksi kepada penulis sebelum terjun lapang.

3. Ibu Febriantina Dewi, SE, MSc selaku dosen penguji utama dan Bapak Ir. Joko Purwono, MS selaku dosen penguji komisi pendidikan dalam ujian sidang.

4. Kedua orang tua tercinta serta adikku Riki, atas doa dukungan moril dan materi, pengertian, kesabaran dan kasih sayangnya.

5. Aci, yang telah memberikan semangat dan perhatian.

6. Bapak Bambang selaku Manager Hero Supermarket Padjajaran Bogor, Bapak Yani selaku Manager Fresh and Frozen dan Bapak Syafrudin selaku supervisor Fresh and Frozen yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama proses penelitian berlangsung.

7. Khemas Ibrahim yang telah bersedia menjadi pembahasan

8. Ferry Triana S, Hut, yang telah memberikan banyak masukan, perhatian, semangat dan kasih sayang bagi penulis.

9. Oci, Fani, Dewi, Baban, Ai, Desi, temen-temen penulis di Ekstensi MAB dan keluarga besar Puri Ananda (Rina, Atin, Eva, Pipit, Ria dan Lisa) maupun temen-temen di Padang yang telah memberikan penulis semangat dan dukungan demi kelancaran penelitian ini serta dalam keseharian penulis.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 6 1.3 Tujuan Penelitian ... 7 1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Telur ... 9

2.2 Telur Bermerek ... 10

2.3 Kajian Penelitian Terdahulu... 11

2.3.1 Preferensi Konsumen Terhadap Suatu Produk ... 11

2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Dalam Pembelian Suatu Produk ... 14

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 18

3.1.1 Definisi Perilaku Konsumen ... 18

3.1.2 Proses Keputusan Pembelian Konsumen ... 19

3.1.2.1 Pengenalan Kebutuhan... 19

3.1.2.2 Pencarian Informasi ... 20

3.1.2.3 Evaluasi Alternatif ... 21

3.1.2.4 Keputusan Pembelian... 22

3.1.2.5 Evaluasi Pasca Pembelian ... 23

3.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian ... 23

3.1.3.1 Pengaruh Lingkungan ... 23

3.1.3.2 Perbedaan Individu... 25

3.1.3.2.1 Sumberdaya Konsumen ... 25

3.1.3.2.2 Motivasi dan Keterlibatan ... 25

3.1.3.2.3 Pengetahuan ... 25 3.1.3.2.4 Sikap... 26 3.1.3.2.5 Kepribadian ... 26 3.1.3.2.6 Gaya Hidup ... 26 3.1.3.2.7 Demografi ... 27 3.1.3.3 Proses Psikologis... 27 3.1.3.3.1 Pemrosesan Informasi ... 27 3.1.3.3.2 Pembelajaran ... 27

3.1.3.3.3 Perubahan Sikap dan Perilaku... 28

3.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi ... 28

(11)

3.1.6 Pola Konsumsi ... 33

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 33

BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 37

4.3 Metode Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data ... 37

4.4 Metode Analisis Data... 38

4.4.1 Analisis Deskriptif ... 39

4.4.2 Analisis Multiatribut Fishbein ... 39

4.4.3 Analisis Uji t Berpasangan... 42

4.4.4 Analisis Regresi Logistik ... 45

4.5 Definisi Operasional... 49

BAB V. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan PT Hero Supermarket... 51

5.2 Visi dan Misi PT Hero Supermarket... 53

5.3 Karakteristik Konsumen... 53

5.3.1 Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Usia ... 54

5.3.2 Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 55

5.3.3 Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pekerjaan... 56

5.3.4 Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Balita dalam Keluarga ... 57

5.3.5 Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga . 58 5.3.6 Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan ... 59

5.3.7 Sebaran Responden Berdasarkan Tuntutan Kesehatan ... 60

BAB VI. POLA KONSUMSI TELUR AYAM KONSUMEN RUMAH TANGGA HERO SUPERMARKET PADJAJARAN BOGOR 6.1 Pola Konsumsi Telur Bermerek Konsumen Rumah Tangga di Hero Supermarket Padjajaran Bogor ... 61

6.2 Pola Konsumsi Telur Curah Konsumen Rumah Tangga di Hero Supermarket Padjajaran Bogor ... 63

6.3 Sebaran Responden Berdasarkan Harga Telur Bermerek Sebelum dan Sesudah Kasus Flu Burung ... 66

6.4 Sebaran Responden Berdasarkan Harga Telur Curah Sebelum dan Sesudah Kasus Flu Burung ... 67

6.5 Sebaran Pendapat Responden Terhadap Perubahan Perilaku Pembelian Telur Ayam Bermerek dan Telur Curah Akibat Kasus Flu Burung ... 69

6.6 Alasan Konsumen Mengurangi Pembelian Telur Ayam Bermerek dan Telur Curah Akibat Kasus Flu Burung ... 70

6.7 Alasan Konsumen Tidak Mengurangi Pembelian Telur Ayam Bermerek dan Telur Curah Akibat Kasus Flu Burung ... 71

6.8 Sebaran Informasi Mengenai Wabah Flu Burung... 73

6.9 Pendapat Konsumen terhadap Keseriusan Pemerintah dalam Menanggulangi Kasus Flu Burung ... 74

(12)

xi

BAB VII. PROSES KEPUTUSAN DAN PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP PEMBELIAN TELUR BERMEREK DAN TELUR CURAH

7.1 Proses Keputusan Pembelian Telur Bermerek dan Telur Curah... 76

7.1.1 Pengenalan Kebutuhan... 76

7.1.2 Pencarian Informasi ... 78

7.1.3 Evaluasi Alternatif ... 81

7.1.4 Proses Pembelian ... 83

7.2 Sikap Konsumen Terhadap Telur Bermerek Dan Telur Curah... 84

7.2.1 Sikap Responden Secara Keseluruhan... 84

7.2.2 Penilaian Sikap Responden Terhadap Masing-Masing Atribut Produk Telur Bermerek dan Telur Curah ... 87

7.2.2.1 Warna... 88 7.2.2.2 Ukuran ... 88 7.2.2.3 Kebersihan ... 89 7.2.2.4 Kandungan Gizi... 90 7.2.2.5 Harga ... 90 7.2.2.6 Kemudahan Memperoleh ... 91 7.2.2.7 Tanggal Kadaluarsa ... 92 7.2.2.8 Izin Depkes RI ... 93 7.2.2.9 Kemasan ... 93

BAB VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN RUMAH TANGGA DALAM MEMILIH JENIS TELUR AYAM YANG AKAN DIKONSUMSI Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Rumah Tangga dalam Memilih Jenis Telur Ayam yang Akan Dikonsumsi... 95

BAB IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1 Kesimpulan ... 99

9.2 Saran... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 101

(13)

1. Produksi dan Konsumsi Telur di Indonesia Tahun 2001–2005.... 2

2. Jumlah Kasus Flu Burung pada Manusia di Tiap Negara ... 4

3. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Usia ... 54

4. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 56

5. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 57

6. Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Balita dalam Keluarga ... 58

7. Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga... 59

8. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan... 59

9. Sebaran Responden Berdasarkan Tuntutan Kesehatan... 60

10. Frekuensi dan Jumlah Pembelian Telur Bermerek Sebelum dan Sesudah Flu Burung di Bogor ... 62

11. Frekuensi dan Jumlah Pembelian Telur Curah Sebelum dan Sesudah Flu Burung di Bogor ... 64

12. Sebaran Responden Berdasarkan Harga Telur Bermerek Sebelum dan Sesudah Kasus Flu Burung... 66

13. Sebaran Responden Berdasarkan Harga Telur Curah Sebelum dan Sesudah Kasus Flu Burung ... 67

14. Pendapat Responden Terhadap Perubahan Perilaku Pembelian Telur Ayam Bermerek dan Telur Curah Akibat Kasus Flu Burung... 69

15. Alasan Konsumen Mengurangi Pembelian Telur Ayam Bermerek dan Telur Curah Akibat Kasus Flu Burung... 71

16. Alasan Konsumen Tidak Mengurangi Pembelian Telur Bermerek dan Telur Curah Akibat Kasus Flu Burung... 72

(14)

xiii

18. Pendapat Konsumen Terhadap Keseriusan Pemerintah dalam

Menanggulangi Flu Burung ... 74 19. Alasan Responden dalam Mengkonsumsi Telur Bermerek

di Hero Supermarket Padjajaran Bogor ... 77 20. Alasan Responden dalam Mengkonsumsi Telur Curah di Hero

Supermarket Padjajaran Bogor ... 78 21. Sumber Informasi Telur Bermerek di Hero Supermarket

Padjajaran Bogor ... 79 22. Sumber Informasi Telur Curah di Hero Supermarket Padjajaran

Bogor ... 80 23. Atribut Telur Ayam di Hero Supermarket Padjajaran Bogor ... 81 24. Tempat Pembelian Telur Ayam di Hero Supermarket

Padjajaran Bogor ... 83 25. Rentang Skala Interval Total Nilai Sikap Keseluruhan

Responden Telur Bermerek dan Telur Curah ... 85 26. Sikap Responden Secara Keseluruhan Terhadap Atribut Produk

Telur Bermerek dan Telur Curah... 86 27. Rentang Skala Interval Sikap Responden Terhadap Masing-

Masing Atribut Produk Telur Bermerek dan Telur Curah ... 87 28. Sikap Responden Terhadap Masing-Masing Atribut Produk Telur

Bermerek dan Telur Curah ... 88 29. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan

(15)

Nomor Halaman 1. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen

dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya ... 19 2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 35

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Hasil Analisis Uji t Berpasangan ... 104 2. Hasil Analisis Fishbein ... 107 3. Hasil Analisis Regresi Logistik ... 108

(17)

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan nasional dapat tercipta melalui dukungan sumberdaya manusia yang sehat, cerdas dan produktif. Oleh karena itu, status gizi masyarakat memiliki peranan penting dalam mendukung pembangunan nasional. Pada umumnya, ada dua indikator mutu gizi yang digunakan untuk menentukan status gizi masyarakat, yaitu tingkat konsumsi energi dan protein. Kualitas pangan yang optimal dapat dicirikan oleh keseimbangan tingkat konsumsi kedua indikator tersebut, berupa 2.200 kkal energi/ kapita/hari dan 50 gram protein/kapita/hari (LIPI, 1998).

Sebagian besar kebutuhan energi pada pangan dipenuhi dari sumber pangan yang mengandung karbohidrat tinggi, seperti padi-padian dan umbi-umbian. Sedangkan sumber protein dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu protein nabati yang diperoleh dari padi-padian, biji-bijian serta kacang - kacangan dan protein hewani yang berasal dari daging, ikan, ayam, telur dan susu. Ditinjau dari kualitas nutrisinya, sumber protein hewani memiliki kandungan asam amino dan nilai cerna yang lebih baik dibandingkan dengan sumber protein nabati (Uripi, 2004).

Telur ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang murah dan mudah didapat karena ketersediaannya banyak, harganya murah dan rasanya lezat. Kandungan protein dalam telur sangat mudah dicerna dan diserap oleh tubuh, terutama untuk pertumbuhan dan perkembangan jaringan tubuh (Uripi, 2004).

(18)

2

Hal ini disebabkan oleh kualitas dan kandungan protein tertinggi terdapat pada telur. Selain itu, telur juga sebagai makanan yang paling lengkap kandungan gizinya. Berbagai nutrisi yang berfungsi medis seperti anti oksidan, lutein, asam lemak tidak jenuh dan asam sialic adalah beberapa contoh dari sekian banyak nutrisi yang terdapat pada telur dan berfungsi untuk menjaga kesehatan tubuh.

Tingkat konsumsi dan produksi telur di Indonesia pada tahun 2001-2005 mengalami peningkatan setiap tahunnya, hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Konsumsi telur di Indonesia pada tahun 2001 sebesar 793,8 ton meningkat menjadi 1.149,0 ton pada tahun 2005 atau sekitar 44,75 persen dalam kurun waktu empat tahun. Sedangkan produksi telur pada tahun 2001 sebesar 850,3 ton meningkat menjadi 1.149,0 ton pada tahun 2005 atau meningkat sekitar 35,13 persen.

Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Telur di Indonesia Tahun 2001-2005

Tahun Produksi Telur

(ton) Konsumsi Telur (ton) 2001 850,3 793,8 2002 945,7 945,7 2003 973,5 973,6 2004 1.107,4 1.107,3 2005 1.149,0 1.149,0

Sumber : Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan, Departemen Pertanian, 2005

Peningkatan jumlah konsumsi dan produksi telur ayam di Indonesia menunjukkan masih terbukanya peluang bagi usaha peternakan ayam ras petelur untuk memproduksi telur sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Peluang tersebut tidak hanya terbatas pada peningkatan kapasitas produksi, tetapi juga berupa diversifikasi produk telur ayam curah menjadi produk baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Telur bermerek merupakan jawabannya karena

(19)

dihasilkan dari proses produksi yang lebih ketat dibandingkan dengan jenis telur ayam curah dan memiliki kandungan nutrisi tertentu yang berbeda dengan telur curah.

Untuk menghasilkan telur yang berkualitas tinggi yang dikenal dengan sebutan telur bermerek ini, para petani harus memberikan pakan yang berasal dari sumber nabati seperti biji-bijian, minyak nabati dan suplemen vitamin E, sebaliknya pakan dari sumber hewani dihilangkan. Kebersihan dan kepadatan kandang harus dijaga secara cermat agar telur ayam yang dihasilkan memiliki karakter fisik dan komponen nutrisi sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkan telur curah dihasilkan dari ayam yang hanya diberikan pakan berupa biji-bijian saja seperti jagung dan dicampur dedak.

Telur bermerek yang beredar di pasaran banyak jenisnya, diantaranya telur Omega 3 vegetarian, telur Rendah kolesterol, telur Prima omega 3+vitamin A dan telur Vegetarian. Masing-masing jenis telur tersebut dihasilkan dari ayam yang diberi sumber pakan yang berbeda.

Telur Rendah kolesterol umumnya dihasilkan dari ayam yang pakannya berupa jagung atau beras serta ditambahkan ampas buah merah yang memiliki kandungan asam lemak tak jenuh tinggi sehingga dapat menekan kadar kolesterol buruk. Telur kaya vitamin A didapat dari ayam yang pakannya banyak mengandung zat karotenoit (pro vitamin A) seperti jagung dan ampas buah merah. Sedangkan telur Vegetarian dihasilkan dari ayam yang seluruh pakannya berasal dari sumber nabati dan ditambahkan kalsium yang berasal dari batu gamping yang sudah diolah hingga menjadi mineral yang food grade (aman dikonsumsi).

(20)

4

Sampai saat ini kehadiran telur-telur bermerek dan manfaatnya hanya dikenal oleh kalangan tertentu saja. Selain disebabkan oleh harganya yang cukup mahal, konsumen beranggapan tidak ada bedanya dengan telur curah karena isi telur yang dikonsumsi sama-sama tersembunyi di balik kulit telur. Sejak dipelopori oleh Josep Setiabudi pada tahun 1990-an, perkembangan produksi dari telur-telur bermerek tidak terlalu besar. Hal ini terjadi karena terlalu banyaknya jumlah produsen dengan berbagai jenis merek yang dihasilkannya.

Di sisi lain, konsumen masih mempertanyakan kandungan dan manfaat lebih dari telur bermerek tersebut karena hingga saat ini belum ada pengawasan kualitas yang ketat dari pemerintah atau lembaga konsumen.1 Kepedulian masyarakat terhadap telur bermerek dan manfaatnya mulai meningkat setelah adanya wabah flu burung. Kasus flu burung di beberapa negara Asia dapat dilihat pada (Tabel 2).

Tabel 2. Jumlah Kasus Flu Burung pada Manusia di Beberapa Negara Asia 2003 2004 2005 2006 Total

Negara

Case Mening- Gal Case Mening- gal Case Mening- gal Case Mening- gal Case Mening- gal

Azebaijan 0 0 0 0 0 0 8 5 8 5 Kamboja 0 0 0 0 4 4 2 2 6 6 Cina 1 1 0 0 8 5 12 8 21 24 Djibouti 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 Mesir 0 0 0 0 0 0 14 6 14 6 Indonesia 0 0 0 0 17 11 41 34 58 45 Irak 0 0 0 0 0 0 2 2 2 2 Thailand 0 0 17 12 5 2 2 2 24 16 Turki 0 0 0 0 0 0 12 4 12 4 Vietnam 3 3 29 20 61 19 0 0 93 42 Total 4 4 46 32 95 41 94 63 239 140

Sumber : World Health Organization (WHO), 2006

Khususnya di Indonesia, tingkat produksi dan konsumsi telur ayam nasional terancam ketika kasus flu burung (Avian influenza) muncul pertama kali

1

(21)

bulan Agustus tahun 2003 di beberapa peternakan ayam ras komersial di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Dirjen Peternakan (2004) mengidentifikasi hingga akhir tahun 2003, virus flu burung telah menjangkiti 51 kabupaten/kota yang terdapat di 9 propinsi. Daerah penyebaran virus flu burung semakin luas hingga mencakup 151 kabupaten/kota di 24 propinsi pada akhir tahun 2005. Korban manusia pertama akibat virus flu burung terjadi pada bulan Juli 2005 di Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten. Korban manusia akibat wabah virus flu burung di Indonesia hingga akhir bulan Agustus 2006 secara kumulatif mencapai 58 kasus dengan 45 korban meninggal dunia. Dengan jumlah tersebut, Indonesia menjadi negara dengan jumlah korban manusia akibat virus flu burung terbanyak ke 2 di dunia setelah negara Vietnam (Tabel 2).

Mewabahnya virus flu burung berdampak buruk terhadap perkembangan industri perunggasan nasional. Kerugian yang dialami oleh industri perunggasan berasal dari aspek produksi berupa depopulasi unggas oleh Departemen Pertanian, diafkirnya produk-produk unggas dan meningkatnya biaya produksi akibat semakin ketatnya proses produksi. Selain itu, terjadi juga penurunan tingkat permintaan produk-produk unggas oleh masyarakat dan larangan impor produk unggas Indonesia oleh negara lain.

Akibat dari wabah virus flu burung ini, sejak bulan Agustus tahun 2003 hingga akhir tahun 2005 jumlah ternak unggas yang mati atau diafkir akibat wabah virus flu burung mencapai 10,45 juta ekor. Penurunan tingkat populasi unggas secara nasional pada periode tahun 2003 hingga tahun 2004 mencapai 22,7 persen. Pada periode tahun 2004 hingga tahun 2005, penurunan tingkat

2

(22)

6

produksi dan konsumsi telur secara nasional masing-masing mencapai 10 persen dibandingkan dengan periode sebelumnya.2

1.2 Perumusan Masalah

Kota Bogor merupakan wilayah yang tergabung dalam kawasan penyangga Provinsi DKI Jakarta dalam penyediaan fasilitas pemukiman. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Bogor, jumlah penduduk Kota Bogor pada tahun 2006 sebanyak 855.085 jiwa. Perkembangan Kota Bogor ditandai juga dengan semakin banyaknya toserba dan swalayan di Kota Bogor yang menjadi pilihan tempat berbelanja bagi masyarakat menengah atas, salah satunya adalah Hero Supermarket Padjajaran Bogor.

Sejak tahun 2003 wabah virus flu burung menyerang beberapa peternakan ayam ras komersial di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Dirjen Peternakan (2004) mengidentifikasi hingga akhir tahun 2003 virus flu burung ini telah menjangkiti 55 kabupaten atau kota yang terdapat di 9 provinsi di Indonesia. Salah satunya adalah Bogor dengan korban jiwa sebanyak satu orang di Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor pada awal tahun 2006.3

Adanya korban virus flu burung pada manusia di Bogor dan gencarnya pemberitaan yang tidak diikuti informasi yang jelas oleh pemerintah diperkirakan menyebabkan masyarakat Bogor mengurangi frekuensi dan jumlah pembelian telur curah. Telur bermerek merupakan pilihan baru konsumen untuk terlepas dari hal tersebut sehingga diperkirakan jumlah dan frekuensi pembelian telur bermerek juga meningkat. Hal ini disebabkan telur bermerek memiliki keunggulan dalam hal atribut kandungan gizi dan kebersihan kulitnya yang berbeda dengan telur curah.

3

(23)

Telur bermerek hanya terdapat di supermarket-supermarket tertentu saja dan tidak ada dijual di pasaran. Hal ini menyebabkan penelitian sengaja dilakukan di Hero Supermarket Padjajaran Bogor yang menjual telur bermerek dan curah.

Untuk mengetahui sikap konsumen terhadap telur bermerek dan telur curah, perlu diketahui penilaian konsumen terhadap atribut-atribut dari kedua jenis telur tersebut. Selain itu, perlu juga diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam mengkonsumsi telur ayam. Hal ini berguna bagi pengembangan usaha peternakan ayam ras petelur di Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang dapat ditelaah adalah :

1. Bagaimanakah pola konsumsi telur ayam (bermerek dan curah) pada konsumen rumah tangga di Hero Supermarket Padjajaran Bogor saat sebelum dan setelah kasus flu burung ?

2. Bagaimana sikap konsumen rumah tangga di Hero Supermarket Padjajaran Bogor terhadap telur bermerek dan telur curah ?

3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi keputusan konsumen rumah tangga dalam memilih telur ayam yang akan dikonsumsi ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mendeskripsikan pola konsumsi telur ayam (bermerek dan curah) pada konsumen rumah tangga di Hero Supermarket Padjajaran Bogor saat sebelum dan sesudah kasus flu burung.

(24)

8

2. Membandingkan sikap konsumen rumah tangga di Hero Supermarket Padjajaran Bogor terhadap telur merek dan telur curah.

3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen rumah tangga dalam memilih jenis telur ayam yang akan dikonsumsi.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Sebagai informasi untuk memenuhi dan melayani kebutuhan serta keinginan konsumen dalam mendapatkan telur yang berkualitas yang sesuai dengan preferensinya.

2. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi produsen dan para penentu kebijakan pemasaran telur bermerek dan telur curah di Bogor.

3. Sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut.

4. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sarana untuk melatih diri dalam mengamati dan menganalisa fenomena yang terjadi di masyarakat.

(25)

2.1 Pengertian Telur

Telur merupakan hasil dari sistem reproduksi suatu individu. Anggorodi (1985) menyatakan bahwa telur adalah hasil sekresi dari sistem reproduksi dan mekanisme endorik, metabolik dan kimia. Telur ayam mempunyai komposisi zat-zat makanan sebagai berikut: air 66 persen, Protein 13 persen, lemak 10,5 persen dan abu 10,5 persen.

Selanjutnya Anggorodi (1985) mengatakan bahwa telur merupakan salah satu sumber protein yang sempurna bagi manusia, tidak hanya dari kualitas tapi juga kuantitas. Telur mengandung asam amino esensial dan kualitas protein telur begitu tinggi sehingga protein telur dapat digunakan sebagai patokan terhadap perbandingan protein lain serta sekitar dua pertiga lemak dalam telur adalah lemak tidak jenuh. Telur kaya akan vitamin yaitu A, D, E, K, B12, tiamin(B1), ribovalavin (B2), niasin, asampantothenat, asam folat dan biotin. Zat-zat mineral dalam telur mencakup kalsium, fosfor, natrium, kalium, khlor, magnesium, ferrum, yodium, mangan, zinkum, kobalt dan kuprum.

Sifat-sifat telur yang perlu diketahui adalah :

1. Kulit telur sangat mudah pecah, retak dan tidak mampu menahan tekanan mekanisme yang besar sehingga telur tidak dapat diperlakukan secara mekanisme dalam suatu sistem kontinu.

(26)

10

2. Telur tidak mempunyai bentuk ukuran yang sama besar sehingga bentuk elipsnya memberikan masalah untuk penanganan secara mekanisme dalam suatu sistem yang kontinu.

3. Udara, kelembaban relatif dan suhu dapat mempengaruhi mutu terutama kuning telur dan putih telur dan menyebabkan perubahan-perubahan secara teknis dan bakteriologis.

4. Mutu isi bagaimanapun baiknya tetapi kenampakan luar berpengaruh dalam penjualan telur terutama mempengaruhi harganya.

Kelemahan telur yaitu memiliki sifat mudah rusak, baik kerusakan alami, kimiawi maupun kerusakan akibat serangan mikroorganisme melalui pori-pori telur. Secara umum, kualitas telur ditentukan oleh :

1. Kualitas bagian dalam (kekentalan putih dan kuning telur, posisi kuning telur dan ada tidaknya noda atau bintik darah pada putih atau kuning telur)

2. Kualitas bagian luar (bentuk dan warna kulit, permukaan telur, keutuhan dan kebersihan kulit telur).

2.2 Telur Curah dan Bermerek

Telur adalah sumber protein yang relatif murah. Selain itu juga telur mengandung choline, yaitu zat yang diperlukan oleh tubuh supaya tetap sehat terutama untuk perkembangan otak dan memori. Manfaat lain yang didapatkan dari mengkonsumsi telur yaitu sebagai sumber nutrisi penting, mencegah penyebaran Food-Borne Phatogen E Coli, mencegah kadar kolesterol dalam darah, menjaga kesehatan mata dan sebagai sumber protein4.

4

(27)

Telur bermerek (branded egg) adalah telur yang dihasilkan oleh peternakan ayam dengan perlakuan khusus pada pakan ternaknya. Biasanya sejumlah peternakan ayam mengalokasikan sekitar 5-10 persen dari total populasi ayamnya untuk dijadikan telur-telur bermerek. Jenis-jenis telur bermerek yang beredar dipasaran banyak jenisnya yaitu telur Omega-3 vegetarian, telur Rendah kolesterol, telur Prima omega-3+vitamin A dan telur Vegetarian. Masing-masing jenis telur bermerek dihasilkan dari sumber pakan yang berbeda seperti ada yang berasal dari jagung ditambahkan ampas buah merah serta ada juga yang seluruh pakannya berasal dari sumber nabati.

Manfaat dari telur-telur bermerek adalah meningkatkan kecerdasan otak, menurunkan kadar kolesterol, mencegah diabetes, mengatasi gangguan pandangan mata kabur dan meningkatkan kekebalan tubuh. Manfaat lainnya adalah menghilangkan gejala penyakit radang sendi, menghilangkan gangguan tulang belakang dan otak (multiple sclerosis) serta menghambat pertumbuhan kanker1.

2.3 Kajian Penelitian Terdahulu

2.3.1 Preferensi Konsumen Terhadap Suatu Produk

Penelitian Suryadi (1995) mengenai preferensi konsumen dan pola konsumsi terhadap komoditi telur dan daging unggas, telur ayam ras merupakan pilihan konsumen yang berpendapatan tinggi dengan tingkat konsumsi telur cukup tinggi yaitu sebesar 6,01 kg/keluarga/bulan atau sekitar 70 persen dibandingkan dengan golongan berpendapatan menengah dan rendah. Keadaan ini menunjukkan bahwa preferensi konsumen terhadap telur ayam ras cukup tinggi tercermin dari pilihan dan pola konsumsi keluarga untuk telur ayam sangat tinggi dibandingkan

(28)

12

untuk telur lainnya dan hal ini sangat mendukung perkembangan produksi ayam ras. Dengan alasan harganya yang murah dan tersedia dimana-mana sehingga mudah didapat dibandingkan dengan telur ayam kampung. Keadaan ini membawa implikasi bahwa produk ayam ras dapat terus dikembangkan dan harus tetap memperhatikan aspek pasar.

Suryadi (1995) dalam penelitiannya tersebut menyatakan bahwa terdapat lima kriteria penilaian konsumen terhadap komoditi telur yaitu kualitas, kebersihan, ukuran dan warna. Sebanyak 75 persen konsumen sangat mengutamakan kualitas dari telur ayam tersebut dan sebanyak 55 persen konsumen mengutamakan kebersihan. Di samping itu, sebagian kecil konsumen mengutamakan ukuran dan warna telur yang disukai konsumen adalah warna putih dengan alasan tidak mudah pecah.

Penelitian Komalasari (2004) mengenai pola konsumsi daging ayam konsumen rumah tangga di Kota Cilegon. Menjelaskan bahwa secara keseluruhan daging ayam kampung hanya dikonsumsi oleh kelas atas sebanyak 80 persen dan kelas menengah sebanyak 67 persen. Sedangkan semua konsumen kelas bawah hanya mengkonsumsi jenis daging ayam broiler saja. Hal ini disebabkan oleh relatif mahalnya harga daging ayam kampung dibandingkan denga harga daging ayam broiler.

Alasan konsumen yang mengkonsumsi daging ayam kampung saja, untuk kelas atas sebagian besar karena kualitas yang lebih baik, sementara kelas menengah karena alasan kesehatan. Konsumen yang mengkonsumsi daging ayam broiler saja sebagian besar karena alasan harga yang lebih murah. Alasan sebagian besar konsumen yang mengkonsumsi kedua jenis daging ayam, mengkonsumsi

(29)

daging ayam kampung karena kualitas yang lebih baik dan mengkonsumsi daging ayam broiler karena keinginan anak-anak yang lebih menyukai daging ayam broiler dibandingkan dengan daging ayam kampung. Pada penelitian ini juga dibahas mengenai atribut-atribut yang menjadi perhatian dalam mengkonsumsi daging ayam. Ada lima atribut dari daging ayam, yaitu harga, rasa, kadar lemak, ketersediaan produk, kemudahan memperoleh dan kepadatan daging. Dari hasil analisis model multiatribut Fishbein. Secara keseluruhan, menurut penilaian konsumen daging ayam kampung lebih baik daripada daging ayam broiler. Atribut daging ayam kampung yang dianggap lebih baik daripada daging ayam broiler adalah atribut rasa yang lebih enak, atribut kadar lemak yang lebih sedikit dan daging yang lebih padat. Sedangkan atribut dari daging ayam broiler yang dianggap konsumen lebih baik dibandingkan dengan daging ayam kampung adalah atribut harga yang lebih murah, atribut ketersediaan produk yang lebih banyak dan atribut kemudahan dalam memperoleh.

Berdasarkan pada penelitian Suryadi (1995), maka peneliti ingin mengetahui apakah saat ini atribut atribut telur ayam seperti kualitas, kebersihan dan warna dapat menjadi atribut yang digunakan oleh konsumen untuk menentukan jenis telur yang akan dikonsumsinya. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan pihak Hero Supermarket Padjajaran Bogor Bagian Fresh and

Frozen, atribut dari telur ayam yang sering diperhatikan oleh konsumen pada saat

menentukan pilihan jenis telur ayam adalah harga, kemudahan memperoleh, tanggal kadaluarsa, izin Depkes RI dan kemasan. Berdasarkan hal tersebut, atribut yang ditambahkan oleh penulis adalah atribut harga, kemudahan memperoleh, tanggal kadaluarsa, izin Depkes RI dan kemasan dengan pertimbangan bahwa

(30)

14

kelima atribut tersebut menjadi atribut penentu yang digunakan oleh konsumen dalam pemilihan jenis telur yang akan dikonsumsinya. Selanjutnya untuk menganalisis preferensi konsumen mengenai telur ayam, penulis menggunakan alat analisis yang sama dengan yang digunakan oleh Komalasari (2004) yaitu Multiatribut Fishbein.

2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen dalam Pembelian Suatu Produk

Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian suatu produk sudah banyak dilakukan. Namun, penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian telur ayam baru dilakukan oleh Suryadi (1995) mengenai preferensi dan pola konsumsi terhadap komoditi telur dan daging unggas. Dengan menggunakan regresi logistik, dimana peubah respon (Y) terdiri dari Y=1, jika konsumen mengkonsumsi daging unggas pada tingkat yang rendah dan Y=0, jika konsumen mengkonsumsi daging unggas pada tingkat yang tinggi.

Dari hasil penelitian ini didapatkan nilai G sebesar 53.195 dengan nilai p= 0.0001, yang artinya model ini dapat diterima sebagai model yang baik. Variabel-variabel yang mempengaruhi keputusan konsumen adalah pendapatan, pendidikan dan jumlah keluarga. Sedangkan variabel lain yaitu jenis kelamin, umur, pekerjaan dan agama tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi telur. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan, pendidikan dan jumlah anggota keluarga suatu rumah tangga maka peluang mengkonsumsi produk unggas lebih banyak mempunyai peluang lebih besar.

(31)

Nurmansyah (2006) dalam penelitiannya menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumsi/pembelian seperti yang dilakukan oleh Suryadi (1995) dengan menggunakan regresi logistik namun dengan produk yang berbeda dan dikaitkan dengan pasca isu flu burung. Metode yang dilakukan oleh Nurmansyah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam mengurangi konsumsi atau tetap mengkonsumsi seperti biasa atau malah menambah konsumsi daging ayam pada kondisi sekarang dengan adanya kasus flu burung. Dimana variabel tak bebasnya adalah Y=1, jika konsumen mengurangi konsumsi daging ayam, Y=0, jika konsumen tidak mengurangi konsumsi daging ayam. Hasil regresi logistik yang diperoleh adalah G= 29.633 dengan nilai p= 0.002. Hal ini berarti ada koefisien model yang berpengaruh nyata atau tidak sama dengan nol, minimal ada satu variabel yang berpengaruh terhadap keputusan konsumsi daging ayam. Variabel yang berpengaruh nyata terhadap konsumsi daging ayam adalah variabel pendapatan, pendidikan ibu rumah tangga dan lokasi tempat tinggal. Hasil penelitian menunjukkan jika pendapatan meningkat maka kemungkinan konsumen mengurangi konsumsi daging ayam semakin besar. Dilihat dari pendidikan, semakin tinggi pendidikan ibu rumah tangga, semakin kecil kemungkinan mengkonsumsi daging ayam. Berdasarkan lokasi tempat tinggal, semakin rendah kelas perumahan, konsumen cenderung tidak mengurangi konsumsi daging ayam (tidak terpengaruh oleh isu flu burung).

Penelitian yang dilakukan Komalasari (2004) mengenai pola konsumsi daging ayam konsumen rumah tangga di Kota Cilegon. Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam

(32)

16

memilih jenis daging yang akan dikonsumsinya. Variabel tak bebas adalah Y=1, jika konsumen mengkonsumsi daging ayam kampung, Y=0, jika konsumen tidak mengkonsumsi daging ayam kampung. Dengan menggunakan regresi logistik diperoleh nilai statistik G= 62.337 dan p= 0.000. Hal ini menunjukkan paling sedikit terdapat satu variabel yang berpengaruh nyata. Variabel-variabel yang berpengaruh nyata adalah tingkat pendapatan, harga relatif (menunjukkan kualitas, terdiri dari konsumen yang mempertimbangkan harga dan konsumen yang tidak mempertimbangkan harga) dan etnis (Sunda).

Dari penelitian dapat disimpulkan semakin besar pendapatan rumah tangga maka semakin besar peluang untuk memilih mengkonsumsi daging ayam kampung. Dilihat dari harga relatif, konsumen yang mempertimbangkan harga cenderung mempunyai peluang untuk membeli daging ayam kampung lebih rendah dibandingkan konsumen yang tidak mempertimbangkan harga. Selain itu variabel lain yang berpengaruh nyata terhadap keputusan untuk mengkonsumsi daging ayam kampung adalah etnis Sunda. Konsumen yang beretnis Sunda mempunyai peluang yang besar mengkonsumsi daging ayam kampung dibandingkan etnis lainnya.

Berdasarkan hasil dari penelitian-penelitian terdahulu penulis ingin mengetahui apakah faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian/konsumsi pada penelitian di atas juga mempengaruhi keputusan konsumen dalam memilih mengkonsumsi telur ayam bermerek atau telur curah

pada kondisi sekarang dengan adanya kasus flu burung. Faktor-faktor tersebut adalah pendapatan, pendidikan, jumlah anggota keluarga. Pada penelitian ini

(33)

kesehatan dan ketersediaan produk. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa ketiga variabel tersebut dapat mempengaruhi pemilihan konsumen terhadap telur ayam yang dikonsumsinya. Berdasarkan alat analisis yang digunakan oleh penelitian-penelitian terdahulu oleh Nurmansyah. Komalasari dan Suryadi memiliki kesamaan, yaitu menggunakan regresi logistik. Perbedaannya penelitian yang dilakukan sekarang dengan Suryadi adalah untuk menganalisis pola konsumsi konsumsi telur ayam bermerek dan telur ayam curah sebelum dan sesudah flu burung menggunakan uji t berpasangan. Sedangkan Suryadi untuk menganalisis pola konsumsi daging dan unggas di Kota Bogor menggunakan uji ANOVA.

(34)

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk

proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan tersebut (Engel et al. 1994). Tindakan membeli berwujud pada pilihan-pilihan konsumen

terhadap merek, jumlah produk, tempat, waktu dan frekuensi pembelian.

Menurut Trestita dalam Wijaya, A (2007) perilaku konsumen terkait dengan kebiasaan dan pola konsumsi seseorang terhadap suatu produk dimana preferensi menjadi faktor utama yang mempengaruhi hal tersebut. Preferensi, keinginan dan tingkat penggunaan konsumen sering berkaitan dengan variabel-variabel demografi seperti umur, jenis kelamin, siklus hidup, penghasilan, pekerjaan, pendidikan, agama dan besar keluarga (Kotler, 2000).

Konsumen akan melakukan pembelian suatu jenis produk atau jasa didasarkan pada sejauh mana produk atau jasa tersebut dipandang relevan dengan gaya hidup mereka. Sedangkan masing-masing kelompok konsumen memiliki perbedaan minat dan selera. Hal ini juga menjadi pemicu perlunya pengetahuan mengenai perilaku dan preferensi konsumen terhadap produk yang dihasilkan oleh pemasar.

(35)

PENGARUH LINGKUNGAN Budaya Kelas sosial Pengaruh pribadi Keluarga Situasi PERBEDAAN INDIVIDU Sumberdaya konsumen Motivasi dan keterlibatan

Pengetahuan Sikap Kepribadian dan Gaya hidup

Demografi PROSES KEPUTUSAN Pengenalan kebutuhan Pencarian informasi Evaluasi alternatif pembelian Hasil PROSES PSIKOLOGIS Pengolahan informasi pembelajaran Perubahan Sikap atau perilaku

STRATEGI PEMASARAN

Produk Harga Promosi Tempat/Distribusi 3.1.2 Proses Keputusan Pembelian Konsumen

Menurut Engel et al. (1994) ada lima tahap atau proses yang dilakukan konsumen dalam mengambil keputusan pembelian yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan evaluasi pasca pembelian. Selanjutnya Engel et al. (1994) menyatakan bahwa perilaku konsumen dipengaruhi dan dibentuk oleh faktor lingkungan, perbedaan individu serta proses psikologis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.

Sumber : Engel, et al (1994). 3.1.2.1 Pengenalan Kebutuhan

Proses pembelian suatu produk dimulai ketika suatu kebutuhan dirasakan atau dikenali. Konsumen mempersepsikan perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan situasi yang memadai untuk membangkitkan dan mengaktifkan

(36)

20

proses keputusan. Pada hakekatnya, pengenalan kebutuhan bergantung pada berapa banyak ketidaksesuaian antara keadaan yang dihadapi sekarang dan keadaan yang diinginkan.

3.1.2.2 Pencarian Informasi

Jika sudah disadari adanya kebutuhan dan keinginan, maka konsumen akan mencari informasi mengenai keberadaan produk yang diinginkan. Konsumen akan mencari informasi yang disimpan di dalam ingatan (pencarian internal) atau

mendapatkan informasi yang relevan dengan keputusan dari lingkungan (pencarian eksternal). Jika pencarian internal dirasakan sudah cukup, maka

pencarian eksternal tidak lagi dilakukan (Engel et. al.,1994). Pencarian akan informasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor situasi, ciri-ciri produk, lingkungan eceran dan konsumen itu sendiri.

Menurut Kotler (2000) sumber-sumber informasi konsumen terdiri dari empat kelompok, yaitu :

1. Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan.

2. Sumber komersil : iklan, tenaga penjual, pedagang, kemasan dan panjangan

di toko.

3. Sumber publik : media massa, organisasi penilaian konsumen. 4. Sumber percobaan : penanganan, pengujian, penggunaan produk.

Setiap sumber informasi tersebut memberikan fungsi yang berbeda-beda dalam mempengaruhi keputusan pembelian. Sumber-sumber informasi yang berbeda dapat menuntun konsumen dalam setiap keputusan pembelian yang berbeda.

(37)

3.1.2.3 Evaluasi Alternatif

Dari berbagai informasi yang diperoleh, konsumen melakukan seleksi atas alternatif–alternatif yang tersedia. Proses seleksi inilah yang disebut sebagai tahap evaluasi informasi. Menurut Engel et al. (1994), evaluasi alternatif merupakan proses dimana suatu alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Konsumen mengevaluasi pilihannya berkenaan dengan manfaat yang diharapkan dan menyempitkan pilihan hingga alternatif yang dipilih.

Komponen dari tahap evaluasi alternatif ini adalah : (1) menentukan kriteria evaluasi yang akan digunakan untuk menilai alternatif, (2) memutuskan alternatif mana yang akan dipertimbangkan, (3) menilai kinerja dari alternatif yang akan dipertimbangkan dan (4) memilih dan menerapkan kaidah keputusan untuk membuat pilihan akhir.

Untuk memilih alternatif, konsumen akan menggunakan beberapa kriteria evaluasi yang berbeda, misalnya harga, nama merek, negara asal produk dan sebagainya. Kriteria ini bervariasi sesuai dengan kepentingan relatif mereka. Dengan kriteria-kriteria tersebut konsumen dapat menentukan beberapa alternatif yang salah satunya akan dipilih. Kriteria ini biasanya tergantung pada beberapa faktor yaitu pengaruh situasi, kesamaan alternatif-alternatif pilihan, motivasi, keterlibatan dan pengetahuan konsumen (Engel et. al.,1994).

Menurut Kotler (2000) ada beberapa konsep dasar yang perlu diketahui untuk memahami proses evaluasi konsumen :

1. Konsumen berusaha untuk memenuhi suatu kebutuhan. 2. Konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk.

(38)

22

3. Konsumen memandang masing-masing produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan itu.

3.1.2.4 Keputusan Pembelian

Dengan menggunakan berbagai kriteria yang ada di dalam benak konsumen, salah satu produk akan dipilih untuk dibeli. Engel et al. (1994) mengatakan bahwa tahap terakhir dalam model perilaku konsumen adalah tindakan pembelian. Pembelian terjadi apabila konsumen memperoleh alternatif yang dipilih atau pengganti yang dapat diterima bila perlu. Pada tahap pembelian ini, konsumen harus mengambil keputusan mengenai kapan membeli, tempat pembelian dan cara pembayaran. Determinan yang mempengaruhi tahap keputusan pembelian menurut Engel et al. (1994) adalah determinan niat pembelian dan pengaruh lingkungan atau perbedaan individu.

Niat pembelian konsumen biasanya dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu (1) produk dan merek dan (2) kelas produk. Kategori produk dan merek umumnya disebut sebagai pembelian terencana sepenuhnya. Pembelian terencana sepenuhnya ini merupakan hasil dari kerterlibatan tinggi dan pemecahan masalah yang diperluas. Pembelian berdasarkan kategori produk dan merek ini akan menjadi lebih selektif karena konsumen akan lebih bersedia menginvestasikan waktu dan energi dalam berbelanja. Kategori yang kedua disebut juga sebagai pembelian yang tidak terancana apabila niat pembelian berdasarkan kategori kelas pilihan merek terjadi di tempat pembelian.

(39)

3.1.2.5 Evaluasi Pasca Pembelian

Setelah pembelian terjadi, konsumen akan mengevaluasi hasil pembelian yang telah dilakukan. Hasil evaluasi pasca pembelian dapat berupa kepuasan dan ketidakpuasan. Menurut Engel et al. (1994) kepuasan dapat berfungsi sebagai pengukuhan loyalitas pembeli, sehingga jika konsumen merasa puas maka keyakinan dan sikap yang terbentuk akan berpengaruh positif terhadap pembelian, sementara ketidakpuasan konsumen dapat menyebabkan keluhan, komunikasi lisan yang negatif dan upaya untuk menuntut ganti rugi melalui sarana hukum.

3.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian

Engel et al. (1994) mengemukakan ada tiga faktor utama yang dapat mempengaruhi konsumen dalam melakukan keputusan pembelian. Faktor-faktor tersebut adalah :

3.1.3.1 Pengaruh Lingkungan

Pengaruh lingkungan adalah pengaruh yang diterima oleh konsumen individual akibat dari interaksi yang dilakukannya dengan individu lain di lingkungannya. Pengaruh lingkungan yang mempengaruhi konsumen individu mengambil keputusan pembelian suatu produk adalah :

1. Budaya adalah faktor yang memiliki pengaruh paling luas dalam mempengaruhi tingkah laku konsumen. Pada umumnya perilaku manusia dapat dipelajari. Seseorang yang dibesarkan dalam sebuah masyarakat akan mempelajari seperangkat nilai dasar persepsi, preferensi dan perilaku melalui

(40)

24

sebuah proses sosialisasi yang melibatkan keluarga dan lembaga penting lainnya (Kotler, 2000).

2. Kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen yang tersusun secara hierarkis dan memiliki anggota dengan nilai-nilai dan minat perilaku yang sama. Mereka dibedakan oleh perbedaan status sosial ekonomi yang belajar dari yang rendah sampai yang tinggi. Status sosial biasanya akan menghasilkan bentuk-bentuk perilaku yang berbeda. Kelas sosial diantaranya ditentukan oleh pekerjaan, prestasi pribadi, pemilikan dan interaksi.

3. Kelompok acuan adalah orang atau kelompok orang yang mempengaruhi secara bermakna perilaku individu. Kelompok acuan memberikan standar norma dan nilai yang dapat menjadi perspektif penentu mengenai bagaimana seseorang berfikir dan berperilaku.

4. Keluarga adalah organisasi yang paling penting dalam masyarakat. Kelompok yang terdiri dari dua atau lebih orang yang berhubungan melalui darah, perkawinan dan adopsi dan tinggal bersama. Anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling berpengaruh dalam mengambil keputusan mengkonsumsi suatu barang. Pada umumnya proses keputusan pembelian dalam suatu keluarga memiliki kesamaan dalam hal memilih produk baik dari segi merek, warna, jenis dan dari segi lainnya.

5. Situasi dapat dipandang sebagai pengaruh yang timbul dari faktor khusus untuk waktu dan tempat spesifik yang lepas dari karakteristik konsumen dan karakteristik objek misalnya pembatalan pembelian suatu barang karena ada kebutuhan lain yang mendesak.

(41)

3.1.3.2 Perbedaan Individu

Perbedaan individu merupakan faktor internal yang menggerakkan dan mempengaruhi perilaku. Perbedaan individu ini dapat dilihat dari sumberdaya konsumen, motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, serta kepribadian, gaya hidup dan demografi.

3.1.3.2.1 Sumberdaya Konsumen

Tiga sumberdaya yang dibawa oleh setiap orang dalam situasi pengambilan keputusan pembelian yaitu sumberdaya ekonomi, sumberdaya temporal dan sumberdaya kognitif. Persepsi konsumen mengenai sumberdaya yang tersedia mungkin mempengaruhi kesediaan untuk menggunakan uang dan waktu untuk produk. Jadi ukuran kepercayaan konsumen mungkin berguna dalam meramalkan penjualan masa yang akan datang berdasarkan kategori produk.

3.1.3.2.2 Motivasi dan Keterlibatan

Keterlibatan dan motivasi merupakan salah satu faktor yang membedakan antar individu. Perilaku yang termotivasi didasarkan pada pengaktifan kebutuhan atau pengenalan terhadap kebutuhan tersebut. Kebutuhan atau motif dapat diaktifkan ketika ada ketidakcocokan antar kondisi yang diinginkan dengan kondisi yang aktual.

3.1.3.2.3 Pengetahuan

Pengetahuan dapat diartikan secara sederhana sebagai informasi yang disimpan dalam ingatan. Pengetahuan konsumen mencakup dalam hal informasi

(42)

26

ketersediaan dan karakteristik produk, tempat atau dimana dan kapan untuk membeli serta penggunaan produk.

3.1.3.2.4 Sikap

Sikap didefinisikan sebagai evaluasi yang menyeluruh yang memungkinkan orang merespon dengan cara menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan objek yang diberikan. Sikap dapat diekspresikan bila seseorang suka atau tidak suka terhadap suatu produk atau objek.

3.1.3.2.5 Kepribadian

Kepribadian dalam perilaku konsumen didefinisikan sebagai respon yang konsisten terhadap stimulus lingkungan (H.H Kasarjian dalam Engel et al,1994). Menurut Piere Martineau dalam Engel et al (1994), produk juga mempunyai kepribadiaan dalam bentuk citra merek, oleh karena itu strategi pemasaran harus berfokus pada pencocokkan pada kepribadian konsumen dengan kepribadian produk.

3.1.3.2.6 Gaya Hidup

Gaya hidup dapat didefinisikan sebagai pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu dan uang. Gaya hidup adalah fungsi motivasi konsumen dalam pembelajaran serta konsepsi ringkasan yang mencerminkan nilai konsumen (Engel et. al.,1994 ).

(43)

3.1.3.2.7 Demografi

Faktor demografi berperan dalam menentukan gaya hidup dan segmentasi pasar. Faktor demografi antara lain mencakup ukuran, pertumbuhan, kepadatan dan distribusi digunakan di dalam penelitian konsumen untuk menjabarkan pangsa konsumen berkenaan dengan usia, pendapatan dan pendidikan.

3.1.3.3 Proses Psikologis

Faktor terakhir yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah proses psikologis. Proses psikologis terdiri dari pemrosesan informasi, pembelajaran, serta perubahan sikap dan perilaku.

3.1.3.3.1 Pemrosesan Informasi

Pemrosesan informasi mengacu pada proses yang dengannya suatu stimulus diterima, ditafsirkan, disimpan di dalam ingatan dan belakangan diambil kembali. Pemrosesan informasi dapat dirinci menjadi lima tahap. Kelima tahap ini dikembangkan oleh William McGuire dalam Engel et al (1994), yaitu (1) Pemaparan, (2) Perhatian, (3) Pemahaman, (4) Penerimaan, (5) Retensi.

3.1.3.3.2 Pembelajaran

Menurut Engel et al. (1994), pembelajaran merupakan suatu proses dimana pengalaman menyebabkan perubahan dalam pengetahuan, sikap dan atau perilaku. Pembelajaran terdiri dari dua pendekatan, pertama yaitu pembelajaran kognitif yang dicerminkan melalui perubahan pengetahuan dan fokusnya adalah pada pengertian akan proses mental yang menentukan bagaimana orang

(44)

28

mempelajari informasi. Pembelajaran yang kedua adalah pendekatan behaviourisme, dimana pendekatan ini hanya semata-mata berkenaan dengan perilaku yang diamati.

3.1.3.3.3 Perubahan Sikap dan Perilaku

Watson dalam Engel et al. (1994) menyatakan bahwa pengulangan yang konstan akan mengukuhkan respon dan membina kebiasaan membeli. Perubahan sikap dan perilaku merupakan sasaran dari kegiatan pemasaran. Salah satu usaha mempengaruhi perilaku adalah dengan menggunakan iklan.

3.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi

Kotler (2000) membagi faktor tersebut ke dalam empat faktor yaitu faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologis. Pendapat lain dikemukakan oleh Hawkins dalam Komalasi (2004) yang menyatakan bahwa perilaku konsumen dalam mengkonsumsi pangan dipengaruhi secara simultan oleh faktor–faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri konsumen dan faktor–faktor eksternal yaitu faktor–faktor yang berasal dari luar diri konsumen.

Pendapatan

Tingkat pendapatan mempengaruhi keputusan konsumen telur ayam di Hero Supermarket Padjajaran Bogor dalam memilih jenis dan merek produk yang diinginkannya yaitu mengkonsumsi telur bermerek atau telur curah. Konsumen yang memiliki tingkat pendapatan tinggi akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap produk yang dipilihnya jika dibandingkan dengan pendapatan yang lebih

(45)

rendah baik merek, jumlah, jenis dan kualitasnya. Hal tersebut akan mendorong adanya pola konsumsi atau gaya hidup yang berbeda tergantung kepada kebutuhan dari masing-masing konsumen.

Pendapatan seseorang juga berkaitan erat dengan kemampuan daya belinya. Biasanya tingkat pendapatan yang tinggi akan meningkatkan daya beli pada kebutuhan yang tidak pokok, tetapi tingginya pengeluaran belum tentu akan meningkatkan pembelian untuk kebutuhan pangan.

Pendidikan

Pendidikan mempengaruhi konsumen dalam pilihannya terhadap produk yang diinginkan karena tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara berfikir, cara pandang, bahkan persepsinya terhadap suatu produk yang dikonsumsinya. Semakin tinggi pendidikan maka semakin banyak informasi yang dimiliki seseorang mengenai kebutuhan tubuh akan gizi dan kemampuan seseorang untuk menerapkan pengetahuan gizi tersebut ke dalam pemilihan produk pangan yang akan dikonsumsinya. Konsumen yang memiliki pendidikan yang lebih baik akan sangat responsif terhadap informasi yang didapatnya (Sumarwan, 2003). Hal ini diduga akan berpengaruh terhadap pola konsumsi seseorang baik jumlah maupun kebiasaan dalam mengkonsumsi telur.

Usia

Menurut Kotler (2000), usia dapat mempengaruhi selera seseorang terhadap beberapa barang dan jasa. Usia seseorang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsinya dalam membuat keputusan untuk menerima

(46)

30

produk, jasa, ide sebagai sesuatu yang baru. Usia dapat menunjukkan jenis makanan yang dibutuhkan dan diinginkan sesuai dengan umur konsumen. Konsumen yang berusia produktif pada umumnya lebih memilih makanan yang banyak mengandung karbohidrat untuk memenuhi kebutuhan energinya. Hal ini akan mempengaruhi pola konsumsi konsumen telur ayam di Hero Supermarket Padjajaran Bogor.

Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga mempengaruhi konsumsi konsumen terhadap telur yang dibelinya. Hal ini dikarenakan besar kecilnya keluarga menentukan jumlah telur bermerek atau curah yang harus disediakan. Semakin besar ukuran keluarga maka akan semakin besar pula jumlah telur bermerek atau curah yang harus tersedia. Seseorang yang mempunyai jumlah keluarga yang besar kemungkinan akan lebih cepat menghabiskan produk yang dibelinya dan mereka diharuskan mempunyai persediaan yang lebih banyak.

Jumlah Balita dalam Keluarga

Balita dapat mempengaruhi pembelian suatu produk karena kemungkinan seseorang yang mempunyai balita dalam keluarga akan lebih memperhatikan keamanan pangan yang dikonsumsinya, terutama yang banyak mengandung zat gizi. Secara harfiah, balita atau anak bawah lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia di bawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini.

(47)

Menurut Persagi dalam Uripi (2004) berdasarkan karakteristiknya, balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang dikenal dengan batita dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia prasekolah. Balita merupakan usia penting dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik anak, oleh karena itu usia belia ini membutuhkan asupan zat gizi yang relatif lebih tinggi dibandingkan orang dewasa. Zat gizi ini berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh balita terhadap berbagai gangguan kesehatan dan meningkatkan daya ingat atau kecerdasan otaknya.

Tuntutan Kesehatan

Kesehatan merupakan hal yang penting dan mahal dalam hidup. Untuk memperoleh hidup sehat, seseorang berlomba-lomba dengan mengorbankan apa yang dimilikinya seperti uang dan waktu. Semakin banyaknya jenis penyakit yang menyerang tubuh manusia baik dalam usia dini maupun tua sehingga sekarang ini konsumen lebih tertarik mengkonsumsi pangan yang memiliki kandungan gizi tertentu dan bermanfaat terhadap kesehatan tubuh. Tuntutan kesehatan yang diinginkan konsumen tersebut merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi mereka terhadap produk telur bermerek atau telur curah yang dikonsumsi.

Ketersediaan Produk

Ketersediaan produk mempengaruhi pemilihan konsumen terhadap suatu produk yang dibeli. Hal ini juga menjadi penting diperhatikan oleh pihak

(48)

32

perusahaan karena menyangkut pada pendistribusian telur dari produsen ke konsumen. Telur merupakan salah satu sumber protein yang murah dan banyak dikonsumsi masyarakat sehari-hari sebagai variasi pangan sehingga ketersediaan telur sangat penting bagi konsumen dan perlu menjadi perhatian bagi pihak perusahaan.

3.1.5 Sikap Konsumen

Di pasaran banyak terdapat berbagai macam produk dan jasa yang ditawarkan produsen untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Semakin meningkatnya kebutuhan konsumen dan mengarah ke sesuatu hal yang lebih baru dan berbeda membuat produsen atau para pengusaha untuk terus menciptakan berbagai macam produk dan jasa untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Namun demikian tidak semua produk tersebut sesuai dengan keinginan konsumen.

Sikap mempengaruhi keinginan seseorang untuk membeli. Gordon Allport

dalam Komalasari (2004) menyatakan bahwa sikap adalah kecenderungan dalam

memberikan tanggapan pada suatu objek atau kelompok objek, baik disenangi atau tidak disenangi secara konsisten. Kepercayaan konsumen terhadap suatu produk memungkinkan timbulnya evaluasi yang positif terhadap produk tersebut. Sebaliknya, konsumen yang tidak percaya pada suatu produk memungkinkan timbulnya evaluasi yang negatif terhadap produk tersebut. Keputusan konsumen untuk membeli telur bermerek atau telur curah dipengaruhi oleh faktor sikap ini. Konsumen akan membeli telur bermerek jika produk ini dirasakan lebih baik dari telur curah, demikian sebaliknya karena konsumen akan memilih suatu produk yang dirasakan lebih menguntungkan dibandingkan alternatif lain yang tersedia.

(49)

3.1.6 Pola Konsumsi

Hermanto dalam Pratiwi (2002) menyatakan bahwa pola konsumsi adalah alokasi pendapatan yang dikeluarkan untuk pembelian barang pokok dan barang sekunder. Dengan mempelajari pola konsumsi dapat dinilai seberapa jauh perkembangan kesejahteraan masyarakat pada saat ini. Menurut Kamarudin dalam Pratiwi (2002), pola konsumsi masyarakat ditentukan oleh beberapa faktor, seperti kondisi geografi, agama, tingkat sosial ekonomi, pengetahuan akan pangan dan gizi, serta ketersediaan pangan seperti jumlah pembelian barang atau produk dan frekuensi pembelian.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Kesadaran masyarakat akan pentingnya pangan yang sehat diperlukan dalam upaya membangun sumber daya manusia (SDM) yang sehat, aktif dan produktif. Untuk mencapai hal tersebut, salah satunya adalah dengan cara mengkonsumsi makanan yang berasal dari pangan hewani yang mengandung protein tinggi seperti telur.

Telur merupakan sumber protein hewani yang tersusun dari asam amino essensial yaitu asam amino yang tidak dapat dibuat oleh tubuh atau pun digantikan oleh sumber makanan lain seperti sayur-sayuran, biji-bijian dan buah-buahan (protein nabati). Selain itu, telur merupakan produk peternakan yang paling banyak dikonsumsi karena memiliki harga yang lebih murah dibandingkan sumber protein lainnya.

Dalam beberapa tahun terakhir ini, tepatnya pada tahun 2003 terjadi wabah flu burung yang melanda peternakan ayam di Indonesia. Selain menyerang ayam

(50)

34

dan unggas lain, virus flu burung ini juga dapat menular dan menyebabkan kematian pada manusia. Hingga 9 Maret 2006 tercatat sebanyak 129 orang yang diduga terinfeksi virus H5NI akibat kasus flu burung di Indonesia. Dari jumlah orang yang diduga terinfeksi tersebut, sebanyak 29 orang dinyatakan positif terinfeksi virus H5NI dan 22 orang korban diantaranya meninggal dunia. Sedangkan di Bogor terjadi kasus flu burung yang menyebabkan meninggalnya satu orang warga Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor pada awal tahun 2006. Hal ini dapat menyebabkan konsumen khawatir terhadap keamanan mengkonsumsi telur ayam.

Pola konsumsi telur ayam curah dilihat dari frekuensi dan jumlah pembeliannya sebelum dan sesudah kasus flu burung diperkirakan akan menurun. Sementara itu untuk frekuensi dan jumlah pembelian telur bermerek diperkirakan akan meningkat karena memiliki keunggulan dalam hal keterjaminan mutu. Sikap konsumen terhadap telur bermerek dan curah tersebut ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor karakteristik dan faktor produk.

Faktor karakteristik individu terdiri dari pendapatan, pendidikan, usia, jumlah anggota keluarga, jumlah balita dalam keluarga dan tuntutan kesehatan (alasan konsumen mengkonsumsi telur bermerek). Sedangkan faktor karakteristik produk telur ayam yang terdiri dari atribut-atribut kebersihan, ukuran, warna, harga, kandungan gizi, mudah diperoleh, kemasan, izin Depkes, tanggal kadaluarsa dan ketersediaan produk. Selanjutnya akan diketahui keputusan konsumen dalam membeli telur bermerek atau curah di Hero Supermarket padjajaran Bogor. Secara skematik kerangka pemikiran selengkapnya disajikan pada Gambar 2.

(51)

• Pola konsumsi telur ayam bermerek dan curah (Frekuensi pembelian, jumlah pembelian) • Sikap terhadap telur bermerek dan

curah Karakteristik Individu : • Pendapatan • Pendidikan • Usia • Jumlah anggota keluarga

• Jumlah balita dalam Keluarga

• Tuntutan kesehatan • Karakteristik Produk :

kebersihan, ukuran, warna, harga, kandungan gizi, mudah diperoleh, kemasan, izin Departemen Kesehatan, tanggal kadaluarsa • Ketersediaan produk Telur Ayam

(Sumber Protein Hewani)

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Kasus Flu Burung

Keputusan membeli telur bermerek atau telur curah konsumen rumah tangga di Hero Supermarket Padjajaran Bogor

Gambar

Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Telur di Indonesia Tahun 2001-2005
Tabel 2. Jumlah Kasus Flu Burung pada Manusia di Beberapa Negara Asia  2003 2004 2005 2006 Total
Gambar 1.  Model Perilaku Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen  dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Kasus Flu Burung
+7

Referensi

Dokumen terkait

Annealing adalah salah satu jenis perlakuan panas, yang memiliki tujuan mengurangi internal stress, menghaluskan butiran, mengurangi kekerasan (pelunakan logam)

Merupakan training program efikasi diri yang dibuat secara terstruktur pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialsis untuk meningkatkan

Perlakuan yang dipilih adalah cookies dengan perlakuan tingkat substitusi terigu dengan tepung kacang merah pregelatinisasi sebesar 40%, karena memiliki skor

Ekosistem DAS merupakan bagian yang penting karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap DAS. Aktivitas dalam DAS yang menyebabkan perubahan ekosistem, misalnya

produsi dapat menambah faktor produksi lain misal : penambahan mesin dpt menambah penggunaan tenaga kerja..  Hukum pertambahan hasil yg

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Olahraga. © Yudi Nurcahya 2016

Menghitung biaya pembangunan dari masing cara pembuatan baik dengan pracetak ataupun cara konvensional, menghitung besarnya kebutuhan biaya material barang, upah dan alat

Kekhasan atom karbon adalah dapat membentuk 4 ikatan kovalen dengan atom C atau atom lain dan dapat membentuk rantai karbon.. Rantai karbon dapat berupa rantai lurus atau