• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA

SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK

Deli Delvita1, Dina Ramadhanti2, Suci Dwinitia2

¹Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat

²Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat delidelvitagazali@gmail.com

ABSTRACT

This Research of background by lack of skill of student in conversing.

Target of this research of mendeskripsikan skill of bericara before and after using model study of type of think sahare pair and also its influence. This Research type is quantitative research with method of eksprimen. Device the used is design pretest-posttest group one. Population in research amount to 186 student people, sampel taken by 26 student people. Technique withdrawal of sampel that is using technique of purposive sampling. This research have two variable that is is first, free varibel " model study of sahare pair think". Both, varibel tied "skill converse".

Data in this research is score of tes skill converse before and after using model study of sahare pair think. Result of research that is there are influence which is signifikan usage of model study of sahare pair think to skill converse class student of VII SMP Country 2 Dale of gumanti Kabupate Solok. This Matter is proved with result of research which is menunjukan that value of thitung > ttabel ( 5,10 >

1,71) hence H1 accepted and H0 refused.

Keyword: Model Study Of Instruction Explicit, Conversing.

PENDAHULUAN

Keterampilan berbicara harus dikuasai oleh siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Keterampilan berbicara bukanlah sesuatu hal yang diwariskan secara turun temurun, walaupun pada dasarnya secara ilmiah manusia dapat berbicara. Keterampilan berbicara secara formal memerlukan

latihan, pengarahan dan bimbingan yang intensif. Hal ini, dapat diperoleh seseorang dari orang tua dan guru di sekolah. Berbicara sebagai wadah atau akses manusia agar dapat berinteraksi satu sama lain dalam menyampaikan maksud, tujuan, pikiran, dan perasaan. Tanpa adanya aktivitas berbicara manusia sulit mengembangkan kemampuan

(2)

intelektualnya untuk dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik dengan orang di sekitarnya.

Keterampilan berbicara diajarkan pada siswa mulai dari taman kanak-kanak (TK) hingga perguruan tinggi karena keterampilan berbicara merupakan kunci sukses yang harus dimiliki oleh siswa dalam berinteraksi sosial. Keterampilan berbicara diajarkan agar dapat bergaul, berdiskusi, dan mengikuti kegiatan lain dalam kehidupan.

Berbicara bukan hanya berujar atau pengucapan yang tanpa makna, melainkan berbicara sebagai alat untuk menyampaikan pikiran atau perasaan kepada orang lain melalui ujaran (secara lisan).

Pembelajaran yang menuntut seseorang untuk terampil berbicara yaitu pembelajaran bercerita.

Bercerita adalah salah satu pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah misalnya, menceritakan pengalaman yang paling mengesankan, menceritakan tokoh idola atau bercerita dengan alat peraga. Siswa yang mampu bercerita harus memperhatikan pilihan kata

dan kalimat efektif. Hal tersebut dapat dilihat dari pelajaran menceritakan pengalaman yang mengesankan.

Pengajaran keterampilan berbicara terdapat dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP kelas VII Semester 1. Standar Kompetensi (SK) 2 mengungkapkan pengalaman dan informasi melalui kegiatan bercerita dan menyampaikan pengalaman. Kompetensi Dasar (KD) 2.1 menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif.

Pembelajaran menceritakan pengalaman yang paling mengesankan sudah dipelajari siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lembah Gumanti Kabupaten Solok, akan tetapi masih ditemukan berbagai permasalahan. Permasalahan tersebut diperoleh dari hasil wawancara dengan Desi Patri, S.Pd., selaku guru mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Lembah Gumanti Kabupaten Solok pada tanggal 21 Maret 2017. Hasil wawancara

(3)

tersebut terdapat beberapa permasalahan sebagai berikut. (1) Dilihat dari kemampuan berbicara siswa masih rendah. Siswa masih ada

yang kesulitan dalam

mengembangkan idenya dengan bahasa Indonesia yang baik, karena bahasa yang cendrung digunakan adalah bahasa ibu atau bahasa daerah mereka. (2) Rasa percaya diri siswa juga masih kurang sehingga apabila siswa berbicara di depan kelas siswa jadi malu dengan temannya. (3) Media yang akan membantu lancarnya proses pembelajaran juga belum lengkap, akhirnya guru hanya melakukan semampunya saja.

Kurangnya media yang memadai di sekolah membuat kurangnya variasi dari cara guru mengajar siswa di kelas, untuk membantu lancarnya jalan pembelajaran.

Wawancara juga dilakukan dengan siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lembah Gumanti Kabupaten Solok terdapat beberapa permasalahan sebagai berikut. (1) Siswa mengatakan malu dan grogi tampil di depan kelas ketika bercerita sehingga siswa tidak percaya diri. (2) Siswa juga mengatakan, kesulitan saat

merangkai pokok-pokok pengalaman yang sudah dipilihnya dengan bahasa Indonesia ketika bercerita di depan kelas. (3) Siswa mengatakan, ketika mereka tampil di depan kelas untuk bercerita mereka masih menggunakan bahasa daerah supaya cerita mereka tidak terhenti dan akan ditertawakan oleh teman sekelas.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa, kurangnya kemampuan siswa dalam berbicara disebabkan oleh rendahnya kemampuan berbahasa Indonesia siswa. Siswa lebih sering menggunakan bahasa daerah, kemudian kurangnya rasa percaya diri siswa dalam berbicara di depan kelas yang membuat siswa grogi ketika tampil, siswa kesulitan dalam merangkai cerita dengan bahasa Indonesia yang baik.

Berdasarkan permasalahan di atas maka diperlukan model pembelajaran yang tepat, sehingga siswa dapat bekerja sama dan mengkomunikasikan pendapat atau idenya kepada orang lain secara langsung, dan siswa lebih percaya diri lagi untuk tampil berbicara di depan kealas. Sehingga orang lain

(4)

dapat menilai dan memberikan tanggapan terhadap pendapat atau ide tersebut. Oleh karena itu, salah satu yang dapat diterapkan adalah pembelajaran kooperatif dengan tipe Think Pair Share (TPS).

Pembelajaran kooperatif yaitu sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dalam tugas terstruktur sehingga memudahkan siswa untuk berinteraksi antar anggota kelompok.

Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) merupakan model pembelajaran dengan kelompok kecil yang memberikan kesempatan pada siswa dengan tahap awal guru mengajukan permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran untuk dipikirkan sendiri (think), tahap selanjutnya bekerja sama (pair) untuk mendiskusikan hasil pemikiran mereka tersebut, tahap terakhir yaitu mempresentasikan (share) hasil diskusi pada tahap pairing sebelumnya kepada semua anggota kelas lainnya.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang, “Pengaruh Penggunaan

Model Kooperatif Tipe Think Pair Share Terhadap Keterampilan Berbicara Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Lembah Gumanti Kabupaten Solok.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode eksprimen. Rancangan yang digunakan adalah one group pretest- posttest design. Populasi dalam penelitian berjumlah 186 orang siswa, sampel diambil 26 orang siswa.

Teknik penarikan sampel yaitu menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian ini memiliki dua variabel yaitu pertama, varibel bebas

“model pembelajaran think pair share”. Kedua, varibel terikat

“keterampilan berbicara”. Terkait dengan variabel penelitian, data dalam penelitian ini berjumlah dua yaitu sebagai berikut. Pertama, skor dari hasil tes keterampilan berbicara sebelum menggunakan model pembelajaran think pair share siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lembah Gumanti Kabupaten Solok . Kedua, skor dari hasil tes keterampilan berbicara sebelum menggunakan model

(5)

pembelajaran think pair share siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lembah Gumanti Kabupaten Solok. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes unjuk kerja. Tes unjuk kerja yang digunakan untuk mengukur keterampilan siswa dalam berbicara.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan, dilakukan melui langkah-langkah berikut ini . Pertemuan pertama, siswa mengerjakan tes awal (pretest) bercerita dengan tema “pengalaman mengesankan”. Kedua, diberikan perlakuan model pembelajaran think pair share. Ketiga, siswa mengerjakan tes akhir (posttest) bercerita dengan tema “pengalaman mengesankan”

HASIL DAN PEMBAHASAN a. Keterampilan Berbicara

Sebelum Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Lembah Gumanti Kabupaten Solok

Nilai yang diperoleh untuk keterampilan berbicara siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lembah Gumanti Kabupaten Solok kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Skor

maksimal yang diperoleh siswa secara lengkap adalah sebagai berikut. Pertama, skor 13 diperoleh oleh 4 orang siswa (15,3%). Kedua, skor 12 diperoleh oleh 3 orang siswa (11,5%). Ketiga, skor 11 diperoleh oleh 4 orang siswa (15,3%). Keempat, skor 10 diperoleh oleh 4 orang siswa (15,3%). Kelima, skor 9 diperoleh oleh 3 orang siswa (11,5%). Keenam, skor 8 diperoleh oleh 3 orang siswa (11,53%). Ketujuh, skor 7 diperoleh oleh 3 orang siswa (11,5%).

Kedelapan, skor 6 diperoleh oleh 2 orang siswa (7,7%).

Berdasarkan data diperoleh rata-rata hitung yaitu 65,64.

Berdasarkan rata-rata hitung tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat penguasaan keterampilan berbicara dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lembah Gumanti Kabupaten Solok berada pada rentang 66,75% yaitu klasifikasi lebih dari cukup (LdC).

Selanjutnya pengklasifikasian keterampilan berbicara dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

(6)

(TPS) siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lembah Gumanti Kabupaten Solok sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS berdasarkan skala 10.

Gambar1. Histogram Keterampilan Berbicara Siswa Sebelum Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Lembah Gumanti Kabupaten Solok b. Keterampilan Berbicara Siswa Sesudah Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Lembah Gumanti Kabupaten Solok

Nilai yang diperoleh untuk keterampilan berbicara siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lembah Gumanti Kabupaten Solok kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Skor

maksimal yang diperoleh siswa secara lengkap adalah sebagai berikut.

Pertama, siswa yang memperoleh nilai 53,33 berjumlah 4 orang.

Kedua, siswa yang memperoleh nilai 60,00 berjumlah 1 orang. Ketiga, siswa yang memperoleh nilai 66,67 berjumlah 4 orang. Keempat, siswa yang memperoleh nilai 73,33 berjumlah 4 orang. Kelima, siswa yang memperoleh nilai 80,00 berjumlah 3 orang. Keenam, siswa yang memperoleh nilai 86,67 berjumlah 4 orang. Ketujuh, siswa yang memperoleh nilai 93,33 berjumlah 3 orang. Kedelapan, siswa yang memperoleh nilai 100 berjumlah 3 orang siswa.

Berdasarkan data diperoleh rata-rata hitung yaitu 76,69.

Berdasarkan rata-rata hitung tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat keterampilan berbicara siswa sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lembah Gumanti Kabupaten Solok berada pada rentang 76-85% yaitu klasifikasi baik (B).

0 0 0 0 0 0 4

13 13

0 03

69 1215 1821 2427 30

buruk sekali buruk kurang… kurang hampir cukup lebih dari… baik baik sekali sempurna

Frekuensi

Kualifikasi

(7)

Selanjutnya pengklasifikasian Keterampilan Berbicara Siswa Sesudah Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Lembah Gumanti Kabupaten Solok

berdasarkan skala 10.

Gambar 2. Keterampilan Berbicara

Siswa Sebelum

Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Lembah Gumanti Kabupaten Solok

c. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Terhadeap Keterampilan Berbicara Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Lembah Gumanti Kabupaten Solok

Berdasarkan nilai keterampilan berbicara sesudah menggunakan model think pair share

yang mendapatkan kualifikasi baik.

Hal ini mebuktikan bahwa keterampilan berbicara dengan mendapatkan perlakuan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share lebih baik dibandingkan dengan sebelum penggunaan model think pair share.

KESIMPULAN

Berdasarkan uji-t disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share terhadap keterampilan berbicara siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lembah Gumanti Kabupaten Solok karena thitung = 5,10>ttabel 1,71. Jadi dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lembah Gumanti Kabupaten Solok setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) lebih baik dibandingkan sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS).

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian maka ditemukan saran-saran sebagai

01 23 4 56 78 9

Frekuensi

Kualifikasi

(8)

berikut ini. Pertama, disarankan pada siswa keas VII SMP Negeri 2 Lembah Gumanti Kabupaten Solok untuk lebih banyak berlatih berbicara dengan bahasa indonesia, dan membiasakan diri utuk tampil di depan kelas, agar keterampilan bericarya lebi baik lagi. Kedua, guru mata pelajaran bahasa indonesia SMP Negeri 2 Lembah Gumanti Kabupaten Solok dalam proses pembelajaran dapat dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share untuk mewujudkan keterampilan berbicara siswa keas VII SMP Negeri 2 Lembah Gumanti Kabupaten Solok menjadi lebih baik,

hal ini disebabkan bahwa model pembelajaran sangat berperan penting untuk mewujudkan tujuan pembelajaran yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arsjad, Maidar G. dan Mukti. 1988.

Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia.

Jakarta: Erlangga.

Keraf. 2007. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Tarigan, Hendri Guntur. 2008.

Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif.

Medan: Media Persada.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri.

Gambar

Gambar  2.  Keterampilan  Berbicara

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat 3 alternatif tapak dari lokasi yang telah dipilih.. Gambar 3.91 Tapak 1 Sumber: Dokumen Pribadi. Gambar 3.92 Batas Timur Sumber:

Nilai tukar subyektif adalah arti yang diberikan oleh seorang terhadap suatu barang atau jasa sehubungan barang tersebut dapat ditukarkan dengan benda lain

Penelitian ini membuktikan bahwa perceived usefulness, perceived credibility, dan social influence memberikan pengaruh yang signifikan terhadap intensitas penggunaan layanan

maka model bulanannya adalah model pada langkah ke-a, namun apabila error dari model regresi dummy belum white noise maka dilanjutkan pada langkah ke-c.

pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, iklim kelas, dan

 Spesifikasi minimum ini adalah merujuk kepada jadual spesifikasi yang dikeluarkan oleh KPM kepada syarikat kontrak bermasa bagi Tender Membekal, Menghantar,

• PEMILIHAN AHLI LEGISLATIF : Ahli Dewan Senat (upper house) dipilih 6 tahun sekali; 24 orang senator, ahli Dewan Perwakilan (lower house) dipilih 3 tahun sekali melalui pilihan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh keputusan investasi, keputusan pembiayaan, kebijakan dividen dan tingkat suku bunga terhadap nilai