• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI ANALISIS TINGKAT KEBUTUHAN MODAL BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) DI KOTA MEDAN. Oleh : CHRISTY ALLEN SEMBIRING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI ANALISIS TINGKAT KEBUTUHAN MODAL BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) DI KOTA MEDAN. Oleh : CHRISTY ALLEN SEMBIRING"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS TINGKAT KEBUTUHAN MODAL BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) DI KOTA MEDAN

Oleh :

CHRISTY ALLEN SEMBIRING 110501123

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Analisis Tingkat Kebutuhan Modal Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Di Kota Medan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kebutuhan modal bagi UMKM di Kota Medan. Penentuan sempel dengan menggunakan judgement sebesar 50 orang sampel sebab jumlah populasinya tidak diketahui. Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, di mana data yang diperoleh disusun, dikelompokkan, dianalisis kemudian diinterpretasikan.

Dilihat dari hasil analsisis, dari 50 responden, sebagian besar yakni 92 persen UMKM di Kota Medan pernah mengajukan permohanan kredit ke Perbankan untuk pengembangan usaha. Dengan tingkat kebutuhan modal berkisar Rp1.000.000–

Rp20.000.000. Kemampuan Pengusaha UMKM untuk jangka waktu pembayaran cicilan adalah di bawah 3 tahun dengan besar cicilan sebesar Rp100.000–

Rp500.000/bulan. Namun, ada kendala dalam pengajuan kredit ke Perbankan bagi UMKM yakni suku bunga yang tinggi dan syarat agunan kredit yang berat.

Sebaiknya Perbankan harus meningkatkan pelayanan khususnya dalam pemberian kredit dengan melakukan analisa dan solusi persoalan bunga yang tinggi dan syarat agunan kredit yang berat dalam pengajuan kredit oleh UMKM.

Kata Kunci: Perbankan, UMKM, Kredit

(6)

ABSTRACT

Analysis Level of Capital Requirements For Micro, Small and Medium Enterprises (UMKM) at Medan City

The aim of this study is to identify Medan the level of necessary financial capital within UMKM in Medan. Sempel determination by using judgment of 50 samples because the number of population is not known. The analytical tool used is descriptive analysis, in which the data obtained are arranged, grouped, analyzed and then interpreted.

The analysis result shows from 50 respondents, most of which 92 percent of UMKM in Medan have applied for credit to banking for business development. With the level of capital needs ranging from Rp1.000.000-Rp20.000.000. The ability of UMKM Entrepreneurs for the term of repayment is under 3 years with the installment amounting to Rp100.000-Rp500000/month. However, there are obstacles in the application of credit to Banking for UMKM that are high interest rates and credit collateral requirements are heavy. Banks should improve services especially in credit provision by performing analysis and solution of high interest problem and credit collateral requirement which is heavy in credit proposal by UMKM.

Keywords: Banking, UMKM, Credit

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah dan penyertaan- Nya dalam penyelesaian skripsi ini. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Ekonomi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa pengerjaan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Teristimewa untuk kedua orang tua terkasih, ayahanda Suran Sembiring dan ibunda Rosta Naibaho beserta seluruh keluargaku yang senantiasa memberikan doa, dukungan dan kasih yang begitu berharga kepada penulis.

Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih kepada:

1...Bapak Prof. Ramli, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis ...Universitas Sumatera Utara.

2. ...Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier Hsb, MP, selaku Ketua Program Studi S1 ...Ekonomi Pembangunan, dan Ibu Inggrita Gusti Sari, SE, M.Si., selaku ,,,...Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan ,,,,,,,..Bisnis.Universitas Sumatera Utara.

3. ....Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang konsisten

...dalam mengarahkan penulis melalui pemikiran dan waktu yang telah

...diberikan sampai pada penyelesaian skripsi ini.

4. ..Bapak Wahyu Sugeng, SE, M.Si., dan Bapak Syarief Fauzie, SE, M.AK., AK., CA selaku.Dosen Pembanding.

5. ..Seluruh Dosen, Staf dan Pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

...Sumatera Utara.

6. ..Pengusaha UMKM Kota Medan yang telah bersedia memberi waktu dan

...tenaga dalam menyediakan informasi penelitian yang penulis butuhkan.

7. Adikku Grace Melly Sembirimg dan Max William Sembiring yang telah ...memberikan doa dan semangat.

(8)

8. Seluruh teman penulis di EP’11 yang selalu bersama saat suka dan duka.

..Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat kepada pembaca dan peneliti selanjutnya.

Medan, ...

Peneliti

Christy Allen Sembiring

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT... .. ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan ... 5

2.1.1 Pengertian Bank ... 5

2.1.2 Tugas dan Fungsi Bank ... 5

2.1.3 Pengertian Kredit ... 6

2.1.3.1 Unsur-Unsur Kredit ... 7

2.1.3.2 Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit ... 8

2.2 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ... 9

2.2.1 Pengertian UMKM ... 9

2.2.1.1 Usaha Mikro ... 10

2.2.1.2 Usaha Kecil ... 11

2.2.1.3 Usaha Menengah ... 12

2.2.2 Masalah yang Dihadapi UMKM ... 13

2.3 Peran Perbankan dalam Pengembangan UMKM ... 14

2.4 Penelitian Terdahulu ... 16

2.5 Kerangka Konseptual ... 17

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 20

3.2 Jenis Penelitian ... 20

3.2.1 Jenis Data dan Sumber Data ... 21

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 21

3.3 Populasi dan Sampel ... 22

3.4 Metode Analisis ... 23

(10)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 24

4.1.1 Letak Geografis ... 24

4.1.2 Kependudukan... 24

4.1.3 Ketenagakerjaan... ... 26

4.1.4 Kondisi Perekonomian Kota Medan... 27

4.1.5 Perkembangan Dana Pihak Ketiga... ... 30

4.1.6 Perkembangan Jumlah Kredit yang Disalurkan... 31

4.1.7 Perkembangan UMKM... ... 32

4.2 Identifikasi Penelitian... 34

4.2.1 Umur Responden ... 34

4.2.2 Jenis Kelamin Responden ... 34

4.2.3 Pendidikan Responden... ... 35

4.2.4 Jenis Usaha Responden... ... 36

4.2.5 Aset Usaha Responden ... 37

4.2.7 Omset Responden... 37

4.2.8 Keuntungan Usaha Responden... ... 38

4.3 Analisis Hasil Penelitian ... 39

4.3.1 Modal Pengembangan Usaha ... 40

4.3.2 Kredit Perbankan ... 43

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan ... 46

5.2 Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

LAMPIRAN ... 50

(11)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ... 16 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan dan Jenis

Kelamin Kota Medan Tahun 2015... 25 4.2 Jenis Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas

Menurut Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang

Lalu dan jenis Kelamin di Kota Medan... 27 4.3 PDRB Menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga

Konstan 2010 di Kota Medan (Miliar Rupiah)... 28 4.4 Persentase PDRB Menurut Lapangan Usaha atas

Dasar Harga Konstan 2010 di Kota Medan (%)... 30 4.5 Dana Masyarakat di Kota Medan (000.000 Rupiah)... 31 .4.6 Posisi Pinjaman Perbankan di Kota Medan Menurut

Lapangan Usaha (dalam Rp.000.000)... 32 4.7 Persebaran Sektor Industri Kecil di Kota Medan

Tahun 2015... 33 4.8 Jumlah Responden Menurut Umur pada UMKM di

Kecamatan Kota Medan... 34 4.9 Jumlah Responden Menurut Jenis Kelamin pada

UMKM di Kecamatan Kota Medan... 35 4.10 Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan

pada UMKM di Kecamatan Kota Medan... 35 4.11 Jumlah Responden Menurut Jenis Usaha pada

UMKM di Kota Medan... 36 4.12 Jumlah Responden Menurut Aset Usaha pada

UMKM di Kecamatan Kota Medan... 37 4.13 Jumlah Responden Menurut Omset Usaha pada

UMKM di Kecamatan Kota Medan... 38 4.14 Jumlah Responden Menurut Keuntungan Usaha

pada UMKM di Kecamatan Kota Medan... 39 4.15 Sumber Pembiayaan Pengembangan Usaha pada

UMKM di Kecamatan Kota Medan... 40 4.16 Besaran Pinjaman Modal untuk Pengembangan

Usaha pada UMKM di Kecamatan Kota Medan... 41 4.17 Jangka Waktu Pembayaran Cicilan pada UMKM di

Kecamatan Kota Medan... 42 4.18 Kemampuan Pembayaran Cicilan pada UMKM di

(12)

Kecamatan Kota Medan... 43 4.19 Pengajuan Kredit ke Perbankan oleh UMKM di

Kecamatan Kota Medan... 44 4.20 Respon Perbankan atas Permohanan Pengajuan

Kredit oleh UMKM di Kecamatan Kota Medan... 44 4.21 Kendala Pengajuan Kredit ke Perbankan oleh

UMKM di Kecamatan Kota Medan... 45

(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 18

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul

1 Daftar Pertanyaan Kuesioner Pelaku UMKM...

2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan dan

Jenis Kelamin Kota Medan Tahun 2015...

3 ....Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas

Menurut Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu dan jenis Kelamin di Kota Medan...

4 PDRB Menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Konstan 2010 di Kota Medan...

5 Dana Masyarakat di Kota Medan...

6 Posisi Pinjaman Perbankan di Kota Medan Menurut Lapangan Usaha (dalam Rp.000.000)...

7 Persebaran Sektor Industri Kecil di Kota Medan Tahun 2015...

8 Rekapitulasi Data Pokok Responden

Menurut Umur, JenisKelamin, Pendidikan, Pendapatan 9 Hasil Olahan Penelitian... ..

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak terjadinya krisis moneter yang menimpa Indonesia pada tahun 1997, yang diakibatkan oleh krisis nilai tukar mata uang rupiah dari Rp.2.000-an per satu dollar menjadi Rp.17.000-an per satu dolar (depresiasi mata uang mencapai 750%), mengakibatkan seluruh sektor perekonomian mengalami kelumpuhan. Hal ini merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi para pelaku-pelaku ekonomi, dan dari pengalaman tersebut, sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mampu bertahan dan cepat pulih dari kondisi ekonomi tersebut.

Sejak saat itu, para pelaku ekonomi (pemerintah, pengusaha, dan lembaga- lembaga keuangan, masyarakat) mulai melihat dan mendalami UMKM. Ternyata, ketahanan UMKM dalam kondisi krisis tersebut terdapat tiga faktor yang membuat UMKM bisa bertahan, yakni:

1. Produk yang dihasilkan UMKM dekat dengan kebutuhan masyarakat

2. Bahan baku yang digunakan oleh UMKM memanfaatkan sumber daya lokal, baik itu sumberdaya manusia, modal, bahan baku, hingga peralatan 3. Pendanaan yang dipakai UMKM mengandalkan sumber dana sendiri

Menurut Partomo dan Soejodono (2004) keberadaan UMKM selama ini telah menjadi sumber kehidupan dari sebagian besar rakyat Indonesia. Yang menjadikan UMKM terus bertahan disaat krisis ekonomi adalah karena, pertama, sebagaian besar UMKM memproduksi barang konsumsi dan jasa-jasa dengan

(16)

elastisitas permintaan terhadap pendapatan yang rendah. Kedua, sebagian besar UMKM mengguakan modal sendiri tanpa bantuan modal dari perbankan sehingga ketika terjadi krisis di sektor perbankan dan suku bunga bank naik maka tidak mempengaruhi kinerja dari UMKM itu sendiri. Ketiga, krisis ekonomi yang berkepanjangan terjadi kasus pemberhentian tenaga kerja di sektor formal sehingga terjadi peningkatan jumlah penggangguran, pada akhirnya menyebabkan para penganggur memasuki sektor informal dengan melakukan kegiatan usaha yang berskala kecil yang mengakibatkan terjadi peningkatan jumlah UMKM.

Namun pada kenyataannya, UMKM masih belum dapat mewujudkan kemampuan dan perannya secara optimal dalam perekonomian nasional. Hal ini disebabkan UMKM masih menghadapi berbagai hambatan dan kendala, khususnya terbatasnya modal usaha. Modal usaha dirasa cukup penting mengingat kebutuhan untuk pembiyaan modal kerja dan investasi diperlukan dana untuk menjalankan usaha dan meningkatkan usaha yang dijalankan. Permasalahan timbul ketika pengusaha mikro kecil tersebut diperhadapkan kepada kelengkapan persyaratan bank guna memperoleh pinjaman. Meskipun usaha mereka feasible namun sebagian besar pengusaha mengalami kesulitan dalam penyediaan asset dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi persyaratan jaminan kredit bank.

Kota Medan sebagai salah satu kota besar di Indonesia dengan lalu lintas perekonomian yang begitu banyak jelas memiliki potensi yang besar bagi pengembangan UMKM. Pemerintah Kota Medan telah memasukkan UMKM

(17)

dituangkan dalam Rencana Program Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2011-2015 sesuai Perda No.14 Tahun 2011, di mana ditargetkan jumlah pelaku UMKM tahun 2015 sebanyak 320.000. Untuk mendukung bertambahnya jumlah pelaku UMKM maka dilakukan program pengembangan UMKM di Kota Medan dengan pembentukan cluster berdasarkan jenis produk, misalnya cluster border;

sepatu dan tas kulit, kuliner, kerajinan tangan, rotan dan batik, dengan harapan jumlah UMKM di Kota Medan akan bertambah.

Selain itu, program pengembangan UMKM di Kota Medan sangat memerlukan sinergisitas peranan Pemerintah Kota Medan dan Lembaga Perbankan untuk mengatasi hambatan atau kendala terbatasnya modal usaha UMKM. Modal usaha dirasa cukup penting mengingat kebutuhan untuk pembiyaan modal usaha dan investasi diperlukan dana untuk meningkatkan usaha yang dijalankan.

Dari berbagai permasalahan yang dialami pelaku UMKM di atas, untuk itu, penulis berusaha meneliti sejauh mana tingkat kebutuhan modal bagi pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Kota Medan.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah penelitian diperlukan bagi penulis dalam membatasi permasalahannya sehingga mencapai tujuan dan sasaran yang serta memperoleh jawaban sesuai dengan diharapkan. Berpijak pada konteks di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian yang akan diangkat dalam analisis ini yaitu sejauh mana tingkat kebutuhan modal bagi pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Kota Medan.

(18)

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka yang menjadi tujuan yang dari penelitian ini adalah mengetahui sejauh mana tingkat kebutuhan modal bagi pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Kota Medan.

1.4. Manfaat Penelitian.

Penelitan ini akan bermanfaat untuk :

1. Sebagai bahan masukan dan pijakan bagi perbankan agar dapat meciptakan produk yang sesuai kebutuhan pelaku UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah).

2. Bagi pelaku UMKM bermanfaat untuk mengetahui prinsip-prinsip pemberian kredit, sehingga jumlah kredit dapat dicapai sesuai dengan amanat Undang- Undang (UU) UMKM dan jumlah pelaku UMKM di Kota Medan dapat tumbuh sesuai Rencana Program Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Medan.

3. Memberikan kontribusi kepada Peneliti atau Mahasiswa dalam rangka memperkaya referensi khususnya Ilmu Ekonomi Pembangunan dalam rangka memperkaya referensi bahan penelitian dan sumber sehingga dapat membantu dalam memperlancar penelitiannya.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perbankan

2.1.1. Pengertian Bank

Ada beberapa macam pengertian bank menurut para ahli, diantaranya yaitu:

Menurut Thomas Suyatno Bank adalah “Lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang”.

Menurut Very Stuart Bank adalah “Suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan memperederkan alat-alat penukar baru berupa uang giral”

Menurut Undang-Undang perbankan No.10 tahun 1998, bank dapat diartikan sebagai berikut: “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk- bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

2.1.2 Tugas dan Fungsi Bank

Tugas Bank secara umum adalah melakukan 2 (dua) kegiatan yaitu :

1. Menghimpun dana dari masyarakat, atau sering disebut dengan simpanan, baik dalam bentuk tabungan, giro dan deposito.

2. Menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit, baik itu kredit investasi, modal kerja dan konsumtif. .

(20)

Fungsi Bank secara umum dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu :

1. Agen Kepercayaan (Agent Of Trust).Yaitu lembaga yang landasannya kepercayaan. Dasar utama kegiatan perbankkan adalah kepercayaan ( trust ), baik dalam penghimpun dana maupun penyaluran dana.

2. Agen Pembangunan (Agent Of Development). Yaitu lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi. Kegiatan bank berupa penghimpun dan penyalur dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil.

3. Agen Permodalan (Agent Of Equity). Yaitu lembaga yang memobilisasi dana untuk kegiatan perekonomian masyarakat secara umum, seperti pemberian modal sehingga bisa dimanfaatkan masyarakat untuk pengembangan usaha. 2.1.3 Pengertian Kredit

Kredit yang diberikan oleh bank dapat didefinisikan sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan (Taswan, 2003 : 163).

Berdasarkan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang- undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan kredit adalah sebagai berikut: “penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan

(21)

pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga” (Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso, 2006 : 114). Menurut Teguh Pudjo Muljono (2007) dalam bukunya berjudul

“Manajemen perkreditan bagi Bank komersiil” mendefinisikan bahwa kredit adalah “ kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan pada suatu jangka waktu yang disepakati”

2.1.3.1 Unsur-Unsur Kredit

Adapun unsur-unsur yang terkandung tersebut dalam pemberian kredit adalah (Abdulkadir dan Rilda, 2000: 59) :

1. Kepercayaan

Analisis terhadap pemohon kredit dengan keyakinan akan dikembalikan sesuai dengan persyaratan yang disepakati bersama.

2. Agunan

Setiap kredit yang akan diberikan selalu disertai barang yang berfungsi sebagai jaminan atas kredit yang diberikan.

3. Jangka Waktu

Pengembalian kredit didasarkan pada jangka waktu tertentu yang layak, setelah jangka waktu berakhir kredit dilunasi.

4. Risiko

Resiko yang ditanggung oleh bank, apabila kredit tidak dibayar lunas sesuai kesepakatan bersama.

(22)

5. Bunga

Imbalan jasa yang diterima atas kredit yang diberikan.

6. Kesepakatan

Semua persyaratan pemberian kredit dan prosedur pengembalian kredit serta akibat hukumnya dituangkan dalam akta perjanjian yang disebut kontrak kredit.

2.1.3.2 Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit

Menurut Abdulkadir dan Rilda (2000: 61) Apabila Bank menerima permohonan kredit dari nasabah, bank perlu melakukan analisis kredit terlebih dahulu. Analisis kredit meliputi: Latar belakang nasabah/ perusahaan nasabah;

Prospek usaha yang akan dibiayai; Jaminan yang diberikan;. Hal-hal lain yang ditentukan oleh bank.

Atas dasar hasil analisis kredit, bank memberikan pertimbangan dengan hati- hati apakah permohonan nasabah tersebut layak untuk dikabulkan. Prinsip perkreditan disebut juga sebagai konsep 6C(Martono, 2002:57). Pada dasarnya konsep 6C ini akan dapat memberikan informasi mengenai tekad baik dan kemampuan membayar nasabah untuk melunasi kembali pinjaman beserta bunganya.

Prinsip 6C tersebut antara lain adalah:

1. Character. Penilaian atas kemauan membayar atas kredit yang diberikan.

2. Capacity. Penilaian kemampuan dalam melunasi kewajibannya dari kegiatan usaha yang dilakukan dibiayai dengan kredit dari bank

3. Capital. Penilaian terhadap modal yang dimiliki oleh calon debitur.

(23)

4. Collateral. Collateral diartikan sebagai jaminan fisik harta benda yang bernilai uang dan mempunyai harga stabil dan mudah dijual.

5. Condition of Economy. Pada prinsip condition(kondisi), dinilai situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, dan kondisi pada sektor usaha calon debitur.

6. Constraint. Constraint untuk menilai budaya atau kebiasaan yang tidak memungkinkan seseorang melakukan bisnis di suatu tempat.

2.2. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) 2.2.1. Pengertian UMKM

Beberapa lembaga atau instansi yang berkaitan dengan UMKM memberikan defenisi yang berbeda-beda yakni :

a. Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM) mendefinisikan bahwa Usaha Kecil (UK) adalah : entitas usaha yang mempunyai/memiliki kekayaan bersih paling banya Rp.200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan paling banyak Rp.1.000.000.000,-, Usaha Menengah (UM) merupakan : entitas usaha milik warga Negara Indonesia yang mempunyai/memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.200.000.000 s/d Rp.10.000.000.000,-

b. Badan Pusat Statitisk (BPS) memberikan defenisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja, yakni : Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 sd 19 orang, usaha menengah adalah merupakan entitas usaha yang memiliki tenaga kerja 20 sampai dengan 99 orang.

(24)

c. Departemen Keuangan sesuai Keputusan meneteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994, memberikan definisi usaha kecil adalaha : perorangan atau badan usaha yang telah melakukan kegiatan/usaha yang mempunyai penjualan/omset per tahun setinggi-tingginya Rp.600.000.000 atau asset/aktiva setinggi-tingginya Rp.600.000.000 diluar tanah dan bangunan yang ditempati.

Untuk menghindari pendefinisan yang berbeda-beda maka pada tanggal 4 Juli 2008 telah ditetapkan Undang-Undang No.20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Berdasarkan Undan-Undang tersebut ada beberapa kriteria yang dipergunakan untuk mendefinisikan Pengertian dan kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Pengertian-pengertian UMKM tersebut adalah :

2.2.1.1. Usaha Mikro

Kriteria kelompok Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan dengan kriteria sebagai berikut : 1) kekayaaan bersih kurang dari Rp.50.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha 2) Penjualan tahunan kurang dari Rp.300.000.000,-..Usaha Mikro ini memiliki cirri-ciri khusus adalah sebagai berikut :

a. Jenis barang usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti.

b. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat.

c. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha.

(25)

d. Pengusaha atau SDM nya berpendidikan rata-rata sangat rendah, umumnya tingkat SD dan belum memiliki kewirausahaan yang memadai.

e. Umumnya belum mengenal perbankan tetapi lebih mengenal rentenir

f. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP

g. Tenaga kerja atau karyawan yang dimilki kurang dari 4 orang 2.2.1.2. Usaha Kecil

Kriteria Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar dengan kriteria sebagai berikut : 1) ) kekayaaan bersih kurang dari Rp.50.000.000 sampai dengan Rp.500.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha 2) Penjualan tahunan dari Rp.300.000.000,- sampai dengan Rp.2.500.000.000,-..Ciri- ciri Usaha Kecil antara lain :

a. SDM-nya sudah lebih maju, rata-rata pendidikannya SMA dan sudah ada pengalaman usahanya,

b. Pada umumnya sudah melakukan pembukuan/ manajemen keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, dan sudah membuat neraca usaha,

c. Pada umumnya sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya, termasuk NPWP,

(26)

d. Sebagian besar sudah berhubungan dengan perbankan, namun belum dapat membuat perencanaan bisnis, studi kelayakan dan proposal kredit kepada Bank, sehingga masih sangat memerlukan jasa konsultasi/ pendampingan, e. Tenaga kerja yang dipekerjakan antara 5-19 orang.

2.2.1.3. Usaha Menengah

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan kriteria adalah :1) kekayaaan bersih lebih dari Rp.500.000.000 , tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha 2) Penjualan tahunan dari Rp.2.500.000.000,- sampai dengan Rp.50.000.000.000,-. Ciri-ciri Usaha Menengah yaitu :

a. Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi;

b. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan;

c. Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll;

d. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin

(27)

e. Sudah memiliki akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan f. Umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik

Untuk menghindari terjadinya bias dalam pemahaman atas penggolongan UMKM maka selanjutnya dalam penelitian ini pengertian dan kriteria yang digunakan untuk penggolongan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menggunakan definisi dan kriteria yang digunakan dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2008.

2.2.2. Masalah yang Dihadapi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

Menurut Hubeis (2009: 4-6) permasalahan umum yang biasanya terjadi pada UMKM yaitu:

1. Keterbatasan Modal

Salah satu kendala serius bagi banyak UMK di Indonesia adalah keterbatasan Modal terutama dalam aspek-aspek entrepreneurship, manajemen, teknik produksi, pengembangan produk, engineering design, quality control, organisasi bisnis, akuntansi data processing, teknik pemasaran, dan penelitian pasar.

2. Kemampuan Manajemen

Kekurangmampuan pengusaha kecil untuk menentukan pola manajemen yang sesuai dengan kebutuhan dan tahap pengembangan usahanya, membuat pengelolaan usaha menjadi terbatas.

(28)

3. Kesulitan Pemasaran

Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis bagi perkembangan UMKM sehingga sulit bersaing.

4. Keterbatasan Keuangan

Keterbatasan atas modal yang pada umumnya modal awal bersumber dari modal (tabungan) sendiri atau sumber-sumber informal, namu sumber-sumber permodalan ini sering tidak memadai dalam bentuk kegiatan produksi maupun investasi.

2.3 Peran Perbankan dalam Pengembangan UMKM

Sesuai dengan Peraturan bank Indonesia No.14/22/PBI/2012 tanggal 21 Desember 2012 perihal Pemberian Kredit atau pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis Dalam rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, peran lembaga perbankan adalah: sebagai sumber alternatif pembiayaan, menampung dan menyalurkan aspirasi dan minat masyarakat untuk berperan aktif dalam pembangunan khususnya di bidang ekonomi, dan kepada Bank Umum ditetapkan Pembiayaan UMKM paling rendah 20% (dua puluh persen) yang dihitung berdasarkan rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM terhadap total Kredit atau Pembiayaan. Pencapaian rasio pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM sebagaimana dimaksud pada dilakukan secara bertahap, sebagai berikut:

1. Tahun 2013 dan 2014 : Rasio Kredit UMKM terhadap total Kredit sesuai kemampuan Bank Umum yang dicantumkan dalam Rencana Bisnis Bank;

(29)

2. Mulai Tahun 2015: Rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM terhadap total Kredit ditetapkan paling rendah : 2015: 5% (lima persen); Tahun 2016:

paling rendah 10% (sepuluh persen); Tahun 2017: 15% (lima belas persen); Tahun 2018 dan seterusnya: 20% (dua puluh persen).

Agar realisasi pencapaian pemberian kredit atau pembiayaan UMKM dapat tercapai sesuai ketentuan di atas, maka kepada perbankan yang beroperasi di Indonesia di buat aturan tambahan berupa sanksi, yakni : bagi bank yang tidak mencapai ratio realisasi pemberian kredit UMKM pada akhir tahun sesuai ketentuan tersebut, maka bank diwajibkan melakukan pelatihan kepada pelaku usaha UMKM yang tidak sedang dan/atau belum pernah mendapat kredit UMKM. Besar dana pelatihan ditetapkan dihitung dari berdasarkan persentase tertentu dari selisih ratio kredit ataupembiayaan UMKM yang wqajib dipenuhi dengan realisasi pencapaian pada akhir tahun dengan jumlah maksimum sebesar Rp.10.000.000.000,-, dan bagi bank yang tidak menjalankan ketentuan ini akan diberikan teguran tertulis dan juga diberikan sanksi penurunan tingkat kesehatan bank berupa penurunan peringkat factor manajemen dan penilaian tingkat kesehatan bank.

Dengan aturan ini maka jelas bahwa bank dipaksa untuk menyalurkan kredit UMKM, bukan hanya semata-mata pertimbangan bisnis saja tetapi juga penerapan aturan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai regulator, maka untuk menghindari resiko reputasi dan denda dari Bank Indonesia, maka tidak ada pilihan lain bagi Bank Umum harus menyalurkan kredit UMKM sesuai ratio yang ditetapkan oleh Peraturan Bank Indonesia.

(30)

2.4. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Judul Penulis Hasil

1 Peran Bank Syariah dalam

Pengembangan

Usaha Kecil

Menengah di

Indonesia.

Trisna Surya, 2010

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bank Syariah sangat berperanan dalan pengembangan Usaha kecil dan Menengah di Indonesia, karena menjalankan program pelayanan kredit mikro, dengan cara mengorganisir masyarakat miskin yang menjadi peminjamnya dalam kelompok kecil (sampai dengan 5 orang), sehingga mampu memperluas jumlah peminjam yang semakin banyak, dan kredit ini menjadi tanggungjawab kelompoknya. System kredit ini akan mampu memperbanyak jumlah peminjam kredit mikro di Bank Syariah, dan kredit macet akan semakin berkurang karena menjadi tanggungjawab bersama.

2 Peran Perbankan Dalam Pembiayaan UMKM di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Y. Sri Susilo, 2010

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Peran Perbankan dalam pembiayaan UMKM akan mengalami peningkatan yang pesat, apabila pihak perbankan mampu membuat terobosoan dan inovasi agar pelaku UMKM dapat mempermudah akses sumber pembiayaan melalui kredit perbankan, dengan cara menciptakan produk dan proses kredit yang sederhana, dan pelaku UMKM mampu memperbaiki manajerial khusunya adminsitrasi usaha dan keuangan sehingga mampu dievaluasi oleh pihak perbankan.

3 Peran Perbankan

dalam Upaya

Pengembangan UMKM

Mahfud Effendt, 2012

Berdasarkan hasil penenlitian diperoleh bahwa : Perbankan sangat bereperan penting dalam mengembangkan UMKM, dengan cara pemberian modal usaha, sehingga pelaku UMKM dapat mengembangkan usaha, dan secara menyeluruh akan menaikan pendapatan ekonomi masyarakat, sehingga bisa menjadi salh satu cara atau penguatan system keuangan bangsa dalam

(31)

upaya nyata pengentasan kemiskinan dan pengangguran di Indonesia.

4 The Role of banks in reducing the costs of financial distress in Japan

Takeo Hoshi, 1989

Perusahaan non group yang mengalami masalah keuangan di Jepang, sering kesulitan melakukan renegosiasi penyelesaian dengan bank (kreditur) disebabkan oleh masing-masing pihak tidak saling memahami, namun tidak berlaku bagi Perusahaan tergabung dalam group, karena perusahaan group umumnya menempatkan salah satu pejabat kunci di perusahaan berlatarbelakang perbankan, sehingga renegosiasi atas kesulitan keuangan perusahaan group dapat diselesaikan dengan cepat dan lebih mudah, sekalipun menyangkut hutang yang tinggi dan skema penyeledaian yang rumit.

2.5 Kerangka Konseptual

Modal merupakan salah satu kunci penting dalam melakukan kegiatan bisnis, tanpa adanya modal yang cukup, maka bisnis tidak dapat berjalan dengan baik.

Bahkan terkadang kecukupan modal merupakan syarat mutlak bagi sebuah bisnis – baik bisnis besar maupun kecil – agar dapat memperoleh hasil seperti yang diinginkan. Demikian halnya dengan usaha kecil, menengah dan mikro (UMKM), untuk dapat membangun, menjalankan dan mengembangkan usahanya, UMKM memerlukan modal tertentu. Masalah permodalan memang merupakan masalah klasik bagi UMKM, tetapi masalah ini kerapkali muncul bahkan menjadi salah satu penyebab kegagalan usaha yang dilakukan.

Untuk mencukupi modal yang dibutuhkan oleh pelaku UMKM dibutuhkan dukungan oleh pemerintah melalui kebijakan yang berpihak pada UMKM. Kebijakan

(32)

tersebut dibuat dengan tujuan memberi kesempatan kepada UMKM untuk dapat bertahan dan mengembangkan usahanya, seperti mewajibkan setiap bank umum untuk memberikan kredit modal kerja pada UMKM minimal sebesar 20% dari total pembiayaan bank tersebut. Program ini akan dijalankan secara bertahap hingga tahun 2018.

Pemerintah, Bank dan Pelaku UMKM merupakan para pihak yang terlibat dalam mensukseskan pengembangan UMKM, sehingga kerangka konseptual penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Atas kerangka konseptual di atas maka akan dilakukan penelitian atas data pelaku usaha UMKM lengkap dengan jenis usaha, omset usaha dan kekayaan dan lama usaha. Data ini berguna untuk mengelompokkan pelaku usaha UMKM berdasarkan kelompok Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Usaha Menengah.

Peran Perbankan sebagai fasilitator modal dan kredit perlu untuk diteliti untuk mengetahui sudah sejauh mana peranan perbankan terhadap pengembangan UMKM

Perbankan

Pengembangan UMKM Modal

Kredit

Tanpa Kredit

(33)

di Kota Medan. Data ini berguna untuk mengetahui potensi pemberian kredit yang masih ada, sumber pendanaan yang layak dari bank, dan fasilitas kredit yang sesuai diberikan kepada pelaku UMKM. Hal lain yang perlu diketahui adalah faktor yang mempengaruhi pemilihan sumber pembiayaan, agunan, jangka waktu pinjaman, suku bunga pinjaman, penggunaan pinjaman, pembayaran pinjaman, kesulitan pembayaran pinjaman, akses informasi. Data ini berguna bagi bank untuk menciptkan sistem persetujuan kredit yang sederhana dan cepat, dan produk kredit yang sesuai dengan kebutuhan pelaku UMKM.

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini hanya mengkaji tingkat kebutuhan modal bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Kota Medan dengan lokasi usaha UMKM di Jalan Jamin Ginting dan Jalan Sisingamangaraja.

3.2. Jenis Penelitian

Neuman (2000) mengatakan jenis penelitian dapat dilihat dari tiga aspek yaitu aspek tujuan, manfaat, dimensi waktu. Jika dilihat dari aspek tujuan, penelitian ini dapat dikategorikan dalam penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif menyajikan gambaran yang detil dari suatu situasi, fenomena sosial atau hubungan. Hasil yang diharapkan dalam penelitian deskriptif adalah gambaran yang detil dari unit analisis.

Analisis ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai peran perbankan dalam pemberian modal usaha UMKM. Selain itu, penelitian ini akan menguraikan permasalahan yang timbul baik dari UMKM, perbankan dan pemerintah terkait dengan optimalisasi peran perbankan. Berdasarkan manfaatnya, penelitian ini merupakan penelitian terapan karena mencoba menyelesaikan masalah tertentu secara spesifik. Penelitian terapan bertujuan untuk dapat memecahkan masalah dan menghasilkan rekomendasi bagi masalah-masalah tertentu (Neuman, 2000).

Berdasarkan dimensi waktu, penelitian yang dilakukan merupakan cross sectional research, yaitu penelitian yang dilakukan pada suatu waktu tertentu dan hanya

(35)

mengambil satu bagian dari fenomena (gejala) sosial pada satu waktu tertentu (Neuman, 2000).

3.2.1. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data dibedakan menjadi dua yaitu berdasarkan sumber dan sifat.

Berdasarkan sumber, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya, yakni para Pelaku UMKM dan perbankan yang ada di Kota Medan Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dan data telah diolah dari berbagai sumber (Sekaran, 2000). Sumber data sekunder adalah:

a. Laporan Perkembangan UMKM Kota Medan dari Biro Pusat Statistik 2013-2015 b. Laporan Kredit UMKM Kota Medan dari BI 2013 – 2015

c. Laporan Departemen Koperasi dan UMKM Kota Medan.

d. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Medan 3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan gambaran yang lengkap mengenai peran perbankan terhadap pemberian modal usaha UMKM, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti dan untuk kepentingan studi yang bersangkutan. Data primer diperoleh dari pelaku usaha UMKM di Kota Medan, dengan cara pemberian kuesioner.

Kuesioner yang diberikan merupakan kuesioner tipe self-administered

(36)

questionnaires. Tipe kuesioner ini meminta responden untuk menjawab sendiri kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner merupakan urutan pertanyaan yang berasal dari pengembangan Kerangka Konseptual. Pertanyaan yang diberikan adalah pertanyaan tertutup (close-ended question) dan pertanyaan terbuka (open-ended question).

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh melalui studi dokmentasi dengan mempelajari berbagai tulisan melalui buku-buku, jurnal, terbitan berkala, situs internet, peraturan perundang-undangan dan lainya.

3.3 Populasi dan Sampel

Unit analisis dari penelitian ini adalah pelaku UMKM yang berada di Kota Medan dengan jumlah populasi penelitian sebanyak 50 sampel. Dalam penelitian ini tidak ada rumus tertentu untuk mendapatkan angka 50 ini, sebab jumlah populasinya tidak diketahui. Angka ini merupakan “judgement” peneliti saja dengan alasan antara lain:

1. Menurut Roscoe dalam Sugiyono (2004) ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500 orang. Dengan demikian jumlah sampel penelitian ini telah mencukupi dari jumlah tersebut.

2. Sampel sebanyak 50 orang dinilai cukup representatif untuk mewakili keseluruhan 50 pengusaha UMKM Kota Medan. Dengan jumlah sampel sebanyak 50 orang ini diyakini akan diperoleh data dan informasi yang tepat

(37)

dan objektif serta dapat memberikan gambaran yang sebenarnya tentang masalah atau fenomena yang diteliti.

3. Lokasi usaha UMKM hanya dibatasi Jalan Jamin Ginting dan Jalan Sisingamangaraja.

3.4 Metode Analisis

Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah Metode Analisis Deskriptif, di mana data yang diperoleh disusun, dikelompokkan, dianalisis kemudian diinterpretasikan. Untuk mendapatkan gambaran tentang masalah yang diteliti, maka dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif (qualitative approach).

Berdasarkan Analisis diskriptif atas kredit yang telah disalurkan kepada UMKM, kemudian dikuantifisir variabel-variabel yang terkait modal usaha UMKM, sehingga diketahui peran apa yang diharapkan oleh UMKM dalam pemberian modal usaha.

Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengeksplorasi harapan pelaku UMKM untuk menciptakan produk dan proses kredit UMKM sesuai harapan pelaku UMKM..

Pendekatan ini diharapkan dapat memberikan informasi secara komprehensif mengenai peranan perbankan untuk mengoptimalkan modal usaha UMKM.

(38)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1 Letak Geografis

Kota Medan terletak antara 3º 27´ - 3º 47´ Lintang Utara dan 98º 35´ - 98º 44´

Bujur Timur dengan ketinggian 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut dengan luas wilayah Kota Medan adalah 265,10 km2 atau 0,37 persen dari total luas daratan Provinsi sumatera Utara. Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli serdang di sebelah Utara, Selatan, Barat dan Timur.

4.1.2 Kependudukan

Pembangunan kependudukan dilaksanakan dengan mengindahkan kelestarian sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup sehingga mobilitas dan persebaran penduduk tercapai optimal.

Mobilitas dan persebaran penduduk yang optimal, berdasarkan pada adanya keseimbangan antara jumlah penduduk dengan daya dukung dan daya tmpung lingkungan. Persebaran penduduk yang tidak didukung oleh lingkungan dan pembangunan akan menimbulkan masalah sosial yang kompleks, dimana penduduk menjadi beban bagi lingkungan maupun sebaliknya.

Pada tahun 2015, penduduk Kota Medan mencapai 2.210.624 jiwa. Dibanding hasil proyeksi 2014, terjadi pertambahan penduduk sebesar 19.484 jiwa (0,89%).

Dengan luas wilayah mencapai 265,10 km², kepadatan penduduk mencapai 8.339

(39)

jiwa/km². Adapun jumlah penduduk berdasarkan Kecamatan dan jenis kelamin Kota Medan dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan dan Jenis Kelamin Kota Medan Tahun 2015

No. Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah 1 Medan Tuntungan 42.288 43.325 85.613

2 Medan Johor 65.207 66.805 132.012

3 Medan Amplas 61.176 62.674 123.850

4 Medan Denai 72.147 73.914 146.061

5 Medan Area 48.897 50.095 98.992

6 Medan Kota 36.769 37.670 74.439

7 Medan Maimun 20.086 20.557 40.663

8 Medan Polonia 27.636 28.313 55.949

9 Medan Baru 20.025 20.515 40.540

10 Medan Selayang 52.433 53.717 106.150 11 Medan Sunggal 57.192 58.593 115.785 12 Medan Helvetia 74.448 76.273 150.721 13 Medan Petisah 31.303 32.071 63.374

14 Medan Barat 35.902 36.781 72.683

15 Medan Timur 55.036 56.384 111.420

16 Medan Perjuangan 47.361 48.521 95.882 17 Medan Tembung 67.759 69.419 137.178

18 Medan Deli 89.632 91.828 181.460

19 Medan Labuhan 58.025 59.447 117.472 20 Medan Marelan 80.152 82.115 162.267 21 Medan Belawan 48.463 49.650 98.113

Jumlah 1.091.937 1.118.687 2.210.624

Sumber : BPS Medan Dalam Angka, 2016

Tabel 4.1 Menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Kota Medan jika dilihat dari jenis kelamin, Kecamatan Medan Deli yang padat penduduknya mencapai 89.632 jiwa laki-laki dan 91.828 jiwa perempuan. Beberapa kecamatan di Kota

(40)

Medan setara dengan kepadatan penduduknya di Kecamatan Medan Deli seperti Medan Marelan mencapai 80.152 jiwa laki-laki dan 82.115 jiwa perempuan, Medan Helvetia mencapai 74.448 jiwa laki-laki dan 76.273 perempuan, Medan Denai mencapai 72.147 laki-laki dan 73.914 perempuan, Medan Tembung mencapai 67.759 laki-laki dan 69.419 perempuan, Medan Johor mencapai 65.207 jiwa laki-laki dan 66.805 perempuan, Medan Amplas mencapai 61.176 jiwa laki-laki dan 62.674 jiwa perempuan, Medan Sunggal mencapai 57.192 jiwa laki-laki dan 58.593 jiwa perempuan, Medan Labuhan mencapai 58.025 jiwa laki-laki dan 59.447 jiwa perempuan, Medan Timur mencapai 55.063 jiwa laki-laki dan 56.384 jiwa perempuan dan selanjutnya Medan Selayang mencapai 52.433 jiwa laki-laki dan 53.717 jiwa perempuan.

4.1.3 Ketenagakerjaan

Berdasarkan data BPS Kota Medan, sebanyak 1.632.490 total angkatan kerja dan bukan angkatan berumur 15 tahun ke atas menurut jenis kegiatan selama seminggu yang lalu dan jenis Kelamin di Kota Medan.

Total angkatan kerja sendiri sebanyak 984.037, yang masing-masing untuk jenis kelamin laki-laki dan perempuan 591.720 dan 392.317. Bekerja sebanyak 875.794 dan yang sedang mencari pekerjaan atau pengangguran sebanyak 108.243.

Total bukan angkatan kerja sebanyak 648.453, yang masing-masing untuk jenis kelamin laki-laki dan perempuan 204.372 dan 444.081. Terdiri dari, mengurus rumah tangga sebanyak 318.706, sekolah 238.838, dan lain-lain sebanyak 90.909.

(41)

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu dan jenis Kelamin di Kota Medan

Kegiatan Utama Laki-Laki Perempuan Jumlah

Angkatan Kerja 591.720 392.317 984.037

Bekerja 533.322 342.472 875.794

Pengangguran 58.398 49.845 108.243

Bukan Angkatan Kerja 204.372 444.081 648.453

Sekolah 121.421 117.417 238.838

Mengurus Rumah Tangga 13.653 305.053 318.706

Lainnya 69.298 21.611 90.909

Total 796.092 836.398 1.632.490

Sumber : BPS Medan Dalam Angka, 2016

4.1.4 Kondisi Perekonomian Kota Medan 1. PDRB

PDRB sebagai ukuran produktivitas mencerminkan seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu wilayah dalam satu tahun. Adanya peningkatan PDRB perkapita yang cukup tinggi dan selalu berada di atas PDRB per kapita Sumatera Utara setiap tahun tentu saja sangat menggembirakan, namun angka tersebut belum dapat menggambarkan pemerataan pendapatan masyarakat pada setiap strata ekonomi. Pengaruh inflasi sangat dominan dalam pembentukan nilai PDRB.

Dapat dilihat pada tahun 2015 menunjukkan persentase PDRB menurut lapangan usaha di dominasi pada jasa kesehatan dan kegiatan sosial yang mencapai 9,95%

kemudian diikuti oleh informasi dan komunikasi sebesar 9,51%. Total PDRB pada tahun 2015 sebesar 124.227,48. Sedangkan pada tahun 2014 dan 2013 masing- masing sebesar 117. 497,62 dan 110.794,42.

(42)

Tabel 4.3

PDRB Menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Konstan 2010 di Kota Medan (Miliar Rupiah)

Lapangan Usaha 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1.224,19 1.292,41 1.367,62 Pertambangan dan Penggalian 2,14 2,03 1,94 Industri Pengolahan 17. 862,60 18.345,63 18.596,27 Pengadaan Listrik dan Gas 143,64 147,59 128,21 Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang

184,10 196,38 212,11

Konstruksi 20.201,68 22.010,71 23.792,47

Perdagangan Besar, Eceran;

Reparasi Mobil, Sepeda Motor

27.537,20 30.052,91 31.715,63 Transportasi dan Pergudangan 8.175,82 7.187,92 7.389,10 Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum

2.631,50 2.884,83 3.125,93 Informasi dan Komunikasi 6.756,4 7.398,84 8.105,81 Jasa Keuangan dan Asuransi 7.747,5 8.116,67 8.569,69

Real Estat 8.111,5 8.812,47 9.479,79

Jasa Perusahaan 2.554,2 2.720,26 2.857,66

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

1.947,0 2.090,47 2.159,93

Jasa Pendidikan 3.131,9 3.387,36 3.676,54

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.460,0 1.638,15 1.801,15

Jasa Lainnnya 1.122,6 1.212,97 1.297,56

Total 110.794,42 117. 497,62 124.227,48

Sumber : BPS Medan Dalam Angka, 2016

2. Pertumbuhan Ekonomi

Selama sepuluh tahun terakhir, banyak perubahan yang terjadi pada tatanan global dan lokal yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian nasional yang berefek pada mekanisme pencatatan statistik nasional. Salah satu bentuk adaptasi pencatatan statistik nasional adalah melakukan perubahan tahun dasar PDB Indonesia dari tahun 2000 ke 2010. Perubahan tahun dasar PDB dilakukan secara bersamaan

(43)

dengan penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi untuk menjaga konsistensi hasil penghitungan. Melalui penghitungan PDRB dengan tahun dasar 2010, diketahui laju pertumbuhan ekonomi Kota Medan pada tahun 2015 mencapai 5,74 persen. Hal ini disebabkan mayoritas lapangan usaha mengalami perlambatan pertumbuhan, yakni sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan melambat 5,01; sektor pertambangan dan penggalian menurun sebesar 4,40; sektor industri pengolahan melambat 1,37; sektor pengadaan listrik dan gas menurun sebesar 7,13; konstruksi melambat 8,09; perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor melambat 5,53; penyediaan akomodasi dan makan minum melambat 8,36; real estat melambat 7,51; jasa perusahaan melambat 4,94;

administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib melambat 2,83; jasa kesehatan dan kegiatan sosial melambat 9,95; jasa lainnya melambat 6,97. Sektor yang mengalami peningkatan adalah sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang sebesar 8,01; sektor transportasi dan pergudangan sebesar 2,68; sektor informasi dan komunikasi sebesar 9,51; sektor jasa keuangan dan asuransi sebesar 5,57; jasa pendidikan sebesar 8,54. Jika dilihat kontribusi masing- masing lapangan usaha pada tahun 2015 masih sangat dominan berasal dari Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 9,95 diikuti sektor informasi dan komunikasi, jasa pendidikan, penyediaan akomodasi dan makan minum, konstruksi. Bila dibandingkan laju pertumbuhan PDRB tahun 2015 dengan tahun 2014 dan 2013 yang masing-masing 6,05 dan 5,36, laju pertumbuhan PDRB relatif bersifat fluktuatif bila dibandingkan 2013 dan 2014.

(44)

Tabel 4.4

Persentase PDRB Menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Konstan 2010 di Kota Medan (%)

Lapangan Usaha 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

1,09 5,57 5,01

Pertambangan dan Penggalian -2,99 5,02 -4,40

Industri Pengolahan 1,95 2,70 1,37

Pengadaan Listrik dan Gas 13,72 2,75 -7,13

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

3,86 6,67 8,01

Konstruksi 8,43 8,95 8,09

Perdagangan Besar, Eceran;

Reparasi Mobil, Sepeda Motor

8,64 9,14 5,53

Transportasi dan Pergudangan 11,76 2,08 2,68 Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum

6,55 9,63 8,36

Informasi dan Komunikasi 9,93 9,51 9,51

Jasa Keuangan dan Asuransi 6,98 4,76 5,57

Real Estat 8,04 8,64 7,51

Jasa Perusahaan 6,82 6,50 4,94

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

7,01 7,37 2,83

Jasa Pendidikan 8,30 8,16 8,54

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

9,50 12,19 9,95

Jasa Lainnnya 8,25 8,05 6,97

Total 5,36 6,05 5,74

Sumber : BPS Medan Dalam Angka, 2016

4.1.5 Perkembangan Dana Pihak Ketiga

Jumlah dana yang terkumpul oleh bank dari masyarakat pada tahun 2015 berjumlah 146.334.154 rupiah, yang berasal dari giro sebesar 21.869.013 rupiah, simpanan berjangka sebesar 65.915.210 rupiah, dan dari tabungan sebesar 43.057.882 rupiah. Jumlah dana yang terkumpul oleh bank dari masyarakat tahun

(45)

2014 berjumlah 130.842.104 juta rupiah, yang berasal dari giro sebesar 21.869.013 juta rupiah, simpanan berjangka sebesar 65.915.210 juta rupiah, dan dari tabungan sebesar 43.057.882 juta rupiah. Jumlah dana yang terkumpul oleh bank dari masyarakat tahun 2013 berjumlah 114.576.676 juta rupiah, yang berasal dari giro sebesar 18.589.094 juta rupiah, simpanan berjangka sebesar 54.276.954 juta rupiah, dan dari Tabungan sebesar 44.157.349 juta rupiah.

Tabel 4.5

Dana Masyarakat di Kota Medan (000.000 Rupiah)

Dana Masyarakat 2013 2014 2015

Giro Rekening 77.52 84.303 75.302

Giro Nominal 18.511.570 21.869.013 20.794.214

Simpanan Berjangka Nominal

54.151.604 65.915.210 64.684.156 Simpanan Berjangka

Rekening

125.350 133.581 144.183

Tabungan Nominal 41.913.502 43.057.882 44.717.553

Tabungan Bilyet 2.843.847 3.076.941 3.186.421

Sumber : Bank Indonesia Cabang Medan

4.1.6 Perkembangan Jumlah Kredit yang Disalurkan

Peran Bank dalam menunjang pertumbuhan ekonomi Kota Medan sangat penting artinya. Untuk mendukung program Pemerintah dan memperlancar bank yang ada di Kota Medan telah menyalurkan kredit yang cukup besar. Di mana sampai pada tahun 2015 posisi pinjaman menurut lapangan usaha sebesar 80.746.305 juta rupiah, yang terdiri dari 11.503.273 juta rupiah untuk lapangan usaha pertanian, 25.467.423 juta rupiah untuk industri, 29.763.250 juta rupiah untuk perdagangan,

(46)

hotel, restoran dan selebihnya untuk pertambangan, listrik, gas dan air, konstruksi, angkutan, jasa perusahaan lapangan usaha lainnya (tabel 4.6).

Tabel 4.6

Posisi Pinjaman Perbankan di Kota Medan Menurut Lapangan Usaha (dalam Rp.000.000)

Lapangan Usaha 2013 2014 2015

Pertanian 7.219.958 8.792.586 11.503.273

Pertambangan 363.067 350.394 192.598

Industri 18.935.232 23.206.614 25.467.423

Listrik, Gas, Air 259.718 500.916 291.795

Konstruksi 3.165.887 4.026.426 3.797.359

Perdagangan, Hotel, Restoran

20.329.579 24.656.182 29.763.250 Angkutan, Komunikasi 3.019.127 3.331.691 2.861.786 Keuangan, Jasa

Perusahaan

3.410.138 3.850.505 4.021.906

Jasa 1.824.150 5.269.446 2.846.915

Total 58.526.856 73.984.761 80.746.305

Sumber : Bank Indonesia Cabang Medan

4.1.7 Perkembangan Industri Kecil

Kota Medan sebagai salah satu kota di Sumatera Utara yang mempunyai kewenangan untuk mengembangkan ekonomi daerah dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah.

Salah satu usaha pengembangan ekonomi yang dilakukan adalah pengembangan industri kecil, yaitu dengan melihat kinerja industri kecil yang merupakan bagian dari UMKM, melalui omzet usaha dan posisi bersaing. Secara umum kondisi industri kecil di Kota Medan sebagian besar belum dikelola secara profesional, tanpa manajemen yang jelas, dan masih bersifat subsistem.

(47)

Menurut data Badan Pusat Statistik Kota Medan pada tahun 2015 terdapat 3 sektor industri kecil dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 1301 orang.

Tabel 4.7

Persebaran Sektor Industri Kecil di Kota Medan Tahun 2015 Sektor Perusahaan Tenaga

Kerja

Nilai Investasi (Rp.)

Logam, Mesin, Elektronika, Aneka

43 175 7.528.000.000

Hasil Pertanian, Kehutanan

40 188 6.546.000.000

Tekstil, Kimia 164 938 30.090.551.525

Total 247 1301 44.164.551.525

Sumber : BPS Medan Dalam Angka, 2016

Dari data diatas dapat dilihat persebaran industri kecil di Kota Medan yang tersebar menjadi 3 sektor industri kecil, yang mana jika di total memiliki nilai investasi sebesar Rp44.164.551.525,00 dan jumlah perusahaan sebanyak 247.

Dari berbagai sektor industri kecil diatas industri kecil sektor hasil pertanian dan kehutanan, menurut peneliti memiliki peluang yang besar untuk dapat berkembang.

Industri kecil ini memiliki 40 perusahaan dan 188 tenaga kerja, lebih banyak dari industri kecil sektor logam, mesin, elektronika, aneka. Sedangkan total investasi sebesar Rp6.546.000.000,00 masih jauh tertinggal dari total investasi industri kecil sektor tekstil dan kimia.

(48)

4.2 Identifikasi Responden 4.2.1 Umur Responden

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kota Medan, maka dapat diketahui gambaran tentang identifikasi responden. Umur responden yang bergelut di bidang usaha dapat menunjang kegiatan usaha di dalam menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas. Semakin tinggi tingkat umur pelaku usaha, maka semakin matang pemikirannya untuk meningkatkan kualitas produk.

Tabel 4.8

Jumlah Responden Menurut Umur pada UMKM di Kota Medan

Umur (Tahun) Jumlah Responden %

20-29 8 16

30-39 25 50

40-49 10 20

50-59 7 14

Jumlah 50 100

Sumber: Data diolah dari hasil penelitian, 2017

Tabel 4.8 menunjukkan, bahwa dari 50 responden yang diteliti jumlah responden yang paling banyak berumur antara 30-39 tahun yaitu sebanyak 25 orang atau 50 persen. Responden yang berumur 20-29 tahun yaitu sebanyak 8 orang atau 16 persen, responden yang berumur 40-49 tahun yaitu sebanyak 10 orang atau 20 persen, sedangkan responden yang paling sedikit berumur 50-59 tahun yaitu sebanyak 7 orang tau 14,00 persen.

4.2.2 Jenis Kelamin Responden

Faktor jenis kelamin berkaitan dengan kemampuan pelaku usaha dalam menjalankan pekerjaan. Tabel 4.9 mengenai Distribusi Responden Menurut jenis

(49)

Kelamin pada UMKM di Kota Medan, adalah didominasi oleh jenis kelamin laki-laki yaitu 35 orang, sedangkan jenis kelamin perempuan yaitu 15 orang. Gambaran tentang jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9

Jumlah Responden Menurut Jenis Kelamin pada UMKM di Kota Medan

Umur (Tahun) Jumlah Responden %

Laki-Laki 35 70

Perempuan 15 30

Jumlah 50 100

Sumber: Data diolah dari hasil penelitian, 2017

4.2.3 Pendidikan Responden

Pendidikan merupakan penentu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) serta menentukan wawasan seseorang di dalam melakukan kegiatan baik yang bersifat sosial maupun ekonomi. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka orang tersebut cenderung memiliki pola pikir yang lebih baik di dalam upaya meningkatkan taraf hidupnya. Dibawah ini tersaji tingkat pendidikan responden dan terlihat dalam Tabel 4.10.

Tabel 4.10

Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan pada UMKM di Kota Medan

Tingkat Pendidikan Jumlah Responden %

SD 3 6

SMP 9 18

SMA 30 60

Sarjana 8 16

Jumlah 50 100

Sumber: Data diolah dari hasil penelitian, 2017

(50)

Tabel 4.10 menunjukkan, bahwa tingkat pendidikan responden penerima program bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebagia besar adalah tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 30 responden atau 60 persen dari total responden.

Tingkat pendidikan SMP sebanyak 9 responden atau 18 persen dan tingkat pendidikan Sarjana sebanyak 8 responden atau 16 persen, yang paling sedikit jumlahnya adalah tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 3 orang atau 6 persen.

4.2.4 Jenis Usaha Responden

Jenis Usaha yang diambil peneliti dalam penelitian ini dibagi menjadi 4 jenis;

makanan, non makanan, kerajinan dan aneka usaha. Dibawah ini tersaji jenis usaha responden dan terlihat dalam Tabel 4.11.

Tabel 4.11

Jumlah Responden Menurut Jenis Usaha pada UMKM di Kota Medan

Sumber: Data diolah dari hasil penelitian, 2017

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa banyaknya responden yang memiliki jenis usaha makanan sebanyak 21 responden atau 42%. Sedangkan untuk jenis usaha terendah ada di jenis usaha kerajinan sebanyak 9 responden atau 18%.

Jenis Usaha Jumlah Responden Persentase

Makanan 21 42

Non Makanan 4 8

Kerajinan 9 18

Aneka Usaha 16 32

Jumlah 50 100

(51)

4.2.5 Aset Usaha Responden

Aset adalah sumber ekonomi yang diharapkan memberikan manfaat usaha di kemudian hari. Dibawah ini tersaji asset responden dan terlihat dalam Tabel 4.12.

Tabel 4.12

Jumlah Responden Menurut Aset Usaha pada UMKM di Kota Medan

Sumber: Data diolah dari hasil penelitian, 2017

Tabel 4.12 menunjukkan bahwa banyaknya responden yang memiliki aset usaha sebesar Rp. 5.000.001 sampai dengan Rp. 10.000.000 sebanyak 54%.

Sedangkan responden yang memiliki aset usaha Rp. 1.000.001 – Rp. 5.000.000 menunjukkan persentase sebesar 30%.

4.2.6 Omset Usaha Responden

Omset merupakan jumlah atau seluruh penerimaan kotor yang diperoleh pengusaha UMKM selama satu hari. Berikut tabel 4.13 mengenai jumlah responden menurut omset usaha.

Aset Usaha Jumlah Responden Persentase

≤ Rp. 1.000.000 2 4

Rp. 1.000.001 - Rp. 5.000.000 15 30

Rp. 5.000.001 - Rp. 10.000.000 27 54

Rp. 10.000.001 - Rp. 30.000.000 5 10

Rp. 30.000.001 - Rp. 50.000.000 1 2

> Rp. 50.000.000 0 0

Jumlah 50 100

(52)

Tabel 4.13

Jumlah Responden Menurut Omset Usaha pada UMKM di Kota Medan

Sumber: Data diolah dari hasil penelitian, 2017

Pada Tabel 4.13 terlihat bahwa banyaknya responden yang memiliki omset usaha sebesar Rp. 100.001 sampai dengan Rp. 300.000 per bulan sebanyak 30%.

Sedangkan responden yang jumlah omset usaha terendah adalah Rp. 300.001 - Rp.

500.000 dan Rp. 500.001 - 1.000.000, masing-masing menunjukkan persentase sebesar 10%.

4.2.7 Keuntungan Usaha Responden

Keuntungan merupakan jumlah atau seluruh penerimaan bersih yang diperoleh pengusaha UMKM selama satu hari. Dibawah ini tersaji tingkat pendidikan responden dan terlihat dalam Tabel 4.14.

Omset Usaha Jumlah Responden Persentase

≤ Rp. 50.000 10 20

Rp. 50.001 - Rp. 100.000 6 12

Rp. 100.001 – Rp. 300.000 15 30

Rp. 300.001 - Rp. 500.000 9 18

Rp. 500.001 - 1.000.000 5 10

> Rp. 1.000.001 5 10

Jumlah 50 100

(53)

Tabel 4.14

Jumlah Responden Menurut Keuntungan Usaha pada UMKM di Kota Medan

Sumber: Data diolah dari hasil penelitian, 2017

Pada Tabel 4.14 terlihat bahwa banyaknya responden yang memiliki keuntungan usaha sebesar Rp. 300.001 sampai dengan Rp. 500.000 per hari sebanyak 40%. Sedangkan responden yang jumlah keuntungan usaha terendah adalah di atas Rp. 1.000.001 menunjukkan persentase sebesar 8%.

4.3 Analisis Hasil Penelitian

Untuk menganalisis Peran Perbankan Dalam Pengembangan UMKM Di Kota Medan, dilakukan melalui daftar pertanyaan atau kuisioner terhadap responden pelaku UMKM. Responden pada penelitian ini terdiri dari 70 persen responden laki- laki, dan 30 persen responden perempuan. Tingkat pendidikan tamat SD 6 persen, tamat SMP 18 persen, tamat SMA 60 persen, dan Sarjana 16 persen, seperti data yang terlihat pada Tabel 4.10.

Analisis Peran Perbankan Dalam Pengembangan UMKM Di Kota Medan, dapat dilihat sebagai berikut:

Keuntungan Usaha Jumlah

Responden

Persentase

≤ Rp. 100.000 5 10

Rp. 100.001 - Rp. 300.000 10 20

Rp. 300.001 – Rp. 500.000 20 40

Rp. 500.001 - Rp. 1.000.000 11 22

> Rp. 1.000.001 4 8

Jumlah 50 100

(54)

4.3.1 Modal Pengembangaan Usaha

Dalam mengembangkan suatu usaha diperlukan modal yang dapat memperluas kegitan usaha. Sumber pembiayaan bisa bersumber dari mana saja mulai dari dana sendiri, pinjaman keluarga, pinjaman teman, kredit bank, pinjaman mitra usaha, koperasi dan lainnnya. Hal ini penting dianalisis untuk mengetahui sumber pembiayaan pengusaha UMKM di Kota Medan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15

Sumber Pembiayaan Pengembangan Usaha pada UMKM di Kota Medan

Sumber Jumlah Responden %

Dana Sendiri 15 30

Pinjaman Keluarga, dan Teman

10 20

Kredit Bank 25 50

Jumlah 50 100

Sumber: Data diolah dari hasil penelitian, 2017

Tabel 4.15 menunjukkan bahwa dari 50 responden yang diteliti, terdapat sebanyak 25 orang atau sebesar 50 persen yang sumber pembiayaan dari kredit bank, sedangkan 15 persen dari dana sendiri, sisannya 10 persen dari pinjaman keluarga dan teman. Responden yang membuka usaha UMKM yang mendapatkan dan menggunakan Kredit Usaha Rakyat dari kredit bank sebagai penambah modal usahanya, sehingga mampu meningkatkan pendapatan di dalam menjalankan usahanya.

Besaran sumber pembiayaan pengembangan usaha menentukan ke mana UMKM di Kota Medan akan berkembang dan tumbuh. Hal ini penting mengingat prospek UMKM di Kota Medan begitu menjanjikan. Sehingga perlu diketahui

Gambar

Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1  Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kecelakaan pesawat ulang-alik Challenger terjadi pada 28 Januari 1986 ketika pesawat ulang-alik Challenger pecah setelah 73 detik penerbangan, yang menyebabkan

Data keseluruhan responden lebih dominan menjawab penting dalam rekapitulasi kuisioner tingkat kepentingan, sedangkan dalam rekapitulasi kuisioner kepuasan pelanggan secara

Tujuannya adalah ketika kita melakukan editing da- ta bibliogra saat dilakukannya proses stock take, maka untuk menghasilkan perubahan pada data bibliogra yang terdapat di modul

Anna Satyana Karyawati, SP.,MP Moch.. Anna Satyana Karyawati,

Saat ini proses perencanaan pembuatan sistem pengelolaan air terpadu akan dilaksanakan mulai semester kedua, tetapi karena kondisi curah hujan mulai menunjukkan

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik ruang terbuka, kegiatan interaksi sosial masyarakat di ruang terbuka, dan hubungan antara ruang terbuka dan

Berdarasarkan hasil penilitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai Pemanfaatan Daana Desa Dalam Pembangunan Desa Biring Ere Kecamatan Bungoro Kabupaten