• Tidak ada hasil yang ditemukan

NISBAH KELAMIN IKAN GABUS (Channa striata, Bloch 1793) DI SUNGAI BOJO KABUPATEN BARRU SKRIPSI MUSDALIFAH L

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NISBAH KELAMIN IKAN GABUS (Channa striata, Bloch 1793) DI SUNGAI BOJO KABUPATEN BARRU SKRIPSI MUSDALIFAH L"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

i

NISBAH KELAMIN IKAN GABUS (Channa striata, Bloch 1793) DI

SUNGAI BOJO KABUPATEN BARRU

SKRIPSI

MUSDALIFAH

L21113006

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

DEPARTEMEN PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

(2)

ii

NISBAH KELAMIN IKAN GABUS (Channa striata Bloch 1793) DI

SUNGAI BOJO KABUPATEN BARRU

Oleh :

MUSDALIFAH

L21113006

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan

pada

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

DEPARTEMEN PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

(3)
(4)

iv

RIWAYAT HIDUP

Musdalifah, lahir di Bantaeng pada Tanggal 14 September 1995 dari pasangan bapak M. Akbar (alm) dan ibu Hj. St. Hasbiah. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara. Tahun 2007 penulis lulus dari SDN. No. 40 Lumpangang, Bantaeng. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke MTS. Muhammadiyah Bantaeng pada tahun 2007 – 2010. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negri 1 Bantaeng dan lulus pada tahun 2013. Tahun 2013 penulis diterima sebagai mahasiswi di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Departemen perikanan, Program studi Manajemen Sumberdaya Perairan melalui jalur undangan SNMPTN. Selama menjalani studi, penulis aktif sebagai Badan Pengurus Harian Keluarga Mahasiswa Perikanan Manajemen Sumberdaya Perikanan (BPH KMP MSP) Universitas Hasanuddin periode 2014 -2015 dan Bendahara Majelis Pertimbangan Himpunan (MPH) Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin 2016 - 2017. Penulis juga pernah menjadi asisten pada mata kuliah Ikhtiologi, Ekologi Perairan, Ilmu Tumbuhan Air, Biologi Perikanan, Dinamika Populasi.

(5)

v ABSTRAK

MUSDALIFAH. L211 13 006. Nisbah Kelamin Ikan Gabus (Channa striata, Bloch 1793) di Sungai Bojo Kabupaten Barru. Dibimbing oleh Irmawati sebagai Pembimbing Ketua dan Nadiarti sebagai Pembimbing Anggota. Saat ini ikan gabus merupakan salah satu jenis ikan tawar yang populer. Namun, beberapa hasil penelitian mengindikasikan bahwa kondisi populasi ikan gabus tidak seimbang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jenis kelamin dan rasio jenis kelamin ikan gabus (Channa striata, Bloch 1793) berbasis morfologi (morfometrik dan meristik) dan pewarnaan gonad menggunakan larutan asetokarmin. Jumlah ikan gabus yang diamati adalah sebanyak 42 ekor. Parameter yang dianalisis adalah karakter morfometrik dan meristik. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa gonad ikan gabus diduga mengalami proses diferensiasi dari ovarium menjadi testis. Rasio ikan gabus betina, ikan gabus yang di duga fase transisi dan ikan ikan gabus jantan yaitu 5:1:1. Nilai ini menunjukkan kondisi populasi ikan gabus yang tidak seimbang atau diduga karena ikan gabus merupakan golongan ikan hermaprodit. Ikan gabus memiliki satu karakter yang dapat dijadikan parameter dalam mencirikan jenis kelamin yaitu jarak antara ujung mulut dengan pangkal depan sirip dubur (panjang rongga badan).

Kata kunci: Channa striata, Hermaprodit, Ikan Gabus, Mofometrik-Meristik ,Nisbah kelamin.

(6)

vi ABSTRACT

MUSDALIFAH. L211 13 006. The sex ratio of Snakehead Fish (Channa striata, Bloch 1793) in Bojo River, Barru Regency. Supervised by Irmawati as Chairman Adviser and Nadiarti as Member Adviser.

This time the snakehead fish is one of the popular freshwater fish. Yet, some of the results of research indicate that condition population of the snakehead fish unbalanced. This research aims to analyze the sex and the sex ratio of snakehead fish (Channa Striata, Bloch 1793) have as a base morphology (morfometrik and meristik) and gonad dye used the asetokarmin solution. The total of snakehead fish observed is as much 42 tails. Parameters which analyzed is the character of morfometrik and meristik. The result of this research describes that gonad the snakehead fish allegedly having the process of differentiation from ovarium be testis. The ratio female snakehead fish, the snakehead fish who allegedly phase transition and the male snakehead fishs that is 5:1:1. This value indicate the condition of population snakehead fish unbalanced or allegedly because the snakehead fish is the hermaprodit fish group. The snakehead fish own one character that can be parameters in characterize the sex that is the distance between the tip of the mouth with base of the front of flippers anus ( long body cavity ).

Keywords : Channa Striata, Hermaprodit, Snakehead Fish, Mofometrik-Meristik, Sex ratio.

(7)

vii KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat merampungkan skripsi sebagai salah satu syarat tugas akhir pada jenjang studi Strata Satu (S1) pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin. Tak lupa pula penulis panjatkan shalawat dan salam bagi junjungan dan teladan Nabi Muhammad SAW.

Secara khusus penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua tercinta, ayahanda M. Akbar (Alm) dan ibunda Hj. St. Hasbiah, serta saudara-saudariku M. Sabir Akbar, Hasnawati Akbar dan Isnaeni Akbar yang banyak memberi kasih sayang dan telah menyekolahkan saya sampai kejenjang S1. Dukungan baik moril maupun materil, dan doa selama menjalani proses menuju keberhasilan.

Dengan segala hormat penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus dan sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Irmawati, S.Pi, M. Si. selaku dosen pembimbing utama dan Dr. Ir. Nadiarti, M.SC. selaku pembimbing anggota yang telah meluangkan waktu membimbing penulis dari awal hingga selesainya tugas akhir ini. 2. Dr. Budiman Yunus, MS, Moh. Tauhid Umar, S.Pi, MP., dan Dr. Ir.

Muh.Arifin Dahlan, MS. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis.

3. Seluruh Dosen dan Civitas akademik Departemen Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan yang telah mengajar dan membantu penulis dalam mengurus administrasi.

(8)

viii 4. Keluarga besar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP). Teman-teman seperjuangan MSP #13 atas doa dan dukungannya kepada penulis.

5. Semua pihak yang ikut membantu baik secara langsung maupun tak langsung dalam penulisan tugas akhir.

Penulis menyadari keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki sehingga tidak menutup kemungkinan masih ditemukan adanya kekurangan, baik dari segi materi maupun dari segi teknik penulisan. Akhir kata penulis berharap agar tugas akhir ini bermanfaat serta memberi nilai untuk kepentingan ilmu pengetahuan selanjutnya dan segala amal baik serta jasa dari pihak yang membantu penulis mendapat berkat dan karunia-Nya, amiin.

Makassar, Januari 2018

(9)

ix DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan dan Kegunaan ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Deskripsi Ikan Gabus ... 4

B. Morfologi Ikan Gabus ... 5

C. Habitat dan Penyebaran ... 5

D. Seksualitas Ikan ... 7

E. Nisbah Kelamin ... 7

F. Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ... 8

G. Morfometrik dan Meristik ... 8

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat ... 10

B. Metode Penelitian ... 10

1. Pengambian Sampel Ikan Gabus ... 10

2. Penentuan Jenis Kelamin ... 11

3. Perkembangan Gonad ... 12

4. Analisis Morfometrik dan Meristik ... 13

C. Analisis Data ... 19

1. Sharing Component ... 19

2. Sharing Component (Nilai Percampuran Fenotipe) ... 19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Populasi Ikan Gabus di Sungai Bojo Kabupaten Barru ... 18

B. Keragaman Ikan Gabus Berdasarkan Karakter Morfometrik ... 23

(10)

x

D. Analisis Meristik ... 29

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 32

B. Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

(11)

xi DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Parameter identifikasi ikan gabus (Channa striata, Bloch 1793)

berdasarkan karakter morfometrik ... 13 2. Parameter identifikasi ikan gabus (Channa striata, Bloch 1793)

berdasarkan karakter meristik ... 15 3. Sebaran jenis kelamin sampel ikan gabus (Channa striata,

Bloch 1793) yang tertangkap di Sungai Bojo Kabupaten Barru

pada bulan Juni dan Agustus 2017 ... 19 4. Sebaran panjang baku ikan gabus (Channa striata, Bloch 1793)

yang tertangkap di Sungai Bojo Kabupaten Barru pada bulan Juni dan Agustus 2017 berdasarkan kelompok umur dan

tingkat kematangan gonad untuk ikan betina ... 20 5. Komponen utama (eigenvalues) analisis diskriminan ikan gabus

(Channa striata, Bloch 1793) dari Sungai Bojo Kabupaten Barru .... 23 6. Rata-rata dan standar deviasi karakter morfometrik ikan gabus

(Channa striata, Bloch 1793) yang tertangkap di Sungai Bojo

Kabupaten Barru... 25 7. Hasil analisis beberapa karakter morfometrik ikan gabus

(Channa striata, Bloch 1793) untuk mencari karakter penciri

antara jantan , betina dan transisi ... 27 8. Pendugaan nilai kesamaan ukuran karakter morfometrik yang

menunjukan hasil klasifikasi antara ikan gabus (Channa striata, Bloch 1793) jantan, betina dan transisi dari Sungai Bojo

Kabupaten Barru... 29 9. Karakter meristik ikan gabus (Channa striata, Bloch 1793) di

(12)

xii DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Ikan gabus genus Channa striata ... 4 2. Distribusi ikan gabus (Channa striata, Bloch 1793) ... 6 3. Peta lokasi pengambilan sampel ikan gabus (Channa striata, Bloch

1793) di Sungai Bojo Kabupaten Barru (Sumber: peta amistrasi Indonesia 2017) ... 10 4. Stasiun pengambilan sampel ikan gabus (Channa striata, Bloch 1793).

Stasiun I dan stasiun II merupakan sungai utama, stasiun III merupakan anak/cabang sungai. Stasiun II merupakan area di sekitar bendungan. Catchment area stasiun I, II dan III adalah wilayah persawahan dan perkebunan ... 11 5. Determinasi gonad jantan (testis) dan gonad betina (ovari) ikan gabus

dengan pewarnaan asetokarmin; (A) gonad ikan gabus betina terdapat butiran-butiran telur, (B) gonad ikan gabus jantan tidak terdapat butiran telur ... 12 6. Gonad yang ditetesi dengan larutan asetokarmin (A), gonad yang telah

dicacah (B) ... 12 7. Skema diagram pengukuran parameter-parameter karakter

morfometrik ikan gabus (Channa striata, Bloch 1793). ... 14 8. Skema diagram pengukuran parameter-parameter karakter meristik

ikan gabus (Channa striata, Bloch 1793) ... 16 9. Performa gonad ikan gabus (Channa striata, Bloch 1793) jantan,

betina dan yang diduga fase transisi dengan pewarnaan acetocarmine 18 10. Boxplot sebaran ukuran panjang total ikan gabus (Channa striata,

Bloch 1793) jantan, betina, dan transisi di Sungai Bojo Kabupaten Barru ... 22 11. Boxplot sebaran bobot tubuh ikan gabus (Channa striata, Bloch 1793)

jantan, betina, dan transisi di Sungai Bojo Kabupaten Barru ... 23 12. Boxplot sebaran jarak antara sirip punggung depan dengan sirip dubur

belakang ikan gabus (Channa striata, Bloch 1793) jantan, betina, dan transisi di Sungai Bojo Kabupaten Barru ... 24 13. Boxplot sebaran panjang sirip perut kiri ikan gabus (Channa striata,

Bloch 1793) jantan, betina, dan transisi di Sungai Bojo Kabupaten Barru ... 25

(13)

xiii 14. Karakter morfometrik yang berbeda antara ikan gabus (Channa striata,

Bloch 1793) Jantan, betina dan yang diduga transisi. Jarak antara

(14)

xiv DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Hasil pengolahan data karakter morfometrik ikan gabus (Channa striata, Bloch 1793) jantan dan betina berdasarkan analisis diskriminan SPSS versi 16 ... 36 2. Alat tangkap ikan gabus (Channa striata) di Sungai Bojo Kabupaten

(15)

1 I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ikan gabus atau biasa dikenal dengan nama snakehead fish merupakan jenis ikan predator yang hidup di air tawar. Ikan gabus terdiri dari dua genus yaitu Channa dan Parachanna. Genus Channa terdiri dari 26 spesies merupakan ikan asli dari Asia sedangkan genus Parachanna terdiri dari tiga spesies merupakan ikan endemik di Afrika (Walter et al., 2014).

Ikan gabus banyak ditemukan di berbagai daerah di Indonesia dengan nama yang berbeda-beda yaitu rajong (Sunda), deluk, kuto (Jawa, Madura), baje (Aceh), sepungkat (Palembang), haruan (Banjarmasin), bale bolong (Maros), bale salo (Sidrap), dan kanjilo (Makassar dan Bantaeng). Ikan gabus merupakan ikan asli di beberapa wilayah Indonesia seperti Sumatera, Jawa Barat, dan Kalimantan Selatan. Akan tetapi, Ikan gabus di Sulawesi Selatan merupakan ikan introduksi (Couternay & Williams, 2004).

Ikan gabus segar mengandung protein mencapai 25,1 %, dan 6,224 % dari protein tersebut merupakan albumin (Asfar et al., 2014). Selain itu, ikan gabus juga memiliki komposisi asam amino yang lengkap serta mikronutrien zinc, Cu dan Fe (Mustafa et al., 2012). Saat ini, ikan gabus umum digunakan sebagai bahan baku kapsul albumin. Kapsul albumin banyak digunakan untuk mempercepat proses penyembuhan luka terutama pada pasien pasca operasi (Supriyitno 2006 dalam Utomo et al., 2013).

Pentingnya ikan gabus sebagai bahan baku pembuatan kapsul albumin menjadikan ikan gabus bernilai ekonomis penting. Harga ikan gabus di Kabupaten Sidrap mencapai Rp.45.000 – Rp.75.000 per ekor dan di Kabupaten Bantaeng mencapai Rp.125.000 per kg (Irmawati, 2015). Secara morfologi, ikan pada umumnya memiliki perbedaan antara ikan jantan dan ikan betina. Adapun

(16)

2 cara membedakan keduanya yaitu dapat dilakukan dengan melihat morfometrik dan meristik (Hubbs & Lagler, 1958).

Determinasi seks pada ikan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu determinasi seks yang dipengaruhi faktor genetik atau genetic sex determination (GSD) dan determinasi seks yang dipengaruhi oleh lingkungan yaitu environmental sex determination (ESD) (Santos et al., 2017 dalam Irmawati 2017). ESD adalah suatu proses dimana jenis kelamin suatu hewan yang sedang dalam fase perkembangan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dimana hewan tersebut hidup dan berkembang (Kraak & Pen, 2002). ESD pada vertebrata terdeteksi pada ikan dan reptil (Devlin & Nagahama, 2002). Sedikit perubahan yang terjadi pada lingkungan dapat mempengaruhi seks rasio pada kelompok reptil (Jansen & Pauktis, 1991). Sedangkan pada ikan efek dari pada ESD adalah samar atau kurang jelas (Devlin & Nagahama, 2002).

Perubahan lingkungan yang sangat umum dijumpai di alam maupun budidaya ikan, termasuk budidaya ikan gabus ialah perubahan derajat keasaman air atau pH. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perubahan pH mengakibatkan pengaruh terhadap jenis kelamin pada ikan, contohnya pada jenis Cichlidae yang apabila lingkungan bersifat asam, maka ikan jantan akan lebih dominan dari pada ikan betina (Rubin, 1985).

Hasil penelitian Sara (2015) di Kabupaten Wajo dan Utami (2017) di Kabupaten Maros menunjukkan bahwa rasio jantan dan betina pada ikan gabus berturut-turut adalah sebesar 1 : 4 dan 1 : 3, yang berarti bahwa seks rasio pada populasi ikan gabus di kedua lokasi tersebut tidak seimbang. Mengacu pada kedua hasil penelitian tersebut sehingga penelitian ini diarahkan untuk mendeskripsikan kondisi seks rasio di Sungai Bojo Kabupaten Barru. Sungai Bojo Kabupaten Barru merupakan salah satu wilayah distribusi ikan gabus

(17)

3 dimana kondisi populasi ikan gabus termasuk seks rasio di wilayah tersebut belum pernah dikaji.

B. Tujuan dan Manfaat

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis jenis kelamin dan rasio jenis kelamin ikan gabus di Sungai Bojo Kabupaten Barru. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai sumber informasi dalam pengelolaan sumberdaya perikanan ikan gabus dan pengembangan budidaya ikan gabus di Kabupaten Barru di masa mendatang.

(18)

4 II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi dan Deskripsi Ikan Gabus

Hasil identifikasi bahwa ikan gabus di Sungai Bojo adalah Channa striata berdasarkan Irmawati et al., 2017. Klasifikasi ikan gabus (Channa striata Bloch, 1793) menurut Kottelat et al., (1993) dan Couternay & Williams, (2004) adalah sebagai berikut:

Domain : Eukaryota Kingdom : Animalia Filum : Chordata Sub filum : Vetebrata Grade : Teleostomi Kelas : Actinopterygii Subkelas : Neopterygii Divisi : Teleostei Sub divisi : Euteleostei Super ordo : Acanthopterygii Ordo : Perciformes Sub ordo : Channoidea Family : Channidae Genus : Channa

Spesies : Channa striata (Bloch, 1793)

(19)

5 Ikan gabus merupakan salah satu dari jenis ikan yang hidup di air tawar dengan habitat utama di sungai, danau, kolam, sawah, bendungan, rawa dan bahkan pada parit dan air payau (Allington, 2002). Ikan gabus bahkan dapat hidup dalam kondisi perairan yang kotor dan kekeringan. Ikan ini terdiri dari 2 genus yaitu Channa dan Parachanna.

B. Morfologi Ikan Gabus

Ikan gabus umumnya memiliki tubuh yang berwarna coklat sampai hitam pada bagian atas dan coklat muda sampai keputih-putihan pada bagian perut. Kepala agak pipih yang bentuknya seperti kepala ular dengan sisik-sisik besar di bagian atas kepala, maka dari itu ikan gabus disebut Snakehead. Sisi bagian atas tubuh ikan gabus dari kepala hingga ke ekor berwarna gelap, hitam kecoklatan atau kehijauan, sedangkan sisi bagian bawah berwarna putih. Sisi samping bercorak tebal dan warnanya agak kabur yang biasanya dipengaruhi oleh lingkungannya. Ikan gabus memiliki mulut yang besar dengan gigi yang tajam, sirip punggung yang memanjang, dan sirip ekor membundar di bagian ujungnya (rounded) (Listyanto & Andriyanto, 2009).

Ikan gabus dapat bernapas langsung dari udara dengan menggunakan semacam organ labirin yang bernama divertikula yang terletak pada bagian atas insang sehingga mampu menghirup udara dari atmosfir (Lagler et al., 1993 dalam Muflikhah, 2007). Sebagaimana diketahui bahwa ikan yang memiliki labirin mampu bertahan dalam kondisi perairan dengan kandungan oksigen terlarut rendah dan pH berkisar 4,5 – 6.

C. Habitat dan Penyebaran

Ikan gabus tersebar di seluruh Indonesia terutama di Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Sebaran ikan gabus di Dunia meliputi india, Myanmar, Banglades, Laos, Vietnam, Thailand, Kamboja dan Malaysia (Couternay & Williams, 2004).

(20)

6 (Gambar 2). Genus Channa adalah ikan asli Asia yang tersebar luas di Negara-negara Asia di antaranya adalah Indonesia. Sedangkan genus Parachanna adalah ikan asli dari benua Afrika (Lim & Ng, 1990 dalam Listyanto & Andriyanto , 2009).

Gambar 2. Distribusi ikan gabus (Channa striata, Bloch 1793) Sumber: Couternay & Williams, (2004).

Ikan gabus pada umumnya dapat ditemukan di perairan dangkal seperti sungai dan rawa dengan kedalaman 40 cm dan cenderung memilih tempat yang gelap, berlumpur, berarus tenang, ataupun wilayah bebatuan untuk bersembunyi. Selain itu, spesies ini juga dapat ditemukan di danau, saluran-saluran air hingga sawah-sawah (Listyanto & Andriyanto, 2009). Sedangkan menurut Mukhlihah (2007) menjelaskan bahwa benih ikan gabus banyak ditemukan di daerah perairan yang banyak rerumputan atau tanaman air yang belukar dan terendam air.

(21)

7 D. Seksualitas Ikan

Seksualitas ikan terbagi atas dua yaitu jantan dan betina. Ciri-ciri seksual sekunder dan seksual primer digunakan untuk membedakan ikan jantan dan ikan betina. Ciri seksual primer ditandai dengan adanya organ yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi, yaitu ovarium dan pembuluhnya pada ikan betina dan testis dan pembuluhnya pada ikan jantan. Sedangkan ciri seksual sekunder berguna untuk membedakan ikan jantan dan betina yang dapat dilihat dari luar atau secara marfologi. Ciri seksual sekunder dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu seksual sekunder yang bersifat sementara yang hanya muncul pada saat musism pemijahan saja dan seksual sekunder yang bersifat permanen yang muncul pada saat sebelum dan sesudah pemijahan (Effendie, 2002).

E. Nisbah Kelamin

Reproduksi merupakan aspek yang penting dalam pengelolaan satu sumberdaya perairan. Keberhasilan suatu spesies ikan dalam siklus hidupnya ditentukan dari kemampuan anggotanya untuk bereproduksi di lingkungan yang berfluktuasi dan menjaga keberadaan populasinya (Moyle & Cech, 2004).

Nisbah kelamin adalah perbandingan ikan jantan dan betina dalam suatu populasi. Untuk beberapa spesies ikan, perbedaan jenis kelamin dapat ditentukan melalui perbedaan morfologi tubuh (dimorfisme seksual) (Tjakrawidjaja 2006) atau perbedaan warna tubuh (dikromatisme seksual) antara ikan jantan dan ikan betina. Nisbah kelamin 1 :1 merpakan kondisi yang ideal (Ball & Rao, 1984).

Perbandingan jenis kelamin dapat digunakan untuk menduga keberhasilan pemijahan, yaitu dengan melihat perbandingan jumlah ikan jantan dan ikan betina di suatu perairan, juga berpengaruh terhadap reproduksi, rekruitmen, dan konservasi sumberdaya ikan tersebut (Effendie, 2002).

(22)

8 F. Tingkat Kematangan Gonad

Berdasarkan dengan umur ikan, organ reproduksi ikan memiliki perkembangan penting yang biasa disebut dengan tingkat kematangan gonad (TKG). Tingkat kematangan gonad (TKG) merupakan tahap perkembangan gonad sebelum dan sesudah memijah Pengamatan kematangan gonad dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara histologi di laboratorium dan secara marfologi yang dilakukan di laboratrium maupun di lapangan. Secara histologi akan diketahui anatomi perkembangan yang lebih jelas dan mendetail. Sedangkan secara marfologi yaitu dapat melihat bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan perkembangan isi gonad yang dapat dilihat (Effendie, 2002). G. Morfometrik dan Meristik

Morfometrik adalah ciri-ciri yang berkaitan dengan ukuran tubuh atau bagian tubuh ikan misalnya panjang total, panjang baku, panjang cagak, dan sebagainya (Widiyanto, 2008). Menurut Vitri et al., 2012, menyatakan bahwa karakter morfometrik yang diukur adalah ukuran bagian-bagian tertentu dari tubuh ikan seperti panjang total (PT), panjang standar (PS), diameter mata (DM), Panjang moncong (PM), panjang kepala (PK), panjang dasar sirip dorsal (PDSD), panjang sirip pectoral (PSP), panjang dasar sirip pelvik (PDSPe), panjang dasar sirip anal (PDSA), panjang batang ekor (PBE), tinggi batang ekor (TBE), panjang sirip ekor bagian bawah (PSEBB), panjang sirip ekor bagian atas (PSEBA), tinggi badan (TB), tinggi kepala (TK), yang diukur menggunakan jangka sorong dan penggaris dengan ketelitian 1 mm. Sedangkan meristic adalah ciri-ciri yang berkaitan dengan jumlah bagian tertentu pada tubuh ikan misalnyajumah sisik pada garis rusuk, jumlah jari-jari keras dan lemah pada sirip punggung dan sebagainya (Affandi dkk, 1992).

(23)

9 Karakter morfometrik dan meristik adalah karakter-karakter yang dapat diukur dan dihitung untuk semua jenis ikan. Morfometrik adalah ukuran bagian tertentu dari segmen tubuh organisme. Analisis karakter morfometrik dapat digunakan untuk menganalisis hubungan kekerabatan atau jarak genetic antarpopulasi, mengidentifikasi jenis atau spesies dan jenis kelamin biota perairan (Irmawati, 2016).

(24)

10 III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga September 2017 di Sungai Bojo Kabupaten Barru. Analisis morfometrik-meristik dan analisis gonad dengan pewarnaan asetokarmin diilakukan di Laboratorium Biologi Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin.

B. Metode Penelitian 1. Sampel Ikan Gabus

Sampel ikan gabus diambil di tiga stasiun di sepanjang aliran Sungai Bojo Kabupaten Barru. Stasiun I dan Stasiun II merupakan Sungai utama, sedangkan Stasiun III merupakan anak/cabang sungai. (Gambar 3 dan Gambar 4).

Gambar 3. Peta lokasi pengambilan sampel ikan gabus (Channa striata, Bloch 1793) di Sungai Bojo Kabupaten Barru (Sumber: peta amistrasi Indonesia 2017)

(25)

11

Stasiun I Stasiun II Stasiun III

Gambar 4. Stasiun pengambilan sampel ikan gabus gabus (Channa striata, Bloch 1793). Stasiun I dan stasiun II merupakan sungai utama, stasiun III merupakan anak/cabang sungai. Stasiun II merupakan area di sekitar bendungan. Catchment area stasiun I, II dan III adalah wilayah persawahan dan perkebunan

Sampel ikan gabus dikoleksi menggunakan alat tangkap pancing dan gillnet. Jumlah sampel ikan gabus di setiap stasiun berbeda tergantung pada kondisi populasi ikan gabus.

2. Penentuan Jenis Kelamin Ikan Gabus

Penentuan jenis kelamin ikan gabus dilakukan dengan mengamati ciri-ciri gonad yang telah diwarnai dengan larutan asetokarmin. Performa gonad ikan gabus jantan (testis), ikan gabus betina (ovari) dan ikan gabus yang diduga fase transisi adalah berdasarkan ada tidaknya butiran telur (ovum) serta ada tidaknya sperma. Telur atau ovum akan teramati sebagai butiran-butiran di bawah mikroskop setelah diwarnai dengan larutan asetokarmin; testis ditandai dengan tidak adanya butiran; dan fase yang diduga transisi ditandai dengan teramatinya kehadiran beberapa butir telur (Irmawati, 2017) (Gambar 5).

(26)

12 Gambar 5. Determinasi gonad jantan (testis) dan gonad betina (ovari) ikan gabus dengan pewarnaan asetokarmin; (A) gonad ikan gabus betina terdapat butiran-butiran telur, (B) gonad ikan gabus jantan tidak terdapat butiran telur

Gonad ikan gabus dipisahkan dari bagian organ dalam lainnya dengan cara pembedahan. Organ yang teridentifikasi sebagai gonad kemudian diambil sebanyak ± 0,50 cm, kemudian dicacah di atas gelas preparat (Gambar 6). Setelah gonad dicacah, selanjutnya diamati dibawah micriskop untuk mengamati gonad tersebut.

Gambar 6. Gonad yang ditetesi dengan larutan asetokarmin (A), gonad yang telah dicacah (B)

3. Perkembangan Gonad

Klasifikasi tahap perkembangan gonad ikan gabus dilakukan berdasarkan klassifikasi yang dirumuskan oleh Irmawati et al.,(2017). Klassifikasi perkembangan gonad ikan gabus terbagi atas lima tahapan, yaitu: immature (TKG I), maturing (TKG II), mature (TKG III), spawning (TKG IV), dan post spawning (spent) (TKG V).

(27)

13 4. Analisis Morfometrik dan Meristik

Penentuan ikan gabus jantan dan ikan gabus betina juga dilakukan secara morfometrik dan meristik untuk menetukan karakter yang dapat mencirikan atau membedakan ikan jantan dan ikan betina. Variabel morfometrik dan meristik ikan gabus menggunakan simbol-simbol yang menggambarkan masing-masing variabel tersebut. Variabel morfometrik dan meristik ikan gabus dalam penelitian ini berdasarkan Song et al., (2013) yang tercantum pada Tabel 1, Gambar 7. Tabel 1. Parameter identifikasi ikan gabus gabus (Channa striata, Bloch 1793)

berdasarkan karakter morfometrik

No. Karakter Morfometrik Keterangan

1 Panjang total (B1) Jarak antara ujung mulut terdepan dengan ujung sirip ekor yang paling belakang 2 Panjang baku (B2) Jarak antara ujung mulut terdepan dengan

pelipatan pangkal sirip ekor

3 Tinggi badan (B3) Diukur pada ujung sirip punggung terdepan dengan sirip perut

4 Panjang pangkal sirip dubur (B4) Jarak antara pangkal jari-jari pertama dengan tempat selaput sirip di belakang jari-jari terakhir

5 Panjang pangkal sirip punggung (B5)

Jarak antara pangkal jari-jari pertama dengan tempat selaput sirip di belakang jari-jari terakhir

6 Jarak antara sirip perut dengan sirip dubur (B6)

Diukur dari ujung sirip perut terdepan hingga pangkal jari-jari pertama sirip dubur 7 Jarak antara ujung mulut dengan

sirip perut (B7)

Diukur dari ujung mulut terdepan hingga ujung terdepan sirip perut

8 Jarak antara ujung mulut dengan pangkal sirip dubur (B8)

Diukur dari ujung mulut terdepan hingga jari-jari pertama sirip dubur

9 Jarak antara pangkal sirip

punggung terdepan dengan ujung mulut (B9)

Diukur dari pangkal jari-jari sirip punggung terdepan hingga ujung mulut terdepan

10 Jarak antara pangkal sirip punggung (belakang) dengan pangkal sirip dubur (belakang) (B10)

Diukur dari pangkal sirip punggung belakang dengan pangkal sirip dubur belakang

11 Jarak antara pangkal sirip punggung (belakang) dengan pangkal sirip dubur (depan) (B11)

Diukur dari pangkal sirip punggung

(28)

14

No Karakter Morfometrik Keterangan

12 Jarak antara pangkal sirip punggung (depan) dengan pangkal sirip dubur (depan) (B12)

Diukur dari pangkal sirip punggung depan dengan pangkal sirip dubur depan

13 Jarak antara pangkal sirip

punggung (depan) dengan pangkal sirip dubur (belakang) (B13)

Diukur dari pangkal sirip punggung depan dengan pangkal sirip dubur belakang 14 Panjang sirip dada kiri (B14) Jarak antara pangkal sirip hingga ujung

terpanjang dari sirip dada kiri

15 Panjang sirip dada kanan (B15) Jarak antara pangkal sirip hingga ujung terpanjang dari sirip dada kanan 16 Panjang sirip perut kiri (B16) Jarak antara pangkal sirip hingga ujung

terpanjang dari sirip perut kiri

17 Panjang sirip perut kanan (B17) Jarak antara pangkal sirip hingga ujung terpanjang dari sirip perut kanan

18 Tinggi mata kiri (B18) Diukur dari panjang garis tengah rongga mata kiri

19 Tinggi mata kanan (B19) Diukur dari panjang garis tengah rongga mata kanan

20 Jarak antara lubang hidung dekat mata (B20)

Diukur dari kedua pertengahan lubang hidung

21 Jarak antara mata (B21) Diukur dari kedua pinggiran atas rongga mata

22 Lebar badan (B22)

jarak antara sirip dada kanan dan kiri 23 Panjang sirip ekor (B23) Jarak antara pangkal sirip ekor sampai

ujung ekor 24 Bobot tubuh (B24)

Ditimbang seluruh tubuh

Gambar 7

.

Skema diagram pengukuran parameter-parameter karakter morfometrik ikan gabus gabus (Channa striata, Bloch 1793). Bagian I. panjang total (B1), panjang baku (B2), tinggi badan (B3), panjang pangkal sirip dubur (B4), panjang pangkal sirip punggung (B5), jarak antara sirip perut dengan sirip dubur (B6), jarak antara ujung mulut dengan sirip perut (B7), jarak antara ujung mulut dengan ujung sirip dubur (B8), jarak antara pangkal sirip punggung terdepan dengan ujung mulut (B9), jarak antara pangkal sirip punggung (belakang) dengan pangkal sirip dubur (belakang) (B10), jarak antara pangkal sirip punggung (belakang) dengan pangkal sirip dubur (depan) (B11), jarak antara pangkal sirip punggung (depan) dengan pangkal sirip dubur (depan) (B12), jarak antara pangkal sirip punggung (depan) dengan pangkal sirip dubur (belakang) (B13), Jarak antara ujung mulut dengan operkulum kiri (B14) berdasarkan Song et al.,(2013) yang telah dimodifikasi

(29)

15 Karakter meristik ikan gabus yang dianalisis dalam penelitian ini berdasarkan Priyanie (2006) seperti yang tercantum pada Tabel 2 dan Gambar 8 yang telah dimodifikasi.

Tabel 2. Parameter identifikasi ikan gabus gabus (Channa striata, Bloch 1793) berdasarkan karakter meristik

No. Karakter Meristik

1 Jumlah jari-jari sirip punggung (M1) 2 Jumlah jari-jari sirip dada (kiri) (M2) 3 Jumlah jari-jari sirip dada (kanan) (M3) 4 Jumlah jari-jari sirip perut (Kiri) (M4) 5 Jumlah jari-jari sirip perut (kanan) (M5) 6 Jumlah jari-jari sirip dubur (M6)

7 Jumlah jari-jari sirip ekor (M7)

8 Jumlah sisik bagian depan linea lateralis kiri (M8) 9 Jumlah sisik bagian depan linea lateralis kanan (M9) 10 Jumlah sisik bagian bengkok linea lateralis kiri (M10) 11 Jumlah sisik bagian bengkok linea lateralis kanan (M11) 12 Jumlah sisik bagian belakang inea lateralis kiri (M12) 13 Jumlah sisik bagian belakang linea lateralis kanan (M13) 14 Jumlah tapis insang kiri (M14)

15 Jumlah tapis insang kanan (M15) 16 Jumlah ruas tulang belakang (M16)

(30)

16 Gambar 8. Skema diagram pengukuran parameter-parameter karakter meristik ikan gabus gabus (Channa striata, Bloch 1793). jumlah jari-jari sirip punggung (M1), jumlah jari-jari sirip dada (kiri) (M2), jumlah jari-jari sirip perut (Kiri) (M4), jumlah jari-jari sirip dubur (M6), jumlah jari-jari sirip ekor (M7), jumlah sisik bagian depan linea lateralis kiri (M8), jumlah sisik bagian bengkok linea lateralis kiri (M10), jumlah sisik bagian belakang linea lateralis kiri (M12) berdasarkan Priyanie (2006) dengan modifikasi

C. Analisis Data

1. Analisis Diskriminan

Analisis diskriminan dilakukan untuk menentukan karakter penciri dan melihat percampuran fenotipe antara ikan gabus jantan, betina, dan ikan gabus yang diduga fase transisi. Analisis diskriminan dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 16.0. Sampel ikan gabus memiliki ukuran dan umur yang berbeda sehingga sebelum dianalisis data morfometrik dirasiokan dengan panjang baku. Penentuan karakter penciri berdasarkan nilai signifikan yang ≤ 0.10. Nilai signifikan > 0,10 menunjukkan bahwa tidak terdapat karakter morfometrik yang dapat dijadikan sebagai pembeda antara ikan gabus jantan, betina dan ikan gabus yang diduga fase transisi. Sebaliknya, apabila suatu karakter memiliki nilai signifikan < 0,10 maka karakter tersebut dapat dijadikan sebagai pebeda/penciri antara ikan gabus jantan, betina dan ikan gabus yang diduga fase transisi (Santoso, 2002).

(31)

17 2. Sharing Component (Nilai Percampuran Fenotipe)

Sharing component atau nilai percampuran fenotipe ditentukan berdasarkan analisis diskriminan yang berbasis kesamaan ukuran morfometrik tertentu (Suparyanto et al.,1999). Sharing component merupakan karakter yang dipertahankan populasi walaupun hidup dan berkembang pada habitat yang berbeda.

(32)

18 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Populasi Ikan Gabus di Sungai Bojo Kabupaten Barru

Sampel ikan gabus yang diperoleh selama dua kali sampling (Juni dan Agustus 2017) adalah sebanyak 42 ekor. Berdasarkan determinasi seks oleh Irmawati et al., (2017) ke-42 sampel ikan gabus tersebut dikelompokkan atas ikan gabus jantan, betina dan ikan gabus yang diduga fase transisi. Performa gonad ikan gabus jantan, ikan gabus betina dan ikan gabus yang diduga fase transisi berdasarkan pewarnaan menggunakan larutan asetocarmine dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 9. Performa gonad ikan gabus (Channa striata, Bloch 1793) jantan, betina dan yang diduga fase transisi dengan pewarnaan acetocarmine; (A) testis (gonad ikan jantan) tidak teridentifikasi butiran, (B) ovum (gonad ikan betina) teridentifikasi butiran telur, (C) gonad ikan gabus yang diduga fase transisi: masih teridentifikasi keberadaan beberapa butiran telur (mengacu pada Irmawati et al., 2017)

Berdasarkan kriteria di atas sehingga ke-42 sampel ikan gabus kemudian dikelompokkan atas enam ekor ikan gabus jantan, 29 ekor ikan gabus betina dan tujuh ekor ikan gabus yang diduga berada pada fase transisi (Tabel 3 dan 4). Berdasarkan tabel tersebut diduga bahwa pada bulan Juni merupakan musim pemijahan ikan gabus. Pernyataan tersebut didasarkan dari hasil analisa di loboratorium yang mendeterminasi empat ekor ikan gabus betina yang berada pada fase mature (matang gonad : TKG III, IV dan V) (Tabel 4). Pengamatan pada saat sampling di lapangan yang menemukan beberapa gerombolan benih

(33)

19 ikan gabus memperkuat dugaan bahwa musim pemijahan ikan gabus di Sungai Bojo Kabupaten Barru antara lain pada bulan Juni.

Tabel 3. Sebaran jenis kelamin sampel ikan gabus (Channa striata, Bloch 1793) yang tertangkap di Sungai Bojo Kabupaten Barru pada bulan Juni dan Agustus 2017

No Tanggal Sampling

Jumlah individu

Total Jantan Betina Transisi

1 12 Juni 2017 1 13 7 21

2 20 Agustus 2017 5 16 0 21

Total 6 29 7 42

Berdasarkan tabel di atas jumlah ikan betina yang tertangkap jauh lebih besar dibandingkan dengan ikan yang di duga fase transisi dan ikan gabus jantan, yaitu sekitar 5 : 1 : 1. Sulistiono et al., (2001) menyatakan bahwa waktu melakukan ruaya pemijahan, populasi ikan didominasi ikan jantan, kemudian menjelang pemijahan populasi ikan jantan dan betina dalam keadaan seimbang, lalu didominasi oleh ikan betina. Dalam mempertahankan kelangsungan hidup dalam suatu populasi, perbandingan jantan dan betina diharapkan berada dalam kondisi seimbang, setidaknya ikan betina lebih banyak dibandingkan dengan ikan jantan (Ball & Rao, 1984). Khalfalla et al., (2008) menyatakan bahwa rasio jenis kelamin di dalam suatu populasi dipengaruhi oleh rasio jenis kelamin brooders (ikan dewasa), distribusi individu dalam ruang dan waktu, dan suhu. Lebih jauh Allsop (2003) dalam Irmawati (2017) menjelaskan bahwa ikan Coryphopterus personatus mengubah jenis kelaminnya sebagai respons terhadap kondisi populasinya. Karena kondisi populasinya, sehingga setiap organisme memiliki naluri untuk memutuskan kapan pertama kali matang gonad, berapa kali harus bereproduksi di dalam siklus hidupnya, dengan siapa atau pasangan mana yang harus dipilih, berapa banyak offspring (keturunan) yang semestinya dihasilkan,

(34)

20 dan berapa proporsi jantan betina yang seharusnya mereka hasilkan. Hal tersebut didasarkan karena alokasi jenis kelamin pada keturunan akan memiliki efek langsung dan efek yang besar terhadap kebugaran populasi (fitness populasi).

Rasio jenis kelamin juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan (efek antropogenik) seperti populsi kimia, perubahan suhu yang dapat menyebabkan kematian atau perubahan jenis kelamin (Kamel dan Mrosovsky 2006 dalam Irmawati, 2017), atau pembalikan jenis kelamin selama masa kritis kehidupan. Pembalikan jenis kelamin (sex reversal) telah diamati pada beberapa jenis ikan dan amfibi dimana sex reversal tersebut terjadi sebagai akibat perubahan (fluktuasi) lingkungan yang cepat (Wallacea et al., 1999; Devlin dan Nagahama 2002; Baroiller et al., 2009; Stelkens dan Wedekind 2010 dalam Irmawati, 2017). Tabel 4. Sebaran panjang baku Ikan gabus (Channa striata, Bloch 1793) yang

tertangkap di Sungai Bojo Kabupaten Barru pada bulan Juni dan Agustus 2017 berdasarkan kelompok umur dan tingkat kematangan gonad untuk ikan betina

Kelas Ukuran (cm) Frekwensi Jantan Betina TKG- Transisi I II III IV V 6,25 – 10,75 9 1 7 1 10,75 – 15.25 18 3 14 1 15,25 – 19,75 1 1 19,75 – 24,25 7 1 2 4 24,25 – 28,75 2 1 1 28,75 – 33,25 1 1 33,25 – 37,75 4 1 1 1 1 Total 42 6 21 4 1 2 1 7

Secara morfologi ikan gabus jantan dan ikan gabus betina sangat sulit untuk dibedakan terutama pada fase ikan muda (immature). Ciri-ciri sekunder hanya teramati pada ikan gabus yang telah matang gonad (siap memijah) dan ikan gabus yang telah spawning (fase spent). Ciri-ciri tersebut berupa perbedaan

(35)

21 bentuk dan warna pada organ urogenital dimana urogenitas ikan betina membengkak dan berwarna kemerahan dan ukuran perut yang membesar. Ikan gabus jantan yang matang gonad, memiliki bentuk perut yang ramping, ditemukan tonjolan kecil pada organ urogenital namun dengan warna yang lebih pucat. Lebih lanjut dijelaskan bahwa ikan gabus yang telah matang gonad, baik jantan maupun betina mengalami proses pigmentasi sehingga pada bagian abdominal ditemukan banyak bintik-bintik hitam (Irmawati et al., 2017).

Berdasarkan sebaran ukuran panjang total ikan gabus jantan, betina dan ikan gabus yang diduga fase transisi yang tertangkap di Sungai Bojo (Gambar 10) menunjukkan bahwa secara rata-rata ikan gabus fase transisi memiliki panjang total yang lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan dan ikan betina, yaitu sekitar 19,62 cm sedangkan ikan gabus jantan dan betina masing-masing hanya sebesar 12,69 cm dan 14,30 cm. Namun demikian, terdapat lima ekor ikan betina dan satu ekor ikan jantan yang berukuran jauh lebih besar yang merupakan pencilan dari rata-rata ikan yang tertangkap. Kelima ekor ikan gabus betina tersebut memiliki panjang total sekitar 28,00 – 40,00 cm dan satu ekor ikan gabus jantan memiliki panjang total sekitar 40,00 cm. Variasi panjang total ikan jantan dan ikan fase transisi lebih besar dibandingkan ikan betina.

(36)

22 Gambar 10. Boxplot sebaran ukuran panjang total ikan gabus (Channa striata, Bloch 1793) jantan, betina, dan transisi di Sungai Bojo Kabupaten Barru. Panjang total jantan (PTJ), panjang total betina (PTB), dan panjang total transisi (PTT)

Secara rata-rata, ikan gabus yang diduga transisi memiliki bobot tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan ikan gabus jantan dan betina yaitu sekitar 72,94 gr. Sedangkan bobot tubuh ikan gabus jantan dan betina yaitu sekitar 16,46 gr dan 29.04 gr. Namun demikian, terdapat enam ekor ikan betina dan satu ekor ikan gabus jantan yang memiliki bobot tubuh lebih besar dan merupakan pencilan dari rata-rata ikan yang tertangkap. Keenam ekor ikan gabus betina tersebut memiliki bobot sekitar 95 - 570 gr dan satu ekor ikan gabus jantan memiliki bobot sekitar 580 gr (Gambar 11).

(37)

23 Gambar 11. Boxplot sebaran bobot tubuh ikan gabus (Channa striata, Bloch 1793) jantan, betina, dan transisi di Sungai Bojo Kabupaten Barru. Bobot tubuh jantan (BTJ), bobot tubuh betina (BTB), bobot tubuh transisi (BTT)

B. Keragaman Ikan Gabus Berdasarkan Karakter Morfometrik

Berdasarkan hasil analisis diskriminan (Tabel 5) melalui transformasi terhadap 23 karakter asal diperoleh dua sumbu kononik utama yang dapat menggambarkan 100% keragaman data. Sumbu pertama menggambarkan 77,4% keragaman data sementara sumbu kedua menggambarkan keragaman data sebesar 22,6%. Kedua sumbu tersebut merupakan hasil ekstraksi dari 23 komponen karakter morfometrik yang diukur.

Tabel 5. Komponen utama (eigenvalues) analisis diskriminan ikan gabus (Channa striata, Bloch 1793) dari Sungai Bojo Kabupaten Barru

Fungsi Eigenvalue % Keragaman Komulatif % Korelasi kanonikasi

1 2,542 77,4 77,4 0.847

2 0.740 22,6 100.0 0.652

Karakter morfologi ikan dapat digunakan untuk identifikasi jenis ikan meskipun karakter ini banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Turan, 1998) selain faktor genetik. Pada Tabel 6 keragaman fenotipe tertinggi adalah pada karakter bobot baik pada ikan jantan, betina, maupun yang diduga transisi.

(38)

24 Keragaman tertinggi setelah bobot berbeda untuk setiap jenis kelamin, dimana pada jantan adalah jarak antara sirip punggung depan dengan sirip dubur belakang yaitu sebesar 37,61 (Gambar 12), pada ikan betina adalah panjang sirip perut kiri yaitu sebesar 16,71 (Gambar 13) dan pada ikan fase transisi adalah panjang total yaitu sebesar 38,85 (Gambar 10). Keragaman terendah juga ditemukan pada ikan gabus betina dan transisi yaitu tinggi mata kiri dan tinggi mata kanan sebesar 0,02, dan untuk ikan jantan adalah tinggi mata kiri yaitu sebesar 0,06 Variasi bobot tubuh dan panjang total yang tinggi pada ikan yang diduga fase transisi menunjukkan bahwa ikan gabus diduga bertransformasi ke jantan pada saat musim pemijahan atau pada saat keberadaan ikan jantan dibutuhkan. Nilai keragaman venotipe yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 6.

Gambar 12. Boxplot sebaran jarak antara sirip punggung depan dengan sirip dubur belakang ikan gabus (Channa striata, Bloch 1793) jantan, betina, dan transisi di Sungai Bojo Kabupaten Barru

(39)

25 Gambar 13. Boxplot sebaran panjang sirip perut kiri ikan gabus (Channa striata, Bloch 1793) jantan, betina, dan transisi di Sungai Bojo Kabupaten Barru

Tabel 6. Rata-rata dan standar deviasi karakter morfometrik ikan gabus (Channa striata, Bloch 1793) yang tertangkap di Sungai Bojo Kabupaten Barru

Karakter Morfometrik

Jantan Betina Transisi

Rata2 ± SD Variasi Fenotipe Rata2 ± SD Variasi Fenitipe Rata2 ± SD Variasi Fenotipe Panjang total (B1) 14.30 ± 5.06 25.56 12.69 ± 3.69 13.61 19.62 ± 6.23 38.85 Panjang baku (B2) 11.80 ± 4.22 17.80 10.94 ± 3.93 15.48 16.09 ± 5.27 27.74 Tinggi badan

(jarak antara sirip punggung depan dengan sirip perut depan) (B3) 1.84 ± 0.65 0.42 1.66 ± 0.87 0.76 2.28 ± 0.77 0.60 Panjang pangkal sirip dubur (B4) 4.03 ± 1.62 2.62 3.70 ± 1.56 2.42 5.74 ± 1.83 3.37 panjang pangkal sirip punggung ( B5) 6.40 ± 2.48 6.14 6.29 ± 2.51 6.32 9.52 ± 3.18 10.13

Jarak antara sirip perut dengan sirip dubur (B6) 3.16 ± 1.80 3.24 2.50 ± 1.02 1.04 3.54 ± 1.21 1.45

Jarak antara ujung mulut dengan sirip perut (B7) 4.11 ± 1.43 2.05 3.97 ± 1.84 1.19 5.66 ± 1.74 3.02

(40)

26 Jarak antara ujung

mulut dengan pangkal sirip dubur (B8) 6.12 ± 2.81 7.92 6.54 ± 3.02 9.13 8.92 ± 2.77 7.69 Jarak antara pangkal sirip punggung terdepan dengan ujung mulut (B9) 4.09 ± 1.38 1.91 3.87 ± 1.32 1.75 5.59 ± 1.69 2.86

Jarak antara sirip punggung (belakang) dengan sirip dubur (belakang) (B10) 0.89 ± 0.46 0.21 0.85 ± 0.35 0.12 1.29 ±0.40 0.16

Jarak antara sirip punggung (belakang) dengan pangkal sirip dubur (depan) (B11) 4.29 ± 1.66 2.76 4.02 ± 1.56 2.44 5.98 ± 1.96 3.85

Jarak antara sirip punggung (depan) dengan pangkal sirip dubur (depan) (B12) 2.99 ± 1.26 1.58 2.24 ± 0.64 0.41 4.01 ± 1.40 1.95

Jarak antara sirip punggung (depan) dengan pangkal sirip dubur (belakang) (B13) 8.95 ± 6.13 37.61 6.05 ± 2.47 6.12 9.33 ± 3.20 10.24

Panjang sirip dada kiri (B14) 2.25 ± 0.73 0.53 2.12 ± 0.51 0.26 3.23 ± 0.96 0.92

Panjang sirip dada kanan (B15) 2.26 ± 0.73 0.54 2.36 ± 0.97 0.94 3.30 ± 1.04 1.09

Panjang sirip perut kiri (B16) 1.55 ± 0.45 0.21 2.37 ± 4.09 16.71 2.14 ± 0.64 0.42 panjang sirip perut

kanan (B17) 1.53 ± 0.43 0.19 1.49 ± 0.51 0.26 2.12 ± 0.66 0.44

Tinggi mata kiri (B18) 0.67 ± 0.24 0.06 0.58 ± 0.16 0.02 0.68 ± 0.13 0.02

Tinggi mata kanan (B19) 0.67 ± 0.26 0.07 0.58 ± 0.14 0.02 0.69 ± 0.14 0.02 Jarak antara lubang hidung dekat mata (B20) 0.99 ± 0.65 0.42 0.74 ± 0.35 0.12 1.05 ± 0.36 0.13

Jarak antara mata (B21) 0.81 ± 0.37 0.14 0.73 ± 0.22 0.05 1.15 ± 0.36 0.13 Lebar Badan (jarak antara sirip dada) (B22) 1.75 ± 0.71 0.51 1.64 ±0.66 0.44 2.52 ± 0.94 0.88

(41)

27 C. Karakter Penciri Ikan Gabus Berdasarkan Karakter Morfometrik

Data karakter morfometrik dapat digunakan untuk mendiskriminasi jenis kelamin pada ikan. Hasil analisis diskriminan untuk mencari karakter pembeda/penciri antara ikan gabus jantan, betina dan transisi disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil analisis beberapa karakter morfometrik ikan gabus (Channa striata, Bloch, 1793) untuk mencari karakter penciri antara jantan , betina dan transisi

No Karakter Morfometrik Sig

1 Panjang total (B1) 0.690

2 Tinggi badan (jarak antara sirip punggung depan dengan sirip perut

depan (B3) 0.290

3 Panjang pangkal sirip dubur (B4) 0.175

4 panjang pangkal sirip punggung ( B5) 0.306 5 Jarak antara sirip perut dengan pangkal sirip dubur (B6) 0.202 6 Jarak antara ujung mulut dengan sirip perut (B7) 0.526 7 Jarak antara ujung mulut dengan pangkal sirip dubur (B8) 0.071 8 Jarak antara pangkal sirip punggung terdepan dengan ujung mulut (B9) 0.655 9 Jarak antara sirip punggung (belakang) dengan sirip dubur (belakang)

(B10) 0.808

10 Jarak antara sirip punggung (belakang) dengan pangkal sirip dubur

(depan) (B11) 0.973

11 Jarak antara sirip punggung (depan) dengan pangkal sirip dubur (depan)

(B12) 0.282

12 Jarak antara sirip punggung (depan) dengan pangkal sirip dubur

(belakang) (B13) 0.384

13 Panjang sirip dada kiri (B14) 0.545

14 Panjang sirip dada kanan (B15) 0.293

15 Panjang sirip perut kiri (B16) 0.805

16 panjang sirip perut kanan (B17) 0.550

17 Tinggi mata kiri (B18) 0.371

18 Tinggi mata kanan (B19) 0.388

19 Jarak antara lubang hidung dekat mata (B20) 0.793

20 Jarak antara mata (B21) 0.709

21 Lebar Badan (jarak antara sirip dada) (B22) 0.889

22 Panjang sirip ekor (B23) 0.240

23 Bobot tubuh (B24) 0.784

Panjang sirip ekor (B23) 2.54 ± 0.75 0.56 2.07 ± 0.61 0.38 3.49 ± 1.00 1.01 Bobot tubuh (B24) 29.04 ± 34.37 1181.56 16.46 ± 16.51 272.44 72.94 ± 53.18 2828.37

(42)

28 Berdasarkan hasil dari Tabel 7 menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 90% dengan taraf nyata (α) 10% ditemukan satu karakter yang dapat digunakan untuk membedakan ikan gabus jantan, betina dan yang diduga transisi dari Sungai Bojo Kabupaten Barru. Karakter tersebut adalah jarak antara ujung mulut dengan bagian depan pangkal sirip dubur (B8) dengan nilai signifikan 0,071 (Tabel 7 dan Gambar 14 ). Jarak antara ujung mulut dengan bagian depan pangkal sirip dubur pada ikan gabus jantan, betina, dan fase transisi berturut-turut adalah 6,12 ± 2,81 ; 6,54 ± 3,02 dan 8,92 ± 2,77. Jarak antara ujung mulut dengan bagian depan pangkal sirip dubur pada ikan gabus fase transisi lebih panjang dibandingkan dengan ikan gabus jantan dan betina. Karakter penciri tersebut menunjukkan bahwa bagian kepala hingga rongga perut ikan gabus yang diduga fase transisi dan ikan gabus betina lebih panjang dibandingkan dengan ikan gabus jantan.

Gambar 14.

Karakter morfometrik yang berbeda antara ikan gabus (Channa striata, Bloch 1793) Jantan, betina dan yang diduga transisi. Jarak antara ujung mulut dengan sirip dubur (B8)

Hasil klasifikasi antara ikan jantan, ikan betina, dan ikan transisi berdasarkan karakter morfometrik disajikan pada Tabel 8 menerangkan bahwa dari 29 ekor ikan yang diidentifikasi sebagai ikan betina, terdapat 26 ekor ikan (89,7%) termasuk kedalam kelompok ikan betina, dan 3 ekor ikan (10,3%) termasuk kedalam kelompok ikan transisi. Keenam ekor ikan (100%) yang diidentifikasi sebagai ikan jantan berdasarkan karakter morfometrik. Lima

(43)

29 (71,4%) dari tujuh ekor ikan yang diidentifikasi sebagai ikan transisi, satu ekor ikan (14,3%) termasuk kedalam kelompok ikan jantan dan terdapat satu ekor ikan (14,3%) termasuk kedalam ikan betina berdasarkan karakter morfometrik. Variasi karakter morfometrik dapat disebabkan oleh perbedaan faktor genetik dan lingkungan (Tzeng,2000 dalam Rahmatin et al., 2011). Oleh karena itu, perbedaan individu ikan berdasarkan variasi morfometrik perlu diuji dengan bukti genetik untuk mengonfirmasikan bahwa variasi tersebut juga menggambarkan isolasi reproduksi dan bukan hanya karena perbedaan lingkungan.

Tabel 8. Pendugaan nilai kesamaan ukuran karakter morfometrik yang menunjukan hasil klasifikasi antara ikan gabus (Channa striata, Bloch 1793) jantan, betina dan transisi dari Sungai Bojo Kabupaten Barru

Seks Predicted Group Membership Total Betina Jantan Transisi

Original Count Betina 26 0 3 29 Jantan 0 6 0 6 Transisi 1 1 5 7 % Betina 89.7 0 10.3 100.0 Jantan 0 100 0 100.0 Transisi 14.3 14,3 71,4 100.0 D. Analisis Meristik

Berdasarkan hasil perhitungan dari 10 karakter meristik (Tabel 9), terdapat tiga karakter yang memiliki jumlah kisaran yang sama antara ikan gabus jantan, betina, dan ikan gabus yang diduga transisi, karakter tersebut adalah jumlah jari-jari sirip perut, jumlah sisik bagian bengkok linea lateralis dan jumlah tapis insang. Sedangkan tujuh karakter meristik lainnya memiliki kisaran yang berbeda antara ikan gabus jantan, betina dan ikan gabus yang diduga transisi.

(44)

30 Tabel 9. Karakter meristik ikan gabus (Channa striata, Bloch 1793) di Sungai

Bojo Kabupaten Barru

No Karakter Jantan Betina Transisi

1 Jari-jari sirip punggung D40-43 D38-42 D35-41 41-43 (Maros); 39-43

(Wajo); 40-42 (Kalteng); 38-43 (Fishbase)

2

Jari-jari sirip dada P14-15 P13-15 P14-15 16 (Maros); 15-18 (Wajo);

13-17 (Kalteng); 15-17 (Fishbase)

3

Jari-jari sirip perut V.6 V.6 V.6 6 (Maros); 6 (Wajo); 5-7

(Kalteng); 6 (Fishbase)

4

Jari-jari sirip dubur A23-25 A22-26 A23-25 23-27 (Maros); 24-25

(Wajo); 23-26 (Kalteng); 23-27 (Fishbase)

5

Jari-jari sirip ekor 13 12-14 13 16 (Maros); 14 (Wajo);

13-16 (Kalteng)

6 Sisik bagian depan linea

lateralis 12 - 16 11 - 17 13 - 16 13-18 (Maros)

7 Sisik bagian bengkok linea

lateralis 3 - 6 3 - 6 3 - 6 3-6 (Maros)

8 Sisik bagian belakang linea

lateralis 29 - 36 26 - 36 26 - 31 32-37 (Maros)

9 Tapis insang 4 4 4

4 (Maros); 4 (Wajo); 4 (Kalteng)

10 Ruas tulang belakang 45 - 48 43 - 48 43 - 48 44-54 (Maros); 44-49

(Wajo); 48-49 (Kalteng Sumber: Data ikan gabus asal Maros (Irmawati et al; 2017), Wajo (Sara et al;

2016), Kalimantan Tengah (Anonim, 2014), Fishbase (2017).

Sirip punggung ikan gabus di Sungai Bojo Kabupaten Barru lebih bervariasi (35-43) dibandingkan dengan ikan gabus dari Bantimurung Kabupaten Maros, Desa Ce’bia Kabupaten Wajo, ikan gabus dari Pulang Pisau Kalimantan Tengah dan fishbase. Variasi jumlah sirip dada, sirip dubur, sirip ekor dan ruas tulang belakang lebih rendah dibandingkan dengan ikan gabus dari Bantimurung, Wajo, ikan gabus Kalimantan Tengah dan fishbase. Sedangkan jumlah jari-jari sirip perut ikan gabus dari Sungai Bojo sama dengan jumlah jari-jari sirip perut dari Maros, Wajo dan fishbase, sedangkan jumlah jari-jari sirip perut dari Kalimantan Tengah berkisar 5-7.

(45)

31 Perbedaan kondisi lingkungan suatu peraian dapat berdampak terhadap pola adaptasi, diantaranya adaptasi dalam bentuk tubuh, ukuran dan jumlah beberapa bagian tubuh (Effendie, 2002). Perbedaan karakter meristik juga dapat menunjukkan kemantapan sifat suatu spesies tertentu yang mungkin dapat berubah karena seleksi habitat atau tekanan-tekanan pengelolaan sumberdaya.

(46)

32 V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil analisis gonad secara morfologi dan pewarnaan dengan larutan asetokarmin mengindikasikan bahwa ikan gabus di Sungai Bojo Kabupaten Barru terdiri atas ikan gabus betina, ikan gabus yang di duga fase transisi dan ikan gabus jantan.

2. Rasio ikan gabus betina, ikan gabus yang diduga transisi dan ikan gabus jantan di Sungai Bojo Kabupaten Barru yaitu 5:1:1 yang mengindikasikan bahwa kondisi populasi ikan gabus di ekosistem tersebut sudah tidak seimbang atau ada kemungkinan ikan gabus adalah hermaprodit.

3. Karakter yang dapat dijadikan sebagai parameter dalam mencirikan jenis kelamin ikan gabus di Sungai Bojo Kabupaten Barru yaitu jarak antara ujung mulut dengan pangkal depan sirip dubur (rongga badan).

B. Saran

Dalam menetapkan kondisi/status perikanan ikan gabus di Sulawesi Selatan perlu dilakukan studi lanjut yang lebih intensif di perairan lain. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai data pembanding pada populasi yang berbeda sehingga dapat dibuat perencanaan tentang strategi pemanfaatan dan pengelolaan ikan gabus yang berkelanjutan.

(47)

33 DAFTAR PUSTAKA

Affandi R., Sjafei D.S., Raharjo M.F., Sulistiono. 1992. Ikhtiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Anonim. 2014. Naskah akademik ikan gabus haruan (Channa striata Bloch 1793) hasil domestikasi. Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementrian Kelautan dan Perikanan. 74 hal.

Allington R. L. 2002. What I've learned about effective reading instruction from a decade of studying exemplary elementary classroom teachers. Phi Delta Kappan, 83(10): 740–747.

Asfar M., Tawali A.B., Abdullah N., Mahendratta M. 2014. Extraction of albumin of snakehead fish (Channa striatus) in producing the fish protein concentrate (FPC). International Journal Of Scientific & Technology Research, (3):85-88.

Ball D.V., and Rao K.V. 1984. Marine fisheries. McGraw-Hill Publishing Company, New Delhi. p:51-73.

Courtenay W.R., and Williams D. 2004. Snakeheads (Family: Channidae): a biological synopsis and risk assessment. Geological Survey Circular, United States. p:1251.

Devlin R.H., and Nagahama Y. 2002. Sex determination and differentiation in fish: Anover view of Genetic, Physiological, and Environmental Influences. Aquaculture, 208:191–364.

Effendie M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta. 163 hal.

Fitrawati A.M. 2015. Pola pertumbuhan dan aspek reproduksi ikan baronang lingkis (Siganus canalicilatus). Tertangkap di Perairan Pantai Utara dan Selatan Kabupaten Kepulauan Selayar. Sulawesi Selatan [Tesis]. Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin. Makassar.

Fishbase. 2017. Channa striata (Bloch,1793) Striped Snakehead. http://www.fishbase.org/summary/Channa-striata.html. [di akses pada tanggal 25 Oktober 2017].

Irmawati. 2015. Seleksi induk dan formulasi pakan bagi budidaya ikan gabus untuk mendukung ketersediaan sumber protein masyarakat. Laporan Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Universitas Hasanuddin. Makassar.

(48)

34 Irmawati, Tresnati J., Nadiarti. 2017. Seleksi induk dan formulasi pakan bagi budidaya ikan gabus untuk mendukung ketersediaan sumber protein masyarakat. Laporan Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Hoar W.S., Randall D.J., Donaldson E.M. 1969. Fish Physiology. Academic Press, New York. p:5-7.

Hubbs C.L., and Lagler K.F. 1958. Fishes of the great lakes region. 2nd Edn., University of Michigan Press, Ann Arbor, MI., USA. p:213.

Janzen F.J., and Paukstis G.L. 1991. Environmental Sex Determination in Reptiles: ecology, evolution, and experimental design. Quarterly Review of Biology, (66):149–179.

Kraak S.B.M., and Pen, I. 2002. Sex determining mechanisms in vertebrates. In: Hardy, I.C.W. (Ed.), Sex Ratios: Concepts and Research Methods. Cambridge University Press, Cambridge. p:158–177.

Listiyanto N., dan Andriyanto S. 2009. Ikan gabus (Channa striata) manfaat pengembangan dan alternatif teknik budayanya. Pusat riset Perikanan Budidaya. Jakarta Selatan.

Moyle P.B., and Cech J.R. 2004. Fishes: An Introduction to Ichthyology. 5th Eds.

University of California, Davis.

Muflikhah N. 2007. Domestikasi ikan gabus (Channa striata). Prosiding Seminar Nasional Tahunan IV Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan. Jurusan Perikanan dan Kelautan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Mustafa A.M., Aris W., Yohanes K. 2012. Albumin and zinc content of Snakehead Fish (Channa striata) extract and its role in health. International Journal of Science and Technology (IJSTE), (2):1-8.

Priyanie M.M. 2006. Pertumbuhan dan karakter morfometrik – meristik ikan kurisi (Pristipomoides filamentosus, Valenciennes 1830) di Perairan Laut Dalam Palabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 68 hal.

Rhen T., and Crews D. 2002. Variation in reproductive behaviour within a sex: Neural systems and endocrine activation. Neuroendocrinol, (14):517–531.

Rubin D.A. 1985. Effect of pH on sex ratio in cichlids and a poecilliid (Teleostei). Copeia. p:233–235.

Santoso S. 2002. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. 390 hal.

(49)

35 Saputra S.W., Soedarsono P., Sulistyawati G. A. 2009. Beberapa aspek biologi ikan kuniran (Upeneus spp) di Perairan Demak. Jurnal Saintek Perikanan. UNDIP. Semarang, 5(1):1-6.

Sara S. 2016. Karakterisasi ikan gabus (Channa sp.) dari sentra produksi Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan [Skripsi]. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. 38 hal.

Song L.M., Munian K., Rashid Z. A., Bhassu S. 2013. Characterisation Of Asian Snakehead Murrel Channa striata (Channidae) in Malaysia: An Insight into Molecular Data and Morphological Approach. The Scientific Journal. Hindawi Publishing Corporation.

Sulistiono, Kurniati T.H., Riani E., Watanabe S. 2001. Kematangan gonad beberapa jenis ikan buntal (Tetraodon lunaris, Tetraodon fluviatilis, Tetraodon reticularis) di Perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 1(2):25-30.

Tjakrawidjaja A.H. 2006. Dimorfisme seksual dan nisbah kelamin ikan arwana (Scleropages spp.). Jurnal Iktiologi Indonesia, 6(2):79-84.

Turan C. 1999. A Note on The Examination of Morphometric Differentiation Among Fish Population: the Truss System. Journal of Zoology, (23):259-263.

Utami M.S. 2017. Karakterisasi ikan gabus (Channa sp.) dari Sungai Bantimurung Kabupaten Maros Sulawesi Selatan [Skripsi]. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. 48 hal.

Utomo D., Wahyuni R., Wiyono R. 2013. Pemanfaatan ikan gabus (Ophiocephalus striatus) menjadi bakso dalam rangka perbaikan gizi masyarakat dan upaya meningkatkan nilai ekonomisnya [Bahan Ajar]. Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan. Jawa Timur.

Vitri, Roesma S. 2012. Analisis morfologi ikan Puntius binotatus Valenciennes 1842 (Pisces: Cyprinidae) dari beberapa Lokasi di Sumatera Barat. Jurnal Biologi UniversitasAndalas (J. Bio. UA.), 1(2):139-143.

Webb P.W. 1978. Partitioning of energy into metabolism and growth. In : S. D. Gerking (Ed.). Ecology of Freshwater Fish Production. Blackwell Scientific Publications, Oxford. p:184-214.

Widiyanto I.N. 2008. Kajian pola pertumbuhan dan ciri morfometrik meristik beberapa spesies ikan layur (superfamili: Trichiuroidea) di Perairan Palabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 48 hal.

(50)

36 LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil pengolahan data karakter morfometrik ikan gabus (Channa striata, Bloch 1793) jantan dan betina berdasarkan analisis diskriminan SPSS versi 16.

Group Statistics

Seks Mean Std. Deviation

Valid N (listwise) Unweighted Weighted Betina B1 1.216117E0 .0266600 29 29.000 B3 .146597 .0203699 29 29.000 B4 .338186 .0263908 29 29.000 B5 .575993 .0338796 29 29.000 B6 .224955 .0226947 29 29.000 B7 .348303 .0133699 29 29.000 B8 .559924 .0139137 29 29.000 B9 .352417 .0165853 29 29.000 B10 .081524 .0124237 29 29.000 B11 .369731 .0225741 29 29.000 B12 .243524 .0150329 29 29.000 B13 .555986 .0380852 29 29.000 B14 .204724 .0231889 29 29.000 B15 .205124 .0156613 29 29.000 B16 .170021 .1988562 29 29.000 B17 .135176 .0115690 29 29.000

(51)

37 B18 .050217 .0099378 29 29.000 B19 .051155 .0115180 29 29.000 B20 .063907 .0060230 29 29.000 B21 .072807 .0095328 29 29.000 B22 .151259 .0126741 29 29.000 B23 .204079 .0309175 29 29.000 B24 7.623897E1 142.7962881 29 29.000

(52)

38 Lampiran 1. Lanjutan

Group Statistics

Seks Mean Std. Deviation

Valid N (listwise) Unweighted Weighted Jantan B1 1.211083E0 .0199565 6 6.000 B3 .157283 .0118041 6 6.000 B4 .347467 .0280919 6 6.000 B5 .558667 .0498497 6 6.000 B6 .208400 .0159508 6 6.000 B7 .350017 .0082147 6 6.000 B8 .518533 .0994655 6 6.000 B9 .345017 .0214461 6 6.000 B10 .077833 .0180995 6 6.000 B11 .370817 .0257029 6 6.000 B12 .256133 .0231973 6 6.000 B13 .565500 .0332778 6 6.000 B14 .194350 .0151757 6 6.000 B15 .195133 .0129358 6 6.000 B16 .131217 .0093784 6 6.000 B17 .129933 .0095051 6 6.000 B18 .047583 .0090830 6 6.000 B19 .047550 .0082882 6 6.000 B20 .063033 .0076542 6 6.000

(53)

39

B21 .069217 .0105689 6 6.000

B22 .152933 .0201673 6 6.000

B23 .217967 .0165383 6 6.000

(54)

40 Lampiran 1. Lanjutan

Group Statistics

Seks Mean Std. Deviation

Valid N (listwise) Unweighted Weighted Transisi B1 1.224771E0 .0300348 7 7.000 B3 .141600 .0089883 7 7.000 B4 .357786 .0151274 7 7.000 B5 .589243 .0252559 7 7.000 B6 .218986 .0121696 7 7.000 B7 .354457 .0134145 7 7.000 B8 .559429 .0305246 7 7.000 B9 .351386 .0201701 7 7.000 B10 .080729 .0058437 7 7.000 B11 .371786 .0135198 7 7.000 B12 .248843 .0245685 7 7.000 B13 .576386 .0248520 7 7.000 B14 .203529 .0115113 7 7.000 B15 .205929 .0091447 7 7.000 B16 .134457 .0091635 7 7.000 B17 .133229 .0080543 7 7.000 B18 .044557 .0093071 7 7.000 B19 .045329 .0084079 7 7.000 B20 .065257 .0042264 7 7.000

(55)

41

B21 .072500 .0093780 7 7.000

B22 .153900 .0134358 7 7.000

B23 .221914 .0217997 7 7.000

(56)

42 Lampiran 1. Lanjutan

Tests of Equality of Group Means

Wilks' Lambda F df1 df2 Sig.

B1 .977 .467 2 39 .630 B3 .938 1.279 2 39 .290 B4 .915 1.823 2 39 .175 B5 .941 1.220 2 39 .306 B6 .921 1.670 2 39 .202 B7 .968 .653 2 39 .526 B8 .873 2.828 2 39 .071 B9 .979 .427 2 39 .655 B10 .989 .215 2 39 .808 B11 .999 .027 2 39 .973 B12 .937 1.309 2 39 .282 B13 .952 .980 2 39 .384 B14 .969 .616 2 39 .545 B15 .939 1.267 2 39 .293 B16 .989 .218 2 39 .805 B17 .970 .608 2 39 .550 B18 .950 1.016 2 39 .371 B19 .953 .970 2 39 .388 B20 .988 .233 2 39 .793

(57)

43

B21 .983 .347 2 39 .709

B22 .994 .119 2 39 .889

B23 .929 1.480 2 39 .240

Gambar

Gambar 1. Ikan gabus, Channa striata (Bloch,1793)
Gambar 2.   Distribusi ikan gabus (Channa striata, Bloch 1793)  Sumber: Couternay &amp; Williams, (2004)
Gambar  3.  Peta  lokasi  pengambilan  sampel  ikan  gabus  ( Channa  striata,  Bloch  1793)  di  Sungai  Bojo  Kabupaten  Barru  (Sumber:  peta  amistrasi  Indonesia 2017)
Gambar  4.    Stasiun  pengambilan  sampel  ikan  gabus  gabus  ( Channa  striata,  Bloch  1793)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian ekstrak daging ikan gabus ( Channa striata ) dapat mencegah dan memperbaiki histo-morfologi hipokampus, baik pada penuaan kronologis (fisiologis) atau

Sedangkan bahan-bahan yang dibutuhkan yakni ikan gabus (C. striata) jenis kelamin jantan dan betina dengan kisaran ukuran 10 cm; 15 cm; dan 20 cm, akuades, larutan buffer 4, BCG

Pengaruh Konsentrasi Asam Klorida Terhadap Karakteristik Fisik dan Kimia Gelatin Sisik Ikan Gabus (Channa striata).. (Dibimbing oleh Rodiana Nopianti

gabus (Channa striata) dapat dilihat pada tabel 5 diatas bahwa dari 36 sampel yang diperiksa 8 diantaranya terinfeksi parasit dari golongan Platyhelminthesyang

Performa Sintasan dan Pertumbuhn Larva Ikan Gabus Channa striata pada Perlakuan pH yang Berbeda , Skripsi S1

Pembesaran Larva Ikan Gabus, Channa striata dan Efektifitas Induksi Hormon Gonadotropin untuk Pemijahan Induk , Tesis S2 (tidak dipublikasikan). Fakultas Pasca Sarjana

v Universitas Sriwijaya Skripsi dengan judul “Kandungan Albumin dan Kelangsungan Hidup Ikan Gabus (Channa striata) yang diberi Jenis Pakan Berbeda” oleh Muhammad

Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan satu faktor yaitu tepung ikan gabus ( Channa striata)