• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sampel ikan gabus yang diperoleh selama dua kali sampling (Juni dan Agustus 2017) adalah sebanyak 42 ekor. Berdasarkan determinasi seks oleh Irmawati et al., (2017) ke-42 sampel ikan gabus tersebut dikelompokkan atas ikan gabus jantan, betina dan ikan gabus yang diduga fase transisi. Performa gonad ikan gabus jantan, ikan gabus betina dan ikan gabus yang diduga fase transisi berdasarkan pewarnaan menggunakan larutan asetocarmine dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 9. Performa gonad ikan gabus (Channa striata, Bloch 1793) jantan, betina dan yang diduga fase transisi dengan pewarnaan acetocarmine; (A) testis (gonad ikan jantan) tidak teridentifikasi butiran, (B) ovum (gonad ikan betina) teridentifikasi butiran telur, (C) gonad ikan gabus yang diduga fase transisi: masih teridentifikasi keberadaan beberapa butiran telur (mengacu pada Irmawati et al., 2017)

Berdasarkan kriteria di atas sehingga ke-42 sampel ikan gabus kemudian dikelompokkan atas enam ekor ikan gabus jantan, 29 ekor ikan gabus betina dan tujuh ekor ikan gabus yang diduga berada pada fase transisi (Tabel 3 dan 4). Berdasarkan tabel tersebut diduga bahwa pada bulan Juni merupakan musim pemijahan ikan gabus. Pernyataan tersebut didasarkan dari hasil analisa di loboratorium yang mendeterminasi empat ekor ikan gabus betina yang berada pada fase mature (matang gonad : TKG III, IV dan V) (Tabel 4). Pengamatan pada saat sampling di lapangan yang menemukan beberapa gerombolan benih

19 ikan gabus memperkuat dugaan bahwa musim pemijahan ikan gabus di Sungai Bojo Kabupaten Barru antara lain pada bulan Juni.

Tabel 3. Sebaran jenis kelamin sampel ikan gabus (Channa striata, Bloch 1793) yang tertangkap di Sungai Bojo Kabupaten Barru pada bulan Juni dan Agustus 2017

No Tanggal Sampling

Jumlah individu

Total Jantan Betina Transisi

1 12 Juni 2017 1 13 7 21

2 20 Agustus 2017 5 16 0 21

Total 6 29 7 42

Berdasarkan tabel di atas jumlah ikan betina yang tertangkap jauh lebih besar dibandingkan dengan ikan yang di duga fase transisi dan ikan gabus jantan, yaitu sekitar 5 : 1 : 1. Sulistiono et al., (2001) menyatakan bahwa waktu melakukan ruaya pemijahan, populasi ikan didominasi ikan jantan, kemudian menjelang pemijahan populasi ikan jantan dan betina dalam keadaan seimbang, lalu didominasi oleh ikan betina. Dalam mempertahankan kelangsungan hidup dalam suatu populasi, perbandingan jantan dan betina diharapkan berada dalam kondisi seimbang, setidaknya ikan betina lebih banyak dibandingkan dengan ikan jantan (Ball & Rao, 1984). Khalfalla et al., (2008) menyatakan bahwa rasio jenis kelamin di dalam suatu populasi dipengaruhi oleh rasio jenis kelamin brooders (ikan dewasa), distribusi individu dalam ruang dan waktu, dan suhu. Lebih jauh Allsop (2003) dalam Irmawati (2017) menjelaskan bahwa ikan Coryphopterus personatus mengubah jenis kelaminnya sebagai respons terhadap kondisi populasinya. Karena kondisi populasinya, sehingga setiap organisme memiliki naluri untuk memutuskan kapan pertama kali matang gonad, berapa kali harus bereproduksi di dalam siklus hidupnya, dengan siapa atau pasangan mana yang harus dipilih, berapa banyak offspring (keturunan) yang semestinya dihasilkan,

20 dan berapa proporsi jantan betina yang seharusnya mereka hasilkan. Hal tersebut didasarkan karena alokasi jenis kelamin pada keturunan akan memiliki efek langsung dan efek yang besar terhadap kebugaran populasi (fitness populasi).

Rasio jenis kelamin juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan (efek antropogenik) seperti populsi kimia, perubahan suhu yang dapat menyebabkan kematian atau perubahan jenis kelamin (Kamel dan Mrosovsky 2006 dalam Irmawati, 2017), atau pembalikan jenis kelamin selama masa kritis kehidupan. Pembalikan jenis kelamin (sex reversal) telah diamati pada beberapa jenis ikan dan amfibi dimana sex reversal tersebut terjadi sebagai akibat perubahan (fluktuasi) lingkungan yang cepat (Wallacea et al., 1999; Devlin dan Nagahama 2002; Baroiller et al., 2009; Stelkens dan Wedekind 2010 dalam Irmawati, 2017). Tabel 4. Sebaran panjang baku Ikan gabus (Channa striata, Bloch 1793) yang

tertangkap di Sungai Bojo Kabupaten Barru pada bulan Juni dan Agustus 2017 berdasarkan kelompok umur dan tingkat kematangan gonad untuk ikan betina

Kelas Ukuran (cm) Frekwensi Jantan Betina TKG- Transisi I II III IV V 6,25 – 10,75 9 1 7 1 10,75 – 15.25 18 3 14 1 15,25 – 19,75 1 1 19,75 – 24,25 7 1 2 4 24,25 – 28,75 2 1 1 28,75 – 33,25 1 1 33,25 – 37,75 4 1 1 1 1 Total 42 6 21 4 1 2 1 7

Secara morfologi ikan gabus jantan dan ikan gabus betina sangat sulit untuk dibedakan terutama pada fase ikan muda (immature). Ciri-ciri sekunder hanya teramati pada ikan gabus yang telah matang gonad (siap memijah) dan ikan gabus yang telah spawning (fase spent). Ciri-ciri tersebut berupa perbedaan

21 bentuk dan warna pada organ urogenital dimana urogenitas ikan betina membengkak dan berwarna kemerahan dan ukuran perut yang membesar. Ikan gabus jantan yang matang gonad, memiliki bentuk perut yang ramping, ditemukan tonjolan kecil pada organ urogenital namun dengan warna yang lebih pucat. Lebih lanjut dijelaskan bahwa ikan gabus yang telah matang gonad, baik jantan maupun betina mengalami proses pigmentasi sehingga pada bagian abdominal ditemukan banyak bintik-bintik hitam (Irmawati et al., 2017).

Berdasarkan sebaran ukuran panjang total ikan gabus jantan, betina dan ikan gabus yang diduga fase transisi yang tertangkap di Sungai Bojo (Gambar 10) menunjukkan bahwa secara rata-rata ikan gabus fase transisi memiliki panjang total yang lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan dan ikan betina, yaitu sekitar 19,62 cm sedangkan ikan gabus jantan dan betina masing-masing hanya sebesar 12,69 cm dan 14,30 cm. Namun demikian, terdapat lima ekor ikan betina dan satu ekor ikan jantan yang berukuran jauh lebih besar yang merupakan pencilan dari rata-rata ikan yang tertangkap. Kelima ekor ikan gabus betina tersebut memiliki panjang total sekitar 28,00 – 40,00 cm dan satu ekor ikan gabus jantan memiliki panjang total sekitar 40,00 cm. Variasi panjang total ikan jantan dan ikan fase transisi lebih besar dibandingkan ikan betina.

22 Gambar 10. Boxplot sebaran ukuran panjang total ikan gabus (Channa striata, Bloch 1793) jantan, betina, dan transisi di Sungai Bojo Kabupaten Barru. Panjang total jantan (PTJ), panjang total betina (PTB), dan panjang total transisi (PTT)

Secara rata-rata, ikan gabus yang diduga transisi memiliki bobot tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan ikan gabus jantan dan betina yaitu sekitar 72,94 gr. Sedangkan bobot tubuh ikan gabus jantan dan betina yaitu sekitar 16,46 gr dan 29.04 gr. Namun demikian, terdapat enam ekor ikan betina dan satu ekor ikan gabus jantan yang memiliki bobot tubuh lebih besar dan merupakan pencilan dari rata-rata ikan yang tertangkap. Keenam ekor ikan gabus betina tersebut memiliki bobot sekitar 95 - 570 gr dan satu ekor ikan gabus jantan memiliki bobot sekitar 580 gr (Gambar 11).

23 Gambar 11. Boxplot sebaran bobot tubuh ikan gabus (Channa striata, Bloch 1793) jantan, betina, dan transisi di Sungai Bojo Kabupaten Barru. Bobot tubuh jantan (BTJ), bobot tubuh betina (BTB), bobot tubuh transisi (BTT)

Dokumen terkait