• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

6 A. Tinjauan Teori

1. Prestasi belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.

Penguasaan prestasi bila dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan berpikir maupun kemampuan motorik (Sukmadinata, 2005). Prestasi belajar pada dunia pendidikan adalah hasil pencapaian seseorang selama mengikuti pelajaran di sekolah yang berbentuk skor atau nilai (Sukmana, 2004). Ada dua pendekatan didalam pelaksanaan pengajaran di sekolah yaitu pendekatan yang mengutamakan hasil belajar dan yang menekankan proses belajar.

Sesungguhnya antara kedua pendekatan tersebut tidak terdapat perbedaan, sebab suatu hasil belajar yang baik akan diperoleh melalui proses yang baik pula (Sukmadinata, 2005).

b. Jenis-Jenis Prestasi Belajar

Tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat dikategorikan menjadi tiga bidang yaitu bidang kognitif (penguasaan intelektual), bidang afektif (berhubungan dengan sikap dan nilai) serta bidang psikomotorik (kemampuan atau keterampilan bertindak atau berperilaku). Ketiganya

(2)

tidak berdiri sendiri, tapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, bahkan membentuk hubungan hirarki (Sudjana, 2005:49).

Di dalam ketiga aspek tersebut, terdapat unsur-unsur di dalamnya yaitu:

1) Bidang kognitif, meliputi: pengetahuan hafalan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis, sintesis, evaluasi.

2) Bidang afektif, meliputi: receiving atau attending, responding (jawaban), valuing (penilaian), organisasi, karakteristik nilai atau internalisasi nilai.

3) Bidang psikomotorik, meliputi: gerak refleks, keterampilan pada gerakan-gerakan dasar, kemampuan persptual, kemampuan di bidang fisik gerakan skill serta gerakan akspresif dan interpretatif (Sudjana, 2005: 22-23).

Sebagai tujuan yang hendak dicapai, tiga bidang tersebut harus nampak dan dipandang sebagai hasil belajar pelajar dari proses pengajaran yang dilakukan oleh guru. Sebagai hasil belajar, perubahan pada tiga bidang tersebut secara teknis dirumuskan dalam pernyataan verbal melalui tujuan pengajaran atau tujuan instruksional (Depag, 2001: 57).

Dari tiga jenis hasil belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dapat diperinci lagi menjadi empat yaitu:

1) Hasil belajar yang merupakan pengetahuan dan pengertian.

2) Hasil belajar dalam bentuk sikap dan kelakuan.

(3)

3) Hasil belajar dalam bentuk kemampuan untuk mengamalkan.

4) Hasil belajar dalam bentuk keterampilan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu berasal dari dalam diri individu (internal) dan dari luar individu (eksternal). Faktor- faktor tersebut menurut Dalyono (2005) adalah :

1) Faktor Internal, meliputi : a) Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang selalu tidak sehat, sakit kepala, demam, pilek, batuk dan sebagainya, dapat mengakibatkan tidak bergairahnya belajar. Karena itu, pemeliharaan kesehatan sangat penting bagi setiap orang baik fisik maupun mental agar badan tetap kuat, pikiran selalu segar dan bersemangat dalam melakukan kegiatan belajar.

b) Inteligensi dan bakat

Inteligensi dan bakat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Orang yang memiliki inteligensi baik umumnya mudah belajar dan hasilnya cenderung baik. Sebaliknya orang yang inteligensi rendah cenderung mengalami kesulitan dalam belajar, lambat berpikir sehingga prestasinya rendah. Bakat juga besar

(4)

pengaruhnya dalam menentukan keberhasilan belajar. Orang yang mempunyai inteligensi tinggi dan bakatnya ada dalam bidang yang dipelajari, maka proses belajarnya akan lancar dan sukses.

c) Minat dan motivasi

Minat dan motivasi adalah 2 aspek psikis yang juga besar pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar. Minat dapat timbul dari ada daya tarik dari luar dengan juga datang dari hati sanubari. Motivasi merupakan daya penggerak atau pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Minat dan motivasi merupakan modal yang besar untuk mencapai cita-cita atau memperoleh benda dan tujuan yang ingin dicapai.

d) Cara belajar

Cara belajar juga mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor-faktor fisiologis, psikologis, ilmu kesehatan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan. Belajar secara teratur setiap hari, pembagian waktu yang baik, cara memilih belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar.

2) Faktor Eksternal, meliputi:

a) Keluarga

Keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak serta family yang menjadi penghuni rumah. Faktor orang tua dan faktor keadaan rumah sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam

(5)

belajar.

b) Sekolah

Keadaan tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode mengajarnya, keadaan fasilitas atau perlengkapan sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid dalam satu kelas, pelaksanaan tata tertib sekolah, semua ini mempengaruhi keberhasilan belajar anak.

c) Masyarakat

Keadaan masyarakat menentukan prestasi belajar. Apabila disekitar tempat tinggal keadaan rumah masyarakat dari orangorang yang berpendidikan, anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik maka akan mendorong anak lebih baik belajar.

Tetapi sebaliknya, apabila tempat tinggal di lingkungan masyarakat banyak anak-anak nakal, tidak bersekolah dan pengangguran maka akan mengurangi semangat belajar sehinga minat untuk belajar pun berkurang.

d) Lingkungan sekitar

Keadaan tempat tinggal misalnya keadaan lingkungan, bangunan rumah, suasana rumah sekitar, keadaan lalu lintas, iklim dan sebagainya dapat mempengaruhi prestasi belajar.

Salah satu kebiasaan menonton televisi pada saat jam belajar merupakan salah satu penyebab malasnya siswa untuk belajar sehingga akan berpengaruh pada prestasi belajarnya. Televisi

(6)

merupakan media massa elektronik yang mampu meyebarkan berita secara cepat dan memiliki kemampuan mencapai khalayak dalam jumlah tak terhingga pada waktu yang bersamaan. Televisi dengan berbagai acara yang ditayangkannya telah mampu menarik minat pemirsanya, dan membuat pemirsannya ‘ketagihan’ untuk selalu menyaksikan acara-acara yang ditayangkan. bahkan bagi anak-anak sekalipun sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas kesehariannya. Menurut Chen (2005:27) Anak – anak meluangkan lebih banyak waktu untuk menonton televisi dari pada waktu untuk meluangkan kegiatan lainnya.

d. Pengukuran Prestasi Belajar

Pengukuran prestasi belajar pada dasarnya adalah untuk mengetahui tingkat prestasi belajar yang dicapai siswa dalam materi pelajaran.

Pengukuran prestasi belajar siswa dengan melakukan tes, ujian dan ulangan. Istilah ulangan umum yang dulu disebut THB (Tes Hasil Belajar) dan TPB (Tes Prestasi Belajar). Sebuah proses belajar mengajar atau untuk menentukan taraf keberhasilan sebuah program pembelajaran atau penyajian materi dan kenaikan kelas. Sistem pemberian angka terhadap tes biasanya dilakukan dengan huruf A, B, C, D dan E, angka (0-10, 0-100) dan kategori kemampuan sangat baik/ sangat memuaskan, baik/ memuaskan, cukup/sedang, kurang dan tidak lulus (Syah, 2003).

(7)

2. Budaya menonton televisi a. Pengertian

Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision; yang memiliki arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi (Wikipedia, 2012).

b. Pengertian Menonton Televisi

Menonton televisi merupakan media peniruan dan penanaman nilai negatif, padahal anak-anak belum mampu membedakan mana yang baik dan buruk serta mana yang pantas dan tidak pantas. Beberapa tayangan anak-anak di televisi memberi pembenaran atas perilaku negatif seperti mencontek, mempertontonkan aib orang lain dan menipu. Belum lagi film- film kartun yang penuh dengan kemunculan bahasa kekerasan, seperti kata- kata goblok, enyahlah, dan sebagainya. Konsumtivisme anak-anak sekarang juga banyak dikaitkan dengan tayangan dan iklan di televisi (Wikipedia, 2012).

c. Pengertian Budaya Televisi

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari budi atau akal, yang diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.

(8)

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.

(Anonim, 2012).

Budaya televisi adalah budaya yang terbentuk akibat banyaknya tayangan televisi yang menampilkan sesuatu seolah-olah sesuatu tersebut adalah budaya Indonesia. Anak diusia 7-11 tahun maksimal bisa menonton televisi selama 21 jam selama satu minggu. Itu berarti 3 jam dalam sehari (Anonim, 2012).

d. Dampak Positif Televisi:

1) Anda bisa menyegarkan pikiran dengan menyaksikan beragam tayangan hiburan dari stasiun televisi, mulai dari film, kuis, sinetron dan acara-acara hiburan lainnya. Dengan menonton televisi anda dapat menghilangkan kepenatan anda sehingga tidak mudah stress.

2) Televisi umumnya selalu up to date dalam hal penyajian berita, sehingga anda pun menjadi banyak tahu tentang informasi-informasi dan berita terkini yang sedang terjadi di mana saja, wawasan anda pun bertambah luas dan tidak ketinggalan informasi.

3) Televisi banyak juga menyajikan acara-acara yang berhubungan dengan pendidikan, hal ini tentu bagus dan sangat berguna bagi pengetahuan dan wawasan para pelajar.

4) Televisi banyak menampilkan tokoh-tokoh yang memiliki pengaruh dalam dunia pendidikan, dunia usaha, hiburan, dan lainnya. Sehingga

(9)

figur-figur tersebt dapat memicu kita untuk mencontoh kesuksesan mereka

e. Dampak Negatif Televisi

Menonton televisi secara berlebihan bagi anak dapat berdampak dari 3 aspek yaitu:

1) Fisik

Menonton televisi yang berlebihan juga berkaitan dengan obesitas dan kadar kolesterol darah yang tinggi pada anak (Gortmaker, Dietz, dan Cheng,1990). Aktivitas pasif sering disertai dengan makan.

Selanjutnya,anak dapat menggunakan energi mental yang besar dalam memproses pesan audio visual dari televisi, yang mungkin sangat melelahkan dan membuat mereka kurang keinginan melakukan aktivitas fisik selanjutnya. Menurut Prof. Sanders, jika anak-anak terlalu banyak menghabiskan waktu menonton televisi, mereka akan kehilangan kesempatan untuk belajar melalui kegiatan interaktif.

Karena itu, menyelesaikan PR, bermain di luar ruangan, berolahraga, dan membaca merupakan sederet aktivitas yang perlu dilakukan anak- anak (Lubis, 2010)

Menonton televisi mempunyai efek cukup besar dalam menurunkan laju metabolisme dan mungkin terdapat mekanisme hubungan antara obesitas dan jumlah menonton televisi (Klesges, Shelton, dan Klesges,1993). Insidens lemak tubuh meningkat proporsinya sering dengan peningkatan jumlah jam menonton TV (Wong, 2009).

(10)

2) Psikologi

Dampak profil kekerasan TV yang disajikan dalam jangka panjang akan memperparah perasaan kerentanan, ketergantungan, dan ketidakpekaan terhadap kekerasan. Dampak nyata acara kekerasan ditelevisi adalah meningkatnya persepsi pemirsa bahwa dunia ini memang tempat yang kejam dan berbahaya. (Intisari,1999)

Dr. Leonard Eron memulai pengkajian longitudinal yang luar biasa terhadap sekitar 800 anak usia 8 tahun. Ia mendapati bahwa anak-anak yang berjam–jam menonton televisi keras cenderung lebih agresif diruang kelas maupun di tempat bermain (Chen,1996)

Sekalipun seorang anak tidak agresif pada usia 8 tahun, tetapi menonton acara kekerasan di TV dalam jumlah cukup yang banyak, ia akan menjadi lebih agresif pada usia 19 tahun dibanding rekan-rekan sebaya yang tidak menyaksikan kekerasan di TV (Chen,1996)

Tokoh di televisi biasanya di gambarkan dengan berbagai stereotip.

Anak kemudian berpikir bahwa semua orang dalam kelompok tertentu mempunyai sifat yang sama dengan orang ditelevisi. Ini mempengaruhi sikap anak terhadap mereka. Karena anak suka meniru, mereka merasa bahwa apa saja yang disajikan dalam acara televisi tentunya merupakan cara yang dapat diterima baginya dalam bersikap sehari-hari. Karena para pahlawan yang patuh kepada hukum kurang menonjol ketimbang mereka yang memenangkan perhatian dengan kekerasan dan tindakan social lainnya, anak-anak cenderung

(11)

menggunakan cara yang terakhir untuk mengidentifikasikan diri dan menirunya (Hurlock, 2000)

Kebiasaan menonton televisi dapat membuat anak menjadi pemalu, karena terisolasi dari pergaulannya dengan teman-teman sebaya lainnya. Hal itu yang dapat mempengaruhi psikologi anak.

Pengaruh televisi yang merangsang keinginan anak untuk membeli (konsumerisme) demikian besar. Terutama melalui program anak-anak yang diselingi iklan komersial yang demikian gencar. Di negaranagara maju kemungkinan untuk pindah dari chanel TV komersial ke stasiun non-komersial masih memadai dibandingkan dengan negaranegara yang siaran televisinya terbatas dan didominasi oleh TV komersial.

Akibatnya konsumerisme semakin subur, bahkan menggejala sebagai gaya hidup, terutama di tengah-tengah remaja kota-kota besar yang memiliki fasilitas mall dan hyper market seperti di Jakarta atau kota- kota besar lainnya di Indonesia (Anonim, 2012).

Menurut psikolog Dadang Hawari, tayangan televisi menjadi modeling bagi perkembangan anak-anak, jika mereka terus-menerus menjadi penonton. Apalagi jika orangtua secara bersama-sama menjadi penonton acara sejenis. Anak-anak akan menemukan pembenaran bahwa acara yang ditonton itu adalah acara yang baik, sehingga muncul naluri meniru segala yang ditayangkan (Anonim, 2012).

(12)

3) Sosial

Dampak sosial yang muncul apabila anak yang sering menonton tv sendiri tanpa kawan akan memupuk jiwa egoistisnya dan melemahkan jiwa empatinya. Untuk itu, anak harus didampingi oleh kawannya atau orang tua sambil mengarahkan berdasarkan isi siaran TV. Oleh karena anak berkembang dari tahap imitasi, kekuatan menirunya akan lebih tinggi tanpa dipikir lebih dahulu (Anonim, 2012).

B. Kerangka Teori

Gambar 2.2. Kerangka Teori (Dalyono, 2005) C. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

Lamanya menonton TV Prestasi belajar

Variable Bebas Variable Terikat

Prestasi Kesehatan

Intelegensi Motivasi dan

minat

Sarana Belajar

Sumber Belajar

Kualitas Belajar

Gangguan Kebisingan Gangguan

Teman Gangguan

Televisi

(13)

D. Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang akan diteliti meliputi : 1. Variabel Independen atau bebas

Variabel independen adalah suatu variabel yang menjadi sebab atau variabel yang mempengaruhi. Variabel independent dalam penelitian ini adalah lamanya menonton TV

2. Variabel Dependen atau terikat

Variabel dependen adalah suatu variabel yang dipengaruhi variabel bebas.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Prestasi belajar

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah dugaan sementara yang hendak diuji kebenarannya (Machfoedz, 2008:35). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ha : Ada hubungan lamanya menonton televisi dengan prestasi belajar anak kelas V & VI SD Jatibarang 02 Mijen Semarang

.

Gambar

Gambar 2.2. Kerangka Teori (Dalyono, 2005)  C.  Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Stasiun televisi tersebut menyajikan banyak pilihan program acara, seperti program berita, talk show, reality show, sinetron/film, variety show, acara anak- MNC Pictures

Sponsor program adalah bentuk iklan televisi dimana pihak pengiklan atau sponsor membayar program acara televisi tertentu. sebagai imbalannya sponsor program dapat

Dari penjelasan di atas maka dapat diuraikan bahwa televisi sangat berpengaruh terhadap stasiun, karena stasiun merupakan suatu tempat atau kantor yang mengupayakan untuk

Apabila tayangan televisi menyajikan acara hiburan atau acara bernuansa kekerasan maka itu anak – anak cenderung menyukai dan menggemari tayangan tersebut karena apa yang di

Berbagai stasiun televisi berusaha menyajikan program acara yang menarik dan edukatif, salah satunya adalah program acara yang mengusung kegiatan dakwah. Dengan

Ada penularan perilaku menurut Fisher (dalam Sarwono, 2011:142) yang disebabkan oleh seseorang melihat tayangan perilaku agresi melalui televisi atau membaca

Microwave link digunakan oleh lembaga penyiaran televisi untuk mengirimkan program/siaran di suatu negara, misalnya dari stasiun TV pusat menuju stasiun TV daerah

Mengenai permasalahan tayangan televisi, meskipun tidak semua tetapi pada umumnya zaman sekarang tayangan televisi nasional didominasi oleh acara-acara yang banyak diminati