• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUALITAS BOKASI BLOTONG HASIL DEKOMPOSER CENDAWAN PEROMBAK. TUGAS AKHIR Oleh: MULIADI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KUALITAS BOKASI BLOTONG HASIL DEKOMPOSER CENDAWAN PEROMBAK. TUGAS AKHIR Oleh: MULIADI"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

i

KUALITAS BOKASI BLOTONG HASIL DEKOMPOSER CENDAWAN PEROMBAK

TUGAS AKHIR Oleh:

MULIADI 1520040066

BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP

2018

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak tedapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Pangkep, Mei 2018 Yang menyatakan

Muliadi

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelsaikan laporan tugas akhir yang berjudul: Kualitas bokasi blotong hasil dekomposer Cendawan perombak.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW, Beliaulah rasul utusan ALLAH SWT dan menjadi sang revolusioner sejati yang senantiasa yang memberi petunjuk bagi umat manusia.

Laporan tugas akhir ini sebagai salah satu persyaratan untuk menyelsaikan studi pada Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan kepulauan. Penulis mengucapkan terimah kasih kepada ayahanda dan ibunda yang telah mengasuh, segenap keluarga yang membantu baik moril dan materil. Serta dalam penyelsaian laporan ini tidak terlepas dari bantuan pihak ,oleh sebab iti penulis ucapkan terimah kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam penyelsaian laporan ini:

1. Dr. Ir. H Darmawan, M.P., selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

2. Dr. Junaedi, S.P., M.Si. selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan.

3. Sri Muliani, S.P., M.P. dan Dr.Zahraeni Kumalawati, S.P., M.P. selaku dosen pembimbing.

4. Seluruh teman-teman mahasiswa se-angkatan dan se-almamater Politeknik Peranian Negeri Pangkep.

5. Seluruh staf dosen dan Teknisi Jurusan Budidaya Tanaman perkebunan.

(6)

vi

Penulis menyadari bahwa isi laporan ini masih jauh dari bentuk kesempurnaan, oleh karenanya kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan selanjutnya, dan penulis berharap laporan ini bermanfaat bagi para pembaca.

Pangkep, Mei 2018

Penulis

(7)

vii

DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAK.. ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.3. Tujuan Penelitian... ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1. Cendawan Dekomposer... 4

2.2. Beberapa keuntungan pengaplikasian cendawan dekomposer 7

2.3. Blotong... 8

2.4. Proses penguraian/ Dekomposisi Blotong... 9

2.5. Kandungan Limbah Blotong... 11

BAB III. METEDOLOGI... 12

3.1. Waktu Dan Tempat... 12

3.2. Alat Dan Bahan... 12

(8)

viii

3.3. Metode Pengumpulan Data... 12

3.4. Metode Pelaksanaan... 13

3.5 Parameter pengamatan... 13

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 15

4.1. Hasil... 15

4.2. Pembahasan... 15

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 20

5.1. Kesimpulan... 20

5.2. Saran... 20

DAFTAR PUSTAKA... 21

LAMPIRAN... 22 RIWAYAT HIDUP

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 1.1 Komposisi Kandungan Hara Pupuk Blotong... 11 Tabel 1.2 Analisis Kandungan Unsur Hara pada bokasi blotong... 15

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1.1. Dokumentasi Penelitian... 24 Gambar 1.2. Ukuran Partikel bokasi blotong... 24

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Hal Lampiran 1. Analisis Kandungan Unsur Hara pada bokasi blotong... 23 Lampiran 2 Penyesuaian ukuran partikel bokasi Blotong... 23 Lampiran 3 Berat bokasi Blotong... 23

(12)

xii

ABSTRAK

Muliadi 1522040066 Kualitas Bokasi Blotong Hasil Dekomposer Cendawan Perombak di Politeknik Pertanian Negeri Pangkep Dibimbing oleh Sri Muliani,S.P.,M.P. dan Dr.Zahraeni Kumalawati,S.P.,M.P.

Proses dekomposisi bokasi blotog dipengaruhi oleh beberapa cendawan seperti cendawan Tricoderma sp , Pelapuk putih dan Rhizopus sp selama 1bulan dipermentasi dan melalui beberapa tahapan seperti tahap Destilasi, Digastor dan tahap Buret.

Kata Kunci : Blotong, cendawan, efektivitas

(13)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blotong adalah hasil endapan dari nira kotor (sebelum dimasak dan dikristalkan menjadi gula pasir) yang disaring di rotary vacuum filter. Blotong merupakan limbah pabrik gula berbentuk padat seperti tanah berpasir berwarna hitam, mengandung air, dan memiliki bau tak sedap jika masih basah. Bila tidak segera kering akan menimbulkan bau busuk yang menyengat. Blotong masih banyak mengandung bahan organik, mineral, serat kasar, protein kasar, dan gula yang masih terserap di dalam kotoran itu (Hamawi, 2012).

Kompos blotong yang dihasilkan dapat dimanfaatkan kembali untuk perkebunan tebu. Kompos ini dapat memperbaiki fisik tanah di areal perkebunan tebu, khususnya meningkatkan kapasitas menahan air, menurunkan laju pencucian hara, memperbaiki drainase tanah, dan menetralisir pengaruh untuk ketersediaan P untuk tanah lebih tersedia. Selain itu pemberian ke tanaman tebu sebanyak 100 ton blotong atau komposnya per hektar dapat meningkatkan bobot dan rendemen tebu secara signifikan (Nahdodin et al., 2008).

Agar dapat segera digunakan limbah organik seperti blotong harus dilakukan Percobaan penggunaan kompos blotong sebagai pupuk organik dalam mempelajari peranannya pada sifat-sifat tanah maupun efeknya pada tanaman.

Pemberian blotong dapat meningkatkan kandungan hara dalam tanah terutama unsur N, P, dan Ca serta unsur mikro lainnya. Peranan kompos blotong pada tanah dapat dipastikan sama dengan peranan kompos atau pupuk organik lainnya dalam memperbaiki sifat-sifat kesuburan tanah.

(14)

2

Pada dasarnya pembuatan kompos cukup sederhana (berbeda dengan pengelolaan limbah cair), dengan menumpuk bahan-bahan organik maka bahan- bahan tersebut akan menjadi kompos dengan sendirinya, namun proses tersebut akan berlangsung lama. Mengingat adanya perubahan-perubahan yang terjadi saat pembentukan kompos maka pembentukan kompos dapat lebih dipercepat, tentunya dengan memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi seperti bahan baku, suhu, nitrogen, dan kelembaban (Deptan, 2007).

Pengomposan adalah dekomposisi dengan menggunakan aktivitas mikroba; oleh karena itu kecepatan dekomposisi dan kualitas kompos tergantung pada keadaan dan jenis mikroba yang aktif selama proses pengomposan. Kondisi optimum bagi aktivitas mikroba perlu diperhatikan selama proses pengomposan, misalnya aerasi, kelembaban, media tumbuh dan sumber makanan bagi mikroba.

Teknologi pemanfaatan hasil limbah pertanian saat ini masih banyak dilakukan untuk menghasilkan bahan organik yang bermutu sehingga bermanfaat bagi manusia serta pada tanaman, tetapi masih menjadi masalah pada produktivitasnya yang tendah.

Sejalan dengan semakin meningkatnya kesadaran manusia akan kerusakan lingkungan dan munculnya berbagai penyakit yang disebabkan penggunaan bahan kimia secara berlebihan pada tanah maupun pada media tanam. penggunaan cendawan dekomposer dapat dikatakan sebuah alternatif yang menjadi pilihan banyak orang.

1.2 Tujuan Dan Kegunaan

(15)

3

Tujuan dari percobaan ini untuk melihat efektifitas beberapa cendawan perombak.

Adapun kegunaan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui jenis cendawan paling baik digunakan pada proses dekomposisi bahan organik.

UJUAN dAN

(16)

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cendawan Dekomposer

Cendawan dekomposer adalah cendawan yang berperan dalam perombakan bahan organik. Cendawan dekomposer mempunyai keuntungan merombak kapasitas unsur hara tanah dan membantu proses penyerapan dan penyaluran unsur hara dan meningkatkan kualitas bahan unsur hara dari akar kedaun. Disamping itu juga dapat meningkatkan kualitas pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman seperti perkecambahan dan pembungaan dan pembentukan buah dan proses pematangan buah. Aplikasi cendawan dekomposer ramah lingkungan dan tidak mengakibatkan residu pada lingkungan (Harizamry , 2008).

Trichoderma spp Jamur berperan sebagai organisme pengurai, dapat pula

berfungsi sebagai agensia hayati dan stimulator pertumbuhan tanaman. jamur Trichoderma dalam media aplikatif seperti dedak dapat diberikan ke areal

pertanaman dan berlaku sebagai biodekomposer, mendekomposisi limbah organik (rontokan dedaunan dan ranting tua) menjadi kompos yang bermutu.

Jamur Pelapuk Putih (JPP) merupakan mikroorganisme dari kelas Basidiomycetes yang mampu mendegradasi lignin dan selulosa pada proses delignifikasi. Degradasi lignin melibatkan aktivitas enzim lignolitik yang dihasilkan oleh JPP yaitu Lignin Peroksidase (LiP), Manganese Peroksidase (MnP) dan Lakase.

Rhizopus sp merupakan cendawan yang mudah tumbuh dalam tanah, buah dan sayuran serta produk olahan terfermentasi, Beberapa penelitian mengenai Rhizopus sp membuka peluang pemanfaatan Rhizopus sp untuk fungsi-fungsi lain.

Kapang Rhizopus sp dapat menekan pertumbuhan kapang toksigenik Aspergillus

(17)

5

flavus dan mendegradasi aflatoksin. Rhizopus sp juga dapat menghasilkan

senyawa yang dapat menghambat bakteri patogen dan berfungsi sebagai antioksidan. Rhizopus sp menyerap beberapa unsur mineral dan mengubahnya menjadi mineral organik sehingga dapat meningkatkan penyerapan mineral di dalam tubuh dengan lebih baik. Pemanfaatan bahan pakan hasil fermentasi oleh Rhizopus sp pada ternak memperlihatkan hasil yang lebih baik dibandingkan

dengan tanpa fermentasi

Proses fermentasi yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Permentasi merupakan penguraian bahan organik yang dilakukan dalam kondisi tertentu oleh mikroorganisme tertentu. Kondisi lingkungan yang mendukung proses fermentasi antara laim adalah (1) derajat keasaman PH rendah, antara3-4;

(2) kadar garam dan kandungan gula yang tinggi; (3) kadar air sedang antara 30- 40%; (4) adanya mikroorganisme fermentasi (Harizamry, 2008).

Teknologi efektifitas mikroorganisme adalah suatu kultur campuran berbagai mikroorganisme yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman.

Pengaplikasian cendawan dekomposer pada blotong dapat meningkatkan keragaman dan populasi orgnisme dalam tanah. Cendawan dekomposer mengandung dekomposisi bakteri yang telah dimodifikasi, melainkan campuran berbagai spesies mikroba yang terdapat dalam lingkungan alami. Cendawan dekomposer dapat diaplikasikan dengan sampah maupun limbah yang dapat dikembalikan kedalam tanah dalam bentuk pupuk organik untuk meningkatkan kualitas tanah. Cendawan dekomposer bertindak sebagai pengendali secara biologis dengan cara menghambat efek fitofatogenik mikroorganisme tanah dan menfasilitasi dekomposisi senyawa beracun dalam tanah. Teknologi fermentasi ini

(18)

6

dapat digunakan untuk meningkatkakan keanekaragaman biologi tanah, meningkatkan kualitas air, mengurangi kontaminasi tanah dan merangsang pertumbuhan tanaman yang semua itu berarti meningkatkan hasil ( Harizamry , 2008).

Mikroorganisme yang berperan dalam dekomposisi bahan organik diantaranya bakteri, cendawan, dan aktinomicetes. Cendawan diduga merupakan perombak bahan organik yang mempunyai kemampuan lebih baik dibandingkan bakteri pada kondisi lingkungan yang baik bagi pertumbuhan fungi, seperti pH rendah. Hal ini didukung oleh mikroorganisme yang mendapatkan nutrisinya melalui penyerapan (absorption), sehingga fungi terspesialisasi sebagai pengurai.

Fungi pengurai menyerap zat-zat makanan dari bahan organik yang sudah mati, seperti pohon yang sudah tumbang, bangkai hewan, atau buangan organisme hidup(Endang , 2005).

Setiap bahan yang berfungsi meningkatkan aktivitas mikroorganisme dalam proses dekomposisi disebut activator.Aktivator organik merupakan bahan yang mengandung nitrogen dalam jumlah banyak dan bermacam-macam bentuk termasuk protein asam amino dan urea. Beberapa contoh aktivator alami adalah fungi yang dikumpulkan dari kompos matang. Kotoran ternak, darah kering, beberapa jenis sampah,tanah yang kaya humus, bahan kimia sintetis seperti amonium sulfat, sodiumnitrat, urea, amoniak dikenal sebagai aktivator buatan (Susanto, 2002).

Peguraian bahan organik akan terjadi pada kondisi anaerob (kelangkaan oksigen). Pertama kali, bakteri fakultatif penghasil asammenguraikan bahan organik menjadi asam lemak, aldehida, dll;kemudian bakteri kelompok lain

(19)

7

mengubah asam lemak menjadimetana, amoniak,CO2, dan hidrogen. Dengan demikian oksigen juga diperlukan untuk proses dekomposisi anaerob tetapi sumbernya senyawa kimia yang tidak terlarut oleh oksigen (Susanto,2002).

2.2 Beberapa keuntung an pengaplikasian cendawan dekomposer

1. Mempercepat penguraian limbah atau sampah organik baik cair maupun padat sekaligus menghilangkan bau yang ditimbulkan dari proses penguraian bahan organik;

2. Meningkatkan ketersediaan nutrisi dan senyawa organik pada tanaman;

3. Meningkatkan aktivitas mikroorganisme indegenus yang menguntungkan, misalnya Tricoderma ,Rhizopus dan pelapuk putih;

4. Mengikat Nitrogen

5. Mengurangi kebutuhan pupuk dan pestisida kimia;

6. Menekan pertumbuhan mikroorganisme indegenus yang selalu merupakan masalah pada budidaya monokultur dan budidaya tanamnan sejenis secara terus menerus (continus cropping). Cendawan dekomposer merupakan alternatif dalam alami dalam proses dekomposisi bahan organik.

7. Menghilangkan proses pada tanah dasar tambak dan gas-gas beracun yang timbul akibat akumulasi sisa-sisa bahan pakan kandang/ikan melalui fermentasi. Hasil fermentasi bahan organik tanah dapat menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbu han jamur pemangsa nematoda (cacing) parasit, sehingga dapat menurunkan populasi cacing parasit tanaman didalam tanah (Harizamry 2008).

(20)

8

2.3 Blotong

Blotong merupakan limbah pabrik gulayang bersifat padat dan hangat.

Manfaat blotong belum dimanfaatkan secara maksimal, ini terbukti pada pabrik gula hanya dibuang dan penduduk dipersilahkan mengmabil secara bebas.

Masyarakat menggunakan blotong sebagai bahan timbunan atau pemanfaatan blotong untuk tanah atau pupuk tanaman . Satu truk blotong dihargai 100.000,00 Harga ini hanya biaya angkut dan menaikkan blotong , sedangkan untuk blotong sendiri hanya tidak ada nilai jualnya, sehingga blotong belum memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga masyarakat tidak tertarik untuk memanfaatkannya (Risvan, 2009).

Kompos blotong yang dihasilkan dapat dimanfaatkan kembali untuk perkebunan tebu. Kompos ini dapat memperbaiki fisik tanah di areal perkebunan tebu, khususnya meningkatkan kapasitas menahan air, menurunkan laju pencucian hara, memperbaiki drainase tanah, dan menetralisir pengaruh Aldd sehingga ketersediaan P dalam tanah lebih tersedia. Selain itu pemberian ke tanaman tebu sebanyak 100 ton blotong atau komposnya per hektar dapat meningkatkan bobot dan rendemen tebu secara signifikan (Nahdodin et al., 2008).

Bahan dan sumber limbah organik yang dapat digunakan dalam pembuatan dekomposisi penguraian antara lain blotong dan limbah sampah lain yang berasal dari pembuangan pabrik maupun limbah kota biasanya dikumpulkan dari paar-pasar atau limbah rumah tangga. Berbagai bahan organik tersebut dapat dijadikan bahan dekomposisi yang sederhana maupun dengan penambahan dekomposisi mikroba perombak (Setyoroni et al, 2006).

(21)

9

Adanya pemanfaatan blotong ini diharapkan mampu membantu mengatasi masalah kelangkaan pupuk kimia dan sekaligus mengatasi masalah pencemaran lingkungan sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu langkah awal menuju zero waste industry dalam industri gula. Seorang peneliti pupuk mengungkapkan

bahwa terdapat beberapa mikroba dalam pupuk ini, yaitu Celulotic bacteria, Pseudomonas, Bacyllus, dan Lactobacyllus. Bakteri tersebut ada yang berfungsi

melarutkan fosfat. Seperti diketahui, fosfat jika dipakai untuk pupuk harus dalam keadaan terlarut, dan yang melarutkan itu mikroba. Pupuk organik ini mampu memperbaiki tekstur dan mampu menyehatkan tanah kritis akibat pupuk kimia (anorganik).

Pemberian kompos yang berasal dari limbah industri gula ini telah dicoba pada tanaman tebu di berbagai wilayah pabrik gula di Indonesia. Secara umum kompos dapat meningkatkan produktivitas tebu. Pemberian kompos blotong dan kompos ampas pada lahan tebu di pabrik gula Cintamanis Palembang, masing- masing dengan takaran 30 ton/ha mampu meningkatkan bobot tebu. Bobot tebu yang diberikan pupuk kompos ini pada tanaman pertama, berturut-turut lebih tinggi 26,5 dan 8,1 ton/ha dibandingkan dengan kontrol (Wargani et al.,2006)

2.4 Proses penguraian/ Dekomposisi Blotong

Pada dasarnya pembuatan kompos cukup sederhana (berbeda dengan pengelolaan limbah cair), dengan menumpuk bahan-bahan organik maka bahan- bahan tersebut akan menjadi kompos dengan sendirinya, namun proses tersebut akan berlangsung lama. Mengingat adanya perubahan-perubahan yang terjadi saat pembentukan kompos maka pembentukan kompos dapat lebih dipercepat,

(22)

10

tentunya dengan memperhatik an beberapa faktor yang mempengaruhi seperti bahan baku, suhu, nitrogen, dan kelembaban (Deptan, 2007).

Pengomposan adalah dekomposisi dengan menggunakan aktivitas mikroba; oleh karena itu kecepatan dekomposisi dan kualitas kompos tergantung pada keadaan dan jenis mikroba yang aktif selama proses pengomposan. Kondisi optimum bagi aktivitas mikroba perlu diperhatikan selama proses pengomposan, misalnya aerasi, kelembaban, media tumbuh dan sumber makanan bagi mikroba.

Pembalikan tumpukan kompos dilakukan dua minggu sekali. Hal ini dimaksudkan untuk membantu memperlancar sirkulasi udara ke bagian tengah kompos, sehingga dapat mempercepat pertumbuhan mikroorganisme selulolitik. Setiap dua minggu dengan menganalisa nisbah C/N dan pH sampai diperoleh nisbah C/N sekitar 12-20 dan pH mendekati netral. Proses pengomposan harus dikontrol oleh suhu dan kelembaban yang tepat.

Blotong harus dikomposkan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai pupuk organik tanaman tebu. Pengomposan merupakan suatu metode untuk mengkonversikan bahan-bahan organik komplek menjadi bahan yang lebih sederhana dengan menggunakan aktivitas mikroba. Pengomposan dapat dilakukan pada kondisi aerobik dan anaerobik.

Menurut Graves et al. 2007 mengemukakan nilai kandungan C organik mendekati batas minimum nilai C organik yang rendah menunjukkan mikroorganisme yang bekerja lebih banyak. Penambahan aktivator, menyebabkan proses dekomposisi bahan organik berjalan cepat, sehingga terjadi penurunan kadar karbon dengan baik.

(23)

11

2.5 Kandungan Limbah Blotong

Pada dasarnya, pemberian bahan organik ke dalam tanah akan berpengaruh pada sifat fisik, biologi, dan kimia tanah. Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah diantaranya merangsang granulasi, memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan kemampuan menahan air. Peran bahan organik terhadap sifat biologi tanah adalah meningkatkan aktivitas mikrorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu seperti N, P, K, dan C. Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga dapat mempengaruhi serapan hara oleh tanaman (Gaur, 2005).

Berikut adalah komposisi kandungan hara yang terdapat dalam blotong yang telah mengalami proses pengomposan :

Tabel 1. Komposisi Kandungan Hara Pupuk Blotong

Kandungan Nlai

Kada Air (%) 8,5

Ph 8,53

C organik (%) 1,82

N total (%) 0,35

P2O5 (%) 7,04

K2O (%) 7,71

S (%) 2,4

Ca (%) 4,49

Mg (%) 0,66

Fe (%) 1,01

Mn (%) 0,14

Cu (%) 0,010

Zn (%) 0,034

Sumber : Hamawi Madukismo

(24)

12

III. METODOLOGI

3.1 Waktu Dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-November 2017 bertempat di Kebun percobaan, Labotorium tanah jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan dan Labotorium kimia dan nutrisi Jurusan Budidaya Perikanan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

3.2 Alat Dan Bahan

Alat yang digunakan dalam pengamatan ini; parang, ember, gestor, distIlation, buret, timbangan analitik, open, kamera, buku.

Bahan yang digunakan dalam pengamatan ini; Blotong, cendawan, dedak, gula pasir, air, asom sulfat, dioksida, hidrokoild/klorid, asam klorida, borit asit, mix medikator, lebel, kertas amlok.

3.3 Metode Percobaan

Metode dalam percobaan ini menggunakan metode observasi terhadap kualitas hasil bokasi dari bahan blotong melalui proses dekomposisi dari perlakuan jenis cendawan dekomposer. Jenis cendawan dekomposer yang digunakan dalam perlakuan ini terdiri atas tiga, yaitu Tricoderma (T), Pelapuk putih (P), Rhizopus (R).

(25)

13

3.4 Pelaksanaan Percobaan

1. Pembuatan kompos bokasi

1. Bokasi blotong ditumbuk sampai halus lalu dimasukkan di dalam ember jeraminya 1 gram.

2. Dimasukkan 3 gelas dedak kedalam ember terus diaduk-aduk rata, masukkan satu sendok gula pasir.

3. Masukkan 2 gelas cendawan kedalam ember dan aduk merata, lalu dimasukkan kedalam ember masing-masing 4 ember dan simpan pada tempat yang lembab.

2. Analisa kandungan hara NPKC 1. Tahap pertama Digastor

1. Haluskan sampel tanah dan ayak dengan nomor 0,5 mm.

2. Timbang 1 gram tanah dan masukkan tabung destruksi, buat larutan blangko.

3. Tambahkan 1 gram katalis mixer dan sedikit akuades serta aduk.

4. Tambahkan 8 mili asam sulfat pekat dan mix yang diaduk.

5. Tempatkan tabung keatas pemanas dan panaskan hingg cair jernih atau bening.

6. Dinginkan cairan dan tambahkan 30 mili akuades.

2. Tahap kedua Distilasi

1. Pipet 25 mil asam borat kedalam elemeyer 223 mil tambahakan 2/3 indikator mix.

2. Tambahkan 55 mil NAOH 25% pada tabung digestion dan distilasi selama 7 menit atau volume cairan mencapai 75 mil.

3. Titrasi hasil distilasi hingga berwarna pink dengan ACL 0,1 ml.

(26)

14

3. Analisa ukuran partikel bokasi Blotong

Menganbil cendawan lalu di timbang serta di masukkan kedalam amplop dan di open selama 2x24 jam = 48 jam dengan suhu 102°C, setelah di open cendawan yang didalam amplop di lakuakn penimbangan setelah ayakan dengan ukuran yang berbeda-beda.

3.5 Parameter pengamatan

Parameter yang diamatati adalah:

1. Kandungan unsur hara bokasi Nitrogen(N) , Phosfor(P) , Kalium(K) C/N.

2. Analisa ukuran fisik bokasi fraksi kasar kasar sedang dan halus.

3. Analisa berat kering bokasi.

Referensi

Dokumen terkait

photos: Students do service learning by collecting information about the conditions faced by poor children (their habits, mindset, etc.) through the community service

Analisis SWOT menunjukkan bahwa strategi yang digunakan pengembangan kambing potong melalui kelompok peternak di Kabupaten Serdang Bedagai antara lain: peningkatan

Untuk menilai kelayakan suatu regresi adalah dengan melihat nilaigoodness of fit test yang diukur dengan nilai chi square pada bagian bawah uji Hosmer dan

Dalam hal ini mengenai kelengkapan dalam memenuhi Peta WIUP (Wilayah Izin Usaha Pertambangan) yang dilengkapi oleh batas koordinat geografis lintang dan bujur sesuai

IPA sebagai aplikasi yakni dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Metode yang digunakan saat menggunakan media yang dikembangkan yaitu metode diskusi. Sedangkan

Untuk mengetahui apakah varibel bebas travel motivation dan electronic word of mouth secara simultan atau bersama – sama memiliki pengaruh yang signifikan

Maksud diterbitkannya Peraturan Bupati ini adalah sebagai pedoman dalam rangka mengelola, menyimpan, melindungi, penyelamatan dan pemulihan arsip vital dari

Awalnya masyarakat tersebut adalah pekerja Perum Perhutani, namun setelah Perum Perhutani habis masa kontraknya di Kabupaten Sumbawa, mereka tetap bertahan di