• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI BEBERAPA KOMODITAS PADA ALAT PENGEPRES MINYAK SEMI MEKANIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UJI BEBERAPA KOMODITAS PADA ALAT PENGEPRES MINYAK SEMI MEKANIS"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

UJI BEBERAPA KOMODITAS PADA ALAT PENGEPRES MINYAK SEMI MEKANIS

SKRIPSI

OLEH :

WINDA SAVITRI RITONGA 120308017

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2016

(2)

UJI BEBERAPA KOMODITAS PADA ALAT PENGEPRES MINYAK SEMI MEKANIS

SKRIPSI

OLEH :

WINDA SAVITRI RITONGA 120308017/KETEKNIKAN PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh:

Komisi Pembimbing

(Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si) (Achwil Putra Munir, STP, M.Si)

Ketua Anggota

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

ABSTRAK

WINDA SAVITRI RITONGA: Uji beberapa komoditas pada alat pengepres minyak semi mekanis, dibimbing oleh SAIPUL BAHRI DAULAY dan ACHWIL PUTRA MUNIR.

Minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Minyak nabati terdapat dalam buah-buahan, kacang-kacangan, biji-bijian, akar tanaman dan sayur-sayuran. Pengambilan minyak dengan menggunakan screw press biasanya dilakukan pada biji-bijian yang berkadar minyak lebih dari 20%. Dalam penelitian ini digunakan berbagai jenis komoditas sebagai bahan bakunya antara lain biji kacang tanah, biji kemiri dan biji wijen.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji kapasitas efektif alat, kadar air dan rendemen minyak yang dihasilkan dari alat pengepres minyak semi mekanis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan komoditas berpengaruh terhadap kapasitas efektif alat dan rendemen minyak yang dihasilkan. Perlakuan terbaik dari penelitian ini adalah perlakuan pada komoditas biji kacang tanah yang menghasilkan kapasitas efektif alat 3,76 Kg/jam, kadar air minyak 1,89 % dan rendemen minyak 25,78%.

Kata kunci: Pengepresan, alat pengepres minyak semi mekanis, minyak dari biji-bijian

ABSTRACT

WINDA SAVITRI RITONGA: Test of several commodities in semi mechanical oil press, guided by SAIPUL BAHRI DAULAY and ACHWIL PUTRA MUNIR.

Oil is a food substance that is essential for maintaining the health of human body. Vegetable oils found in fruits, nuts, grains, root crops and vegetables. Extracting the oil using a screw press is usually done on grain oil content of more than 20%. This study used several of commodities as raw materials i.e peanut kernels, candlenut and sesame seeds. This study was aimed to test the effective capacity of the appliance, moisture content and yield of oil produced from the semi mechanical oil press.

The results showed that differences in commodities affected the effective capacity of appliance and the yield of the oil produced. The best treatment of this research was in peanut seeds that had effective capacity of 3.76 Kg / hour, water content of 1,89 and oil yield of 25.78%.

Keywords: Pressing, semi mechanical oil press, grain oils

(4)

RIWAYAT HIDUP

Winda Savitri Ritonga, dilahirkan di Padang Sidempuan pada tanggal 30 Maret 1994 dari Ayahanda Darwin Ritonga BBA dan Ibunda Saimah Lubis.

Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 6 Medan pada tahun 2012 dan diterima di Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2012.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Badan

Pengurus Harian (BPH) Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA) FP-USU. Selain itu, penulis juga pernah menjadi Asisten Praktikum Sistem

Informasi, Asisten Praktikum Penerapan Komputer, Asisten Praktikum Statistika Industri, Asisten Praktikum Menggambar Teknik.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di di PT PP London Sumatra Indonesia, Tbk Begerpang Palm Oil Mill Tanjung Morawa- Sumatera Utara pada bulan Juli 2015.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Uji Beberapa Komoditas Pada Alat Pengepres Minyak Semi Mekanis”

yang merupakan salah satu syarat untuk dapat melaksanakan seminar hasil penelitian di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si selaku ketua komisi pembimbing serta kepada Bapak Achwil Putra Munir, STP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak membimbing dan memberikan berbagai masukan, saran dan kritik yang bermanfaat bagi penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan pada masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Oktober 2016

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Tanaman Kacang Tanah ... 5

Botani dan Morfologi Tanaman Kacang Tanah ... 5

Potensi dan Prospek Produksi Kacang Tanah ... 7

Minyak Kacang Tanah ... 8

Tanaman Kemiri... 9

Botani dan Morfologi Tanaman Kemiri ... 9

Potensi dan Prospek Produksi Kemiri ... 10

Minyak Kemiri ... 11

Tanaman Wijen ... 12

Botani dan Morfologi Tanaman Wijen ... 12

Potensi dan Prospek Produksi Wijen ... 14

Minyak Wijen ... 15

Minyak Nabati ... 16

Teknologi Pengolahan Minyak ... 18

Alat Pengepres Minyak Tipe Screw Press ... 19

Pemisahan Campuran Suspensi... 21

Parameter Penelitian... 22

Kapasitas Efektif Alat ... 22

Kadar Air ... 23

Rendemen Minyak ... 23

METODOLOGI PENELITIAN ... 24

Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

Bahan dan Alat Penelitian ... 24

Metode Penelitian... 24

Persiapan Bahan ... 25

Prosedur Penelitian ... 26

Analisis Parameter ... 26

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

Alat Pengepres Minyak Semi Mekanis ... 28

Kapasitas Efektif Alat ... 29

Kadar Air ... 31

(7)

KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

Kesimpulan ... 37

Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38

(8)

DAFTAR TABEL

1. Kandungan gizi per 100 gram kacang tanah ... 6

2. Kandungan gizi per 100 gram daging biji kemiri ... 10

3. Kandungan dan komposisi gizi dalam tiap 100 gram biji wijen ... 14

4. Data pengaruh beberapa jenis komoditas ... 28

5. Uji DMRT pengaruh komoditas yang berbeda terhadap kapasitas efektif alat ... 29

6. Persentase kadar air pada minyak dan biji dari beberapa jenis komoditas .... 31

7. Uji DMRT pengaruh komoditas yang berbeda terhadap rendemen minyak sebelum sentrifugasi (R1) ... 34

8. Uji DMRT pengaruh komoditas yang berbeda terhadap rendemen minyak setelah sentrifugasi (R2) ... 34

9. Kadar minyak pada biji ... 35

(9)

DAFTAR GAMBAR

1. Skema cara memperoleh minyak dengan pengepresan ... 19 2. Hubungan antara pengaruh komoditas yang berbeda terhadap kapasitas

efektif alat ... 30 3. Hubungan antara pengaruh komoditas yang berbeda terhadap persentase

kadar air pada minyak dan biji ... 32 4. Hubungan antara pengaruh komoditas yang berbeda terhadaprendemen

minyak sebelum sentrifugasi (R1) dan setelah sentrifugasi (R2) ... 35

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Flow chart pelaksanaan penelitian ... 40

2. Perhitungan parameter ... 41

3. Data pengamatan kapasitas efektif alat dan data analisis sidik ragam kapasitas alat ... 49

4. Data pengamatan kadar air dan data analisis sidik ragam kadar air ... 50

5. Data pengamatan rendemen minyak dan data analisis sidik ragam rendemen minyak ... 51

6. Gambar proses pengempaan minyak ... 52

7. Alat pengepres minyak semi mekanis ... 56

8. Gambar teknik alat pengepres minyak semi mekanis ... 57

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sektor yang paling penting dalam pembangunan ekonomi suatu daerah, karena masih banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya di sektor pertanian. Oleh karena itu, untuk meningkatkan ekonomi masyarakat yang menggantungkan hidupnya di sektor pertanian maka produksi pertanian harus ditingkatkan. Untuk meningkatkan produksi pertanian, proses produksi yang meliputi prapanen sampai pascapanen memerlukan dukungan berbagai sarana dan prasarana yang efektif, diantaranya adalah dukungan alat dan mesin pertanian untuk meningkatkan daya kerja manusia dalam proses pengolahan hasil pertanian.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) mendorong manusia untuk berpikir menciptakan suatu peralatan yang lebih efisien dan praktis serta dapat membantu bahkan menggantikan tenaga manusia. Sektor pertanian merupakan sektor yang paling penting dalam pembangunan ekonomi suatu daerah.

Minyak merupakan salah satu yang dihasilkan oleh sektor pertanian yang memiliki prospek yang cukup baik dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di masyarakat. Kebutuhan minyak setiap tahun akan meningkat karena manfaat minyak yang cukup banyak. Disamping kegunaannya sebagai bahan pangan, lemak dan minyak berfungsi sebagai bahan pembuat sabun, bahan pelumas, dan sebagai obat-obatan. Minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Selain itu minyak juga merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan karbohidrat dan protein. Satu gram minyak

(12)

dapat menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 kkal/gram. Minyak, khususnya minyak nabati, mengandung asam-asam lemak esensial seperti asam linoleat, lenolenat, dan arakidonat yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol.

Minyak juga berfungsi sebagai sumber dan pelarut bagi vitamin-vitamin A, D, E dan K.

Berdasarkan sumbernya, minyak dibagi menjadi 2 macam, yaitu minyak bumi (mineral oils atau petroleum) dan minyak dari makhluk hidup (lipida atau lipids). Adapun minyak dari makhluk hidup terbagi lagi menjadi minyak nabati (vegetable oils) dan minyak hewani (animal oils). Minyak nabati adalah senyawa minyak yang diperoleh melalui proses ektraksi, digunakan dalam makanan dan untuk memasak. Minyak nabati mempunyai fungsi sebagai bahan makanan, bahan baku industri serta bahan bakar atau campuran bahan bakar. Minyak nabati terdapat dalam buah-buahan, kacang-kacangan, biji-bijian, akar tanaman dan sayur-sayuran.

Proses ekstraksi minyak nabati dari bahan bakunya dapat dilakukan dengan metode kering maupun metode basah. Untuk menghasilkan minyak dari bahan-bahan tersebut perlu adanya perlakuan. Ada tiga metode perlakuan untuk memperoleh minyak dari suatu bahan, yaitu metode rendering, pengepresan mekanis dan metode ekstraksi. Pengepresan mekanis terbagi atas dua cara yaitu pengepresan hidraulik dan pengpresan berulir.

Karena kebutuhan minyak nabati yang terus meningkat, maka perlu dilakukan peroses pengambilan minyak. Pengambilan minyak dengan menggunakan screw press biasanya dilakukan pada biji-bijian yang berkadar

(13)

minyak lebih dari 20%. Pada penelitian ini digunakan biji kacang tanah, biji kemiri dan biji wijen yang memiliki kadar minyak lebih dari 20% sebagai bahan

bakunya. Dalam penelitian ini digunakan metode pengepresan berulir (screw press) yang menggunakan alat pengepres minyak semi mekanis yang

dirancang oleh Niko Pakpahan.

Pengambilan minyak dengan menggunakan alat pengepres minyak semi mekanis ini perlu dilakukan perlakuan sebelumnya, karena alat ini tidak dilengkapi pemanas. Sehingga sebelum melakukan pengepresan maka bahan yang digunakan perlu diovenkan terlebih dahulu dengan suhu dan waktu tertentu.

Dalam penelitian ini diduga adanya pengaruh berbagai komoditas terhadap minyak yang dihasilkan dengan alat pengepres minyak semi mekanis. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian terhadap kapasitas efektif alat, kadar air dan rendemen minyak yang dihasilkan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung kapasitas efektif alat dan menguji kualitas minyak yang dihasilkan dari alat pengepres minyak terhadap beberapa komoditas.

Hipotesis Penelitian

1. Diduga ada pengaruh komoditas yang berbeda terhadap kapasitas alat.

2. Diduga ada pengaruh komoditas yang berbeda terhadap kadar air.

3. Diduga ada pengaruh komoditas yang berbeda terhadap rendemen.

(14)

Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis, sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai alat pengepres minyak.

3. Bagi masyarakat, sebagai sumber informasi bagi yang membutuhkan.

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Kacang Tanah

Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman polong-polongan asli benua Amerika yang tepatnya di Brazilia. Tanaman ini diperkirakan masuk ke Indonesia antara tahun 1521 – 1529 karena dibawa oleh pedagang-pedagang Spanyol, Cina ataupun Portugis sewaktu melakukan pelayaran ke Maluku Selatan, namun penanaman kacang tanah di Indonesia baru diberitakan pada permulaan abad ke-18 dengan dua varietas yang berbeda. Setelah terjadi persilangan alami antara dua varietas itu maka dihasilkan varietas kacang tanah yang terkenal yaitu kacang brul dengan umur 3 – 4 bulan dan kacang cina dengan umur 6 – 8 bulan (Aak, 1989).

Botani dan Morfologi Tanaman Kacang Tanah

Kacang tanah merupakan tanaman palawija yang tergolong dalam famili Leguminoceae. Berikut adalah klasifikasi tanaman kacang tanah menurut Carolina (2008) :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Class : Dicotiledoneae Ordo : Rosales

Familia : Leguminoceae Genus : Arachis

Spesies : Arachis hypogaea L.

(16)

Biji kacang tanah berbentuk bulat lonjong yang berukuran besar, sedang dan kecil. Biji kacang tanah terdapat dalam polong dan didalam setiap polongnya terdapat 1-3 butir biji kacang tanah tergantung varietasnya. Warna biji kacang tanah ada bermacam-macam yaitu putih, merah kesumba dan ungu. Varietas kacang tanah ada beberapa macam yaitu varietas gajah, varietas banteng, varietas macan dan kijang (Departemen Pertanian, 1986).

Suhu tanah yang optimum untuk pertumbuhan kacang tanah adalah 20-30oC, sedangkan suhu udara yang optimum adalah 24-27oC. Tanaman kacang

tanah dapat tumbuh baik pada ketinggian 0-500 meter diatas permukaan laut, tanah gembur dengan pH 6-6,5. Tanaman kacang tanah menghendaki keadaan iklim yang panas tetapi sedikit lembab rata-rata 75% dan curah hujan sekitar 300-500 mm/tahun (Adisarwoto, 2000).

Kacang tanah memiliki sistem perakaran tunggang yang mempunyai akar- akar cabang yang bersifat sementara. Tanaman kacang mempunyai daun majemuk bersirip genap dan setiap helainya terdiri dari empat helai anak daun. Tanaman kacang tanah mulai berbunga kira-kira pada umur 4-6 minggu setelah tanam yang akan muncul dari ketiak daun dan bunga berwarna oranye. Biji kacang tanah berbentuk polong dan setiap polong berisi 1-3 biji (Aak,1989).

Tabel 1. Kandungan gizi per 100 gram kacang tanah

Komposisi Jumlah (%)

Kadar air 4,6 – 6,0

Protein kasar 25,0 – 30,0

Lemak 46,0 – 52,0

Serat kasar 2,8 – 3,0

Ekstrak tanpa N 10,0 – 13,0

Abu 2,5 – 3,0

Sumber: Bailey, A. E (1950). Dalam Ketaren (1986).

(17)

Potensi dan Prospek Produksi Kacang Tanah

Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L) termasuk tanaman polong- polongan atau legium kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman palawija jenis leguminoceae yang memiliki kandungan gizi cukup tinggi antara lain protein, karbohidrat dan minyak.

Sekarang pemanfaatan kacang tanah makin luas dari minyak nabati hingga selai.

Kandungan minyak yang terdapat di dalam kacang tanah cukup tinggi dan merupakan minyak nabati yang bebas kolesterol (Andaka, 2009).

Kacang tanah adalah tanaman perdagangan penting bagi petani dari daerah tropis kering dan semi-kering, di mana sebagian besar budidaya kacang tanah terkonsentrasi. Semua bagian dari tanaman ini bermanfaat tetapi yang paling dimanfaatkan adalah bijinya untuk diekstraksi menjadi minyak, dimakan langsung/rebus/panggang, ataupun diolah menjadi beberapa produk olahan pangan seperti, tepung, kue dan mentega. Minyak kacang tanah yang berkualitas rendah digunakan untuk membuat sabun, deterjen, kosmetik, cat, lilin dan pelumas. Selain bijinya, batang tanamannya merupakan pakan yang bergizi bagi ternak. Hasil lainnya seperti kulit kacang bermanfaat sebagai sumber bahan bakar, bahan untuk membuat papan partikel dan pakan ternak. Kacang tanah juga berkontribusi terhadap kesuburan tanah melalui fiksasi nitrogen. Meskipun kacang dikenal sebagai sumber utama lemak, juga merupakan sumber protein yang baik (25%), mikronutrien (mineral, antioksidan dan vitamin) dan metabolit sekunder (flavonoid, folicacid, tokoferol dan resveratrol) (Janila, et al., 2015).

(18)

Minyak Kacang Tanah

Hasil kacang tanah di Indonesia biasanya langsung dikonsumsi atau diperdagangkan, salah satu contoh kacang tanah yang digunakan sebagai minyak goreng. Biji kacang tanah dapat diolah dan diproses menjadi minyak goreng.

Setiap 100 kg kacang tanah dapat menghasilkan minyak antara 40-60 liter.

Pembuatan minyak goreng dari kacang tanah dapat dilakukan dengan cara sederhana dan cara modern. Cara sederhana dilakukan dengan penepungan, sedangkan cara modern kacang tanah bisa diolah langsung menjadi minyak goreng dengan alat pengepres (Aak, 1989).

Minyak kacang tanah mengandung 76-82% asam lemak tidak jenuh yang terdiri dari 40-45 persen asam oleat dan 30-35 persen asam linoleat. Minyak kacang tanah merupakan minyak yang lebih baik daripada minyak jagung, minyak biji kapas, minyak olive, minyak bunga matahari, untuk dijadikan salad dressing, dan disimpan di bawah suhu -11 derajat C. Minyak kacang tanah seperti juga minyak nabati lainnya merupakan salah satu kebutuhan manusia, yang dipergunakan baik sebagai bahan pangan (edible purpose) maupun bahan non pangan (non edible purpose). Sebagai bahan pangan minyak kacang tanah dipergunakan untuk minyak goreng, bahan dasar pembuatan margarin, mayonaise, salad dressing dan mentega putih (shortening), dan mempunyai keunggulan bila dibadingkan dengan minyak jenis lainnya, karena dipakai berulang-ulang untuk menggoreng bahan pangan. Sebagai bahan non pangan, minyak kacang tanah banyak digunakan dalam industri sabun, face cream, shaving cream, pencuci rambut dan bahan kosmetik lainnya (Ketaren, 1986).

(19)

Tanaman Kemiri

Tanaman kemiri (Aleuritus molucana) tersebar luas di daerah tropis dan subtropis, dari bagian timur Asia hingga hingga Fiji di Kepulauan Pasifik. Di Indonesia tanaman ini tersebar luas di seluruh wilayah nusantara. Dengan tersebarnya kemiri ini di seluruh daerah di Indonesia membuat kemiri ini mempunyai nama yang khusus di tiap-tiap daerah. Di Sumatera sendiri kemiri disebut kereh, kemili, kembiri, gambiri, dll. Di Jawa disebut midi, pidekan, miri atau muncang, sedangkan di Sulawesi disebut wiau, lana, boyau, bontalo, dll (Paimin, 1997).

Botani dan Morfologi Tanaman Kemiri

Kemiri (Aleurites moluccana) merupakan salah satu tanaman tahunan yang termasuk dalam famili Euporbiaceae (jarak-jarakan). Umur produktif tanaman mencapai 25-40 tahun. Ketinggian tanaman dapat mencapai 40 meter.

Daunnya selalu hijau sepanjang tahun dan menghasilkan buah kemiri yang merupakan bagian tanaman yang bernilai ekonomis. Daging buahnya kaku dan mengandung 1-2 biji yang diselimuti oleh kulit biji yang keras. Secara sistematis tanaman ini diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Class : Dicotiledoneae Ordo : Archichlamydae Familia : Euphorbiaceae Genus : Aleurites

(20)

Spesies : Aleurites muluccana, Willd.

(Sunanto, 1994).

Tabel 2. Kandungan gizi per 100 gram daging biji kemiri

Komponen gizi Jumlah terkandung

Air 636 kalori

Protein 19 g

Karbohidrat 8 g

Lemak 63 g

Kalsium 80 mg

Fosfor 200 mg

Besi 2 mg

Vitamin B 0,06 mg

Air 7 g

Sumber : Ketaren, 1986.

Potensi dan Prospek Produksi Kemiri

Tanaman kemiri merupakan tanaman industri, sebab produk yang dihasilkannya dapat dipakai untuk berbagai bahan baku industri. Kayunya yang ringan dapat digunakan untuk bahan pembuat perabot (peralatan) rumah tangga atau bahan industri lain seperti korek api dan kotak korek api. Batang kemiri juga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan bahan pulp (bahan pembuatan kertas). Kulit bijinya dapat dimanfaatkan untuk bahan obat nyamuk bakar atau arang untuk bahan bakar (Sunanto, 1994).

Biji buah kemiri banyak digunakan oleh masyarakat untuk bumbu masak.

Inti biji kemiri mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, sebab hampir semua jenis masakan khas Indonesia menggunakan kemiri. Biji buah kemiri juga dapat diambil minyaknya untuk berbagai keperluan bahan industri, misalnya untuk bahan cat, pernis, sabun, obat-obatan dan kosmetik. Ampas dari hasil pengolahan minyak dapat digunakan untuk pakan ternak dan pupuk tanaman sebab mengandung unsur NPK yang cukup tinggi (Sunanto, 1994).

(21)

Biji kemiri paling banyak digunakan sebagai bumbu penyedap masakan.

Daging biji kemiri memiliki kadar gizi dan energi yang sangat tinggi, terlebih kadar minyaknya. Biji kemiri juga bermanfaat sebagai obat tradisional. Biji kemiri sering dipakai sebagai obat gigi, demam, bisul dan bengkak sendi. Di daerah Sopeng (Sulawesi Selatan), biji kemiri juga digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan gula aren (Sunanto, 1994).

Minyak Kemiri

Bagian buah (biji) mengandung minyak sebesar 55-65 persen dan kadar minyak dalam tempurung sebesar 60 persen. Asam lemak yang terkandung dalam minyak terdiri dari 55 persen asam palmitat; 6,7 persen asam stearat; 10,5 persen oleat; 48,5 persen linoleat dan 28,5 persen linolenat. Minyak kemiri tidak dapat dicerna karena bersifat laksatif dan biasanya digunakan sebagai bahan dasar cat atau pernis, tinta cetak dan pembuatan sabun atau sebagai pengawet kayu (Ketaren, 1986).

Pengambilan minyak dari inti biji kemiri dapat dilakukan dengan cara dipres. Jika inti biji kemiri dipres dalam keadaan dingin, minyaknya akan berwarna kuning dengan aroma dan rasa yang menarik. Namun jika dipres dalam kondisi panas, minyaknya akan berwarna gelap dengan aroma dan rasa yang tidak menarik. Minyak kemiri ini sangat cepat mengering dan dapat dipakai sebagai pengganti bahan minyak cat (lijnolie) untuk melukis. Minyak kemiri juga dapat digunakan sebagai bahan dalam pembuatan sabun, kosmetika, dan lain-lain.

Sedangkan ampas inti bijinya (dari hasil pengepresan) atau yang disebut dengan bungkil dapat dipakai sebagai pupuk yang sangat baik karena mengandung sekitar 8,5% nitrogen dan lebih dari 4% asam fosfat (Sunanto,1994).

(22)

Tanaman Wijen

Wijen adalah salah satu tanaman tertua yang dibudidayakan di dunia dan termasuk dalam familia Pedaliacceae serta merupakan golongan cerealia (biji-bijian). Wijen diperkirakan berasal dari asia Tengah, tepatnya India, Afghanistan, Tajikistan, dan Cina daratan. Namun, ada sumber tertulis yang menyebutkan bahwa tanaman ini berasal dari Asia dan Afrika sekitar 3000 SM.

Produsen tersebar wijen di dunia diikuti oleh Birma, Sudan, Meksiko, Nigeria, Turki, Uganda, dan Ethiophia. Seiring perkembangannya, wijen kini sudah

merambah dan diproduksi di Amerika dan sebagian besar kawasan Asia (Handjani, dkk., 2006).

Di daerah asal tersebut, tanaman ini telah tumbuh dan berkembang di daerah savana dengan hasil produksi berupa biji dan minyak wijen. Biji wijen digunakan sebagai bahan pangan yang mengandung protein tinggi, disamping untuk bahan baku industri seperti farmasi, kosmetik dan obat-obatan. Sementara itu, minyaknya digunakan sebagai penambah rasa dalam masakan karena mengandung dua senyawa kimia, yaitu sesamin dan sesamol yang merupakan antioksidan. Biji dan minyak wijen secara tradisional, dimanfaatkan untuk mencegah beberapa penyakit (Handjani, dkk., 2006).

Botani dan Morfologi Tanaman Wijen

Kedudukan tanaman wijen dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae

(23)

Kelas : Dicotyledonae Ordo : Pdaliales Famili : Pedaliaceae Genus : Sesanum

Spesies : Sesamum indicum Linn.

(Rukmana, 1998).

Tanaman wijen merupakan tanaman semusim yang tumbuh tegak, berbau tajam, tidak kukuh dan mampu mencapai tinggi hingga 2 m. Tanaman wijen memiiki akar tunggal. Pada akar lateralnya, tumbuh akar rambut yang berjumlah cukup banyak. Batang tanaman wijen tumbuh tegak dan sedikit berkayu, berlekuk empat dan beralur, berbuku-buku dan berbulu halus, serta bercabang pada umumnya. Daun berwarna hijau, tunggal bergerigi dan sedikit berbulu. Susunan daunnya berselang-seling atau hampir berhadapan. Panjang daun berkisar antara 3–18 cm dengan lebar antara 1-8 cm, sedangkan tangkai daun berukuran panjang 1-5 cm (Handjani, dkk., 2006).

Bunga wijen muncul dari ketiak-ketiak daun, berjumlah 1-3 kuntum/ketiak, berwarna putih atau ungu. Buah wijen berbentuk polong. Ukuran polong, panjang 2,5 cm – 3,0 cm dengan berdiameter 0,5 cm – 1,0 cm, dan terdapat 4-8 kotak/polong sebagai tempat biji. Biji wijen berukuran kecil, pipih, dengan bagian pangkal agak meruncing dan ujungnya tumpul. Ukuran biji, panjang 3 mm – 4 mm dengan diameter 2,0 mm – 2,5 mm, berkulit tipis, dan mudah pecah. Warna biji wijen dibedakan dua macam, yaitu biji wijen putih dan hitam (Rukmana, 1998).

(24)

Tabel 3. Kandungan dan komposisi gizi dalam tiap 100 gram biji wijen Kandungan dan komposisi gizi Proporsi

Kalori 568,00

Protein (g) 19,30

Lemak (g) 51,10

Karbohidrat (g) 18,10

Kalsium (mg) 1,13

Fosfor (mg) 614,00

Zat besi (mg) 9,50

Vitamin B1 (mg) 0,93

Air (g) 5,80

Bagian yang dapat dimakan (%) 100,00

Sumber: Direktorat Gizi Depkes RI (1981). Dalam (Rukmana, 1998).

Potensi dan Prospek Produksi Wijen

Wijen merupakan komoditas pertanian yang mempunyai peluang agribisnis atau agroindustri yang sangat prospektif. Prospek ekonomi wijen cenderung makin baik dan cerah untuk dirancang sebagi komoditas perdagangan antarnegara di dunia. Produk wijen berupa biji bernilai ekonomi tinggi karena dapat dimanfaatkan untuk aneka industri, mulai dari industri besar sampai industri rumah tangga (home industry) pada pusat-pusat produksi berbgai daerah (wilayah). Pengembangan komoditas wijen diharapkan mampu memberi nilai tambah yang besar bagi petani dan bagi industri yang menggunakan bahan baku wijen. Kebutuhan produk wijen dunia cenderung meningkat, terutama berupa minyak wijen (Rukmana, 1998).

Produksi utama wijen adalah biji. Biji wijen dapat dikonsumsi sebagai bahan makanan dan diolah menjadi minyak wijen. Jenis wijen yang paling disukai konsumen untuk bahan baku industri makanan adalah wijen putih. Biji wijen merupakan sumber makanan bergizi dan minyak nabati non kolesterol yang berguna bagi kesehatan tubuh. Selain itu, biji wijen amat dibutuhkan untuk bahan

(25)

baku aneka industri, misalnya industri farmasi, kosmetika, pestisida, peralatan listrik dan lain-lain (Rukmana, 1998).

Pemanfaatan wijen secara umum adalah sebagai bahan makanan, pakan dan industri. Wijen dimanfaatkan sebagai pakan ternak, yang dapat memacu pertumbuhan dan proses penggemukan burung, kuda, sapi dan lain-lain. Bungkil wijen merupakan salah satu bahan pakan yang potensial sebagai penyusun ransum ternak. Bungkil wijen merupakan hasil samping pengolahan biji wijen yang diekstraksi minyaknya. Ekstraksi dapat dilakukan secara mekanis atau menggunakan solvent. Kedua cara tersebut akan menghasilkan bungkil dengan kandungan nutrien yang berbeda (Handjani, dkk., 2006).

Minyak Wijen

Biji wijen mengandung 40-63% minyak dan lemak 19-25% protein, sehingga biji wijen banyak diolah mejadi minyak yang mengandung sesamin dan sesamol, keduanya merupakan antioksidan yang ampuh. Minyak wijen memiliki sifat tidak berwarna, tidak berbau, dan tetap berbentuk csir meskipun dalam suhu rendah (memiliki titik beku yang sangat rendah). Ciri-ciri minyak wijen adalah sukar bereaksi dengan air, eher alkohol, asam mineral, serta bercampur dengan chloroform, bencin, dan asam glacial asetik. Minyak wijen yang berwarna gelap tidak baik untuk menggoreng, kecuali diencerkan terlebih dahulu dengan minyak campuran (Handjani, dkk., 2006).

Minyak wijen mengandung sesamin yang berguna untuk meningkatkan daya bunuh insektisida phyretrum. Minyak wijen merupakan minyak goreng yang dapat mempertahankan mutu (kualitas) makanan yang digoreng. Selain digunakan sebagai minyak goreng, minyak wijen juga digunakan untuk pencampur

(26)

margarine, minyak rambut, sabun, penerangan, pencampur, insektisida, dan minyak urut. Di India dan RRC, minyak wijen digunakan sebagai bahan baku industri obat-obatan (Rukmana, 1998).

Ada tiga macam proses pengolahan minyak wijen, yaitu dengan pengepresan dingin, pengepresan panas, dan penyangraian biji wijen. Perlakuan panas selama proses pengolahan minyak wijen akan mempengaruhi komposisi asam lemak dan juga senyawa fungsional dalam minyak wijen. Teknik pengepresan dingin dapat meningkatkan kualitas minyak wijen yang dihasilkan.

Minyak wijen yang dihasilkan dari proses pengepresan dingin ini dikenal dengan nama virgin sesame oil (VSO) (Handjani, dkk., 2010).

Minyak Nabati

Lemak dan minyak makanan dapat digunakan sebagai bahan penggoreng maupun produk-produk lain yang berasal dari lemak meminyak terutama dari kelompok gliserida. Berdasarkan sifat titik cair, dikenal 2 macam istilah dalam gliserida yaitu minyak dan lemak. Minyak adalah gliserida yang berbentuk cair sedangkan lemak berbentuk padat pada suhu kamar. Lemak atau minyak sering ditambahkan kepada makanan dalam bentuk “shortening” atau minyak goreng sebagai medium atau cara penghantar (transfer) panas selama penggorengan.

Disamping itu minyak ditambahkan pada makanan dengan tujuan untuk menambah cita rasa dan kesedapan dalam makanan (Winarno, dkk., 1980).

Minyak nabati adalah senyawa yang terbuat dari tumbuhan yang diperoleh melalui proses ekstraksi digunakan dalam makanan dan untuk memasak.

Beberapa minyak nabati yang dapat digunakan adalah minyak kelapa sawit paprika, jagung, zaitun, minyak lobak, kedelai, kemiri dan bunga matahari.

(27)

Berdasarkan kegunaannya, minyak nabati terbagi menjadi 2 golongan. Pertama minyak nabati yang dapat digunakan dalam industri makanan (edible oils) dan dikenal dengan nama minyak goreng meliputi minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak zaitun, minyak kedelai dan sebagainya. Kedua, minyak yang digunakan dalam industri bukan makanan (non edible oils) misalnya minyak kayu putih dan minyak jarak (Fatoni dan Mahandari, 2012).

Kerusakan minyak selama proses penggorengan akan mempengaruhi mutu dan nilai dari minyak dan bahan yang digoreng. Pada minyak yang rusak terjadi proses oksidasi, polimerisasi dan hidrolisis. Proses tersebut menghasilkan peroksida yang bersifat toksik dan asam lemak bebas yang sukar dicerna oleh tubuh (Ketaren, 1986).

Senyawa polimer yang dihasilkan akibat pemanasan yang berulang-ulang dapat menimbulkan gejala keracunan antara lain iritasi saluran pencernaan, pembengkaan organ tubuh, diare, kanker dan depresi pertumbuhan. Selain itu akan timbul rasa tengik akibat oksidasi yang pengaruhnya tidak diharapkan pada bahan pangan yang digoreng. Pengaruh tersebut antara lain mengakibatkan kerusakan gizi, tekstur dan cita rasa. Indikator kerusakan minyak antara lain adalah angka peroksida dan asam lemak bebas. Angka peroksida menunjukkan banyaknya kandungan peroksida di dalam minyak akibat proses oksidasi dan polimerisasi. Asam lemak bebas menunjukkan sejumlah asam lemak bebas yang dikandung oleh minyak yang rusak, terutama karena peristiwa oksidasi dan hidrolisis (Gunawan, dkk., 2003).

(28)

Teknologi Pengolahan Minyak

Pada pengolahan minyak dan lemak, pengerjaan yang dilakukan tergantung pada sifat alami minyak atau lemak tersebut juga tergantung dari hasil akhir yang dikehendaki. Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun cara ekstraksi ini bermacam-macam, yaiu rendering (dry rendering dan wet rendering), mechanical expression dan solvent extraction (Ketaren, 1986).

Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada semua cara rendering, penggunaan panas adalah suatu hal yang spesifik, yang bertujuan untuk menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau lemak yang terkandung di dalamnya. Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan air selama berlangsungnya proses tersebut. Dry rendering

adalah cara rendering tanpa penambahan air selama proses berlangsung (Ketaren, 1986).

Metode ekstraksi dengan cara pelarut efektif untuk jenis bahan dengan kandungan minyak yang rendah. Kelebihan metode ini adalah minyak yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik dan pelarut yang digunakan berulang kali.

Sedangkan kelemahannya adalah penggunaan pelarut yang mahal serta bentuk pengoperasian yang rumit (Arlene, 2013).

Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak terutama untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30-70 persen). Dua

(29)

cara yang umum dalam pengepresan mekanis, yaitu pengepresan hidraulik (hydraulic pressing) dan pengepresan berulir (expeller pressing). Pada pengepresan mekanis diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak atau lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup pembuatan serpih, perajangan dan penggilingan serta tempering atau pemasakan.

Banyaknya minyak atau lemak yang dapat diekstraksi tergantung dari lamanya pengepresan, tekanan yang dipergunakan, serta kandungan minyak dalam bahan asal. Tahap-tahap yang dilakukan dalam proses pemisahan minyak dengan cara pengepresan mekanis dapat dilihat pada gambar.

Gambar 1. Skema Cara Memperoleh Minyak Dengan Pengepresan (Ketaren, 1986).

Alat Pengepres Minyak Tipe Screw Press

Metode pengepresan berulir merupakan metode ekstraksi yang lebih maju dan telah diterapkan di industri pengolahan minyak. Cara ekstraksi ini sesuai untuk memisahkan minyak dari bahan yang kadar minyaknya di atas 10%. Prinsip operasinya adalah bahan rnendapat tekanan dari ulir yang berputar dan dengan sendirinya terdorong keluar. Minyak keluar melalui celah diantara ulir dan penutup yang dapat berupa pipa atau lempengan besi berongga yang mempunyai celah dengan ukuran tertentu sedangkan ampasnya keluar dari tempat yang lain.

(30)

Tipe alat pengepres berulir yang digunakan dapat berupa pengepres berulir tunggal (single screw press) atau pengepres berulir ganda (twin screw press) (Nurhayati, 2014).

Cara screw pressing memerlukan perlakuan pendahuluan yang terdiri dari proses pemasakan atau tempering. Proses pemasakan berlangsung pada temperatur 240°F dengan tekanan sekitar 15-20 ton/inch2. Kadar air minyak atau lemak yang dihasilkan berkisar sekitar 2,5-3,5 persen, sedangkan bungkil yang dihasilkan masih mengandung minyak sekitar 4-5 persen. Cara lain untuk mengestraksi minyak atau lemak adalah gabungan dari proses wet rendering dengan pengepresan secara mekanik atau dengan sentrifusi (Ketaren, 2008).

Ekstraksi minyak secara mekanis tipe ulir terdiri dari tahap perlakuan pendahuluan dan pengempaan. Perlakuan pendahuluan terdiri dari pembersihan bahan (cleaning), pemisahan kulit (dehulling), pengecilan ukuran (size reduction) dan pemasakan atau pemanasan (cooking). Pemasakan merupakan salah satu tahapan penting dalam ekstraksi minyak secara mekanis. Tujuan utama pemasakan adalah menggumpalkan protein dalam biji, sehingga butiran minyak mudah keluar dari biji. Selain itu pemasakan menyebabkan penurunan afinitas minyak dengan permukaan bahan, sehingga minyak diperoleh semaksimal mungkin pada waktu biji dikempa. Pemasakan tidak saja akan menaikkan suhu bahan tetapi juga mengatur kadar air bahan. Air yang terkandung didalam biji akan mempengaruhi rendemen dan mutu minyak hasil pengempaan. Biji yang mempunyai kadar air tinggi, akan menghasilkan minyak yang berkadar air tinggi dan mudah mengalami hidrolisa (Swern, 1982).

(31)

Menurut Heruhadi (2008), cara kerja alat ekstraksi biji tipe berulir (screw) ini adalah dengan menerapkan prinsip ulir dimana bahan yang akan dipress ditekan dengan menggunakan daya dorong dari ulir yang berputar. Bahan yang masuk ke dalam alat akan terdorong dengan sendirinya ke arah depan, kemudian bahan akan mendapatkan tekanan setelah berada di ujung alat. Semakin bahan menuju ke bagian ujung alat, tekanan yang dialami bahan akan menjadi semakin besar. Prinsip kerja mesin press dengan sistem ulir adalah tergantung waktu tinggal dan tekanan bahan yang akan diekstraksi. Waktu tinggal bahan akan dipengaruhi oleh jumlah putaran ulir, makin rendah jumlah putaran makin lama bahan tersebut berada dalam ruang pengepresan sehingga tekanan yang diterima bahan makin besar.

Pemisahan Campuran Suspensi

Campuran adalah zat yang terdiri dari dua jenis atau lebih. Campuran dapat berupa larutan, koloid atau suspensi. Suspensi adalah campuran kasar dan bersifat heterogen. Untuk memisahkan zat padat dari suspensi delakukan dengan 2 cara yaitu penyaringan dan pemusingan (sentrifugasi). Penyaringan dilakukan dengan kertas saring, berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Butiran-butiran partikel yang tertahan disebut residu, sedangkan zat cair hasil penyaringan disebut filtrat. Contohnya menyaring suspensi kapur dalam air. Cara yang kedua adalah pemusingan (sentrifugasi). Sentrifugasi termasuk aplikasi dari gaya sentrifugal yang membawa bahan untuk dipisahkan. Metoda sentrifugasi dapat memisahkan campuran dua larutan yang heterogen berdasarkan perbedaan berat jenisnya.

Pemusingan digunakan untuk memisahkan suspensi yang jumlahnya sedikit. Alat yang digunakan adalah alat sentrifugasi. Prinsip pemusingan adalah pemusingan

(32)

yang cepat menghasilkan gaya sentrifugal lebih besar dari gaya grafitasi, akibatnya partikel-partikel tersuspensi akan mengendap di dasar tabung, selanjutnya filtrat di dekantasi (dituang atau dipipet secara hati-hati) (Wijaya, 2005).

Parameter Penelitian Kapasitas Efektif Alat

Kapasitas kerja suatu alat atau mesin didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu produk (contoh : ha. Kg, lt) persatuan waktu (jam). Dari satuan kapasitas kerja dapat dikonversikan menjadi satuan produk per kW per jam, bila alat/mesin itu menggunakan daya penggerak motor.

Jadi satuan kapasitas kerja menjadi : Ha.jam/kW, Kg.jam/kW, Lt.jam/kW.

Persamaan matematisnya dapat ditulis sebagai berikut :

Kapasitas Alat = Produk yang diolah (Kg) Waktu (Jam)

(Daywin, dkk., 2008).

Menurut Pasaribu, dkk (2013) kapasitas sefektif suatu alat menunjukkan produktifitas alat selama pengoperasian tiap satuan waktu. Variasi komoditas memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kapasitas efektif alat. Penghancuran bahan padat dilakukan secara mekanis yaitu membaginya atau memecahnya menjadi komponen-komponen yang lebih kecil. Di dalam proses penggilingan, ukuran bahan diperkecil dengan cara diretak atau diremuk. Bahan yang ukurannya lebih kecil akan lebih cepat dihancurkan karena fase bahannya yang lebih pendek.

(33)

Kadar Air

Dalam analisis bahan pangan biasanya kadar air bahan dinyatakan dalam persen berat kering. Hal ini disebabkan perhitungan berdasarkan berat basah mempunyai kekurangan yaitu berat basah bahan selalu berubah-ubah setiap saat, sedangkan berat bahan kering selalu tetap. Metode pengukuran kadar air yang umum dilakukan adalah metode oven atau dengan cara destilasi. Perbedaan kadar air dipengaruhi oleh kadar air awal pada bahan dan kelembaban udara yang berpengaruh dalam pengeringan (Adnan, 1991).

Untuk menghilangkan air pada minyak dan lemak dapat dilakukan dengan cara oven hampa udara. Contoh yang sudah ditimbang pada cawan kadar air diovenkan kemudian didesikatorkan dan ditimbang untuk mendapatkan bobot kadar air yang sesungguhnya. Seiring dengan meningkatnya suhu pemanasan maka kadar air dalam biji semakin berkurang. Berkurangnya kadar air dalam biji menyebabkan pasrtikel biji menjadi keras (Fasina and Ajibola, 1989).

Rendemen Minyak

Rendemen yang didapat dari pengempaan dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang berhubungan dengan afinitas minyak terhadap bahan padat dalam biji.

Faktor-faktor tersebut meliputi kandungan air, metode pemasakan, komposisi kimia dan kandungan giji. Rendemen minyak yang bergantung pada laju pengempaan yang dilakukan, tekanan maksimum, lama minyak yang keluar pada tekanan penuh, suhu dan viskositas minyak. Pada tipe ini minyak diperoleh dengan cara memberikan tekanan pada bahan yang mengandung minyak yang dibungkus dengan kain. Kelemahan cara ini terbatas hanya pada bahan yang minyak nya dapat diekstrak dengan tekanan rendah (Swern, 1982).

(34)

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai September 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertnian serta analisis kadar air dan pemusingan minyak di Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bahan dan Alat Penelitian

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji kacang tanah, kemiri dan wijen sebagai bahan yang akan dikempa untuk diambil minyaknya.

Adapun alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah oil press untuk mengempa minyak, oven digunakan untuk mengovenkan bahan, gelas ukur untuk menampung dan mengukur banyaknya minyak yang tertampung, baskom untuk menampung bungkil, botol sebagai wadah penyimpanan minyak, stopwatch untuk menghitung waktu yang dibutuhkan dalam pengempaan minyak, timbangan digital untuk menimbang minyak, kamera, plastik, alat tulis.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL) non faktorial, dengan 3 kali ulangan pada setiap perlakuan.

Perlakuan jenis komoditas (P) terdiri dari 3 taraf yaitu:

P1 : Biji kacang tanah P2 : Biji kemiri P3 : Biji wijen

(35)

Model rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) non faktorial dengan perlakuan jenis komoditas (P) dengan kode rancangan:

Yij = µ+αi+εij...(1) Dimana:

Yij = hasil pengamatan dari faktor P pada taraf ke-i pada ulangan ke-j µ = nilai tengah sebenarnya

αi = efek faktor P pada taraf ke-i εij = pengaruh galat (pengacakan)

Persiapan Bahan

Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan persiapan untuk penelitian yaitu memeriksa alat yang digunakan untuk mencegah hal yang

tidak diinginkan selama proses pengempaan minyak dan mempersiapkan bahan-bahan dan peralatan yang digunakan dalam penelitian.

a. Persiapan Alat

1. Dicek seluruh komponen alat.

2. Dibersihkan alat dari kotoran yang ada.

b. Persiapan Bahan

1. Disiapkan bahan-bahan yaitu biji kacang tanah, kemiri dan wijen yang akan dikempa.

2. Ditimbang setiap bahan yang akan dikempa.

3. Diovenkan bahan yang akan dikempa selama 45 menit pada suhu 120°C.

4. Ditimbang bahan yang telah diovenkan.

5. Bahan siap untuk diolah.

(36)

Prosedur Penelitian

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Dimasukkan bahan ke dalam silinder melalui corong pemasukan dan bersamaan dengan itu stopwatch dihidupkan.

3. Dioperasikan alat dengan cara menggerakkan tuas pemutar (handle).

4. Ditampung minyak dan ampas yang keluar.

5. Dicatat waktu yang dibutuhkan alat untuk mengempa bahan.

6. Dimasukkan minyak yang telah diperoleh ke dalam wadah.

7. Ditimbang minyak yang telah diperoleh.

8. Dilakukan pengujian kadar air dan pemusingan minyak di laboratorium.

9. Dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali untuk setiap bahan

Analisis Parameter

Setelah pengempaan dilakukan, maka dilakukan perhitungan kapasitas efektif alat terhadap masing-masing komoditas. Setelah itu minyak yang diperoleh dilakukan pemisahan dengan cara sentrifugasi karena minyak yang telah diperoleh masih terdapat sisa-sisa biji kering dan masih mengandung kotoran sehingga minyak akan murni. Minyak yang telah murni masih dilakukan analisa yaitu analisa kadar air pada minyak kemudian menghitung rendemen minyak.

Parameter yang diamati

1. Kapasitas efektif alat (Kg/jam)

Kapasitas efektif alat menunjukkan kemampuan alat dalam mengolah bahan per satuan waktunya. Pengukuran kapasitas efektif alat dilakukan dengan membagi banyaknya bahan yang diolah dengan lamanya waktu yang dibutuhkan selama pengempaan berlangsung dalam satuan jam.

(37)

Kapasitas efektif alat = Bahan yang diolah (Kg) Waktu pengempaan (jam) 2. Rendemen minyak

Rendemen menunjukkan persentase perbandingan berat bahan minyak yang dihasilkan terhadap berat bahan awal. Rendemen diperoleh dengan cara bahan ditimbang sebelum dikempa dan bahan setelah percobaan ditimbang kembali kemudian dihitung dengan rumus. Nilai rendemen pengempaan dihitung dengan menggunakan rumus:

Rendemen = Berat minyak yang dihasilkan (gram)

Berat bahan (gram) ×100%

3. Kadar air pada minyak

Kadar air menunjukkan jumlah air yang terdapat pada minyak. Penentuan kadar air dilakukan dengan cara melakukan pemurnian minyak dengan menggunakan alat sentrifuge. Kadar air dalam minyak dianalisis dengan cara ditimbang sebanyak 5 g sampel minyak dalam cawan yang telah diketahui beratnya dan dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 105°C selama 30 menit.

Ka (bb) = kadar air awal-kadar air akhir

kadar air awal ×100%

(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Alat Pengepres Minyak Semi Mekanis

Pada penelitian ini digunakan alat pengepres minyak semi mekanis yang berjenis ulir pengempa (screw press). Bahan yang digunakan terdiri dari tiga komoditas yaitu biji kacang tanah, biji kemiri dan biji wijen. Sebelum dilakukan pengempaan, bahan yang akan diolah terlebih dahulu diberi perlakuan panas dengan cara mengovenkan bahan pada suhu 120° selama 45 menit. Pengoperasian alat ini dilakukan oleh tenaga manusia dengan cara menggerakkan tuas pemutar (handle) searah jarum jam.

Proses pengempaan minyak dilakukan dengan memasukkan biji ke dalam silinder pengempaan melalui saluran pemasukkan (hopper). Saat proses pengempaan, biji akan dibawa oleh ulir ke ujung silinder untuk kemudian dikempa sehingga mengeluarkan minyak dari biji yang digunakan. Minyak hasil dari pengempaan akan keluar dari saluran pengeluaran minyak dan kemudian ditampung oleh wadah yang telah disediakan. Sedangkan hasil sampingan dari pengempaan biji yang berupa ampas atau bungkil akan keluar dari conettor.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data hasil pengaruh beberapa jenis komoditas terhadap parameter pengujian yang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Data pengaruh beberapa jenis komoditas Perlakuan

Kapasitas Efektif Alat

(Kg/jam)

Rendemen Minyak (%) Kadar Air Minyak R1 R2 (%)

P1 3,79 25,78 15,70 1,890

P2 4,84 19,49 14,85 2,476

P3 5,35 11,95 3,74 2,329

(39)

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa jenis komoditas yang berbeda berpengaruh nyata terhadap kapasitas alat dan rendemen minyak, namun berpengaruh tidak nyata terhadap kadar air dalam minyak.

Kapasitas Efektif Alat

Kapasitas efektif suatu alat menunjukkan produktivitas alat selama pengoperasian tiap satuan waktu. Kapasitas efektif alat diperoleh dengan melakukan pengempaan pada biji sebanyak tiga kali ulangan untuk setiap komoditas yang digunakan, kemudian dihitung kapasitas efektif alat rata-rata.

Dalam hal ini kapasitas efektif alat diperoleh dengan membandingkan bahan yang dikempa (Kg) dengan waktu yang dibutuhkan selama proses pengempaan (jam).

Menurut Daywin, dkk (2008) kapasitas kerja suatu alat atau mesin didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu produk (contoh : ha. Kg, lt) per satuan waktu (jam).

Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh bahwa jenis komoditas yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kapasitas efektif alat sehingga dilakukan uji lanjutan dengan duncan multiple range test (DMRT) yang ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Uji DMRT pengaruh komoditas yang berbeda terhadap kapasitas efektif alat

Jarak DMRT

Perlakuan Rataan Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - P1 3,79 a A

2 0,5344 0,8099 P2 4,85 b B

3 0,5539 0,8401 P3 5,35 b B

Keterangan : notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.

Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan P1 memberikan pengaruh berbeda

(40)

perlakuan P3. Kapasitas efektif alat tertinggi terdapat pada perlakuan P3 yaitu sebesar 5,35 Kg/jam dan terendah pada perlakuan P1 yaitu sebesar 3,79 Kg/jam.

Hubungan antara pengaruh komoditas yang berbeda terhadap kapasitas efektif alat dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Hubungan antara pengaruh komoditas yang berbeda terhadap kapasitas efektif alat

Gambar 2 menunjukkan bahwa jenis komoditas yang berbeda akan memberikan pengaruh terhadap kapasitas efektif alat. Hal ini dikarenakan perbedaan dari segi ukuran dan tesktur biji yang digunakan. Biji yang memiliki ukuran yang paling kecil akan memerlukan waktu yang lebih cepat saat proses pengempaan, sehingga kapasitas efektif alat yang dihasilkan semakin besar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pasaribu, dkk (2013) yang menyatakan bahwa di dalam proses penggilingan, bahan yang ukurannya lebih kecil akan lebih cepat dihancurkan karena fase bahannya yang lebih pendek.

Dilihat dari segi bijinya, biji wijen memiliki ukuran yang paling kecil dari pada biji kacang tanah dan kemiri, sehingga pada saat proses pengempaan biji wijen tidak dapat diolah secara baik dan beberapa bijinya masih tertinggal dalam

3,79

4,85

5,35

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00

Kacang Tanah Kemiri Wijen

Kapasitas Efektif Alat (Kg/jam)

Jenis Komoditi

(41)

alat. Dari hasil perhitungan kapasitas efektif alat (Lampiran 2) menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan biji wijen selama proses pengempaan lebih cepat yaitu sebesar 0,084 jam. Sedangkan kacang tanah memiliki ukuran yang besar bertekstur keras sehingga waktu pengempaan yang dibutuhkan lebih lama yaitu sebesar 0,124 jam.

Kadar Air

Kadar air pada minyak merupakan salah satu parameter yang menentukan kualitas minyak. Semakin rendah kadar air dalam minyak maka kualitas minyak tersebut semakin baik, sehingga dapat memperkecil kemungkinan terjadinya reaksi hidrolisis yang dapat menyebabkan kerusakan pada minyak. Menurut Ketaren (1986) kadar air yang rendah akan memperkecil terjadinya proses hidrolisis sehingga mengurangi terbentuknya asam lemak bebas dan gliserol yang menyebabkan ketengikan minyak.

Dari hasil penelitian yang dilaksanakan, diperoleh bahwa komoditas yang berbeda memberikan pengaruh tidak nyata terhadap kadar air minyak sehingga uji lanjutan dengan duncan multiple range test (DMRT) tidak perlu dilakukan.

Dari hasil penelitian dilaksanakan, diperoleh persentase kadar air pada minyak dan biji yang digunakan pada proses pengempaan yang ditunjukkan pada Tabel.

Tabel 6. Persentase kadar air pada minyak dan biji dari beberapa jenis komoditas

Komoditas Kadar Air (%)

Minyak Biji

Kacang tanah 1,89 5,05

Kemiri 2,75 3,58

Wijen 2,33 3,49

Dari Tabel 6 menunjukkan bahwa kadar air pada minyak yang terendah

(42)

kemiri sebesar 2,75%. Sedangkan pada biji yang dikempa, kadar air yang tertinggi yaitu biji kacang tanah sebesar 5,05% dan kadar air terendah yaitu biji wijen sebesar 3,49%.

Hubungan antara pengaruh komoditas yang berbeda terhadap persentase kadar air pada minyak dan biji yang dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hubungan antara pengaruh komoditas yang berbeda terhadap persentase kadar air pada minyak dan biji

Dari Gambar 3 adanya penurunan kadar air disebabkan oleh proses pemanasan sebelum proses pengempaan. Pemanasan pada bahan dilakukan dengan menggunakan oven yang bertujuan untuk mempermudah minyak yang keluar dari bahan saat melakukan pengempaan dan memperkecil kadar air pada minyak yang dihasilkan. Menurut Swern (1982), tujuan utama pemasakan adalah menggumpalkan protein dalam biji, sehingga butiran minyak mudah keluar dari biji.

Dari hasil penelitian yang dilaksanakan, diperoleh kadar air dalam minyak kacang tanah sebesar 1,89%, minyak kemiri sebesar 2,75% dan minyak wijen sebesar 2,33%. Kadar air yang diperoleh dari alat pengepres minyak semi mekanis

1,89

2,75

2,33 5,05

3,58 3,49

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00

Kacang Tanah Kemiri Wijen

Kadar Air (%)

Jenis Komoditi

Minyak Biji

(43)

berkisar antara 1,89-2,75 %, besarnya nilai kadar air yang dihasilkan tersebut belum sesuai dengan SNI. Akan tetapi nilai kadar air yang diperoleh dari alat ini sesuai dengan literatur Ketaren (2008) yang mengatakan bahwa dengan cara screw pressing kadar air minyak atau lemak yang dihasilkan berkisar sekitar 2,5- 3,5 persen, sedangkan bungkil yang dihasilkan masih mengandung minyak sekitar 4-5 persen.

Rendemen Minyak

Rendemen minyak merupakan perbandingan antara minyak yang dihasilkan dengan banyaknya bahan baku yang digunakan dalam proses pengempaan. Dalam hal ini rendemen minyak dihitung dengan membandingkan hasil atau minyak yang tertampung terhadapan banyaknya bahan yang dikempa, kemudian dihitung nilai rendemen minyak rata-rata pada setiap perlakuan komoditas yang sama.

Minyak yang dihasilkan dari proses pengempaan berupa minyak kasar yang masih mengandung kotoran, sehingga perlu dilakukan proses sentrifugasi untuk memisahkan minyak dengan kotoran agar diperoleh minyak yang telah murni. Menurut Wijaya (2005) yang menyatakan bahwa metoda sentrifugasi dapat memisahkan campuran dua larutan yang heterogen berdasarkan perbedaan berat jenisnya. Oleh karena itu, perhitungan rendemen minyak dilakukan sebelum sentrifugasi dan sesudah sentrifugasi.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh bahwa jenis komoditas yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap rendemen minyak yang dihasilkan sehingga dilakukan uji lanjutan dengan duncan multiple range test (DMRT) yang ditunjukkan pada Tabel 7.

(44)

Tabel 7. Uji DMRT pengaruh komoditas yang berbeda terhadap rendemen minyak sebelum sentrifugasi (R1)

Jarak DMRT

Perlakuan Rataan Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - P3 11,95 A A

2 6,2943 9,5374 P2 19,49 B B

3 6,5235 9,8944 P1 25,78 C C

Keterangan : notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa perlakuan yang satu berbeda sangat nyata terhadap perlakuan lainnya. Rendemen minyak sebelum sentrifugasi yang tertingi terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar 25,78% dan yang terendah terdapat pada perlakuan P3 yaitu sebesar 11,95%.

Tabel 8. Uji DMRT pengaruh komoditas yang berbeda terhadap rendemen minyak setelah sentrifugasi (R2)

Jarak DMRT

Perlakuan Rataan Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - P1 3,747 A A

2 4,0007 6,0623 P2 14,853 B B

3 4,1464 6,2890 P3 15,707 B B

Keterangan : notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa perlakuan P3 memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan perlakuan P1 dan P2. Rendemen minyak setelah sentrifugasi yang tertingi terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar 15,707% dan yang terendah terdapat pada perlakuan P3 yaitu sebesar 3,747%.

Dari hasil penelitian dapat diliat hubungan antara pengaruh komoditas yang berbeda terhadap rendemen minyak sebelum sentrifugasi (R1) dan setelah sentrifugasi (R2) dapat dilihat pada Gambar 4 berikut.

(45)

Gambar 4. Hubungan antara pengaruh komoditas yang berbeda terhadaprendemen minyak sebelum sentrifugasi (R1) dan setelah sentrifugasi (R2)

Dari Gambar 4 diatas menunjukkan bahwa rendemen minyak tertinggi yaitu terdapat pada komoditas kacang tanah dengan nilai 25,78% minyak sebelum sentrifugasi (R1) dan 15,70% minyak setelah sentrifugasi (R2). Sedangkan rendemen minyak terendah yaitu terdapat pada komoditas wijen dengan nilai 11,95% minyak sebelum sentrifugasi (R1) dan 3,74% minyak setelah sentrifugasi (R2). Pada penelitian ini terjadi penurunan rendemen minyak yang dihasilkan akibat proses sentrifugasi. Proses sentrifugasi yang dilakukan bertujuan untuk memisahkan kotoran yang ada dalam minyak kasar. Sehingga berat minyak yang diperoleh setelah sentrifugasi menjadi berkurang.

Berikut ini hasil pengujian kadar minyak pada biji yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 9. Kadar minyak pada biji

Komoditas Kadar Minyak (%)

Kacang tanah 49,14

Kemiri 58,91

Wijen 55,31

Dalam penelitian ini terjadi perbedaan rendemen minyak yang dihasilkan dari proses pengempaan dengan kadar minyak dari komoditas yang digunakan

25,78

19,49

11,95

15,70 14,85

3,74

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00

Kacang Tanah Kemiri Wijen

Rendemen Minyak (%)

Jenis Komoditi

Sebelum sentrifugasi (R1) Setelah sentrifugasi (R2)

(46)

dalam penelitian. Perbedaan kadar minyak yang ada dipengaruhi oleh kondisi alat yang belum maksimal untuk mengempa minyak, ukuran bahan yang digunakan, waktu pengempaan dan suhu pemanasan yang tidak sesuai. Rata-rata waktu pengempaan bahan pada perlakuan P1 yaitu 0,124 jam, P2 yaitu 0,093 jam dan P3 yaitu 0,084 jam. Waktu pengempaan bahan yang berbeda disebabkan oleh tekstur bahan dan jumlah putaran ulir, semakin rendah jumlah putaran ulir maka semakin besar tekanan yang diberikan pada saat pengempaan. Menurut Heruhadi (2008) prinsip kerja mesin press dengan sistem ulir adalah tergantung waktu tinggal dan tekanan bahan yang akan diekstraksi.

Pada penelitian ini, faktor operator termasuk mempengaruhi hasil rendemen minyak yang diperoleh. Hal ini dikarenakan alat ini menggunakan tenaga manusia untuk memutar handle, sehingga besar tekanan yang diberikan pada alat ini berbeda. Menurut Ketaren (1986) banyaknya minyak atau lemak yang dapat diekstraksi tergantung dari lamanya pengepresan, tekanan yang dipergunakan, serta kandungan minyak dalam bahan asal.

(47)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa komoditas yang berbeda berpengaruh terhadap kapasitas efektif alat dan rendemen minyak.

2. Kapasitas efektif alat tertinggi terdapat pada perlakuan P3 yaitu sebesar 5,35 Kg/jam dan terendah pada perlakuan P1 yaitu sebesar 3,79 Kg/jam.

3. Rendemen minyak sebelum sentrifugasi yang tertingi terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar 25,78% dan yang terendah terdapat pada perlakuan P3 yaitu sebesar 11,95%. Sedangkan, rendemen minyak setelah sentrifugasi yang tertingi terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar 15,707% dan yang terendah terdapat pada perlakuan P3 yaitu sebesar 3,747%.

4. Alat pengepres minyak paling tepat digunakan pada komoditas biji kacang tanah yang menghasilkan kapasitas efektif alat 3,76 Kg/jam, kadar air minyak 1,89 % dan rendemen minyak 25,78%.

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian terhadap suhu yang tepat untuk memanaskan bahan yang akan dikempa.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap kualitas minyak yang dihasilkan pada alat pengepres minyak semi mekanis.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Aak, 1989. Kacang Tanah. Kanisius, Jakarta.

Adisarwanto, T., 2000. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lahan Sawah dan Lahan Kering. Penebar Swadaya, Jakarta.

Adnan, M. 1991. Kimia dan Teknologi Pengolahan Air Susu. Andi Offset, Yogyakarta.

Andaka, G., 2009. Optimasi Proses Ekstraksi Minyak Kacang Tanah dengan Pelarut N-Heksana. Jurnal Institut Sains & Teknologi AKPRIND Volume 2 Nomor 1.

Arlene, A., 2013. Ekstraksi Kemiri dengan Metode Soxhlet dan Karakterisasi Minyak Kemiri. Jurnal Teknik Kimia USU Vol 2 No. 2.

Carolina, D., 2008. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas dan Bilangan Iodin dari Minyak Hasil Ekstraksi Kacang Tanah dengan Pelarut n-Heksana.

Universitas Sumatera Utara Press, Medan.

Daywin, F.J., R.G. Sitompul, dan I. Hidayat. 2008. Mesin-Mesin Budidaya Pertanian di Lahan Kering. Graha Ilmu. Jakarta.

Departemen Pertanian, 1986. Kacang Tanah dan Pengolahannya.

http://www.pustaka-deptan.go.id/pdf [26 Januari 2016].

Fasina, O. O dan O. O Ajibola, 1989. Mechanical Expression of Oil from Conopor Nut. Obafemi Awolowo University, Nigeria.

Fatoni, A. C. P. Mahandari, 2012. Kajian Awal Biji Buah Kepayang Masak Sebagai Bahan Baku Minyak Nabati Kasar.

http://publication.gunadarma.ac.id/pdf [25 Februari 2016].

Gunawan, M. Triatmo, A. Rahayu, 2003. Analisis Pangan: Penentuan Angka Peroksida dan Asam Lemak Bebas pada Minyak Kedelai dengan Variasi Menggoreng. Jurnal Universitas Diponegoro Vol. VI No. 3.

Handjani, S., E. Wida R., Suminah, 2006. Potensi Agribisnis Komoditas Wijen.

Penerbit Andi Yogyakarta, Yogyakarta.

Handjani, S., G. J. Manuhara, dan R. B. K. Anandito, 2010. Pengaruh Suhu Ekstraksi Terhadap Karakteristik Fisik, Kimia dan Sensoris Minyak Wijen (Sesamum Indicum L.). Jurnal Agritech Universitas Gajah Mada Vol 30 No.2.

(49)

Heruhadi, B., 2008. Pengembangan Teknologi Proses Pengolahan Jarak Pagar (Pure Jatropha Oil) Kapasitas 6 Ton Biji/Hari. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol 10 No. 3 Hlm 189-196.

Janila, P., Pandey, M. K., Shasidhar, Y., Variath, M. T., Sriswathi, M., Khera P., Manohar, S. S., Nagesh, P., Vishwakarma, M. K., Mishra, G. P.,

Radhakrishnan, T., Manivannan, N., Dobariya, K. L., Vasanthi, R. P. and Varshney, R. K., 2016. Molecular Breeding for Introgression of Fatty Acid Desaturase Mutantalleles (ahFAD2A and ahFAD2B) Enhances Oil Quality in High and Lowoil Containing Peanut Genotypes. Plant Science 242 (2016) 203-213.

Ketaren, S., 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Ketaren, S., 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Nurhayati, 2014. Bahan Ajar Teknologi Pemrosesan Biodiesel.

http://www.ttp-library.org/pdf [25 Februari 2016].

Paimin, F. R., 1997. Kemiri Budidaya dan Prospek Bisnis. Penebar Swadaya, Jakarta.

Pasaribu, F. E., S. B. Daulay, dan A. Rohanah, 2013. Uji Variasi Komoditas Terhadap Kapasitas Alat Pada Penggiling Multificer. Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian Vol 1 No. 4 .

Rukmana, R., 1998. Budi Daya Wijen. Kanisius, Jakarta.

Sunanto, H., 1994. Budidaya Kemiri Komoditas Ekspor. Kanisius, Jakarta.

Swern, D., 1982. Edition: Bailey’s Industrial Oil and Fat Products. Vol 2. John Wiley & Sons, New York.

Wijaya, V. F., 2005. Modifikasi Kepala Mangkuk Mesin Pemurni Minyak menjadi Mesin Pemisah Susu Sistem Sentrifugal. http://elibrary.ub.ac.id [25 Februari 2016].

Winarno, F. G., S. Fardiaz dan D. Fardiaz, 1980. Pengantar Teknologi Pangan.

PT. Gramedia, Jakarta.

(50)

Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian

Mulai

Menimbang bahan

Mengempa bahan

Menampung hasil pengepresan

Analisis data Pengujian parameter (kapasitas efektif alat, kadar

air dan rendemen) Mengovenkan

bahan

Selesai

Melakukan pemusingan minyak

(51)

Lampiran 2. Perhitungan parameter Kapasitas efektif alat

Ulangan

Berat bahan Waktu pengempaan Kapasitas efektif alat

(Kg) (jam) (Kg/jam)

P1 P2 P3 P1 P2 P3 P1 P2 P3

U1 0,470 0,450 0,48 0,128 0,099 0,086 3,671 4,545 5,581 U2 0,480 0,460 0,46 0,119 0,094 0,091 4,033 4,893 5,054 U3 0,470 0,450 0,425 0,127 0,087 0,077 3,700 5,172 5,519 Total 1,420 1,360 1,365 0,374 0,280 0,254 11,404 14,61 16,154 Rataan 0,473 0,453 0,455 0,124 0,093 0,084 3,801 4,870 5,384 Perhitungan :

Kapasitas efektif alat = Berat bahan (Kg) Waktu pengempaan (jam) Biji kacang tanah (P1)

Ulangan 1 = Berat bahan (Kg) Waktu pengempaan (jam)

= 0,470 Kg 0,128 jam

= 3,671 Kg/jam

Ulangan 2 = Berat bahan (Kg) Waktu pengempaan (jam)

= 0,480 Kg 0,119 jam

= 4,033 Kg/jam

Ulangan 3 = Berat bahan (Kg) Waktu pengempaan (jam)

= 0,470 Kg 0,127 jam

= 3,700 Kg/Jam

Kapasitas efektif alat rata-rata = Ulangan 1 + Ulangan 2 + Ulangan 3 3

= 3,671 Kg/jam + 4,033 Kg/jam + 3,700 Kg/jam 3

(52)

= 3,801 Kg/jam Biji kemiri (P2)

Ulangan 1 = Berat bahan (Kg) Waktu pengempaan (jam)

= 0,450 Kg 0,099 jam

= 4,545 Kg/jam

Ulangan 2 = Berat bahan (Kg) Waktu pengempaan (jam)

= 0,460 Kg 0,094 jam

= 4,893 Kg/jam

Ulangan 3 = Berat bahan (Kg) Waktu pengempaan (jam)

= 0,450 Kg 0,087 jam

= 5,172 Kg/jam

Kapasitas efektif alat rata-rata = Ulangan 1 + Ulangan 2 + Ulangan 3 3

= 4,545 Kg/jam + 4,893 Kg/jam + 5,172 Kg/jam 3

= 4,870 Kg/jam Biji wijen (P3)

Ulangan 1 = Berat bahan (Kg) Waktu pengempaan (jam)

= 0,480 Kg 0,086 jam

= 5,581 Kg/jam

Ulangan 2 = Berat bahan (Kg) Waktu pengempaan (jam)

(53)

= 0,460 Kg 0,091 jam

= 5,054 Kg/Jam Ulangan 3 = Berat bahan (Kg)

Waktu pengempaan (jam)

= 0,425 Kg 0,077 jam

= 5,519 Kg/jam

Kapasitas efektif alat rata-rata = Ulangan 1 + Ulangan 2 + Ulangan 3 3

= 5,581 Kg/jam + 5,054 Kg/jam + 5,519 Kg/jam 3

= 5,384 Kg/jam

Rendemen minyak

Rendemen minyak sebelum sentrifugasi (R1) Ulangan

Berat minyak yang dihasilkan

Berat bahan yang diolah

Rendemen minyak (R1)

(Kg) (Kg) (%)

P1 P2 P3 P1 P2 P3 P1 P2 P3

U1 0,121 0,080 0,044 0,470 0,450 0,480 25,74 17,77 9,16 U2 0,113 0,083 0,046 0,480 0,460 0,460 23,54 18,04 10 U3 0,132 0,102 0,071 0,470 0,450 0,425 28,08 22,66 16,70 Total 0,366 0,265 0,161 1,420 1,360 1,365 77,36 58,47 35,86 Rataan 0,122 0,088 0,053 0,473 0,453 0,455 25,78 19,49 11,95 Perhitungan :

Rendemen minyak = Berat minyak yang dihasilkan (Kg)

Berat bahan yang diolah (Kg) × 100%

Biji kacang tanah (P1)

Ulangan 1 = Berat minyak yang dihasilkan (Kg)

Berat bahan yang diolah (Kg) × 100%

= 0,121 Kg

0,470 Kg × 100%

Referensi

Dokumen terkait

Nama Pekerjaan : Konsultan Penyusunan Perencanaan Masterplan dan Grand Design Inkubator Bisnis BBPPK Lembang. Lokasi :

Penulisan ilmiah kali ini membahas tentang bagaimana membuat program aplikasi compress file, yang dapat mengecilkan ukuran sebuah file dan merubahnya ke tipe data baru, dengan

[r]

Akan tetapi di dalam situs tersebut tidak ditampilkan mengenai gambar dari informasi peta, seperti gambar propinsi Indonesia atau gambar ciri khas dari daerah itu (misalnya gambar

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Pedoman Teknis Sistem Pengelolaan

[r]

1) Guru membuka kesempatan secara luas dan bervariasi kepada peserta didik untuk mencari dan membaca tentang produksi rekayasa elektronika kendali otomatis (lampu

[r]