SKRIPSI
Oleh:
Jesslyn Wijaya 150100099
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2018
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN ARUS PUNCAK EKSPIRASI ANAK SEKOLAH DASAR
NURUL AZIZI MEDAN
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Oleh:
Jesslyn Wijaya 150100099
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan berkat-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul “Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Arus Puncak Ekspirasi Anak Sekolah Dasar Nurul Azizi Medan” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini, penulis mendapat banyak dukungan dan bantuan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K), yang banyak memberikan dukungan selama proses penyusunan skripsi.
2. Dosen Pembimbing, dr. Lokot Donna Lubis, M.Ked(PA), Sp.PA yang banyak memberikan arahan, masukan, ilmu, dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sedemikian rupa.
3. Ketua Penguji, dr. Eka Roina Megawati, M.Kes dan Anggota Penguji, dr.
Cut Aria Arina, Sp.S , untuk setiap kritik dan saran yang membangun selama proses pembuatan skripsi ini.
4. Dosen Pembimbing Akademik, dr. Karina Sugih Arto, M.Ked(Ped), Sp.A(K) yang senantiasa membimbing dan memberikan motivasi selama masa perkuliahan 7 semester
5. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas bimbingan dan ilmu yang diberikan dari mulai awal perkuliahan hingga penulis menyelesaikan skripsi ini
6. Seluruh pihak Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Azizi Medan yang banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini
7. Kedua orang tua, Andy Anwar dan Dahliawati, kedua saudara penulis, Willy Wijaya, S.T dan Jovin Wijaya, S.T yang selalu mendukung, memberikan semangat, kasih sayang, bantuan dan rasa kebersamaan yang tidak pernah berhenti sampai penulis menyelesaikan skripsi ini
8. Sahabat-sahabat penulis, Timotius Putranto, Alicia, Agnesia Alyssa, Dicky, Andrian,Vincent Tandiono, Surya Wijaya, Andrew Sunarto, Casvin, Hermawan, Jasen Ericko, dan sahabat terbaik lainnya yang tak bisa disebut satu per satu saling bahu membahu menolong satu sama lain dari awal perkuliahan sampai selesainya skripsi ini
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi konten maupun cara penulisannya. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran agar penulis dapat menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap skirpsi ini dapat bermanfaat dan mampu memberikan sumbangsih bagi bangsa dan Negara terutama dalam bidang pendidikan terkhususnya ilmu kedokteran.
Medan, 3 November 2018 Penulis,
Jesslyn Wijaya 150100099
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman pengesahan ... i
Daftar Isi... ii
Daftar Gambar ... iii
Daftar Tabel ... iv
Daftar Lampiran ... v
Daftar Singkatan... vi
Abstrak ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan ... 3
1.3.1 Tujuan Umum ... 3
1.3.2 Tujuan Khusus ... 3
1.4 Manfaat Penelitian... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Sistem Pernapasan ... 4
2.1.1 Anatomi ... 4
2.1.2 Fisiologi ... 6
2.1.3 Volume dan Kapasitas Paru ... 7
2.2 Arus Puncak Ekspirasi ... 9
2.3 Indeks Massa Tubuh ... 13
2.3.1 Definisi ... 13
2.3.2 Perhitungan dan Klasifikasi ... 13
2.4 Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Fungsi Pernapasan . 19
2.5 Kerangka Teori Penelitian ... 22
2.6 Kerangka Konsep Penelitian ... 23
2.7 Hipotesis Penelitian ... 23
BAB III METODE PENELITIAN ... 24
3.1 Jenis Penelitian ... 24
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 24
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 24
3.3.1 Populasi Penelitian ... 24
3.3.2 Sampel Penelitian ... 24
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 26
3.5 Metode Analisis Data ... 26
3.6 Definisi Operasional ... 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 34
3.1 Kesimpulan ... 34
3.2 Saran ... 34
Daftar Pustaka ... 35
Lampiran ... 38
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Saluran pernapasan atas dan saluran pernapasan
bawah ... 5 Gambar 2.2 Anatomi sistem respirasi ... 6 Gambar 2.3 Volume dan kapasitas paru ... 9 Gambar 2.4 Kurva pertumbuhan WHO berdasarkan indeks massa
tubuh terhadap umur anak laki-laki... 15 Gambar 2.5 Kurva pertumbuhan WHO berdasarkan indeks massa
tubuh terhadap umur anak perempuan ... 15 Gambar 2.6 Kurva pertumbuhan CDC berdasarkan indeks massa
tubuh terhadap umur anak laki-laki... 17 Gambar 2.7 Kurva pertumbuhan CDC berdasarkan indeks massa
tubuh terhadap umur anak perempuan ... 18 Gambar 2.8 Hubungan indeks massa tubuh dengan volume
cadangan ekspirasi ... 20
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Nilai arus puncak ekspirasi berdasarkan tinggi
badan ... 11
Tabel 2.2 Kategori ndeks massa tubuh berdasarkan WHO... 14
Tabel 2.3 Kategori indeks massa tubuh berdasarkan CDC ... 14
Tabel 2.4 Interpretasi kurva pertumbuhan WHO ... 16
Tabel 2.5 Interpretasi kurva pertumbuhan CDC ... 19
Tabel 4.1 Karakteristik sampel penelitian ... 29
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi indeks massa tubuh berdasarkan jenis kelamin ... 30
Tabel 4.3 Hubungan tinggi badan, berat badan dan indeks massa tubuh dengan arus puncak ekspirasi ... 31
DAFTAR SINGKATAN
APE : Arus Puncak Ekspirasi
BMI : Body Mass Index
CDC : Centers for Disease Control and Prevention
DKI : Daerah Khusus Ibukota
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
IMT : Indeks Massa Tubuh
KI : Kapasitas Inspirasi
KPT : Kapasitas Paru Total
KRF : Kapasitas Residual Fungsional
KV : Kapasitas Vital
NCHS : National Center for Health Statistics
PEF : Peak Expiratory Flow
PFM : Peak Flow Meter
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
SPSS : Statistical Product and Service Solution
VCE : Volume Cadangan Ekspirasi
VCI : Volume Cadangan Inspirasi
VEP : Volume Ekspirasi Paksa
VR : Volume Residu
VT : Volume Tidal
WHO : World Health Organization
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Daftar Riwayat Hidup ... 33
Lampiran 2 : Pernyataan Orisinalitas ... 39
Lampiran 3 : Surat Izin Survey Awal ... 40
Lampiran 4 : Ethical Clearance Penelitian ... 41
Lampiran 5 : Penjelasan Kepada Orangtua ... 42
Lampiran 6 : Persetujuan Setelah Penjelasan ... 43
Lampiran 7 : Output Perangkat Lunak Statistik ... 44
Lampiran 8 : Data Induk Penelitian ... 51
ABSTRAK
Obesitas merupakan faktor risiko terjadinya berbagai macam penyakit, salah satunya adalah gangguan pernapasan. Obesitas mengganggu sistem pernapasan karena penumpukan lemak yang berlebih pada dinding dada sehingga menurunkan daya ekspansi paru-paru. Prevalensi obesitas pada tahun 2016 adalah 650 juta orang dewasa dan 340 juta orang anak. Perhitungan indeks massa tubuh dapat menentukan obesitas. Penilaian sistem pernapasan dapat dilakukan dengan pemantauan arus puncak ekspirasi. Arus puncak ekspirasi merupakan laju aliran maksimum yang bisa dicapai seseorang dengan ekspirasi maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan indeks massa tubuh terhadap arus puncak ekspirasi pada anak usia sekolah dasar.
Penelitian ini bersifat analitik dengan metode pengambilan potong lintang. Sampel penelitian ini dihitung dengan rumus koefisien korelasi dengan jumlah 38 orang. Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan yang selanjutnya dimasukkan ke dalam rumus indeks massa tubuh lalu diinterpretasikan pada kurva pertumbuhan anak CDC dan dilakukan pengukuran arus puncak ekspirasi dengan menggunakan peak flow meter.
Hasil penelitian didapatkan dari 56 orang anak yang memenuhi kriteria inklusi. Sebanyak 14,3%
anak menderita obesitas, laki-laki sebanyak 75% dan perempuan sebanyak 25%. Hasil uji spearman menunjukkan terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan arus puncak ekspirasi (p = 0,0001, (r) = -0,546). Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi indeks massa tubuh maka semakin rendah nilai arus puncak ekspirasi.
Kata Kunci : Obesitas, indeks massa tubuh, arus puncak ekspirasi.
ABSTRACT
Obesity is a risk factor for various diseases, one of which is respiratory problems. Obesity interferes with the respiratory system because of the excess accumulation of fat in the chest wall which decreases the power of lung expansion. The prevalence of obesity in 2016 is 650 million adults and 340 million children. The calculation of body mass index can determine obesity.
Assessment of the respiratory system can be done by monitoring peak expiratory flow. The peak expiratory flow is the maximum flow rate a person can achieve with maximum expiration. This study aimed to assess the relationship between body mass index and peak expiratory flow in primary school-aged children.
This research is analytical with cross sectional method. The study sample was calculated by the correlation coefficient formula with the minimum number of 38 people. In this study measurements of height and weight were then incorporated into the body mass index formula and then interpreted on the CDC child's growth curve and peak expiratory flow measurement using a peak flow meter.
The results of the study were obtained from 56 children who met the inclusion criteria. As many as 14.3% of children suffer from obesity, 75% of men and 25% of women. The Spearman test results showed that there was a relationship between body mass index and peak expiratory flow (p = 0,0001, (r) = -0,546). These results indicate that the higher the body mass index, the lower the value of peak expiratory flow.
Keywords : obesity, body mass index, peak expiratory flow rate
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
Sistem pernapasan memegang peranan penting dalam menunjang keberlangsungan hidup manusia. Fungsi sistem ini meliputi mempertahankan keseimbangan asam-basa, berbicara, bernyanyi, vokalisasi lain, pertahanan terhadap benda asing yang terhirup dan pertukaran gas (Sherwood, 2013). Oleh karena itu, pemeriksaan fungsi paru dapat dilakukan untuk membantu mendiagnosis terjadinya penyakit pernapasan dan juga untuk menentukan penatalaksanaan dari suatu penyakit (Lung Foundation Australia, 2017).
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menilai fungsi paru adalah dengan melakukan pemantauan terhadap Arus Puncak Ekspirasi (APE). Arus puncak ekspirasi merupakan laju aliran maksimum yang dihasilkan selama ekspirasi paksa, dimulai dari inspirasi paru-paru secara maksimal (Neuspiel, 2018). Pemeriksaan APE bertujuan untuk mengukur secara objektif arus udara pada saluran napas besar, sehingga dapat dipakai untuk mengetahui kenaikan tahanan saluran nafas yang memberikan gambaran tentang obstruksi saluran nafas (Rahayu, 2009). Arus puncak ekspirasi dapat diukur menggunakan Peak Flow Meter (PFM). Peak flow meter merupakan alat yang murah, mudah dibawa dan dapat digenggam (American Lung Association, 2018).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi APE antara lain umur, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, ras, faktor lingkungan dan kebiasaan merokok.
Kelebihan berat badan atau obesitas pada anak berhubungan dengan abnormalitas fungsi pernapasan, meningkatkan stres pernapasan selama latihan fisik, dan dapat menimbulkan gangguan fungsi paru (Rahayu, 2009).
Gangguan sistem pernapasan pada orang yang menderita obesitas terjadi karena peningkatan ambang beban inspirasi akibat massa jaringan lemak yang berlebihan,
2
penurunan compliance dinding toraks dan paru dan peningkatan tahanan sistem pernapasan akan meningkatkan beban kerja sistem pernapasan. Beban kerja pernapasan adalah total energi yang dibutuhkan dalam proses pernapasan berupa total oksigen yang dikonsumsi oleh otot-otot pernapasan untuk setiap liter ventilasi (Yuniasri, 2016).
Kebanyakan orang di Indonesia masih beranggapan bahwa anak yang bertubuh gemuk adalah sehat dan memiliki gizi yang cukup. Tetapi pada kenyataannya, kelebihan berat badan atau yang dinamakan dengan obesitas terjadi karena adanya penumpukan lemak berlebih. Kondisi ini berbahaya dan harus diberi perhatian khusus karena dapat menimbulkan masalah kesehatan (Kemenkes RI, 2017).
Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2016 terdapat lebih dari 1,9 miliar orang dewasa mengalami kelebihan berat badan dan 650 juta orang mengalami obesitas. Prevalensi kejadian obesitas pada anak ditahun yang sama mencapai 340 juta orang (WHO, 2017). Riskesdas 2013 menggambarkan kondisi anak di Indonesia sebanyak 8 dari 100 anak di Indonesia mengalami obesitas.
Prevalensi obesitas anak yang dihitung berdasarkan indeks massa tubuh dibandingkan usia (IMT/U) pada kelompok anak usia 5-12 tahun besarnya adalah 8%. Prevalensi tertinggi obesitas pada anak usia 5-12 tahun adalah di DKI Jakarta (Riskesdas 2013). Kejadian obesitas pada anak usia sekolah dasar di kota Medan adalah 17,75% dengan 60,5% terjadi pada anak laki-laki dan 39,5% pada anak perempuan (Ariani, 2007).
Salah satu cara yang biasa digunakan untuk mengetahui apakah seseorang mengalami obesitas adalah dengan menghitung indeks massa tubuh. Indeks massa tubuh adalah suatu cara untuk menentukan status gizi seseorang dengan membandingkan berat badan dan tinggi badan (WHO, 2018). Oleh karena indeks massa tubuh merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi arus puncak ekspirasi maka penulis ingin meneliti hubungan antara indeks massa tubuh terhadap arus puncak ekspirasi pada anak usia sekolah dasar.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Apakah ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan arus puncak ekspirasi?
1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan arus puncak ekspirasi pada anak.
1.3.2 TUJUAN KHUSUS
Yang menjadi tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui frekuensi obesitas pada anak.
2. Untuk menilai arus puncak ekspirasi pada anak.
3. Untuk menilai hubungan antara indeks massa tubuh dengan arus puncak ekspirasi.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan lebih tentang efek buruk obesitas terhadap fungsi paru.
2. Hasil penelitian dapat menjadi referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian dibidang yang sama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 SISTEM PERNAPASAN 2.1.1 ANATOMI
Sistem saluran pernapasan manusia dibagi menjadi 2 bagian yaitu saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. Saluran pernapasan adalah tabung atau pipa yang mengangkut udara antara atmosfer dan kantong udara (alveolus). Alveolus merupakan satu-satunya tempat pertukaran gas antara udara dan darah (Sherwood, 2013). Saluran pernapasan bagian atas terdiri dari hidung, laring, dan faring kemudian dilanjutkan ke saluran pernapasan bagian bawah yaitu trakea, bronkus, dan paru-paru (National Cancer Institute, 2017).
Jika seluruh saluran pernapasan direntangkan dari ujung ke ujung, akan memanjang hingga 1500 mil. Saluran napas berawal dari hidung. Saluran hidung membuka ke dalam faring (tenggorok) yang berfungsi sebagai saluran bersama untuk sistem pernapasan dan pencernaan. Terdapat dua saluran yang berasal dari faring yaitu trakea yang dilalui oleh udara menuju paru dan esofagus yang dilalui makanan untuk menuju lambung. Udara dalam keadaan normal masuk ke faring melalui hidung, tetapi juga dapat masuk melalui mulut ketika saluran hidung tersumbat (Sherwood, 2013).
Laring atau kotak suara, terletak di pintu masuk trakea. Tonjolan anterior laring membentuk jakun (“Adam’s Apple”). Setelah laring, trakea dibagi menjadi dua cabang utama, bronkus kanan dan bronkus kiri. Di dalam masing-masing paru, bronkus terus bercabang-cabang menjadi saluran napas yang semakin sempit, pendek dan banyak, seperti percabangan sebuah pohon. Cabang-cabang yang lebih kecil dikenal sebagai bronkiolus. Di ujung bronkiolus terminal terdapat kelompokan alveolus, yaitu kantong-kantong udara kecil tempat pertukaran gas antara udara dan darah (Sherwood, 2013).
Paru-paru menempati sebagian besar volume rongga toraks (dada). Dinding dada luar dibentuk oleh 12 pasang iga melengkung yang berhubungan dengan sternum (tulang dada) di anterior dan vertebra torakalis (tulang punggung) di posterior. Otot rangka menghubungkan struktur tulang-tulang ini dan menutupi rongga dada. Diafragma, yang membentuk lantai rongga toraks, adalah lembaran otot rangka yang lebar, berbentuk kubah dan memisahkan rongga toraks dari rongga abdomen (Sherwood, 2013).
Gambar 2.1 Saluran pernapasan atas dan saluran pernapasan bawah (National Cancer Institute, 2017).
6
Gambar 2.2 Anatomi sistem respirasi (Malamed, 2017).
2.1.2 FISIOLOGI
Ventilasi, atau pernapasan, adalah pergerakan udara melalui jalur-jalur konduksi antara atmosfer dan paru-paru (National Cancer Institute, 2017). Udara mengalir masuk dan keluar paru selama tindakan bernapas karena berpindah mengikuti perbedaan tekanan antara alveolus dan atmosfer yang berbalik arah secara bergantian yang ditimbulkan oleh aktivitas siklik otot pernapasan. Terdapat tiga tekanan yang berbeda yang berperan penting dalam ventilasi (Sherwood, 2013).
Pertama, tekanan atmosfer adalah berat udara di atmosfer pada benda di permukaan bumi. Pada ketinggian permukaan laut tekanan ini sama dengan 760 mmHg. Tekanan atmosfer berkurang seiring dengan penambahan ketinggian di atas permukaan laut (Sherwood, 2013).
Kedua, tekanan intraalveolus (tekanan intrapulmonal) adalah tekanan didalam alveolus. Karena alveolus berhubungan dengan atmosfer melalui saluran napas penghantar, udara cepat mengalir menuruni perbedaan tekanannya setiap kali tekanan intraalveolus berbeda dari tekanan atmosfer, udara terus mengalir sehingga kedua tekanan seimbang (Sherwood, 2013).
Ketiga, tekanan intrapleura (tekanan intratoraks) adalah tekanan yang ditimbulkan di luar paru di dalam rongga toraks. Tekanan ini biasanya lebih rendah daripada tekanan atmosfer , rerata 756 mmHg saat istirahat (Sherwood, 2013).
Terdapat dua mekanisme pernapasan yaitu proses inspirasi dan proses ekspirasi.
Inspirasi adalah proses memasukkan udara ke paru-paru. Ini adalah fase aktif ventilasi karena merupakan hasil dari kontraksi otot. Selama inspirasi, diafragma berkontraksi, tekanan intratoraks meningkat dan terjadi penurunan tekanan intraalveolar sehingga udara mengalir ke paru-paru. Sebaliknya, ekspirasi adalah proses pengeluaran udara dari paru-paru. Selama ekspirasi, diafragma berelaksasi, tekanan intratoraks menurun dan terjadi peningkatkan tekanan intraalveolar sehingga udara keluar dari paru-paru (National Cancer Institute, 2017).
2.1.3 VOLUME DAN KAPASITAS PARU
Volume paru adalah jumlah udara yang dapat masuk ke paru-paru sedangkan kapasitas paru adalah jumlah dua atau lebih volume paru. Pada umumnya, udara maksimal yang dapat ditampung pada laki-laki dewasa adalah 5,7 L dan 4,2 L pada perempuan dewasa. Perubahan volume dan kapasitas paru yang terjadi selama berbagai upaya bernapas dapat diukur dengan menggunakan spirometer. Berikut ini merupakan volume dan kapasitas paru yang dapat dihitung :
1. Volume tidal (VT) : Volume udara yang masuk atau keluar paru selama satu kali bernapas. Nilai rerata pada kondisi istirahat = 500 mL
2. Volume cadangan inspirasi (VCI) : Volume udara tambahan yang dapat secara maksimal dihirup di atas volume tidal istirahat. VCI dicapai oleh kontraksi maksimal diafragma, otot interkostalis eksternal dan otot inspirasi tambahan. Nilai rerata = 3000 mL
8
3. Kapasitas inspirasi (KI) : Volume udara maksimal yang dapat dihirup pada akhir ekspirasi tenang normal (KI = VCI + VT). Nilai rata-rata = 3500 mL 4. Volume cadangan ekspirasi (VCE) : Volume udara tambahan yang dapat
secara aktif dikeluarkan dengan mengontraksikan secara maksimal otot-otot ekspirasi melebihi udara yang secara normal dihembuskan secara pasif pada akhir volume tidal istirahat. Nilai rerata = 1000 mL
5. Volume residu (VR) : Volume udara minimal yang tertinggal di paru bahkan setelah ekspirasi maksimal. Nilai rerata = 1200 ml. Volume residual tidak dapat diukur secara langsung dengan spirometer, karena volume udara ini tidak keluar dan masuk paru. Namun, volume ini dapat ditentukan secara tidak langsung melalui teknik pengenceran gas yang melibatkan inspirasi sejumlah tertentu gas penjejak tak berbahaya misalnya helium.
6. Kapasitas residual fungsional (KRF) : Volume udara di paru pada akhir ekspirasi pasif normal (KRF=VCE+VR). Nilai rerata = 2200 ml
7. Kapasitas vital (KV) : Volume udara maksimal yang dapat dikeluarkan dalam satu kali bernapas setelah inspirasi maksimal. Subjek pertama-tama melakukan inspirasi maksimal lalu ekspirasi maksimal (KV = VCI + VT + VCE). KV mencerminkan perubahan volume maksimal yang dapat terjadi pada paru. Hal ini jarang digunakan, karena kontraksi otot maksimal yang terlibat melelahkan, tetapi berguna untuk memastikan kapasitas fungsional paru. Nilai rerata = 4500 ml
8. Kapasitas paru total (KPT) : Volume udara maksimal yang dapat ditampung oleh paru (KPT = KV + VR). Nilai rerata = 5700 ml
9. Volume ekspirasi paksa dalam satu detik (VEP1) : Volume udara yang dapat dihembuskan selama satu detik pertama ekspirasi dalam penentuan KV.
Biasanya VEP1 berkisar 80% dari KV yaitu, dalam keadaan normal 80%
udara yang dapat dihembuskan secara paksa dari paru yang telah mengembang maksimal dapat dihembuskan dalam satu detik. Pengukuran ini menunjukkan laju aliran udara paru maksimal yang dapat dicapai (Sherwood, 2013).
2.2 ARUS PUNCAK EKSPIRASI
Tes fungsi paru memiliki peran penting untuk mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan pada pasien dengan penyakit pernapasan. Arus puncak ekspirasi (APE) adalah kecepatan aliran tertinggi yang dicapai selama ekspirasi paksa dimulai dari tingkat inflasi paru maksimum. Arus puncak ekspirasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu antropometri seperti tinggi badan, berat badan, lingkar dada dan luas permukaan tubuh (Bakki et al, 2016).
Spirometer dan peak flow meter (PFM) merupakan alat yang paling umum digunakan dalam pemeriksaan fungsi pernapasan. Spirometer merupakan alat yang umum digunakan di rumah sakit untuk pemeriksaan fungsi paru sedangkan untuk PFM lebih sering digunakan sehari-hari dan untuk pemantauan akan penyakit saluran napas tertentu karena ukurannya yang kecil dan cukup ringan untuk dibawa kemana-mana (American Lung Association, 2018).
Bagian penting dari pengukuran aliran puncak adalah memperhatikan zona aliran puncak. Zona aliran puncak memberi gambaran akan seberapa efektif fungsi sistem pernapasan (Tinkelman, 2012). Zona ini terbagi menjadi tiga yaitu :
Gambar 2.3 Volume dan Kapasitas paru (Broaddus, 2016).
10
1. Zona hijau
Zona hijau merupakan zona aman. Pada zona ini, arus puncak ekspirasi menunjukkan angka 80 sampai 100 persen dari nilai arus puncak ekspirasi normal.
2. Zona kuning
Pada zona ini, arus puncak ekspirasi menunjukkan angka 50 sampai 80 persen dari nilai arus puncak ekspirasi normal dan menandakan suatu peringatan. Hal ini menandakan saluran pernapasan sudah mengalami penyempitan dan telah menimbulkan gejala-gejala ringan seperti napas pendek, batuk, dan merasa lelah. Gejala ini dapat menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari dan kualitas tidur.
3. Zona merah
Zona ini merupakan zona bahaya. Arus puncak ekspirasi pada zona ini bernilai kurang dari 50 persen dari arus puncak ekspirasi normal. Hal ini menandakan adanya penyempitan saluran pernapasan yang berat dan diperlukan tindakan sesegera mungkin (Hopkins, 2016).
Nilai arus puncak ekspirasi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-Faktor yang mempengaruhi yaitu (Rahayu, 2009) :
1. Faktor host a. Umur
Faal paru sejak masa kanak-kanak akan bertambah atau meningkat volumenya dan mencapai maksimal pada umur 19-21 tahun, setelah itu nilai faal paru terus menurun sesuai bertambahnya umur karena dengan meningkatnya umur seseorang maka kerentanan terhadap penyakit akan bertambah, khususnya gangguan saluran pernapasan pada tenaga kerja.
b. Jenis Kelamin
Sesudah usia pubertas anak laki – laki menunjukkan kapasitas faal paru yang lebih besar dari pada perempuan. Kapasitas vital rata – rata pria dewasa muda lebih kurang 4,6 liter dan perempuan muda kuranglebih
3,1 liter meskipun nilai-nilai ini jauh lebih besar pada beberapa orang dengan berat badan yang sama pada orang lain.
c. Ras
Pada orang kulit hitam, hasil faal parunya lebih kecil dibandingkan dengan orang kulit putih. Salah satu alasannya adalah bahwa ukuran toraks kulit hitam lebih kecil daripada orang kulit putih. Indonesia yang terdiri dari banyak suku bangsa belum ada data-data antropologi yang dapat menerangkan adanya perbedaan anatomis rongga dada dan tentunya juga memengaruhi faal parunya.
d. Tinggi Badan
Tinggi badan mempunyai korelasi positif dengan APE, artinya, bertambah tinggi seseorang, APE akan bertambah besar. Berikut ini merupakan nilai normal arus puncak ekspirasi menurut tinggi badan seseorang.
Tabel 2.1 Nilai Normal Arus Puncak Ekspirasi Berdasarkan Tinggi Badan.
Tinggi Badan (cm)
Prediksi Arus Puncak Ekspirasi
(L/menit)
Tinggi Badan (cm)
Prediksi Arus Puncak Ekspirasi
(L/menit)
109 147 142 320
112 160 145 334
114 173 147 347
117 187 150 360
119 200 152 373
122 214 155 387
124 227 157 400
127 240 160 413
130 254 163 427
132 267 165 440
135 280 168 454
137 293 170 467
140 307
12
2. Faktor lingkungan a. Kebiasaan merokok
Merokok merupakan faktor utama yang dapat mempercepat penurunan faal paru. Walaupun demikian hanya sebagian kecil dari perokok akan bermanifestasi klinis menjadi penyakit paru obstruksi dan hanya sebagian kecil yang akan berkembang menjadi kerusakan fungsi paru yang berat. Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur jalan napas maupun parenkim paru. Perubahan struktur jalan napas besar berupa hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus.
b. Pemakaian alat pelindung diri
Alat pelindung diri seperti masker, tidak secara sempurna melindungi tubuh dari potensi bahaya, tetapi dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi.
c. Polusi udara
Polusi udara dapat menimbulkan berbagai penyakit dan gangguan fungsi tubuh, termasuk gangguan faal paru.
d. Infeksi saluran pernapasan
Riwayat infeksi saluran napas berat pada masa anak-anak menyebabkan penurunan faal paru dan keluhan respirasi pada masa dewasa.
e. Nutrisi
Salah satu akibat kekurangan nutrisi/gizi dapat menurunkan sistem imunitas dan antibodi sehingga orang mudah terserang infeksi seperti pilek, batuk, diare, dan juga berkurangnya kemampuan tubuh untuk melakukan detoksifikasi terhadap benda asing yang masuk dalam tubuh.
2.3 INDEKS MASSA TUBUH 2.3.1 DEFINISI
Menurut WHO (World Health Organization) indeks massa tubuh adalah indeks sederhana dari korelasi antara berat badan dan tinggi badan yang umum digunakan untuk mengklasifikasikan berat badan kurang, kegemukan, dan obesitas. Pada anak-anak, perhitungan indeks massa tubuh sama dengan orang dewasa kemudian diinterpretasikan pada kurva pertumbuhan anak WHO atau CDC (Centers for Disease Control and Prevention). Indeks massa tubuh dikembangkan sebagai indikator terjadinya penyakit, semakin tinggi indeks massa tubuh maka semakin tinggi pula risiko terjadinya suatu penyakit (WHO, 2018).
2.3.2 PERHITUNGAN DAN KLASIFIKASI
Nilai indeks massa tubuh didapat dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan tinggi badan kuadrat dalam meter. Microtoise digunakan untuk mengukur tinggi badan orang dewasa dan anak-anak yang sudah dapat berdiri tegak (WHO, 2018).
Indeks Massa Tubuh = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝐾𝑔) [𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)]2
Nilai indeks massa tubuh dapat menentukan status berat badan seseorang.
Pembagian status berat badan ini mengacu pada standar WHO dan CDC. World Health Organization memiliki 6 kategori status nutrisi yaitu underweight, normal weight, pre-obesity, obesity class I, obesity class II, dan obesity class III sedangkan CDC hanya memiliki 4 kategori status berat badan yakni underweight, normal or healthy weight, overweight, obese.
Berikut ini merupakan tabel penentuan status berat badan seseorang yang berumur diatas 20 tahun berdasarkan indeks massa tubuh menurut WHO dan CDC.
(2,1)
14
Tabel 2.2 Kategori indeks massa tubuh berdasarkan WHO.
IMT Status Nutrisi
< 18,5 Underweight
18,5 – 24,9 Normal weight
25,0 – 29,9 Pre-obesity
30,0 – 34,9 Obesity class I
35,0 – 39,9 Obesity class II
>40 Obesity class III
Tabel 2.3 Kategori indeks massa tubuh berdasarkan CDC.
IMT Status berat badan
<18,5 Underweight
18,5-24,9 Normal or healthy weight
25,0-29,9 Overweight
≥30,0 obese
Indeks massa tubuh yang tinggi dapat dijadikan sebagai indikator tingginya kadar lemak dalam tubuh. Secara umum, indeks massa tubuh adalah metode skrining yang murah dan mudah dilakukan untuk mengategorikan berat badan yang mungkin dapat menyebabkan masalah kesehatan (CDC, 2015).
World Health Organization dan CDC mengeluarkan kurva tersendiri untuk penentuan status berat badan orang yang berusia dibawah 20 tahun. Indeks massa tubuh diinterpretasikan berbeda pada kelompok usia ini meskipun perhitungan indeks massa tubuh menggunakan rumus yang sama seperti orang dewasa.
Perbedaannya terletak pada pembagian usia dan jenis kelamin laki-laki dan perempuan dalam penentuan status berat badan (CDC, 2015). Contoh kurva status berat badan WHO dapat dilihat pada gambar dibawah.
Gambar 2.4 Kurva pertumbuhan WHO berdasarkan indeks massa tubuh terhadap terhadap umur anak laki-laki (IDAI, 2015).
Gambar 2.5 Kurva pertumbuhan WHO berdasarkan indeks massa tubuh terhadap terhadap umur anak perempuan (IDAI, 2015).
16
Interpretasi hasil kurva pertumbuhan WHO dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.4 Interpretasi kurva pertumbuhan WHO.
Z-score Status berat badan
Di atas 3 Obesitas
Di atas 2 Overweight
Di atas 1 Berisiko gizi berlebih
0 Normal
Di bawah -1 Normal
Di bawah -2 Kurus
Di bawah -3 Sangat kurus
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan pemakaian kurva pertumbuhan WHO untuk anak usia 0-2 tahun dan pemakaian kurva pertumbuhan CDC untuk anak usia 2 tahun keatas di Amerika Serikat (CDC, 2010). Di Indonesia, IDAI telah menetapkan untuk skrining pertumbuhan anak dengan umur sampai 5 tahun dapat menggunakan kurva WHO (IDAI, 2015).
Kurva pertumbuhan anak CDC menggunakan sistem persentil. Kurva pertumbuhan CDC 2000 merupakan revisi dari kurva pertumbuhan NCHS (National Center for Health Statistics) tahun 1977. Kurva CDC digunakan sebagai referensi pertumbuhan yang menggambarkan pertumbuhan anak pada tempat dan waktu tertentu (IDAI, 2015). Contoh kurva pertumbuhan anak CDC akan dilampirkan pada lembaran berikut.
Gambar 2.6 Kurva pertumbuhan CDC berdasarkan indeks massa tubuh terhadap terhadap umur anak laki-laki (IDAI, 2015).
18
Gambar 2.7 Kurva pertumbuhan CDC berdasarkan indeks massa tubuh terhadap terhadap umur anak perempuan (IDAI, 2015).
Interpretasi hasil kurva pertumbuhan CDC dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.5 Interpretasi kurva pertumbuhan CDC.
Persentil Status berat badan
< persentil ke-5 Underweight
Persentil ke-5 < IMT < persentil ke-85 Normal or Healthy weight Persentil ke-85 < IMT < persentil ke-95 Overweight
≥ Persentil ke-95 Obese
2.4 HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN FUNGSI PERNAPASAN
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jones RL ditahun 2006, terdapat hubungan linear antara indeks massa tubuh dan kapasitas paru-paru. Individu yang mengalami obesitas menunjukkan pengurangan volume dan kapasitas paru bila dibandingkan dengan individu dengan berat badan yang normal (Melo et al, 2014).
Orang yang menderita obesitas memiliki risiko yang lebih tinggi untuk memiliki gangguan pernapasan, misalnya sesak napas pada saat berolahraga ringan meskipun tidak ditemukan adanya riwayat penyakit pernapasan (Zammit et al, 2010). Penderita obesitas biasanya memiliki napas yang pendek, dyspnea telah dilaporkan pada hampir 80% dari individu yang mengalami obesitas (Beiko, 2017).
Pada individu yang obesitas terjadi perubahan dalam mekanika pernapasan, resistensi saluran napas, pola pernapasan, dan pertukaran gas. Perubahan ini terjadi karena peningkatan beban yang ditimbulkan oleh kelebihan berat badan pada toraks dan abdomen (Murugan, 2008). Penekanan pada toraks dan abdomen membatasi pergerakan diafragma sehingga mengurangi ekspansi paru saat inspirasi dan juga mengurangi kapasitas paru (Mandal, 2017).
Salah satu hal yang paling konsisten dari efek obesitas adalah penurunan dari volume cadangan ekspirasi (VCE). Volume cadangan ekspirasi berkurang seiring bertambahnya nilai indeks massa tubuh. Jika ada hubungan antara IMT dan VCE maka hal yang sama berlaku untuk nilai kapasitas residual fungsional (KRF) karena KRF = VCE + RV (Littleton, 2011).
20
Gambar 2.8 Hubungan indeks massa tubuh dengan volume cadangan ekspirasi (Littleton, 2011).
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk membuktikan adanya hubungan antara indeks massa tubuh dan arus puncak ekspirasi. Salah satunya adalah penelitian pada kelompok usia 18-35 tahun di India pada tahun 2016. Hasil penelitian yang didapatkan adalah indeks massa tubuh 18,8 dengan APE 395 dan indeks massa tubuh 28,7 dengan APE 309. Data tersebut menunjukkan bahwa meningkatnya indeks massa tubuh menurunkan arus puncak ekspirasi (Joshi et al, 2016).
Penelitian yang dilakukan pada anak-anak juga membuktikan adanya hubungan antara indeks massa tubuh dan arus puncak ekspirasi. Penelitian tersebut melibatkan 1.439 anak usia 6-14 tahun. Hasil penelitian yang didapatkan adalah nilai arus puncak ekspirasi lebih rendah pada anak yang obesitas dibandingkan dengan anak yang tidak mengalami obesitas (Gundogdu, 2011).
Hubungan yang ditunjukkan dari penelitian tersebut mengindikasikan bahwa obesitas merupakan faktor risiko menurunnya aliran udara atau fungsi paru pada anak-anak. Oleh karena itu, pencegahan obesitas pada anak-anak penting dilakukan untuk menghindari masalah pernapasan yang mungkin terjadi di masa depan (Gundogdu, 2011).
22
2.5 KERANGKA TEORI PENELITIAN
.
2.6 KERANGKA KONSEP PENELITIAN
Atas dasar latar belakang dan tinjauan pustaka diatas, kerangka konsep penelitian dapat dibentuk sebagai berikut :
2.7 HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan antara indeks massa tubuh terhadap arus puncak ekspirasi pada anak.
Indeks Massa Tubuh
Arus puncak ekspirasi pada anak
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 JENIS PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik deskriptif dengan rancangan penelitian cross-sectional (potong lintang). Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dengan arus puncak ekspirasi pada anak usia sekolah dasar yang akan diukur menggunakan timbangan, stadiometer, dan peak flow meter.
3.2 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2018 sampai Desember 2018 di Sekolah Dasar Nurul Azizi. Pengambilan data dimulai bulan Agustus 2018.
3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 3.3.1 POPULASI PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi Sekolah Dasar Nurul Azizi pada bulan Juli 2018 sampai Desember 2018.
3.3.2 SAMPEL PENELITIAN
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas II - VI yang bersekolah di Sekolah Dasar Nurul Azizi. Cara pemilihan sampel yang dipakai adalah non- probability sampling jenis consecutive sampling. Pada consecutive sampling, semua subjek yang datang berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai subjek yang diperlukan terpenuhi. Perkiraan jumlah sampel menggunakan rumus :
n = [0,5 ln[ (1+𝑟 )/ (1−𝑟) ](𝑍⍺+𝑍𝛽) ]2 + 3 Keterangan :
Z⍺ = Nilai Z untuk kesalahan tipe I [ditetapkan]
Zβ = Nilai Z untuk kesalahan tipe II [ditetapkan]
r = koefisien korelasi [berdasarkan Muller Journal of Medical Sciences Research, 2017]
Sampel minimum
= [
(1,96+1,282)0,5 ln[ (1+0,5 )/ (1−0,5) ]
] + 3
Sampel minimum
= 37,833 = 38 sampel
Keterangan : Z⍺ = 1,96 Zβ = 1,282 r = 0,5
Adapun sampel yang diambil harus memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang telah ditetapkan yaitu :
1. Kriteria Inklusi
-Anak bersedia melakukan pemeriksaan dengan peak flow meter dan indeks massa tubuh yang telah disetujui oleh orang tua
2. Kriteria Eksklusi
-Penderita penyakit asma
-Penderita penyakit saluran pernapasan lainnya, seperti : flu dan batuk
2
(3,1)
26
3.4 METODE PENGUMPULAN DATA
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang diperoleh oleh peneliti secara langsung yaitu indeks massa tubuh dan arus puncak ekspirasi.
3.5 METODE ANALISIS DATA
Data yang didapatkan dalam penelitian akan diolah dengan menggunakan perangkat lunak Statistical Product and Service Solution (SPSS). Tujuan analisis data adalah untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh dan arus puncak ekspirasi.
Analisa data yang dimaksud adalah analisa bivariat. Analisa bivariat digunakan untuk menyatakan analisis terhadap dua variabel, yaitu variable dependen dan variabel independen. Pada analisa bivariat, digunakan uji korelasi Spearman.
3.6 DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional data ini meliputi:
a. Indeks Massa Tubuh (IMT)
-Definisi : Indikator sederhana dari korelasi antara berat badan dan
tinggi badan -Alat Ukur : Timbangan dan microtoise.
-Cara Ukur : Berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam ameter kuadrat
-Hasil Ukur : Kg/m2 -Skala Ukur : Ordinal b. Arus puncak ekspirasi
-Definisi : Kecepatan aliran tertinggi yang dicapai selama ekspirasi a paksa dimulai dari tingkat inflasi paru maksimum
-Alat Ukur : Peak Flow Meter
-Cara Ukur : Subjek penelitian berdiri tegak dan menarik napas yang dalam dalam kemudian hembuskan napas sekuat dan sedalam mungkin ke dalam peak flow meter
-Hasil Ukur : L/menit -Skala Ukur : Ordinal
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Azizi Medan.
Sekolah ini memiliki jenjang dari tingkat TK sampai SMA. Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Azizi Medan terletak di Jalan Suka Elok No. 10, Kelurahan Suka Maju, Kecamatan Medan Johor, Kota Medan.
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Azizi Medan kelas 2-6 SD yang berusia 7-11 tahun. Jumlah seluruh sampel penelitian adalah 56 orang yang dipilih dengan metode consecutive sampling dan seluruhnya memenuhi kriteria inklusi.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh langsung oleh peneliti. Data primer didapatkan dari hasil pengukuran berat badan dengan timbangan digital, tinggi badan dengan microtoise, dan arus puncak ekspirasi dengan peak expiratory flow.
Karakteristik sampel penelitian dapat dibedakan berdasarkan jenis kelamin, tinggi badan, tinggi badan menurut umur, berat badan, berat badan menurut umur, indeks massa tubuh dan arus puncak ekspirasi. Berikut ini merupakan tabel karakterisitk sampel penelitian.
Tabel 4.1 Karakteristik sampel penelitian.
Karakteristik Jumlah Persentase (%)
1 Jenis Kelamin
Laki-laki 27 48,2
Perempuan 29 51,8
2 Tinggi Badan
(110 – 117) cm 1 1,8
(118 – 125) cm 8 14,3
(126 – 133) cm 17 30,4
(134 – 141) cm 18 21,1
(142 – 149) cm 8 14,3
(150 – 157) cm 4 7,1
3 Tinggi Badan Menurut Umur
Pendek 7 12,5
Normal 48 85,7
Tinggi 1 1,8
4 Berat Badan
(20,5 – 27,9) kg 21 37,5
(28,0 – 35,4) kg 16 28,6
(35,5 – 42,9) kg 9 16,1
(43,0 – 50,4) kg 3 5,4
(50,5 – 57,9) kg 3 5,4
(58,0 – 65,4) kg 2 3,6
(65,5 – 72,9) kg 1 1,8
(73,0 – 80,4) kg 1 1,8
5 Berat Badan Menurut Umur
Gizi Buruk 3 5,4
Gizi Kurang 7 12,5
Gizi Sedang 13 23,2
Gizi Baik 12 21,4
Gizi Lebih 6 10,7
Obesitas 15 26,8
6 Indeks Massa Tubuh
Underweight 3 5,4
Normal 37 66,1
Overweight 8 14,3
Obese 8 14,3
7 Arus Puncak Ekspirasi
Zona Merah 0 0
Zona Kuning 24 42,9
Zona Hijau 32 57,1
30
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi indeks massa tubuh berdasarkan jenis kelamin.
Menurut CDC, prevalensi obesitas anak usia 6-11 tahun adalah 18,4%. Selain itu, data Riskesdas tahun 2010 memperlihatkan prevalensi obesitas anak usia sekolah 6-12 tahun sebesar 9,2%. Prevalensi obesitas pada anak laki-laki lebih tinggi daripada anak perempuan (10,7% dan 7,7%). Pada penelitian ini diperoleh data bahwa terdapat 14,3% sampel yang diperiksa menderita obesitas, laki-laki sebanyak 75% dan perempuan sebanyak 25%. Hal ini juga sejalan dengan penelitian prevalensi obesitas anak sekolah dasar di Kota Medan yang dilakukan oleh Ariani,A et al pada tahun 2007 dimana ditemukan sebanyak 17,75% anak yang diperiksa menunjukkan obesitas, laki-laki sejumlah 10,75% dan perempuan sejumlah 7%. Dapat disimpulkan bahwa dari beberapa penelitian diatas menunjukkan prevalensi obesitas pada anak usia sekolah dasar lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada perempuan.
Untuk kategori TB/U, penelitian ini menunjukkan nilai 12,5% untuk anak pendek. Jika dibandingkan dengan hasil pemantauan status gizi 2017, persentase pendek untuk anak sekolah dan remaja usia 5-12 tahun berdasarkan indeks TB/U menunjukkan angka 19,4% secara nasional. Untuk Provinsi Sumatera Utara, prevalensi anak pendek bernilai 20,3%. Prevalensi anak pendek tertinggi tahun 2017 terdapat pada Provinsi Sulawesi Barat yaitu 26,9% dan terendah terdapat pada provinsi DKI Jakarta yaitu 10%.
Berdasarkan data Riskesdas 2013, secara nasional prevalensi berat kurang pada tahun 2013 adalah 19,6%, terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4 %) dan tahun 2010 (17,9 %) terlihat meningkat. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% tahun 2007, 4,9% pada tahun 2010, dan 5,7% tahun 2013. Pada penelitian ini, didapatkan 3 orang anak menderita gizi buruk dan 7 orang anak
Kategori IMT
Underweight Normal Overweight Obese
n % n % n % n %
Jenis Kelamin
Laki-Laki 0 0 15 40,5 6 75 6 75
Perempuan 3 100 22 59,5 2 25 2 25
Total 3 100 37 100 8 100 8 100
dengan gizi kurang. Namun menurut Kemenkes RI indikator BB/U ini hanya memberikan indikasi masalah gizi secara umum karena berat badan berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan. Selain itu, World Health Organization menyebutkan bahwa pemeriksaan BB/U dilakukan untuk memantau berat badan anak, sekaligus untuk melakukan deteksi dini anak yang kurang gizi namun untuk mendiagnosis anak dengan gizi buruk perlu diperhatikan penampilan klinis anak.
Tabel 4.3 Hubungan tinggi badan, berat badan, dan indeks massa tubuh dengan arus puncak ekspirasi.
Kategori APE Zona
Kuning
Zona Hijau
Total p value r
n % n % n %
Kategori TB
Pendek 1 14,3 6 85,7 7 100
0,228 -0,164
Normal 23 47,9 25 52,1 48 100
Tinggi 0 0 1 100 1 100
Kategori BB
Gizi buruk 1 33,3 2 66,7 3 100
0,0001* -0,488 Gizi kurang 1 14,3 6 85,7 7 100
Gizi sedang 4 30,8 9 69,2 13 100 Gizi baik 1 8,3 11 91,7 12 100 Gizi lebih 4 66,7 2 33,3 6 100 Obesitas 13 86,7 2 13,3 15 100 Kategori
IMT
Underweight 2 66,7 1 33,3 3 100
0,0001* -0,546
Normal 7 18,9 30 81,1 37 100
Overweight 7 87,5 1 12,5 8 100
Obese 8 100 0 0 8 100
Tabel 4.3 menunjukkan hubungan tinggi badan dan berat badan dengan arus puncak ekspirasi. Hubungan tersebut didapat dengan uji korelasi spearman. Nilai p value untuk kategori tinggi badan terhadap arus puncak ekspirasi adalah 0,228 yang berarti tidak adanya hubungan yang signifikan sedangkan untuk kategori berat badan bernilai 0,0001 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna. Nilai koefisien korelasi (r) tinggi badan terhadap APE adalah -0,164 yang menunjukkan korelasi yang sangat rendah sedangkan untuk berat badan terhadap APE bernilai - 0,488 yang berarti terdapat korelasi sedang.
Penelitian dalam International Journal of Contemporary Pediatrics oleh Durairaj, P et al tahun 2006 menyebutkan bahwa terdapat korelasi positif antara berat badan dan tinggi badan dengan arus puncak ekspirasi pada anak usia 6-12 tahun. Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan tahun 2015 oleh Garg, R et al
32
dengan sampel anak usia 10-14 tahun di India juga memperoleh hasil korelasi yang sama. Penelitian oleh Kuti, B.P tahun 2017 yang menganalisis hubungan sosial ekonomi dan status nutrisi terhadap arus puncak ekspirasi menjelaskan bahwa nilai arus puncak ekspirasi yang rendah pada anak-anak yang terpapar polusi udara, anak yang pendek dan underweight. Selain itu, dianjurkan untuk mencegah gizi kurang pada anak untuk kesehatan paru yang lebih baik. Dalam penelitian ini, hasil yang didapatkan berbeda karena adanya faktor lain yang memengaruhi yaitu umur, jenis kelamin, nutrisi, polusi dan tingkat sosial ekonomi yang tidak dianalisis secara mendetail.
Untuk hubungan indeks massa tubuh dengan arus puncak ekspirasi didapatkan bahwa untuk kategori IMT underweight, 66,7% orang memiliki APE pada zona kuning dan 33,3% orang memiliki APE pada zona hijau. Untuk kategori IMT normal, mayoritas memiliki APE pada zona hijau yaitu sebanyak 81,1% dan minoritas memiliki APE pada zona kuning yaitu sebanyak 18,9%. Untuk kategori overweight mayoritas memiliki APE pada zona kuning yaitu bernilai 87,5% orang dan minoritas pada zona hijau yaitu bernilai 12,5%. Untuk seluruh sampel dengan kategori obese memiliki APE pada zona kuning.
Dari hasil uji analisis spearman didapatkan bahwa terdapat hubungan yang sedang antara indeks massa tubuh dengan arus puncak ekspirasi dengan koefisien korelasi (r) adalah -0,546. Selain itu, nilai koefisien korelasi juga menunjukkan bahwa semakin besar nilai indeks massa tubuh maka semakin kecil nilai arus puncak ekspirasi. Hal ini menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor risiko yang penting dalam penurunan fungsi paru pada anak.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gundogu, Z tahun 2011 di Turki dengan sampel sebanyak 1.439 orang anak menunjukkan nilai arus puncak ekspirasi yang lebih rendah pada anak yang menderita obesitas daripada anak dengan berat badan normal. Dalam penelitian Jones R.L tahun 2006 juga disebutkan bahwa indeks massa tubuh memiliki hubungan linear dengan kapasitas paru-paru. Individu dengan obesitas menunjukkan adanya pengurangan volume dan kapasitas paru bila dibandingkan dengan individu dengan berat badan normal.
Hasil analisis penelitian ini menunjukkan hubungan yang sedang antara indeks massa tubuh dan arus puncak ekspirasi karena obesitas merupakan salah satu dari faktor-faktor risiko penurunan fungsi paru. Selain itu, faktor-faktor lainnya yang dapat memengaruhi fungsi paru adalah umur, jenis kelamin, ras, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, polusi, nutrisi, dan infeksi saluran pernapasan. Namun, faktor- faktor tersebut tidak dianalisis dalam penelitian ini.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian, maka dapat diambil kesimpulan mengenai hubungan antara indeks massa tubuh dengan arus puncak ekspirasi pada anak, sebagai berikut:
1. Insidensi kasus obesitas pada anak dengan usia antara 7 – 11 tahun adalah 14,3%, laki-laki sebanyak 75% dan perempuan sebanyak 25%.
2. Mayoritas arus puncak ekspirasi pada anak dengan indeks massa tubuh underweight, overweight, dan obese adalah pada zona kuning sedangkan untuk indeks massa tubuh normal adalah pada zona hijau.
3. Berdasarkan uji Spearman, didapatkan nilai p = 0,0001 (p < 0,05) yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara berat badan dan indeks massa tubuh dengan arus puncak ekspirasi dengan nilai koefisien korelasi (r) adalah -0,546.
5.2 SARAN
Dari penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Pihak sekolah memberi edukasi kepada siswa-siswi mengenai obesitas dan pengaruh buruk obesitas terhadap kesehatan.
2. Memberi pemahaman kepada orang tua akan pentingnya gizi yang seimbang untuk anak.
3. Untuk penelitian berikutnya, peneliti lain disarankan untuk mengevaluasi faktor- faktor lain yang dapat memengaruhi arus puncak ekspirasi.
DAFTAR PUSTAKA
American Lung Assciation. 2018, Measuring Your Peak Flow Rate, accessed 16 April 2018, Available at : http://www.lung.org/lung-health-and- diseases/lung-disease-lookup/asthma/living-with-asthma/managing-
asthma/measuring-your-peak-flow-rate.html
Ariani, A. & Sembiring, T. 2007, ‘Prevalensi Obesitas pada Anak Sekolah Dasar di Kota Medan’, Majalah Kedokteran Nusantara, vol. 40, no. 2, pp. 86,
Available at :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/18779/mkn -jun2007-40%20%282%29.pdf?sequence=1&isAllowed=y
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2010.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Jakarta.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2013.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta.
Bakki, B., Hammangabdo, A., Talle, M. A., Oluwole, S., Yusuph, H. & Alkali, M.
B. 2012, ‘Peak expiratory flow in normal medical students in Maiduguri, Borno state, Nigeria’, The Pan African Medical Journal, vol. 12
Beiko, T. 2016, ‘Obesity and Respiratory Function’, Pulmonary Medicine,
accessed 15 April 2018, available at :
https://www.clinicaladvisor.com/pulmonary-medicine/obesity-and- respiratory-function/article/625950/
Broaddus, V. Courtney, MD; Mason, Robert J., MD; Ernst, Joel D., MD; King, Talmadge E., MD; Lazarus, Stephen C., MD; Murray, John F., MD, FRCP, DSc (Hon); Nadel, Jay A., MD, DSc (Hon), DLaw (Hon); Slutsky, Arthur S., MD; Gotway, Michael B., MD. 2016, Murray and Nadel's Textbook of Respiratory Medicine, Sixth edition, Elsevier, USA
CDC. 2017, About adult BMI, accessed 4 April 2018, Available at : https://www.cdc.gov/healthyweight/assessing/bmi/adult_bmi/index.
html
CDC. 2017, Childhood Obesity Facts, accessed 27 April 2018, Available at : https://www.cdc.gov/obesity/data/childhood.html
Children's Hospitals and Clinics of Minnesota. 2018, Peak Flow Meter, accessed 6
April 2018, Available at :
https://www.childrensmn.org/educationmaterials/childrensmn/articl e/15556/peak-flow-meter/
Durairaj, P., Raju, S., Thirumalaikumarasamy, S. 2006. ‘Measurement of peak expiratory flow rate values in healthy school going children between 6 and 12 years attending urban schools in Chennai’, International Journal of Contemporary Pediatrics, vol 4
Garg, R., Anand, S., Sehgal, R.K., Singh, H.P. 2015. ‘Normative data of peak expiratory flow rate in healthy school children of Ghaziabad city—a pilot study’, National Journal of Physiology, pharmacy and pharmacology, vol. 5
36
Gundogdu, Z. & Eryilmaz, N. 2011. ‘Correlation between peak flow and body mass index in obese and non-obese children in Kocaeli, Turkey’, vol. 20, pp. 403-406.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2015, KURVA PERTUMBUHAN CDC-2000 LENGKAP, accessed 3 April 2018, Available at : http://www.idai.or.id/professional-resources/growth-chart/cdc-modified-21- april-2001
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2015, KURVA PERTUMBUHAN WHO, accessed 3 April 2018, Available at : http://www.idai.or.id/professional- resources/growth-chart/kurva-pertumbuhan-who
International Child Health Review Collaboration, 2016. MELAKUKAN PENILAIAN STATUS GIZI ANAK, accessed 8 November 2018, Available at : http://www.ichrc.org/lampiran-5-melakukan-penilaian-status-gizi-anak
John Hopkins Medicine. 2016, Peak Flow Measurement, accessed 7 April 2018,
Available at :
https://www.hopkinsmedicine.org/healthlibrary/test_procedures/pulmonary/pea k_flow_measurement_92,P07755
Jones, R.L. & Nzekwu, M.M., 2006, ‘The effects of body mass index on lung volumes’,
vol. 130, pp. 827-833, Available at :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16963682
Kahl, L. & Hughes, H. 2017, The Harriet Lane Handbook, 21st edition, Elsevier, USA.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017, Bayi gendut, lucu tapi belum tentu sehat, accessed 30 Maret 2018, Available at : http://www.depkes.go.id/article/print/17012300002/bayi-gendut-lucu- tapi-belum-tentu-sehat.html
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017, Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) Tahun 2017. Jakarta.
Kuti, B.P, Kuti, D.K, Omole, K.O, Oso, B.I, Mohammed, L.O, Ologun, B.G, Minna, Y.A. 2017, ‘Effects of socio-demographic and nutritional status on Peak Expiratory Flow Rates of rural school children in Ilesa, Nigeria’, vol. 2, pp. 82-
91 , Available at :
http://www.annalsofhealthresearch.com/index.php/ahr/article/view/65/52 Lung Foundation Australia. 2017, Lung Function Test, accessed 10 April 2018,
Available at : http://lungfoundation.com.au/wp-content/uploads/2015/01/Lung- Function-Tests_FS_May-2017-FINAL.pdf
Malamed, S. 2017, Sedation: A Guide to Patient Managemet, 6th edition, Mosby, USA.
Mandal, A. 2017, Obesity and Respiratory Disorder, accessed 18 April 2018, Available at : https://www.news-medical.net/health/Obesity-and-respiratory- disorders.aspx
Melo, L.C., Silva, M.A.M. & Calles, A.C.N. 2014, ‘Obesity and lung function : a systematic review’, vol. 12, pp. 120-125 , Available at : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4898251/
Murugan, A.T. & Sharma, G. 2008, ‘Obesity and respiratory diseases’, Chronic Respiratory Disease, vol. 5, pp. 233-242, Available at :
http://journals.sagepub.com/doi/pdf/10.1177/1479972308096978
National Cancer Institute. 2017, Respiratory System, accessed 6 April 2018, Available at : https://training.seer.cancer.gov/anatomy/respiratory/
Neuspiel, D. R. 2018, Peak Expiratory Flow Rate Measurement, accessed 16 April 2018, Available at : https://emedicine.medscape.com/article/1413347-World Health Organization. 2017, Obesity and overweight, accessed 20 Maret 2018, Available at : http://www.who.int/en/news-room/fact-sheets/detail/obesity-and- overweight
Rahayu, S. 2009, Perbedaan persentase arus puncak ekspirasi akibat polusi udara pada pedagang di terminal tirtonadi dan di proliman balapan Surakarta,
accessed 26 April 2018, Available at :
https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:kJDvFV6TnigJ:https:
//digilib.uns.ac.id/dokumen/download/14072/Mjg4MTE%3D/Perbedaan- persentase-arus-puncak-ekspirasi-ape-akibat-polusi-udara-pada-pedagang-di- terminal-Tirtonadi-dan-di-proliman-Balapan-Surakarta-
abstrak.pdf+&cd=4&hl=en&ct=clnk&gl=id
Satriyani, Pandelaki, K. & Wongkar, M. C. P. 2015, Hubungan obesitas dengan faal paru pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas SAM Ratulangi Manado, Journal e-Clinic, vol. 3, no. 1, pp. 113-114.
Sherwood, L. 2013, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, 8th edition, EGC, Jakarta.
Tinkelman, D. 2012, Peak Flow Zone Chart, National Jewish Health, accessed 7 April
2018, Available at :
https://www.nationaljewish.org/conditions/asthma/overview/lifestyle- management/tools/peak-flow-zone-chart
World Health Organization. 2017, Body mass index, accessed 20 Maret 2018, Available at : http://www.euro.who.int/en/health-topics/disease- prevention/nutrition/a-healthy-lifestyle/body-mass-index-bmi
World Health Organization. 2018, BMI classification, accessed 20 Maret 2018, Available at : http://apps.who.int/bmi/index.jsp?introPage=intro_3.html
World Health Organization. 2018, Body mass index - BMI, accessed 20 Maret 2018, Available at : http://www.euro.who.int/en/health-topics/disease- prevention/nutrition/a-healthy-lifestyle/body-mass-index-bmi
Yuniasri, W., Putra, W. S., Prasenohadi, Rasmin, M. 2016, ‘Sindrom Obesitas Hipoventilasi’, Jurnal Respirologi Indonesia, vol. 36, no. 3, pp. 192-197, Available at : http://jurnalrespirologi.org/wp-content/uploads/2017/01/JRI- 2016-36-3-192.pdf
Zammit, C., Liddicoat, H., Moonsie, I. & Makker, H. 2010, ‘Obesity and respiratory disease’, International Journal of General Medicine, vol. 3 pp. 335-343, Available at : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2990395/
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Jesslyn Wijaya
NIM : 150100099
Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 20 September 1997
Agama : Buddha
Nama Ayah : Andy Anwar
Nama Ibu : Dahliawati
Alamat : Komplek CitraLand Bagya City Blok H2C No. 5 Riwayat Pendidikan :
1. Sekolah Dasar Methodist Perbaungan 2003-2009 2. Sekolah Menengah Pertama Sutomo 1 Medan 2009-2012 3. Sekolah Menengah Atas Sutomo 1 Medan 2012-2015 4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 2015-sekarang Riwayat Kepanitiaan :
1. Anggota Sie Peralatan dan Tempat PMO 2016 2. Anggota Sie Kompetisi IMO 2017
3. Anggota Sie Administrasi dan Kesekretariatan Baksos MIND FK USU 2017 4. Anggota Sie Peralatan dan Tempat Baksos MIND FK USU 2016
5. Koordinator Sie Konsumsi Waisak MIND FK USU 2017 6. Bendahara Kathina MIND FK USU 2017
Lampiran 1