• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT TOBASARI SIMALUNGUN 2016 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT TOBASARI SIMALUNGUN 2016 SKRIPSI"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT TOBASARI SIMALUNGUN 2016. SKRIPSI. OLEH RIDHA AMINI INSYANIA SARAGIH NIM : 131000595. FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(2) PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT TOBASARI SIMALUNGUN 2016. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat. OLEH : RIDHA AMINI INSYANIA SARAGIH NIM : 131000595. FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(3) HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT TOBASARI SIMALUNGUN 2016” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.. Medan, Maret 2017. RIDHA AMINI INSYANIA SARAGIH. i UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(4) ii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(5) ABSTRAK Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Tobasari merupakan perusahaan yang menghasilkan produk yang di ekspor di luar negeri sehingga perusahaan menggunakan alat produksi dengan potensi bahaya tinggi, sehingga pekerja membutuhkan perlindungan untuk menjaga pekerja agar terhindar dai kecelakaan yang di timbulkan oleh alat-alat produksi. Perlindungan ini disebut sebagai perlindungan teknis yang berbentuk Standard Operational Procedure (SOP), Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja dan penyediaan alat pelindung diri (APD). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Perkebunan Nuantara IV Unit Tobasari Simalungun. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap tujuh informan. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk narasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja belum maksimal. Hal ini disebabkan oleh lemahnya pengawasan dan sanksi dari perusahaan dan kurangnya kesadaran pekerja akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan perusahaan dapat lebih giat lagi melakukan sosialisasi mengenai standard operational procedure kepada karyawan, melakukan simulasi tanggap darurat agar pekerja dapat mengaplikasikan simulasi dan melakukan pengawasan terhadap karyawan dan memberikan sanksi agar pekerja sadar akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja . Kata Kunci: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Standard Operational Procedure (SOP), Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja, Alat Pelindung Diri (APD).. iii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(6) ABSTRACT Occupational safety and health is all actvites to guarantee and protect safety and health of worker trough prevent of accidents and occupational issues caused by their work. PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Tobasari is a company production which their product will be eksported so this company use machine with high potential hazard, so the workers need protect for maintain to avoid accident inflicted from that accident. This protection is called as technical protection that is Standard Operational Procedure, occupational safety and health training, and Personal Protective Equipment (PPE). This study is qualitative study aimed to knowing the implementation of occupational health and safety in PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Tobasari.The data collection is done by in-depth interviews with seven informants. Data analysis was done descriptively and presented in narrative form. The result showed that the implementation of occupational safety and health has not been maksimal. This is caused by the lack of control and sanction from the company and lack of awarness the workers about how important occupational safety and health itself. Based on the result of the study are expected to the company to sosializing about standard operational procedure (SOP) to workers, held simulation emergency response so that workers can aplly that simulation and supervice the workers and give the sanction to make workers knowing how important occupational safety and health. Keywords: Occupational Safety and Health (OSH), Standard Operational Procedure (SOP), occupational safety and health training, Personal Protection Equipment (PPE).. iv UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(7) KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kesempatan penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul: “Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Perkebunan Nusantara Unit Tobasari Simalungun 2016”. Penulis menyadari bahwa di dalam pelaksanaan penulisan ini banyak mengalami kesulitan-kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan dan arahan dari dosen pembimbing maka penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kelemahan serta kekurangan-kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan masukan serta saran yang bersifat membangun di masa yang akan datang. Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M. Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara. 2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M. Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat 3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M. Kes selaku Ketua Jurusan Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. v UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(8) 4. Dra. Lina Tarigan, Apt. M. S, sebagai Dosen Pembimbing I, terima kasih atas bimbingan dan dukungan Ibu kepada penulis selama penulisan skripsi. 5. Dr. Halinda Sari Lubis, M. KKK, sebagai Dosen Pembimbing II, terima kasih atas bimbingan dan dukungan Ibu kepada penulis selama penulisan skripsi. 6. Ir. Kalsum, M. Kes, sebagai Dosen Penguji I, terima kasih atas bimbingan dan dukungan Ibu kepada penulis selama penulisan skripsi 7. Eka Lestari Mahyuni, SKM., M. Kes, sebagai Dosen Penguji II, terima kasih atas bimbingan dan dukungan Ibu kepada penulis selama penulisan skripsi 8. Dra. Nurmaini, M.K.M, Ph.D, selaku Dosen Penasehat Akademik selama penulis menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU 9. Seluruh Bapak dan Ibu staf pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU 10. Kepada kedua orang tua tercinta, Bapak Edi Pandapotan Saragih dan Ibu Sari Utami, yang telah memberikan perhatian dan semangat pada penulis. 11. Kepada kedua adik tersayang, Atiqah Zikry Amalia Saragih dan Muhammad Farid Azis Saragih, yang telah memberikan semangat kepada penulis 12. Kepada abang Vernando Arista yang telah membantu dan membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi dan memberi semangat serta dukungan. 13. Kepada sahabat Citra Devi Napitupulu, Dimas Daviari, dan Dheani Rahma Suri, Adryana Cinta, Suitha Andriani yang selalu memberi semangat dan dukungan kepada penulis 14. Kepada seluruh sahabat yang telah memberi dukungan dan motivasi, yang namanya tidak dapat saya sebutkan satu persatu. 15. Dan semua pihak yang membantu selesainya skripsi ini. vi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(9) Demikianlah yang penulis dapat sampaikan, atas segala kesalahan dan kekurangannya penulis mohon maaf sebesar-besarnya.. Medan,. Maret 2017. Ridha Amini Insyania Saragih. vii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(10) DAFTAR RIWAYAT HIDUP. Nama. : Ridha Amini Insyania Saragih. Tempat lahir. : Medan. Tanggal lahir. : 04 Juni 1996. Agama. : Islam. Anak ke. : 1 dari 3 bersaudara. Nama Ayah. : Edi Pandapotan Saragih. Suku Bangsa Ayah. : Batak. Nama Ibu. : Sari Utami. Suku Bangsa Ibu. : Minang. Riwayat Pendidikan Formal Tahun 1999-2001. : TK Iqra’ Pematangsiantar. Tahun 2001-2007. : Madrasah Ibtidaiyah Negeri Bah Kapul Pematangsiantar. Tahun 2007-2010. : SMP Negeri 4 Pematangsiantar. Tahun 2010-2013. : SMA Negeri 4 Pematangsiantar. Tahun 2013-2017. : S-1 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. viii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(11) DAFTAR ISI Halaman. HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................ i HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii ABSTRAK ...................................................................................................... iii ABSTRACT .................................................................................................... iv KATA PENGANTAR.................................................................................... v DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... viii DAFTAR ISI................................................................................................... ix DAFTAR TABEL .......................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 8 1.3 Tujuan Penelitian............................................................... 8 1.3.1 Tujuan Umum .......................................................... 8 1.3.2 Tujuan Khusus ......................................................... 8 1.4 Manfaat Penelitian............................................................. 9. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja ..................................... 10 2.1.1 Keselamatan Kerja ................................................... 12 2.1.2 Kesehatan Kerja ....................................................... 14 2.1.3 Tujuan dan Manfaat K3............................................ 15 2.2 Kecelakaan Kerja................................................................ 16 2.2.1 Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja ......................... 19 2.3 Perlindungan Tenaga Kerja ................................................ 20 2.4 Perlindungan Teknis........................................................... 21 2.4.1 Standard Operational Procedure (SOP).................. 22 2.4.2 Pelatihan ................................................................... 26 2.4.3 Alat Pelindung Diri (APD)....................................... 27 2.5 Kerangka Pikir.................................................................... 32. BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ................................................................... 33 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................. 33 3.2.1 Lokasi Penelitian ...................................................... 33 3.2.2 Waktu Penelitian ...................................................... 33 3.3 Informan Penelitian ............................................................ 33 3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................ 34 ix UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(12) 3.4.1 Jenis Data ................................................................. 34 3.5 Instrumen Pengambilan Data ............................................. 34 3.6 Triangulasi.......................................................................... 34 3.7 Cara Pengumpulan Data ..................................................... 35 3.8 Definisi Istilah .................................................................... 36 3.9 Analisa Data ....................................................................... 36 BAB IV. HASIL 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................. 39 4.1.1 Geografis .................................................................. 39 4.1.2 Sejarah Singkat PTPN IV Tobasari.......................... 39 4.2 Visi dan Misi Perusahaan ................................................... 40 4.2.1 Visi ........................................................................... 40 4.2.2 Misi........................................................................... 40 4.3 Struktur Organisasi............................................................. 41 4.4 Informan ............................................................................. 49 4.4.1 Karakteristik Informan ............................................. 49 4.5 Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ................ 49 4.5.1 Standard Operational Procedure (SOP).................. 49 4.5.1.1 Pengertian (SOP) ......................................... 49 4.5.1.2 Fungsi (SOP)................................................ 51 4.5.1.3 Tujuan (SOP) ............................................... 52 4.5.1.4 Penerapan (SOP).......................................... 53 4.5.1.5 Sanksi (SOP)................................................ 55 4.5.2 Pelatihan ................................................................... 56 4.5.2.1 Pelatihan K3................................................. 56 4.5.3 Alat Pelindung Diri (APD)....................................... 59 4.5.3.1 APD yang digunakan dilingkungankerja ..... 59 4.6 Hasil Observasi ..................................................................... 63. BAB V. PEMBAHASAN 5.1 Standard Operational Procedure (SOP) ............................ 64 5.2 Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ..................... 69 5.3 Alat Pelindung Diri (APD)................................................. 72. BAB VI. Kesimpulan dan Saran 6.1 Kesimpulan......................................................................... 79 6.2 Saran ................................................................................... 80. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN. x UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(13) DAFTAR TABEL. Tabel 4.1 Karakteristik Informan ...................................................................... 49 Tabel 4.2 Matriks Pernyataan Informan tentang Pengertian Standard Operational Procedure (SOP) dalam Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja...................................................... 49 Tabel 4.3 Matriks Pernyataan Informan tentang Fungsi Standard Operational Procedure (SOP) dalam Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja...................................................... 51 Tabel 4.4 Matriks Pernyataan Informan tentang Tujuan Standard Operational Procedure (SOP) dalam Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja...................................................... 52 Tabel 4.5 Matriks Pernyataan Informan tentang Penerapan Standard Operational Procedure (SOP) dalam Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja...................................................... 53 Tabel 4.6 Matriks Pernyataan Informan tentang Sanksi Standard Operational Procedure (SOP) dalam Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja...................................................... 55 Tabel 4.7 Matriks Pernyataan Informan tentang Pelatihan Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja..................................................... 56 Tabel 4.8 Matriks Pernyataan Informan tentang Alat Pelindung Diri (APD) dalam Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja .. 59 Tabel 4.9 Matriks Pernyataan Informan tentang Perlindungan Kerja pada Pekerja dalam Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ........ 62. x UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(14) DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran I Pedoman Wawancara Lampiran II Pedoman Observasi. xi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(15) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan adalah pekerjaan yang bersifat. manusiawi sesuai dengan harkat dan martabat manusia, sehingga para pekerja terhindar dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 2 maka diterbitkanlah Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang antara lain mengatur tentang perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja. Perkembangan industri dan produksi jasa, menjadikan ruang lingkup keselamatan kerja yang perlu di atur semakin luas. UU No. 1 tahun 1970 mencakup keselamatan kerja disemua tempat kerja baik di darat, didalam tanah, di permukaan air dan didalam air. Sumber bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja harus dikendalikan melalui penerapan keselamatan dan kesehatan kerja. Tujuan dari diadakannya Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam perusahaan adalah untuk memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk mengurangi biaya perusahaan dalam mengatasi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sudah sewajarnya perusahaan menjadikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sebagai prioritas utama perusahaan. Buruknya implementasi K3 memberi pengaruh yang besar terhadap berjalannya suatu perusahaan sehingga muncul potensi besar kerugian perusahaan antara lain terganggunya produksi, perbaikan alat produksi yang rusak, dan pembayaran tak terduga akibat kecelakaan kerja. Potensi kerugian ini. 1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(16) 2. menyebabkan perusahaan kehilangan produktivitas para pekerja. Karena itu setiap pekerja berhak atas keselamatan dan kesehatan kerja sebagai modal yang asasi untuk dapat menjalankan aktivitas yang produktif (Pasal 86 ayat 1 UU No. 13 tahun 2003). Jumlah. kasus. kecelakaan. akibat. kerja. menurut. BPJS. Ketenagakerjaan tahun 2011 – 2014 yang paling tinggi pada 2013 yaitu 35.917 kasus kecelakaan kerja (Tahun 2011 = 9.891; Tahun 2012 = 21.735; Tahun 2014 = 24.910). Melihat besarnya angka kecelakaan kerja setiap tahun, maka dikeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Pasal 5 Ayat 2 menyatakan bahwa perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih dan mempunyai potensi bahaya tinggi, yang dapat ditimbulkan oleh karakteristik proses bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja diwajibkan menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PP No. 50 Tahun 2012 Pasal 1 poin 2). Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan (Ridley, 2006).. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(17) 3. Dalam melaksanakan pekerjaan agar dapat berjalan dengan lancar pekerja perlu mendapatkan perlindungan yang baik. Perlindungan terhadap tenaga kerja yang dimaksudkan adalah perlindungan tenaga kerja akan jaminan keselamatan dan kesehatan, bebas dari diskriminasi, diperlakukan sama sesuai dengan norma dan nilai agama agar pekerja dapat bekerja dengan aman dan nyaman yang tentunya akan meningkatkan efektivitas, efisiensi dan produktivitas kerja. Memperoleh perlindungan akan keselamatan dan kesehatan dalam bekerja merupakan hak setiap tenaga kerja, hal ini merupakan hak bagi pekerja sesuai yang tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per 50/Men/2012 Pasal 3, “Setiap perusahaan yang memperkerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau lebih atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja”. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja wajib dilaksanakan oleh pengurus, pengusaha, dan seluruh tenaga kerja sebagai suatu kesatuan. Perlindungan yang diberikan pemerintah akan kesehatan dan keselamatan kerja dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 86 ayat 1 UU Nomor 13 Tahun 2003 diatur pula bahwa “Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan kerja, moral dan kesusilaan, perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama”. Aspek dasar perlindungan kerja yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang dan perlindungan kerja menurut aspek keselamatan dan kesehatan kerja saling berhubungan. Aspek perlindungan kerja yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang mencakup bagian. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(18) 4. dari perlindungan kerja menurut aspek keselamatan dan kesehatan kerja. Terdapat 3 jenis perlindungan kerja menurut Zaeni Asyhadie yaitu perlindungan ekonomis, perlindungan sosial, dan perlindungan teknis. Perlindungan ekonomis membahas mengenai perlindungan tenaga kerja dalam bentuk penghasilan yang layak bagi kemanusiaan. Perlindungan sosial merupakan perlindungan tenaga kerja dalam bentuk jaminan kesehatan kerja dan kebebasan berserikat dan perlindungan hak untuk berorganisasi. Jaminan kesehatan disini berupa asuransi kesehatan. Perlindungan teknis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk keamanan dan keselamatan kerja. Perlindungan teknis akan keamanan dari keselamatan kerja yang dimaksud disini adalah perlindungan akan pelaksanaan kerja yang aman mulai dari penyediaan APD, Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja, SOP (Standar Operasional Prosedur), dan sebagainya yang dilakukan untuk melindungi tenaga kerja dari bahaya kerja dilingkungan kerja yang tidak amansehingga pekerja dapat bekerja dengan nyaman, aman. (Zaeni Asyhadie, 2007). Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting bagi perusahaan. Keselamatan kerja berarti proses merencanakan dan mengendalikan situasi yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja melalui standard operational procedure yang menjadi acuan dalam bekerja, sehingga dengan adanya standard yang baik dalam pengoperasian pabrik maka akan menurunkan kemungkinan kesalahan dalam penggunaan alat yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja. (ampuh, 2009). UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(19) 5. Salah satu perusahaan yang menerapkan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero). Saat ini perkembangan perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) PTPN IV merupakan salah satu perusahaan dengan perkembangan yang sangat besar. Sumber. daya. yang. dihasilkan. merupakan. faktor. yang. mempengaruhi. pembangunan Indonesia dalam menghadapi era globalisasi dan industrialisasi. PT. Perkebunan Nusantara Unit Tobasari merupakan bagian dari PTPN IV yang bergerak pada bidang usaha argoindustri. Komoditas utama yang dikelola yaitu Teh. PTPN IV Unit Tobasari merupakan lingkungan kerja yang berisiko tinggi mengakibatkan kecelakaan kerja. Proses produksi di pabrik juga tidak jauh dari risiko seperti kebakaran berskala besar (Major Fire). Pada proses produksi PTPN IV unit Tobasari memerlukan program keselamatan kerja guna meningkatkan produktivitas pekerja sehingga di dapatkan mutu dan kualitas hasil produksi perusahaan yang baik. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan peneliti, didapatlah data bahwa pada tahun 2014 PTPN IV Unit Tobasari mendapatkan penghargaan Sertifikat Bendera Emas (Gold Flag) dari Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Bendera Emas (Gold flag) adalah Bentuk penghargaan atau apresiasi Pemerintah terhadap perusahaan yang telah menerapkan SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan) berdasarkan Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012 yang berbentuk sertifikat dan bendera.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(20) 6. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan peneliti didapatlah gambaran keselamatan dan kesehatan kerja tidak terlaksana dengan baik yang terlihat dari masih banyak tindakan tidak aman (Unsafe action) yang dilakukan oleh pekerja dan lemahnya pemantauan dan sikap dari pihak perusahaan sehingga banyak SOP yang tidak dilaksanakan. Beberapa pelatihan yang telah diberikan oleh pihak perusahaan juga tidak terlaksanakan dengan baik. Pada proses pengolahan daun teh di PTPN IV Unit Tobasari banyak dijumpai tindakan tidak aman dengan potensi bahaya tinggi yang dilakukan pekerja pada saat bekerja, misalnya, pekerja tidak menggunakan APD pada pekerjaan dengan resiko tinggi seperti pada proses penggulungan, daun yang bersisa dan menghambat sistem penggulungan harus disatukan ke bagian tengah mesin, pada proses itu pekerja hanya menggunakan tongkat kayu tanpa mematikan mesin terlebih dahulu. beban kerja yang melebihi batas kemampuan pekerja seperti pengangkutan daun layu ke dalam mesin penggulung dengan hanya menggunakan beko, dan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja yang tidak di aplikasikan dengan baik dalam proses kerja. Bentuk penanganan keadaan darurat yang tidak sesuai SOP yang peneliti temukan pada survey pendahuluan adalah pada saat kejadian kebakaran yang terjadi di stasiun pelayuan yang terletak di palung 13,. pengendalian keadaan darurat dalam hal ini kebakaran. menggunakan tenaga karyawan pelayuan daun teh, sementara pada SOP, penanganan kebakaran harus dilakukan oleh Kepala komando pengendalian keadaan darurat dalam hal ini Asisten. Hal-hal tersebut merupakan tindakan tidak aman (Unsafe Action) yang peneliti dapatkan pada saat survei pendahuluan.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(21) 7. Mandor produksi, Yatno menjelaskan bahwa kebakaran terjadi karena tersulutnya api yang berasal dari pembakaran dengan menggunakan cangkang kelapa dibelakang area pelayuan daun yang berusaha dipadamkan terlebih dahulu dengan menggunakan air oleh para pekerja stasiun pelayuan. Sementara apar yang tersedia di pabrik saat kebakaran juga tidak lengkap, dikarenakan pada setelah digunakan apar yang terletak di stasiun pelayuan, belum diisi oleh BAKORTIBA (badan koordinasi ketertiban). Dari kejadian di atas terlihat bahwa pelatihan pada pekerja mengenai kebakaran belum di terapkan dengan baik karena pekerja masih ada yang berusaha memadamkan api dengan air, sementara dalam pelatihan pemadaman api selalu menggunakan apar. Pada proses penggulungan daun layu pabrik menggunakan conveyor untuk pengayakan hasil penggulungan yang selanjutnya akan di oksidasi enzimatis. hanger bearing conveyor yang dipergunakan oleh pabrik tidak menggunakan pelindung pada bagian pemutar disebelah kiri dan kanan sehingga pekerja yang memakai pakaian dan penutup kepala dengan kain yang menjuntai dapat tergulung. Selain itu mesin penggulung daun layu juga pernah mengakibatkan kecelakaan kerja pada pegawai, dimana mesin beroperasi saat karyawan sedang melakukan perbaikan. Hal ini terjadi karena tidak adanya komunikasi yang baik antar pekerja. Hal ini bukan murni kesalahan pekerja tetapi juga kesalahan perusahaan yang tidak menyediakan Isolation Tag yang dapat dipergunakan untuk menandai mesin yang sedang dalam perbaikan dan telah selesai diperbaiki.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(22) 8. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas dan pembatasan. masalah diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Tobasari. 1.3. Tujuan Penelitian. 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Tobasari, Simalungun 2016. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.. Mengetahui aspek pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja berupa Standard Operational Procedure (SOP) dari pekerja, pihak manajemen dan pihak P2K3 pada proses produksi PT. Perkebunan Nusantara Unit Tobasari.. 2.. Mengetahui aspek pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja berupa Pelatihan keselamatan dari pekerja, pihak manajemen dan pihak P2K3 pada proses produksi PT. Perkebunan Nusantara Unit Tobasari.. 3.. Mengetahui aspek pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja berupa Alat Pelindung Diri (APD) dari pekerja, pihak manajemen dan pihak P2K3 pada proses produksi PT. Perkebunan Nusantara Unit Tobasari.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(23) 9. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :. 1.. Untuk memberi informasi dan masukan kepada pihak perusahaan tentang pentingnya pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja dan kekurangan perusahaan dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di PTPN IV Unit Tobasari.. 2.. Untuk menambah ilmu dan Perluasan wawasan penulis tentang penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.. 3.. Sebagai bahan perbandingan dan referensi bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian yang berhubungan dengan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(24) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan kesehatan kerja adalah segala kegiatan untuk menjamin. dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. (PP 50 Tahun 2012 Pasal 1 poin 2). Undang undang No. 1 Tahun 1970 menerangkan bahwa keselamatan kerja yang mempunyai ruang lingkup yang berhubungan dengan mesin, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja, serta cara mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, memberikan perlindungan sumber-sumber produksi sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992, menyatakan bahwa sudah sewajarnya apabila tenaga kerja juga berperan aktif dan ikut bertanggung jawab atas pelaksanaan program pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan demi terwujudnya perlindungan tenaga kerja dan keluarganya dengan baik. Jadi, bukan hanya perusahaan saja yang bertanggung jawab dalam masalah ini, tetapi para karyawan juga harus ikut berperan aktif agar tercapai kesejahteraan bersama. Berdasarkan. Peraturan. Menteri. Tenaga. Kerja. Nomor. :. PER.. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, bahwa : Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya 10. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(25) 11. yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Keselamatan dan kesehatan kerja adalah semua kondisi dan faktor yang dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung, dan tamu) di tempat kerja. Menurut Mangkunegara (2002) keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya. Menurut Malthis Jackson (2002), keselamatan kerja menunjuk pada perlindungan kesejahteraan fisik dengan dengan tujuan mencegah terjadinya kecelakaan atau cedera terkait dengan pekerjaan. Pendapat lain menyebutkan bahwa keselamatan kerja berarti proses merencanakan dan mengendalikan situasi yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja melalui persiapan Standar Operasional Prosedur yang menjadi acuan dalam bekerja. Keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai kegiatan yang menjamin terciptanya kondisi kerja yang aman, terhindar dari gangguan fisik dan mental melalui pembinaan dan pelatihan, pengarahan, dan kontrol terhadap pelaksanaan tugas dari para karyawan dan pemberian bantuan sesuai dengan aturan yang berlaku, baik dari lembaga pemerintah maupun perusahaan dimana mereka bekerja. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan upaya preventif. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(26) 12. yang kegiatannya utamanya adalah identifikasi, substitusi, eliminasi, evaluasi, dan pengendalian risiko dan bahaya. Dari uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu upaya untuk mencegah penyakit dan kecelakaan akibat kerja dengan memberikan perlindungan pada sumber produksi sehingga efisiensi dan produktivitas meningkat. Menurut Mangkunegara (2002) tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut : 1.. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial dan psikologis.. 2.. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif mungkin.. 3.. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.. 4.. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.. 5.. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian dan partisipasi kerja.. 6.. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.. 7.. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.. 2.1.1 Keselamatan Kerja Kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan dapat dicegah dengan peraturan perundangan tentang ketentuan wajib di tempat kerja, standardisasi keselamatan kerja, pengawasan tentang kepatuhan ketentuan yang diwajibkan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(27) 13. dalam peraturan, penelitian bersifat teknik, riset medis, penelitian psikologis, penelitian secara statistik, pendidikan, pelatihan keselamatan kerja, penggairahan dengan cara penyuluhan, asuransi, dan usaha keselamatan pada tingkat perusahaan yang merupakan ukuran utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja (Suma’mur, 1987). Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan (Ridley, 2006). Menurut Sedarmayati (2001) lingkungan kerja merupakan keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok. Jenis lingkungan kerja terbagi menjadi dua, yaitu : 1. Lingkungan kerja fisik Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi pekerja baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan kerja fisik dibagi menjadi dua kategori yaitu : a. Lingkungan kerja langsung berhubungan dengan pekerja b. Lingkungan kerja atau lingkungan umum atau yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya temperatur, kelembaban, pencahayaan, kebisingan dan lain-lain.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(28) 14. 2. Lingkungan kerja non fisik Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun sesama rekan kerja ataupun dengan bawahan. 2.1.2 Kesehatan Kerja Kesehatan adalah faktor sangat penting bagi produktivitas dan peningkatan produktivitas tenaga kerja, gangguan kesehatan tidak berartipun dapat saja mengakibatkan turunnya produktivitas kerja. Gangguan kesehatan dan daya kerja dapat timbul akibat tidak adanya keseimbangan atau kurangnya kecocokan antara beban kerja di satu pihak dan kemampuan/ kapasitas tenaga kerja yang dikarenakan berbagai faktor yang bersifat fisik, kimiawi, biologis, fisiologis dan atau mental psikologis yang intensitasnya melampaui Batas Sehat Pemaparan Kerja (BSPK) mengakibatkan gangguan kesehatan dan daya kerja (Suma,mur, 2009). Kesehatan kerja adalah aplikasi kesehatan masyarakat dalam suatu tempat kerja dan yang menjadi pasien dari kesehatan kerja adalah masyarakat pekerja dan masyarakat di sekitar perusahaan tersebut. Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan perusahaan tersebut, melalui usaha-usaha preventif, promotif dan kuratif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan akibat kerja atau lingkungan kerja (Notoatmodjo, 2007) Pengertian kesehatan kerja adalah adanya jaminan kesehatan pada saat melakukan pekerjaan. Menurut WHO/ILO kesehatan kerja bertujuan untuk. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(29) 15. peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja. yang disebabkan oleh. kondisi. pekerjaan;. perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan; dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya. Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada pekerjaan atau jabatannya. 2.1.3 Tujuan dan Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Mangkunegara (2002), tujuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut : a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial dan psikologis. b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya, seefektif mungkin. c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya. d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai. e. meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja. f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja. g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(30) 16. Manfaat keselamatan dan kesehatan kerja menurut Mangkunegara (2002) adalah sebagai berikut : 1. Manfaat ekonomis : a. Berkurangnya kecelakaan dan sakit karena kerja. b. Mencegah hilangnya investasi fisik dan investasi sumber daya manusia. c. Meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja yang nyaman dan aman, serta motivasi kerja yang meningkat. 2. Manfaat psikologis : a. Meningkatkan kepuasan kerja. b. Kepuasan kerja tersebut akan meningkatkan motivasi kerja dan selanjutnya akan meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja. c. Perusahaan akan merasa bangga bahwa telah ikut serta dalam pembangunan nasional. d. Nama baik/citra perusahaan akan meningkat. 2.2. Kecelakaan Kerja Menurut Suma’mur (1987) kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga. dan tidak diharapkan. Tak terduga, dan tidak terdapat unsur kesengajaan maupun bentuk perencanaan. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja dapat berarti, kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjan. Menurut Husni (2005) keselamatan kerja bertalian dengan kecelakaan kerja, yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau dikenal dengan istilah. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(31) 17. kecelakaan industri. Kecelakaan industri ini secara umum dapat diartikan sebagai suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikhendaki yang mengacaukan proses yang telah di atur dalam suatu aktivitas. Ada 4 faktor penyebabnya, yaitu : a. Faktor manusia. b. Faktor material/ bahan/peralatan. c. Faktor bahaya/sumber bahaya. d. Faktor yang dihadapi (pemeliharaan/ perawatan mesin) Dalam pencegahan kecelakaan terdapat suatu teori yang disebut teori domino Heinrich yang menyebutkan bahwa kecelakaan bukanlah suatu peristiwa tunggal, kecelakaan merupakan hasil dari serangkaian penyebab yang saling berkaitan, dimana teori ini menggambarkan rangkaian penyebab (kejadian atau situasi) yang mengawali kecelakaan yang menimbulkan cedera atau kerusakan. Jika satu domino jatuh maka domino tersebut akan menimpa domino-domino lainnya hingga domino yang terakhir pun jatuh, artinya kecelakaan. Menurut John Ridley (2006), pada teori domino jika salah satu dari domino (sebab-sebab) itu dihilangkan maka tidak akan ada kecelakaan. Tipikal penyebab kecelakaan adalah : 1. Situasi kerja 2. Kesalahan personal 3. Tindakan tidak aman 4. Kecelakaan 5. Cedera kerusakan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(32) 18. Menurut Suma’mur (1987) cara penggolongan kecelakaan di setiap negara berbeda-beda hanya saja terdapat kesamaan umum yaitu, bahwa kecelakaan disebabkan oleh dua golongan penyebab : 1. Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (Unsafe Action). 2. Keadaan lingkungan yang tidak aman (Unsafe Condition). Kecelakaan yang terjadi diselidiki dengan maksud untuk menentukan siapa yang bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan dan mencegah terulangnya peristiwa yang serupa. Menurut Suma’mur (1987), terdapat cara mencegah kecelakaan kerja yaitu dengan cara : 1. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, dan pemeriksaan kesehatan. 2. Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi atau tak resmi. 3. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang diwajibkan. 4. Latihan, yaitu latihan praktik kepada tenaga kerja khususnya tenaga kerja baru dalam hal keselamatan kerja.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(33) 19. 2.2.1 Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja Secara umum pembagian penyebab kecelakaan kerja di berbagai dunia memiliki kesamaan yaitu : 1. Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (Unsafe Human Acts). 2. Keadaan lingkungan yang tidak aman ( Unsafe Condition). Dari penyelidikan-penyelidikan ternyata faktor manusia dalam timbulnya kecelakaan memiliki andil yang besar menurut Suma’mur (1987), 80 – 85% kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia. Bahkan ada pendapat yang mengemukakan bahwa penyebab langsung dan tidak langsung dari suatu kecelakaan kerja adalah faktor manusia. Menurut Malau (2007) faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja dapat dilihat dari berbagai sudut, yaitu : 1. Kebijakan pemerintah. a. Undang-Undang ketenagakerjaan, khususnya yang menyangkut tentang keselamatan dan kesehatan kerja belum ada. b. Peraturan pemerintah tentang pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan belum ada atau kalaupun sudah ada, tetapi belum diterapkan dengan tegas. 2. Kondisi pekerjaan. a. Standar kerja yang kurang tepat dan pelaksanaannya juga tidak tepat. b. Jenis pekerjaan fisik yang sangat berbahaya. Namun di sisi lain fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja sangat kurang.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(34) 20. c. Kenyamanan kerja yang sangat kurang karena kurang tersedianya unsur pendukung keselamatan dan kesehatan kerja. d. Tidak tersedianya prosedur unsur manual petunjuk kerja. e. Kurang kontrol, evaluasi, dan pemeliharaan tentang alat-alat kerja secara rutin. 3. Kondisi karyawan. a. Keterampilan karyawan dalam hal K3 rendah. b. Kondisi kesehatan fisik karyawan yang tidak prima. c. Kondisi kesehatan mental, seperti rendahnya motivasi tentang K3 serta tingginya derajat stres dan depresi. d. Kecanduan merokok, minuman keras, dan narkoba. 4. Kondisi fasilitas perusahaan. a. Ketersediaan fasilitas yang kurang cukup (jumlah dan mutu). b. Kondisi ruang kerja yang kurang nyaman. c. Tidak tersedianya fasilitas kesehatan dan klinik perusahaan. d. Tidak tersedianya fasilitas asuransi perusahaan. e. Kurangnya pelatihan dan sosalisasi tentang pentingnya. 2.3. Perlindungan Tenaga Kerja Menurut Zaeni Asyhadie (2007) Secara teoritis dikenal ada tiga jenis. perlindungan kerja yaitu sebagai berikut : 1. Perlindungan sosial, yaitu suatu perlindungan yang berkaitan dengan usaha. kemasyarakatan,. pekerja/buruh. yang. mengenyam. dan. tujuannya. untuk. mengembangkan. memungkinkan kehidupannya. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(35) 21. sebagaimana manusia pada umumnya, dan khususnya sebagai anggota masyarakat dan anggota keluarga. Perlindungan sosial disebut juga dengan kesehatan kerja. 2. Perlindungan teknis, yaitu jenis perlindungan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk menjaga agar pekerja/buruh terhindar dari bahaya kecelakaan yang ditimbulkan oleh alat-alat kerja atau bahan yang dikerjakan. Perlindungan ini lebih sering disebut sebagai keselamatan kerja. 3. Perlindungan ekonomis, yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk memberikan kepada pekerja/buruh suatu penghasilan yang cukup guna memnuhi keperluan sehari-hari baginya dan keluarganya, termasuk dalam hal pekerja/buruh tidak mampu bekerja karena sesuatu di luar kehendaknya. Perlindungan jenis ini biasanya disebut dengan jaminan sosial. 2.4. Perlindungan Teknis Perlindungan teknis yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk. keamanan dan keselamatan kerja. Perlindungan teknis akan keamanan dari keselamatan kerja yang dimaksud disini adalah perlindungan akan pelaksanaan kerja yang aman mulai dari penyediaan APD, Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja, SOP (Standard Operational Procedure),yang dilakukan, diupayakan, dan diperbuat, terutama agar tenaga kerja tahu bagaimana prosedur kerja yang baik, terlindungi dari bahaya kerja di lingkungan kerja yang tidak dan serta menjaga hasil produksi agar tetap aman sehingga pekerja dapat bekerja. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(36) 22. dengan nyaman, aman, sehingga meningkatkan efektivitas, efesiensi dan produktivitas kerja. Selain itu untuk melindungi setiap orang yang berada di tempat kerja (non pekerja) dan juga masyarakat umum dari risiko penularan dan penyebaran bahaya dan resiko bahaya kerja (Khakim, 2009). 2.4.1. Standard Operational Procedure (SOP) Standard Operating Procedure (SOP) adalah sebuah panduan yang. dikemukakan secara jelas tentang apa yang diharapkan dan diisyaratkan dari semua karyawan dalam menjalankan kegiatan sehari-hari serta menggambarkan kinerja yang diharapkan terhadap karyawan agar dapat mencapai tujuan organisasi. Artinya karyawan membutuhkan persyaratan kinerja spesifik (Usmara, 2006). Standard Operational Procedure adalah suatu standar/pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi dan tatacara atau tahapan yang dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu. SOP (Standard Operational Procedure) atau dalam istilah Indonesia kita kenal sebagai Prosedur Operasional Baku atau prosedur tetap adalah prosedur tertulis yang harus diikuti oleh semua pegawai dalam pelaksanaan kegiatan organisasi secara rutin sesuai dengan tanggung jawab dan kewenangannya dan mengacu pada kegiatan tersebut. SOP menjelaskan secara detail langkah-langkah operasi yang harus dilalui dalam menyelesaikan suatu kegiatan (LAN RI, 2009). Dalam konteks organisasi dengan berbagai bidang dan sektor khususnya di Indonesia, SOP disusun dalam sebuah organisasi untuk meningkatkan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(37) 23. performansi proses secara terus menerus sehingga mampu meningkatkan efisiensi waktu dan biaya dan efektivitas hasil/produk dengan tetap menjaga kualitas. Karena proses adalah sebuah integrasi sekuensial dari orang, material, metode, dan mesin atau peralatan dalam suatu lingkungan guna menghasilkan nilai tambah output. Suatu proses mengkonversi input terukur ke dalam output terukur melalui sejumlah langkah sekuensial yang terorganisasi (LAN RI, 2009). A.. Tujuan Standard Operational Procedure (SOP) SOP merupakan sebuah dokumen tertulis yang berisi langkah-langkah. pelaksanaan yang harus dilakukan dalam rangka penyelesaian pekerjaan berdasarkan tugas dan fungsinya, maka secara lebih rinci lagi penyusunan SOP mempunyai tujuan sebagai berikut : 1.. Meningkatkan pelaksanaan tugas dan fungsi berjalan sesuai dengan tujuan organisasi (visi dan misi).. 2.. Meningkatkan penerapan prosedur kerja lebih sistematik dan teratur sesuai dengan jalur hierarki struktural dan fungsional.. 3.. Meningkatkan target produk/hasil dan waktu yang dibutuhkan setiap langkah pelaksanaan dapat tersusun dan terukur.. 4.. Meningkatkan. kejelasan. tanggung. jawab. terhadap. setiap. langkah. pelaksanaan. 5.. Meningkatkan pelaksanaan standardisasi semua prosedur yang berlaku di organisasi.. 6.. Meningkatkan akuntabilitas publik dan citra organisasi yang lebih baik ditinjau dari pihak pelanggan.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(38) 24. B.. Fungsi Standard Operational Procedure (SOP) 1. Memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja. 2. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan. 3. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah dilacak. 4. Mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama disiplin dalam bekerja. 5. Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.. C.. Manfaat Standard Operational Procedure Standard Operational Procedure (SOP) dibuat dengan maksud dan tujuan. tertentu, sehingga memberikan manfaat bagi pihak yang bersangkutan. Berikut beberapa manfaat dari SOP : 1. Menjelaskan secara detail semua kegiatan dari proses yang dijalankan. 2. Standarisasi semua aktifitas yang dilakukan pihak yang bersangkutan. 3. Membantu untuk menyederhanakan semua syarat yang diperlukan dalam proses pengambilan keputusan. 4. Dapat mengurangi waktu pelatihan karena kerangka kerja sudah distandarkan. 5. Membantu menganalisa proses yang berlangsung dan memberikan feedback bagi pengembangan SOP. 6. Dapat meningkatkan konsistensi pekerjaan karena sudah ada arah yang jelas. 7. Dapat meningkatkan komunikasi antar pihak-pihak yang terkait, terutama pekerja dengan pihak manajemen.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(39) 25. Begitu juga halnya manfaat SOP dalam lingkup penyelenggaraan administrasi. pemerintahan. sesuai. Permenpan. No.PER/21/M-PAN/11/2008. meliputi antara lain: 1. Sebagai standarisasi cara yang dilakukan pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugasnya. 2. Mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang mungkin dilakukan oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas. 3. Meningkatkan. efisiensi. dan. efektivitas. pelaksanaan. tugas. dan. tanggungjawab individual pegawai dan organisasi secara keseluruhan. 4. Membantu pegawai menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung pada intervensi manajemen, sehlngga akan mengurangi keterlibatan pimpinan dalam pelaksanaan proses sehari-hari. 5. Meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan tugas. 6. Menciptakan ukuran standar kinerja yang akan memberikan pegawai cara konkrit untuk memperbaiki kinerja serta membantu mengevaluasi usaha yang telah dilakukan. 7. Memastikan pelaksanaan tugas penyelenggaraan pemerintahan dapat berlangsung dalam berbagai situasi. 8. Menjamin konsistensi pelayanan kepada masyarakat, baik dari sisi mutu, waktu dan prosedur. 9. Memberikan informasi mengenai kualifikasi kompetensi yang harus dikuasai oleh pegawai dalam melaksanakan tugasnya. 10. Memberikan informasi bagi upaya peningkatan kompetensi pegawai.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(40) 26. 11. Memberikan informasi mengenai beban tugas yang dipikul oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya. 12. Sebagai instrumen yang dapat melindungi pegawai dari kemungkinan tuntutan hukum karena tuduhan melakukan penyimpangan. 13. Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas. 14. Membantu penelusuran terhadap kesalahan-kesalahan prosedural dalam memberikan pelayanan. 15. Membantu memberikan informasi yang diperlukan dalam penyusunan standar pelayanan, sehingga sekaligus dapat memberikan informasi bagi kinerja pelayanan (LAN RI, 2009). 2.4.2 Pelatihan Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan potensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerja. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah pelatihan yang disusun untuk memberi bekal kepada personil yang ditunjuk perusahaan untuk dapat menerapkan K3 di tempat kerja. Pelatihan K3 bertujuan agar karyawan dapat memahami dan berperilaku pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja, mengidentifkasi potensi bahaya di tempat kerja, melakukan pencegahan kecelakaan kerja, mengelola bahan bahan beracun berbahaya dan penanggulangannya, menggunakan alat pelindung diri, melakukan pencegahan dan pemadaman kebakaran serta menyusun program pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan (Khakim, 2009).. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(41) 27. Dalam ketentuan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa “Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan melalui pelatihan kerja.” Pelatihan kerja diselenggarkan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan bagi tenaga kerja. Upaya pembinaan tenaga kerja ditempuh melalui perencanaan dan program ketenagakerjaan, salah satunya adalah pelatihan. Di dalam Peraturan Pemerintah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2006 Tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional juga disebutkan bahwa tujuan dari pelatihan kerja adalah mewujudkan pelatihan kerja nasional yang efektif dan efisien dalam rangka meningkatkan kualitas tenaga kerja, memberikan arah dan pedoman dalam penyelenggaraan, pembinaan, dan pengendalian pelatihan kerja, mengoptimalkan pendayagunaan dan pemberdayaan seluruh sumber daya pelatihan kerja. 2.4.3 Alat Pelindung Diri Alat pelindung diri (APD) adalah alat yang digunakan untuk meminimalkan resiko bahaya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dan meningkatkan keamanan dari pengguna alat. Alat pelindung diri adalah suatu alat yang dipakai untuk melindungi terhadap bahaya kecelakaan kerja (Suma’mur, 2009). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 tentang penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(42) 28. bahwa salah satu tindakan pengendalian untuk menciptakan perlindungan bagi pekerja dan menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman, dan bebas dari rasa khawatir adalah dengan menggunakan alat pelindung diri. Yang menjadi dasar hukum dari alat pelindung diri ini adalah UndangUndang Nomor 1 Tahun 1970 Bab IX Pasal 13 tentang Kewajiban Bila Memasuki Tempat kerja yang berbunyi : “Barangsiapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.” A.. Jenis Alat Pelindung Diri Alat pelindung diri adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja. sesuai kebutuhan untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya. Pada umumnya alat-alat tersebut terdiri dari : 1.. Safety Helmet, berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai kepala secara langsung.. 2.. Tali Keselamatan (Safety Belt), berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat transportasi ataupun peralatan lain yang serupa (mobil, pesawat, alat berat, dan lain-lain).. 3.. Sepatu Karet (Sepatu Boot), berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek atau berlumpur.. 4.. Sepatu Pelindung (Safety Shoes), berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dan sebagainya.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(43) 29. 5.. Sarung Tangan, berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan.. 6.. Tali Pengaman (Safety Harness), berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian.. 7.. Penutup Telinga (Ear Plug/Ear Muff), berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.. 8.. Kacamata Pengaman (Safety Glasses), berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja (misal mengelas).. 9.. Masker (Respirator), berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara yang buruk (misal berdebu, beracun, berasap, dan sebagainya).. 10. Pelindung Wajah (Face Shield), berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja (misal pekerjaan menggerinda). Beberapa kemungkinan bahaya yang dapat ditemui di lingkungan pekerjaan seperti berikut ini : 1.. Bahaya Kimia Jika bekerja dengan bahan kimia yang berbahaya, maka pekerja harus memakai APD untuk mencegah terhirupnya atau terpercik bahan kimia tersebut ke bagian tubuh pada saat penggunaan bahan kimia tersebut atau secara tidak sengaja dapat menyebabkan kerusakan pada kulit.. 2.. Partikel-partikel banyak pekerjaan yang dapat menyebabkan timbulnya debu atau kotoran yang dapat membahayakan mata, selain itu jika debu atau kotoran tersebut terhirup maka akan membahayakan paru-paru dan sistem pernapasan.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(44) 30. 3.. Panas dan Temperatur Tinggi Tanpa APD yang benar-benar sesuai dan tepat pemakaiannya maka dalam pelaksanaan proses atau pekerjaan yang menimbulkan panas dapat mencederai atau membakar kulit dan melukai mata.. 4.. Radiasi Cahaya Bahaya radiasi seperti dapur api, intensitas cahaya yang tinggi dari api pengelasan, pemotongan yang menggunakan panas tinggi dan pekerjaan yang menimbulkan radisai cahaya yang dapat merusak mata atau menggunakan radio aktif yang bisa menyebabkan cidera bagi pekerja.. 5.. Pemindahan bagian dari suatu peralatan Mesin-mesin yang mempunyai pelindung (guards) untuk mencegah hubungan langsung antara pekerja dengan alat-alat atau mesin-mesin yang berputar.. Kadang-kadang. bila. pekerja. lupa. memindahkan. ataupun. memperbaiki mesin, lupa untuk memasangnya kembali. 6.. Kejatuhan suatu barang jika barang-barang ditempatkan pada ketinggian secara tidak benar atau membawa alat-alat dan kurang hati-hati pada saat naik, maka barang tersebut bisa lepas dan jatuh yang menyebabkan bahaya bagi orang yang ada dibawahnya dan bisa mencederai bagian tubuh atau bagian kepala dan kaki.. 7.. Barang-barang tajam/runcing Perkakas atau barang-barang yang tajam/runcing dapat membahayakan tangan, kaki dan bagian tubuh lainnya bila tidak memakai alat pelindung diri.. 8.. Keadaan atau kondisi tempat kerja. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(45) 31. Bahaya juga dapat diakibatkan oleh keadaan tempat kerja atau cara pekerja berdiri dan bergerak ketika mereka sedang melakukan aktifitas pekerjaannya. 9.. Jatuh dari ketinggian Pekerja harus dilindungi dari bahaya jatuh pada saat bekerja. di. tempat. ketinggian,. pekerja. diharuskan. memakai. APD.. Pemeliharaan Alat Pelindung Diri (APD). Secara umum pemeliharaan APD dapat dilakukan antara lain dengan: Mencuci dengan air sabun, kemudian di bilas dengan air secukupnya. Terutama untuk helm, kacamata, earplug dan sarung tangan kain/kulit/karet. Menjemur di panas matahari untuk menghilangkan bau, terutama pada helm. Mencuci bersih sepatu boot setelah selesai digunakan. Penyimpanan Alat Pelindung Diri (APD).. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(46) 32. 2.5. Kerangka Pikir Setelah melihat konsep permasalahan dan tinjauan di lapangan maka. kerangka pikir dalam penelitian ini adalah :. Perlindungan Tenaga Kerja. Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Tobasari. Perlindungan Teknis : 1. APD 2. SOP 3. Pelatihan. Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(47) BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan. pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam terhadap informan agar diketahui secara jelas dan lebih mendalam tentang pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Tobasari Kabupaten Simalungun. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian. 3.2.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Tobasari Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan karena belum pernah dilakukan penelitian mengenai pelaksanaan sistem keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Tobasari Kabupaten Simalungun. 3.2.2 Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada Januari 2017 s/d Februari 2017. 3.3. Informan Penelitian Informan dalam penelitian ini diambil secara purposive (bertujuan), yaitu. teknik yang dilakukan untuk memilih informan yang mampu memberi informasi yang berkaitan dengan topik penelitian, yaitu pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Perkebunan Nusantara Unit Usaha Tobasari Kabupaten Simalungun yang berjumlah tujuh informan yang terdiri dari satu informan 33. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(48) 34. Kepala Tata Usaha PTPN IV Unit Tobasari, satu informan sekretaris P2K3, satu informan mandor stasiun sortasi, satu informan mandor besar pengolahan (ketua serikat buruh), satu informan mandor kepala pengolahan, satu informan karyawan stasiun penggulungan, satu informan karyawan stasiun sortasi. 3.4. Metode Pengumpulan Data. 3.4.1 Jenis Data 1.. Data primer, yaitu data yang diperoleh melalui penelitian langsung ke objek penelitian yang masih harus diolah oleh peneliti, berupa hasil wawancara mendalam dan observasi dengan pekerja bagian produksi, pihak P2K3, dan pihak manajemen PTPN V unit Tobasari.. 2.. Data sekunder, adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dari sumber-sumber penelitian sebelumnya, yaitu catatan, karya tulis ilmiah, buku, dan refrensi yang di peroleh dari perpustakaan, dan pihak PTPN IV unit Tobasari.. 3.5. Instrumen Pengambilan Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis dan alat. perekam suara (voice recorder). 3.6. Triangulasi Triangulasi yaitu merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan. melakukan pengecekan atau perbandingan terhadap data yang diperoleh dengan sumber atau criteria lain untuk meningkatkan keabsahan data. Untuk menjaga validitas data maka dilakukan dengan triangulasi sumber yang berarti mendapatkan data dari sumber yang berbeda dengan teknik yang sama, yakni. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(49) 35. dengan memilih informan yang dianggap dapat memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan yang diajukan. 3.7. Cara Pengumpulan Data 1. Wawancara (interview) Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan mengadakan tanya. jawab langsung kepada objek yang diteliti atau kepada perantara yang mengetahui persoalan dari objek yang diteliti. Wawancara dilakukan kepada pekerja dan pihak manajemen terkait dari PTPN IV unit Tobasari untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja, dan jenis keselamatan dan kesehatan kerja yang diberikan pada pekerja 2. Observasi (Pengamatan Langsung) Pada tahap observasi peneliti melihat, mengamati, dan menganalisis pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja bagian produksi, terhadap wawancara yang dilakukan. Teknik observasi yang dilakukan adalah structured of controlled observation, karena peneliti menggunakan daftar isian yang tersusun, dan didalamnya tercantum aspek-aspek pelaksanaan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja di PTPN IV unit Tobasari. Dalam pengamatan ini peneliti sebagai pemeran serta yang artinya status peneliti sebagai pengamat diketahui oleh partisipan. Pada tahap ini yang menjadi fokus penelitian adalah pelaksanaan perlindungan teknis yaitu penggunaan APD, SOP dan pelatihan.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(50) 36. 3.8. Definisi Istilah. 1.. Perlindungan tenaga kerja adalah upaya melindungi setiap tenaga kerja dari resiko bahaya di lingkungan kerja, agar pekerja dapat terhindar dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan bekerja produktif.. 2.. Perlindungan teknis adalah perlindungan tenaga kerja dalam bentuk keamanan dan keselamatan kerja yang dilakukan agar tenaga kerja tahu bagaimana prosedur kerja yang baik, terlindungi dari bahaya kerja dilingkungan kerja.. 3.. Standard Operational Procedure (SOP) adalah sebuah panduan tetap yang harus diikuti semua karyawan dalam pelaksanaan kegiatan sesuai tanggung jawab dan kewenangannya.. 4.. Pelatihan keselamatan kerja adalah keseluruhan kegiatan yang disusun untuk memberi bekal kepada personil yang ditunjuk perusahaan untuk dapat menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja.. 5.. Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang digunakan untuk meminimalkan risiko bahaya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan meningkatkan keamanan dari pengguna alat.. 3.9. Analisa Data Menurut Bogdan dan Bilken sebagaiaman dikutip Moleong (2013),. mengatakan bahwa analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-memilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(51) 37. menemukan apa yang dipelajari, memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Tahapan dalam analisis data kualitatif dilakukan dengan langkah sebagai berikut: 1.. Analisis data kualitatif dapat dilakukan secara stimulant dengan proses pengumpulan data, interpretasi data, dan penulisannya naratif. 2.. Pastikan bahwa analisis data kualitatif yang telah dilakukan berdasarkan pada proses reduksi data dan interpretasi. 3.. Ubah data hasil reduksi dalam bentuk matrik. 4.. Identifikasi prosedur pengkodean digunakan dalam reduksi informasi dalam tema-tema atau kategori-kategori yang ada. 5.. Hasil analisis data yang telah melewati prosedur reduksi yang telah diubah menjadi bentuk matriks yang telah diberi kode, selanjutnya disesuaikan dengan model kualitatif yang dipilih (Herdiansyah, 2012). Teknik analisis data model interaktif menurut Miles dan Huberman terdiri. atas empat tahapan yang harus dilakukan: 1.. Pengumpulan data Proses pengumpulan data dilakukan sebelum penelitian, pada saat penelitian, dan bahkan diakhir penelitian. Idealnya, proses pengumpulan data sudah dilakukan ketika penelitian masih berupa konsep atau draft. Pengumpulan data pada penelitian kualitatif tidak memiliki segmen atau waktu tersendiri, melainkan sepanjang penelitian yang dilakukan proses pengumpulan data dapat dilakukan.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(52) 38. 2.. Reduksi data Proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan yang akan dianalisis.. 3.. Display data Mengolah data setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas ke dalam suatu matriks kategorisasi sesuai tema-tema yang sudah dikelompokkan dan dikategorikan, serta akan memecah tema-tema tersebut kedalam bentuk yang lebih konkret dan sederhana yang disebut subtema yang diakhiri dengan pemberian kode dari subtema tersebut sesuai dengan verbatim wawancara yang sebelumnya telah dilakukan.. 4.. Kesimpulan/ Verifikasi Merupakan tahap terakhir dalam rangkaian analisis data kualitatif. Berisi uraian dari seluruh subkategori tema yang tercantum pada table kategorisasi dang pengkodean yang sudah terselesaikan disertai dengan kutipan verbatim wawancara.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(53) BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. 4.1.1 Geografis PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Tobasari, Desa Sarimattin Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara dengan ketinggian antara 950-1100 meter diatas permukaan laut. Jarak dari kota Medan 185 km dan dari kota Pematang siantar 30 km. Topografi bergelombang sampai berbukit, dan jenis tanah Podsolik Coklat Kuning (Lempung liat berpasir). 4.1.2 Sejarah Singkat PTPN IV Tobasari Pada awalnya Kebun Tobasari merupakan bagian dari Kebun Sidamanik yang didirikan oleh HVA (Handels Vereniging Amsterdam) dari negeri Belanda. Pada tahun 1957 diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia dan disebut PPN Sumut III tahun 1961, PPN baru dan pusat Perkebunan Negata dilebur menjadu Badan Pimpinan Umum PPN Daerah Sumatera Utara I-IX melalui UU Nomor 141 Tahun 1961 Sumut III dan Jo PP Nomor 141 Tahun 1961. Tahun 1963 Perkebunan Teh Sumatera Utara dialihkan menjadi Perusahaan Aneka Tanaman IV (ANTAN-IV) melalaui PP Nomor. 27 Tahun 1963.Tahun 1968 terjadi perubahan menjadi Perusahaan Negara Perkebunan VIII (PNP VIII) melalui PP Nomor 141 Tahun 1968 Tanggal 13 April 1968. Pada tanggal 11 Maret 1996 bergabung dengan PT. Perkebunan VI dan PT. Perkebunan VII sesuai keppres No. 9 tahun 1996 tentang peleburan 39. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(54) 40. perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perkebunan VI, VII, VIII, menjadi perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perkebunan Nusantara IV. Pabrik teh Tobasari didirikan pada tanggal 27 Mei 1978 dan selesai akhir tahun 1978, beroperasi bulan Januari 1979 dan diresmikan tanggal 15 Mei 1979. Areal tanaman berasal dari ex Kebun Sidamanik ditambah tanaman baru sejak tahun 1978 seluas 182 Ha. Untuk Unit Usaha Sidamanik, Bah Butong dan Toba Sari manajemen PTPN IV mempertahankan komoditas tehmtetap diusahakan dan mulai januari 2012 produksi dari Unit Tobasari dan Sidamanik diolah di pabrik unit usaha Bah Butong Kec. Sidamanik Kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara.Unit usaha Sidamanik, Bah Butong dan Tobasari merupakan 3 (tiga) unit usaha Teh di bawah BUMN PT Perkebunan Nusantara IV (Persero). 4.2. Visi dan Misi Perusahaan. 4.2.1 Visi Menjadi perusahaan yang unggul dalam usaha agroindustri yang terintegrasi. 4.2.2 Misi a.. Menjalankan usaha dengan prinsip-prinsip usaha terbaik, inovatif dan berdaya.. b.. Menyelenggarakan usaha agroindustri berbasis kelapa sawit, teh dan karet.. c.. Mengintegrasi usaha agroindustri hulu, hilir dan produk baru, pendukung agroindustri dan pendayagunaan aset dengan prefensi pada teknologi terkini yang teruji (proven) dan berwawasan lingkungan.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(55) 41. 4.3. Struktur Organisasi Pabrik kebun Tobasari menggunakan struktur organisasi garis dan staf. dimana garis komando atau perintah mulai dari atasan kepada bawahan atau staf dan kepada staf kepada bawahannya lagi. Penyusunan struktur organisasi pabrik kebun Tobasari ini disesuaikan menurut kepentingan dan kebutuhan untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien. Untuk mengoptimalkan kerja para keryawannya maka kebun Tobasari juga melengkapi fasilitas pabrik dengan adanya mushalla dan perumahan di sekitar pabrik agar memudahkan akses masuk dan keluar karyawan menuju pabrik. Adapun tanggung jawab masing-masing fungsi yang terdapat di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Tobasari adalah sebagai berikut: 1.. Manager Unit Manager unit memiliki wewenang, yaitu : a.. Merumuskan serta menjelaskan sasaran Unit Kebun kepada semua bagian untuk membuat program kerja melalui rapat kerja dengan mempedomani ketentuan-ketentuan yang berlaku.. b.. Bersama dengan kepala-kepala dinas menyusun RKAP dan RKO kebun.. c.. Melaksanakan. instruksi. direksi. dengan. membuat. petunjuk. pelaksanaan demi kepastian terlaksananya instruksi. d.. Mengendalikan pemakaian biaya dengan jalan membandingkan dengan biaya yang telah ditentukan di RKAP dan RKO.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(56) 42. e.. Melaksanakan pengawasan melekat dengan menilai hasil kerja setiap bagian secara terus menerus dengan membandingkan hasil nyata terhadap norma kerja serta melakukan tindakan pemulihan untuk menghindari deviasi yang melebihi batas toleransi.. f.. Menciptakan iklim kerja yang serasi dengan memperhatikan hubungan kedalam dan keluar, kehidupan sosial bawahan dan masyarakat sekitarnya agar kegairahan kerja tetap terpelihara.. g.. Mengawasi pelaksanaan setiap kebijakan manajemen baik dari kantor pusat maupun dari unit.. 2.. Kepala Dinas Tanaman Kepala Dinas Tanaman memiliki wewenang, yaitu : a.. Mengawasi pelaksanaan pemeliharaan tanaman supaya efektif dan efisien sesuai dengan standar yang telah ditentukan agar mendapat hasil yang optimal dan terus menerus. b.. Mengawasi pelaksanaan panen sesuai kriteria dan pusingan petik yang benar.. c.. Mengendalikan biaya operasional secara cermat dan terus-menerus supaya realisasi tidak melebihi RKAP dan RKO.. d.. Membina keterampilan para asisten Afdeling melalui rapat dan diskusi seta bimbingan langsung di lapangan agar kemampuan mereka meningkat.. e.. Membina kesadaran lingkungan pada masyarakat afdeling .. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(57) 43. f.. Membina dengan baik pengertian dari masyarakat sekitar kebun melalui hubungan informal agar pandangan masyarakat sesuai dengan tujuan perusahaan.. 3.. Kepala Dinas Teknik Kepala dinas teknik memiliki wewenang, yaitu : a.. Mengawasi dan memastikan pengoperasian semua mesin dan peraltan sesuai petunjuk pengoperasian yang benar.. b.. Membuat dan mengajukan program kerja, RKAP dan RKO.. c.. Menyiapkan rencana kegiatan rutin di bidang perawatan dan pemeliharaan prasarana jalan dan bangunan.. d.. Memantau pengaturan penggunaan kendaraan untuk kelancaran operasional perusahaan. e.. Menyiapkan rencana kegiatan rutin di bidang perawatan dan pemeliharaan peralatan pabrik.. f.. Melaksanakan fungsi bengkel untuk perawatan dan pengadaan suku cadang mesin dan peralatan pabrik.. 4.. g.. Meminimalkan breakdown mesin dan peralatan pabrik.. h.. Mengawasi pembuatan laporan harian pemeliharaan mesin-mesin.. Kepala Dinas Pengolahan Kepala dinas pengolahan memiliki wewenang, yaitu : a.. Mengkoordinir asisten pengolahan dalam pelaksanaan pengolahan berpedoman pada taksasi penerimaan DTB setiap hari.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(58) 44. b.. Mengawasi dan mengontrol penyimpanan proses pengolahan (mutu dan kehilangan) berpedoman pada standar yang telah ditetapkan.. c.. Mengevaluasi hasil kerja pengolahan setiap hari dan segera menginstruksikan tindakan koreksi kepada asisten pengolahan bila terjadi penyimpangan proses pengolahan.. d.. Memberi bimbingan dan petunjuk tentang keselamatan dan kesehatan kerja.. e.. Bersama-sama dengan asisten pengolahan membuat RKAP dan RKO dan melakukan pengawasan efektifitas dan efisiensi biaya.. 5.. Kepala Dinas Tata Usaha/Asisten Tata Usaha Kepala dinas tata usaha/asisten tata usaha memiliki wewenang, yaitu : a.. Melaksanakan dan mengawasi sistem administrasi keuangan dan akuntasi sesuai kode rekening yang berlaku serta pengarsipan suratsurat secara terpusat.. b.. Menyelasaikan laporan-laporan unit kebun antara lain, Laporan Keuangan (Neraca Percobaan) dan Laporan manajemen bulanan secara tepat waktu.. c.. Menyatukan (kompilasi) RKAP tahunan dan RKO dari tiap-tiap bagian berdasarkan petunjuk dan pedoman pembuatan RKAP dari kantor direksi, sehingga tergambar rencana pekerjaan dan biaya serta harga pokok secara sistematis.. d.. Membantu mengawasi pengadaan dan persediaan material afdeling dan teknik.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(59) 45. e.. Berkoordinasi. dengan. kepala-kepala. dinas. lainnya. dalam. pengontrolan dan pengendalian biaya. f.. Menyusun dan membahas RKAP bidang yang berkaitan dengan administrasi dan kesejahteraan karyawan seta tugas-tugas umum lainnya, meliputi : 1. Rencana tenaga kerja 2. Administrasi personalia 3. Asuransi tenaga kerja 4. Dana pensiun. g.. Menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan : 1. Ketenagaan kerjaan 2. Hukum 3. Pertanahan 4. Pengurusan izin-izin lainnya. h.. Membina hubungan baik dengan instansi pemerintah dan masyarakat di sekitar kebun. i.. Menyusun laporan yang berkaitan dengan ketenagaan kerjaan, hukum dan masalah-masalah umum lainnya.. 6.. Asisten Afdeling Asisten afdeling memiliki wewenang, yaitu : a.. Memimpin,. mengendalikan. secara. langsung. seluruh. kegiatan. operasional afdeling setiap hari meliputi pembibitan, tanaman ulang, pemeliharaan tanaman, pemupukan dan panen (petik).. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(60) 46. b.. Membuat rencana kerja. harian, rencana kerja. bulanan dan. mengefektifkan penggunaan tenaga kerja tersedia. c.. Melakukan. pengawasan. dan. pengendalian. terhadap. seluruh. penggunaan biaya operasional. d.. Menggali segala potensi tanaman yang ada untuk mencapai produktifitas yang optimal.. 7.. Asisten Pengolahan Asisten pengolahan memiliki wewenang, yaitu : a.. Menyiapkan rencana dan melaksanakan seluruh kegiatan operasional rutin di bidang pengolahan.. 8.. 9.. b.. Mengontrol dan meminimalkan losses di pengolahan. c.. Mengawasi dan mengontrol proses pengolahan.. d.. Meminimalkan jam stagnasi pabrik.. e.. Melaksanakan pengendalian biaya atas penggunaan tenaga kerja. Mandor Besar Pengolahan a.. Mandor besar pengolahan memiliki wewenang, yaitu:. b.. Mengawasi proses pengolahan sesuai SPO. c.. Mengawasi pekerjaan mandor pengolahan. d.. Mengawasi pembersihan instalasi pabrik dan lingkungan pabrik. e.. Memenuhi kebutuhan tenaga kerja di setiap stasiun. Mandor Daun Basah Mandor daun basah memiliki wewenang, yaitu : a.. Mengatur tenaga kerja di stasiun daun basah.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
Tabel 4.1 Karakteristik Informan No

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dari pengakuan klien, di keluarga klien tidak memiliki penyakit keturunan seperti DM, Hipertensi, Asma, epilepsi,Ginjal dan penyakit menular seperti TBC, Gonorhoe, HIV,

ibu yang tidak mengikuti kelas ibu hamil dengan baik (<4 kali) sebesar 100% tidak melakukan IMD, dimana dari hasil analisis statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat

RSUP Haji Adam Malik Medan periode tahun 2014 dan 2015. Mengetahui sebaran etiologi pasien CTS di RSUP Haji

Pada bagian awal perancangan dilakukan percobaan simulasi pemodelan statistik Design Expert dimana data diperoleh dari hasil simulasi pola medan magnet dan kerapatan fluks magnet

Jarak yang ditempuh dan kalori yang terbakar oleh pemain akan ditampilkan di sebelah kanan layar bersamaan dengan gambar yang dapat dilakukan hover oleh pemain untuk

(3) Rincian tugas dan fungsi Biro Pemerintahan sesuai Susunan Organisasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran IIa yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Tujuan dari Penulisan Ilmiah adalah membuat suatu aplikasi web diagnosa yang dapat membantu masyarakat dalam pendiagnosaan dini suatu penyakit seputar masalah atau gangguan pada

[r]