• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. penuh atas kehidupan bangsa nya sendiri. Pembangunan nasional yang terdiri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. penuh atas kehidupan bangsa nya sendiri. Pembangunan nasional yang terdiri"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia sebagai Negara Kesatuan mempunyai kedaulatan penuh atas kehidupan bangsa nya sendiri. Pembangunan nasional yang terdiri dari pembangunan ekonomi, pembangunan sosial-budaya, pembangunan politik, dll merupakan langkah strategis dari pemerintah dalam mewujudkan Negara Indonesia sebagai negara yang adil dan sejahtera serta terwujudnya cita-cita bangsa yang terdapat dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Salah satu yang menjadi keutamaan yaitu pembangunan ekonomi, dimana pembangunan ekonomi digunakan sebagai upaya dan kebijaksanaan untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat, menciptakan lapangan kerja seluas-luasnya, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan menciptakan pemerataan pendapatan masyarakat terutama bagi masyarakat daerah.

Pembagunan ekonomi yang dilakukan Pemerintah menurut Mudrajad Kuncoro (2004:100), tidak hanya sekedar untuk menunjukkan dicapainya suatu angka pertumbuhan ekonomi yang tinggi, akan tetapi harus diartikan pada pembangunan dalam perspektif yang lebih luas. Dimensi sosial yang sering diabaikan dalam pendekatan pertumbuhan ekonomi justru mendapat tempat yang strategis pada pembangunan. Dalam proses pembangunan, selain memperhitungkan dampak aktivitas ekonomi terhadap kehidupan sosial masyarakat, lebih dari itu dalam proses pembangunan dilakukan upaya yang

(2)

yang bertujuan untuk mengubah struktur perekonomian kearah yang lebih baik.

Sebagai negara yang memiliki wilayah yang sangat luas dan terdiri dari wilayah kepulauan dengan kondisi perekonomian yang berbeda-beda setiap wilayahnya menjadikan negara Indonesia tidak mampu untuk melakukan pembangunan secara nasional saja, selain itu juga mengenai urusan pemerintahan dari seluruh wilayah negara tidak dimungkinkan untuk dilakukan hanya melalui Pemerintah Pusat. Keadaan tersebut kemudian membuat Pemerintah memberikan kewenangan kepada setiap daerah untuk menjalankan dan mengatur rumah tangganya sendiri serta melaksanakan pembangunan daerah untuk mencapai kesejahteraan daerah masing-masing.

Kebijakan tersebut yang kemudian dilakukan oleh Pemerintah Indonesia sebagai kebijakan otonomi daerah untuk bisa menjalankan urusan pemerintahan secara efektif.

Otonomi daerah di Negara Indonesia dituangkan dalam Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Implementasi dari kebijakan otonomi daerah yang diamanatkan oleh kedua undang-undang tersebut tidak mudah untuk diwujudkan, sebagaimana halnya dalam pembuatan kebijaksanaan publik itu sendiri, apalagi untuk sebuah kebijaksanaan yang bertujuan untuk membawa perubahan yang besar.

(3)

Pemilihan kebijakan otonomi daerah ini, antara lain didasarkan beberapa argumentasi yang banyak diungkapkan, yaitu bahwa otonomi daerah merupakan :

1. Efisiensi-efektivitas dalam penyelenggaraan pemerintahan. Mengingat begitu banyaknya dimensi kehidupan dan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh pemerintah, maka perlu adanya pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Sehingga pelaksanaan urusan pemerintahan akan lebih baik karena masyarakat di daerah sudah sangat memahami konteks kehidupan disekitar lingkungannya.

2. Pendidikan politik dalam pengembangan demokrasi dalam sebuah negara, karena dengan otonomi daerah maka terdapat peluang bagi masyarakat daerah untuk ikut berpartisipasi politik.

3. Pemerintah Daerah sebagai persiapan untuk karir politik lanjutan.

4. Stabilitas politik.

5. Kesetaraan politik.5

Sistem otonomi daerah memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk melaksanakan urusan rumah tangganya sendiri secara mandiri.

Berdasarkan ketentuan dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, disebutkan bahwa : “Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

5 Syaukani, Afan Gaffar, Ryaas Rasyid, 2012, Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm. 20.

(4)

Kewenangan yang diberikan kepada Pemerintah Daerah ini mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lainya seperti kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, dll.

Pelaksanaan otonomi daerah ini, tidak memutuskan hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Bahkan hubungan keduanya dituntut untuk terjalin hubungan yang baik dan efektif. Dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah, penyerahan, pelimpahan, penugasan urusan pemerintahan kepada Daerah secara nyata dan bertanggung jawab harus diikuti dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional secara adil, termasuk perimbangan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah. Sebagai daerah otonom, penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan tersebut dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas.

Berdasarkan ketentuan Pasal 18A UUD RI 19456, maka hubungan pusat dan daerah, baik yang menyangkut hubungan kewenangan maupun hubungan keuangan dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara adil, selaras dan memperhatikan kekhususan dan keberagaman daerah serta harus

6(1) Hubungan wewenang antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah provinsi, Kabupaten dan Kota, atau antara pPovinsi dan Kabupaten dan Kota, diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keberagaman daerah. (2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam lainnya antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.

(5)

diatur dengan undang-undang.7 Bagir Manan menyatakan bahwa hubungan keuangan hanya salah satu akibat dari pengaturan hubungan antara pusat dan daerah yang lebih mendasar, yaitu pembagian wewenang, tugas dan tanggung jawab menyelenggarakan urusan pemerintahan. Dikatakan lebih lanjut, bahwa hubungan antara pusat dan daerah mencakup pula hubungan pengawasan, hubungan yang timbul akibat sistem rumah tangga daerah atau tugas pembantuan dan sebagainya.8

Sektor keuangan ini menjadi salah satu hal yang penting dalam rangka implementasi dari konsep otonomi daerah, pengertian otonomi daerah harus dipandang sebagai hak untuk mengatur dan mengurus kepentingan serta aspirasi Daerah harus diletakkan juga dalam kerangka pembiayaan atas penyelenggaraan urusan pemerintahan Daerah.9 Dengan adanya sistem keuangan daerah yang baik maka Pemerintah Daerah dalam melaksanakan urusan pemerintahannya dapat berjalan secara optimal dan efektif. Salah satunya tindakan dari Pemerintah Daerah untuk mendapatkan dana yang mencukupi, yaitu dengan pengoptimalan penerimaan dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Atas dasar hal tersebut setiap daerah harus berupaya untuk mendapatkan Pendapatan Asli Daerah yang memadai, dimana Pemerintah Daerah harus melakukan usaha-usaha dalam menggali potensi dari sumber- sumber pendapatan daerah.

7 Muhammad Fauzan, 2006, Hukum Pemerintahan Daerah Kajian Tentang Hubungan Keuangan Antara Pusat Dan Daerah, UII Press, Yogyakarta, hlm. 4.

8 Bagir Manan, 1994,Hubungan antara pusat dan daerah menurut UUD 1945, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, hlm. 17-18.

9Muhammad Fauzan, Op.Cit., hlm. 227.

(6)

Salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah yang memiliki peran sangat penting dan mempunyai kontribusi yang besar dalam pemasukanPendapatan Asli Daerah yaitu sektor pajak dan retribusi daerah.

Berdasarkan otonomi daerah, telah diterbikan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang merupakan langkah strategis untuk lebih memantabkan kebijakan desentralisasi fiskal, khususnya dalam rangka membangun hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang lebih ideal. Dalam hal ini daerah diberi kepercayaan untuk mengelola dan memanfaatkan potensi pajak dan retribusi yang ada di wilayahnya untuk dapat dipungut dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.

Kabupaten Klaten merupakan Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dengan wilayah yang tidak cukup luas, dan masih melakukan upaya untuk menggali potensi-potensi keuangan daerah untuk meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah, terutama dalam sektor retribusi daerah. Sebagian besar penerimaan retribusi di Kabupaten Klaten pada tahun 2015 belum mencapai 100% dari target yang telah ditentukan oleh Pemerintah Daerah, baik dari retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, maupun retibusi perizinan tertentu.

Salah satu yang perlu disoroti adalah Retibusi Pelayanan Pasar. Pasar merupakan satu unit usaha yang mempunyai hubungan erat dengan daerah.

Terutama pasar tradisional yang banyak terletak di daerah mempunyai peran strategis atas jalannya jaringan distribusi dari produsen ke konsumen yang

(7)

membutuhkan suatu produk. Kondisi tersebut menjadikan pasar mempunyai peran yang penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat daerah, menjadikan pasar sebagai salah satu kontributor yang cukup baik bagi pelaksanaan pembangunan daerah. Hal ini terjadi karena dari sektor pasar, daerah dapat memperoleh tambahan Pendapatan Asli Daerah melalui pemungutan retribusi atas pelayanan pasar.

Retribusi Pelayanan Pasar menjadi salah satu yang disoroti, sebab sampai saat ini sebagian dari pasar tradisional di Kabupaten Klaten dalam pencapaian target penerimaan retribusi masih rendah, yaitu masih ada yang berada dibawah 50% dari target. Pasar tradisional di Kabupaten Klaten, dibagi atas 5 UPTD Pasar sebagai pengelolanya. Dari 5 UPTD Pasar, UPTD II dan UPTD IV penerimaan pada tahun 2015 masih berada pada prosentase 60%. Keadaan tersebut membuat kontribusi kepada Pendapatan Asli Daerah masih kecil dan perlu di optimalkan. Dilapangan sediri terdapat potensi dan sumber daya yang cukup tinggi. Kabupaten Klaten mempunyai 91 pasar, yang diklasifikasikan menjadi satu pasar modern, satu pasar semi modern, dan 89 pasar tradisional. Dari data tersebut, tentu sektor Retribusi Pelayanan Pasar sangat mempunyai potensi yang cukup untuk kontribusinya dalam Pendapatan Asli Daerah dan memberikan pelayanan yang lebih maksimal.

Hal lain yang perlu menjadi perhatian dari Retribusi Pelayanan Pasar adalah mengenai penerapan tarif, dimana tarif yang telah ditentukan oleh Pemerintah Kabupaten Klaten dalam Lampiran IV Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 18 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum tidak

(8)

memenuhi asas keadilan. Dalam Peraturan Daerah tersebut, salah satu dasar penentuan tarif yaitu jenis dagangan dan letak berdagang. Jenis dagangan hanya dibedakan atas 2 jenis dagangan yaitu daging dan non daging. Jenis dagangan tidak ditentukan dengan memperhatikan daya daya tahan simpan barang dagangan, risiko barang dagangan rusak, dan nilai jual barang dagangan. Kemudian letak berdagang dalam tarif dibedakan atas los, kios, dan adegan saja, tanpa memperhatikan bahwa dalam satu pasar bisa terdapat beberapa los dan kios dimana letaknnya dapat mempengaruhi pelayanan dan fasilitas yang diterima oleh pedagang.

Sehubungan dengan kenyataan di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat topik tersebut untuk melakukan penelitian dengan judul

“Optimalisasi Pemungutan Retribusi Pelayanan Pasar Sebagai Upaya Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Klaten dalam Kaitannya dengan Asas Keadilan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan sebagai isu sentral dalam penelitian penulisan hukum ini, sehingga identifikasi tersebut dapat dituangkan dalam judul penulisan hukum yakni :

“Optimalisasi Pemungutan Retribusi Pelayanan Pasar Sebagai Upaya Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Klaten Dalam Kaitannya Dengan Asas Keadilan”.

(9)

Isu sentral tersebut mengandung berbagai permasalahan, yaitu dapat dibedakan menjadi permasalahan hukum empiris dan permasalahan hukum normatif. Dengan demikian dapat dirumuskan sebagai berikut :

Permasalahan hukum empiris :

1. Bagaimana realisasi pelaksanaan pemungutan Retribusi Pelayanan Pasar di Kabupaten Klaten?

2. Bagaimana strategi yang tepat untuk mengoptimalkanPendapatan Asli Daerah dalam pemungutan Retribusi Pelayanan Pasar di Kabupaten Klaten?

Permasalahan hukum normatif :

1. Apakah kebijakan pemungutan Retribusi Pelayanan Pasar di Kabupaten Klaten berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2011 telah sesuai dengan Asas Keadilan?

C. Keaslian Penelitian

Untuk mengetahui keaslian penelitian ini, penulis melakukan penelusuran pada berbagai referensi baik dari kepustakaan, media, maupun internet. Setelah dilakukan penelusuran ada beberapa penelitian terdahulu yang membahas pemungutan Retribusi Pelayanan Pasar, antara lain :

1. Disusun oleh Riska Dwi Saputra, dengan judul “ Pemungutan Retribusi Pelayanan Pasar Terhadap Pedagang Yang Berada Di Bahu Jalan Dalam Sistem Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik Di Kabupaten Sleman”, Skripsi, Tahun 2015, Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada.

(10)

Rumusan Masalah :

a. Bagaimana realisasi pemungutan Retribusi Pelayanan Pasar dalam sistem AUPB di Kabupaten Sleman?

b. Apakah pemungutan Retribusi Pelayanan Pasar di Kabupaten Sleman telah sesuai AUPB, khususnya terhadap asas kepastian hukum dan asas tertib penyelenggaraan negara?

Fokus dari penelitian yang dilakukan Riska Dwi Saputra yaitu terdapat pada permasalahan pemungutan Retribusi Pelayanan Pasar terhadap pedagang yang berada di bahu jalan dan kesesuaian kebijakan Retribusi Pelayanan Pasar terhadap Asas Kepastian Hukum dan Asas Tertib Penyelenggaraan Negara, serta lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Sleman.

2. Disusun oleh Ignatius Ivan Lumen, dengan judul “Peranan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Yogyakarta Dalam Pengelolaan Retribusi Pelayanan Pasar Tradisonal Beringharjo Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Yogyakarta”, Skripsi, Tahun 2014, Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada.

Rumusan Masalah :

a. Bagaimana peranan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Yogyakarta dalam pengelolaan Retribusi Pelayanan Pasar Tradisional Beringharjo untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Yogyakarta?

b. Faktor apakah yang mendukung dan menghambat peranan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Yogyakarta dalam pengelolaan Retribusi

(11)

Pelayanan Pasar Tradisional Beringharjo untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Yogyakarta?

c. Upaya apakah yang dilakukan oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Yogyakarta untuk mengatasi faktor penghambat dalam pengelolaan Retribusi Pelayanan Pasar Tradisional Beringharjo?

Fokus penelitian dari Ignatius Ivan Lumenyaitu permasalahan peranan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Yogyakarta dalam pengelolaan Retribusi Pelayanan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan pemungutannya, dan upaya yang dapat dilakukan Dinas Pengelolaan Pasar dalam menghadapi hambatan tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh penulis, berfokus pada permasalahan pelaksanaan pemungutan Retribusi Pelayanan Pasar, strategi yang tepat untuk mengoptimalkan pemungutannya, dan kesesuaian antara kebijakan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan Asas Keadilan. Selain perbedaan pada judul dan permasalahan yang diangkat, perbedaan juga terletak pada lokasi penelitiannya, karena penulis melakukan penelitian di Kabupaten Klaten. Atas dasar hal itu, dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah asli.

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan diatas, penelitian ini memiliki tujuan untuk :

(12)

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pemungutan Retribusi Pasar Tradisional di Kabupaten Klaten dan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan pemungutan tersebut.

2. Untuk mengetahui strategi tepat yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten dalam mengoptimalkan penerimaan Retribusi Pelayanan Pasar.

3. Untuk mengetahui sesuai atau tidaknya kebijakan dan pranata hukum yang mengatur mengenai Retribusi Pelayanan Pasar di Kabupaten Klaten dengan Asas Keadilan sebagai prinsip pembentukan kebijakan di Indonesia.

E. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik untuk kepentingan akademik maupun kepentingan praktis, yaitu berupa :

1. Manfaat Akademis

Secara akademis, hasil penelitian ini setidaknya dapat dijadikan sebagai referensi dan sumber informasi tambahan yang dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya dalam ilmu hukum dan yang berhubungan dengan Retribusi Pelayanan Pasar.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat dan tambahan informasi bagi masyarakat pada umumnya, sehingga masyarakat tidak hanya mengetahui apa yang menjadi kewajiban pajak maupun retribusinya, tetapi juga memahami apa yang menjadi hak dan

(13)

seharusnya didapatkannya, terutama yang berkaitan dengan Retribusi Pelayanan Pasar. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada Pemerintah Daerah baik dalam mengatasi permasalahan pemungutan Retribusi Pelayanan Pasar maupun dalam penyusunan kebijakannya.

3. Manfaat penulis

Hasil dari penelitian ini selanjutnya akan disusun dalam suatu bentuk penulisan hukum, kemudian oleh penulis digunakan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum dari Universitas Gadjah Mada.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan didirikannya Arena Pacuan Kuda yang ada di Kabupaten Sragen ini, apakah dapat mempengaruhi minat para Wisatawan untuk berkunjung ke obyek-obyek wisata di

Relevansi Materi Mata Kuliah Teknologi Sepeda Motor Dan Materi Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan Teknik Sepeda Motor Terhadap Materi Uji Kompetensi Keahlian Standar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap turut serta melakukan tindak pidana pemerasan

simpang yang kecil.. d) Tidak adanya rambu lalu lintas sehingga kendaraan terlihat padat.. dan menyebabkan

[r]

Adapun hasil acara pemberian penjelasan pekerjaan (Aanwijzing) yang telah berlangsung sebagai berikut : Dari pukul 09.00 WIB tanggal empat bulan Agustus tahun dua ribu dua

35 41132515 Alvin Staqouf Amin TKJ-S Perubahan atau perbaikan judul Hubungi dosen.

BALAI DESA NO.39 DRIYOREJO KAB.. MOJOSARIREJO RT.09 RW.03