• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Anggaran dan Karakteristik Anggaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Anggaran dan Karakteristik Anggaran"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Anggaran

2.1.1. Pengertian Anggaran dan Karakteristik Anggaran

Dalam pengoperasian suatu perusahaan yang bertujuan untuk memperoleh laba, diperlukan penyusunan perencanaan dan pengendalian biaya yang cermat dan teliti agar dengan semua tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik. Untuk itu pihak manajemen memerlukan anggaran sebagai alat perencanaan laba dan pengendalian biaya. Menurut Mulyadi (2001:488), anggaran merupakan rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran lain, yang mencakup jangka waktu 1 (satu) tahun.

M. Munandar (2001:1) menyatakan anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan dan dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang. Sedangkan M. Nafarin (2000:9), menyatakan anggaran merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang untuk jangka waktu tertentu. Anggaran merupakan alat manajemen untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anggaran adalah suatu rencana kegiatan operasional perusahaan di masa mendatang yang dinyatakan secara kuantitatif dan biasanya dalam satuan uang.

(2)

Karakteristik anggaran menurut Abdul Halim, Ahmad Tjahjono, M. Fakhri Husein (2000:173), yaitu :

1) Anggaran mengestimasi tingkat laba potensial dari suatu unit usaha.

2) Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan, walaupun satuan keuangan tersebut dibantu dengan data non keuangan.

3) Anggaran umumnya meliputi periode 1 (satu) tahun.

4) Anggaran merupakan komitmen manajemen, yang berarti bahwa manajer mau menerima tanggung jawab untuk mencapai target yang dianggarkan.

5) Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pejabat yang lebih tinggi dari penyusunan anggaran.

6) Anggaran yang telah disetujui dapat diubah hanya jika terjadi kondisi tertentu.

7) Secara periodik, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran kemudian selisihnya dianalisis dan dijelaskan.

Sedangkan menurut Mulyadi (2001:499), anggaran memiliki karakteristik sebagai berikut :

1) Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan.

2) Anggaran umumnya mencakup jangka waktu 1(satu) tahun.

3) Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen, yang berarti bahwa para manajer setuju untuk menerima tanggung jawab untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan dalam anggaran.

(3)

4) Usulan anggaran direview dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi dari penyusun anggaran.

5) Sekali disetujui, anggaran hanya dapat diubah dibawah kondisi tertentu.

6) Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan.

2.1.2. Syarat-syarat dan Jenis Anggaran

Menurut Supriyono (1993:19), ada beberapa syarat agar anggaran dapat bermanfaat dan berhasil bagi perusahaan, yaitu :

a. Adanya organisasi perusahaan yang sehat

Organisasi yang sehat adalah organisasi yang membagi tugas fungsional dengan jelas dan menentukan garis wewenang serta tanggung jawab yang tegas.

b. Adanya sistem akuntansi yang memadai

Sistem akuntansi yang memadai meliputi: (1) penggolongan rekening yang sama antara anggaran dan realisasinya sehingga dapat diperbandingkan dan dilihat penyimpangannya, (2) pencatatan akuntansi memberikan informasi mengenai realisasi anggaran, (3) laporan didasarkan kepada akuntansi pertanggungjawaban.

c. Adanya penelitian dan analisis

Penelitian dan analisis diperlukan untuk menetapkan alat pengukur prestasi sehingga anggaran dapat dipakai untuk menganalisis prestasi.

(4)

d. Adanya dukungan dari para pelaksana

Anggaran dapat dipakai sebagai alat yang baik bagi manajemen jika ada dukungan aktif dari para pelaksana baik dari tingkat atas sampai bawah.

Terdapat beberapa jenis anggaran berdasarkan waktunya (Supriyono, 1993:17), yaitu :

1) Anggaran jangka panjang

Adalah anggaran yang disusun oleh perusahaan untuk jangka waktu yang lama, yaitu lebih dari 1 (satu) tahun.

2) Anggaran tahunan

Adalah anggaran yang disusun oleh perusahaan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun atau 1 (satu) periode akuntansi.

3) Anggaran bulanan

Adalah anggaran tahunan yang disusun lebih terinci untuk setiap bulan didalam tahun anggaran yang bersangkutan.

Sedangkan jenis anggaran berdasarkan cara penyusunannya menurut Supriyono (1993:16) dapat dibedakan menjadi :

1) Anggaran statis (fixed budgeting)

Anggaran statis didasarkan pada estimasi suatu tingkatan kapasitas tertentu yang sifatnya konstan yang akan dicapai oleh perusahaan pada periode tertentu, oleh karena itu anggaran penghasilan dan biaya didasarkan kepada satu tingkatan volume kapasitas tertentu tersebut.

(5)

2) Anggaran fleksibel (flexible budgeting)

Adalah anggaran yang disusun berderet, yang merupakan perbandingan tingkatan volume kapasitas dimana anggaran digolongkan ke dalam anggaran biaya tetap dan anggaran biaya variabel.

2.1.3. Fungsi Anggaran

Mulyadi (2001:502), menyatakan bahwa anggaran mempunyai beberapa fungsi diantaranya :

1) Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja.

2) Anggaran merupakan cetak biru aktifitas yang akan dilaksanakan perusahaan dimasa yang akan datang.

3) Anggaran berfungsi sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan berbagai unit organisasi dalam perusahaan dan menghubungkan manajer bawah dengan manajer atas.

4) Anggaran berfungsi sebagai tolak ukur yang dipakai sebagai pembanding hasil operasi sesungguhnya.

5) Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian yang memungkinkan manajemen menunjuk bidang yang kuat dan lemah bagi perusahaan.

6) Anggaran berfungsi sebagai alat untuk mempengaruhi dan memotivasi manajer dan karyawan agar senantiasa bertindak secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan organisasi.

(6)

Sedangkan Munandar (2001:10), menyatakan bahwa ada 3 (tiga) fungsi pokok anggaran yaitu :

1) Sebagai pedoman kerja

Anggaran berfungsi sebagai pedoman kerja dan memberikan arah sekaligus memberikan target-target yang harus dicapai oleh kegiatan kegiatan perusahaan di waktu yang akan datang.

2) Sebagai alat pengkoordinasian kerja

Anggaran berfungsi sebagai alat untuk pengkoordinasian kerja agar semua kegiatan-kegiatan yang terdapat didalam perusahaan dapat saling menunjang, saling bekerja sama dengan baik, untuk menuju ke sasaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian kelancaran jalannya perusahaan akan lebih terjamin.

3) Sebagai alat pengawasan kerja

Anggaran berfungsi pula sebagai tolak ukur, sebagai alat pembanding untuk menilai (evaluasi) realisasi kegiatan perusahaan nanti. Dengan membandingkan dengan apa yang tertuang di dalam anggaran dengan apa yang dicapai oleh realisasi kerja perusahaan, dapatlah dinilai apakah perusahaan telah sukses bekerja ataukah kurang sukses, dapatlah diketahui pula sebab-sebab penyimpangan antara anggaran dengan realisasinya.

(7)

2.1.4. Tujuan Penyusunan Anggaran

M. Nafarin (2000:12), menyatakan bahwa ada beberapa tujuan disusunnya anggaran, yaitu :

1) Untuk digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan penggunaan dana.

2) Untuk mengadakan pembatasan jumlah dana yang dicari dan digunakan.

3) Untuk merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis penggunaan dana, sehingga mempermudah pengawasan.

4) Untuk merasionalkan sumber dan penggunaan dan agar dapat mencapai hasil yang maksimal.

5) Untuk menyempurnakan rencana yang telah disusun, karena dengan anggaran lebih nyata dan jelas terlihat.

6) Untuk menampung dan menganalisis serta memutuskan setiap usulan yang berkaitan dengan keuangan.

Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (1999:352), tujuan anggaran yaitu :

1) Anggaran mendesain para manajer untuk membuat rencana

Anggaran mendesak manajemen untuk merencanakan kegiatan di masa- masa yang akan datang untuk mengembangkan arah keseluruhan organisasi, melihat kemungkinan timbulnya masalah, dan untuk pengembangan kebijakan di masa datang.

2) Anggaran memberikan informasi sumber daya yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengambilan keputusan.

(8)

Anggaran memuat informasi yang signifikan tentang kemampuan sumber daya suatu organisasi, memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih baik.

3) Anggaran membantu penggunaan sumber daya dan para pegawai dalam menetapkan tolak ukur yang digunakan untuk evaluasi kinerja selanjutnya Anggaran juga menetapkan standar yang dapat mengontrol penggunaan sumber daya perusahaan dan mengontrol serta memotivasi para karyawan.

Hal yang mendasar bagi kesuksesan sebuah sistem penganggaran adalah memastikan bahwa dilakukannya langkah-langkah untuk mencapai tujuan dalam rencana besar organisasi tersebut.

4) Anggaran meningkatkan komunikasi dan koordinasi

Anggaran juga berguna untuk mengkomunikasikan rencana-rencana organisasi kepada setiap karyawan dan selanjutnya mengkoordinasikan pekerjaan mereka.

2.1.5. Faktor faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran

Menurut M. Munandar (2001:11), bahwa suatu anggaran dapat berfungsi dengan baik apabila taksiran yang termuat didalamnya cukup akurat, sehingga tidak jauh berbeda dengan realisasinya. Untuk dapat melakukan penaksiran lebih akurat diperlukan berbagai data, informasi dan pengalaman yang merupakan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan anggaran, dapat dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu :

(9)

1) Faktor-faktor intern

Yaitu data, informasi, dan pengalaman yang terdapat di perusahaan itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain berupa penjualan penjualan tahun lalu, kebijaksanaan perusahaan, tenaga kerja, modal, dan fasilitas lainnya.

2) Faktor faktor ekstern

Yaitu data, informasi, dan pengalaman yang terdapat di luar perusahaan tetapi dirasa mempunyai pengaruh terhadap perusahaan. Faktor-faktor tersebut antara lain keadaan persaingan, tingkat pertumbuhan penduduk, tingkat pendidikan masyarakat, tingkat penyebaran masyarakat, berbagai kebijaksanaan pemerintah, dan keadaan perekonomian nasional dan internasional.

2.1.6. Manfaat dan Kelemahan Anggaran

M. Nafarin (2000:12) menyatakan anggaran memiliki beberapa manfaat dan kelemahan sebagai berikut :

a. Manfaat anggaran

1) Segala kegiatan dapat terarah pada pencapaian tujuan bersama.

2) Dapat digunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan pegawai.

3) Dapat memotivasi pegawai.

4) Menimbulkan tanggung jawab tertentu pada pegawai.

5) Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu.

(10)

6) Sumber daya seperti: tenaga kerja, peralatan, dan dana dapat dimanfaatkan seefisien mungkin.

7) Alat pendidikan bagi manajer.

b. Kelemahan anggaran

1) Anggaran dibuat berdasarkan taksiran dan anggapan, sehingga mengandung unsur ketidakpastian.

2) Menyusun anggaran yang cermat memerlukan waktu, uang dan tenaga yang tidak sedikit, sehingga tidak semua perusahaan mampu menyusun anggaran secara lengkap dan akurat.

3) Bagi pihak yang merasa dipaksa untuk melaksanakan anggaran dapat mengakibatkan mereka menggerutu dan menentang, sehingga anggaran tidak efektif.

2.1.7. Langkah langkah Penyusunan Anggaran

Menurut Gudono (1993:190), bahwa terdapat lima langkah yang diperlukan dalam penyusunan anggaran, yaitu:

1) Manajemen puncak mengirim prinsip-prinsip penyusunan anggaran (termasuk tujuan umum perusahaan) ke masing-masing bagian serta membentuk komite anggaran, jika belum memiliki komite.

2) Masing-masing bagian menyusun anggaran operasional (rencana laba) dimulai dengan membuat ramalan penjualan dan anggaran penjualan.

Masing-masing manajer yang terlibat menerima anggaran penjualan itu untuk dijadikan dasar penyusunan anggaran operasionalnya sendiri.

(11)

3) Negosiasi antar bagian dan komunikasi dengan pihak atasan.

4) Koordinasi dan pembahasan kembali terhadap rancangan anggaran yang diajukan oleh masing-masing departemen oleh komite anggaran. Beberapa revisi mungkin dilakukan supaya terjadi keharmonisan antara anggaran dari departemen yang satu dengan anggaran dari departemen lain.

5) Persetujuan akhir dari manajemen puncak. Anggaran untuk kemudian dibagi-bagikan ke setiap departemen.

2.1.8. Prinsip dan Prosedur Penyusunan Anggaran

Menurut Jae K. Shim dan Joel G. Siegel (2000:3), dalam penyusunan anggaran program-program diterjemahkan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab dari masing-masing kepala departemen atau bagian. Setiap anggaran disusun berdasarkan struktur organisasi yang ada di perusahaan. Struktur organisasi merumuskan tanggung jawab fungsional daripada pelaksana dan merupakan dasar untuk menilai anggaran yang telah ditetapkan. Keberhasilan suatu anggaran tidak hanya ditentukan oleh manajer pelaksana anggaran saja, tetapi oleh seluruh bagian yang ada dalam perusahaan. Agar anggaran bisa berhasil, dituntut kerjasama antar manajer masing-masing bagian sehingga anggaran itu benar-benar berhasil bagi perusahaan.

Penyusunan anggaran pada dasarnya adalah merupakan proses penetapan peran setiap manajer dalam melaksanakan program. Langkah pertama adalah penentuan tujuan perusahaan dan setiap bagian dari perusahaan akan menentukan

(12)

tujuan dan jenis kegiatan masing-masing bagian yang tidak terlepas dari tujuan perusahaan.

Dari informasi penjualan tahun sebelumnya, akan dibuat ramalan penjualan sebagai dasar penyusunan budget penjualan, dan jika disetujui akan dipakai sebagai dasar penaksiran dalam budget budget lainnya. Selanjutnya, sebelum proses produksi dimulai tiap tingkatan manajemen diharuskan menyusun beberapa perkiraan biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan. Selanjutnya taksiran biaya dikumpulkan dan dibahas bersama-sama oleh masing-masing kepala bagian bersama direksi perusahaan.

Penyusunan angaran dapat dilakukan dengan proses bottom up approach dan top down approach. Bottom up approach adalah dengan pendekatan bawah ke atas dimana masing-masing kepala departemen mengajukan anggaran dari masing-masing departemennya kepada direksi, sedangkan top down approach adalah direksi memberikan petunjuk-petunjuk serta kebijakan perusahaan yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan anggaran. Setelah anggaran ditelaah dan disetujui, maka anggaran akan diusulkan ke Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan langkah terakhirnya adalah pengesahan anggaran oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

2.2 Anggaran Statis

2.2.1. Pengertian Anggaran Statis

Anggaran statis merupakan anggaran yang disusun berdasarkan satu tingkat aktifitas tertentu. Anggaran ini banyak diterapkan oleh perusahaan karena

(13)

penyusunannya yang lebih mudah. Amin Widjaya Tunggal (1995:14), menyatakan bahwa anggaran statis merupakan anggaran yang memuat perkiraan biaya yang didasarkan pada satu volume atau tingkat kegiatan. Definisi lain dikemukakan oleh Apandi Nasehatun (1999:20), bahwa anggaran statis merupakan anggaran yang disusun untuk suatu periode tertentu ketika volume (output) produksi telah ditentukan dan didasarkan volume tersebut dibuat rencana revenue, cost, dan expenses. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa anggaran statis merupakan anggaran yang disusun dengan terlebih dahulu menentukan tingkat aktifitas yang direncanakan, kemudian berdasarkan tingkat aktifitas tersebut dibuat anggaran revenue, cost, dan expenses.

2.2.2. Keunggulan dan Kelemahan Anggaran Statis

Menurut Garrison, Noreen (2000:537), Suatu anggaran selain sebagai alat perencanaan, juga digunakan sebagai alat pengendalian. Penggunaan anggaran statis sebagai alat perencanaan sudah cukup memadai, dimana pelaksanaan anggaran telah memiliki gambaran tentang tingkat aktifitas yang harus dicapai dan sumber daya yang dialokasikan untuk mencapai tingkat aktifitas tersebut.

Penggunaan anggaran statis sebagai alat pengendalian memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari anggaran statis adalah penyusunannya yang mudah dan memerlukan biaya yang sedikit. Di sisi lain, penggunaan anggaran statis memiliki kelemahan yaitu apabila tingkat aktifitas aktual yang dicapai sama dengan yang telah direncanakan, maka perbandingan antara anggaran dengan realisasi aktual akan menghasilkan informasi yang realistis, namun pada saat

(14)

aktifitas aktual yang dicapai berbeda secara signifikan, maka perbandingan antara anggaran dengan realisasi aktual akan menghasilkan informasi yang tidak realistis. Hal ini akan memberikan dampak apabila selisih yang timbul menuntut tindakan koreksi, maka tindakan yang diambil tidak akan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya terjadi.

2.3 Anggaran Fleksibel

2.3.1. Pengertian dan Karakteristik Anggaran Fleksibel

Anggaran fleksibel merupakan alat pengendalian yang sangat berguna karena memungkinkan manajemen untuk menghitung biaya keluaran dalam berbagai tingkat aktifitas. Anggaran fleksibel adalah anggaran yang tidak membatasi diri hanya pada satu tingkat aktifitas saja, tetapi ditujukan ke arah suatu range aktifitas juga, anggaran fleksibel dapat disusun setiap saat sebagai pembanding biaya sesungguhnya pada tingkat aktifitas berapapun yang berada dalam range relevan (Garrison, Noreen, 2000:537).

Definisi lain menyebutkan anggaran fleksibel adalah anggaran yang disusun berderet (seri) yang merupakan perbandingan antara beberapa tingkat volume kapasitas dimana anggaran digolongkan ke dalam anggaran biaya tetap dan anggaran biaya variabel (Supriyono, 1993:16).

Karakteristik anggaran fleksibel adalah:

1) Disusun untuk suatu rentangan aktifitas dan bukan untuk satu aktifitas saja.

(15)

2) Memberikan dasar yang dinamis untuk membuat perbandingan perbandingan, karena anggaran tersebut secara otomatis akan dapat memberikan informasi yang menyangkut tingkatan volume yang berbeda.

Anggaran fleksibel bisa dibuat dengan tingkatan penjualan tertentu atau volume tertentu sebelum atau sesudah penjualan atau produksi itu terlaksana. Anggaran fleksibel dapat memberikan informasi berupa biaya yang harus dikeluarkan untuk suatu tingkatan output.

2.3.2. Manfaat Anggaran Fleksibel

Henry Simamora (1999:199), menyatakan bahwa manfaat dari anggaran fleksibel bagi perusahaan adalah:

1) Anggaran fleksibel dapat dipakai untuk merumuskan anggaran sebelum adanya data taksiran tingkat aktifitas.

2) Karena anggaran fleksibel dapat menentukan berapa besarnya biaya pada bermacam macam tingkat aktifitas, anggaran ini dapat dipakai setelah adanya data untuk menghitung berapa seharusnya biaya untuk tingkat aktifitas aktual.

3) Anggaran fleksibel dapat menolong manajemen dalam menghadapi ketidakpastian dengan memampukan mereka untuk melihat taksiran hasil dalam kisaran aktifitas tertentu.

(16)

2.3.3. Keunggulan dan Kelemahan Anggaran Fleksibel Dibandingkan Anggaran statis

Menurut Agus Ahyari (1997:17) keunggulan anggaran statis yaitu penyusunannya lebih mudah. Kelemahan anggaran statis yaitu kurang tepat dipakai sebagai alat pengendalian biaya, terutama untuk pengendalian biaya yang didalamnya terdapat unsur biaya semi variabel karena tidak adanya pemisahan biaya pada anggaran statis dan kelemahan selanjutnya yaitu dengan menggunakan anggaran statis, penilaian yang dilakukan menjadi kurang tepat karena perusahaan bersifat dinamis, sedangkan keunggulan anggaran fleksibel yaitu dapat dipakai sebagai alat perencanaan laba yang lebih baik dan dapat digunakan untuk menganalisa penyimpangan yang lebih baik dan anggaran fleksibel mempunyai kelemahan yaitu penyusunanya lebih sulit dan memerlukan dana yang lebih banyak, karena harus memisahkan antara biaya tetap dan biaya variabel.

2.3.4. Penyusunan Anggaran Fleksibel

Menurut Matz, Adolf, Usry Milton (diterjemahkan oleh Al Fonsus Sirait dan Herman Wibowo, 1994:65) untuk dapat menyusun sebuah anggaran fleksibel, terlebih dahulu harus dilakukan pengembangan rumus untuk setiap perkiraan didalam setiap pusat biaya. Setiap rumus menunjukkan tarif biaya tetap dan atau biaya variabel untuk perkiraan tersebut. Bagian variabel dari rumus merupakan tarif biaya (cost rate) yang dikaitkan dengan tolak ukur kegiatan tertentu, seperti jam kerja pekerja langsung, jam kerja pakai mesin, atau unit produksi. Jumlah biaya tetap dan tarif biaya variabel akan tetap konstan dalam rentang (range)

(17)

kegiatan tertentu. Setelah itu, disusun anggaran fleksibel berdasarkan kegiatan yang sesungguhnya. Untuk menetapkan kegiatan yang tetap dan bagian yang variabel tersebut maka dilakukan penggolongan biaya berdasarkan perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Biaya berdasarkan perilakunya dalam hubungan dengan perubahan volume kegiatan menurut Mulyadi (2001:485) dapat digolongkan menjadi 3 (tiga), yaitu :

1) Biaya tetap

Adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran perubahan volume kegiatan tertentu. Besarnya biaya tetap per satuan berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan. Besarnya biaya tetap dipengaruhi oleh kondisi perusahaan jangka panjang, teknologi, dan metode serta strategi manajemen.

Untuk keperluan perencanaan dan pengendalian, biaya tetap ini dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu:

a. Comitted fixed cost

Comitted fixed cost sebagian besar berupa biaya tetap yang timbul dari kepemilikan pabrik, equipment, dan organisasi pokok. Perilaku comitted fixed cost diketahui dengan jelas dengan mengamati biaya biaya tetap yang dikeluarkan jika seandainya perusahaan tidak melakukan kegiatan sama sekali dan akan kembali ke kegiatan normal. Misal: biaya depresiasi, sewa, asuransi, dan gaji karyawan utama.

(18)

b. Discretionary fixed cost

Merupakan biaya yang timbul dari keputusan penyediaan anggaran secara berkala (biasanya tahunan) yang secara langsung mencerminkan kebijaksanaan manajemen puncak mengenai jumlah maksimum biaya-biaya yang diijinkan untuk dikeluarkan dan yang tidak dapat menggambarkan hubungan yang optimum antara masukan dengan keluaran (yang diukur dengan volume penjualan, jasa produk atau produk). Misalnya: biaya program latihan karyawan, biaya iklan, biaya konsultan, biaya riset dan pengembangan, dan biaya promosi penjualan.

2) Biaya variabel

Adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya variabel per unit konstan (tetap) dengan adanya perubahan volume kegiatan. Untuk keperluan perencanaan dan pengendalian, biaya variabel dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:

a. Engineered variabel cost

Adalah biaya yang memiliki hubungan fisik tertentu. Hampir semua biaya variabel merupakan engineered variabel cost. Biaya ini merupakan biaya yang antara masukan dan keluarannya mempunyai hubungan yang erat dan nyata. Jika masukan (biaya) berubah, maka keluaran akan berubah sebanding dengan perubahan masukan tersebut. Sebaliknya, jika keluaran berubah, maka masukan (biaya) akan berubah sebanding dengan perubahan keluaran tersebut.

(19)

b. Discretionary variabel cost

Adalah biaya yang masukan dan keluarannya memiliki hubungan erat namun tidak nyata. Jika keluaran berubah, maka masukan akan berubah sebanding dengan keluaran tersebut. Namun jika masukan berubah, keluaran belum tentu berubah dengan adanya perubahan masukan tersebut.

3) Biaya semivariabel

Adalah biaya yang memiliki unsur tetap dan variabel didalamnya. Unsur biaya tetap merupakan jumlah biaya minimum untuk menyediakan jasa, sedangkan unsur variabel merupakan bagian dari semi variabel yang dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan.

Untuk membuat anggaran fleksibel, maka biaya semi variabel perlu dipisahkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel. Ada dua pendekatan dalam memperkirakan fungsi biaya, yaitu pendekatan historis dan pendekatan analitis.

Dalam pendekatan historis, penentuan fungsi biaya dilakukan dengan cara menganalisis perilaku biaya di masa lalu dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan dalam masa yang sama. Sedangkan pendekatan analitis, penentuan fungsi biaya dilakukan atas kerjasama antara orang-orang teknik dan staf penyusunan anggaran.

Metode-metode yang digunakan dalam pendekatan historis antara lain meode titik tertinggi dan terendah, metode berjaga, dan metode kuadrat terkecil (least square). Metode titik tertinggi dan terendah (high and low method) adalah metode untuk menentukan persamaan suatu garis lurus dengan terlebih dahulu

(20)

memilih dua titik (tinggi dan rendah) yang akan digunakan untuk menghitung parameter pemitas atau kemiringan. Metode berjaga (standby method) adalah metode untuk memperkirakan fungsi biaya dengan menghitung berapa biaya yang harus dikeluarkan jika perusahaan ditutup sementara dimana produksi sama dengan nol, biaya berjaga ini disebut dengan biaya tetap. Perbedaan antara biaya yang dikeluarkan selama produksi berjalan dengan biaya berjaga jaga merupakan biaya variabel. Metode least square, menganggap bahwa hubungan antara biaya dengan volume kegiatan berbentuk garis lurus dengan persamaan Y = a + bX, dimana Y merupakan biaya variabel, X menunjukkan volume kegiatan, dan a merupakan unsur biaya tetap dalam variabel X dan b menunjukkan unsur biaya variabelnya.

Setelah biaya dipisahkan berdasarkan perilakunya, anggaran fleksibel dapat disusun dengan mempertimbangkan berbagai tingkat kapasitas atau volume produksi atau penjualan yang mungkin. Anggaran fleksibel dapat disusun tiap bulan, semester, dan tahunan.

2.4 Penggolongan Biaya

Menurut Supriyono (1993:166-169), bahwa setiap manajer dalam akuntansi pertanggungjawaban bertanggungjawab atas biaya yang terjadi dalam departemen yang dipimpinnya. Ini terjadi karena manajer ikut serta dalam penyusunan anggaran biaya departemen. Akan tetapi para manajer hanya bertanggungjawab atas biaya terkendali yang terjadi di departemennya.

(21)

Pemisahan antara biaya terkendali dan tidak terkendali perlu dipisahkan dalam akuntansi pertanggungjawaban.

Biaya terkendali adalah biaya yang secara langsung dapat dipengaruhi oleh seorang manajer dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan biaya tak terkendali adalah biaya yang tidak dipengaruhi secara langsung oleh seorang manajer tertentu berdasarkan wewenang yang ia miliki. Pemisahan biaya terkendali dan tidak terkendali selalu berhubungan dengan tingkat manajemen dan jangka waktu.

Untuk memisahkan antara biaya terkendali dan tidak terkendali seringkali menghadapi kesulitan. Berikut pedoman untuk menentukan apakah biaya yang terjadi dapat dibebankan kepada manajer pusat pertanggungjawaban, yaitu:

1) Jika seorang manajer mempunyai wewenang baik dalam perolehan maupun penggunaan jasa, ia harus dibebani dengan biaya tersebut.

2) Jika seorang manajer dapat secara signifikan mempengaruhi jumlah biaya tertentu melalui tindakannya sendiri, ia dapat dibebani dengan biaya tersebut.

3) Meskipun seorang manajer tidak dapat secara signifikan mempengaruhi jumlah biaya tertentu melalui tindakan langsung sendiri, ia dapat juga dibebani biaya tersebut jika manajemen puncak menghendaki agar supaya ia menaruh perhatian, sehingga ia dapat membantu manajer lain yang bertanggungjawab untuk mempengaruhi biaya tersebut.

(22)

Biaya tak terkendali dapat diubah menjadi biaya terkendali melaui 2 (dua) cara yang saling berkaitan berikut ini:

1) Dengan mengubah dasar pembebanan dari alokasi ke pembebanan langsung.

2) Dengan mengubah letak tanggung jawab pengambilan keputusan dengan cara pendelegasian wewenang untuk pengambilan keputusan dari manajemen puncak kepada para manajer pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan.

2.5 Pengertian Perencanaan Laba 2.5.1. Pengertian Perencanaan

Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah untuk mencari laba atau keuntungan dengan menggunakan sumber-sumber ekonomi yang ada. Sebelum tujuan tersebut tercapai, maka perusahaan dapat diarahkan atau digunakan sebagai dasar dalam melakukan pengawasan terhadap kegiatan perusahaan. Perencanaan yang baik akan mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam mencapai laba yang diinginkan. Berikut ini akan diuraikan beberapa pengertian dari perencanaan yang dikemukakan oleh beberapa ahli dari sudut pandang yang berbeda namun pada prinsipnya mempunyai pengertian yang sama.

Menurut Supriyono (1993:15), perencanaan adalah spesifikasi (perumusan) dari tujuan perusahaan yang ingin dicapai serta penentuan cara-cara yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut serta mengandung unsur- unsur sebagai berikut:

(23)

a. Penentuan tujuan yang akan dicapai

b. Memilih dan menentukan cara yang akan ditempuh dari semua alternatif yang mungkin dipilih.

c. Usaha-usaha atau langkah-langkah yang ditempuh untuk mencapai tujuan atas dasar alternatif yang mungkin dipilih.

Henry Simamora (1999:5), menyatakan bahwa perencanaan (planning) berarti penyusunan gambaran finansial dan operasional rinci kegiatan kegiatan yang direncanakan, sedangkan Hansen, dkk (diterjemahkan oleh Ancella A.

Hermawan, 1999:15), menyatakan bahwa perencanaan (planning) berarti formula rinci dari tindakan untuk mencapai akhir tertentu dalam kegiatan manajemen.

Berdasarkan pengertian diatas dapat diketahui bahwa perencanaan adalah perumusan daripada tujuan perusahaan yang ingin dicapai serta penentuan tindakan-tindakan yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan yang diinginkan tersebut. Perencanaan juga merupakan langkah awal dalam sebuah kinerja.

2.5.2. Pengertian Perencanaan Laba

Keberhasilan manajemen dapat dilihat melalui pencapaian laba perusahaan. Laba terutama dipengaruhi oleh harga jual produk, biaya, dan volume penjualan. Biaya menentukan harga jual untuk pencapaian laba yang dikehendaki, harga jual mempengaruhi volume penjualan, sedangkan volume penjualan langsung mempengaruhi volume produksi dan volume produksi mempengaruhi biaya.

(24)

Supriyono (1993:5), perencanaan adalah spesifikasi (perumusan) dari tujuan perusahaan yang ingin dicapai serta penentuan cara-cara yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut. Sedangkan laba menurut Supriyono (1993:331), adalah selisih antara penghasilan di atas semua biaya dalam periode akuntansi tertentu. Jadi perencanaan laba adalah pemilihan alternatif-alternatif yang mungkin dilaksanakan untuk melakukan kegiatan yang meliputi seluruh tahap operasi di masa yang akan datang dengan mempertimbangkan sumber- sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan dan kendala-kendala yang dihadapi untuk mencapai tujuan, yaitu memperoleh laba yang optimal.

2.6 Teknis Analisis Dalam Perencanaan Laba

Seperti telah disebutkan bahwa antara harga pokok jual produk, biaya, dan volume penjualan berperan dalam memperoleh laba. Karenanya dalam perencanaan laba, hubungan antara ketiga faktor tersebut sangat berpengaruh dalam pemilihan alternatif tindakan manajemen untuk perumusan kebijakan perusahaan di masa mendatang.

Analisis impas atau break event point dan analisis hubungan biaya, volume, laba merupakan teknik untuk menggabungkan, mengkoordinasikan, dan menafsirkan data produksi dan unit distribusi untuk membantu manajemen untuk perencanaan laba, merumuskan kebijaksanaan dan mengambil keputusan.

a. Analisis impas atau break event point

Menurut Mulyadi (2001:228), break event point informasi yang dapat digunakan oleh manajemen untuk memperoleh gambaran batas bawah

(25)

pendapatan yang harus dicapai agar dalam tahun anggaran yang akan datang perusahaan tidak mengalami kerugian.

Analisis ini didasarkan atas data historis, kegiatan masa lalu, atau estimasi penjualan dan biaya di masa datang. Dalam kaitannya dengan masa datang dapat dibantu dengan anggaran fleksibel. Titik impas dapat ditentukan dalam satuan unit produk yang dijual atau dalam satuan uang (rupiah) hasil penjualan dengan rumusan sebagai berikut :

BEP total (Rp) =

total Penjualan

total variabel Biaya

1

Total Tetap Biaya

………..……(1)

Biaya Tetap Total ……….…….. (2) Margin Kontribusi Unit

Dari analisis impas dapat dihasilkan informasi mengenai margin pengaman (margin of safety) yaitu batas yang menunjukkan berapa banyak penjualan yang dianggarkan boleh turun sebelum perusahaan mulai mengalami kerugian. Margin pengaman dapat ditentukan dengan cara mengurangkan penjualan impas dari penjualan anggaran. Jika dalam bentuk prosentase, disebut ratio margin pengaman.

Penjualan yang direncanakan-Penjualan pada BEP Penjualan yang direncanakan

b. Analisis biaya, volume, laba

Analisis impas merupakan salah satu bentuk analisis biaya, volume, laba karena untuk mengetahui impas maupun margin pengaman maka perlu diadakan analisis terhadap hubungan biaya, volume, dan laba

BEP Total (Unit)

=======+=

MOS (%)

=======

+=

X 100 % ..(3)

=

=

(26)

Analisis biaya, volume, laba dititikberatkan pada sampai sejauh mana perubahan biaya, volume, dan harga jual berakibat pada laba perusahaan.

Hubungan antara biaya, volume, laba dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu harga jual per satuan, volume penjualan, komposisi produk yang dijual, biaya variabel per unit, dan total biaya tetap. Agar perencanaan laba efektif, manajemen harus dapat memperkirakan bagaimana masing-masing faktor tersebut terhadap laba bersih, titik impas, dan return on investment perusahaan.

2.7 Penelitian Sebelumnya

Penelitian dengan menggunakan anggaran fleksibel sudah pernah dilakukan sebelumnya. Salah satu diantaranya oleh Nyoman Yani Kurnia (2004) dengan judul "Anggaran Fleksibel Sebagai Alat Pengendalian Laba Departemen Kamar Pada Discovery Kartika Plaza Hotel-Bali". Pokok permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah apakah ada alternatif lain dari anggaran untuk memaksimalkan laba yang diperoleh dan berapakah besarnya varian antara anggaran fleksibel dengan realisasinya serta anggaran statis dengan realisasinya, serta faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya varian tersebut. Teknik analisis yang dipergunakan adalah teknik analisis kuantitatif dengan metode least square (kuadrat terkecil), membuat anggaran fleksibel dimana penjualan dan biaya-biaya yang dianggarkan pada anggaran statis perusahaan dibuat berdasarkan volume kegiatan aktual selama 1(satu) tahun, untuk penjualan dan biaya-biaya variabel yang tidak termasuk dalam biaya semivariabel dibagi dengan volume

(27)

kegiatan yang dianggarkan pada nggaran tetap perusahaan kemudian dikaitkan dengan volume kegiatan aktual. Sedangkan untuk biaya tetap yang tidak termasuk dalam biaya semivariabel, jumlahnya sama dengan yang tercantum di anggaran statis yang dibuat perusahaan serta membandingkan anggaran fleksibel dengan relisasinya dan anggaran statis dengan realisasinya. Dan dengan menghitung selisih antara laba rugi aktual dengan anggaran fleksibel yang dibuat pada volume kegiatan aktual. Serta dengan teknik analisis kualitatif yaitu membandingkan anggaran sebagai alat pengendalian laba dengan anggaran statis yang telah dibuat oleh perusahaan. Variabel yang digunakan adalah anggaran fleksibel, selisih anggaran dan realisasi, dan pengendalian laba. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah (1) rentang waktu dan (2) variabel yang digunakan terdapat sedikit perbedaan. Sedangkan persamaannya adalah (1) teknik analisis yang digunakan sama sama memakai teknik analisis least square (kuadrat terkecil) untuk memisahkan biaya semivariabel (2) sama-sama menggunakan anggaran fleksibel sebagai acuan dan menggunakannya sebagai tolak ukur. Hasil analisis dalam penelitian ini adalah penggunaan anggaran statis sebagai alat pengendalian laba kurang tepat dan selisih yang terjadi menggunakan anggaran fleksibel lebih kecil dibandingkan anggaran statis, serta faktor yang menyebabkan selisih antara anggaran dengan aktual disebabkan selisih pendapatan dan biaya.

Penelitian lainnya juga dilakukan oleh oleh Ni Luh Putu Hari Yunita (2006) dengan judul "Penyusunan Anggaran Fleksibel Sebagai Alat Perencanaan Laba dan Evaluasi Kinerja Manajemen Pada Villa Shanti Beach Hotel". Pokok permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimanakah

(28)

penyusunan anggaran fleksibel sebagai alat perencanaan laba dan evaluasi kinerja manajemen pada Villa Shanti Beach Hotel. Teknik analisis yang dipergunakan adalah teknik analisis kuantitatif dengan metode least square (kuadrat terkecil) untuk memisahkan biaya semivariabel, average room calculation, pemisahan biaya, break event point, rate of interest, menyusun anggaran fleksibel untuk pendapatan dan biaya operasional dengan rentang aktifitas tertentu, dengan menyusun anggaran pada tingkat hunian kamar yang sama dengan realisasi, dan dengan membandingkan antara anggaran fleksibel dengan realisasi yang sesungguhnya pada tingkat hunian yang sama serta menentukan selisih laba yang terjadi antara anggaran fleksibel dengan realisasi yang sesungguhnya serta teknik analisis kualitatif untuk mendukung data kuantitatif. Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya,(1) rentang waktu (2)variabel yang digunakan terdapat sedikit perbedaan. Sedangkan persamaannya adalah (1) teknik analisis yang digunakan sama sama memakai teknik analisis least square (kuadrat terkecil) untuk memisahkan biaya semivariabel (2) sama-sama menggunakan anggaran fleksibel sebagai acuan dan menggunakannya sebagai tolak ukur.

Referensi

Dokumen terkait

Judul Modul: Melakukan Kalibrasi Sensor / Tranducer Modul - Versi 2018 Halaman 11 dari 13 dilakukan dari hasil antara pembacaan sensor / transducer yang dikalibrasi dengan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja Balai Besar POM Yogyakarta dalam pengawasan produk obat dan makanan yang mengandung zat berbahaya sudah baik namun belum

Beberapa upaya untuk memperbaiki komposisi dan kualitas belanja pemerintah daerah adalah: (i) melakukan moratorium (tidak melakukan penambahan pegawai baru) dalam 2 - 3 tahun

Secara normatif, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) adalah Pejabat Umum yang diberi wewenang untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas

Kegiatan ini merupakan sarana efektif penyampaian informasi kepada masyarakat Kecamatan Johan Pahlawan yang berada di kawasan rawan bencana alam gempa bumi dan

Keterlibatan pihak lain dalam menguasai, mengelolah, dan memanfaatkan power yang dimiliki pengrajin membuat para pengrajin batu merah mengalami proses pelemahan dan

Telkom adalah diatas 13 db.Kualitas speedy dengan menggunakan DSLAM CO (Digital Subcriber Line Access Multiplexer) yang berada di STO (Sentral Telepon Otomate) masih

Alma (2010:296) menyatakan Manajemen hubungan pelanggan atau yang biasa dikenal Customer Relationship Management ( CRM) adalah suatu proses dalam mendapatkan,