• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Sosial Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik OLEH:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Sosial Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik OLEH:"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI DINAS PERDAGANGAN DAN KOPERASI USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI

DAERAH MELALUI RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DI KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

SKRIPSI

Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Sosial Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

OLEH:

JUNITA SYAHPUTRI 130903151

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2017

(2)

ABSTRAK

STRATEGI DINAS PERDAGANGAN DAN KOPERASI USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH MELALUI RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DI KABUPATEN

LABUHAN BATU UTARA

Junita Syahputri1 Dr. Tunggul Sihombing, MA2

Retribusi pasar seharusnya bisa menjadi salah satu primadona pendapatan asli daerah di Kabupaten Labuhanbatu Utara. Namun capaian target dari pendapatan retribusi pasar dirasakan belum sesuai harapan karena hanya rata-rata setiap tahun tidak mencapai target.

Oleh karena itu diperlukan terobosan guna mendongkrak peningkatan retribusi di masa-masa mendatang, agar penambahan bisa mencapai lebih dari 10% setiap tahunnya. Penelitian yang dilakukan penulis, diperoleh kesimpulan hasil bahwa ada beberapa faktor internal maupun eksternal yang mampu menjadi pendorong dan penghambat dalam upaya meningkatkan pendapatan retribusi pasar. Setelah dilakukan Penelitian di lapangan diperoleh faktor-faktor strategis yang mampu meningkatkan pendapatan retribusi pasar, yaitu Pembenahan Manajemen Pengelolaan Retribusi Pasar dalam Rangka Meningkatkan Pendapatan Retribusi Pasar, Perluasan Tax-Base Retribusi Pasar, Menyeimbangkan Anggaran Penataan Lingkungan Pasar dengan Pendapatan Retribusi Pasar, dan Peningkatan Sikap Mental, Disiplin, Motivasi Kerja, dan Pemahaman Terhadap Tupoksi. Harapan penulis, hasil penelitian ini bias menjadi masukan bagi Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara dalam menyikapi faktor-faktor strategis tersebut agar ke depan upaya peningkatan pendapatan retribusi pasar dapat diwujudkan.

Kata kunci : Retribusi pasar, primadona, PAD, tax-base, anggaran.

1 Mahasiswa FISIP Universitas Sumatera Utara

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya kepada penulis dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk untuk menjalankan studi di jurusan Imu Administrasi Negara Universitas Sumatera Utara sampai akhirnya dapat menyelesaikan kuliah dengan baik, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “Strategi Dinas Perdagangan dan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Melalui Retribusi Pelayanan Pasar di Kabupaten Labuhanbatu Utara”. Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan di Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Negara. Semoga kasih dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa selalu mengalir dan menyertai penulis dalam meyempurnakan karya ilmiah ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan baik dari segi substansi maupun redaksinya. Oleh karena itu, penulis juga mengharapkan kritik, saran, serta masukan dari Bapak/Ibu Dosen serta rekan-rekan mahasiswa lainnya. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini tidak akan dapat selesai tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak baik dalam bentuk idea atau gagasan, moral, maupun materi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua yaitu Bapak Sunarto dan Ibu Wagiem yang selalu berjuang untuk anak-anaknya, Bapak Sunarto dan Ibu Wagiem, yang telah mendidik penulis dan membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang. Kalian adalah anugrah terindah yang pernah ku punya. Setiap hari engkau tak pernah lupa untuk mendoakan anak- anakmu. Aku ingin membuatmu selalu tersenyum dan bangga kepadaku. Terimakasih

(4)

atas semua pengorbanan, perhatian, serta segala dukungan materi, moril dan moral sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Tunggul Sihombing, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran kepada penulis sejak awal hingga selesainya skripsi ini.

4. Ibu Dra. Asima Yanti S. Siahaan, M.A, P.hD selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Karyono S.Sos, MAP selaku dosen penguji yang telah banyak membantu dan memberikan masukan dan saran kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Kepada Kak Dian dan Bg Rudy Manurung selaku pegawai pendidikan FISIP USU yang selalu membantu penulis dalam urusan administrasi yang berhubungan dengan perkuliahan maupun skripsi.

7. Dosen-dosen dan Staff Administrasi Ilmu Administrasi Negara FISIP USU yang telah banyak membantu dan memberikan saran dalam membantu kelancaran proses pembuatan skripsi ini.

8. Kepada kakak, abang dan adik tersayang, yaitu Dewi Ariyanti, Dedi Iswanto, Yuli Arida, dan Indriani. Terimakasih untuk dukungan doa dan hal lainnya yang dapat membantu penulis sampai saat ini.

9. Untuk sahabat-sahabat ku tersayang Mariati Sibuea, teman seperjuangan selama

(5)

saran yang membangun ketika penulis curhat tentang masalah yang sedang dihadapi, buat Dina Arista, Rizki Novriandita, Afni Arsita, Bimas Sholeh Munthe, Hankam Prawira Sagala, dan yang ku Sayang Bella Ernita Sari yang selalu memberikan Semangat ketika penulis sedang jenuh dan lelah dalam mengerjakan skripsi. Semoga persahabatan kita selamanya.

10. Untuk teman-teman seperjuangan Susilawati, Ayesi Saputri Ananda Sinaga, Mailiwa Panjaitan, Revi Zhunita, Rini Waruwu, Christoper Hutabarat, Indra Simamora, Abdul Azis Siregar, Elysa Apriliani Sembiring, yang menjadi sahabat sekaligus memberi motivasi yang tak henti-hentinya. Terima kasih untuk semua saya bangga menjadi bagian dari kalian.

11. Untuk seluruh teman-teman di Administrasi Negara 2013 yang tidak dapat disebut Satu Persatu. Semoga kita semua mampu menjadi kebanggaan keluarga dengan tidak melupakan almamater kita.

Akhir kata penulis memohon maaf apabila ada kesalahan yang penulis lakukan baik selama studi maupun dalam penulisan skripsi. Smoga ini dapat menjadi sumbangan ilmiah yang berguna untuk setiap orang yang membacanya.

Medan, Juli 2017 Penulis

Junita Syahputri

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1. Strategi ... 11

2.1.1. Manajemen Strategi ... 13

2.2. Analisis SWOT ... 18

2.3. Retribusi Pasar ... 22

2.3.1. Manajemen Strategi Meningkatkan Retribusi Pasar ... 23

2.4. Konsep Organisasi ... 26

2.5. Keuangan Daerah ... 28

2.6. Definisi Konsep ... 33

2.7. Definisi Operasional ... 34

2.8. Hipotesis Kerja ... 36

2.9. Sistematika Penulisan ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

3.1. Bentuk Penelitian ... 38

3.2. Lokasi Penelitian ... 38

3.3. Informan Penelitian ... 39

(7)

3.5. Teknik Analisis Data ... 41

3.6. Penarikan Kesimpulan ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

4.1. Gambaran Umum dan Geografi Wilayah ... 43

4.1.1. Administrasi dan Georafi Wilayah ... 43

4.1.2. Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik ... 46

4.1.2.1. Geografis ... 46

4.1.2.2. Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Labuhanbatu Utara 46 4.1.2.3. Administratif ... 47

4.1.3. Kondisi Fisik ... 49

4.1.3.1 Topografi ... 49

4.1.3.2. Demografi ... 50

4.1.4. Tata Ruang Wilayah... 51

4.1.4.1. Tujuan Penataan Ruang Wilayah ... 51

4.1.5. Dinas Perdagangan dan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah 54 4.1.5.1. Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas Dinas Perdagangan dan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Labuhanbatu Utara ... 56 4.1.5.2. Struktur dan Besarnya Retribusi Pasar berdasarkan

Perda Labuhanbatu Utara Nomor 13 Tahun 2011 tentang

(8)

Retribusi Pelayanan Pasar. ... 71

4.2. Strategi Dinas Perdagangan dan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Melalui Retribusi Pelayanan Pasar... 72

4.2.1. Menilai Lingkungan Eksternal : Peluang dan Ancaman ... 73

4.2.2. Menilai Lingkungan Internal : Kekuatan dan Kelemahan ... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 102

5.1. Kesimpulan ... 102

5.2. Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 106 LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel ... 5 Tabel 1.1 : Tabel target dan realisasi retribusi pelayanan pasar ... 5 Tabel 4.1 : Tabel Luas Wilayah Per Kecamatan ... 45 Tabel 4.2 : Nama dan Luas Sungai yang ada di Kabupaten Labuhanbatu Utara .. 46 Tabel 4.3 : tingkat Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Labuhanbatu Utara .... 47 Tabel 4.4 : Retribusi WC dan Kamar Mandi setiap kali pemakaian ... 72 Tabel 4.5 : Jumlah Pasar berdasarkan Kecamatan ... 75 Tabel 4.6 : Pendapatan Retribusi Pasar Dinas Perdagangan dan Koperasi Usaha

Kecil dan Menengah pada tahun 2015 dan 2016 ... 86 Tabel 4.7 : Jumlah Pegawai berdasarkan tingkat Pendidikan ... 88

(10)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan Penjelasan Umum Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan :

Daerah diberikan hak untuk mendapatkan sumber keuangan yang antara lain berupa : kepastian tersedianya pendanaan dari Pemerintah sesuai dengan urusan pemerintah yang diserahkan; kewenangan memungut dan mendayagunakan pajak dan retribusi daerah dan hak untuk mendapatkan bagi hasil dari sumber-sumber daya nasional yang berada di daerah dan dana perimbangan lainnya; hak untuk mengelola kekayaan Daerah dan mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah serta sumber-sumber pembiayaan.

Dengan pengaturan tersebut, dalam hal ini pada dasarnya Pemerintah menerapkan prinsip ”uang mengikuti fungsi”.

Untuk itu pemerintah dituntut kemandiriannya untuk menangani segala urusan pendanaan, baik untuk pembangunan di daerah maupun penyelenggaraan pemerintahan daerah. Besarnya pembiayaan penyelenggaraan otonomi daerah memaksa Pemerintah Daerah untuk mencari alternatif sumber pendapatan daerah dengan menggali potensi yang dimiliki daerah tersebut dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Berbagai macam sumber daya di daerah yang secara makro dapat dibagi menjadi 2 (dua) diantaranya sumber daya alam dan sumber daya manusia, diharapkan benar-benar menjadi motor dalam peningkatan kemandirian daerah.

Sumber daya alam sebagai aset tetap daerah mampu menghasilkan pendapatan asli daerah melalui jasa sewa dan dimanfaatkan sebagai biaya tetap menjalankan pemerintahan, dalam hal ini penggajian aparatur,

(11)

perbaikan infrastruktur dan lain sebagainya. Sementara sumber daya manusia diharapkan mampu mengelola sumber daya daerah secara optimal.

Selain itu, penyelenggaraan otonomi daerah menuntut adanya kesiapan sumber daya dan sumber dana, responsibilitas serta akuntabilitas dari tiap-tiap daerah. Sejalan dengan itu, penyelenggaraan pemerintahan daerah didukung adanya perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang disesuaikan dengan potensi dan kebutuhan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah pusat dan Pemerintah daerah.

Kemampuan pembiayaan suatu daerah merupakan suatu prinsip yang harus diperhatikan secara sungguh-sungguh oleh pemerintah daerah dalam menghadapi otonomi daerah yang sudah bergulir sejak tahun 2001 lalu. Namun sejumlah daerah merasa mengeluh dan kewalahan menghadapi keterbatasan dana demi kelanjutan pembangunan didaerahnya.

Berdasarkan undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, sumber pendapatan daerah terdiri atas :

a. pendapatan asli daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu : 1) Hasil pajak daerah;

2) Hasil retribusi daerah;

3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan 4) Lain-lain PAD yang sah;

b. dana perimbangan; dan

c. lain-lain pendapatan daerah yang sah

(12)

Dalam pelaksanaan pembangunan pada umumnya, pemerintah daerah menghadapi tantangan terutama berkaitan dengan masalah pembiayaan, dimana pendapatan asli daerah yang relatif kecil menyebabkan jalannya pembangunan masih tergantung pada pemerintah pusat. Akibat kecilnya pendapatan asli daerah dalam mendukung pembangunan di daerah, maka dituntut dan dibebankan kepada daerah untuk dapat bekerja keras dalam rangka meningkatkan pandapatannya baik melalui penigkatan pendapatan asli daerah maupun pendapatan sumber lain yang diharapkan.

Kemampuan pemerintah untuk membiayai sendiri anggaran pengeluaran rutin dan pembangunan, merupakan salah satu tolok ukur utama dalam menilai kualitas otonomi yang dimiliki. Dengan kata lain, semakin besar kontribusi pendapatan asli daerah terhadap anggaran pendapatan dan belanja daerah maka kualitas otonomi daerah akan semakin tinggi. Demikian juga sebaliknya, semakin kecil kontribusi pendapatan asli daerah terhadap anggaran pendapatan dan belanja daerah mengakibatkan semakin meningkatnya ketergantungan pemerintah daerah terhadap pusat yang pada akhirnya substansi otonomi daerah.

Menurut Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dijelaskan : ”Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Retribusi pasar termasuk dalam jenis retribusi jasa umum karena bersifat bukan pajak dan merupakan kewenangan daerah dalam rangka pelaksanaan

(13)

desentralisasi, artinya retribusi pasar dapat menjadi salah satu sumber pendapatan daerah yang potensial.

Dalam proses peningkatan pendapatan asli daerah dari sektor retribusi dan yang lebih khusus tentang retribusi pasar, maka dipandang perlu untuk mengoptimalkan kinerja Dinas perdagangan dan koperasi usaha kecil dan menegah baik melalui upaya intensifikasi maupun melalui upaya ekstensifikasi.

Cara intensifikasi merupakan upaya peningkatan pungutan retribusi melalui perbaikan atau peningkatan sistem pungutan, perbaikan sarana dan prasarana, peningkatan sumberdaya aparat baik secara kualitas maupun kuantitas. Sedangkan upaya ekstensifikasi dapat ditempuh dengan jalan pencarian atau perluasan obyek retribusi.

Kekuatan dan kelemahan yang sifatnya internal dan peluang dan ancaman sifatnya eksternal akan saling bersinergi guna melahirkan suatu strategi yang akan mampu membawa kepada tujuan utama yaitu keberlangsungan organisasi (yakni Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan yang selanjutnya akan menjadi tanggung jawab dari Dinas Perdagangan dan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Labuhanbatu Utara) dalam menjalankan tugas dan fungsinya mengelola pendapatan dari retribusi pasar.

Guna mengatur strategi yang akan dirumuskan maka ditetapkan tugas pengelolaan pasar pada lembaga/instansi tertentu yang memiliki kompetensi.

Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara No 4 Tahun 2016 tentang Pembentukan Perangkat Daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara, tanggung jawab tersebut berada pada Dinas Perdagangan dan Koperasi Usaha Kecil dan

(14)

Menengah khususnya di Bidang perdagangan dan Pengelolaan Pasar yang meliputi Kasi Pengelolaan Pasar.

Dalam penelitian ini yang sangat terkait adalah Seksi Perdagangan dan Pengelolaan Pasar. Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara Nomor 4 Tahun 2016 tentang Retribusi Pelayanan Pasar, Seksi Perdagangan dan Pengelolaan Pasar mempunyai tugas melaksanakan pengaturan dan pemakaian kios dan los, keamanan, ketertiban, kenyamanan pasar serta pemeliharaan sarana pasar.

Berdasarkan Buku Pendapatan Harian Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan yang selanjutnya akan menjadi tanggung jawab dari Dinas Perdagangan dan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Labuhanbatu Utara Dua Tahun terakhir, target dan realisasi dari retribusi pelayanan pasar adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1 : Target dan Realisasi dari Retribusi Pelayanan Pasar

Tahun Target

(Rp)

Realisasi (Rp)

Capaian (Rp)

2015 550.000.000,00 373.400.000,00 373.400.000,00

2016 608.874.000,00 334.535.000,00 334.535.000,00

Sumber : Buku Pendapatan Harian

Tabel diatas menjelaskan bahwa rata-rata setiap tahun anggaran, Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan tidak pernah mencapai target yang sudah di tetapkan. Selain itu pendapatan asli daerah melalui retribusi pelayanan pasar pada

(15)

tahun 2013 dan 2014 tidak mencapai target yang ditetapkan. Misalnya pada tanggal 24 September 2013, sampai 31 Oktober 2013, Dinas Pasar dan Kebersihan Labuhanbatu utara hanya mencapai target PAD berkisar 60,17 persen dengan nominal Rp629 juta dari target Rp1,045 miliar.

Hal serupa terjadi Tahun 2014, dinas ini tidak dapat mencapai target PAD.

Terhitung per 31 Agustus 2014 untuk PAD retribusi pelayanan pasar dan pelayanan persampahan/kebersihan, dinas tersebut hanya mencapai Rp283 juta, sementara target untuk kedua retribusi itu masih tetap sama pada tahun sebelumnya.

Kondisi ini dikhawatirkan membuat APBD Labura pada tahun berjalan nantinya “tekor”, bahkan mengarah kepada kerugian negara. Hal tersebut menjadi pemikiran Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara untuk mencari strategi dalam upaya meningkatkan penerimaan retribusi pasar sehingga mampu memberikan kontribusi yang lebih baik dan maksimal bagi pendapatan asli daerah.

Guna mengatur strategi yang akan dirumuskan maka ditetapkan tugas pengelolaan pasar pada lembaga/instansi tertentu yang memiliki kompetensi.

Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara Nomor 4 Tahun 2004 tentang Pembentukan, Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara tanggung jawab tersebut berada pada Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan. Tahun 2016 terjadi peralihan tanggung jawab pengelolaan pasar, yaitu dilaksanakan oleh Dinas Perdagangan dan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah di Bidang Perdagangan dan Pengelolaan Pasar yang

(16)

meliputi tiga seksi yaitu Seksi Perdagangan Dalam Negeri dan Luar Negeri, Seksi Metrologi dan Seksi Pengelolaan Pasar.

Dalam penelitian ini yang sangat terkait adalah Seksi Pengelolaan Pasar.

Menurut Peraturan Bupati Labuhanbatu Utara Nomor 4 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Daerah, Seksi Pengelolaan Pasar mempunyai tugas :

1. Menyusun rencana dan program kegiatan Seksi Pengelolaan Pasar.

2. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengelolaan pasar.

3. Penyiapan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang pengelolaan pasar.

4. Penyiapan evaluasi dan pelaporan di bidang pengelolaan pasar.

5. Melaksanakan pengelolaan penetapan perizinan serta penyusunan pembuatan daftar induk wajib retribusi pasar.

6. Melaksanakan pemberdayaan, pengembangan, penataan, pengawasan dan pengendalian bidang pengelolaan pasar.

7. Melaksanakan pencatatan pembayaran dan pelaporan dari wajib retribusi pasar yang menjadi kewengan Dinas.

8. Menyiapkan bahan perencanaan dan pelaporan pengembangan pasar.

9. Mengadakan, mengelola dan memelihara sarana dan prasarana pasar.

10. Melaksanakan penagihan retribusi pasar dan kewengan lainnya.

11. Melaksanakan hubungan kerja dalam membina pengembangan pasar dan retribusi lainnya.

12. Menyusun rencana kegiatan pembinaan terhadap pemungutan, pemeliharaan ketertiban dan kebersihan pasar.

(17)

13. Melaksanakan tertib administrasi dan menyusun Laporan Program dan Kegiatan yang menjadi lingkup tugasnya.

14. Melaksankan tugas-tugas lain yang diperintahkan Pimpinan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Hal tersebut menjadi pemikiran pula pada Dinas berwenang dalam hal ini Dinas Perdagangan dan Usaha Kecil dan Menengah yang baru saja diberi kewenangan menggantikan Dinas Pasar dan Kebersihan di akhir tahun 2016 sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara Nomor 4 tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah. Uraian di atas menarik untuk dikaji lebih mendalam, sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Strategi Dinas Pasar dan Pertamanan Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Melalui Retribusi Pelayanan Pasar di Kabupaten Labuhanbatu Utara”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka untuk mempermudah arah dan proses pembahasan, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana Strategi Dinas Pasar dan Pertamanan Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Melalui Retribusi Pelayanan Pasar di Kabupaten Labuhanbatu Utara?”

(18)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan diadakannya penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi yang dilakukan Dinas Perdangan dan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah melalui Retribusi Pelayanan Pasar di Kabupaten Labuhanbatu Utara.

2. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hambatan-hambatan dalam pelaksanaan Strategi Dinas Perdagangan dan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah melalui Retribusi Pelayanan Pasar.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kegunaan praktis dari penelitian ini adalah untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara (Dinas Perdagangan dan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Labuhanbatu Utara sebagai institusi penanggung jawab) dalam mengupayakan peningkatan penerimaan pendapatan dari retribusi pelayanan pasar sehingga otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dapat terwujud.

b. Secara subyektif, hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat

(19)

Perdagangan dan Koperasi Usaha Kecil dan Menegah Kabupaten Labuhanbatu Utara, yaitu retribusi pelayanan pasar.

c. Secara Akademis: penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi konsentrasi Pembangunan di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara berkaitan dengan penelitian strategi.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Strategi

Menurut Jauch dan Glueck dalam bukunya Jatmiko (2003:5), mendefinisikan strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan.

Craig & Grant (1996) merumuskan definisi strategi adalah penetapan sasaran dan tujuan jangka panjang (targeting ang long-term goals) sebuah perusahaan dan arah tindakan serta alokasi sumber daya

yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan tujuan (ochieve the goals and objectives).

Siagian (2004) merumuskan pengertian strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut.

Johnson dan scholes merumuskan, bahwa pengertian strategi adalah arah dan lingkup sebuah organisasi dalam jangka panjang yang mencapai keuntungan bagi organisasi melalui fungsi konfigurasi sumber daya dalam lingkungan yang menentang, untuk memenuhi kebutuhan pasar dan memenuhi harapan pemangku kepentingan.

(21)

Menurut porter, strategi adalah alat yang sangat penting untuk mencapai keunggulan bersaing. Dari definisi para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi adalah cara atau teknik yang dilakukan sebuah perusahaan untuk mendapatkan keunggulan bersaing dengan mempelajari dan memahami lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) dan lingkungan eksternal (peluang dan ancaman) sehingga perusahaan bisa tetap bertahan (survive).

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi merupakan kerangka yang fundamental pada suatu organisasi sehingga organisasi sehingga organisasi tersebut dapat menyatakan keberlangsungannya, dan pada saat bersamaan dapat bertahan dari lingkungan dan perubahan yang terjadi. Karena konsep diatas terlalu panjang maka Salusu (1996:101) menawarkan sebuah definisi yaitu :

“Strategi adalah suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya organisasi untuk mencapai sasarannya melalui hubungan yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan.”

Menurut Bryson (1995:24) :

“Strategi adalah salah satu cara untuk membantu organisasi mengatasi lingkungan yang selalu berubah serta membantu organisasi untuk membantu dan memecahkan masalah terpenting yang mereka hadapi. Dengan strategi, organisasi dapat membangun kekuatan dan mengambil keuntungan dari peluang, sembari mengatasi dan meminimalkan kelemahan dan ancaman dari luar.”

Pendapat Bryson tersebut bertendensi bahwa dengan menggunakan strategi, maka suatu organisasi diharapkan dapat membuat keputusan sekarang dengan mengingat konsekuensi masa depan, menangani keadaan

(22)

yang berubah dengan cepat secara efektif, serta menciptakan prioritas dan memecahkan masalah utama organisasi.

2.1.1 Manajemen Strategi

Olsen dan Eadie (1982:4) mendefinisikan manajemen strategis sebagai

”upaya yang didisiplinkan untuk membuat keputusan dan tindakan penting yang membentuk dan memandu bagaimana menjadi organisasi (atau entitas lainnya), apa yang dikerjakan organisasi (atau entitas lainnya), dan mengapa organisasi (atau entitas lainnya) mengerjakan hal seperti itu”.

Makna manajemen strategis di atas berhubungan dengan suatu kegiatan pengambilan keputusan/tindakan yang diperlukan guna mengatasi masalah-masalah yang dihadapi baik oleh seseorang, kelompok, oragnisasi atau bahkan pemerintah dalam rangka mewujudkan tujuan yang telah direncanakan. Dan pengambilan keputusan bisa diartikan pula sebagai pengambilan kebijakan.

Sebagaimana diungkapkan oleh Amara Raksasataya (dalam Islamy, 1986:17) bahwa kebijakan sebagai suatu taktik dan strategi yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Carl J.Friederick juga mengartikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dengan menunjukkan hambatan-hambatan dan kesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijakan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu.(dalam Islamy, 2004:1.3-1.4) Oleh karena itu suatu kebijakan memuat 3 (tiga) elemen, yaitu :

(23)

2. Taktik atau strategi dari berbagai langkah untuk mencapai tujuan yang diinginkan;

3. Penyediaan berbagai input untuk memungkinkan pelaksanaan secara nyata dari taktik atau strategi.

Uraian di atas menunjukkan suatu simpulan bahwa antara administrasi publik, kebijakan publik dan manajemen strategis adalah rangkaian kegiatan yang tak terpisahkan karena administrasi publik pada dasarnya difokuskan pada aspek manajemen sebagai pelaksanaan dari kebijakan publik. Hal tersebut didukung oleh pendapat Bryson dan Einsweiler (dalam Bryson 1995:4) yang menyatakan bahwa ”manajemen strategis adalah sekumpulan konsep, prosedur, dan alat serta sebagian karena sifat khas praktik perencanaan sektor publik di tingkat lokal”. Crown Dirgantoro (2001:9), mengatakan bahwa ”manajemen strategis adalah suatu proses berkesinambungan yang membuat organisasi secara keseluruhan dapat match dengan lingkungannya, atau dengan kata lain, organisasi secara keseluruhan dapat selalu responsif terhadap perubahan- perubahan di dalam lingkungannya baik yang bersifat internal maupun eksternal”. Pada dasarnya ”manajemen strategis sama saja dengan manajemen lainnya. Ia berfungsi untuk merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengendalikan hal-hal strategis”.

Sementara itu, Keban (1995:8) mengemukakan bahwa penerapan manajemen strategis sebagai strategic planning belum menjadi suatu tradisi bagi birokrasi. Sedangkan dalam rangka memberikan pelayanan kepada publik yang lebih baik di masa mendatang, tradisi strategic

(24)

planning bagi birokrasi akan sangat bermanfaat terutama dalam memacu

pola berfikir strategis mengenai apa misi utama birokrasi yang hendak dicapai, tujuan jangka panjang dan pendeknya, rencana-rencana strategis, dan rencana-rencana operasional, khususnya progarm-program dan proyeknya. Relevansi manajemen strategis bagi birokrasi kiranya telah menemukan momentumnya saat ini mengingat sifat interconnectedness di lingkungan birokrasi juga semakin mengemuka dari waktu ke waktu.

Menurut Bryson (1995:66-68) terdapat empat pendekatan dasar untuk mengenali isu strategis, yaitu :

1. Pendekatan langsung (direct approach), meliputi jalan lurus dari ulasan terhadap mandat, misi dan SWOT hingga identifikasi isu- isu strategis. Pendekatan langsung dapat bekerja di dunia yang pluralistik, partisan, terpolitisasi, dan relatif terfragmentasi di sebagian besar organisasi publik, sepanjang ada koalisi dominan yang cukup kuat dan cukup menarik untuk membuatnya bekerja.

2. Pendekatan tidak langsung (indirect approach), hampir sama dengan pendekatan langsung dan biasanya dilakukan bersama dengan pendekatan langsung, hanya tidak dibentuk tim khusus.

Kedua pendekatan ini yang paling banyak digunakan untuk organisasi Pemerintah dan organisasi nirlaba.

3. Pendekatan sasaran (goals approach), lebih sejalan dengan teori pendekatan konvensional, yang menetapkan bahwa organisasi harus menciptakan sasaran dan tujuan bagi dirinya sendiri dan kemudian mengembangkan strategi untuk mencapainya.

(25)

Pendekatan ini dapat bekerja jika ada kesepakatan yang agak luas dan mendalam tentang sasaran dan tujuan organisasi, serta jika sasaran dan tujuan itu cukup terperinci dan spesifik untuk memandu pengembangan strategi.

4. Pendekatan visi keberhasilan (vision of success), dimana organisasi mengembangkan suatu gambar yang sangat berhasil memenuhi misinya. Pendekatan ini lebih mungkin bekerja dalam organisasi nirlaba ketimbang organisasi sektor publik.

Proses manajemen startegis menurut Bryson and Roring (1987:10) meliputi delapan langkah, yaitu :

1. Memprakarsai dan menyepakati suatu proses perencanaan strategis.

Tujuan langkah pertama adalah menegosiasikan kesepakatan dengan orang-orang penting pembuat keputusan (decision maker) atau pembentuk opini (opinion leader) internal (dan mungkin eksternal) tentang seluruh upaya perencanaan strategis dan langkah perencanaan yang terpenting.

2. Mengidentifikasi mandat organisasi.

Mandat formal dan informal yang ditempatkan pada organisasi adalah

“keharusan” yang dihadapi organisasi.

3. Memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi.

Misi organisasi yang berkaitan erat dengan mandatnya, menyediakan raison deetre-nya, pembenaran sosial bagi keberadaannya.

4. Menilai lingkungan eksternal : peluang dan ancaman.

(26)

Mengeksplorasi lingkungan di luar organisasi untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi organisasi.

5. Menilai lingkungan internal : kekuatan dan kelemahan.

Untuk mengenali kekuasaan dan kelemahan internal, organisasi dapat memantau sumber daya (inputs), strategi sekarang (process), dan kinerja (outputs).

6. Mengidentifikasi isu strategis yang dihadapi organisasi.

Isu strategis meliputi konflik satu jenis dan lainnya. Konflik dapat menyangkut tujuan (apa), cara (bagaimana), filsafat (mengapa), tempat (dimana), waktu (kapan), dan kelompok yang mungkin diuntungkan atau tidak diuntungkan oleh cara-cara yang berbeda dalam pemecahan isu (siapa).

7. Merumuskan strategi untuk mengelola isu-isu.

Strategi didefinisikan sebagai pola tujuan, kebijakan, program, tindakan, keputusan, atau alokasi sumber daya yang menegaskan bagaimana organisasi, apa yang dikerjakan organisasi, mengapa organisasi harus melakukan hal tersebut.

8. Menciptakan visi organisasi yang efektif bagi masa depan.

Langkah terakhir dari proses manajemen strategis adalah mengembangkan deskripsi mengenai bagaimana seharusnya organisasi itu sehingga berhasil mengimplementasikan strateginya dan mencapai seluruh potensinya.

(27)

2.2 Analisis SWOT

SWOT (Strengthness, Weaknesses, Opportunities, Threats) sering dijadikan sebagai salah satu konsep dalam memenangkan pertempuran sebagaimana yang dikemukakan oleh Sun Tzu (Fahmi 2013:251) bahwa apabila kita telah mengenal kekuatan dan kelemahan lawan sudah dapat dipastikan bahwa kita akan dapat memenangkan pertempuran. Analisis SWOT merupakan suatu penyempurnaan pemikiran dari berbagai kerangka kerja dan rencana strategi (framework and strategic planning) yang pernah diterapkan baik di medan pertempuran maupun bisnis.

Analisis SWOT merupakan salah satu instrumen analisis yang ampuh apabila digunakan secara tepat. Telah diketahui pula secara luas bahwa SWOT merupakan akronim untuk kata-kata strengths (kekuatan), weaknesses (kelemahan), opportunities (peluang), dan treats (ancaman). Dimana SWOT ini dijadikan sebagai suatu model dalam menganalisis suatu organisasi yang berorientasi profit dan nonprofit dengan tujuan utama untuk mengetahui keadaan organisasi secara lebih komprehensif.

Menurut Siagian (2004:172) analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor startegis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada pada saat ini.

• Faktor Kekuatan (Strenghtness)

(28)

Yang dimaksud dengan faktor-faktor kekuatan yang dimiliki oleh suatu organisasi di dalamnya adalah antara lain kompetensi khusus yang terdapat dalam organisasi yang berakibat pada pemilihan keunggulan komparatif oleh organisasi. Dikatakan demikian karena organisasi memiliki sumber, keterampilan, produk andalan dan sebagainya yang membuatnya lebih kuat dari para pesaing dalam memuaskan kebutuhan masyarakat yang sudah dan yang akan direncanakan dilayani oleh organisasi yang bersangkutan.

• Faktor Kelemahan (Weakness)

Jika orang berbicara tentang kelemahan yang terdapat dalam tubuh organisasi, yang dimaksud ialah keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber, keterampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi penampilan kerja organisasi yang memuaskan. Dalam praktek, berbagai keterbatasan dan kekurangan kemampuan tersebut bisa terlihat pada sarana dan prasarana yang dimiliki atau tidak dimiliki, kemampuan manajerial yang rendah, keterampilan pemasaran/penyampaian layanan yang tidak sesuai dengan tuntutan masyarakat.

• Faktor Peluang (opportunities)

Definisi sederhana tentang peluang ialah berbagai situasi lingkungan yang menggantungkan bagi suatu satuan bisnis. Yang dimaksud dengan berbagai situasi tersebut antara lain :

a. Kecenderungan penting yang terjadi di kalangan pengguna.

b. Identifikasi suatu segmen pasar yang belum mendapat perhatian.

c. Perubahan dalam kondisi persaingan.

(29)

• Faktor Ancaman (Threathness)

Pengertian ancaman merupakan kebalikan dari pengertian peluang dengan demikian dapat dikatakan bahwa ancaman adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan suatu organisasi. Jika tidak diatasi, ancaman akan menjadi ganjalan bagi suatu organisasi yang bersangkutan baik untuk masa sekarang maupun masa depan.

Menurut Dirgantoro (2001) perlu diingatkan bahwa tidak ada satu metode, cara, teknik atau pendekatan yang bisa dijadikan standar atau patokan yang dianggap terbaik dalam melakukan analisis lingkungan. Oleh karena itu teknik atau cara melakukan analisis lingkungan juga bukan merupakan sesuatu yang baku yang dijadikan standar sehingga penggunaan atau pemilihan teknik mana yang akan dipakai sangat bersifat kontekstual. Beberapa dari teknik tersebut adalah :

1. Analisis Kekuatan dan Kelemahan Internal

Untuk dapat melakukan analisis kekuatan dan kelemahan, perusahaan harus dapat mengidentifikasi dan melakukan evaluasi keseluruhan variable internal. Apabila variable internal mampu menjadikan perusahaan memiliki keunggulan tertentu, maka variable tersebut dapat dikatakan sebagai “kekuatan”, apabila yang terjadi adalah sebaliknya maka variable tersebut dapat dikatakan sebagai “kelemahan”.

Analisis kekuatan dan kelemahan akan melalui dua tahapan, kedua tahapan tersebut adalah :

(30)

• Melakukan identifikasi terhadap komponen variable internal yang akan memberikan pengaruh secara signifikan terhadap pencapaian tujuan.

• Melakukan evaluasi terhadap komponen-komponen yang diidentifikasikan pada poin yang pertama.

2. Analisis Peluang dan Tantangan

Analisis peluang dan tantangan dilakukan dengan tujuan untuk melihat kemungkinan-kemungkinan peluang yang bisa dimanfaatkan oleh organisasi serta kemungkinan-kemungkinan tantangan yang bisa muncul dan bahkan mungkin tantangan tersebut mengarah lebih ekstrem menjadi ancaman bagi organisasi.

Dalam memandang analisis peluang dan tantangan, kita jangan memandang peluang maupun tantangan sebagai sesuatu yang berdiri sendiri-sendiri, karena apabila kita melakukan hal tersebut maka analisis yang kita lakukan tidak lebih dari sekedar potret dari kondisi peluang dan tantangan yang ada atau yang akan dihadapi oleh organisasi. Yang harus dilakukan adalah memandang kedua hal tersebut sebagai suatu kesatuan yang kemudian manajemen ataupun pihak pembuat keputusan dari organisasi harus membuat suatu kesimpulan dari kombinasi peluang dan tantangan yang akan digunakan untuk perencanaan, membuat keputusan atau untuk tujuan-tujuan lainnya.

Penting bagi para penentu strategi organisasi untuk menyadari bahwa ancaman bagi suatu organisasi dapat berupa peluang bagi organisasi lain. Penting pula untuk menyadari bahwa berbagai faktor

(31)

kekuatan dan kelemahan yang sifatnya kritikal berperan sangat penting dalam membatasi usaha pencarian berbagai alternatif dan pilihan stratejik untuk digunakan. Dengan perkataan lain, dengan menggunakan analisis SWOT kompetensi khusus yang dimiliki dan kelemahan yang menonjol dapat dinilai dan dikaitkan dengan berbagai faktor penentu keberhasilan suatu organisasi.

2.3 Retribusi Pasar

Retribusi adalah pembayaran dari rakyat kepada pemerintah, dimana kita melihat adanya hubungan antara balas jasa yang langsung dan diterima dengan adanya pembayaran retribusi tersebut.

Selanjutnya menurut (Josef Riwu Kaho : 1988) Retribusi adalah pembayaran kepada negara bagi mereka yang menggunakan jasa negara.

Selanjutnya dikatakan iuran kepada pemerintahan yang dapat dipaksakan itu sebagai akibat dinikmatinya jasa jasa pemerintahan yang secara langsung dapat ditunjuk. Sifat paksaan disini bersifat ekonomis sebab siapa saja yang tidak merasakan jasa jasa tersebut tidak dikenakan iuran itu.

Atas pemahaman tersebut maka dikatakan bahwa ciri-ciri retribusi daerah adalah :

1. Dipungut oleh negara

2. Adanya kontraprestasi secara langsung untuk dapat ditunjuk

3. Dikenakan kepada perorangan/badan yang menikmati jasa negara/pemerintahan.

(32)

Pasar adalah kekuatan penawaran dan permintaan, tempat penjual yang ingin menukarkan uang dengan barang atau jasa”. Apabila kata retribusi dan pasar digabungkan, maka pengertian retribusi pasar bagian retribusi daerah yang dipungut secara langsung pada suatu tempat terjadinya transaksi jual beli.

Retribusi pasar digolongkan kedalam Retribusi Jasa Umum. Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atau jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

Ketentuan-ketentuan yang berlaku pada Retribusi Daerah secara umum berlaku juga pada Retribusi Pasar, karena Retribusi Pasar merupakan bagian dari Retribusi Daerah. Berdasarkan penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 Tentang Retribusi Daerah, pengertian Retribusi Pelayanan Pasar adalah :

“Fasilitas pasar tradisional/sederhana yang berupa pelataran, los yang dikelola oleh Pemerintah Daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang, tidak termasuk yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah dan pihak swasta”. Dengan demikian retribusi pasar merupakan begian dari retribusi daerah dan merupakan salah satu sktor pendapatan asli daerah.

2.3.1 Manajemen Strategi Meningkatkan Retribusi Pasar

Logika dasar dari manajemen adalah dalam lingkungan dunia yang berubah secara pesat dan tak menentu, suatu organisasi memerlukan kemampuan untuk mengadakan perubahan pada perencanaan maupun manajemen secara tepat.

Kemampuan untuk senantiasa melakukan penelaahan kekuatan dan kelemahan internal menjadi prasarat bagi organisasi untuk tetap strategis (Bryson, 1995:3).

(33)

Sedangkan Blakely (1989:44) berpendapat bahwa ”Kebijakan perpajakan selalu menjadi komponen utama dari kebijakan pembangunan ekonomi”. Dalam prakteknya di Indonesia, sektor utama yang memberikan kontribusi paling besar terhadap kemampuan keuangan daerah secara umum adalah sektor pajak daerah dan retribusi daerah.

Dengan berdasar pada pendapat di atas, instansi pengelola pasar sebagai suatu organisasi yang merupakan koordinator pengelolaan keuangan daerah secara umum, dan pajak serta retribusi daerah secara khusus juga perlu menetapkan suatu manajemen strategis untuk menghadapi perubahan yang terjadi secara terus- menerus. Manajemen strategis dapat mengidentifikasi faktor-faktor internal maupun eksternal yang dimiliki oleh organisasi/institusi pengelola pasar di Kabupaten Labuhanbatu Utara dalam mengelola serta meningkatkan pendapatan dari sektor pajak dan retribusi daerah. Setelah dikaitkan dengan misi dan mandat organisasi/institusi pengelola pasar di Kabupaten Labuhanbatu Utara, maka akan tersusun isu-isu strategis. Bila isu-isu tersebut telah teridentifikasi, maka isu-isu harus diurutkan berdasarkan urutan prioritas logis atau urutan temporal sebagai pendahuluan bagi pengembangan strategi dalam langkah berikutnya.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, secara umum peningkatan pendapatan pajak dan retribusi daerah dapat ditempuh melalui dua cara, yaitu intensifikasi dan ekstensifikasi. Dengan mengetahui isu-isu strategis yang dihadapi oleh instansi pengelola retribusi pasar Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara, organisasi tersebut diharapkan mampu memformulasikan strategi yang paling tepat dan paling sesuai dengan situasi dan kondisi yang dimiliki oleh organisasi, sehingga peningkatan pajak dan retribusi daerah dapat

(34)

terwujud. Dan perlu diingat bahwa setiap strategi yang efektif akan membangun kekuatan dan mampu mengambil keuntungan dari peluang seraya meminimalkan atau mengatasi kelemahan dan ancaman/tantangan yang ada.

Secara umum konsep peningkatan pajak dan retribusi daerah dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu upaya ekstensifikasi dan intensifikasi.

1) Upaya Ekstensifikasi

Ekstensifikasi merupakan suatu kondisi yang menekankan pada upaya penjangkauan sesuatu secara lebih luas daripada yang telah ada. Sedangkan ekstensifikasi pajak/retribusi menurut Soemitro (1988:384) adalah :

a) Penambahan pajak/retribusi baru dengan menemukan wajib obyek pajak/retribusi baru,

b) Menciptakan pajak-pajak/retribusi baru, atau memperluas ruang lingkup pajak yang ada.

2) Upaya Intensifikasi

Intensifikasi memiliki makna penekanan dalam pencapaian tujuan dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada. Ada pun langkah-langkah intensifikasi, berdasarkan Sari Kajian dan Moneter (1996:39) ”dimaksudkan untuk mengefektifkan pemungutan pajak terhadap subyek dan obyek pajak/retribusi yang sudah dikenakan sebelumnya dengan memberikan kegiatan penerangan, penyuluhan dan sosialisasi pajak/retribusi lainnya”.

Selanjutnya menurut Soemitro (1988:77), sistem intesifikasi pajak/retribusi maksudnya untuk meningkatkan pajak/retribusi dengan mengintensifkan segi-segi:

a) Intensifikasi perundang-undangannya

(35)

b) Meningkatkan kepastian hukum

c) Mengintensifkan peraturan pelaksanaan d) Meningkatkan mutu aparatur

e) Meningkatkan fungsi dan menyesuaikan organ/struktur perpajakan/retribusi sehingga sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan teknologi

f) Memberantas pemalsuan pajak/retribusi

g) Meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanaan dan pematuhan peraturan perpajakan/retribusi dan melakukan pengawasan melekat.

Dari kedua upaya peningkatan pajak dan retribusi daerah di atas, penggunaannya harus mempertimbangkan potensi-potensi yang dimiliki maupun situasi dan kondisi yang dihadapi oleh organisasi. Sehingga sebelum kita membahas lebih lanjut tentang upaya peningkatan pajak dan retribusi daerah oleh institusi pengelola pasar perlu dipahami terlebih dahulu tentang konsep organisasi.

2.4 Konsep Organisasi

Secara konseptual ada dua batasan yang perlu dikemukakan di sini, yakni istilah “organization” sebagai kata benda dan “organizing” (pengorganisasian) sebagai kata kerja, menunjukkan pada rangkaian aktivitas yang harus dilakukan secara sistematis.

Organisasi adalah suatu sistem, mempunyai struktur dan perencanaan yang dilakukan dengan penuh kesadaran, di dalamnya orang-orang bekerja dan berhubungan satu sama lain dengan suatu cara yang terkoordinasi, kooperatif, dan dorongan-dorongan guna mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Apabila

(36)

kita membicarakan organisasi sebagai suatu sistem, berarti memandangnya terdiri dari unsur-unsur yang saling bergantungan dan di dalamnya terdapat sub-sub sistem. Sedangkan struktur di sini mengisyaratkan bahwa di dalam organisasi terdapat suatu kadar formalitas dan adanya pembagian tugas atau peranan yang harus dimainkan oleh anggota-anggota kelompoknya.

Istilah organisasi dapat pula diartikan sebagai suatu perkumpulan atau perhimpunan yang terdiri dari dua orang atau lebih punya komitmen bersama dan ikatan formal mencapai tujuan organisasi, dan di dalam perhimpunannya terdapat hubungan antar anggota dan kelompok dan antara pemimpin dan angota yang dipimpin atau bawahan.

Dari kedua definisi di atas, dapat dinyatakan betapa pentingnya organisasi sebagai alat administrasi dan manajemen dalam melaksanakan segala kebijakan/keputusan yang dibuat pada tingkatan administratif maupun manajerial.

Dalam hubungan ini, hakiki organisasi dapat ditinjau dari dua sudut pandangan.

Pertama, organisasi dipandang sebagai wadah, tempat di mana kegiatan administrasi dan manajemen dilaksanakan. Kedua, sebagai proses yang berusaha menyoroti interaksi (hubungan) antara orang-orang yang terlibat di dalam organisasi itu.

Pemahaman organisasi dan manajemen perlu bagi analisis. Pemahaman ini vital bagi perancangan sebuah Sistem Informasi Manajemen (SIM). Penerapan sistem informasi berdasarkan komputer dapat mempengaruhi struktur organisasi, motivasi dalam organisasi, manajemen dan pengambilan keputusan

Dalam menjalankan fungsi-fungsi manajemen, manajer terlibat dalam membentuk kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan fungsi tersebut,

(37)

pengambilan keputusan dan interaksi manusia. Interaksi manusia adalah orang- orang di dalam dan di luar organisasi dan dengan atasan serta bawahan. Baik mutu pengambilan keputusan maupun interaksi dengan orang akan mempengaruhi efektivitas dalam mana organisasi beroperasi. Fungsi manajemen, pengambilan keputusan dan interaksi manusia dibatasi oleh sumber daya yang tersedia bagi organisasi dan kendala luar organisasi (industri, masyarakat dll) dalam mana organisasi beroperasi.

2.5 Keuangan Daerah

Menurut Mamesah (1995:45), ”keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban yang dapat dimulai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki/dikuasai oleh negara atau daerah yang lebih tinggi serta pihak- pihak lain sesuai ketentuan/peraturan”. Davey (1988:9) menambahkan bahwa

”masalah keuangan daerah menyangkut upaya mendapatkan uang maupun membelanjakannya”.

Uraian di atas menyiratkan kata kunci bahwa keuangan daerah adalah hak dan kewajiban. Hak mengarah kepada hak daerah untuk mencari sumber pendapatan daerah, seperti pungutan pajak daerah, retribusi daerah, atau sumber- sumber penerimaan lain yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan kewajiban mengarah kepada kewajiban daerah dalam mengeluarkan/ memanfaatkan uang dalam rangka melaksanakan semua urusan pemerintahan di daerah. Terlebih lagi di era otonomi daerah sebagaimana sekarang ini beban pembelanjaan bagi pelayanan publik menjadi titik sentral atau

(38)

tolak ukur keberhasilan pembangunan daerah, sehingga memacu daerah untuk memperkuat pemusatan perhatiannya terhadap perbaikan sistem perpajakan dan retribusi sebagai masalah pokoknya.

Oleh karena itu reformasi keuangan daerah dapat dikatakan sebagai peluang terbesar sekaligus ancaman/tantangan yang harus dibenahi Pemerintah Daerah dan DPRD, untuk menunjukkan kemampuan menggali dan mengelola anggaran daerah tanpa terlalu banyak campur tangan dari Pemerintah Pusat.

Sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan keuangan daerah adalah kemampuan daerah dalam membiayai urusan-urusan rumah tangganya, khususnya yang berasal dari pendapatan asli daerah. Pendapatan asli daerah yang sebagian besar menggantungkan pada pajak dan retribusi daerah sampai saat ini merupakan sektor yang sangat diharapkan dan masih diandalkan oleh Pemerintah Daerah.

Ruang lingkup keuangan daerah menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 meliputi :

a. hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta melakukan pinjaman;

b. kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dan membayar tagihan pihak ketiga;

c. penerimaan daerah;

d. pengeluaran daerah;

e. kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak ain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah;

dan

(39)

f. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum.

Pengelolaan keuangan daerah meliputi kekuasaan pengelolaan keuangan daerah, azas umum dan struktur APBD, penyusunan rancangan APBD, penetapan APBD, penyusunan dan penetapan APBD bagi daerah yang belum memiliki DPRD, pelaksanaan APBD, perubahan APBD, pengelolaan kas, penatausahaan keuangan daerah, akuntasi keuangan daerah , pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah, kerugian daerah, dan pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).

APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun anggaran terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.

Struktur APBD merupakan satu kesatuan terdiri dari : a. pendapatan daerah;

b. belanja daerah; dan c. pembiayaan daerah.

Pendapatan daerah sebagaimana dimaksud di atas dikelompokkan atas : a. pendapatan asli daerah;

b. dana perimbangan; dan

c. lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Menurut Kaho (1997:28) sumber pendapatan asli daerah yang sampai saat ini memegang peranan yang sangat potensial dan dominan hampir di seluruh daerah di Indonesia adalah sektor pajak daerah dan retribusi daerah.

(40)

Pendapatan dana perimbangan terdiri atas : a. Dana bagi hasil;

b. Dana alokasi umum; dan c. Dana alokasi khusus.

Untuk jenis dana bagi hasil mencakup : a. Bagi hasi pajak; dan

b. Bagi hasil bukan pajak.

Kelompok lain-lain pendapatan daerah yang sah dibagi menurut jenis pendapatan yang mencakup :

a. Hibah berasal dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya, badan/lembaga/organisasi swasta dalam negeri, kelompok masyarakat/perorangan, dan lembaga luar negeri yang tidak mengikat;

b. Dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban/kerusakan akibat bencana alam;

c. Dana bagi hasi pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota;

d. Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh pemerintah; dan

e. Bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya.

Belanja daerah menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 dipergunakan daam rangka mendanai pelaksanaan urusan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang

(41)

dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan.

Belanja dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu : a. Belanja tidak langsung; dan

b. Belanja langsung.

Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja tidak langsung meliputi : belanja pegawai (gaji dan tunjangan serta penghasilan lainnya), bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan bantuan tidak terduga. Belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.

Belanja langsung meliputi : belanja pegawai (honorarium/upah dalam melaksanakan program/kegiatan), belanja barang dan jasa, dan belanja modal.

Pembiayaan Daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Penerimaan pembiayaan mencakup :

a. Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA);

b. Pencairan dana cadangan;

c. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;

d. Penerimaan pinjaman daerah;

e. Penerimaan kembali pemberian pinjaman; dan f. Penerimaan piutang daerah.

Pengeluaran pembiayaan mencakup : a. Pembentukan dana cadangan;

b. Penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah;

(42)

c. Pembayaran pokok utang; dan d. Pemberian pinjaman daerah

2.6. Definisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak, kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 2006:33)

Untuk memberikan batasan yang jelas mengenai penelitian ini, penulis mendefinisikan konsep-konsep yang digunakan adalah sebagai berikut :

Johnson dan scholes merumuskan, bahwa pengertian strategi adalah arah dan lingkup sebuah organisasi dalam jangka panjang yang mencapai keuntungan bagi organisasi melalui fungsi konfigurasi sumber daya dalam lingkungan yang menentang, untuk memenuhi kebutuhan pasar dan memenuhi harapan pemangku kepentingan.

Menurut Mamesah (1995:45), ”keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban yang dapat dimulai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki/dikuasai oleh negara atau daerah yang lebih tinggi serta pihak- pihak lain sesuai ketentuan/peraturan”. Davey (1988:9) menambahkan bahwa

”masalah keuangan daerah menyangkut upaya mendapatkan uang maupun membelanjakannya”.

Selanjutnya menurut (Josef Riwu Kaho : 1988) dalam Jurnal Paparan Ilmiah Kajian Ilmu Pemerintahan (2 juni 2003 : 42) Retribusi adalah pembayaran kepada negara bagi mereka yang menggunakan jasa negara. Selanjutnya dikatakan

(43)

iuran kepada pemerintahan yang dapat dipaksakan itu sebagai akibat dinikmatinya jasa jasa pemerintahan yang secara langsung dapat ditunjuk. Sifat paksaan disini bersifat ekonomis sebab siapa saja yang tidak merasakan jasa jasa tersebut tidak dikenakan iuran itu.

Pengertian retribusi pasar yang termasuk Objek Jasa Umum diatur dalam Pasal 116 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah yang dimaksud Retribusi Pasar adalah : 1. Objek Retribusi pelayanan pasar sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 110

ayat (1) huruf f adalah penyediaan fasilitas pelayanan pasar tradisional/sederhana, berupa pelataran, los, kios, yang dikelola Pemerintah Daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang.

2. Dikecualikan dari Objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan fasilitas pasar yang dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

2.7. Definisi Operasional

Defenisi Operasional adalah suatu defenisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesialisasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut. Defenisi operasional yang dibuat dapat berbentuk defenisi operasional yang diukur (measured), ataupun defenisi operasional eksprimental.

Defenisi operasional yang diukur memberikan gambaran bagaimana variabel atau konstrak tersebut dapat diukur. Defenisi variabel eksprimental

(44)

adalah mendefenisikan variabel dengan keterangan-keterangan percobaan yang dilakukan terhadap variabel atau konstrak tersebut.

Dengan kata lain defenisi operasional adalah suatu defenisi yang dapat dilihat dari variabel peneliti itu sendiri.

Strategi ialah penetapan sasaran dan tujuan jangka panjang (targeting and long- term goals) sebuah perusahaan dan arah tindakan serta alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan tujuan (achieve the goals and objectives).

Dimana dalam hal ini strategi yang dikaji melalui empat variabel yaitu : a. kekuatan (Strengthness)

b. kelemahan (Weakness) c. Peluang (Opportunities) d. Ancaman (Threatness)

Keuangan daerah adalah hak dan kewajiban. Hak mengarah kepada hak daerah untuk mencari sumber pendapatan daerah, seperti pungutan pajak daerah, retribusi daerah, atau sumber-sumber penerimaan lain yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan kewajiban mengarah kepada kewajiban daerah dalam mengeluarkan/ memanfaatkan uang dalam rangka melaksanakan semua urusan pemerintahan di daerah.

Retribusi adalah pembayaran dari rakyat kepada pemerintah, dimana kita melihat adanya hubungan antara balas jasa yang langsung dan diterima dengan adanya pembayaran retribusi tersebut.

Dari pengertian retribusi pasar atau retribusi pelayanan pasar merupakan salah satu jenis Retribusi Jasa Umum yang keberadaanya dimanfaatkan oleh

(45)

masyarakat atau kalayak banyak. Retribusi pasar termasuk dalam jenis retribusi jasa umum karena bersifat bukan pajak dan merupakan kewenangan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi, artinya retribusi pasar dapat menjadi salah satu sumber pendapatan daerah yang potensial.

2.8. Hipotesis Kerja

Hipotesis kerja disusun berdasarkan teori yang dipandang handal.

Hipotesis kerja bertujuan untuk mengarahkan penulis dalam rangka membahas penelitian penulis. Adapun rumusan hipotesis kerja dalam penulisan karya ilmiah ini, yaitu :

Strategi Dinas Perdagangan dan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah melalui Retribusi Pelayanan Pasar meliputi :

Peluang-peluang Eksternal dan kekuatan-kekuatan Internal, ancaman-ancaman eksternal dan kelemahan-kelemahan internal.

2.9 Sistematika penulisan

Adapun sistematika yang digunakan dalam penulisan ini adalah:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan latar belakang yang mendasari munculnya masalah dalam penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, hasil penelitian sebelumnya, definisi konsep, definisi

(46)

operasional, kerangka pemikiran serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini terdiri dari landasan teori, definisi konsep dan sistematika penulisan.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data yang digunakan dalam penelitian.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat gambaran umum mengenai daerah penelitian serta berisikan data-data yang diperoleh selama penelitian di lapangan dan dokumen-dokumen yang di analisis kemudian memberikan interprestasi atas permasalahan yang diteliti.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memuat kesimpulan yang diperoleh atas hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran yang akan diberikan untuk peneliti selanjutnya.

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian menggunakan metode penelitian deskriftif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Danin (2002:41), penelitian deskriftif adalah penelitian yang memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena- fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian yang sesuai dengan kenyataan sebagaimana adanya dan mencoba menganalisa untuk memberikan kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.

Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3), penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Dinas Perdagangan dan Koperasi Usaha Kecil dan Menegah Kabupaten Labuhanbatu Utara yang berlokasi di Jl.

Jendral Sudirman No.6-7, Kecamatan Kualuh Hulu, Kabupaten Labuhanbatu Utara.

(48)

3.3. Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel. Informan adalah orang yang benar-benar mengetahui atau pelaku yang terlibat langsung dengan permasalahan penelitian. Informan ini harus banyak pengalaman tentang penelitian, serta dapat memberikan pandangan tentang nilai-nilai, sikap, proses dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian setempat. Adapun informan yang dimaksud adalah :

1. Informan kunci (key informan) merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian adalah Kepala Dinas Perdagangan dan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Labuhanbatu Utara.

2. Informan Utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi informan utama adalah Kepala Bidang Perdagangan dan Pengelolaan Pasar, Kasi Pengelolaan Pasar, Kasi Permodalan dan Bina Usaha Pertanian dan Non Pertanian, Penagih Retribusi Pasar Kelas I, Kelas II, dan Kelas III.

3. Informan tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.

(Suryanto, 2005:171) adalah :

a. Pedagang di pasar yang dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara baik Pasar Kelas I, Pasar Kelas II, dan Pasar Kelas III.

(49)

3.4. Teknik pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari informan berupa informasi dan persepsi serta tanggapan yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu dengan menggunakan cara :

a. Wawancara, dimana penggunaan metode ini ditujukan untuk menggali informasi secara lebih mendalam terkait permasalahan penelitian. Terkait penelitian, peneliti menggunakan metode indepth interview, dimana peneliti dan informan/responden

berhadapan langsung (face to face) untuk mendapatkan informasi secara lisan dengan tujuan data yang dapat dijelaskan permasalahan penelitian. Untuk membuat wawancara yang berisi butir-butir pertanyaan terkait permasalahan penelitian.

b. Observasi, dimana dilakukan dengan cara melihat secara langsung tentang permasalahan yang berhubungan dengan variabel penelitian dan melakukan pencatatan atau hasil observasi. Sesuai dengan jenisnya, peneliti observasi dengan peneliti terbatas, yakni peneliti terlibat hanya terbatas pada aktivitas, yakni peneliti terlibat hanya terbatas pada aktivitas objek yang mendukung data penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder, yaitu teknik pengumpulan data yang dikumpulkan dari tangan ketua atau sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dengan cara :

a. Penelitian kepustakaan, merupakan cara untuk mengumpulkan data dengan menggunakan dan mempelajari literature buku-buku

(50)

kepustakaan yang ada untuk mencari konsepsi-konsepsi dan teori- teori yang berhubungan erat dengan permasalahan. Studi kepustakaan bersumber pada laporan-laporan, skripsi, buku, surat kabar dan dokumen-dokumen lain yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

b. Dokumentasi yaitu dengan menggunakan catatan-catatan yang ada dalam lokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan dengan masalah penelitian.

3.5. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses penelitian dilaksanakan. Data diperoleh, kemudian dikumpulkan untuk diolah secara sistematis. Teknik analisis data kualitatif dilakukan dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah, dan menyusunnya dalam satuan-satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya, dan memeriksa keabsahan dan serta manafsirkannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian.

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencari bila diperlukan.

2. Penyajian Data

(51)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam penelitian, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan dan hubungan antar kategori. Dengan menyajikan data maka akan mempermudah untuk memahami apa yang terjadi, dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

3.6. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif maupun teori.

(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum dan Geografi Wilayah

4.1.1 Administrasi dan Georafi Wilayah

Sebutan Labuhanbatu bermula ketika pada tahun 1862 Angkatan Laut Belanda datang ke sebuah kampung di Hulu Labuhanbilik tepatnya di Desa Sei Rakyat sekarang. Di kampung ini Belanda membangun tempat pendaratan kapal dari batu beton. Tempat ini berkembang menjadi tempat persinggahan dan pendaratan kapal yang kemudian menjadi kampung besar dengan nama Pelabuhanbatu. Masyarakat mempersingkat sebutannya menjadi Labuhanbatu, nama ini kemudian melekat dan ditetapkan menjadi nama wilayah Kabupaten Labuhanbatu.

Sebelum kemerdekaan di wilayah Kabupaten Labuhanbatu terdapat 4 kesultanan, yaitu :

1. Kesultanan Kota Pinang berkedudukan di Kota Pinang 2. Kesultanan Kualuh berkedudukan di Tanjung Pasir 3. Kesultanan Bilah berkedudukan di Negeri Lama 4. Kesultanan Panai berkedudukan di Labuhanbilik

Setelah kemerdekaan keempat kesultanan ini menjadi wilayah Kabupaten Labuhanbatu sesuai ketetapan komite nasional daerah keresidenan Sumatera

(53)

Kabupaten Labuhanbatu Utara adalah pemekaran dari Kabupaten Labuhanbatu berdasarkan Undang-undang No.23 tahun 2008 tanggal 21 Juli 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Utara di Provinsi Sumatera Utara.

Kabupaten Labuhanbatu Utara lahir dari tuntutan aspirasi masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan penyelenggaraan Pemerintahan, Pelaksanaan Pembangunan dan Pelayanan Masyarakat guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Wilayah Labuhanbatu Utara.

V I S I

“TERWUJUDNYA KABUPATEN LABUHANBATU UTARA SEJAHTERA”

M I S I

1. Meningkatkan Kualitas Keimanan dan Ketakwaan Masyarakat dan Aparatur Pemerintah Kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Meningkatkan Pendapatan Perkapita Berbasis Ekonomi Kerakyatan.

3. Meningkatkan Kualitas Pendidikan dan Wajib Belajar 9 Tahun

4. Meningkatkan Kualitas Kesehatan Masyarakat dan Pelayanan KB (Keluarga Berencana)

5. Meningkatkan Pelayanan Administrasi Pemerintahan dan Administrasi Kependudukan.

6. Meningkatkan Infrastruktur dan Pemerataan Pembangunan.

7. Menciptakan Iklim Investasi Usaha yang Kondusif.

Kabupaten Labuhanbatu Utara sebagai salah satu kabupaten yang berada

Gambar

Tabel 1.1 : Target dan Realisasi dari Retribusi Pelayanan Pasar
Tabel 4.1 : Luas wilayah Per Kecamatan
Tabel 4.2 : Nama dan Luas sungai yang ada di Kabupaten Labuhanbatu  Utara
Tabel 4.3 : Tingkat pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Labuhanbatu Utara
+5

Referensi

Dokumen terkait

60 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan 'Aisyiyah Bandung Bandung 1 61 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Kencana Bandung 1 62 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dharma Husada Bandung 1

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah salah satu strategi dan langkah yang dilakukan oleh suatu perguruan tinggi (UNNES) yang mempunyai calon lulusan tenaga

[r]

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dapat diketahui bahwa variabel kualitas layanan, kualitas sistem informasi dan kualitas informasi berpengaruh positif terhadap

Berdasarkan hasil penelitian ”Hubungan Kadar Hemoglobin dengan Keteraturan Siklus Menstruasi pada Mahasiswi Program Studi D III Kebidanan Tingkat III STIKES

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Strata-1 (S1) dari Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial

Bidang Penjagaan, Patroli dan Penyidikan mempunyai tugas melaksanakan pengawasan keselamatan dan keamanan pelayaran terkait dengan kegiatan bongkar muat barang

Menurut salah seorang pengurus masjid Haqqul Yaqien mengatakan bahwa : “Mengenai faktor pendukungnya adalah semangat remaja yang sangat antusias,serta dukungan dari