TINJAUAN HIDROGEOLOGI DAN EVALUASI GERAKAN TANAH DI WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA
Purwanto
1)dan T. Listyani R.A.
2)1)
Jurusan Teknik Geologi, FTM, UPN ”Veteran” Yogyakarta;
2)
Jurusan Teknik Geologi, STTNAS Yogyakarta E-mail : Listyani_theo@yahoo.co.id
Abstrak
Kondisi keairan / hidrologi & hidrogeologi sangat penting dilakukan dalam evaluasi gerakan tanah. Evaluasi gerakan tanah sangat diperlukan di daerah-daerah yang rawan bencana alam ini, termasuk di antaranya wilayah-wilayah di Kabupaten Banjarnegara. Dengan berbagai peristiwa gerakan tanah yang terjadi maka daerah ini membutuhkan informasi gerakan tanah yang penting untuk meminimalisasi dampak yang ditimbulkannya.
Penelitian ini dilakukan dengan penelitian geologi lapangan serta analisis laboratorium dan studio untuk mengetahui kondisi kestabilan di daerah penelitian. Pekerjaan lapangan dilengkapi dengan pengambilan sampel tanah tidak terganggu, serta pengujian permeabilitas lapangan.
Pekerjaan laboratorium meliputi analisis kondisi morfologi serta analisis sifat fisik dan mekanik tanah.
Kondisi hidrogeologi daerah penelitian ditinjau dari sifat resapan air (permeabilitas) serta faktor keairan yang menjadi penyebab gerakan tanah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Desa Beji, Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten banjarnegara merupakan daerah yang paling stabil dengan nilai FK sebesar 1,279. Nilai FK yang terkecil adalah di Desa Suwidak, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara dengan nilai FK sebesar 0,422 ( daerah paling labil). Sementara itu, wilayah-wilayah lain memiliki kondisi lereng kritis dan labil. Secara hidrologis, maka gerakan tanah di Banjarnegara umumnya disebabkan oleh sifat fisik-mekanik tanah yang dipicu oleh airtanah, pengaturan air permukaan yang kurang baik, penambahan kadar air yang berlebihan, kadar air yang terlalu besar pada daerah lereng serta luapan air yang berlebihan pada waktu hujan yang tidak segera dapat dibuang.
Kata kunci : Hidrogeologi, gerakan tanah, kestabilan lereng, Banjarnegara.
I. PENDAHULUAN
Gerakan tanah (longsoran) merupakan salah satu peristiwa alam yang sering menimbulkan bencana dan kerugian material. Kondisi alam dan aktivitas manusia adalah merupakan salah satu faktor penyebab terjadi gerakan tanah tersebut.
Faktor alam yang menjadi penyebab terjadinya gerakan tanah antara lain tingginya curah hujan, kondisi tanah, batuan, vegetasi, dan faktor kegempaan sebagai pemicunya. Disisi lain faktor aktivitas manusia juga dapat menjadi penyebab terjadinya gerakan tanah. Aktivitas tersebut sebagai contohnya adalah penggunaan lahan yang tidak teratur, seperti pembuatan areal persawahan pada lereng yang terjal, pemotongan lereng yang terlalu curam, penebangan hutan yang tidak terkontrol, dan sebagainya.
Kabupaten Banjarnegara terletak pada daerah yang mempunyai topografi bergelombang kuat hingga pegunungan, yaitu Pegunungan Serayu Utara dan Pegunungan Serayu Selatan yang membujur barat - timur dan dipisahkan oleh Sungai Serayu yang membentuk lembah serta kondisi geologi yang kompleks. Kestabilan wilayah Kabupaten Banjarnegara sangat dipengaruhi dan dikontrol oleh kondisi geologi yang ada, yaitu batuan dan struktur geologi yang kompleks serta topografi yang berelief kuat serta bervariasi.
Studi terhadap gerakan tanah di daerah ini sangat diperlukan mengingat daerah Banjarnegara sering mengalami fenomena alam geologi ini. Beberapa kejadian gerakan tanah pernah terjadi di sini, bahkan hingga merenggut korban jiwa. Studi ini akan memberikan gambaran tentang jenis-jenis gerakan tanah yang terjadi, sehingga dapat ditentukan cara penanggulangannya. Hal ini diperlukan untuk memberi arahan sistem penanggulangan gerakan tanah yang bertujuan untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya gerakan tanah dan kerugian di kemudian hari.
Wilayah-wilayah di Kabupaten Banjarnegara yang dikaji dalam penelitian ini meliputi
Kecamatan Sigaluh, Kecamatan Pagentan, Kecamatan Wanayasa, Kecamatan Karangkobar,
Kecamatan Banjarmangu, Kecamatan Pagedongan, Kecamatan Kalibening, Kecamatan Pandanarum, Kecamatan Punggelan, Kecamatan Susukan, dan Kecamatan Mandiraja. Kecamatan-kecamatan tersebut termasuk dalam wilayah Kabupaten Banjarnegara (Gambar 1).
2. GEOLOGI
Dengan mengacu pada pembagian fisiografi Jawa Tengah (Van Bemmelen, 1949), maka daerah penelitian termasuk dalam Zona Pegunungan Serayu Utara bagian tengah. Geologi daerah penelitian di Kabupaten Banjarnegara berdasarkan Peta Geologi lembar Banjarnegara dan Pekalongan, Jawa meliputi beberapa satuan / formasi (Gambar 2), yaitu Endapan Undak (Qt), Formasi Rambatan (Tmr), Batuan Gunung Api Jembangan (Qj), Batuan Beku Basa dan Ultrabasa (Ktog), serta Anggota Breksi Formasi Ligung (Qtlb). Batuan / tanah penyusun daerah penelitian pada umumnya berupa batulempung , batulempung pasiran dan batupasir lempungan.
Berdasarkan klasifikasi Van Zuidam (1983), geomorfologi daerah penelitian secara umum dapat dibagi menjadi beberapa satuan. Satuan geomorfik itu adalah : Satuan Geomorfik Fluvial dengan sub satuan dataran banjir, Satuan Geomorfik Bentukan Struktur, serta Satuan Geomorfik Vulkanik dengan Subsatuan Geomorfik Endapan Lahar.
Kondisi topografi daerah penelitian secara umum memperlihatkan keadaan yang bergelombang cukup kuat dan curam, dimana keadaan yang demikian ini diakibatkan oleh kontrol struktur geologi dan kondisi litologi / batuan penyusunnya. Keadaan morfologi ini dapat dilihat dari foto udara yang memperlihatkan keadaan rupabumi pada daerah Kabupaten Banjarnegara dan sekitarnya (Gambar 3).
3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini diawali dengan studi pustaka / mencari data sekunder dan dilanjutkan dengan pekerjaan lapangan, meliputi : pengamatan situasi dan pengukuran topografi di lokasi gerakan tanah, pengambilan sampel tanah tidak terganggu, serta pengujian permeabilitas lapangan. Pekerjaan laboratorium meliputi analisis kondisi morfologi serta analisis sifat fisik dan mekanik tanah.
4. PEMBAHASAN
4.1. Data Lapangan
Daerah penelitian meliputi sebelas kecamatan dan delapan belas desa di Kabupaten
Banjarnegara (Tabel 1). Pada setiap daerah penelitian dilakukan penandaan (marking) dengan
menggunakan GPS (Global Position System). Sementara itu, data permeabilitas dan litologi
ditampilkan pada Tabel 2.
G a m b ar 1 . P e ta Lo k a s i D a er a h P e n e lit ia n K a b u p at en B a nj a rn e g a ra .
Gambar 2. Peta Geologi Daerah Penelitian Kabupaten Banjarnegara.
Gambar 3. Foto udara Kabupaten Banjarnegara dan sekitarnya (Google, 2005).
Tabel 1. Data administrasi dan posisi daerah penelitian gerakan tanah Kabupaten Banjarnegara.
Kecamatan Desa
Simbol dan No Sampel
Posisi Elevasi
Sigaluh Prigi BJR 1 S 07o 25’ 02,8” / E 1090 46’ 39” 539
Pagentan
Larangan Karangnangka Sokaraja Metawana Gumingsir
BJR 2 BJR 3 BJR 4 BJR 5 BJR 6
S 07o 29’ 09,5” / E 1090 45’ 52,6”
S 07o 20’ 25,5” / E 1090 47’ 11,4”
S 07o 19’ 22” / E 1090 48’ 18”
S 07o 18’ 32,8 / E 1090 46’ 59,2”
S 07o 19’ 08,7” / E 1090 46’ 59,2”
768 635 745 960 795 Wanayasa Pandansari
Suwidak
BJR 7 BJR 8
S 07o 17’ 41,7” / E 1090 46’ 37,8”
S 07o 16’ 55,5” / E 1090 44’ 47,3”
830 994 Karangkobar Paweden BJR 9 S 07o 18’ 35,9” / E 1090 42’ 44,4” 695 Banjarmangu Sijeruk
Beji
BJR 10 BJR 11
S 07o 19’ 22,8” / E 1090 42’ 18,2”
S 07o 18’ 54,6” / E 1090 40’ 36,7”
770 681 Pagedongan Kebutuhduwur BJR 12 S 07o 28’ 16,7” / E 1090 41’ 10,3” 551 Kalibening Sembawa
Asinan
BJR 13 BJR 14
S 07o 16’ 24,1” / E 1090 39’ 49,8”
S 07o 13’ 58,2” / E 1090 38’ 15,2”
666 1066 Pandanarum Pandanarum BJR 15 S 07o 14’ 34,7” / E 1090 35’ 25,4” 710 Punggelan Petuguran BJR 16 S 07o 19’ 34,1” / E 1090 37’ 08,7” 555 Susukan Gumelem Wetan BJR 17 S 07o 30’ 36,8” / E 1090 24’ 31,1” 165 Mandiraja Salamerta BJR 18 S 07o 30’ 41,2” / E 1090 27’ 36,8” 195
Tabel 2. Data permeabilitas dan litologi daerah penelitian gerakan tanah Kabupaten Banjarnegara.
Kecamatan Desa
Simbol dan No Sampel
Permeabilitas K
(m/hari) Litologi
Sigaluh Prigi BJR 1 1,15 x 10-3 Tanah (pasir kasar-lempung) Pagentan Larangan
Karangnangka Sokaraja Metawana Gumingsir
BJR 2 BJR 3 BJR 4 BJR 5 BJR 6
5,42 x 10-3 8,21 x 10-3 6,33 x 10-3 6,12 x 10-3 1,12 x 10-3 2,67 x 10-3
Tanah (pasir kasar-pasir sedang) Tanah (pasir kasar-pasir halus) Tanah (pasir sedang) a. Tanah (pasir sedang) b. Tanah (pelapukan breksi) Tanah (pasir kasar-pasir sedang) Wanayasa Pandansari
Suwidak
BJR 7 BJR 8
5,35 x 10-4 7,09 x 1 0-4 3,44 x 10-4
a. Tanah (serpih)
b. Tanah (pasir kasar-lempung) Tanah (pasir kasar-lempung) Karangkobar Paweden BJR 9 7,28 x 10-3
5,22 x 10-3
a. Tanah (pasir halus) b. Tanah (pasir kasar) Banjarmangu Sijeruk
Beji
BJR 10 BJR 11
1,15 x 10-4 5,43 x 10-3 4,98 x 10-3
a. Tanah (pasir halus) b. Tanah (pasir kasar) Tanah (pasir kasar-pasir halus) Pagedongan Kebutuhduwur BJR 12 2,46 x 10-3
1,19 x 10-3
a. Tanah (pasir sedang) b. Tanah (pelapukan breksi) Kalibening Sembawa
Asinan
BJR 13 BJR 14
7,72 x 10-4 4,65 x 10-3
Tanah (pasir sedang-lempung) Tanah (pasir kasar-pasir halus) Pandanarum Pandanarum BJR 15 8,51 x 10-4 Tanah (pasir kasar-lempung) Punggelan Petuguran BJR 16 8,23 x 10-4 Tanah (pasir sedang-lempung) Susukan Gumelem Wetan BJR 17 5,67 x 10-3
7,74, x 10-3
a. Tanah (pelapukan breksi) b. Tanah (pasir sedang) Mandiraja Salamerta BJR 18 5,46 x 10-3
3,47 x 10-3
a. Tanah (pelapukan breksi) b. Tanah (pasir kasar)
4.2. Hasil Pengujian Laboratorium
Sampel dari lapangan kemudian diuji di laboratorium. Tabel 3 menyajikan hasil pengujian laboratorium sampel batuan yang diambil dari setiap daerah penelitian.
Analisa FK (faktor keamanan) dikerjakan di dalam studio. Data lapangan dan data laboratorium dikumpulkan, kemudian dimasukkan ke dalam perangkat komputer. Perhitungan FK (faktor keamanan) dikerjakan dengan komputer agar dapat diketahui bidang gelincir dan nilai FK (faktor keamanan) setiap daerah penelitian. Rangkuman hasil perhitungan FK pada semua lokasi ditampilkan pada Tabel 4, sedangkan salah satu contoh ilustrasi perhitungan FK disajikan pada Gambar 4.
Tabel 3. Data sifat fisik mekanik tanah berdasarkan pengujian di Laboratorium Mekanika Tanah.
Simbol dan No Sampel
Kadar Air (W) (%)
Kohesi ( c ) (kN/m2)
Sudut Geser Dalam (φ)(....°)
Berat Isi Tanah
(γ wet) (kN/m3)
Berat Isi Kering
(γd) (kN/m3)
Specific Gravity
SG (kN/m3)
BJR 1 18,21 6,2 29 20,2 15,4 26,7
BJR 2 19,8 5,4 32 21,4 14,4 28,6
BJR 3 23,65
21,74 4,8 30 19,8 17.1 27,8
BJR 4 18,63 6,1 33 18,6
16,5 28,2 BJR 5 20,26
22,45
4,3 7
30,2 36
20,8 24
18,5 17,2
28,1 29,5
BJR 6 19,88 4,6 30 19.5 16,5 28,5
BJR 7 20,21 4,5
5,9
31 32
16,2
20,7 14,1 26,4
26,7
BJR 8 18,9 5,2 31,5 18,8 15,6 27,7
BJR 9 15,89 4,7
5,3
31 34
20,.3 23,2
16,4 17,5
27,2 28,4
BJR 10 2875
27,24
4,5 6,3
32 35
21,3 25
16,2 17,5
28,2 28,6
BJR 11 25,45 4,5 31 18,7 18,6 28,3
BJR 12 24,22 4,8
6,8
29 36
20,6 24
15,3 16,7
28,5 29,3
BJR 13 17,10 3,4 29 18,2 14,1 28,5
BJR 14 19,42 4,1 30 19,7 16,9 28,7
BJR 15 20,39 4,9 31 18,6 14,3 28,3
BJR 16 18,87 5,1 30 19,5 16,4 28,6
BJR 17 17,33 6,9
4,6
37 32
23 18,6
14,4 16,4
28,5 28,8 BJR 18 18,55
21,45
7,3 3,8
37 31
26,8 19,6
17,6 16,1
29,2 28,7
Tabel 4. Analisa FK (faktor keamanan) daerah penelitian gerakan tanah Kabupaten Banjarnegara.
Kecamatan Desa
Simbol dan No Sampel
Nilai FK (faktor keamanan)
Terkecil
Klasifikasi (Bowles 1984)
Sigaluh Prigi BJR 1 0,568 Labil
Pagentan
Larangan Karangnangka Sokaraja Metawana Gumingsir
BJR 2 BJR 3 BJR 4 BJR 5 BJR 6
1,134 0,874 0,814 0,965 0,918
Kritis Labil Labil Labil Labil Wanayasa Pandansari
Suwidak
BJR 7 BJR 8
1,086 0,422
Kritis Labil
Karangkobar Paweden BJR 9 1,147 Kritis
Banjarmangu Sijeruk Beji
BJR 10 BJR 11
0,952 1,279
Labil Stabil
Pagedongan Kebutuhduwur BJR 12 0,838 Labil
Kalibening Sembawa Asinan
BJR 13 BJR 14
0,975 1,065
Labil Labil
Pandanarum Pandanarum BJR 15 0,490 Labil
Punggelan Petuguran BJR 16 1,088 Labil
Susukan Gumelem Wetan BJR 17 0,820 Labil
Mandiraja Salamerta BJR 18 0,876 Labil
Data FK (faktor keamanan) di atas menunjukkan tingkat keamanan lereng daerah penelitian sebagian besar labil. Keamanan lereng yang stabil hanya terdapat di Desa Beji, Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten banjarnegara dengan nilai FK (faktor keamanan) sebesar 1,279. Tetapi perlu diingat bahwa penelitian dilakukan pada musim kemarau. Pada musim penghujan secara otomatis akan terjadi penurunan nilai FK (faktor keamanan), sehingga keamanan lereng di Desa Beji, Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara perlu diwaspadai juga.
Nilai FK (faktor keamanan) pada setiap daerah penelitian jika dimasukkan dalam klasifikasi keamanan lereng Bowles (1984), maka dapat diketahui kestabilan masing-masing daerah sebagai berikut :
1. Daerah yang stabil adalah:
- Desa Beji, Kecamatan Banjarmangu.
2. Daerah yang tingkat keamanan lerengnya kritis adalah:
- Desa Larangan, Kecamatan Pagentan - Desa Pandansari, Kecamatan Wanayasa - Desa Paweden, Kecamatan Karangkobar.
3. Daerah yang keamanan lerengnya labil adalah:
- Desa Prigi, Kecamatan Sigaluh
- Desa Karangnangka, Kecamatan Pagentan - Desa Sokaraja, Kecamatan Pagentan - Desa Metawana, Kecamatan Pagentan - Desa Gumingsir , Kecamatan Pagentan - Desa Suwidak, Kecamatan Wanayasa
Gambar 4. A n alis is Fa kto r K e amana n De s a Prig i, Kec a matan Siga lu h . ( S lide 4 .0 ).
- Desa Sijeruk, Kecamatan Banjarmangu - Desa Kebutuhduwur, Kecamatan Pagedongan - Desa Sembawa, Kecamatan Kalibening - Desa Asinan, Kecamatan Kalibening - Desa Pandanarum, Kecamatan Pandanarum - Desa Petuguran, Kecamatan Punggelan - Desa Gumelem Wetan, Kecamatan Susukan - Desa Salamerta, Kecamatan Mandiraja.
Berdasarkan kondisi gerakan tanah, nilai FK , dan sebaran kerapatan kejadian gerakan tanah maka pada daerah penelitian dapat dikelompokkan menjadi tiga zona yaitu zona kerentanan tinggi, sedang dan rendah.
4.3. Tinjauan Hidrogeologi
Hidrologi / hidrogeologi suatu daerah sangat menentukan terjadinya gerakan tanah. Dalam makalah ini penyebab gerakan secara khusus diulas dari sudut pandang hidrogeologi. Hal yang menentukan dalam hidrogeologi ini adalah faktor resapan tanah / permeabilitas sehingga dapat diketahui beberapa faktor penyebab gerakan tanah yang terkait dengan faktor keairan / hidrogeologi di daerah penelitian. Rangkuman data permeabilitas dan tinjauan hidrologi sebagai penyebab penyebab gerakan tanah disajikan pada Tabel 5. Dari tabel tersebut diketahui bahwa gerakan tanah di Banjarnegara disebabkan oleh adanya sifat fisik-mekanik tanah yang dipicu oleh airtanah, penambahan kadar air yang berlebihan dan tiba-tiba pada tanah di badan jalan jika terjadi hujan dikarenakan tata air permukaan yang kurang baik, kadar air yang terlalu besar pada daerah lereng, serta luapan air yang berlebihan pada waktu hujan yang tidak segera dapat dibuang.
Tabel 5. Sifat resapan air dan penyebab gerakan tanah di Banjarnegara dalam kaitannya dengan kondisi hidrogeologi di masing-masing lokasi pengamatan.
Lokasi Sifat resapan tanah Tinjauan Hidrogeologi
Desa Prigi, Kecamatan Sigaluh
K = 1,15 x 10-3 m/hari, tetapi resapan bisa menjadi sangat besar melalui rekahan-rekahan mikro.
- Sifat fisik-mekanik tanah yang dipicu oleh airtanah.
- Pengaturan air permukaan kurang baik, air permukaan masuk ke dalam rekahan
Desa Larangan Kecamatan Pagentan
K = 5,42 x 10-3 m/hari, tetapi bisa menjadi sangat besar melalui rekahan di beberapa tempat, dipicu oleh peresapan air dari saluran air yang putus.
- Sifat fisik-mekanik tanah yang dipicu oleh airtanah.
- Pengaturan air permukaan yang kurang baik, misalnya saluran air pada lereng bagian atas yang putus.
Desa Karangnangka, Kecamatan Pagentan
K = 8,21 x 10-3, tetapi resapan dapat menjadi lebih besar jika terdapat rekahan-rekahan mikro yang merupakan sifat khas dari lempung pada lokasi tersebut.
- Sifat fisik mekanik litologi yang dapat berubah jika terkena air yang cukup banyak.
- Penambahan kadar air yang berlebihan dan tiba-tiba pada tanah di badan jalan jika terjadi hujan.
- Luapan air yang berlebihan pada waktu hujan tidak segera dapat dibuang.
Desa Sokaraja, Kecamatan Pagentan
K = 6,33 x 10-3 m/hari, tetapi resapan bisa menjadi sangat besar melalui rekahan-rekahan besar dan memanjang yang memotong badan jalan.
- Sifat fisik mekanik litologi yang dapat berubah jika terkena air yang cukup banyak.
- penambahan kadar air yang berlebihan dan tiba-tiba pada tanah di badan jalan jika terjadi hujan.
- Luapan air yang berlebihan pada waktu hujan tidak segera dapat dibuang.
Desa Metawana, Kecamatan Pagentan
K = 6,12 x10-3 sampai dengan 1,12 x 10-3 . Resapan
membesar pada lokasi lokasi yang banyak retakan.
- Sifat fisik-mekanik tanah yang dipicu oleh kandungan air dalam tanah.
- Keberadaan tata air permukaan yang kurang baik.
Desa Gumingsir, Kecamatan Pagentan
K = 2,67 x 10-3 . Resapan membesar pada lokasi lokasi yang banyak retakan.
- sifat fisik-mekanik tanah yang dipicu oleh kandungan air dalam tanah.
- keberadaan tata air permukaan yang kurang baik.
- penambahan kadar air yang berlebihan dan tiba-tiba pada tanah dibadan jalan jika terjadi hujan.
- Luapan air yang berlebihan pada waktu hujan masuk ke dalam rekahan-rekahan di tubuh lereng.
Desa Pandansari Kecamatan Wanayasa
K = 5,53 x10-4 dan 7,09 x 10-4 Resapan membesar pada lokasi lokasi yang banyak retakan.
- sifat fisik-mekanik tanah yang dipicu oleh kandungan air dalam tanah.
- Luapan air yang berlebihan pada waktu hujan masuk ke dalam rekahan-rekahan di tubuh lereng.
- Keberadaan tata air permukaan yang kurang baik.
- Penambahan kadar air yang berlebihan dan tiba-tiba pada tanah dibadan jalan jika terjadi hujan.
Desa Suwidak, Kecamatan Wanayasa
K = 3,44 x 10-4 m/hari, tetapi resapan bisa menjadi sangat besar melalui rekahan-rekahan besar dan memanjang yang memotong badan jalan.
- Sifat fisik mekanik litologi yang dapat berubah jika terkena air yang cukup banyak.
- Penambahan kadar air yang berlebihan dan tiba-tiba pada tanah dibadan jalan jika terjadi hujan, hal ini dikarenakan tata air permukaan yang kurang baik.
- Luapan air yang berlebihan pada waktu hujan tidak segera dapat dibuang.
Desa Paweden, Kecamatan Karangkobar
K = 7,28`x 10-3 dan 5,22 x 10-3 . Resapan membesar pada lokasi lokasi yang banyak retakan.
- Sifat fisik-mekanik tanah yang dipicu oleh kandungan air dalam tanah.
- Keberadaan tata air permukaan yang kurang baik mengakibatkan kadar air pada tubuh lereng menjadi besar.
- Penambahan kadar air yang berlebihan dan tiba-tiba pada tanah dibadan jalan jika terjadi hujan.
- Luapan air yang berlebihan pada waktu hujan masuk ke dalam rekahan-rekahan di tubuh lereng.
Desa Sijeruk, Kecamatan Banjarmangu
K = 1,15 x10-4 dan 5,43 x 10-3 . Resapan membesar pada lokasi lok asi yang banyak retakan.
- Sifat fisik-mekanik tanah yang dipicu oleh kandungan air dalam tanah.
- Keberadaan tata air permukaan yang kurang baik.
- Penambahan kadar air yang berlebihan dan tiba-tiba pada tanah di badan jalan jika terjadi hujan
- Luapan air yang berlebihan pada waktu hujan masuk ke dalam rekahan-rekahan di tubuh lereng.
Desa Beji, Kecamatan Banjarmangu
K = 4,98 x 10-3 m/hari, tetapi resapan bisa menjadi sangat besar melalui rekahan-rekahan besar dan memanjang yang memotong badan jalan.
- Sifat fisik mekanik litologi yang dapat berubah jika terkena air yang cukup banyak.
- Penambahan kadar air yang berlebihan dan tiba-tiba pada tanah dibadan jalan jika terjadi hujan.
- Luapan air yang berlebihan pada waktu hujan tidak segera dapat dibuang.
Desa Kebutuhduwur, Kecamatan Pagedongan
K = 2,46 x 10- dan 1,19 x 10-4 . Resapan membesar pada lokasi yang banyak retakannya.
- Sifat fisik mekanik litologi yang dapat berubah jika terkena air yang cukup banyak.
- Penambahan kadar air yang berlebihan dan tiba-tiba pada tanah dibadan jalan jika terjadi hujan.
- Luapan air yang berlebihan pada waktu hujan tidak segera dapat dibuang.
Desa Sembawa, Kecamatan Kalibening
K = 7,72 x 10-4 m/hari, tetapi resapan bisa menjadi sangat besar melalui rekahan-rekahan besar dan memanjang.
- Sifat fisik-mekanik tanah yang dipicu oleh kandungan air dalam tanah terutama pada bagian tubuh lereng.
- Keberadaan tata air permukaan yang kurang baik.
- Kadar air yang terlalu besar pada daerah lereng.
- Luapan air yang berlebihan pada waktu hujan masuk ke dalam rekahan-rekahan di tubuh lereng.
Desa Asinan, Kecamatan Kalibening
K = 4,65 x 10-3 m/hari, tetapi resapan bisa menjadi sangat besar melalui rekahan-rekahan besar dan memanjang.
- Sifat fisik-mekanik tanah yang dipicu oleh kandungan air.
- Keberadaan tata air permukaan yang kurang baik.
- Luapan air yang berlebihan pada waktu hujan masuk ke dalam rekahan-rekahan di tubuh lereng.
Desa Pandanarum, Kecamatan Pandanarum
K = 8,51 x 10-4 m/hari, tetapi resapan bisa menjadi sangat besar melalui rekahan-rekahan besar dan memanjang.
- Sifat fisik mekanik litologi yang dapat berubah jika terkena air yang cukup banyak.
- Penambahan kadar air yang berlebihan dan tiba-tiba pada tanah di badan jalan jika terjadi hujan
- Luapan air yang berlebihan pada waktu hujan tidak segera dapat dibuang.
Desa Petuguran, Kecamatan Punggelan
K= 8,23 x 10-4 m/hari, tetapi resapan bisa menjadi sangat besar melalui rekahan-rekahan besar dan memanjang.
- Sifat fisik-mekanik tanah yang dipicu oleh kandungan air.
- Keberadaan tata air permukaan yang kurang baik.
- Luapan air yang berlebihan pada waktu hujan masuk ke dalam rekahan-rekahan.
Desa Gumelem Wetan, Kecamatan Susukan
K = 5,67 x 10-3 dan 7,74 x 10-3 . Resapan membesar pada lokasi yang banyak retakan , yaitu didekat tebing, dan semakin mengecil ke arah perkampungan.
- Sifat fisik mekanik litologi yang dapat berubah jika terkena air yang cukup banyak.
- Penambahan kadar air yang berlebihan dan tiba-tiba pada tanah dibadan jalan jika terjadi hujan.
- Luapan air yang berlebihan pada waktu hujan tidak segera dapat dibuang.
Desa Salamerta, Kecamatan Mandiraja
K = 5,46 x 10-3 m/hari dan 3,47 x 10-3 m/hari , tetapi resapan bisa menjadi sangat besar melalui rekahan-rekahan mikro yang ada pada tanah atau batuan di beberapa tempat.
- sifat fisik-mekanik tanah yang dipicu oleh airtanah.
- pengaturan air permukaan yang kurang baik, air permukaan masuk ke dalam rekahan sehingga kandungan air berlebihan.
- Tidak ada saluran air pada tubuh lereng.