• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 106/Kpts-II/2000 TANGGAL : 29 DESEMBER 2000

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 106/Kpts-II/2000 TANGGAL : 29 DESEMBER 2000"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 106/Kpts-II/2000

TANGGAL : 29 DESEMBER 2000

KETENTUAN MENGENAI PELAKSANAAN HAK PENGUSAHAAN HUTAN ALAM PT. SUKA JAYA MAKMUR

KETENTUAN I : TUJUAN PENGUSAHAAN HUTAN

Hak Pengusahaan Hutan Alam bertujuan meningkatkan potensi dan produktifitas sumber daya hutan produksi dalam rangka memenuhi kebutuhan hasil hutan bagi kepentingan masyarakat, pembangunan industri dan eksport. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pengusahaan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang meliputi penebangan kayu, penanaman atau permudaaan dan pemeliharaan hutan, perlindungan/pengamanan, pengolahan dan pemasaran hasil hutan sesuai dengan RKUPHHK menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku serta berdasarkan asas manfaat dan lestari, kerakyatan, keadilan, kebersamaan, keterbukaan, dan keterpaduan.

KETENTUAN II : PELAKSANAAN

PT. SUKA JAYA MAKMUR sebagai pemegang Hak Pengusahaan Hutan Alam yang untuk selanjutnya disebut “PERUSAHAAN”, melaksanakan kegiatan usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam pada areal kerja yang telah ditetapkan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan uraian sebagai berikut :

A. BIDANG PERENCANAAN 1. Inventarisasi Hutan

a. PERUSAHAAN diwajibkan untuk melaksanakan inventarisasi hutan untuk memperoleh data/informasi yang akurat, terpercaya dan terbaru mengenai keadaan fisik daerah, flora dan fauna dari seluruh areal kerjaHPH Alam, serta sosial budaya masyarakat didalam dan sekitarnya guna penyusunan Rencana Karya pengusahaan hutan (RKPH, RKL, dan RKT).

b. Dalam melaksanakan inventarisasi hutan PERUSAHAAN harus berpedoman kepada ketetapan dan ketentuan yang berlaku.

2. Penataan Hutan

a. PERUSAHAAN harus membentuk dan memanfaatkan seluruh areal kerjanya sebagai satu atau beberapa Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) atau bagian dari suatu KPHP yang akan ditetapkan lebih lanjut.

2. PERUSAHAAN...

(2)

b. PERUSAHAAN harus mengelola dan mengusahakan areal hutannya sedemikian rupa sehingga selalu ada

kegiatan pembinaan, pemeliharaan, perlindungan/pengamanan hutan dan kegiatan pengusahaan hutan lainnya secara terus-menerus setiap tahun selama jangka waktu pengusahaan hutannya.

c. PERUSAHAAN harus melaksanakan tata batas dan pengukuran serta pemetaan terhadap seluruh areal kerjanya sesuai dengan ketentuan yang berlaku paling lambat dalam waktu 3 (tiga) tahun sejak diterbitkannya Keputusan ini.

d. PERUSAHAAN harus melaksanakan pembagian areal kerjanya dan menjadi beberapa bagian hutan (bos afdeling), blok-blok, dan petak-petak kerja pengusahaan hutan dengan tanda-tanda batas yang jelas dan permanen serta pembukaan wilayah hutan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

e. PERUSAHAAN harus bertanggung jawab untuk penyelesaian segala akibat yang timbul dari pelaksanaan kegiatan yang dilakukannya atas tanah milik perseorangan atau tanah yang di bebani hak lain.

3. Rencana Karya Pengusahaan Hutan

a. PERUSAHAAN harus melaksanakan Pengusahaan hutan dan rehabilitasi/penanaman dan pemeliharaan hutan berdasarkan Rencana Karya Pengusahaan Hutan (RKPH) yang disahkan oleh Departemen Kehutanan untuk areal kerjanya, yang terdiri dari RKPH yang meliputi seluruh jangka waktu pengusahaan hutan, Rencana Karya Lima Tahun (RKL) dan Rencana Karya Tahunan (RKT).

b. PERUSAHAAN wajib menyusun Rencana Karya Pengusahaan berdasarkan hasil penafsiran potret udara dan atau inventarisasi hutan serta data/informasi lainnya, dan menyerahkannya kepada Departemen Kehutanan untuk memperoleh pengesahan. Penyusunan dan penyerahan RKPH tersebut dilaksanakan sesuai dengan pedoman pelaksanaan yang ditetapkan oleh Departemen Kehutanan.

c. RKPH tersebut diatas secara keseluruhan merupakan satu kesatuan rencana yang saling kait mengkait dan menentukan serta disusun sesuai dengan pedoman penyusunan RKPH yang berlaku. RKPH yang telah disahkan tidak dapat dirubah kecuali dengan ijin Departemen Kehutanan.

B. ORGANISASI...

(3)

B. ORGANISASI DAN PERUSAHAAN

1. PERUSAHAAN diwajibkan menyusun Struktur Organisasi PERUSAHAAN sesuai ketentuan yang berlaku.

2. Dalam waktu selama-lamnya 2 (dua) tahun sejak izin ini diterbitkan, harus sudah ada tenaga teknis kehutanan yang duduk sebagai salah satu Direksi dan atau Komisaris pada perusahaan.

C. ADMINISTRASI DAN TATA LAKSANA USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU

1. Pungutan/Iuran

PERUSAHAAN wajib membayar Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan (d/h IHPH), dana Reboisasi, provisi Sumber Daya Hutan, serta iuran-iuran lainnya sebagaimana diatur dalam peraturan perundang- undangan yang berlaku.

2. Pelaporan

PERUSAHAAN harus membuat laporan kegiatan Hak Pengusahaan Hutan Alam sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.

3. Pemeriksaaan oleh petugas kehutanan atau oleh pejabat yang berwenang.

PERUSAHAAN wajib memberikan semua data dan bantuan kepada petugas-petugas kehutanan atau pejabat-pejabat kehutanan yang berwenang melaksanakan pemeriksaaan dan pengawasan.

KETENTUAN III : KEWAJIBAN POKOK

A. PEMUNGUTAN DAN PEMANFAATAN KAYU 1. Sistem Silvikultur

a. PERUSAHAAN harus melaksankan sistem silvikultur pada areal hutan seluas ± 171.300 (seratus tujuh puluh satu ribu tiga ratus) hektar, yang terletak di kelompok hutan Sungai Pesagun – Sungai Tayap – Sungai Biya, Propinsi Kalimantan Barat, dengan benar dan bersungguh-sungguh, berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu:

1. Tebang pilih Tanam Indonesia (TPTI) pada areal hutan primer (Virgin Forest) dan pada areal bekas tebangan (Logged Over Area) yang berfungsi Hutan Produksi Terbatas dan Hutan Produksi yang mempunyai kelerengan 25 (dua puluh lima) prosen ke atas;

2. Tebang...

(4)

2. Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) pada areal bekas tebangan (logged over area) yang berfungsi hutan produksi dengan kelerengan di bawah 25 (dua puluh lima) prosen;

3. Tebang Habis Permudaan Buatan (THPB) pada areal tanah kosong atau non produktif;

Perencanaan secara terperinci diatur dalam RKPH.

b. PERUSAHAAN diberikan Jatah Produksi Tahunan dengan Kisaran :

1. Luas maksimum ± 4.835 ha/tahun.

2. Jatah Produksi Tahunan ± 162.691 m3/tahun.

3. Jumlah batang maksimum ± 22.657 btg/tahun.

yang selanjutnya dapat ditetapkan sesuai RKPH yang didasarkan pada potret udara atau citra satelit dan disyahkan oleh pejabat yang berwenang.

c. PERUSAHAAN harus mempergunakan cara-cara penebangan kayu dan atau mengangkut hasil hutan lainnya yang sesuai dengan keadaan wilayah kerjanya dengan tidak meninggalkan azas kelestarian hutan dan keseimbangan lingkungan.

d. Semua kegiatan Hak Pengusahaan Hutan Alam harus dilaksanakan dengan cara yang tidak mengakibatkan adanya pemborosan dan kerugian-kerugian sumber daya alam.

e. PERUSAHAAN tidak dibenarkan menebang jenis kayu yang dilindungi tanpa ijin khusus yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan.

f. PERUSAHAAN tidak dibenarkan menebang melampaui jatah tebang yang telah ditetapkan dalam RKL dan RKT.

g. PERUSAHAAN dilarang melaksanakan penebangan pohon diluar areal yang telah ditetapkan didalam RKL dan RKT yang telah disahkan.

h. PERUSAHAAN dilarang menebang pohon diluar areal Hak Pengusahaan Hutan Alamnya.

i. PERUSAHAAN dilarang melakukan penebangan ulang pada areal bekas tebangan tanpa ijin khusus dari Departemen Kehutanan.

j. PERUSAHAAN dilarang melakukan kegiatan perburuan satwa liar baik satwa liar yang dilindungi maupun satwa liar yang tidak dilindungi.

k. PERUSAHAAN dilarang melakukan penebangan pohon di kawasan lindung.

l. PERUSAHAAN...

(5)

l. PERUSAHAAN wajib mengijinkan anggota masyarakat hukum adat setempat untuk memungut hasil hutan non kayu (getah-getahan), rotan, akar-akaran, dan sebagainya) sesuai dengan hak penduduk atau anggota masyarakat hkum adat yang bersangkutan.

m. Perusahaan Dilarang menerima, membeli atau menjual, menerima tukar, menerima titipan, menyimpan, memiliki dan atau mengangkut hasil hutan yang diketahui atau patut diduga berasal dari kawasan hutan yang diambil atau dipungut secara tidak sah.

2. Jaringan Jalan

PERUSAHAAN harus membangun dan memelihara jaringan jalan di dalam areal kerjanya sesuai dengan ketentuan yang berlaku tentang pembuatan jalan angkutan serta sesuai dengan RKPH yang telah disahkan. Jaringan jalan angkutan hasil hutan dalam areal kerja dibuat dengan ketentuan :

a. Jaringan jalan utama sejauh mungkin disesuaikan dengan rencana pembangunan jalan umum yang dilakukan oleh Pemerintah.

b. Pada daerah yang berawa, PERUSAHAAN dibenarkan membangun jalan rel sebagai jaringan jalan utama.

c. PERUSAHAAN wajib tetap memelihara bekas jalan angkutan kayu dalam hal ini jalan utama dan jalan cabang dengan tujuan untuk dipertahankan sebagai jalan pengawasan dan pemeliharaan hutan.

d. PERUSAHAAN wajib mengatur penggunaan dan pemanfaatan semua jalan besar atau kecil dan jalan pengangkutan lainnya baik untuk keperluan sendiri, pihak lain, maupun masyarakat disekitarnya dengan sebaik-baiknya, dengan tetap memperhatikan perlindungan dan pengamanan areal kerjanya terutama dari pemcurian, perambahan hutan dan peladang berpindah.

3. Peralatan Logging

a. Dalam rangka pelaksanaan kegiatan di areal kerjanya, PERUSAHAAN diwajibkan untuk membuat rencana pengadaan/pemanfaatan dan laporan realisasi tentang jenis, jumlah serta keadaan, jenis alat berat, chain saw yang ada di lapangan kepada Depatemen Kehutanan.

b. Setiap pemindahan peralatan sebagaimana dimaksud butir a, yang digunakan ketempat lain diluar areal kerjanya perlu mendapat persetujuan tertulis dari Departemen Kehutanan.

c. Setiap...

(6)

c. Setiap peralatan yang tidak dipergunakan lagi dan atau direncanakan untuk dapat dihapuskan agar dibuat berita acara dan dilaporkan kepada Departemen Kehutanan.

4. Penanaman Modal

a. Untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya dalam kegiatan pemanfaatan hutan, PERUSAHAAN akan menanamkan modalnya sebesar US$ 71.178.000 (tujuh puluh satu juta seratus tujuh puluh delapan ribu) US dolar.

b. PERUSAHAAN wajib melaporkan pelaksanaan penanaman modal setiap tahun dalam bentuk isian yang telah ditentukan dan menyampaikan laporan keuangan mengacu pada Pedoman Standart Akuntansi Keuangan Nomor 32 kepada Departemen Kehutanan selambat-lambatnya pada akhir semester pertama tahu berikutnya.

B. PENGOLAHAN

1. Untuk kepentingan industri pengolahan kayu secara nasional, PERUSAHAAN wajib meningkatkan efisiensi, efektivitas dan produktifitas industri pengolahan kayu yang telah dimiliki, mengembangkan industri hilir dengan orientasi eksport dan membantu keperluan bahan kayu lainnya, serta berperan sebagai Bapak angkat bagi industri pendukung/terkait.

2. PERUSAHAAN wajib meningkatkan kemampuan rekayasa, rancang bangun, dan pengembangan perangkat lunak lainnya bagi peningkatan dan pengembangan Industri Pengolahan Kayu.

C. PEMASARAN

1. PERUSAHAAN diwajibkan memberikan informasi tentang data pemasaran setiap saat diperlukan Pemerintah.

2. PERUSAHAAN harus selalu meningkatkan pengembangan pemasaran baik untuk dalam negeri maupun luar negeri dengan mengembangkan konsep, strategi dan perencanaan pemasaran dan harus berusaha memenuhi kebutuhan dalam negeri dengan tingkat harga yang wajar.

3. PERUSAHAAN harus mendukung kebijaksanaan Pemerintah dalam pemasaran hasil hutan.

4. PERUSAHAAN harus selalu mengembangkan dan meningkatkan keanekaragaman jenis dan mutu hasil hutan.

5. PERUSAHAAN harus mentaati peraturan perundangan tentang peredaran hasil hutan yang meliputi ketentuan Tata Usaha Kayu dan ketentuan Tata Usaha Hasil Hutan lainnya.

6. PERUSAHAAN...

(7)

6. PERUSAHAAN memantapkan pasaran hasil hutan baik didalam negeri maupun diluar negeri PERUSAHAAN sejauh mungkin harus memiliki perwakilan di pusat- pusat pemasaran hasil hutan dan membantu Pemerintah dalam analisa perencanaan dan pelaksanaan pemasaran.

7. PERUSAHAAN harus menyediakan dan mendistribusikan/ menjual kayu produksi RKT untuk keperluan pembangunan daerah/ kebutuhan dalam negeri sesuai ketentuan yang berlaku.

D. PERMUDAAN DAN PEMELIHARAAN HUTAN

Berdasarkan komposisi jenis dan struktur tegakan hutan pada areal berhutan yang diusahakan dengan sistem silvikultur yang sesuai untuk mempertahankan meningkatkan kelestarian hasil, PERUSAHAAN harus melaksanakan :

1. Pengamanan tegakan tinggal dalam melaksanakan penebangan, penyaradan dan pengangkutan agar kerusakan tegakan yang ditinggal dan erosi sejauh mungkin dapat dihindarkan, yaitu dengan cara :

a. Penandaan/penomeran pohon-pohon yang akan di tebang dan yang ditinggalkan sebagai pohon inti atau pohon induk yang dilindungi.

b. Penebangan dilaksanakan hanya pada petak yang potensinya memenuhi ketentuan, serta pada pohon berdiameter minimal 50 (lima puluh) cm di hutan produksi, dan 60 (enam puluh) cm di hutan produksi terbatas dengan arah rebah yang tepat.

c. Dalam hal penebangan dilaksanakan terhadap pohon dibawah limit diameter sebagaimana tersebut butir b, dilakukan setelah mendapatkan persetujuan Menteri didahului dengan kajian teknis Balitbang.

d. Penebangan pada sekitar daerah-daerah perlindungan dan sekitar daerah-daerah perlindungan dan sekitar daerah-daerah yang dinyatakan mempunyai nilai estetika atau ilmiah yang tinggi harus dibuat jalur penyangga sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

e. Tempat pengumpulan kayu dan jalan sarad dibuat sebaik-baiknya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2. PERUSAHAAN wajib melaksanakan upaya-upaya untuk meningkatkan nilai hutan, produktifitas, dan potensi hutan melalui :

a. Melaksanakan...

(8)

a. Melaksanakan penanaman, perkayaan, permudaan dan pemeliharaan hutan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dan sesuai dengan RKPH yang telah disahkan.

b. Membuat tanaman pada lahan yang tidak produktif dan pada tanah-tanah kosong terutama pada daerah-daerah rawan dan yang berbatasan dengan lahan penduduk di sekitarnya.

c. PERUSAHAAN harus melaksanakan rehabilitasi areal tidak produktif/tanah kosong minimal 300 ha/tahun dan sudah dapat diselesaikan dalam waktu 10 (sepuluh) tahun.

3. PERUSAHAAN wajib membuat permanent plot untuk megukur pertumbuhan/riap tegakan hutan minimal 100 (seratus) ha per RKL dan mengukur debet air serta mutu air sungai.

4. PERUSAHAAN wajib membuat kebun bibit seluas 100 ha/RKL disesuaikan dengan tanaman unggulan/andalan setempat, serta perlu mengadakan kebun pangkas.

5. PERUSAHAAN wajib menyediakan areal seluas 300 ha yang digunakan untuk menjaga dan melindungi plasma nutfah.

6. PERUSAHAAN wajib menanamkan modalnya dan menyisihkan sebagian dari keuntungannya untuk pembinaan, rehabilitasi dan pembangunan hutan baik di bekas areal tebangan TPTI maupun dikawasan tidak produktif untuk tanaman.

E. PENELITIAN

Dalam rangka pengembangan serta peningkatan pengusahaan perlu didukung oleh berbagai penelitian. Oleh karenanya PERUSAHAAN wajib :

1. Melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan pelestarian alam, produktivitas produksi hasil hutan dan lain-lain yang berkaitan dengan HPH Alam.

2. Mendukung penelitian yang dilakukan oleh pihak lain dalam rangka peningkatan Hak Pengusahaan Hutan Alam.

F. BIDANG PERLINDUNGAN DAN PENGAMANAN HUTAN 1. Kebakaran Hutan

Untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan, PERUSAHAAN wajib:

a. Menyediakan...

(9)

a. Menyediakan sarana dan prasarana biaya, tenaga satpam, peralatan, menara pengawas, ilaran api pencegahan kebakaran hutan pemadam kebakaran dalam jumlah yang memadai sesuai ketentuan yang berlaku.

b. Aktif melaksanakan pencegahan dan penanggulangan kebakaran di dalam areal kerjanya dan disekitarnya antara lain dengan mengamankan semua kegiatan eksploitasinya yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran serta mengamankan penyimpanan bahan-bahan yang mudah terbakar.

c. Segera melaporkan pada instansi kehutanan setiap terjadinya kebakaran di areal kerjanya.

2. Perambahan Hutan

a. PERUSAHAAN harus mencegah, menghindarkan dan menanggulangi terjadinya tindak pelanggaran oleh pihak lain yang menyebabkan kerusakan hutan dalam areal kerjanya, antara lain mencegah adanya perladangan berpindah dan penebangan liar.

b. Apabila terjadi perambahan hutan dan atau tebangan liar oleh pihak ke 3 (tiga) atau pihak lain, maka PERUSAHAAN bertanggung jawab dan segera melaporkan kepada pihak yang berwenang.

c. Untuk melaksanakan perlindungan hutan, perusahaan diwajibkan membentuk Satuan Pengamanan (SATPAM) dengan kualifikasi terdidik dan dalam jumlah yang memadai minimal 6000 hektar 1 (satu) Orang Satpam.

3. Perlindungan terhadap Tumbuh-Tumbuhan

a. PERUSAHAAN tidak dibenarkan menebang pohon- pohon dan memungut tumbuh-tumbuhan lain yang ditetapkan sebagai jenis yang dilindungi sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

b. PERUSAHAAN tidak boleh melakukan penebangan dengan radius atau jarak sampai dengan 500 m dari tepi waduk atau danau; 200 m dari tepi mata air dan kiri kanan sungai; 50 m kiri kanan tepi anak sungai; 2 kali kedalaman jurang dari tepi jurang; 130 kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah dari tepi pantai.

c. PERUSAHAAN harus aktif dalam pengembangan dan pelindungan sumber daya alam, dan harus mencegah terjadinya dampak negatif dan

meningkatkan...

(10)

meningkatkan dampak positif dari kegiatan yang dilaksanakan dengan memperhatikan hasil-hasil Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang telah disusun dan disetujui Komisi Pusat AMDAL Departemen Kehutanan.

d. PERUSAHAAN segera melaporkan setiap terjadinya kerusakan dan gangguan hama penyakit terhadap hutan dan hasil hutan di areal kerjanya kepada instansi Kehutanan setempat.

4. Perlindungan terhadap Satwa Liar

a. PERUSAHAAN tidak dibenarkan melakukan perburuan baik atas satwa-satwa liar dan atau satwa yang dilindungi yang terdapat di areal kerjanya tanpa izin.

b. PERUSAHAAN harus mencegah terjadinya perburuan liar di areal kerjanya.

c. Untuk menjamin dan memelihara terselenggaranya perlindungan terhadap satwa liar, pemanfaatan hutan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak terdapat satwa liar yang terjebak didalam areal yang diusahakan dengan

menyediakan areal pengungsian satwa/koridor/kantong satwa.

5. Perlindungan terhadap Obyek-Obyek yang Bernilai Ilmiah, Budaya dan Religi

a. PERUSAHAAN harus mencegah atas terjadinya kerusakan-kerusakan terhadap obyek-obyek yang bernilai ilmiah, budaya dan religi.

b. Pemegang harus melaporkan bila menemukan tempat-tempat yang bernilai ilmiah, budaya dan religi.

c. Untuk menjamin dan memelihara terselenggaranya kelestarisn hutan lindung, hutan wisata dan hutan suaka alam, PERUSAHAAN harus menyediakan daerah peyangga yang berbatasan dengan kawasan tersebut sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundangan-undangan yang berlaku, sarana usaha pemanfaatan hutan yang diperbolehkan diadakan pada daerah penyangga hanya pembuatan jalan sarad.

KETENTUAN IV : PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN

A. Pembangunan...

(11)

A. Pembangunan Masyarakat

1. Fasilitas pembangunan masyarakat, PERUSAHAAN harus membantu Pemerintah dalam melaksanakan pembangunan masyarakat di dalam dan di sekitar areal kerjanya seperti :

a. Pengadaan tempat-tempat ibadah b. Pengadaan fasilitas-fasilitas pendidikan c. Pengadaan fasilitas-fasilitas kesehatan d. Pengadaan fasilitas olah raga

e. Pengadaan fasilitas pelatihan karyawan

2. PERUSAHAAN diwajibkan melaksanakan pembinaan minimal 1 (satu) desa yang ada di dalam/sekitar areal kerja.

3. PERUSAHAAN diwajibkan membina dan mengembangkan Koperasi Karyawan dan/atau KUD atau Koperasi Primer lainnya yang ada di sekitar hutan serta wajib memberi kesempatan kepada koperasi tersebut untuk memiliki saham perusahaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

B. Kemitraan Pengusahaan Hutan Alam

PERUSAHAAN memberi kesempatan usaha kepada koperasi masyarakat di sekitar hutan untuk berpartisifasi aktif dalam mengusahakan segmen kegiatan pengusahaan hutan.

C. Akses Untuk Pemungutan Hasil Hutan Non Kayu

PERUSAHAAN memberi kesempatan kepada masyarakat sekitar hutan untuk melakukan pemungutan hasil hutan bukan kayu dan kayu baik secara perorangan maupun koperasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

D. Pegalokasian Saham

PERUSAHAAN agar mengalokasikan sebagian saham untuk Koperasi masyarakat setempat sebesar 20%, 10% dialihkan langsung pada saat koperasi terbentuk, sisanya diselesaikan secara bertahap paling lambat 5 (lima) tahun, dan dengan hak opsi minimal 1% setiap tahun.

E. Hak Adat

PERUSAHAAN wajib memberikan ijin kepada masyarakat hukum adat/masyarakat tradisional dan anggotanya yang berada di dalam areal kerjanya untuk memungut, mengambil, mengumpulkan, mengangkut dan menjual hasil hutan ikutan seperti : Rotan, Sagu, Madu, Damar, Buah- buahan, Getah-getahan, Rumput-rumputan, Bambu, Kulit kayu dan lain sebagainya sepanjang hasil hutan tersebut untuk memenuhi/menunjang kehidupan sehari-hari.

KETENTUAN V : KETENGAKERJAAN

A. Penggunaan...

(12)

A. Penggunaan Tenaga Kerja

PERUSAHAAN harus menggunakan tenaga kerja Indonesia yang terlatih, terampil dan ahli dalam jumlah yang cukup untuk semua bidang dan jenis pekerjaan dan jasa yang diperlukan. Untuk tenaga ahli kehutanan, minimal mempekerjakan tenaga-tenaga sarjana kehutanan bidang perencanaan dan penataan hutan, bidang pengelolaan hutan dan tenaga-tenaga ahli pengukuran dan pengujian kayu.

B. Program Pendidikan Dan Latihan Tenaga Kerja

PERUSAHAAN harus melaksanakan pendidikan dan latihan bagi sebanyak-banyaknya tenaga kerja Indonesia untuk membina, meningkatkan dan mengembangkan ketrampilan dan keahliannnya, dan disamping itu PERUSAHAAN diwajibkan mengikut sertakan tenaga kerja pada setiap pendidikan dan latihan yang dilakukan oleh Pemerintah sepanjang menyangkut bidang kegiatannya.

C. Pemutusan Hubungan Kerja

Pada setiap terjadinya pemutusan hubungan kerja karyawan harus diperlakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

D. Kesejahteraan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja 1. Fasilitas Pengobatan

a. PERUSAHAAN Harus mendirikan klinik dengan kapasitas minimum 6 (enam) tempat tidur lengakap dengan tenaga medis yang cukup dan bekerja penuh untuk PERUSAHAAN.

b. PERUSAHAAN Harus menyediakan pelayanan pengobatan kepada seluruh karyawannya dan anak istrinya.

c. Anggota masyarakat setempat walaupun bukan karyawan PERUSAHAAN dapat turut menggunakan fasilitas klinik tersebut dengan biaya seringan mungkin.

d. PERUSAHAAN Harus menyediakan pos-pos pertolongan pertama pada tempat-tempat yang diperlukan.

2. Tempat Tinggal Karyawan dan Kegiatan Logging.

Dalam pelaksanaan pembangunan Base Camp, PERUSAHAAN harus memenuhi ketentuan:

a. Pembangunan rumah/barak untuk karyawan harus memenuhi kelayakan ruang tempat yang sehat.

b. Penggunaan lahan hutan untuk pembangunan Base Camp harus sesuai dengan kebutuhan.

c. Pembangunan...

(13)

c. Pembangunan Base Camp di areal hak pengusahaan hutan lain, harus ada persetujuan tertulis dari pemegang hak pengusahaan yang bersangkutan.

KETENTUAN VI : LAIN - LAIN

A. Perubahan Luas Areal Kerja

Perubahan luas areal kerja dimungkinkan dan pelaksanaannya disesuaikan dengan perundang-undangan yang berlaku.

B. Hak-Hak Lain

PERUSAHAAN tidak mempunyai hak-hak lain selain apa yang tercantum di dalam Keputusan Izin pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam dan kelengkapannya. Hak-hak lain yang dimaksud adalah meliputi hak pengolahan atas tanah hutan, hak-hak atas mineral, minyak bumi, gas alam, bahan-bahan kimia, batu-batu mulia atau setengah mulia, dan sumber-sumber alam lainnya.

C. Obyek Ilmiah Dan Sejarah

PERUSAHAAN diwajibkan melakukan langkah-langkah yang perlu untuk melindungi obyek-obyek bernilai sejarah dan atau ilmiah dari kerusakan-kerusakan dan adanya penemuan baru kepada pemerintah.

D. Force Majeur

Apabila terjadi hal-hal diluar kemampuan PERUSAHAAN (bencana alam, kerusuhan dll), maka semua akibat yang ditimbulkan oleh kejadian yang dimaksud bukan merupakan tanggung jawab PERUSAHAAN termasuk tidak terlaksananya kewajiban PERUSAHAAN.

KETENTUAN VII : PENGAWASAN DAN PEMBINAAN PEMERINTAH

A. Pemerintah melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap pelaksanaan semua kegiatan usaha pemanfaatan hutan baik mengenai pelaksanaan fisik pemanfaatan hutan maupun semua administrasi/ pembukuan dan surat menyurat mengenai pengelolaan PERUSAHAAN.

B. PERUSAHAAN berkewajiban membantu sarana dan prasarana yang diperlukan oleh aparat Departemen Kehutanan yang ditugasi mengadakan pengawasan dan pembinaan di areal kerja perusahaan.

KETENTUAN VIII : PELANGGARAN/SANKSI A. Pengertian Pelanggaran

Tidak melaksanakan, mentaati dan atau tidak memenuhi persyaratan/kewajiban sebagaimana tercantum dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dan atau Keputusan ini.

B. Pengenaan...

(14)

B. Pengenaan Sanksi

Pelanggaran seperti tersebut pada butir A akan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

KETENTUAN IX : KONSEKUENSI TERHADAP PENCABUTAN DAN/ATAU PENYERAHAN KEMBALI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ALAM A. Kewajiban PERUSAHAAN Setelah Terjadinya Pencabutan

Dalam hal dicabutnya HPH Alam sebagaimana ditetapkan dalam keputusan ini, kepada PERUSAHAAN tetap dibebankan kewajiban-kewajiban sesuai ketentuan perudang-undangan yang berlaku.

B. Hak yang dimiliki pemegang HPH Alam setelah habisnya jangka waktu, penyerahan kembali atau dicabutnya Hak Pengusahaan Hutan.

Setelah berakhirnya masa berlakunya HPH Alam, atau menyerahkan kembali sebelum habis masa berlakunya maka :

1. PERUSAHAAN harus menyerahkan dalam keadaan baik semua benda tidak bergerak seperti base camp, gedung, jalan, jembatan gudang, pelabuhan udara, pelabuhan sungai dan laut, dok dan lain-lain yang telah dibangun oleh PERUSAHAAN kepada Pemerintah tanpa adanya ganti rugi dari Pemerintah.

2. Barang-barang persediaan yang berada didalam gudang dan benda-benda bergerak yang dipergunakan PERUSAHAANsehubungan dengan kegiatan usaha pemnfaatan hutan, tetap menjadi milik PERUSAHAAN.

3. Jika HPH Alam berakhir karena habis waktunya atau karena diserahkan kembali oleh PERUSAHAAN atau karena dicabut oleh Menteri Kehutanan, maka :

3.1. Segala hak yang dimiliki oleh pemegang HPH Alam berakhir.

3.2. Areal hutan yang dibebani HPH Alam kembali kepada Negara.

3.3. Pemegang HPH Alam diwajibkan menyerahkan semua klise dan bahan-bahan serta peta, gambar-gambar ukuran tanah dan sebagainya kepada Departemen Kehutanan dengan tidak menerima ganti rugi.

3.4. Pemegang HPH Alam tetap dibebani/wajib menyelesaikan semua kewajiban-kewajiban yang tercantum dalam Keputusan ini.

4. Dalam...

(15)

4. Dalam hal PERUSAHAAN akan menyerahkan kembali HPH Alam-nya sebelum habis masa berlakunya, maka PERUSAHAAN sebelumnya harus sudah menyelesaikan dan memenuhi semua kewajiban teknis dan finansial sebagaimana tercantum dalam Keputusan ini.

MENTERI KEHUTANAN, Ttd.

Dr. Ir. NUR MAHMUDI ISMA’IL, M.Sc.

Referensi

Dokumen terkait

Dana Reboisasi adalah dana yang dipungut dari pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH), pemegang Hak Pemungutan Hasil Hutan (HPHH) dan Izin Pemanfaatan Kayu

Gunung Gajah Abadi diberikan Perpanjangan I zin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (I UPHHK) Dalam Hutan Alam yang sebelumnya disebut Hak Pengusahaan Hutan (HPH) seluas 81.000 ha

(9) Kepala Dinas Kabupaten/Kota setelah menerima LMHHO lembar kesatu dari pemegang izin, setiap bulan wajib membuat Daftar Laporan Produksi Hasil Hutan Olahan-Kayu (DLPHHO-K)

Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Industri (IUPHHK-HTI) yang sebelumnya disebut Hak Pengusahaan Hutan Tanaman (HPHT) atau Hak Pengusahaan

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 8171/Kpts-II/2002 tentang Kriteria Potensi Hutan Alam pada Hutan Produksi yang Dapat Diberikan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK)

Produksi kayu bulat ini dihasilkan dari hutan alam melalui kegiatan pengusahaan Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan kegiatan Ijin Pemanfaatan Kayu (IPK) dalam rangka pembukaan

Mancaraya Agro Mandiri telah diberikan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) pada Hutan Alam seluas + 99.750 (sembilan puluh sembilan ribu tujuh ratus lima puluh)

(1) Pemegang izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman, atau izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan perdagangan karbon, atau pemegang hak pengelolaan hutan