• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK. 55/Menhut-II/2006

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK. 55/Menhut-II/2006"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN

NOMOR : SK. 55/Menhut-II/2006 TENTANG

PEMBAHARUAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN ALAM PT. MANCARAYA AGRO MANDIRI ATAS AREAL

HUTAN PRODUKSI SELUAS + 97.820 (SEMBILAN PULUH TUJUH RIBU DELAPAN RATUS DUA PULUH) HEKTAR DI PROVINSI IRIAN JAYA BARAT

MENTERI KEHUTANAN,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Keputusan Bupati Sorong Nomor 105 Thaun 2001 tanggal 31

Oktober 2001 kepada PT. Mancaraya Agro Mandiri telah diberikan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) pada Hutan Alam seluas + 99.750 (sembilan puluh sembilan ribu tujuh ratus lima puluh) hektar yang terletak di kelompok hutan S. Sekowa – S. Warmanen, S. Mega – S Warsamson, dan S. Keidut – S Seni, Kabupaten Sorong, untuk jangka waktu 35 (tiga puluh lima) tahun;

b. bahwa dalam rangka memberikan kepastian hukum dan agar pemanfaatan hutan dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka sesuai Pasal 2 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.03/Menhut-II/2005 jo. Nomor P.05/Menhut-II/2006 terhadap IUPHHK pada Hutan Alam atau Hutan Tanaman yang diterbitkan Gubernur atau Bupati/Walikota dilakukan verifikasi;

c. bahwa berdasarkan penilaian TIM Verifikasi yang dibentuk oleh Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan sesuai Keputusan Nomor SK.14/VI-SET/2005 tanggal 18 Maret 2005, direkomendasikan bahwa PT. Mancaraya Agro Mandiri dapat diberikan pengakuan/pelayanan;

d. bahwa berdasarkan hasil telaah Badan Planologi Kehutanan Nomor S.31/VII-Set/Rhs/2006 tanggal 13 Februari 2006, areal tersebut huruf a menjadi seluas + 97.820 (sembailan puluh tujuh delapan ratus dua puluh) hektar, terdiri dari Blok B seluas ± 2.897 (dua ribu delapan ratus sembilan puluh tujuh) hektar, Blok C1 seluas ± 24.857 (dua puluh empat ribu delapan ratus lima puluh tujuh) hektar, Blok C2 seluas ± 21.602 (dua puluh satu ribu enam ratus dua) hektar, dan Blok D seluas ± 48.464 (empat puluh delapan ribu empat ratus enam puluh empat) hektar;

e. bahwa berdasarkan Pasal 8 ayat (3) huruf a Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.03/Menhut-II/2005 jo Nomor P.05/Menhut-II/2006 ditentukan bahwa apabila pemberian IUPHHK pada hutan alam atau hutan tanaman oleh Gubernur atau Bupati/Walikota memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 atau Pasal 6, Menteri menerbitkan Keputusan Pembaharuan IUPHHK pada Hutan Alam atau Hutan Tanaman yang diberikan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota;

f. bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas, dipandang perlu menetapkan Keputusan Menteri Kehutanan tentang Pembaharuan IUPHHK pada Hutan Tanaman PT. Mancaraya Agro Mandiri atas areal hutan produksi seluas + 97.820 (sembilan puluh tujuh ribu delapan ratus dua puluh) hektar di Provinsi Irian Jaya Barat.

(2)

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria;

2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 jo Nomor 12 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri;

3. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang;

4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup;

5. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 jo Nomor 19 Tahun 2004 tentang Kehutanan;

6. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

7. Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 jo Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 1998 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 1998 jo Peraturan Pemerintah Nomor 74

Tahun 1999 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Departemen Kehutanan dan Perkebunan;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom;

12. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan;

13. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2002 tentang Dana Reboisasi;

14. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan; 15. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan; 16. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang

Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia;

17. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia; sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2005;

18. Keputusan Presiden Nomor 187/M tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu;

19. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 4795/Kpts-II/2002 tentang kriteria dan indikator Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari pada Unit Pengelolaan; 20. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 8171/Kpts-II/2002 tentang Kriteria

Potensi Hutan Alam pada Hutan Produksi yang Dapat Diberikan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) pada Hutan Alam;

21. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 6887/Kpts-II/2002 jis Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 10031/Kpts-II/2002 dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 59/Kpts-II/2003 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif atas Pelanggaran izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu, Izin Pemungutan Hasil Hutan, dan Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan.

22. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 16/Kpts-II/2004 tentang Rencana Kerja, Rencana Kerja Lima Tahun, Rencana Kerja Tahunan, dan Bagan Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam.

23. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 124/Kpts-II/2003 jis Nomor SK.445/Kpts-II/2004 dan Nomor SK.450/Menhut-II/2005 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Pengenaan, Pemungutan, Pembayaran Penyetoran Provisi Sumber Daya Hutan; 24. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 126/Kpts-II/2003 jis Nomor

334/Kpts-II/2003 dan Nomor P.18/Menhut-II/2005 tentang Penatausahaan Hasil Hutan; 25. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 128/Kpts-II/2003 jis Nomor

446/Kpts-II/2003 dan Nomor SK.451/Menhut-II/2005 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Pengenaan, Pemungutan, Pembayaran dan Penyetoran Dana Reboisasi;

26. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 149/Kpts-II/2003 tentang Tata Cara Penilaian Kelangsungan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam;

(3)

27. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 150/Kpts-II/2003 tentang Tata Cara Penyerajhan dan Penerimaan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam Sebelum Jangka Waktu Izin Berakhir;

28. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 428/Kpts-II/2003 jo Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.401/Menhut-II/2004 tentang Izin Peralatan untuk Kegiatan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam atau Kegiatan Izin Pemanfaatan Kayu;

29. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.03/Menhut-II/2005 jo Nomor P.05/Menhut-II/2006 tentang Pedoman Verifikasi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam dan atau pada Hutan Tanaman yang Diterbitkan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota;

30. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.13/Menhut-II/2005 jis Nomor P.17/Menhut-II/2005 dan Nomor P.35/Menhut-II/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen;

M E M U T U S K A N : Menetapkan :

KESATU : (1) Memberikan Pembaharuan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) pada Hutan Alam PT. Mancaraya Agro Mandiri atas areal hutan produksi seluas + 97.820 (sembailan puluh tujuh ribu delapan ratus dua puluh) yang terdiri dari Blok B seluas ± 2.897 (dua ribu delapan ratus sembilan puluh tujuh) hektaryang seluruhnya merupakan hutan produksi terbatas, Blok C1 seluas ± 24.857 (dua puluh empat ribu delapan ratus lima puluh tujuh) hektar yang terdiri dari hutan produksi terbatas seluas ± 1.188 (seribu seratus delapan puluh delapan) hektar, hutan produksi tetap seluas ± 2.067 (dua ribu enam puluh tujuh) hektar, dan hutan produksi konversi seluas ± 21.602 (dua puluh satu ribu enam ratus dua) hektar, Blok C2 seluas ± 21.602 (dua puluh satu ribu enam ratus dua) hektar yang seluruhnya merupakan hutan produksi konversi, dan Blok D seluas ± 48.464 (empat puluh delapan ribu empat ratus enam puluh empat) hektar yang terdiri dari hutan produksi terbatas seluas ± 2.268 (dua ribu dua ratus enam puluh delapan) hektar dan hutan produksi tetap seluas ± 46.196 (empat puluh enam ribu seratus sembilan puluh enam) hektar, yang terletak di kelompok hutan S. Sekowa – S. Warmanen, S. Mega – S. Warsamson, dan S. Keidut – S Seni, Kabupaten Sorong, Provinsi Irian Jaya Barat, sebagaimana terlukis pada Peta lampiran keputusan ini.

(2) Areal kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) seluas ± 82.253 (delapan puluh dua ribu dua ratus lima puluh tiga) hektar sisanya merupakan areal tidak berhutan seluas ± 1.400 (seribu empat ratus) hektar dan kawasan perlindungan setempat (sempadan sungai, areal perlindungan plasma nutfah, kebun benih, plot permanen, kawasan penyangga hutan lindung, kawasan perlindungan setempat) seluas 14.167 (empat belas ribu seratus enam puluh tujuh) hektar. (3) Untuk adanya pemantapan kawsan hutan dan menghindari konversi kawasan

hutan menjadi areal penggunaan lain, areal hutan produksi konversi seluas ± 43.204 (empat puluh tiga ribu dua ratus empat) hektar sebagaimana dimaksud pada Blok C1 dan Blok C2 ayat (1) agar segera diupayakan perubahan fungsinya menjadi hutan produksi tetap.

(4) Kawasan lindung (sempadan sungai, areal perlindungan plasma nutfah, kebun benih, plot permanen, kawasan penyangga hutan lindung, kawasan perlindungan setempat) seluas 14.167 (empat belas ribu seratus enam puluh tujuh) hektar, sebagimana dimaksud dalam ayat (1) tidak boleh diekploitasi, namun pengamanannya menjadi tanggung jawab perusahaan, serta harus dikelola sebagai kawasan konservasi sesuai ketentuan yang berlaku.

(4)

KEDUA : Luas dan letak definitif areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada hutan tanaman tersebut Amar KESATU ditetapkan oleh Departemen Kehutanan setelah dilaksanakan penataan batas di lapangan.

KETIGA : PT. Mancaraya Agro Mandiri sebagai pemegang IUPHHK pada Hutan Alam berhak: a. Melakukan kegiatan sesuai dengan izin yang tertuang dalam keputusan ini dan

memperoleh manfaat dari hasil usahanya.

b. Diberikan Jatah Produksi hasil hutan kayu tahunan:

- Etat luas maksimum : 2.346 hektar/tahun

- Etat jumlah batang maksimum : 30.295 batang/tahun

- Etat volume maksimum : 93.317 m3/tahun

KEEMPAT : PT. Mancaraya Agro Mandiri sebagai pemegang IUPHHK pada Hutan Alam harus memenuhi kewajiban-kewajiban sebagai berikut :

1. Membuat dan menyerahkan :

a. Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (RKUPHHK) pada hutan alam untuk seluruh areal kerja selama jangka waktu berlakunya izin, selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak izin diterbitkan;

b. Rencana Kerja Lima Tahun Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (RKL-UPHHK) pada hutan tanaman 3 (tiga) bulan sejak perbaikan RKUPHHK disahkan;

c. Rencana Kerja Tahunan Usaha pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (RKT-UPHHK) pada hutan tanaman sesuai dengan pedoman yang ditetapkan, selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum RKT tahun berjalan;

2. Melakukan :

a. Sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) sesuai lokasi dan jenis tanaman yang dikembangkan;

b. Penatausahaan hasil hutan sesuai ketentuan yang berlaku

c. Penatausahaan keuangan kegiatan usahanya sesuai standar akutansi kehutanan yang berlaku (PSAK 32);

d. Kegiatan secara nyata dan bersungguh-sungguh dalam waktu 180 (seratus delapan puluh) hari sejak izin diterbitkan;

e. Pengukuran dan Pengujian hasil hutan kayu sesuai ketentuan yang berlaku; f. Kerjasama dengan Koperasi masyarakat setempat paling lambat 1 (satu)

tahun sejak izin diterbitkan. Kerjasama dapat berupa penyertaan saham dan atau kerjasama dalam usaha pada segmen kegiatan usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam.

3. Menyediakan dan memasok bahan baku kayu kepada industri primer hasil hutan;

4. Menggunakan peralatan kerja yang jumlah dan atau jenisnya sesuai dengan izin.

5. Melaksanakan :

a. Kegiatan usaha pemanfaatan hasil kayu pada hutan alam dengan kemampuan sendiri., emliputi kegiatan-kegiatan pemanenan atau penebangan, penanaman, pemeliharaan, pengamanan, pengolahan, dan pemasaran hasil hutan kayu, sesuai Rencana Kerja (RK), Rencana Kerja lIma Tahunan (RKL), Rencana Kerja Tahunan (RKT) UPHHK pada hutan alam yang disahkan, serta mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Penataan batas areal kerja paling lambat 3 (tiga) bulan sejak izin

diterbitkan dan diselesaikan dalam waktu 3 (tiga) tahun, selanjutnya ditetapkan sebagai areal kerja definitif;

(5)

c. Permudaan secara alami atau buatan dan pemeliharaan hutan; d. Perlindungan hutan di areal kerjanya dari gangguan keamanan. 6. Membuat dan menyampaikan laporan sesuai ketentuan yang berlaku;

7. Membayar Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) atas hasil hutan kayu yang berasal dari penebangan hutana tanaman atau Provisi Sumber Daya Hutan dan Dana Reboisasi atas hasil hutan yang berasal dari hutan alam (land clearing), sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

8. Mempekerjakan tenaga profesional di bidang kehutanan dan tenaga lain yang memenuhi persyaratan sesuai ketentuan yang berlaku;

9. Membantu pengembangan sosial budaya dan ekonomi (kesejahteraan) masyarakat yang berada di dalam atau sekitar areal kerjanya;

10. Mempelancar petugas yang mengadakan bimbingan, pengawasan dan penelitian;

11. Mematuhi dan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam lampiran keputusan ini dan peraturan perundangan yang berlaku.

KELIMA : (1) IUUPHK pada hutan alam ini tidak dapat dipindahtangankan kepada pihak lain tanpa persetujuan Menteri Kehutanan.

(2) Pemegang IUPHHK pada hutan alam dilarang mengkontrakkan atau

menyerahkan seluruh atau sebagian usahanya kepada pihak lain tanpa persetujuan tertulis dari Menteri kehutanan.

KEENAM : (1) IUPHHK pada hutan tanaman tidak merupakan hak kepemilikan atas kawasan hutan.

(2) Areal hutan yang dibebani IUPHHK pada hutan alam ini, tidak dapat dijadikan jaminan atau dijaminkan kepada pihak lain.

(3) Tanaman yang dihasilkan dari izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman ini merupakan aset pemegang izin yang dapat dijadikan agunan sepanjang izin masih berlaku.

KETUJUH : (1) Apabila di dalam areal IUPHHK pada hutan alam terdapat lahan yang telah menjadi tanah milik, perkampungan, tegalan, persawahan atau telah diduduki dan digarap oleh pihak ketiga, maka lahan tersebut dikeluarkan dari areal kerja IUPHHK pada hutan alam.

(2) Apabila lahan tersebut pada ayat 1 (satu) dikehendaki untuk dijadikan areal IUPHHK pada hutan alam, maka penyelesaiannya dilakukan oleh PT. Mancaraya agro Mandiri dengan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

KEDELAPAN : (1) Minimal setiap 3 (tiga) tahun IUPHHK pada hutan alam ini diadakan penilaian untuk mengetahui kemampuan pengelolaannya sesuai ketentuan yang berlaku. (2) Pemegang IUPHHK pada hutan tanaman ini akan dikenakan sanksi apabila

melanggar ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

KESEMBILAN : Sebelum IUPHHK pada Hutan Tanaman ini diserahkan oleh Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan, PT. Riau Indo Agropalma wajib membayar lunas Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan pada hutan tanaman yang terhutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

KESEPULUH : Dalam PT. Riau Indo Agropalma sampai dengan batas waktu yang ditentukan tidak dapat membayar Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan sebagaimana dimaksud pada Amar KESEMBILAN, maka IUPHHK pada Hutan Tanaman ini tidak diserahkan dan ditarik kembali.

(6)

KESEBELAS : Keputusan ini dan lampiran-lampirannya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

KEDUABELAS : Dengan ditetapkannya Keputusan ini, maka Keputusan Bupati Sorong Nomor 105 Tahun 2001 tanggal 31 Oktober 2001 dinyatakan tidak berlaku lagi.

KETIGABELAS : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan untuk jangka waktu 35 (tiga puluh lima) tahun sejak tanggal 31 Oktober 2001, kecuali apabila diserahkan kembali oleh pemegang izin atau dicabut oleh Menteri Kehutanan.

Ditetapkan di : J A K A R T A Pada tanggal : 14 Maret 2006 Salinan sesuai dengan aslinya MENTERI KEHUTANAN, Kepala Biro Hukum dan Organisasi,

Ttd. TTD

Suparno, SH. H. M.S. KABAN, SE., M.Si. NIP. 080068472

Salinan Keputusan ini disampaikan Kepada Yth. : 1. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; 2. Menteri Dalam Negeri;

3. Menteri Keuangan; 4. Menteri Perdagangan; 5. Menteri Perindustrian;

6. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi; 7. Menteri Tenaga Kerja dan Sumberdaya Mineral; 8. Kepala Badan Pertanahan Nasional

9. Pejabat Eselon I Lingkup Departemen Kehutanan; 10. Gubernur Irian Jaya;

11. Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional IV; 12. Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Irian Jaya;

13. Bupati Sorong;

14. Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Sorong; 15. Direktur Utama PT. Mancaraya Agro Industri.

Referensi

Dokumen terkait

Dari pendapat di atas menjelaskan bahwa kondisi kerja yang baik dan menyenangkan akan memberikan dampak yang baik terhadap kinerja, karena dengan kondisi

Pada sistem ini terdapat MPPT dengan menggunakan metode P&O untuk mencari titik daya maksimum dari sistem turbin angin dan kontrol inverter menggunakan

Visi dan misi tribun Pekanbaru menjadi agen perubahan dalam membangun komunitas yang lebih harmonis, toLeran, aman, dan sejahtra mempertahankan teribun sebagai salah

Untuk kasus volatilitas deterministik, Lagrangian forward rates yang diberikan oleh persamaan (3) adalah kuadratis, dan kemudian kondisi tanpa kehadiran arbitrase dapat

Untuk produk-produk yang memerlukan biaya cukup besar dilakukan pemilihan proses yang tepat dan efisien, mengingat cairan fermentasi merupakan campuran yang

Dalam predicate calculus di atas, pengetahuan yang tersirat adalah : Jika dua orang pria menyukai wanita yang sama, maka kedua pria itu pasti tidak saling suka (saling membenci)....

Hal ini menggambarkan bahwa peningkatan orientasi etika dan pengalaman akuntan akan berpengaruh secara bersama-sama terhadap persepsi tidak etis akuntan tentang

Salah satu pengelompokan jenis saham adalah pengelompokan saham syariah, yaitu saham dari perusahaan-perusahaan yang dalam operasionalnya tidak bertentangan dengan