• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH ORIENTASI ETIKA DAN PENGALAMAN AKUNTAN TERHADAP MANAJEMEN LABA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH ORIENTASI ETIKA DAN PENGALAMAN AKUNTAN TERHADAP MANAJEMEN LABA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH ORIENTASI ETIKA DAN PENGALAMAN AKUNTAN TERHADAP MANAJEMEN LABA

THE INFLUENCE OF ORIENTATION OF ETHICS AND

EXPERIENCE OF ACCOUNTANTS TO THE MANAGEMENT OF INCOME

Kamaruddin¹ , Abd Hamid² , Tawakkal²

¹Jurusan Akuntansi, STIE YPUP Makassar

²Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanuddin

Alamat korespondensi :

Fakultas Ekonomi

Universitas Hasanuddin Makassar JL Perintis Kemerdekaan KM 10

(2)

2 ABSTRAK

Manajemen laba yang banyak dilakukan selama ini dianggap legal, artinya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum, manajemen laba cenderung berbeda antara kelompok individu, perbedaan tersebut dipengaruhi oleh karakter individu seseorang dan karakter lingkungan seseorang, orientasi etika dan pengalaman merupakan karakter individu yang diidentifikasi dapat mempengaruhi persepsi seseorang dalam penilaian etika. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh orientasi etika dan pengalaman akuntan terhadap persepsi etis tentang praktik manajemen laba. Penelitian ini dilakukan pada para akuntan yang bekerja di Makassar, jenis penelitian ini menggunakan causalitas study, data diperoleh melalui penyebaran kuesioner, selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orientasi etika berpengaruh positif signifikan terhadap persepsi tidak etis tentang praktik manajemen laba, pengalaman akuntan berpengaruh positif signifikan terhadap persepsi tidak etis tentang praktik manajemen laba, orientasi etika dan pengalaman akuntan berpengaruh signifikan terhadap persepsi tidak etis tentang praktik manajemen laba.

Kata kunci : Orientasi Etika, Pengalaman Akuntan, Manajemen Laba

ABSTRACT

Earnings management is mostly done so far is legal, that does not conflict with accounting principles generally acceptable, earnings management tends to differ between groups of individuals, the difference is influenced by a person's individual character and the character's environment, ethical orientation and experience an individual character identified can affect one's perception of the ethical judgment. The study aimed to analyze the influence of ethical orientation and ethical perceptions of accounting experience to the practice of earnings management. The research was conducted on accountants who work in Makassar. This type of research uses causalitas stud, data obtained through the questionnaire distribution, then the data were analyzed using multiple linear regression analysis. The results showed that ethical orientation significant positive effect on perceptions of unethical practice of earnings management, accountant experience significant positive effect on perceptions of unethical practice of earnings management, orientation ethics and accounting experience significant effect on perceptions of unethical practice of earnings management.

(3)

3 PENDAHULUAN

Berbagai penelitian tentang persepsi praktik manajemen laba telah cukup banyak dilakukan. Fischer dkk, (1995), Arlene (2005) menyebutkan bahwa banyak manager yang menganggap earnings management sebagai tindakan yang wajar dan etis serta merupakan alat sah manajer dalam melaksanakan tanggung jawabnya untuk mendapatkan return perusahaan. Menurut Merchant dkk, (1994), manajemen laba yang banyak dilakukan selama ini dianggap legal, artinya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum. Menurutnya, ethical judgement terhadap earnings management cenderung berbeda antara kelompok individu. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh karakter individu seseorang dan karakter lingkungan seseorang. Perbedaan penilaian tentang praktik manajemen laba semakin menegaskan bahwa ada faktor-faktor yang secara tidak sengaja dan tidak diketahui menstimulus perilaku mereka terhadap isu-isu etika. Orientasi etika merupakan salah satu faktor individu (karakter individu) yang diidentifikasi dapat mempengaruhi persepsi seseorang dalam penilaian etika. Orientasi etika (ethical orientation atau ethical ideology) adalah suatu konsep diri dan perilaku pribadi yang berhubungan dengan individu dalam diri seseorang dan menunjukkan bahwa individu mengadopsi ideologi tentang etika yang sangat mempengaruhi bagaimana persepsi mereka tentang permasalahan etika, Sasongko, dkk (2007). Selain orientasi etika, pengalaman juga diduga dapat mempengaruhi persepsi etis seseorang terhadap suatu masalah etika. Dempsey, dkk (1993) dalam Sasongko (2007) menunjukkan bahwa faktor-faktor lingkungan seperti budaya, industri, organisasi dan pengalaman seseorang mempengaruhi persepsi terhadap keberadaan etis problem, alternatif-alternatif tindakan dan konsekuensi-konsekuensinya. Pengalaman mempunyai arti penting dalam upaya perkembangan tingkah laku dan sikap seorang akuntan. Hal tersebut dibuktikan oleh adanya penelitian yang dilakukan oleh Larkin (2000) dalam Sasongko dkk (2007) bahwa akuntan yang berpengalaman cenderung lebih konservatif dalam menghadapi situasi dilema etika.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Baharudin, dkk (2004), mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi profesi akuntan terhadap praktik earning management, hasilnya menunjukkan bahwa terdapat peranan positif dari orientasi etika individu terhadap persepsi tentang perilaku moral praktik earnings management. Individu yang memiliki orientasi etika dengan idealisme tinggi akan menilai praktik earning management lebih keras yang berarti menganggap bahwa praktik earning management adalah tindakan yang tidak etis. Ziegenfuss, dkk (2000) dalam Sasongko (2007) melakukan penelitian tentang persepsi etis dan nilai-nilai individu terhadap anggota Institute of Internal Auditor. Hasilnya

(4)

4 menyatakan bahwa orientasi etika internal auditor mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku pengambilan keputusan etis. Internal auditor dengan skor idealisme yang tinggi akan cenderung membuat keputusan yang secara absolut lebih bermoral (favor moral absolute) dan sebaliknya. Sasongko dkk (2007) dalam penelitiannya mengenai pengaruh pengalaman audit, komitmen profesional, orientasi etika dan nilai etika organisasi terhadap pengambilan keputusan etis internal auditor dalam situasi dilema etika. Hasilnya menunjukkan bahwa baik secara individual maupun secara simultan komitmen professional, orientasi etika dan nilai etika organisasi berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan etis internal auditor dalam situasi dilema etika, tetapi untuk variabel pengalaman audit tidak berpengaruh. Nilai etika organisasi pada sebuah organisasi secara positif mempunyai pengaruh terhadap orientasi etika seorang internal auditor. Sebuah organisasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika akan membawa seorang internal auditor kepada orientasi etika yang menjunjung tinggi pula nilai-nilai idealisme dan selalu memegang teguh sesuai dengan aturan yang berlaku. Untuk hubungan antara orientasi etika dengan pengambilan keputusan etis juga menunjukkan hasil yang positif yaitu bahwa orientasi etika seorang internal auditor akan berpengaruh secara positif terhadap keputusan yang diambil dalam situasi dilema etika. Hal ini seiring dengan penelitian yang dilakukan oleh Sasongko dkk, (2007) yang menyatakan orientasi etika seseorang akan berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan etis. Menurut Zarkasyi dkk (2009) dalam studi statistik deskriptifnya mengenai pentingnya ethical orientation bagi akuntan publik, menunjukkan bahwa orientasi etika yang tinggi akan mempengaruhi pada pengambilan keputusan yang professional. Sehingga seorang akuntan dituntut untuk memiliki orientasi etika yang tinggi dalam menjalankan profesinya. Berdasarkan hal tersebut, maka keterkaitan antara orientasi etika dengan persepsi etis manajemen laba dapat dirumuskan dalam hipotesis sebagai berikut: H1: Orientasi etika berpengaruh positif terhadap persepsi tidak etis akuntan tentang praktik

manajemen laba.

Menurut Dempsey dkk, (1993) dalam Sasongko dkk (2007), pengalaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi persepsi individu tentang keberadaan masalah etika. Manajemen laba merupakan salah satu contoh permasalahan etika yang kontroversial, dimana disatu sisi tindakan ini tidak melanggar prinsip-prinsip akuntansi tapi disisi lain tindakan ini melanggar etika bisnis karena dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan apabila digunakan untuk pengambilan keputusan oleh pihak ekstenal. Larkin (2000), Kidwell, dkk (2005) dan Glover dkk (2003) dalam Sasongko dkk (2007)

(5)

5 dalam penelitiannya masing-masing menunjukkan hasil yang sama bahwa pengalaman mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengambilan keputusan etis. Artinya bahwa dengan pengalaman seseorang mampu mempertimbangkan secara lebih konservatif keputusan-keputusan etis yang akan diambilnya. Sedangkan Sasongko dkk (2007) menunjukkan hasil yang berbeda, dalam penelitiannya tidak ditemukan pengaruh pengalaman audit baik dalam hubungannya dengan komitmen professional maupun terhadap pengambilan keputusan etis. Kusumastuti (2008) menunjukkan menunjukkan hasil yang sama dengan Sasongko dkk (2007) bahwa secara parsial pengalamaan berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap pengambilan keputusan etis auditor. Artinya semakin banyak pengalaman tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan etis auditor yang dibuat. Dalam pengambilan keputusan etis auditor, pengambilan keputusan tidak cukup hanya dengan pengalaman saja tetapi faktor lain yang harus diperhatikan seperti sikap, kebiasan dan budaya individu. Namun secara simultan, pengalaman bersama-sama komitmen professional, etika organisasi dan gender berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengambilan keputusan etis auditor berdasarkan hasil. Profesi akuntan merupakan profesi yang sering mengalami masalah-masalah etika bisnis termasuk masalah manajemen laba. Akuntan yang memiliki pengetahuan yang tinggi serta pengalaman yang matang mampu menilai setiap masalah etika yang sedang dihadapinya dengan kritis, begitu juga dengan praktik manajemen laba yang menimbulkan dampak merugikan bagi pihak lain. Semakin berpengalaman seorang akuntan maka akan semakin etis keputusan yang diambilnya terhadap masalah etika. Berdasarkan hal tersebut, keterkaitan antara pengalaman akuntan dengan persepsi etis tentang praktik manajemen laba dapat dirumuskan dengan hipotesis sebagai berikut:

H2: Pengalaman akuntan berpengaruh positif terhadap persepsi tidak etis akuntan tentang

praktik manajemen laba.

Orientasi etika merupakan suatu konsep diri dan perilaku pribadi yang berhubungan dengan individu dalam diri seseorang. Konsep orientasi etika ini menunjukkan bahwa individu mengadopsi ideologi tentang etika yang sangat mempengaruhi persepsi mereka tentang permasalahan etika termasuk masalah praktik manajemen laba yang merupakan masalah pelanggaran etika bisnis Sasongko dkk, (2007). Adanya penilaian tentang persepsi etis praktik manajemen laba tidak terlepas dari peran individu yang memberikan persepsi tersebut. Selain konsep dalam diri setiap individu, persepsi seseorang terhadap suatu masalah

(6)

6 juga dipengaruhi oleh faktor luar salah satunya adalah pengalaman. Akuntan yang memiliki pengalaman yang matang akan mampu menilai setiap masalah etika termasuk juga manajemen laba dengan kritis dengan mempertimbangkan dampak kerugian atau berdasarkan pengalaman sebagai seorang akuntan yang didapat selama bekerja dalam bidang akuntansi atau bisnis. Dengan demikian maka hipotesis yang ketiga dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

H3: Orientasi etika dan pengalaman akuntan secara simultan berpengaruh positif terhadap

persepsi tidak etis akuntan tentang praktik manajemen laba.

Penelitian ini bertujuan untuk untuk menguji apakah orientasi etika berpengaruh positif terhadap persepsi tidak etis akuntan tentang praktik manajemen laba, apakah pengalaman akuntan berpengaruh positif terhadap persepsi tidak etis akuntan tentang praktik manajemen laba dan apakah orientasi etika dan pengalaman akuntan secara simultan berpengaruh positif terhadap persepsi tidak etis akuntan tentang praktik manajemen laba.

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan desain penelitian

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Arlene (2005). Penelitian ini dilakukan pada para akuntan yang bekerja di Makassar.

Variabel penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalag orientasi etika dan pengalaman akuntan terhadap persepsi etis tentang praktik manajemen laba.

Pengumpulan data

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu teknik pengumpulan data atas dasar strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi semata.

Analisis data

Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda (multiple linear regression) dengan bantuan SPSS 17.0 For windows. Hasil penelitian berupa analisis statistik deksriptif dan teknik pengujian hipotesis.

HASIL PENELITIAN

Analisis Regresi Berganda

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik regresi. Hasil pengolahan data menunjukan persamaan regresi linear berganda sebagai berikut :

(7)

7 Y = 0,505 + 0,177 X1 + 0,256 X2

Uji Statistik

Untuk menguji hipotesis pada penelitian ini digunakan statistik t dan statistik F. Uji statistik t digunakan untuk menguji signifikansi secara parsial yaitu masing-masing variabel independen berpengaruh signifikan ataukah tidak terhadap variabel dependen pada tingkat signifikansi α=5 persen. Uji statistik F digunakan untuk menguji signifikansi secarasimultan yaitu secara bersama-sama apakah variabel independen (orientasi etika, dan pengalaman akuntan ) berpengaruh signifikan ataukah tidak terhadap manajemen laba pada akuntan public dan akuntan manajemen pada tingkat signifikansi α= 5 persen.

Uji F (Uji Simultan)

Pengujian secara simultan (uji F), dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel orientasi etika, dan pengalaman akuntan secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Berdasarkan uji simultan didapatkan nilai F statistik sebesar 51,582 dengan nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05, maka dapat diketahui bahwa secara simultan ada pengaruh signifikan antara orientasi etika, dan pengalaman akuntan terhadap manajemen laba pada akuntan public dan akuntan manajemen di Makassar.

Uji t (Uji Parsial)

Pengujian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel bebas (orientasi etika, dan pengalaman akuntan) berpengaruh signifikan ataukah tidak terhadap manajemen laba pada akuntan public dan akuntan manajemen di Makassar pada tingkat signifikansi α=5 persen secara terpisah atau parsial. Berdasarkan uji parsial dapat disimpulkan sebagai bahwa; pengaruh orientasi etika terhadap manajemen laba pada akuntan public dan akuntan manajemen berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, maka disimpulkan H1 diterima, artinya orientasi etika berpengaruh positif terhadap persepsi tidak etis akuntan tentang manajemen laba pada akuntan public dan manajemen di Makassar. Pengaruh pengalaman akuntan terhadap manajemen laba pada akuntan public dan akuntan manajemen berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, maka disimpulkan H2 diterima, artinya pengalaman akuntan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap persepsi tidak etis akuntan tentang manajemen laba pada akuntan public dan manajemen di Makassar.

Koefisien Determinasi (R2)

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien determinasi adjusted (R2) pada akuntan di Makassar sebesar 0,412. Hal ini menunjukkan bahwa besar pengaruh variabel independen yaitu orientasi etika dan pengalaman akuntan terhadap variabel

(8)

8 dependen persepsi tidak etis akuntan tentang praktik manajemen laba yang dapat diterangkan oleh model persamaan ini sebesar 41,20% sedangkan sisanya sebesar 58,80% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar penelitian.

PEMBAHASAN

Penelitian ini menunjukkan bahwa sesuai hipotesis 1 orientasi etika berpengaruh positif signifikan terhadap persepsi tidak etis tentang praktik manajemen laba. Hal itu berarti membuktikan secara empiris bahwa orientasi etika merupakan faktor yang mempengaruhi persepsi etis atau penilaian moral seorang akuntan tentang praktik manajemen laba. Akuntan yang memiliki orientasi etika yang tinggi akan menilai praktik manajemen laba lebih keras yang berarti menganggap bahwa praktik earning management adalah tindakan yang tidak etis. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ziegenfuss dkk (2000), Baharudin dkk (2004), dan Sasongko dkk (2007).

Hasil uji hipotesis 2 menunjukkan bahwa pengalaman akuntan berpengaruh positif signifikan terhadap persepsi tidak etis akuntan tentang praktik manajemen laba. Profesi akuntan merupakan profesi yang sering mengalami masalah-masalah etika bisnis termasuk masalah manajemen laba. Akuntan yang memiliki pengetahuan yang tinggi serta pengalaman yang matang akan mampu menilai setiap masalah etika yang sedang dihadapinya dengan kritis, begitu juga dengan praktik manajemen laba yang menimbulkan dampak merugikan bagi pihak lain. Sehingga semakin berpengalaman seorang akuntan maka akan semakin etis keputusan yang diambilnya terhadap masalah etika. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Larkin (2000), Kidwell dkk, (2005) dan Glover dkk (2003). Tetapi tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusumastuti (2008) dan Sasongko dkk (2007).

Hasil uji hipotesis 3 menunjukkan bahwa orientasi etika dan pengalaman akuntan berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap persepsi tidak etis akuntan tentang praktik manajemen laba. Hal itu membuktikan bahawa semakin tinggi orientasi etika dan pengalaman akuntan akan sangat mempengaruhi penilaian etika atau persepsi etis seorang akuntan terhadap suatu masalah praktik manajemen laba. Orientasi etika merupakan konsep diri yang harus dimiliki oleh setiap akuntan sebagai pihak independen yang dipercaya oleh masyarakat sedangkan pengalaman merupakan faktor luar yang mampu mempengaruhi persepsi seorang akuntan mengenai etis tidaknya suatu praktik atau tindakan manajemen laba. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusumastuti (2008) dan Sasongko dkk (2007).

(9)

9 Hasil penelitian ini juga membuktikan pernyataan yang dikemukakan oleh Merchant dkk (1994), hal ini sejalan dengan penelitian Lontoh dkk (2004) yang menyatakan bahwa ethical judgment terhadap earnings management cenderung berbeda antara kelompok individu, dimana perbedaan tersebut dipengaruhi oleh karakter individu seseorang dan karakter lingkungan seseorang. Dalam penelitian ini dibuktikan oleh faktor orientasi etika sebagai faktor dalam (karakter seseorang) sedangkan pengalaman akuntan merupakan faktor lingkungan seseorang.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa Orientasi etika berpengaruh positif signifikan terhadap persepsi tidak etis akuntan tentang praktik manajemen laba. Hal ini menggambarkan bahwa peningkatan orientasi etika pada akuntan akan berdampak pada pengambilan keputusan yang professional sehingga akan meningkatkan persepsi tidak etis akuntan tentang praktik manajemen laba. Pengalaman Akuntan berpengaruh positif signifikan terhadap persepsi tidak etis akuntan tentang praktik manajemen laba. Hal ini menggambarkan bahwa peningkatan pengalaman akuntan berdampak pada peningkatan kemampuan akuntan untuk mempertimbangkan secara lebih konservatif keputusan-keputusan etis yang akan diambilnya. Orientasi etika dan pengalaman akuntan berpengaruh signifikan terhadap persepsi tidak etis tentang praktik manajemen laba. Hal ini menggambarkan bahwa peningkatan orientasi etika dan pengalaman akuntan akan berpengaruh secara bersama-sama terhadap persepsi tidak etis akuntan tentang praktik manajemen laba dalam artian bahwa peningkatan orientasi akuntan dengan mengadopsi ideology tentang etika dan peningkatan pengalaman yang membuat akuntan matang sehingga mampu menilai setiap masalah etika dan manajemen laba dengan kritis. Untuk penelitian mendatang, sebaiknya menambah variabel independen atau variabel moderating guna mengetahui variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi dan memperkuat atau memperlemah variabel dependen karena berdasarkan uji determinasi bahwa variabel persepsi etis tentang praktik manajemen laba sebesar 48,8% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diikutsertakan dalam model penelitian. Oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk memasukan faktor-faktor seperti nilai etika organisasi, gender dan komitmen terhadap profesi kedalam model penelitian ini.

(10)

10 DAFTAR PUSTAKA

Arlene (2005) “Persepsi Mahasiswa Akuntansi terhadap Manajemen Laba”, Tesis Pasacasarjana, UI. Depok.

Baharudin, Ishar dan Heru Satyanugraha (2004) ”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Profesi Akuntan Terhadap Praktik Earnings Management”, Media Riset Akuntansi, Audit, dan Informasi Vol.4 No.1 hal.22,

Dempsey, Stephen J., Herbert G. Hunt III, and Nicholas W Schroeder, (1993), “Earning Management and Corporate Ownership Structure: An Examination of Extraordinary Item Reporting, Journal of Business Finance & Accounting, 20(4), June, pp 479-500.

Fischer, Marilyn, dan K. Rosenzweig, (1995), Attitudes of Students and Accounting Practitioners Concerning the Ethical Acceptability of Earnings Management, Journal of Business Ethics 14: 433-444.

Glover, Arya AJ, dan Sunder, (2003), Ar Unmanaged Earnings Always Better For Shareholders?. Accounting Horizon (Suplement).

Kusumastuti, Rika Dewi, (2008) ” Pengaruh Pengalaman, Komitmen Profesional, Etika Organisasi, Dan Gender Terhadap Pengambilan Keputusan Etis Auditor”, Skripsi FEIS UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Kidwell, David S, David W. Balck Well, David A. Whidbee and Richard L. Peterson., (2005), Financial Institutions, Market and Money, 9th ed., South Western/Part of Thomson Corporation Inc., USA.

Larkin, J. M., (2000). The Ability of Internal Auditors to Identify Ethical Dilemmas. Journal of Business Ethics 23: pp 401-409.

Lontoh, Frederich Oscar L dan Lindarawati, (2004) “Manajemen Laba Dalam Persepsi Etis Akuntan”, Jurnal Widya Manajemen dan Akuntansi Vol.4 No.1 : 1-26.

Merchant, K. A., dan J. Rockness, (1994), The Ethics of Managing Earnings: An Empirical Investigation, Journal of Public Policy: 79-94

Sasongko, Budi, Basuki, dan Hendrayanto (2007) “Internal Audit dan Dilema Etika”, STIE Perbanas, Surabaya.

Zarkasyi, Srihadi W., (2009) “Pentingnya Ethical Orientation Bagi Akuntan Publik: Suatu Studi Deskriptif”, Department of Accounting, Padjadjaran University, Oktober 2009.

Ziegenfuss, D.E, dan Martinson, O.B. (2000), ‘Looking at What Influences Ethical Perception and Judgment, Management Accounting Quarterly, Fall, pp. 41-47 2000, ‘Looking at What Influences Ethical Perception and Judgment, Management Accounting Quarterly, Fall, pp. 41-47

Referensi

Dokumen terkait

belum lama, dan belum melewati masa “remaja“, maka data mining masih diperdebatkan posisi bidang pengetahuan. yang

Orientasi perkembangan menekankan pada enam langkah dalam proses berikut :(a) terkumpulnya individu- individu yang memiliki minat yang sama terhadap suatu profesi, (b)

Pembuatan aplikasi ini dimaksudkan untuk memperluas pengetahuan masyarakat tentang jenis budaya yang ada di tiap provinsi dengan membuat suatu aplikasi android sebagai

Dari hasil perhitungan dapat dibuktikan bahwa waktu siklus dalam kondisi eksisting simpang Mitra Batik mempunyai kinerja yang tidak baik. Kinerja tersebut dapat

The Host shall organize a commercial exhibition in conjunction with the Congress, which should be open free-of-charge to all Congress participants for a duration of #include no.

Skripsi dengan judul &#34;Kompetensi Profesional Guru PAI Dalam Penggunaan Media Pembelajaran Di SMPN I Besuki Tulungagung&#34; yang ditulis oleh Antin Wahyuningsih, NIM

Suatu perbuatan yang menyalahi atau menyimpang dari ketentuan peraturan yang ada dapat dikenai sanksi administrasi saja, sanksi pidana saja atau sanksi administrasi dan

Dengan begitu, keyakinan akan eksistensi Islam sebagai agama hingga akhir zaman meski dalam fase hidup yang telah memasuki era yang mutakhir, akan terus tertanam dalam benak