• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIMENSI KEADILAN PAJAK TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIMENSI KEADILAN PAJAK TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIMENSI KEADILAN

PAJAK TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN

Yudianto Chokdiansa, Maya Safira Dewi, SE Ak. M.Si

Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon jeruk raya No.27, (021) 53696969, phandy.chandra@yahoo.co.id

ABSTRACT

This study aims to examine the impact of tax fairness dimensions on behavior and payment accuracy in reporting the Taxpayer ( WP Agency ) . Richardson revealed that tax fairness is a multi-dimensional problems and issues that have an impact on the national culture of tax compliance behavior . The study was conducted by questionnaire survey on the people who are reporting and paying the tax period which is considered to represent WP at the Agency in the management of corporate taxes . Analysis of partial least squares ( PLS ) is used to identify the dimensions of tax fairness ( justice general , the exchange with the government , private interests , special provisions , and the structure of tax rates ) that have a significant effect on tax compliance behavior . The results showed that all dimensions of tax fairness statistically significant effect on the behavior of tax compliance . National culture and the level of tax knowledge to explain differences in the results of the study with the results of previous studies .

Kata Kunci: taxes, tax fairness dimensions, tax compliance behavior.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dampak dimensi-dimensi keadilan pajak pada perilaku ketepatan dalam pembayaran dan pelaporan Wajib Pajak Badan (WP Badan). Richardson mengungkapkan bahwa keadilan pajak merupakan masalah multidimensional dan masalah budaya nasional yang berdampak pada perilaku kepatuhan pajak. Penelitian dilakukan dengan metode survei kuesioner pada orang-orang yang sedang melapor maupun membayar pajak masa yang dianggap mewakili WP Badan dalam pengelolaan pajak di perusahaan. Analisis partial least square (PLS) digunakan untuk mengidentifikasi dimensi keadilan pajak (keadilan umum, pertukaran dengan pemerintah, kepentingan pribadi, ketentuan-ketentuan khusus, dan struktur tarif pajak) yang berpengaruh signifikan pada perilaku kepatuhan pajak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh dimensi keadilan pajak berpengaruh signifikan secara statistik terhadap perilaku kepatuhan pajak.

Budaya nasional dan tingkat pengetahuan pajak menjelaskan perbedaan hasil penelitian dengan hasil penelitian sebelumnya.

Kata kunci: pajak, dimensi keadilan pajak, perilaku kepatuhan pajak.

(2)

PENDAHULUAN

Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Hal ini tertuang dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) dimana penerimaan pajak merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar.

Semakin besarnya pengeluaran pemerintah dalam rangka pembiayaan negara menuntut peningkatan penerimaan negara yang salah satunya berasal dari penerimaan pajak. Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak sebagai instansi pemerintahan di bawah Departemen Keuangan sebagai pengelola sistem perpajakan di Indonesia berusaha meningkatkan penerimaan pajak dengan mereformasi pelaksanaan sistem perpajakan yang lebih modern.

Pajak bersifat dinamis dan mengikuti perkembangan kehidupan ekonomi dan sosial sehingga menuntut adanya perbaikan baik secara sistemik maupun operasional. Perbaikan sistem perpajakan berupa penyempurnaan kebijakan dan sistem administrasi perpajakan diharapkan dapat mengoptimalkan potensi perpajakan yang tersedia dengan menjunjung asas keadilan sosial.

Salah satu asas pajak yang harus dipenuhi dalam implementasi pajak adalah masalah keadilan ini. Memang agak sulit merumuskan pengertian adil. Tapi, paling tidak kondisi keadilan tersebut dapat dirasakan oleh kita dalam implementasinya. Penerapan tarif progresif, adanya PTKP, adanya deductible dan non deductible expense dan adanya penyusutan fiscal adalah beberapa contoh implementasi untuk menciptakan keadilan tersebut.

Sayangnya dalam praktek perpajakan, asas keadilan dan asas kesederhanaan ini sering tidak sejalan dan malah bertentangan. Dengan kata lain, jika pajak dibuat sederhana maka aspek keadilan akan terabaikan. Sebaliknya, jika asas keadilan yang diutamakan maka aspek kesederhaan akan terabaikan

Pemerintah beberapa kali telah melakukan reformasi undang-undang perpajakan yang merupakan upaya untuk memperbaiki sistem perpajakan di Indonesia, terutama pajak penghasilan telah mengalami reformasi undang-undang dari tahun 1984, tahun 2000 dan yang terakhir tahun 2008.

Salah satu upayanya yaitu dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 yang merupakan perubahan keempat dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 ini disahkan pada tanggal 23 September 2008 dan mulai berlaku tanggal 1 Januari 2009. Terdapat lima perubahan penting dalam peraturan pajak penghasilan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 yang diantaranya (1) perubahan penghasilan tidak kena pajak; (2) insentif bagi sumbangan wajib keagamaan; (3) insentif bagi perusahaan terbuka di bursa efek; (4) insentif bagi usaha mikro, kecil, dan menengah berupa potongan tariff hingga 50%; serta (5) beberapa poin penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang dapat menjadi objek pajak.

Reformasi tersebut salah satunya bertujuan untuk lebih memudahkan dan menyederhanakan perhitungan pajak, dan pembebanan pajak yang menyesuaikan dengan kondisi wajib pajak. Reformasi dalam perpajakan terus dilakukan pemerintah yang meliputi perumusan dan pembuatan peraturan perundang-undangan dan penyempurnaan administrasi perpajakan yang memudahkan pelayanan bagi wajib pajak.

Tetapi pengesahan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentunya akan menimbulkan reaksi yang beragam dari masyarakat, terutama yang terdaftar sebagai Wajib Pajak, baik Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) maupun Wajib Pajak Badan (WP Badan). Salah satu bentuk reaksi masyarakat dapat dilihat dari perilaku kepatuhan pajak. Perilaku kepatuhan pajak menjadi sesuatu yang sangat penting karena pada saat yang bersamaan akan timbul upaya penghindaran pajak (tax evasion) yang berdampak pada besarnya penerimaan negara dari pajak. Wajib pajak biasanya cenderung untuk menghindari membayar pajak jika mereka menganggap sistem pajak tidak adil. Hal tersebut menunjukkan pentingnya dimensi keadilan pajak sebagai variabel yang mempengaruhi perilaku kepatuhan pembayar pajak.

Christensen dkk. (dalam Azmi dan Perumal, 2008) menyatakan bahwa keadilan sulit didefinisikan karena empat masalah utama: (1) merupakan masalah dimensional, (2) dapat didefinisikan pada tingkat individu maupun pada mayarakat luas, (3) keadilan terkait dengan kompleksitas, dan (4) kurangnya keadilan dapat menjadikan pertimbangan atau menyebabkan ketidakpatuhan.

(3)

Penelitian-penelitian mengenai dampak keadilan pajak terhadap tingkat kepatuhan pajak pada umumnya banyak dilakukan di negara-negara barat, seperti Amerika Serikat dan Australia namun hanya sedikit yang dilakukan di negara-negara Asia, seperti Hong Kong dan Malaysia.

Penelitian-penelitian tersebut umumnya meneliti persepsi individu atas keadilan sistem perpajakan yang mempengaruhi perilaku keadilan pajak yang bersifat kolektivisme atau individualisme.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat behavioral (persepsi) karena penilitian ini berdasarkan opini masing-masing Wajib Pajak Badan mengenai faktor-faktor kepatuhan Wajib Pajak Badan. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana akan dimunculkan beberapa hipotesa yang akan diuji. Dalam pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan metode statistik deskriptif. Dimana dimensi yang diteliti mendalam pada 1 objek saja yaitu wajib pajak Badan yang melapor dan menyetorkan pajak ke Kantor Pelayanan Pajak Kebon Jeruk 2. Dimana dimensi waktu melibatkan satu waktu tertentu dengan sedikit sample. Data yang diperlukan dalam penelitian merupakan data primer dan pengumpulannya dilakukan melalui metode kuisioner.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Keadilan Umum (General Fairness).

Hasil pengujian T-statistic menunjukkan bahwa dimensi keadilan umum secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku kepatuhan pajak. Terlihat dari nilai T-statistic sebesar 1,058

< T-table (1,96). Peningkatan dimensi keadilan umum tidak dapat meningkatkan perilaku kepatuhan pajak namun dapat menjadi tolok ukur yang signifikan. Wajib Pajak Badan menganggap bahwa sistem perpajakan dan pendistribusian pajak secara umum telah adil, namun rasa keadilan ini tidak mempengaruhi perilaku kepatuhan pajaknya.

2. Timbal Balik Pemerintah (Exchange with Government).

Hasil pengujian T-statistic menunjukkan bahwa dimensi timbal balik pemerintah secara statistik berpengaruh signifikan terhadap perilaku kepatuhan pajak. Terlihat dari nilai T-statistic sebesar 2,132 > T-table (1,96). Timbal balik yang diberikan pemerintah sebagai kompensasi pembayaran pajak merupakan timbal balik yang diberikan secara tidak langsung tetapi Wajib Pajak Badan dapat merasakan manfaatnya secara menyeluruh. Nilai manfaat atas timbal balik pemerintah atas pembayaran pajak ini menjadi alasan Wajib Pajak Badan untuk tepat waktu dalam membayar &

melapor pajak.

3. Kepentingan Pribadi (Self-Interest).

Hasil pengujian T-statistic menunjukkan bahwa dimensi kepentingan pribadi secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku kepatuhan pajak. Terlihat dari nilai T-statistic sebesar 0,481 < T-table (1,96). Kepentingan pribadi Wajib Pajak Badan tidak dapat menjadi tolok ukur perilaku kepatuhan pajak. Hal ini dikarenakan meskipun pajak yang mereka bayar lebih tinggi maupun tidak, Wajib Pajak Badan akan tetap membayarkan pajaknya.

4. Ketentuan-ketentuan khusus (Special Provisions).

Hasil pengujian T-statistic menunjukkan bahwa dimensi ketentuan-ketentuan khusus secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku kepatuhan pajak. Terlihat dari nilai T-statistic sebesar 1,326 < T-table (1,96). Adanya ketentuan-ketentuan khusus yang meringankan Wajib Pajak Badan dalam membayarkan pajak tidak mempengaruhi perilaku kepatuhannya dalam membayar pajak. Keputusan Wajib Pajak Badan untuk membayarkan pajaknya secara tepat waktu bukan karena perasaan adil karena adanya keringanan-keringanan tertentu tetapi lebih pada rasa keterikatan mereka pada peraturan yang berlaku.

(4)

5. Struktur Tarif Pajak (Tax Rate Structure).

Hasil pengujian T-statistic menunjukkan bahwa struktur tarif pajak secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku kepatuhan pajak. Terlihat dari nilai T-statistic sebesar 1,125

< T-table (1,96). Perubahan struktur tarif pajak yang berlaku dari tarif proporsional menjadi tarif flat tidak dapat menjadi alasan Wajib Pajak Badan untuk patuh atau tidak dalam membayar pajak. Baik tarif pajak dikenakan secara proporsional maupun flat, Wajib Pajak Badan akan tetap membayarkan pajaknya.

SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, setelah melalui tahap pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan yang terakhir interpretasi hasil analisis mengenai dampak dimensi keadilan pajak pada perilaku kepatuhan Wajib Pajak Badan, maka dihasilkan kesimpulan bahwa dimensi keadilan pajak tidak berpengaruh signifikan pada perilaku kepatuhan Wajib Pajak Badan.

Kesimpulan ini berbeda dengan hasil penelitian-penelitian terdahulu yang mengungkapkan bahwa dimensi keadilan pajak merupakan variabel non ekonomi kunci yang mempengaruhi perilaku kepatuhan pajak. Alasan yang mungkin dapat menjelaskan persamaan hasil penelitian dan terbuktinya hipotesis penelitian adalah adanya persamaan dimensi budaya nasional dengan penelitian sebelumnya.

Indonesia yang memiliki peringkat penghindaran ketidakpastian yang tinggi diidentifikasi sebagai negara yang sangat berorientasi pada sistem hukum yang berlaku. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan lebih dipengaruhi oleh ketatnya sistem perpajakan yang berlaku diiringi persepsi mereka mengenai keadilan perpajakan. Dengan kata lain, adil atau tidaknya sistem perpajakan yang berlaku mempengaruhi tingkat kepatuhan pajak Wajib Pajak. Selain itu, pengetahuan Wajib Pajak mengenai perpajakan sangat terbatas yang dikarenakan peraturan-peraturan yang kompleks dan beberapa peraturan baru yang perubahannya belum dirasakan oleh Wajib Pajak.

Dan ada pula beberapa faktor lainnya yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan, antara lain: pemahaman terhadap self assessment system, kualitas pelayanan, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, persepsi wajib pajak terhadap sanksi perpajakan.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang didapat yang ada dalam penelitian ini, maka saran untuk penelitian:

1. Menginformasikan kepada KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu untuk lebih memfokuskan faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak Badan pada dimensi Pertukaran dengan Pemerintah.

2. Lebih meningkatkan kapasitas terhadap dimensi-dimensi yang lain seperti Keadilan Umum, Kepentingan Pribadi, Ketentuan-ketentuan Khusus, dan Struktur Tarif Pajak.

3. Lebih meningkatkan mutu dan kualitas dalam melayani Wajib Pajak baik Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan.

REFERENSI

Azmi, Anna A. Che and Kamala A. Perumal. 2008. “Tax Fairness Dimensions in an Asian Context:

The Malaysian Perspective”, International Review of Business Research Papers, Vol. 4 No.5 October- November 2008 Pp.11-19. Diakses dari http://google.co.id/

Cinderano, Manik. n.d. Tipologi Budaya. Diakses dari http://google.co.id/

(5)

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.

Semarang: Badan Penerbit Universtas Diponegoro

Ghozali, Imam. 2008. Structural Equation Modeling: Metode Alternatif dengan Partial Least Square.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Hotfstede, Geert n.d “Dimensions of National Cultures” Diakses dari http://geerthofstede.com/

Hofstede, Geert. n.d. “Dimensions of National Cultures”, Diakses dari http://geert- hofstede.com/

Itim International. n.d. “Geert Hofstede TM Cultural Dimensions”, Diakses dari http://geerthofstede.com/

Japarianto, Edwin. 2006. “Budaya dan Behavior Intention Mahasiswa Dalam menilai Service Quality

Universitas Kristen Petra.“ Diakes dari

http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=MA

Pandiangan, Liberti, (2008), “Modernisasi & Reformasi Pelayanan Perpajakan.“ Jakarta: PT Gramedian

Priantara, Diaz, (2012), “Perpajakan Indonesia” edisi 2. Jakarta: Mitra wacana Media

Primandita Fitriandi, Yuda Aryanto, Agus Puji Priyono, (2010), “Undang-undang Perpajakan”.

Jakarta: Salemba Empat.

Resmi, Siti. (2009), “Perpajakan teori & kasus” buku 1 edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.

Richardson, Grant. 2006. “The Impact of Tax Fairness Dimensions on Tax Compliance Behavior in an Asian Jurisdiction: The Case of Hong Kong”, International Tax Journal.

RIWAYAT PENULIS

Yudianto Chokdiansa lahir di kota Medan pada tanggal 25 April 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Akuntansi pada tahun 2014.

Referensi

Dokumen terkait

Konsumen actual dari butik online saya adalah para wanita yang sudah pernah menikmati produk yang ditawarkan oleh butik online saya. Mereka yang memiliki kebutuhan dan keinginan

Kematian ikan gambusia pada uji toksisitas letal disebabkan oleh masuknya kadmium ke dalam jaringan tubuh makhluk hidup melalui beberapa jalan, yaitu pencernaan,

Sebelum alat ukur jangka sorong digunakan sebaiknya dikalibrasi terlebih dahulu supaya mendapatkan hasil pengukuran yang akurat. Secara sederhana, cara

Ajaran kosmologi atau penciptaan dan pemeliharaan alam semesta merupakan salah satu ajaran yang penting dalam dharma atau kebenaran. Ajaran ini dapat membuka mata

Hasil estimasi tingkat risiko kesehatan dalam analisis ini menunjukan bahwa penduduk yang tinggal di kawasan pertambangan emas Gunung Pongkor berisiko memiliki

4) Kehadiran atau ketidak hadiran pelatih Pelatih tidak hadir pada saat pertandingan berlangsung sehingga membuat atlet kurang mendapat petunjuk, motivasi dari pelatihnya.

Pertama, dalam pemilihan metode yang akan digunakan untuk melakukan internalisasi budaya organisasi terhadap para karyawan yang menggerakan organisasi, Universitas

.UHDWLYLWDV DQDN XVLD GLQL GDSDW GLXSD\DNDQ PHODOXL SHUPDLQDQ \DQJ GLUDQFDQJ ROHK 3HQGLGLN GL /HPEDJD 3$8' NDUHQD GHQJDQ SHUPDLQDQ DQDN GDSDW PHQJHPEDQJNDQ VHUWD PHQJLQWHUJUDVLNDQ