PRODUKSI TERNAK DALAM SISTEM PEMELIHARAAN TERPADU DI KEBUN PERCOBAAN LILI, BPTP NTT
A.Rubianti, P.Th.Fernandez dan H.H. Marawali.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTT
ABSTRAK
Penelitian tentang Produksi Ternak Pada Sistim Pemeliharaan Terpadu telah dilksanakan pada Kebun Percobaan Lili BPTP NTT dari bulan April - Desember 2005 yang merupakan bagian dari kegiatan integrasi tanaman dan ternak pada sistim usahatani lahan kering, keterkaitan pengelolaan sistem usahatani antara peternakan dan pertanian yang saling mendukung satu dengan lainnya. Sistem usahatani ternak menghasilkan limbah yang dapat diolah menjadi sumber pupuk yang berguna bagi tanaman, sedangkan tanaman menghasilkan limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan. Penelitian menggunakan 8 ekor ternak sapi jantan yang dibagi dalam 2 kelompok A dan B dengan pakan dasar jerami padi, legum tambah bioplas 1000 gr (A) dan 750 gr (B).Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui keterpaduan antara tanaman dan ternak. Produksi tanaman lorong lamtoro sumbangannya sebagai pakan ternak pada waktu 3 kali pemangkasan memberikan hasil sebesar 9400 kg/ha, 7200kg/ha, 18800kg/ha masing-masing untuk waktu pemangkasan pada musim kemarau, puncak musim kemarau dan awal musim hujan (Agustus, Nopember dan Desember). Pertambahan berat badan sebesar 0,25 kg/ekor/hari dan 0,19 kg/ekor/hari; konsumsi BK sebesar 4,63 kg/ekor/hr dan 4,33 kg/ekor/hr serta kecernaan BK sebesar 62,85% dan 60,75% untuk masing-masing kelompok A dan B. Uji statistik menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) terhadap pertambahan berat badan, sedangkan untuk konsumsi dan kecernaan BK tidak berbeda nyata. Produksi feses dalam bentuk BK masing-masing untuk kelompok A dan B rata-rata sebesar 1,96 kg dan 1,72 kg/
ekor/hr atau produksi feses segar sebesar 6,54 kg dan 5,81 kg/ekor/hr atau dapat menghasilkan 15,69 ton dan 13,94 ton feses selama priode pemeliharaan. Dengan demikian sistim pemeliharaan seperti ini dapat mengoptimalkan pengeluaran bagi petani seperti pengeluaran untuk pembelian pakan untuk ternak dan pembelian pupuk untuk tanaman.
Kata Kunci : Ternak sapi, Biomas Lamtoro, Feses
PENDAHULUAN
Usaha sapi potong dapat lebih efisien apabila dilakukan secara terpadu dengan subsektor lain di antaranya dengan kebun, alternatif terbaik adalah dengan mengusahakan tanaman sayur –sayuran, jagung dan lain –lain di antara tanaman legum (lamtoro) sehingga petani mendapatkan hasil sambilan.
Laju pertumbuhan ternak setelah disapi ditentukan oleh beberapa faktor yaitu antara lain potensi pertumbuhan masing – masing individu ternak dan pakan yang diberikan. Potensi pertubuhan dalam periode ini dipengaruhi oleh faktor bangsa, hetersis dan jenis kelamin. Adapun pola pertumbuhanya akan tergantung pada sistim manajemen (pengelolaan) yang digunakan, tingkat nutrisi pakan, kesehatan dan iklim (COLE.1982 dalam Ngadiyono 2001).
Keterkaitan pengelolaan system usahatani antara peternakan dan pertanian yang saling mendukung satu dengan lainnya. Sistem usahatani peternakan menghasilkan limbah yang dapat diolah menjadi sumber pupuk yang berguna bagi tanaman sedangkan tanaman menghasilkan limbah yang dapat dikonsumsi ternak sebagai pakan.. Dengan demikian dapat dilakukan suatu model keterkaitan pengelolaan system usahatani.
Lamtoro merupakan salah satu jenis legum yang dapat dijadikan sebagai tanaman
lorong,disamping tahan terhadap pemangkasan berulang, mudah dikembangkan baik dengan biji
maupun dengan stek, menghasilkan daun yang banyak dengan ukuran daun yang kecil mampu
menghasilkan hijauan selama musim kemarau serta mempunyai perakaran yang dalam dengan
penyebaran akar yang tidak mengganggu tanaman pangan yang diusahakan, juga lamtoro
bermanfaat ganda sebagai pakan dan sebagai kayu api .Pemotongan pohon leguminosa yang berada dalam larikan,sebelum lahan ditanami dengan tanaman jagung, ternyata dapat mengurangi penggunaaan tenaga kerja petani baik untuk pengolahan lahan maupun untuk penyiangan gulma (Nulik dan Bamualim,1998).
Pada system pemeliharaan ternak secara ikat limbah peternakan yang dihasilkan oleh ternak sapi terkumpul dan mudah untuk menggunakannya, dengan demikian petani dengan muda mengolahnya menjadi kompos guna diaplikasikan bagi system usahatani yang dikembangkan sebagai sumber pupuk.
Pengaplikasian pupuk organic bagi system usahatani mampu meningkatkan produktivitas lahan maupun produktivitas tanaman per satuan luas yang diusahakan. Dengan demikian secara ekologi mampu meperbaiki kondisi fisik lingkungan system usahatani, secara agronomis mampu memberikan pertumbuhan yang cukup baik bagi tanaman yang diusahakan dan secara ekonomis dapat menekan biaya produksi serta mampu meningkatkan tingkat keuntungan yang diperoleh petani. Pada Pengintegrasian tanaman dan ternak pada pengelolaan sistem usahatani lahan kering dilakukan keterpaduan pengelolaan antara sistem usahatani ternak dan usahatani pertanian yang saling mendukung antara satu system dengan system lainnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui produksi ternak dalam sistem pemeliharaan terpadu. Yakni keterkaitan antara sistem usahatani antara peternakan dan pertanian yang saling mendukung satu dengan lainnya produksi limbah ternak (feces) yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk bagi tanaman dan tanaman lorong lamtoro sebagai pakan ternak.
MATERI DAN METODOLOGI
Penelitian ini telah dilakukan di lokasi Kebun Percobaan Lili menggunakan kandang individu permanen yang tersedia mulai bulan April sampai dengan Desember 2005. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah 8 ekor ternak sapi jantan yang berumur 1 – 1.5 tahun dengan berat badan awal sekitar 100 – 150 kg materi pendukung terdiri dari timbangan ternak sapi digital (portable scale) 1 buah , timbangan pakan 1 buah untuk menimbang pakan beri dan sisa konsumsi pakan setiap hari, 8 buah ember untuk konsumsi air, dan larikan tanaman lorong lamtoro sebanyak 20 baris.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok, dengan 4 ekor ternak sebagai ulangan dan dua perlakuan probiotik sehingga terdapat 8 ekor ternak. Ternak dikelompokkan berdasarkan bobot badan awal penelitian. Perlakuan pemberian pakan pada kedua kelompok ternak sapi jantan tersebut sbb :
Kelompok A 50% jerami+ 50% legum + 1000gr bioplus Kelompok B 50% jerami + 50% legun +750 gr bioplus.
Pemberian pakan dilakukan pada pagi hari setelah pembersihan kandang dengan tahapan legum dan jerami sebagian diberi pagi hari sedangkan sebagiannya pada sore hari.
Selanjutnya tiap pagi dilakukan pembersihan kandang disertai dengan pengukuran sisa konsumsi pakan yang diukur melalui pemisahan antara jerami dan legum.
Penimbangan berat badan ternak dilakukan setiap 2 minggu sekali. Sedangkan pengukuran daya cerna dilakukan pada akhir penelitian selama 7 hari pengukuran, selama periode daya cerna bahan kering (BK) pakan diukur setiap hari dengan mengambil contoh pakan yang diberilkan, demikian juga sampel sisa pakan diambil setiap hari setelah mengukur sisa konsumsi. Feses ditimbang setiap pagi dan diambil sampel sebanyak ± 5 % dari total feces.
Sampel – sampel pakan dan feces dikeringkan didalam oven dengan suhu 105
Osampai beratnya stabil.
Tanaman pembentuk lorong adalah lamtoro yang berjumlah 20 baris yang ditanam secara larikan (biji) dengan panjang larikan lamtoro 100 meter, lebar antara lorong 5 meter.
Untuk mengetahui produksi lamtoro dilakukan pemangkasan, dengan pemangkasan 3 kali
dimana waktu pemangkasan tersebut mewakili musim kemarau dan musim hujan yakni bulan oktober (puncak musim kemarau), bulan Desember (awal musin hujan) dan bulan Agustus (musim kemarau).
Parameter yang diamati adalah pertambahan berat badan, produksi feses dan produksi biomas tanaman lorong lamtoro sebagai pakan ternak (suplemen).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Komposisi kimia pakan jerami padi lamtoro dan gamal diperlihatkan pada Tabel 1.
Tabel .1. Komposisi kimia pakan penelitian.
Komposisi Kimia Jenis Bahan Pakan
Jerami Lamtoro Gamal
Bahan Kering (%) 49,38 34,4 32,1
Bahan Organik - 82,5 87,5
Rotein Kasar 4,5 19,4 16,7
Serat Kasar 28 18,1 25,7
Abu - 17,5 12,5
Energi 3663 4089 3754
Dari tabel .1. tampak bahwa kadar serat kasar jerami padi lebih tinggi dibanding kedua jenis pakan lainnya, sedangkan kadar protein kasar dan energinya lebih rendah dibanding lamtoro dan gamal.
Konsumsi Bahan Kering
Konsumsi bahan kering pakan pada masing – masing kelompok A dan Kelompok B sebesar 4,63 kg/ekor/hr dan 4,33 kg/ekor/hr. Hasil uji statistik menunjukkan tidak berbeda nyata (P<0,05) antara kelompok A dan Kelompok B.Konsumsi bahan keringyang diperoleh dalam penelitian ini tidak jauh berbeda dengan NRC (1976) yang menyatakan bahwa konsumsi bahan kering pakan sapi potong per ekor per hari berkisar antara 2-3% dari bobot badan sapi. Hasil penelitian ini sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Liem C. at al yaitu sebesar 3.37 kg/ekor/hr dengan menggunakan Starbio dan Bioplus sebanyak 500 gr per ekor.
Hasil pengamatan terhadap tingkat konsumsi bahan kering selama waktu pengamatan seperti yang tertuang dalam grafik berikut ini.
Konsumsi Bahan Kering (BK) Ternak sapi yang diberi Bioplus 1000 dan 750 gram
0 1 2 3 4 5 6
I II III IV
W aktu Pengamatan
Konsumsi Bahan Kering (kg)