• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia pendidikan adalah dunia yang sangat penting dalam kehidupan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia pendidikan adalah dunia yang sangat penting dalam kehidupan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

8

Dunia pendidikan adalah dunia yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Manusia yang selalu diiringi pendidikan, kehidupannya akan selalu berkembang kearah yang lebih baik. Adanya perkembangan kehidupan, pendidikan pun mengalami dinamika yang semakin lama semakin berkembang dan semakin berkembang dan berusaha beradapatasi dengan gerak perkembangan yang dinamis tersebut. Itulah sebabnya, pendidikan yang diterapkan kepada anak di masa kini tidak sama dengan pendidikan dulu. Setiap zaman, pasti akan selalu ada perubahan yang mengarah pada kemajuan pendidikan yang semakin baik.

Pendidikan merupakan proses yang berkelanjutan, pendidikan menekankan pada proses belajar yang bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri manusia baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.

Bidang pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sering

mendapatkan sorotan masyarakat di mana mereka akan hidup dan bekerja

nantinya setelah lulus sekolah, terutama pendidikan dasar dan menengah. Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) merupakan pendidikan pada jenjang menengah yang

menyiapkan peserta didiknya untuk memasuki dunia kerja dengan berbekal ilmu

pengetahuan dan keahlian. Ditegaskan dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

Pasal (15) yang menyatakan bahwa SMK sebagai bentuk satuan pendidikan

kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik

terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.

(2)

Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK ) merupakan salah satu sekolah atau lembaga pendidikan formal yang memadukan antara keterampilan dengan ilmu pengetahuan. Hal ini diharapkan mampu menciptakan lulusan yang memiliki ilmu pengetahuan serta memiliki keterampilan tertentu, sehingga mereka mampu bersaing dan menciptakan lapangan pekerjaan sendiri ataupun berwiraswasta.

Pendidikan di SMK tidak hanya terpusat pada pembelajaran kejuruan atau praktek saja tetapi juga pembelajaran materi umum lainnya. Semua jenis program pendidikan di SMK hampir memiliki tujuan yang sama yaitu agar terciptanya lulusan yang memiliki pengetahuan, kemampuan, serta memiliki keterampilan dalam bidang tertentu.

SMK Negeri 3 Pematangsiantar mempunyai beberapa program keahlian

yaitu : 1) Tata Busana, 2) Tata Boga, 3) Tata Rias, 4) Teknik Informatika. Secara

khusus tujuan kompetensi keahlian busana adalah membekali peserta didik

dengan kemampuan keterampilan, pengetahuan dan sikap agar kompeten. Untuk

mencapai hal tersebut , maka siswa SMK dituntut untuk lebih memahami dan

menguasai setiap mata pelajaran yang diterima di sekolah, karena setiap mata

pelajaran saling mendukung dan saling mempengaruhi dalam peningkatan ilmu

pengetahuan dan keterampilan. Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK ) Negeri 3

Pematangsiantar memiliki program mata pelajaran produktif untuk mendukung

tercapainya lulusan yang bermutu, diantaranya adalah mata pelajaran 1)

Menggambar busana, 2) membuat pola, 3) membuat busana wanita, 4) membuat

busana pria, 5) membuat busana anak, 6) memilih bahan baku busana dan 7)

membuat hiasan pada busana.

(3)

Dalam kelompok mata pelajaran produktif keahlian Jurusan Tata Busana terdapat beberapa mata pelajaran, salah satunya mata pelajaran membuat pola yang berfungsi membekali siswa agar memiliki kompetensi kerja sesuai Standar Kerja Nasional Indonesia ( SKKNI ). Membuat pola adalah salah satu kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik pada program keahlian tata busana.

Siswa menengah kejuruan diharapkan mampu menguasai setiap mata pelajaran karena setiap mata pelajaran mempunyai hubungan dan keterkaitan dengan mata pelajaran yang lainnya. Namun kenyataannya siswa kurang menguasai merubah pola rompi sesuai dengan kriteria ketuntasan Minimum ( KKM ) yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah adalah 70. Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi belajar kompetensi dasar merubah pola rompi berada pada nilai cukup rendah dan bahkan masih ada nilai siswa di bawah KKM. Dari hasil observasi awal yang dilakukan penulis pada hari Senin tanggal 29 September 2014, menunjukkan bahwa nilai merubah pola pada siswa kelas X program keahlian Tata Busana SMK negeri 3 Pematangsiantar yang dikutip dari 3 tahun terakhir 2010-2013 sebanyak 67.85 % ( 95 orang) memperoleh nilai C, sebanyak 33.57 % (47 orang) memperoleh nilai B dan tidak ada yang memperoleh nilai A.

Seiring dengan hal di atas, penulis juga melakukan wawancara dengan

guru mata pelajaran membuat pola kelas X pada tanggal 13 Oktober 2014,

diperoleh hasil bahwa keterampilan siswa merubah pola masih kurang. Kurangnya

keterampilan siswa merubah pola dipengaruhi oleh 1) Siswa kurang memahami

menganalisa desain, 2) siswa kurang mengetahui langkah – langkah merubah

(4)

pola, 3) Siswa masih mengalami kesulitan membuat garis – garis melengkung seperti garis lingkar lengan dan lingkar leher.

Rompi adalah pelengkap busana yang dipakai untuk memperindah busana yang dibuat dengan berbagai desain. Rompi adalah baju luar yang tidak berlengan di pakai sebagai pakaian tambahan di luar baju utama.

Dalam Konstruksi Pola Ernawati (2008 : 236 ) mengatakan pembuatan pola harus disesuaikan dengan analisa desain bentuk sipemakai dengan teknik pengembangan pola yang tepat. Analisis desain bentuk dilakukan agar desain busana yang akan dibuat sesuai dengan keinginan sipemakai dan diukur sesuai dengan kebutuhan pola dasar yang akan dibuat sesuai dengan ukuran sipemakai.

Hal ini juga dinyatakan Pratiwi ( 2009 ) kesalahan dalam merubah pola dapat mengakibatkan hasil jadi busana tidak sesuai dengan desain model. Jadi pembuatan pola yang baik akan menghasilkan busana yang baik pula.

Peranan pola dalam pembuatan busana sangat besar karena baik dan buruknya suatu pakaian pada tubuh seseorang tergantung pada saat pengambilan ukuran, pembuatan pola, dan menjahit harus dilakukan dengan baik dan teliti.

Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam merubah pola, diperlukan latihan yang terus menerus agar kemampuan dalam merubah pola semakin baik.

Sebagaimana dari tujuan yaitu melatih kecakapan siswa dalam menguasai,

memahami dan mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi,

membuat prediksi dan bereksperimen, mengembangkan kemampuan memecah

pola dan mengembangkan gagasan atau ide dalam bentuk sketsa atau desain.

(5)

Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti apakah kemampuan siswa merubah pola sesuai dengan model/desain yang dituangkan dalam judul:“Hubungan Kemampuan Pembuatan Pola Dasar Wanita Dengan Kemampuan Merubah Pola Rompi Pada Siswa Kelas X Jurusan Tata Busana SMK Negeri 3 PematangSiantar”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka penelitian ini dapat di identifikasi beberapa masalah yaitu kemampuan siswa merubah pola rendah, siswa kurang mampu menganalisa desain, siswa kurang mengetahui langkah – langkah merubah pola, siswa masih mengalami kesulitan membuat garis – garis melengkung seperti garis lingkar kerung lengan dan garis leher.

C. Pembatasan Masalah

Sesuai dengan identifikasi dan latar belakang masalah, maka penilitian ini dibatasi pada :

1. Kemampuan pembuatan pola dasar wanita yang dibatasi pada pola dasar wanita dewasa bagian depan dan pola dasar wanita dewasa bagian belakang pada siswa kelas X Jurusan Tata Busana SMK Negeri 3 Pematangsiantar.

2. Kemampuan merubah pola rompi pada siswa kelas X Jurusan Tata Busana

SMK Negeri 3 Pematangsiantar.

(6)

3. Siswa yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas X Tata Busana SMK Negeri 3 Pematangsiantar T.A 2014/2015

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat kecenderungan kemampuan pembuatan pola dasar wanita pada siswa kelas X Jurusan Tata Busana SMK Negeri 3 PematangSiantar?

2. Bagaimana tingkat kecenderungan kemampuan merubah pola rompi pada siswa kelas X Jurusan Tata Busana SMK Negeri 3 PematangSiantar?

3. Apakah terdapat hubungan yang positif antara kemampuan pembuatan pola dasar wanita dengan kemampuan merubah pola rompi pada siswa kelas X Jurusan Tata Busana SMK Negeri 3 PematangSiantar?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui tingkat kemampuan pembuatan pola dasar wanita pada siswa kelas X Jurusan Tata Busana SMK Negeri 3 PematangSiantar.

2. Mengetahui tingkat kemampuan merubah pola rompi sesuai model

busana oleh siswa kelas X Jurusan Tata Busana SMK Negeri 3

PematangSiantar.

(7)

3. Mengetahui hubungan antara kemampuan pembuatan pola dasar wanita dengan kemampuan merubah pola busana rompi pada kelas X Jurusan Tata Busana SMK Negeri 3 PematangSiantar.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan masukan berupa informasi kepada pihak sekolah SMK, khususnya Jurusan Tata Busana untuk meningkatkan kemampuan dalam konstruksi busana khususnya dalam hal kemampuan pembuatan busana dasar wanita dengan kemampuan merubah pola model busana yang lebih kompleks sehingga hasilnya tepat dan sempurna.

2. Sebagai penambah cakrawala pengetahuan bagi pembaca tentang permasalahan yang diteliti.

3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang bermaksud mengadakan penelitian pada permasalahan yang berhubungan dengan masalah yang ditelitinya.

4. Dapat menjadi bahan masukan bagi peneliti sebagai calon pendidik

dalam meningkatkan keberhasilan merubah pola busana.

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian ditinjau dari aspek tujuh indikator pemahaman konsep pada daya serap siswa bahwa daya serap tertinggi terdapat pada indikator mengklasifikasikan dengan

Seperti disampaikan oleh kepala sekolah MI Nurul Huda Candisari bapak SP dalam wawancara:“Supervisi akademik yang ada di sekolahan kami, penerapanya adalah pada awal

Berlebihan 1 15 14 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1 X=3,19 Y=4,07 2 Berdasarkan Gambar 2 memperlihatkan bahwa secara umum indikator-indikator kualitas pelayanan dalam penelitian ini

From the finding, it can be concluded that code-switching and code-mixing are language media highly used in Indonesian television advertisements to convey the messages of the

Sistematika penelitian dibagi dalam empat tahap, yaitu preparasi (sintesis) cairan ionik cis-oleil-imidazolinium asetat, karakterisasi struktur cairan ionik

Bank Kustodian akan menerbitkan Surat Konfirmasi Transaksi Unit Penyertaan yang menyatakan antara lain jumlah Unit Penyertaan yang dijual kembali dan dimiliki serta Nilai

Sistem investigasi kematian yang wajib telah banyak diterapkan pada Negara berkembang (seperti Australia, Japan, USA, dan Eropa). Sistem memeriksa mayat sudah diberlakukan, sedangkan

Media edukasi yang sesuai dengan segmen pendengar baru, dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat Surabaya, sehingga Jazz di Surabaya tidak hanya menjadi tren