• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. imbas pandemi global Covid-19. Terhitung sejak awal maret 2020 Pemerintah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. imbas pandemi global Covid-19. Terhitung sejak awal maret 2020 Pemerintah"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini Indonesia tengah beradaptasi dengan situasi krisis sebagai imbas pandemi global Covid-19. Terhitung sejak awal maret 2020 Pemerintah Indonesia mengeluarkan berbagai kebijakan di segala bidang baik politik, sosial, ekonomi, keamanan dan pertahanan dan sebagainya untuk menjaga stabilitas kehidupan bernegara. Kebijakan tersebut dibuat karena dampak yang disebabkan oleh adanya pandemi Covid-19 ini menganggu perekonomian di Indonesia. Terhitung sejak maret 2020 Presiden Indonesia Joko Widodo mengumumkan kasus pertama Covid-19 di Indonesia, hingga April 2020 sudah tercatat 6 juta karyawan di Indonesia di sektor formal telah di PHK selama pandemi Covid-19 (Fajar,2020).

Berdasarkan banyaknya jumlah karyawan yang di PHK tersebut tentunya akan berdampak pada perekonomian di Indonesia. Tercatat Pada 12 April 2020 lalu akibat meningkatnya jumlah pengangguran yang disebabkan oleh PHK maka pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan bahwa indikator utama ekonomi makro tahun 2020 ini di prediksi hanya tumbuh 2,35% (Sugianto, 2020). Menurunnya pertumbuhan ekonomi tersebut bisa memicu adanya resesi di Indonesia. Sebelumnya bukan hanya Indonesia yang mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi akibat Covid-19, negara maju seperti negara Singapura akibat pandemic Covid-19 pada April 2020 lalu lebih

(2)

2

dulu dinyatakan telah masuk resesi dengan pernyataan bahwa pertumbumbuhan ekonomi di negara tersebut menciut sebesar 41,2% yang tentunya mengakibatkan kebijakan PHK di negara tersebut marak dilakukan (Andrew, 2020).

Peristiwa tersebut menjadi salah satu bukti bahwa Covid-19 berdampak pada sektor ekonomi di Indonesia. Sebagai upaya percepatan pemulihan ekonomi Indonesia di masa pandemi Covid-19 ini, pemerintah sangat mengharapkan kerjasama seluruh rakyat Indonesia untuk berperan aktif dalam memulihkan ekonomi Indonesia. Harapannya pada lembaga-lembaga yang ada di Indonesia dari provinsi hingga desa tetap bisa membantu dan berkontribusi untuk tetap bisa menghadapi pandemi Covid-19. Menunjang pemulihan tersebut pemerintah dengan gencar mengeluarkan peraturan-peraturan yang ditujukan untuk penanggulangan pandemi Covid-19. Salah satunya adalah peraturan prioritas penggunaan dana desa baik tahun 2020 dan 2021 untuk menanggulangi dampak Covid-19 di pedesaan (Handoyo, 2020).

Peraturan tentang prioritas penggunaan dana desa selama masa pandemi Covid-19 selain ditujukan untuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) ke warga, terdapat juga prioritas penggunaan dana desa tahun 2020 dan 2021 adalah untuk pembentukan dan pengembangan BUMDes/BUMDes Bersama.

Penjelasan tersebut terdapat dalam Permendes Nomor 07 Tahun 2020 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa tahun 2020 dan Permendes Nomor 13 Tahun 2020 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2021. Pilihan prioritas penggunaan dana desa tersebut untuk pembentukan dan pengembangan

(3)

3

BUMDes dikarenakan untuk mencapai SDGs Desa dan salah satu langkah strategis untuk menjadikan desa berdikari.

Keberadaan BUMDes di suatu desa di khususkan untuk bisa membaca potensi desa dan mengembangkan sumber daya yang ada agar bisa menjadi nilai jual yang baik (Suryanto, 2018). Pada dasarnya pembentukan dan pengembangan suatu BUMDes di desa juga berdalih dari suatu kondisi desa yang masih dalam kondisi tidak stabil karena masih mengharapkan keuangan sepenuhnya dari pemerintah pusat. Kondisi masa Covid-19 ini sama dengan hal tersebut, dengan keberadaan BUMDes setiap desa diharapkan tidak lagi untuk mengharapkan sepenuhnya keuangan dari pemerintah melainkan tetap produktif mengelola BUMDes nya agar BUMDes tersebut tetap berkontribusi di kondisi Covid -19 ini. Maka dari itu keberadaan BUMDes pada masa Covid- 19 ini tentunya menjadi salah satu pilihan untuk memulihkan perekonomian Indonesia.

Di sisi lain Vicki (2019) juga menjelaskan bahwa keberadaan BUMDes di Indonesia juga dinilai mampu memicu pertumbuhan inklusif perekonomian masyarakat Indonesia dengan memberikan kontribusi berupa pendapatan asli desa mencapai sekitar 5 Miliar per tahun, dan berdasarkan hasil penelitian Sari

& Ummur (2019) BUMDes dapat mencipatakan lapangan pekerjaan untuk masyarakat desa setempat yang tentunya di masa Covid-19 ini menjadi salah satu solusi yang diharapkan untuk permasalahan kebijakan PHK yang serentak dilakukan.

(4)

4

Salah satu bukti kehebatan BUMDes Indonesia di ranah Internasional juga pernah diraih pada tahun 2018 lalu yaitu, BUMDes Maju Bersama Jabar telah berhasil memasok 60 ton beras untuk pertandingan Asian Games guna untuk memenuhi kebutuhan atlet, relawan, dan para pegawai resmi dari beberapa negara yang hadir pada acara tersebut (Triyono, 2018). Selain BUMDes Jawa Barat, BUMDes di Yogyakarta juga meraih prestasi di tingkat internasional. Salah satunya adalah BUMDes Nglanggeran di Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta yang dinobatkan sebagai desa wisata terbaik ASEAN tahun 2016, dengan menyuguhkan keunggulan destinasi Ekowisata Gunung Api Purba dan Embung Nglanggeran (Tunong, 2017). Harapannya prestasi tersebut bisa dijadikan patokan di masa sekarang, walaupun BUMDes pada masa pandemi ini juga terdampak tetapi BUMDes masih berpeluang untuk membangkitkan ekonomi desa pada masa pandemi ini. Kuncinya, desa harus lebih fokus mengurus potensi lokal, menguatkan lokalitas dan kelembagaan desa, serta mulai mengadopsi teknologi digital (Suryanto, 2018).

Berdasarkan data yang dikutip dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) pada 21 Desember tahun 2018 tercatat sudah ada 45.549 BUMDes yang berdiri di 74.957 desa di Indonesia atau sebanyak 61% desa telah memiliki BUMDes, sedangkan untuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki 291 BUMDes yang sudah berdiri di desa dari empat kabupaten yang ada di Yogyakarta. Berdasarkan data dari Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Kabupaten Bantul pada akhir tahun 2018 tercatat sudah

(5)

5

memiliki 34 BUMDes dari 75 kelurahan, Kabupaten Sleman pada tahun 2018 tercatat sudah ada 24 BUMDes dari 84 kelurahan, Kabupaten Gunung Kidul tercatat sudah memiliki 72 BUMDes dari 144 kelurahan, dan Kabupaten Kulon Progo sudah teracatat 87 BUMDes dari 88 kelurahan. Dari angka tersebut tentu menjadi bukti atas realisasi program pemerintah yang ingin menumbuhkan perekonomian dari wilayah pinggiran yang harapannya bisa mewujudkan suatu desa menjadi Desa Mandiri. Walapun jika melihat dari perkembangannya, masih banyak BUMDes yang berada dalam tahap baru berdiri dan masih dalam proses mencari ritme serta skema dalam organisasi yang tepat, hal tersebut bukanlah suatu masalah karena dalam sebuah organisasi apabila dilakukan suatu pengelolaan yang baik dan rapi akan menghasilkan sesuatu yaitu kinerja yang baik (Larasdiputra et al., 2019). Untuk mewujudkan kinerja yang baik diperlukan adanya kekompakan anggota, kedisiplinan, serta kekuatan mental untuk menghadapi ancaman dan tantangan (Sofyani et al., 2019). Sebagaimana yang tertuang dalam beberapa sumber Al-Qur’an dan Hadits, antara lain:

Surah As-Saff ayat 4

َنيِذَّلا ُّب ِحُي َ َّاللَّ َّنِإ ُب ْمُهَّنَأَك اًّفَص ِهِليِبَس يِف َنوُلِتاَقُي

ٌصوُص ْرَم ٌناَيْن

Artinya : “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-

Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh”

Berdasarkan ayat di atas menjelaskan bahwa dalam menghadapi situasi tersulit dibutuhkan adanya kekompakan dan kerjasama yang baik untuk mencapai pengelolaan dan kinerja yang baik. Maka dari itu, sama halnya untuk

(6)

6

BUMDes bahwa mencapai keberhasilan perlu memiliki prinsip umum dalam hal pengelolaan yang nantinya di jadikan sebagai indikator. Untuk mengukur kinerja BUMDes menurut Sari & Ummur (2019), yaitu cooperative, emansipatory, partisipatory, transparency, akuntabel, dan sustainable.

Keenam prinsip tersebut merupakan komponen dalam mensukseskan BUMDes, dan menjadi indikator dalam pengukuran kinerja bagi setiap BUMDes. Robbin (2007) mendefinisikan bahwa kinerja adalah suatu ukuran yang mencakup keefektifan untuk mencapai suatu tujuan dan efisiensi merupakan keluaran dari efektif untuk mencapai tujuan itu. Definisi lain kinerja menurut Hidayati (2015) bahwa kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang dalam melakukan pekerjaan. Dari definisi mengenai kinerja tersebut maka bisa dikatakan bahwa penilaian kinerja pada suatu organisasi baik di sektor privat maupun publik tentunya sangat penting dilakukan. Penilaian kinerja dilakukan guna untuk mengevaluasi dan dari hasil evaluasi tersebut digunakan untuk meningkatkan pengelolaan organisasi menjadi lebih baik (Nugraha, 2014). Rujukan penilain kinerja dalam suatu organiasi dalam Al- Qur’an, sebagai berikut:

Surah At-Taubah Ayat 105

ِلُق َو ُمْلٱ َو ۥُهُلوُس َر َو ْمُكَلَمَع ُ َّللَّٱ ى َرَيَسَف ۟اوُلَمْعٱ َّشلٱ َو ِبْيَغْلٱ ِمِلَٰع ٰىَلِإ َنوُّد َرُتَس َو ۖ َنوُنِم ْؤ

ُيَف ِةَد َٰه اَمِب مُكُئِ بَن

.َنوُلَمْعَت ْمُتنُك Artinya : Dan Katakanlah : "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul- Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib

(7)

7

dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”

Dari penjelasan diatas bisa diambil kesimpulan bahwasanya BUMDes sebagai unit usaha desa berpeluang untuk membangkitkan desa di masa pandemi Covid-19 ini. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kinerja BUMDes sebelum adanya pandemi Covid-19 dan adanya pandemi Covid-19.

Peneliti ingin melihat sejauh mana Inovasi atau upaya BUMDes untuk tetap bergerak dalam mempertahankan keberlangsungan usahanya di masa pandemi Covid-19 agar tetap bisa berkontribusi bagi kesejahteraan masyarakat dan pendapatan asli desa. Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yaitu penelitian Pratama & Pambudi (2017), Sari & Ummur (2019), Nugraha (2014), dan Sofyani et al (2019).

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumya yaitu pertama terdapat dalam indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur kinerja BUMDes. Indikator kinerja yang digunakan dalam penelitian Pratama &

Pambudi (2017) untuk meganalisis kinerja BUMDes menggunakan indikator produktivitas, kualitas layanan, responsivitas, responsibilitas dan akuntabilitas. Sedangkan penelitian ini mengunakan penilaian kinerja menurut Sari & Ummur, (2019) dan Nugraha (2014) yaitu pelayanan, akuntabilitas, peningkatan taraf hidup, Ketaatan terhadap Undang-Undang. Kemudian peneliti menambahkan Perilaku Kerja Inovatif sebagai indikator pengukur kinerja BUMDes yang di dapat dari penelitian De Jong & Den Hartog (2010) yang menjelaskan bahwa perilaku inovatif merupakan sebuah tindakan yang

(8)

8

dilakukan untuk menciptakan dan mengambil ide-ide baru dalam pekerjaan baik kelompok ataupun organisasi yang berguna untuk meningkatkan kinerja peran individu, kelompok atau suatu organisasi. Di dalam penelitian tersebut ingin melihat inisiasi dan implementasi suatu ide dengan membedakan perilaku kerja inovatif menjadi empat dimensi yaitu eksplorasi ide, generasi ide, memperjuangkan ide, dan implementasi ide. Kemudian penjelasan tersebut di dukung oleh penelitian Sofyani et al (2019) yang menjelaskan bahwa salah satu faktor keberhasilan suatu BUMDes adalah adanya sikap pengelolaan yang pantang menyerah dalam menghadapi sesuatu dan menciptakan suatu hal atau ide baru untuk mencapai target dan tetap memperhatikan sosial dan lingkungan.

Berdasarkan dari penjelasan tersebut tentunya akan mendukung konteks dalam penelitian ini, yaitu akan melihat sejauh mana upaya yang dilakukan BUMDes untuk tetap bertahan dan melanjutkan usahanya serta memberikan kinerja yang baik untuk berkontribusi ke pades dan menjaga keberlangsungan usahanya di masa pandemi Covid-19. Perbedaan selanjutnya terdapat pada objek penelitian yang akan digunakan. Pada penelitian ini yaitu subjek penelitiannya menggunakan BUMDes yang ada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu ada di Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, Kabupaten Gunung Kidul, dan Kabupaten Kulonprogo. Alasan peneliti menggunakan BUMDes yang berada di daerah tersebut karena BUMDes di daerah tersebut banyak dijumpainya BUMDes yang baik dan juga sesuai dengan fenomena yang di pakai dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat apakah BUMDes

(9)

9

yang sudah dikategorikan baik tersebut tetap tetap bisa bertahan, dan bangkit pada masa pandemi Covid-19.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas penulis mengajukan rumusan masalah dalam penelitian ini bagaimana kinerja Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam menghadapi pandemi Covid-19 ditinjau dari aspek pelayanan, akuntabilitas, peningkatan taraf hidup, ketaatan terhadap undang- undang dan perilaku kerja inovatif ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang sudah disampaikan diatas, maka tujuan penelitian yang ada pada penelitian ini adalah untuk mengetahun kinerja BUMDes dalam menghadapi pandemi Covid-19 ditinjau dari aspek pelayanan, akuntabilitas, peningkatan taraf hidup, ketaatan terhadap undang-undang dan perilaku inovatif

D. Fokus Penelitian

Penelitian ini berfokus pada kinerja BUMDes yang akan melihat kinerja BUMDes di masa pandemic Covid-19 dalam menjaga keberlangsungan usahanya agar tetap bisa memberikan kontribusi kepada masyarakat dan perekonomian desa dalam bentuk Pendapatan Asli Desa (PADes).

(10)

10 E. Manfaat Penelitian

a. Praktis

Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat berupa bahan masukan atau pertimbangan bagi berbagai pihak penanggung jawab BUMDes khususnya pemerintahan desa guna meningkatkan pendapatan asli desa tersebut.

b. Akademis

Harapannya ialah civitas akademi maupun peneliti lain dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai referensi atau bahan pendalaman materi terkait pemanfaatan BUMDes sebagai sarana penggerak ekonomi desa.

Referensi

Dokumen terkait

Sejak masa pandemi covid 19 yang terjadi di Negara ini awal februari tahun 2020, peneliti tertarik untuk meneliti tentang aplikasi zoom yang digunakan sebagai

Pengawasan internal dilakukan oleh komite audit., Pengawasan hanya dari internal perusahaan tidak cukup untuk menjamin proses audit yang dilakukan perusahaan

Pertumbuhan ekonomi AS pada triwulan III 2016 mencapai 2.9% SAAR, utamanya didorong peningkatan pertumbuhan ekspor dan investasi yang lebih besar dari penurunan pertumbuhan

Pemerintah Indonesia saat ini selalu berusaha untuk menanggulangi pandemi ini yang mana kebijakan pemerintah dalam menanggulangi pandemi COVID-19 ini harus mendapat

Penelitian dengan judul “Motivasi Menjadi Jurnalis Dalam Rubrik Swara Kampus di Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat (Studi Kualitatif Terhadap Motivasi Mahasiswa

Menginstruksikan KPA Satker terkait agar memberikan sanksi administratif sesuai ketentuan yang berlaku kepada PPK dan Konsultan Pengawas atas kelalaiannya dalam melakukan pengawasan

Proses kebijakan pendidikan dasar Islam masa pandemi COVID-19 dimulai sejak 12 Maret 2020, BSNP mengeluarkan instruksi nomor 0113/SDAR/BSNP/III/2020 tentang

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 19 Juli 2020 pada mahasiswa Stikes Intan Martapura selama pandemi Covid-19 sebanyak 10 orang dari hasil