• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN MOTIVASI TERHADAP KEPUASAN KERJA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP KOMITMEN PEGAWAI PADA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN MOTIVASI TERHADAP KEPUASAN KERJA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP KOMITMEN PEGAWAI PADA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA."

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

Ardi M Noer, 2013

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN MOTIVASI

TERHADAP KEPUASAN KERJA SERTA IMPLIKASINYA

TERHADAP KOMITMEN PEGAWAI PADA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Manajemen pada

Program Studi Magister Manajemen Bisnis

oleh:

ARDI M NOER 0907814

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

ii Ardi M Noer, 2013

(3)

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN MOTIVASI TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KOMITMEN

PEGAWAI PADA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Menyetujui, Dosen Pembimbing I

Prof. Dr. Tjutju Yuniarsih, S.E., M.Pd. NIP 19530912 197903 2 001

Menyetujui, Dosen Pembimbing II

Dr. Edi Suryadi, M.Si NIP 19600412 198603 1 002

Mengetahui, Ketua Program Studi

Magister Manajemen Bisnis (M2B)

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa tesis dengan judul “Pengaruh Budaya Organisasi Dan Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja Serta Implikasinya Terhadap Komitmen Pegawai Pada

Universitas Pendidikan Indonesia” beserta seluruh isinya, adalah benar-benar karya saya

sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak

sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku di masyarakat ilmiah.

Dengan pernyataan ini, saya bersedia menanggung resiko yang dijatuhkan kepada

saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan, atau

ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya ini.

Bandung, Agustus 2013 Penulis,

(5)

ABSTRAK

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN MOTIVASI TERHADAP KEPUASAN KERJA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP KOMITMEN

PEGAWAI PADA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Oleh: Ardi M Noer NIM 0907814

Masalah yang dikaji pada penelitian ini adalah tentang rendahnya komitmen pegawai. Pokok masalah yang diungkap adalah sejauhmana pengaruh budaya organisasi, motivasi dan kepuasan kerja berpengaruh terhadap komitmen pegawai. Metode penelitian menggunakan explanatory survey method, dengan teknik pengumpulan data angket skala lima, kategori Likert, terhadap pegawai administrasi UPI Bandung Kampus Bumi Siliwangi yang berstatus PNS. Teknik pengolahan data menggunakan path analysis. Berdasarkan data empirik, diperoleh hasil bahwa budaya organisasi pegawai administrasi UPI Kampus Bumi Siliwangi berkategori sedang. Sedangkan tingkat motivasi, kepuasan kerja, sebagai intervening, dan komitmen pegawainya berkategori tinggi.

Pengujian hipotesis menunjukan bahwa budaya organisasi berpengaruh negatif terhadap komitmen pegawai meskipun tidak signifikan. Sedangkan motivasi dan kepuasan pegawai secara langsung berpengaruh positif. Negatifnya pengaruh tersebut dianalisis sebagai bentuk dari budaya organisasi yang sudah tidak adaptif terhadap tuntutan perubahan yang terjadi di instansi. Hal ini ditunjukan dengan masih kurang optimalnya indikator keagresifan, inovasi dan pengambilan resiko, kemantapan, dan pengembangan personil. Selain itu dugaan adanya resistensi dari pegawai terhadap budaya yang dikembangkan, diduga menjadi salah satu penyebabnya. Meskipun demikian, secara bersama-sama, budaya organisasi, motivasi dan kepuasan kerja memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap komitmen pegawai. Oleh karena itu perlu dikaji lebih dalam bentuk-bentuk resistensi yang tidak diteliti pada penelitian ini.

Rekomendasi yang diberikan adalah perlunya rekonstruksi budaya organisasi sehingga sesuai dengan tuntutan perubahan kelembagaan. Kemudian pentingnya upaya membangun mind set pegawai sehingga selaras dengan budaya baru yang dikembangkan. Menyusun dan memperbaiki kebijakan-kebijakan yang memihak kepada peningkatan kesejahteraan pegawai, serta mengadakan pendidikan, pelatihan dan sosialisasi nilai-nilai lembaga secara menyeluruh, yang diharapkan bisa meningkatkan komitmen pegawai.

(6)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF ORGANIZATION CULTURE TOWARD WORK SATISFACTION AND ITS IMPLICATION TOWARDS

EMPLOYEES’ COMMITMENT IN INDONESIA UNIVERSITY OF EDUCATION

By: Ardi M Noer NIM 0907814

The problem analyzed in this research talks about the low commitment of employee. The main revealed problem is about the influence of organization culture, motivation and work satisfaction toward employee’s commitment.

Explanatory survey method was used as the research method, particularly by using

five-scale data collection technique of Likert category. These two techniques were applied to the administration employees of UPI who have civil-servant status.

Path analysis was also used as the data processing techniques. Based on empirical

data, it is found that organization culture of administration employees of UPI is categorized as medium. Whereas, the level of motivation, work satisfaction, as intervening, and employees’ commitment are high.

The hypothesis testing shows that organization culture has negative impact toward employees’ commitment, even though it is not significant. Whereas, the motivation and employees’ satisfaction aspects have positive influence. In the other side, that negative impact is analyzed as a form of organization culture which is not adaptive toward the demand of change in the institution. It can be seen from the less-optimal aggression indicator, innovation, risk-taking, steadiness, and personnel’s development. Furthermore, the employees’ resistance toward developed culture is considered as one of the causes. Notwithstanding, organization culture, motivation and work satisfaction altogether show positive and significant influence toward employees’ commitment. Therefore, it is important to conduct further research about resistance forms which have not included in this study.

The suggested recommendation is to reconstruct the organization culture which is in line with institutional demand. Then, it is also essential to develop employees’ mindset so it will be harmonious with new developed culture. Thus, formulating and improving the policies which take sides to employees’ wealth, and conducting education, training, and socialization of institution values are expected to improve employees’ commitment.

(7)
(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN TESIS ... Error! Bookmark not defined.

PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... 1

DAFTAR TABEL ... 4

DAFTAR GAMBAR ... 5

BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined.

B. Identifikasi Masalah... Error! Bookmark not defined.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah .... Error! Bookmark not defined.

D. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

E. Kegunaan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1. Manfaat Teoretis ... Error! Bookmark not defined.

2. Manfaat Praktis ... Error! Bookmark not defined.

BAB II TINJAUAN TEORETIS ... Error! Bookmark not defined.

A. Budaya Organisasi ... Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian Budaya Organisasi ... Error! Bookmark not defined.

2. Karakteristik Budaya Organisasi . Error! Bookmark not defined.

3. Tipe Budaya Organisasi ... Error! Bookmark not defined.

4. Fungsi Budaya Organisasi ... Error! Bookmark not defined.

5. Pembentukan Budaya OrganisasiError! Bookmark not defined.

B. Motivasi ... Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian Motivasi ... Error! Bookmark not defined.

2. Proses Terjadinya Motivasi... Error! Bookmark not defined.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi MotivasiError! Bookmark not

defined.

4. Teori-teori Motivasi ... Error! Bookmark not defined.

C. Kepuasan Kerja ... Error! Bookmark not defined.

(9)

2. Teori – Teori Kepuasan Kerja... Error! Bookmark not defined.

3. Variabel – Variabel Kepuasan KerjaError! Bookmark not defined.

4. Faktor – Faktor Kepuasan Kerja .. Error! Bookmark not defined.

5. Pengukuran Kepuasan Kerja ... Error! Bookmark not defined.

D. Komitmen Organisasional ... Error! Bookmark not defined.

1. Definisi Komitmen OrganisasionalError! Bookmark not defined.

2. Teori-Teori Komitmen OrganisasionalError! Bookmark not defined.

3. Indikator-Indikator Untuk Mengukur Komitmen OrganisasionalError!

Bookmark not defined.

4. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Komitmen Organisasional

... Error! Bookmark not defined.

5. Upaya Untuk Meningkatkan Komitmen Organisasional Pegawai

... Error! Bookmark not defined.

E. Kerangka Pemikiran ... Error! Bookmark not defined.

F. Asumsi Dan Premis ... Error! Bookmark not defined.

G. Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

B. Definisi Operasional Variabel ... Error! Bookmark not defined.

C. Operasional Variabel Budaya OrganisasiError! Bookmark not defined.

D. Operasional Variabel Motivasi ... Error! Bookmark not defined.

E. Operasional Variabel Kepuasan Kerja ... Error! Bookmark not defined.

F. Operasional Variabel Komitmen PegawaiError! Bookmark not defined.

G. Sumber Data Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

H. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling Error! Bookmark not defined.

1. Populasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

2. Sampel ... Error! Bookmark not defined.

3. Teknik Penarikan Sampel ... Error! Bookmark not defined.

I. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.

J. Rancangan Uji Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

K. Pengolahan Data ... Error! Bookmark not defined.

1. Perhitungan Persentase ... Error! Bookmark not defined.

2. Uji Normalitas Data. ... Error! Bookmark not defined.

3. Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

(10)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANError! Bookmark not defined.

A. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1. Pengujian Persyaratan Pengolahan Data untuk Uji HipotesisError!

Bookmark not defined.

2. Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

B. Pembahasan Hasil Penelitiaan ... Error! Bookmark not defined.

1. Analisis Budaya Organisasi ... Error! Bookmark not defined.

2. Analisis Motivasi ... Error! Bookmark not defined.

3. Analisis Kepuasan Kerja ... Error! Bookmark not defined.

4. Analisis Komitmen Pegawai ... Error! Bookmark not defined.

5. Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Motivasi terhadap Kepuasan

Kerja serta Implikasinya terhadap Komitmen PegawaiError! Bookmark

not defined.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.

B. Saran ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

RIWAYAT HIDUP PENULIS ... Error! Bookmark not defined.

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

I.1 Perkembangan UPI Dari Masa Ke Masa ... Error! Bookmark not defined.

I.2 Rekapitulasi Tindakan Indisipliner PNS UPI .. Error! Bookmark not defined.

I.3 Rekapitulasi Dosen UPI Yang Belum Naik Pangkat > Dari 5 TahunError! Bookmark

not defined.

I.4 Ranking Perguruan Tinggi Di Indonesia Per Juli 2012Error! Bookmark not defined.

I.5 Capaian Renstra UPI 2006-2010 Yang Belum TerpenuhiError! Bookmark not defined.

III.1 Operasional Variabel Budaya Organisasi ... Error! Bookmark not defined.

III.2 Operasional Variabel Motivasi Kerja ... Error! Bookmark not defined.

III.3 Operasional Variabel Kepuasan Kerja ... Error! Bookmark not defined.

III.4 Operasional Variabel Komitmen Pegawai ... Error! Bookmark not defined.

III.5 Rekapitulasi Pegawai Tenaga Administrasi UPI Berstatus PNSError! Bookmark not

defined.

III.6 Rekapitulasi Penyebaran Sampel Berdasarkan Unit KerjaError! Bookmark not

defined.

III.7 Skala Penafsiran Rata-Rata Skor Jawaban RespondenError! Bookmark not defined.

III.8 Interpretasi Koefisien Korelasi ... Error! Bookmark not defined.

IV.1 Hasil Perhitungan Normalitas Variabel Budaya OrganisasiError! Bookmark not

defined.

IV.2 Hasil Perhitungan Normalitas Variabel MotivasiError! Bookmark not defined.

IV.3 Hasil Perhitungan Normalitas Variabel Kepuasan KerjaError! Bookmark not defined.

IV.4 Hasil Perhitungan Normalitas Variabel Komitmen PegawaiError! Bookmark not

defined.

IV.5 Hasil Uji Normalitas Data ... Error! Bookmark not defined.

IV.6 Hasil Uji Linieritas X1 Terhadap Z ... Error! Bookmark not defined.

IV.7 Hasil Uji Linieritas X2 terhadap Z ... Error! Bookmark not defined.

IV.8 Hasil Uji Linieritas Y terhadap Z ... Error! Bookmark not defined.

IV.9 Tanggapan Responden terhadap Variabel Budaya OrganisasiError! Bookmark not

defined.

(12)

IV.11 Tanggapan Responden terhadap Variabel Kepuasan KerjaError! Bookmark not

defined.

IV.12 Tanggapan Responden terhadap Variabel Komitmen PegawaiError! Bookmark not

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

II.1 Pembentukan Budaya Organisasi ... Error! Bookmark not defined.

II.2 Sebuah Situasi yang Memotivasi ... Error! Bookmark not defined.

II.3 Proses Motivasional ... Error! Bookmark not defined.

II.4 Proses Motivasi ... Error! Bookmark not defined.

II.5 Model Umum Proses Motivasi ... Error! Bookmark not defined.

II.6 Model Motivasi Content Theory ... Error! Bookmark not defined.

II.7 Hirarki Kebutuhan Maslow ... Error! Bookmark not defined.

II.8 Tingkat Pencapaian Pemenuhan Kebutuhan ... Error! Bookmark not defined.

II.9 Proses Penguatan ... Error! Bookmark not defined.

II.10 Konsep Dasar Perilaku Individu ... Error! Bookmark not defined.

II.11 Perilaku Individu dalam Konteks Perilaku OrganisasiError! Bookmark not defined.

II.12 Hubungan Antara Variabel Budaya Organisasi, Motivasi dan Kepuasan Kerja serta

Implikasinya Terhadap Komitmen Pegawai Pada Universitas Pendidikan Indonesia

... Error! Bookmark not defined.

(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kajian mengenai Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)

memposisikan manusia sebagai suatu bentuk kapital (human capital) seperti

layaknya bentuk-bentuk kapital yang lain. Hal ini menjadikan manusia sebagai

investasi yang penting dan menentukan terhadap pertumbuhan produktivitas suatu

perusahaan atau organisasi, seperti yang dikemukakan oleh Yuniarsih (2008: 17)

“Manusia diposisikan sebagai bentuk kapital (human capital) sebagaimana bentuk-bentuk kapital lainnya (seperti teknologi, mesin, tanah, uang, dsb.) yang

sangat menentukan terhadap pertumbuhan produktivitas organisasi”. Dengan

demikian sumber daya manusia menjadi faktor produksi yang penting seperti

faktor-faktor produksi lainnya. Bahkan human capital memiliki keunggulan

dibandingkan dengan faktor-faktor produksi lainnya. Pendapat mengenai

pentingnya hal tersebut diadaptasi dari Mathis (2003: 76) yang menyebutkan

bahwa keunggulan SDM dibandingkan faktor produksi lainnya dalam strategi

persaingan suatu perusahaan antara lain: kemampuan inovasi dan

entrepreneurship, kualitas yang unik, keahliaan yang khusus, pelayanan yang

berbeda dan kemampuan produktivitas yang dapat dikembangkan sesuai

kebutuhan.

Keunggulan tersebut tidak lepas dari komponen-komponen human capital

itu sendiri. Setiap komponen memiliki peranan yang berbeda dalam menciptakan

human capital perusahaan yang menentukan nilai sebuah perusahaan. Nilai inilah

yang menjadikan sebuah perusahaan/organisasi berbeda dari perusahaan atau

organisasi lainnya. Diadaptasi dari Mayo (2000: 120) bahwa sumber daya

manusia atau human capital memiliki lima komponen yaitu individual capability,

individual motivation, leadership, the organizational climate, dan workgroup effectiveness. Oleh karena itu, mengingat peran SDM yang begitu besar dalam

perusahaan, maka, manajemen perusahaan harus lebih proaktif menjadikan

SDM-nya sebagai human capital yang perlu diberi perhatian dan pengembangan secara

(15)

Adapun human capital yang disarikan dari Schermerhon (2005: 33),

diartikan sebagai nilai ekonomi dari SDM yang terkait dengan kemampuan,

pengetahuan, ide- ide, inovasi, energi dan komitmennya. Untuk mengetahui

bagaimana kondisi human capital disuatu perusahaan, salah satunya dapat dilihat

bagaimana kinerja perusahaan tersebut. Selain dapat melihat bagaimana tangible

asset atau sumber daya yang terlihat, juga dapat melihat bagaimana intangible asset yang dimiliki perusahaan. Human capital merupakan komponen dari intellectual asset yang termasuk dalam intangible asset. Disarikan dari Mayo

(2000:115) bahwa, mengukur kinerja perusahaan dari perspektif keuangan

sangatlah akurat, tetapi sebenarnya, dasar penggerak nilai dari keuangan tersebut

adalah sumber daya manusia (human capital) dengan segala pengetahuan, ide, dan

inovasi yang dimilikinya. Selain itu untuk dapat mengetahui bagaimana keadaan

human capital disebuah perusahaan dapat dilihat juga dari

komponen-komponennya di atas.

Dengan mengetahui bagaimana kondisi komponen-komponen tersebut,

maka dapat diketahui bagaimana keadaan dari human capital itu sendiri. Untuk

mengetahui bagaimana pengaruhnya masing-masing komponen tersebut,

diperlukan pendekatan yang sesuai dengan penelitian penulis. Dikarenakan subjek

utamanya adalah manusia, maka pendekatan perilaku manusia dalam

berorganisasilah yang dipilih dalam penelitian ini. Variabel – variabel yang

digunakan penelitian ini dalam mengadaptasi komponen-komponen dari human

capital, yaitu budaya organisasi, motivasi pegawai, kepuasan kerja, dan komitmen

pegawai. Variabel Budaya organisasi diturunkan dari komponen the

organizational climate, variabel motivasi pegawai dari komponen individual motivation, variabel kepuasan kerja diturunkan dari komponen workgroup effectiveness, dan variabel komitmen pegawai diturunkan dari komponen individual capability. Selanjutnya adalah bagaimana variabel – variabel tersebut berkaitan dalam kehidupan berorganisasi atau perusahaan.

Kehidupan dalam berorganisasi selalu terdapat dinamika yang terjadi

didalamnya, hal tersebut dikarenakan didalamnya terdapat kumpulan manusia

yang berinteraksi dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi tersebut. Kossen

(16)

yang terbentuk oleh kegiatan-kegiatan spesialisasi dan tingkat-tingkat wewenang

guna mencapai secara efektif tujuan-tujuan dan sasaran khusus”. Dari pendapat

tersebut dapat diketahui bahwa untuk mencapai tujuannya tersebut sekumpulan

manusia tersebut akan melakukan kegiatan yang berulang-ulang dengan

bagian-bagiannya serta wewenangnya masing-masing sehingga membentuk pola tertentu

dan kemudian dijadikan standard kehidupan berorganisasi itu sendiri.

Pencapaian tujuan suatu organisasi tersebut akan sulit terlaksana, salah

satunya jika tidak adanya komitmen yang kuat dari setiap anggota organisasi

tersebut. Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English menyebutkan bahwa “commitment is something to which one has commited oneself, promise,

pledge”. Jadi secara harfiah komitmen dapat diartikan sebagai janji atau kesanggupan terhadap sesuatu. Hal ini terkait dengan kesanggupan setiap anggota

organisasi untuk melaksanakan hak dan kewajibannya terutama dalam mencapai

tujuan-tujuan organisasi tersebut. Sejak organisasi hanya sebagai wadah dalam

melaksanakan kegiatan dan tempatnya berkumpul sejumlah orang yang memiliki

tujuan yang sama, maka sudah menjadi kepentingan organisasi tersebut untuk

membawa kondisi pegawai mencapai tingkat komitmen yang diinginkan

Komitmen terhadap organisasi artinya lebih dari sekadar keanggotaan

formal. Komitmen organisasi merupakan kondisi dimana pegawai sangat tertarik

terhadap tujuan, nilai-nilai dan sasaran organisasinya, karena meliputi sikap

menyukai organisasi, unsur loyalitas terhadap organisasi, keterlibatan dalam

pekerjaan, dan kesediaan untuk mengusahakan tingkat upaya yang tinggi bagi

kepentingan organisasi demi pencapaian tujuan.

Pencapaian komitmen pegawai tersebut tidak serta-merta diperoleh oleh

pegawai terhadap organisasi atau perusahaannya. Selain perbedaan pemahaman

yang dibawa oleh masing-masing Pegawai tersebut sebagai individu dan anggota

masyarakatnya, peran perusahaan atau organisasipun menjadi sangat vital dalam

hal ini. Masalah rendahnya komitmen pegawai merupakan hal klasik dalam

kehidupan organisasi, akan tetapi hal tersebut membutuhkan suatu keahlian yang

tidak mudah dalam pemecahannya. Hal ini disebabkan karena masalah rendahnya

komitmen pegawai berhubungan langsung dengan sikap dan perilaku pegawai

(17)

Nilai-nilai yang ada dalam sebuah instansi merupakan perwujudan dari

karakter-karakter individu didalamnya. Karakter yang dibawa oleh Founding

Father atau cita-cita Negara yang melekat dan dilekatkan melalui

pandangan-pandangan, visi, dan nilai-nilai yang digunakan bersama, digabungkan dengan

karakter dari setiap individu yang menjadi Pegawai di instansi tersebut. Hal inilah

yang merupakan pembentuk dari budaya instansi tersebut. Kemudian dibaurkan

dalam kegiatan yang dilaksanakan secara berulang-ulang saat bekerja pada

instansi dan menghasilkan sistem, aturan bahkan kepercayaan pada anggota

kelompok tersebut yang kemudian dijadikan sistem nilai bersama atau budaya

organisasi. Hal ini sejalan dengan pendapat yang disarikan dari Sharplin (1995:

225) yang menyatakan bahwa budaya organisasi merupakan suatu sistem nilai,

kepercayaan, dan kebiasaan dalam suatu organisasi yang saling berinteraksi

dengan struktur sistem formalnya untuk menghasilkan norma-norma perilaku

organisasi.

Budaya organisasi memiliki fungsi-fungsi yang mendukung tercapainya

tujuan tersebut. Siagian (2002: 199) menyebutkan

“…lima fungsi penting budaya organisasi, yaitu 1) penentu batas-batas berperilaku, 2) menumbuhkan kesadaran tentang identitas sebagai organisasi, 3) penumbuhan komitmen, 4) pemeliharaan stabilitas organisasional, dan 5) mekanisme pengawasan. Dari pendapat ini dapat diindikasikan bahwa budaya organisasi akan menggiring tercapainya tujuan organisasi”.

Seorang individu berprilaku saat berinteraksi dengan lingkungannya.

Merespon sesuai dengan motivasi yang menjadi penggerak tingkah lakunya.

Sumantri (2001: 53) mengungkapkan, “motivasi sangat penting untuk mengerti

mengenai mengapa dan bagaimana perilaku seseorang dalam bekerja atau dalam

melakukan suatu tugas tertentu”. Oleh karena itu, untuk dapat mengarahkan

perilaku produktif dan efisien, masalah motivasi ini perlu diketahui dan dikaji

lebih dalam. Arifin (2003: 58) menjelaskan “motivasi diperlukan untuk (1)

mengamati dan memahami tingkah laku individu; (2) mencari dan menentukan

sebab-sebab tingkah laku individu; dan (3) memperhitungkan, mengawasi, dan

(18)

Agar menjadi perilaku yang efektif, motif harus diarahkan ke pencapaian

tujuan perusahaan. Motif terkuatlah yang akan menimbulkan perilaku. Maka

motif yang terbesar dalam individu sesorang itulah yang harus dikelola dan

diarahkan kepada tujuan atau aktivitas yang sesuai dengan tujuan instansi.

Sedangkan dalam perjalanannya seorang Pegawai dalam melaksanakan pekerjaan,

penting diketahui bagaimana sesungguhnya Pegawai tersebut menerima

pekerjaannya, dengan kata lain kepuasan kerjanya. Disebutkan oleh Greenberg

dan Baron dalam Wibowo (2007: 299) bahwa “kepuasan kerja sebagai sikap

positif atau negatif yang dilakukan individual terhadap pekerjaan mereka”. Hal ini

menjadi sangat penting karena idealnya dalam melaksanaan pekerjaan, seorang

Pegawai harus menikmati dan sepenuh hati.

Untuk mencapai pada kondisi dimana Pegawai memiliki komitmen yang

tinggi terhadap pekerjaan dan tempatnya bekerja, salah satunya dengan

memandang pekerjaannya sebagai sesuatu yang positif bagi dirinya, karena

kesadaran akan pekerjaan sebagai cara Tuhan memberikan rejeki melalui

penghasilan yang didapatkan dari bekerja untuk keberlangsungan hidupnya

menjadi pondasi yang kuat dalam pemahaman diri terhadap pekerjaan. Pada tahap

yang tertinggi komitmen tersebut tidak berubah meskipun dalam keadaan puas

maupun tidak puas terhadap apa yang didapatkan dari pekerjaannya. Jadi dalam

pencapaian terbentuknya komitmen ada suatu kondisi yang bisa dijadikan

perantara, salah satunya yaitu dengan mengetahui bagaimana kepuasan kerja

pegawai tersebut.

Dunia pendidikan merupakan salah satu yang selalu menjadi perhatian

dunia usaha bidang jasa. Para penyelenggara pendidikan dituntut untuk memiliki

kualitas yang baik dikarenakan output yang dihasilkan merupakan manusia

sebagai penentu kualitas dari human capital. Salah satu agenda reformasi

perguruan tinggi di Indonesia pada dasawarsa terakhir ini adalah independensi.

Konsekuensi logis dari adanya otonomi perguruan tinggi ini adalah tata kelola

yang baik atau disebut juga good governance sehingga menjadi good university

governance. Sebelumnya perguruan tinggi aturan dan regulasinya diatur lebih

banyak oleh pemerintah (government) yang menyebabkan pemerintah terlalu

(19)

(masyarakat bisnis maupun civil society). Kelemahan utamanya adalah dominasi

Negara yang meletakan nasib rakyat dari efektivitas Negara saja. Pada

perkembangannya lahirlah konsep governance, hal ini tercetus dari bentuk dari

ketidakpuasan terhadap konsep government, yang dikembangkan untuk

mengurangi kelemahan pada konsep government. UNDP (1997) mendefinisikan

governance sebagai pelaksanaan otoritas politik, ekonomi dan administrasi untuk

mengatur urusan-urusan negara, yang memiliki mekanisme, proses, hubungan,

serta kelembagaan yang kompleks di mana warga negara dan berbagai kelompok

mengartikulasikan kepentingan mereka, melaksanakan hak dan kewajiban mereka

serta menengahi perbedaan yang ada di antara mereka.

Tiga pemeran utama dalam konsep governance ini adalah Negara,

masyarakat bisnis dan civil society disinergikan dan diakomodir. Akan tetapi perlu

juga diwaspadai bahwa konsep governance ini apabila tidak memiliki kepastian

hukum, dapat menimbulkan satu monopoli terhadap salah satu pemerannya. Oleh

karena itu muncullah konsep good governance. Karakter good governance

menurut UNDP adalah sebagai berikut.

1. Partisipasi

2. Transaparansi

3. Akuntabel

4. Efektif dan efisien

5. Mengembangkan kepastian hukum (Rule of Law)

6. Responsif

7. Consensus oriented

8. Equity and Inclusiveness.

UPI merupakan Perguruan Tinggi yang mengalami beberapa kali

perubahan. Perubahan besar tersebut terjadi terutama pada saat berubahnya IKIP

Bandung menjadi UPI, dimana terjadi perluasan bidang garapan yang awalnya

hanya mengelola program studi bidang pendidikan saja menjadi Universitas yang

mengelola program studi non kependidikan. Selanjutnya pada saat pemerintah

memberlakukan PP No. 6 tahun 2004, saat UPI berubah bentuk menjadi

Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (PT BHMN). UPI dituntut untuk

(20)

Perguruan Tinggi Pemerintah (PTP). Status PTP ini memberikan perubahan

terhadap sumber pembiayaan penyelenggaraan pendidikan. APBN menjadi

sumber dari pembiayaan tersebut selain menerima pendapatan dari sumber lain

yang sesuai dengan perundang-undangan. Perubahan bentuk yang terakhir adalah

pada tanggal 13 Juli 2012 saat diberlakukannya UU Pendidikan Tinggi No. 12

Tahun 2012. Bedasarkan UU ini UPI berubah bentuk menjadi Perguruan Tinggi

Berbadan Hukum. Berikut ini perkembangan UPI dari masa kemasa.

Tabel I1.1

Perkembangan UPI Dari Masa Ke Masa

Tahun Perubahan

20 Oktober 1954 Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Pengajaran dan

Kebudayaan RI Nomor 35742 tanggal 1 September 1954,

berdirinya Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG)

25 November 1958 Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan,

Pengajaran dan Kebudayaan No. 40718/S, terintegrasi

dengan Universitas Padjadjaran menjadi FKIP

1961 Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor 6 Tahun 1961, FKIP A dan FKIP B

1 Mei 1963 Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 1963,

terjadi peleburan FKIP A, FKIP B dan IPG menjadi IKIP

Antara 1967 sampai

1970

IKIP mendirikan banyak Ekstention hampir di seluruh

Kabupaten di jawa Barat

1970an Ekstention berangsur ditutup dan menjadi Fakultas di

lingkungan Universitas di daerah masing-masing

1970 Membuka Program Pos Doktoral melalui Lembaga

Pendidikan Pos Doktoral (LPPD) PPS yang mengelola S2

dan S3

1976 LPPD berubah menjadi Sekolah Pasca Sarjana

1981 Sekolah Pasca Sarjana berubah menjadi Fakultas Pasca

Sarjana

(21)

Tahun Perubahan

Sarjana

1990/1991 IKIP Bandung mendirikan Program D II Pendidika Guru

Sekolah Dasar (PGSD)

1996/1997 IKIP Bandung membuka Program D II PGTK

7 Oktober 1999 IKIP Bandung berubah menjadi Universitas Pendidikan

Indonesia

2004 Berdasarkan PP No. 6 UPI diberi otonomi dan menjadi

Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (PT BHMN)

2012 Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 43 tanggal 23 April

2012 UPI berubah status menjadi Perguruan Tinggi

Pemerintah.

2012 Berdasarkan UU Pendidikan Tinggi No. 12, tanggal 13 Juli

2012, UPI berubah status menjadi Perguruan Tinggi

Berbadan Hukum

Sumber: www.upi.edu

Perubahan dan perkembangan ini menuntut pada peningkatan kinerja para

pegawai UPI. Berubahnya esensi UPI sebagai Perguruan Tinggi berbasis public

service menjadi corporate university, membawa perubahan kepada prinsip-prinsip

tata kelola yang menganut efisiensi dan efektivitas menuju otonomi Perguruan

Tinggi. Kesiapan mental bagi para pegawai UPI sangat diperlukan terhadap

perubahan ini. Persoalan yang perlu ditanggulangi secara sistematis adalah

pengembangan SDM dari segi wawasan, kepribadian, profesionalisme, dan

kompetensi sosial sebagai dasar untuk membangun budaya corporate university.

Merubah mindset instansi yang tidak banyak tuntutan seperti kebanyakan instansi

pemerintah, menuju pada etos kerja yang lebih produktif dan berprinsip pelayanan

prima terhadap seluruh stakeholder, menjadi tantangan tersendiri bagi UPI agar

bisa bersaing dengan perguruan tinggi lain. Dengan tata kelola yang baik (good

governance), diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan dan partisipasi public

terhadap peran perguruan tinggi, sehingga diharapkan juga Angka Partisipasi

(22)

Perbaikan sistem, infrastruktur dan aspek pendukung lainnya, tentu harus

didukung komitmen yang kuat dari setiap pegawai UPI agar tercapai dari setiap

capaian sebagai konpensasi dari perubahan bentuk tersebut. Kedisiplinan kerja

setiap pegawai UPI menjadi faktor penting bagi penilaian kinerja pegawai. Masih

adanya pelanggaran pelanggaran kedisiplinan kerja pegawai UPI, memberikan

efek yang kurang baik bagi kinerja maupun citra UPI sebagai institusi. Catatan

tindakan indisipliner tersebut dapat terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel I.2

Rekapitulasi Tindakan Indisipliner PNS UPI

TAHUN JUMLAH KETERANGAN HUKUMAN

Tahun 2004 1 Kasus Hukuman Disiplin Tk. Berat

Tahun 2005 4Kasus 3 Kasus mendapatkan Sanksi

Hukuman Disiplin Tk. Berat 1 Kasus Mutasi

Tahun 2006 2 Kasus 1 Kasus mendapatkan Sanksi

Hukuman Disiplin Tk. Berat 1 Kasus mendapatkan Sanksi

Hukuman Disiplin Tk. Sedang

Tahun 2007 1 kasus Minta lolos butuh (mutasi)

Tahun 2008 -

Tahun 2009 -

Tahun 2010 3 Kasus 1 Kasus mendapatkan Sanksi

Hukuman Disiplin Tk. Sedang 2 Kasus mendapatkan Pembinaan

dari Pimpinan Unit Kerja

Tahun 2011 4 Kasus 2 Kasus meminta pensiun dini

2 Kasus mendapatkan Pembinaan dari Pimpinan Unit Kerja

Tahun 2012 4 Kasus Masih dalam proses

Sumber: Direktorat SDM UPI

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pada tahun 2004 terjadi satu

kasus yang terjadi dengan hukuman disiplin tingkat berat. Pada tahun selanjutnya

terjadi peningkatan sebesar 400% dengan terjadinya empat kasus, tiga diantaranya

kasus disiplin tingkat berat dan satu kasus mutasi. Tahun 2006 terjadi penurunan

sebesar 50% dari tahun sebelumnya. Satu kasus merupakan sanksi disiplin tingkat

berat dan satu lagi sanksi disiplin tingkat sedang. Pada tahun 2007 terjadi

penurunan sebanyak 50% kembali, sehingga kasus yang terjadi hanya satu kasus

(23)

tidak terjadi pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh pegawai. Hanya saja pada

tahun-tahun selanjutnya hingga tahun 2012 ada peningkatan terjadinya kasus

indispliner ini. Peningkatan sebesar 300% terjadi pada tahun 2010 dengan adanya

3 kasus indisipliner dan hal tersebut naik sebanyak 133,3% dimana tindakan

indisipliner tersebut menjadi empat kasus pada tahun 2011 dan 2012.

Sebagai institusi yang mencetak sumber daya manusia, tentu saja faktor

pengajar menjadi hal yang vital dalam upaya pencapaian tujuan memuaskan

stakeholder. Kesejahteraan dosen dalam hal ini menjadi salah satu yang

seharusnya menjadi pemicu baiknya kinerja dari para dosen tersebut. Sebagian

besar dosen di UPI adalah PNS yang tingkat gaji pokoknya ditentukan oleh

pangkat golongan yang dimilikinya. Kenaikan pangkat terjadi apabila ada

pengajuan dari institusi dari hasil penilaian kinerja yang dikumpulkan secara

tertulis oleh yang bersangkutan. Kenaikan pangkat seharusnya menjadi motivasi

tersendiri bagi tiap Pegawai UPI sehingga kesejahteraannya meningkat dari segi

penghasilan gaji. Pada kenyataannya masih ada dosen-dosen UPI yang tidak

mengajukan kenaikan pangkat selama lebih dari 5 tahun semenjak pangkat yang

sebelumnya. Berikut data rekapitulasi dosen UPI yang belum naik pangkat selama

> dari 5 tahun.

Tabel I.3

Rekapitulasi Dosen UPI

Yang Belum Naik Pangkat > Dari 5 Tahun

No Unit Kerja Jumlah

1 FIP 80

2 FPIPS 26

3 FPBS 100

4 FPMIPA 100

5 FPTK 63

6 FPOK 41

7 FPEB 38

8 UPI Kampus Cibiru 5

9 UPI Kampus Sumedang 3

10 UPI Kampus Tasikmalaya 11

11 UPI Kampus Purwakarta 8

12 UPI Kampus Serang 7

Jumlah 482

(24)

Berdasarkan data diatas, dosen yang belum naik pangkat selama lima

tahun lebih yang tertinggi adalah FPBS dan FPMIPA sebesar 20,75%. Diikuti

oleh FIP sebesar 16,6%, FPTK sebesar 13,07%, FPOK dan FPEB masing-masing

sebesar 8,51% dan 7,88%. Sedangkan yang terendah adalah UPI Kampus

Sumedang sebesar 0,62% dan UPI Kampus Cibiru sebesar 1,04%. Diantara UPI

Kampus Daerah lainnya, UPI Kampus Daerah Tasikmalaya merupakan yang

tertinggi dengan persentase sebesar 7,88.

Perbaikan infrastruktur yang dilakukan UPI dengan membangun

gedung-gedung baru sangat berpengaruh pada citra UPI secara keseluruhan. Citra UPI di

dunia mayapun mengalami peningkatan. Hal tersebut ditunjukan melalui

peringkat secara Nasional yang menempatkan UPI pada posisi 5. Berikut ini 10

besar ranking Universitas menurut Webometrics.

Tabel I.4

Ranking Perguruan Tinggi Di Indonesia Per Juli 2012

No. University World

Rank

South East Asia

Asia Rank

1 Universitas Gadjah Mada (UGM) 381 9 50

2 University of Indonesia (UI) 508 15 79

3 Institute of Technology Bandung (ITB) 569 18 92

4 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) 583 19 95

5 Universitas Pendikan Indonesia (UPI) 631 22 106

6 Gunadarrna University 741 24 133

7 Bogor Agricultural University 765 25 140

8 Brawijaya University 839 29 156

9 Universitas Sebelas Maret 885 30 169

10 Diponegoro University 949 32 186

Sumber: Webometrics

UPI pada dibandingkan dengan UGM pada World Rank, terpaut 250

tingkat. Sedangkan dengan UI terpaut 123 tingkat. Dibandingkan dengan PTN

yang berada satu daerah (ITB) UPI terpaut 62 tingkat. Hal ini menandakan

meskipun secara nasional UPI berada pada jajaran lima besar, akan tetapi secara

(25)

Asia Tenggara maupun Ranking Asia, meskipun tidak terpaut terlalu jauh, akan

tetapi masih ada celah yang besar dibandingkan empat perguruan tinggi diatasnya.

Apabila peluang ini tidak dikelola dengan baik, terutama dari aspek human

capital, maka semua peluang tersebut tidak dapat dimanfaatkan dengan sempurna.

Hal-hal tersebut tentu saja banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhinya,

baik dari sistem maupun dari individunya itu sendiri. Langkah awal dalam

menghadapi situasi tersebut dengan menyiapkan pegawai dari dalam dirinya.

Bagaimana kesanggupannya dalam melaksanakan pekerjaannya tersebut dapat

diukur dengan konsep komitmen yang sudah dijelaskan sebelumnya. Akan tetapi

disinyalir pegawai secara keseluruhan masih belum kuat berkomitmen dalam

menyelesaikan pekerjaannya. Hal ini dapat dilihat dalam pencapaian Renstra

tahun 2006-2010 yang belum optimal dimana masih ada sekitar 19,05% dari

keseluruhan program terencana yang tidak mencapai target 100%. Berikut ini

gambaran pencapaian Renstra UPI 2006-2010 yang belum terpenuhi.

Tabel I.5

Capaian Renstra UPI 2006-2010 Yang Belum Terpenuhi

No. Kebijakan/Program Tujuan

Target yang mampu bersaing di pasar kerja dan menciptakan lapangan pekerjaan. Cttn: dilihat banyaknya lulusan di dunia kerja dan masa tunggu.

100% 70%

2

Meningkatkan mutu program, proses, dan hasil pembelajaran

Rata-rata lama penyelesaian studi: D2 = 5 smt, D3 = 7 smt, S1 = 9 smt, S2 = 5 smt, dan S3 = 7 smt

90% 40%

Mengakreditasi seluruh program studi dengan predikat: minimal B (D2, PGSD, PGTK), predikat A (S1), predikat A atau U (S2 dan SS3)

90% 43%

Penelitian dan Pengembangan Memfasilitasi pengembangan proposal penelitian yang bermutu dan berdaya saing tinggi

Mengajukan hak karya intelektual (paten)

Melaksanakan 2 program layanan pendidikan masyarakat yang menambah pendapatan universitas

10 program

(26)

No. Kebijakan/Program Tujuan inovasi pendidikan di sekolah dan luar sekolah secara nasional/regional/daerah

Terserapnya hasil inovasi pendidikan dalam praktek pendidikan

Meningkatkan daya tamping dan kualitas layanan pada mahasiswa penggunaan jasa asrama dan pemondokan yang bersih, sehat, aman dan nyaman

Program revitalisasi IKA dalam mendukung pengembangan UPI

Modernisasi Kampus dan Fasilitas

8 Meningkatkan sistem sekuriti dan manajemen kampus

Melatih tenaga keamanan kampus 200 orang 59,5%

Penataan Kelembagaan dan Sistem Manajemen

9 perguruan tinggi modern sesuai ketentuan yang berlaku kampus daerah sesuai dengan tuntutan kebutuhan

Meningkatkan peran dan fungsi pendukung untuk menjalankan sistem manajemen kampus

Menyusun peningkatan efisiensi dan efektifitas penggunaan energy

1 sistem 75%

Penataan SDM

13

Mengembangkan kode etik tenaga edukatif dan peneliti, serta pedoman dan

pelaksanaan penataan pegawai UPI sesuai dengan kebutuhan organisasi UPI berdasarkan PP Nomor 6 Tahun 2004 dan ART UPI

Menyusun pedoman dan pelaksanaan penataan pegawai UPI (administrasi dan akademik) sesuai dengan kebutuhan organisasi UPI

berdasarkan PP Nomor 6/2004 dan ART UPI dengan kebutuhan universitas

Menyempurnakan pedoman

rekrutmen oegawai universitas sesuai dengan kebutuhan universitas

Mewujudkan budaya kerja korporat di kalangan tenaga akademik dan tenaga administrasi sesuai dengan

(27)

No. Kebijakan/Program Tujuan

dan disiplin kerja yang tinggi dalam kaitannya dengan kapasitas membangung universitas

tuntutan UPI

Meningkatkan kehadiran seluruh tenaka akademik dan tenaga

administrasi sesuai dengan jam kerja dan jadwal kegiatan sekitar 70%

100% 98%

16

Mengangkat Guru Besar Tetap UPI yang potensial dari dalam dan luar UPI

Peningkatan pemberdayaan Guru Besar (Profesor) dari dalam dan luar UPI

100 orang 84%

Pengembangan Usaha

17 Menyempurnakan Business

Plan universitas

Mengoperasikan 1 (satu) unit usaha pendukung akademik

5 unit pendukung

60%

19 Mengembangkan model inkubator usaha universitas

Mendirikan unit inkubator usaha bisnis universitas insentif pegawai berbasis prestasi kerja, yang secara bertahap terus meningkat

1 sistem 70%

21

Menerapkan sistem evaluasi berbasis kinerja bagi tenaga dosen dan administrasi, serta berdampak terhadap perbaikan kesejahteraannya

Menyelenggarakan 1 sestem evaluasi kinerja secara periodik bagi dosen dan tenaga administrasi

1 sistem 70%

Menyelenggarakan 2 paket penilaian secara terpadu oleh pimpinan unit dan mahasiswa pada setiap semester

2 paket 70%

Memberlakukan 1 program rotasi dan mutasi sesuai dengan hasil penilaian kinerja

2 program 80%

22 Menata sistem pengembangan karier

Menerbitkan Koran kampus UPI

Chronicle triwulan secara causa kepada yang berjasa

memajukan UPI dan pendidikan

(Nasional/Internasional)

Terselenggaranya

pemberian/penganugerahan “awardIdoctoral honoris causa

6 Orang 75%

Sumber: Laporan Tahunan UPI BHMN 2010.

Berdasarkan data diatas, jumlah tujuan terbanyak yang tidak terlaksana

adalah dari kebijakan Peningkatan Kesejahteraan yaitu lima tujuan yang tidak

terlaksana dengan optimal. Hal tersebut kemungkinan besar proses pematangan

program yang dilakukan. Sedangkan tujuan yang terlaksana dengan persentase

(28)

kebijakan Pengembangan Usaha yang terlaksana hanya 20% saja. Data diatas

memberikan indikasi bahwa masih belum optimalnya komitmen pegawai UPI

secara keseluruhan dalam mencapai target yang ditetapkan dalam Renstra. Bila

hal tersebut tidak dapat diantisipasi dengan baik, maka pada capaian Renstra yang

akan datang pun dapat diprediksi ada program-program yang tidak terlaksana.

Oleh karena itulah penelitian ini dilakukan untuk meneliti salah satu aspek yang

diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam tercapainya capaian tersebut.

Penelitian ini diarahkan melalui pendekatan teori perilaku individu yang

diadaptasikan ke teori perilaku organisasi dimana perilaku sesorang dalam

beraktivitas di organisasi terjadi saat dirinya berinteraksi dengan lingkungannya

yang kemudian menghasilkan hasil perilaku. Dari keempat hal tersebut saling

memberikan umpan balik dalam prosesnya. Dikaitkan dengan konsep perilaku

individu, menjadikan Komitmen pegawai sebagai “Hasil Perilaku” maka

keberpengaruhannya akan dikaitkan dengan “perilaku” kemudian “Individu”, dan “Lingkungan”, tinggal konsep-konsep apa yang akan digunakan. Dalam penelitian ini penulis memilih Konsep Motivasi yang mewakilli “Individu”,

kemudian budaya organisasi mewakili “Lingkungan”, dan Kepuasan Kerja

mewakili “Perilaku” yang akan diteliti seberapa keberpengaruhannya satu sama

lain.

Untuk mengetahui seberapa kuat pengaruh ini, peneliti bermaksud untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Budaya Organisasi dan Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja serta Implikasinya Terhadap Komitmen Pegawai Pada Universitas Pendidikan Indonesia”.

B. Identifikasi Masalah

Pentingnya memperhatikan sumber daya manusia sebagai faktor produksi

yang utama akan memperbaiki produktivitas kerja, bukan hanya tergantung pada

kemampuan teknologi, tetapi juga membutuhkan manajemen dan sistem yang

baik pula sehingga pegawai dapat memerankan perannya secara penuh dengan

waktu yang seharusnya serta bekerja sama tanpa adanya kecemburuan, berebut

kekuasaan atau hal lain yang merugikan. Untuk meningkatkan komitmen pegawai

(29)

perkembangan menuju corporate university. Tatangan untuk menjadi Leading and

Outstanding, harus dijawab dengan kinerja yang semakin mengedepankan service exelence. Selain itu semakin meningkatnya citra UPI di masyarakat, memberikan

kontribusi yang besar kepada keinginan masyarakat untuk bisa menjadi civitas

akademika UPI.

UPI bergerak dalam bidang jasa pendidikan. Produk utamanya adalah

lulusan yang diharapkan bisa bersaing dikehidupannya. Apalagi UPI masih

berfokus sebagian besar kepada bidang kependidikan dengan mencetak guru-guru

yang disiapkan untuk ditingkat pendidikan dasar, menengah, atas dan perguruan

tinggi. Komitmen dari setiap pegawainya untuk mewujudkan “Leading and Outstanding” merupakan hal yang penting untuk terus terjaga. Setiap Pegawai dapat terjadi kemungkinan perbedaan tingkat komitmen pegawai. Beberapa aspek

yang mempengaruhi komitmen pegawai adalah, karakteristik pribadi (personal

characteristics), karakteristik yang berhubungan dengan pekerjaan (job or role related characteristics), karakter struktural (structural characteristics),

pengalaman yang diperoleh dari pekerjaan (work experience).

Karakteristik-karakteristik yang disebutkan di atas merupakan manifestasi

dari budaya organisasi dan lebih spesifik disebutkan bahwa karakter pribadi juga

terdapat unsur motivasi didalamnya. Pengalaman yang diperoleh dari pekerjaan

dapat menggambarkan bagaimana kepuasan kerja yang diperoleh pegawai saat

bekerja. Melihat dengan adanya pemasalahan, tantangan, dan peluang tersebut,

dipandang perlu oleh penulis untuk mengetahui hal-hal tersebut melalui suatu

penelitian tentang pengaruh budaya organisasi dan motivasi terhadap kepuasan

kerja serta implikasinya terhadap komitmen pegawai.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk mengkaji kondisi keseluruhan human capital suatu perusahaan

tentu memerlukan banyak sekali hal yang harus diteliti dan dikaji. Dalam

penelitian ini dibatasi hingga bagaimana keberpengaruhan variabel-variabel

tersebut saling mempengaruhi satu sama lainnya. Inti kajian penelitian ini adalah

komitmen pegawai. Banyak faktor yang mempengaruhi komitmen pegawai.

(30)

ini adalah budaya organisasi, motivasi dan kepuasan kerja. Berdasarkan hal

tersebut, pokok masalah yang diungkap dalam penelitian ini adalah seberapa kuat

pengaruh budaya organisasi dan motivasi terhadap kepuasan kerja serta

implikasinya terhadap komitmen Pegawai.

Berdasarkan uraian di atas, secara lebih rinci pokok masalah di atas dapat

dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian berikut ini.

1) Bagaimana pengaruh kuat lemahnya budaya organisasi terhadap tingkat

komitmen pegawai Universitas Pendidikan Indonesia?

2) Bagaimana pengaruh tingkat motivasi pegawai terhadap tingkat komitmen

pegawai Universitas Pendidikan Indonesia?

3) Bagaimana pengaruh kuat lemahnya budaya organisasi terhadap tingkat

kepuasan kerja pegawai Universitas Pendidikan Indonesia?

4) Bagaimana pengaruh tingkat motivasi pegawai terhadap tingkat kepuasan

kerja pegawai Universitas Pendidikan Indonesia?

5) Bagaimana pengaruh tingkat kepuasan kerja pegawai terhadap tingkat

komitmen pegawai Universitas Pendidikan Indonesia?

6) Bagaimana pengaruh kuat lemahnya budaya organisasi melalui kepuasan

kerja pegawai terhadap tingkat komitmen pegawai Universitas Pendidikan

Indonesia?

7) Bagaimana pengaruh tingkat motivasi pegawai melalui kepuasan kerja

pegawai terhadap tingkat komitmen pegawai Universitas Pendidikan

Indonesia?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk

memperoleh dan menganalisis gambaran empiris mengenai hal-hal sebagai

berikut.

1) Pengaruh kuat lemahnya budaya organisasi terhadap tingkat komitmen

pegawai Universitas Pendidikan Indonesia.

2) Pengaruh tingkat motivasi pegawai terhadap tingkat komitmen pegawai

(31)

3) Pengaruh kuat lemahnya budaya organisasi terhadap tingkat kepuasan

kerja pegawai Universitas Pendidikan Indonesia.

4) Pengaruh tingkat motivasi pegawai terhadap tingkat kepuasan kerja

pegawai Universitas Pendidikan Indonesia.

5) Pengaruh tingkat kepuasan kerja pegawai terhadap tingkat komitmen

pegawai Universitas Pendidikan Indonesia.

6) Pengaruh kuat lemahnya budaya organisasi melalui kepuasan kerja

pegawai terhadap tingkat komitmen pegawai Universitas Pendidikan

Indonesia.

7) Pengaruh tingkat motivasi pegawai melalui kepuasan kerja pegawai

terhadap tingkat komitmen pegawai Universitas Pendidikan Indonesia.

E. Kegunaan Penelitian

Apabila tujuan-tujuan di atas tercapai, maka penulis mengharapkan

penelitian ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang tertarik dengan permasalahan

yang dibahas. Adapun manfaat teoretis dan manfaat praktis yang ingin dicapai

adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

Kegunaan teoretis dari hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan

bagi ilmu manjemen sumber daya manusia, dan teori organisasi khususnya

berkaitan dengan perilaku individu dalam organisasi. Temuan-temuan ini dapat

dijadikan bahan pengembangan teoritik, atau dijadikan bahan kajian untuk

mengkaji berbagai teori yang selama ini telah terakumulasi, sehingga dapat

melahirkan kembali temuan ilmiah yang lebih produktif.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis bagi instansi terkait, hasil penelitian ini berguna sebagai

bahan informasi untuk dapat memahami sifat-sifat yang berkaitan dengan

komitmen pegawai, sehingga faktor budaya organisasi, motivasi dan kepuasan

kerja dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan komitmen pegawai. Bagi para

Pegawai, hasil penelitian ini merupakan sumbangan untuk meningkatkan mutu

(32)

bahan masukan dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan peningkatan

(33)

90 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Untuk dapat melakukan sesuatu penelitian, maka seorang peneliti harus

menentukan metode penelitian yang akan dipakai sehingga akan mempermudah

langkah-langkah penelitian. Winarno Surachmad (1995:13) menyatakan bahwa,

“metode-metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu

tujuan, misalnya menguji hipotesa dengan menggunakan teknik serta alat-alat

tertentu. Cara utama ini dipergunakan setelah penyelidikan serta dari situasi

penyelidikan karena pengertian metode penyelidikan adalah pengertian yang luas, yang biasanya perlu dijelaskan lebih eksplisit di dalam setiap penyelidikan.”

Penelitian ini merupakan tipe penelitian verifikatif yaitu penelitian yang

bertujuan menguji hipotesis. Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai,

metode yang digunakan adalah eksplanatory survey method yakni suatu metode

penelitian survey yang bertujuan menguji hipotesis dengan cara mendasarkan

pada pengamatan terhadap akibat yang terjadi dan mencari faktor-faktor yang

mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu (Rusidi, 1989:19). Oleh karena

itu, penelitian ini memerlukan operasionalisasi variabel yang dapat diukur dengan

cara kuantitatif untuk dapat digunakan sebagai model dalam menguji hipotesis

dengan metode statistika.

Sedangkan Masri Singarimbun (1995: 5), menyatakan bahwa explanatory

survey dimaksudkan untuk menjelaskan hubungan kausal antara variable-variabel

melalui pengujian hipotesa. Metode ini selain menggambarkan fenomena yang

ada, juga memberikan gambaran mengenai keterkaitan variabel-variabel yang

diteliti. Metode ini berupaya mandapatkan penjelasan mengapa suatu peristiwa

terjadi dengan mempelajari penyebab dan akibatnya melalui pengujian

proposisi-proposisi deduksi (hipotesis). Selain itu metode ini memberikan gambaran dari

hasil pengujian hipotesis serta membantu memprediksi dan memperoleh makna

dari permasalahan yang akan dipecahkan. Oleh karena itu penelitian ini sering

(34)

dalam penelitian ini adalah gejala sosial, maka gambaran yang diperoleh selain

menggunakan pendekatan analisis kuantitatif berdasarkan informasi statistik, juga

menggunakan pendekatan analisis kualitatif yang didasarkan pada interpretasi

terhadap hasil-hasilnya.

B. Definisi Operasional Variabel

Komaruddin (1988:57) berpendapat bahwa “setiap pengarang skripsi atau

tesis sebaiknya menetapkan terlebih dahulu istilah-istilah yang akan digunakan

dalam karangan ini dan yang lebih penting lagi adalah definisi dari istilah-istilah tersebut.” Hal tersebut dilakukan untuk menghindari adanya kesalahan dalam penafsiran. Untuk menghindari salah penafsiran terhadap variabel-variabel

penelitian, maka dilakukan definisi operasional variabel. Selain dari itu, definisi

variabel juga dapat dijadikan sebagai landasan berfikir bagi penulis untuk

menguraikan atau menjelaskan permasalahan yang akan diungkapkannya. Oleh

karena itu penulis mengemukakan definisi variabel-variabel tersebut berdasarkan

terminologi yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya sebagai berikut.

1) Variabel budaya organisasi menggunakan pendapat Robbins (2001:525)

yang menyatakan bahwa budaya organisasi merupakan sistem makna

bersama terhadap nilai-nilai primer yang dianut bersama dan dihargai

organisasi, yang berfungsi menciptakan pembedaan yang jelas antara satu

organisasi dengan organisasi lainnya, menciptakan rasa identitas bagi para

anggota organisasi, mempermudah timbulnya komitmen kolektif terhadap

organisasi, meningkatkan kemantapan sistem sosial, serta menciptakan

mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu membentuk sikap

dan perilaku para anggota organisasi.

2) Variabel motivasi menggunakan pendapat Hasibuan (2003:95) yang

mendefinisikan motivasi sebagai pemberian daya penggerak yang

menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama,

efektif dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan.

3) Variabel kepuasan kerja menggunakan pendapat Hasibuan (2007: 202)

yang mendefinisikan kepuasan kerja sebagai sikap emosional yang

(35)

moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja. Kepuasan kerja dapat

dinikmati dalam pekerjaan, di luar pekerjaan maupun kombinasi keduanya.

Kepuasan kerja dalam pekerjaan adalah kepuasan kerja yang dinikmati

dalam pekerjaan karena memperoleh pujian hasil kerja, penempatan,

perlakuan, peralatan dan suasana lingkungan kerja yang baik.

4) Variabel komitmen pegawai menggunakan pendapat Porter dan Smith

(Steers dan Porter, 1983:442-443) yang menyatakan bahwa komitmen

organisasional adalah

“A relative strength of an individual’s identification with and involvement in aparticular organization. It can be characterized by at least three factors: 1) a strong believe in and acceptance of the organization’s goal and values, 2) a willingness to exert considerable effort on behalf of the organization, and 3) a strong desire to maintain membership in the organization”.

C. Operasional Variabel Budaya Organisasi

Menurut Masri Singarimbun (1987:46), “Operasional variabel adalah petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel”. Variabel yang berkaitan dengan permasalah didalam penelitian ini mengandung maksud

dan nilai tertentu, diukur baik berdasarkan nilai empiris maupun analitiknya.

Memaknai budaya organisasi sebagai sistem makna bersama yang dianut Pegawai

dan menjadi identitas tersendiri yang berbeda dengan perusahaan lainnya

merupakan arah pandangan penelitian ini terjadap variable Budaya Organisasi.

Gambaran variabel budaya organisasi ini dapat dipersepsikan dengan melihat hasil

skor yang diperoleh responden, semakin tinggi skor yang diperoleh, maka dapat

ditafsirkan semakin tinggi persepsi responden terhadap budaya organisasinya.

Variabel budaya organisasi yang digunakan dalam penelitian ini,

mengadaptasi tipe budaya organisasi yang dikemukakan oleh Harrison (1972)

yaitu, tipe budaya organisasi berorientasi tujuan dan budaya organisasi yang

berorientasi orang. Tipe-tipe budaya ini selanjutnya digunakan sebagai

dimensi-dimensi variabel budaya organisasi sebagai berikut.

1) Dimensi budaya organisasi berorientasi hasil atau tujuan, didefinisikan

(36)

organisasi. Idikator-indikatornya adalah inovasi dan pengambilan risiko,

perhatian kerincian, dan orientasi hasil (Robbins, 2001).

2) Dimensi budaya organisasi berorientasi personil, didefinisikan sebagai

budaya organisasi yang fokus terhadap perkembangan anggota organisasi.

Indikator-indikatornya adalah perhatian terhadap pengembangan personil,

orientasi tim, keagresifan, dan kemantapan (Robbins, 2001). Operasional

variabel budaya organisasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel III.1

Operasional Variabel Budaya Organisasi

Variabel Dimensi Indikator Ukuran Skala

Budaya

 Kreativitas Pegawai dalam menemukan inovasi baru.

 Dukungan instansi kepada Pegawai untuk mau mengambil risiko dalam mewujudkan ide baru sebagai pemecahan masalah.

Perhatian

Kerincian 

Kesesuaian pendidikan, dan keahlian Pegawai dengan tugas/pekerjaan yang dibebankan.

Ordinal

 Kewenangan Pegawai untuk memecahkan masalah secara mandiri.

 Kewenangan yang diberikan dalam pengambilan keputusan tanpa harus disetujui pimpinan.

 Penerimaan terhadap tugas-tugas rutin yang diberikan perusahaan. Orientasi Hasil  Penentuan standar keberhasilan

pekerjaan yang disampaikan dengan jelas kepada setiap Pegawai.

Ordinal

 Pengoptimalan waktu yang diberikan kepada Pegawai untuk menyelesaikan tugas dengan giat.  Peluang yang diberikan kepada

Pegawai dalam mengembangkan pengetahuan/kemampuan guna meningkatkan kualitas kerja.  Kebebasan Pegawai untuk

menentukan skala prioritas dalam mengerjakan tugas-tugas.

 Kebebasan Pegawai untuk menentukan metode kerja dalam mengerjakan tugas-tugas

(37)

Variabel Dimensi Indikator Ukuran Skala Pegawai untuk mengikuti diklat/pelatihan yang relevan.

Ordinal

 Peluang yang diberikan kepada Pegawai untuk menyampaikan pendapat untuk perbaikan kualitas  Penghargaan yang diberikan

perusahaan bagi Pegawai yang telah melaksanakan tugas sesuai dengan standar kerja.

 Pemberdayaan Pegawai yang didasarkan atas potensi yang dimiliki.

 Kesempatan yang diberikan kepada Pegawai untuk menyesuaikan diri dengan nilai-nilai baru yang dianggap paling sesuai.

 Kesempatan yang diberikan kepada Pegawai untuk melanjutkan studi. Orientasi Tim  Interaksi Pegawai dalam

melaksanakan tugas yang diberikan dalam rangka mencapai tujuan bersama.

Ordinal

 Kesesuaian tim yang bertanggung jawab dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan program kerja.

 Komunikasi antara sesama rekan kerja dalam menumbuhkan kepercayaan untuk perubahan.  Kesetiakawanan antar kelompok

yang diwujudkan dengan saling memberi bantuan.

Keagresifan  Tingkat persaingan guna memajukan Instansi.

Ordinal

 Situasi kerja yang mendorong para Pegawai untuk bekerja keras.  Tantangan pekerjaan yang

diciptakan instansi.

Kemantapan  Kesamaan visi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab.

Ordinal

 Kesetiaan kepada nilai-nilai luhur perusahaan.

 Konsistensi Pegawai dalam melaksanakan tugas/tanggung jawab.

Sumber: Diadaptasi dari Robbins (2001), dan Horizon (1972) dalam Rasto (2006).

D. Operasional Variabel Motivasi

Penelitian ini memandang motivasi sebagai dorongan dari dalam diri

Pegawai dalam berprilaku saat menjalankan pekerjaannya. Untuk melihat

(38)

Pegawai terhadap karakteristik motivasi berprestasi yang dimilikinya. Semakin

tinggi skor yang diperoleh, dapat ditafsirkan semakin tinggi tingkat persepsinya

terhadap motivasi kerja.

Variabel motivasi dalam penelitian ini menggunakan pendapat Mc

Clelland yang meliputi dimensi need for achievement, need for power, dan need

for affiliation.

1) Dimensi Need for Achievement (kebutuhan akan prestasi), didefinisikan

sebagai dorongan dari dalam diri Pegawai untuk bekerja lebih baik dari

Pegawai lainnya. Dimensi ini diukur melalui karakteristik Pegawai

berprestasi yang meliputi: kreativitas, umpan balik, memperhitungkan

keberhasilan, dan menyatu dengan tugas.

2) Dimensi Need for Power (kebutuhan akan kekuasaan), didefinisikan

sebagai dorongan dari dalam diri Pegawai untuk mencapai kedudukan

yang terbaik dalam perusahaan. Dimensi ini diukur melalui karakteristik

karywan berprestasi yang meliputi: mempengaruhi dan mengendalikan

orang lain dan respon terhadap masalah-masalah organisasi

3) Dimensi Need for Affiliation (kebutuhan untuk berafiliasi), didefinisikan

sebagai dorongan dari dalam diri Pegawai untuk mengadakan hubungan

yang erat dan saling menyenangkan dengan Pegawai lain. Dimensi ini

diukur melalui karakteristik individu berprestasi yang meliputi: kebutuhan

akan perasaan diterima oleh orang lain di lingkungan ia hidup dan bekerja

(sense of belonging), kebutuhan akan perasaan dihormati (sense of

important), kebutuhan akan perasaan ikut serta (sense of participation).

Operasional variabel motivasi secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel

(39)

Tabel III.2

Operasional Variabel Motivasi Kerja

Variabel Dimensi Indikator Ukuran Skala

Motivasi 1. Kebutuhan akan prestasi

Kreativitas  Dorongan untuk melakukan pekerjaan dengan cara-cara baru yang lebih inovatif

Ordinal

 Dorongan mencari peluang untuk maju agar lebih optimal dalam bekerja

 Dorongan untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi

 Dorongan untuk berinisiatif dalam melakukan pekerjaan

Umpan balik  Dorongan untuk mendapatkan umpan balik yang cepat dari hasil pekerjaan yang dilakukan

 Dorongan untuk mendapatkan umpan balik yang konkret dari hasil pekerjaan yang dilakukan  Dorongan untuk mendapatkan umpan balik untuk

melakukan perbaikan Memperhitungk

an keberhasilan 

Dorongan untuk menentukan tujuan pekerjaan secara realistik

 Dorongan untuk berani mengambil risiko dari pekerjaan yang dilakukan

 Dorongan untuk bertanggungjawab terhadap hasil pekerjaan yang dilakukan

 Dorongan untuk mencapai tujuan lebih baik dari sebelumnya

Menyatu

dengan tugas 

Dorongan untuk mempunyai komitmen terhadap pekerjaan

 Dorongan untuk mempunyai loyalitas terhadap pekerjaan

 Dorongan untuk disiplin dalam melakukan pekerjaan

 Dorongan untuk bersaing dengan orang lain dalam melakukan pekerjaan

Ordinal

 Dorongan untuk menjadi yang terbaik dari orang lain

 Dorongan untuk menjaga hubungan yang harmonis dengan Pegawai lain dalam bekerja

 Dorongan untuk menjaga hubungan yang harmonis dengan Pimpinan dalam bekerja

 Dorongan untuk mengadakan pendekatan dalam mempengaruhi orang lain dengan menjaga prestasi kerjanya

 Dorongan untuk cepat tanggap terhadap masalah-masalah yang dihadapi instansi

 Dorongan untuk aktif melaksanakan kebijakan-kebijakan instansi

 Dorongan untuk aktif mencari solusi terbaik dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi instansi

 Dorongan untuk menciptakan hubungan yang saling menyenangkan dengan orang lain

Ordinal

Gambar

Tabel
Gambar Halaman
Tabel I1.1  Perkembangan UPI Dari Masa Ke Masa
Tabel I.2  Rekapitulasi Tindakan Indisipliner PNS UPI
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI PADA PEGAWAI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH..

Berdasarkan hasil penelitian pegawai di Disperindagkop DIY diketahui bahwa budaya organisasi dan kepuasan kerja secara simultan berpengaruh positif terhadap komitmen

Untuk melihat besarnya Pengaruh Budaya Organisasi dan Kompensasi terhadap Motivasi Kerja Guru Serta Implikasinya Terhadap Kinerja Guru di SMA Negeri 6 Cimahi dapat dilihat

Untuk melihat besarnya Pengaruh Budaya Organisasi dan Kompensasi terhadap Motivasi Kerja Guru Serta Implikasinya Terhadap Kinerja Guru di SMA Negeri 6 Cimahi dapat dilihat

; 3) kepuasan kerja pegawai terhadap kinerja pegawai dan 4) budaya organisasi, motivasi kerja dan kepuasan kerja secara bersama – sama terhadap kinerja pegawai

Adapun hasil uji reliabilitas terhadap masing-masing variabel dapat dilihat pada Tabel 8 yang menyatakan bahwa instrumen Kepercayaan, Komitmen Organisasi, Motivasi Kerja, dan

Berdasarkan hasil analisis data mengenai pengaruh budaya organisasi, kepuasan kerja dan motivasi terhadap kinerja pegawai , maka dapat diambil kesimpulan sebagai

Untuk melihat besarnya Pengaruh Budaya Organisasi dan Kompensasi terhadap Motivasi Kerja Guru Serta Implikasinya Terhadap Kinerja Guru di SMA Negeri 6 Cimahi dapat dilihat