• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI COACHING BERBASIS REKAMAN VIDEO TERHADAP KEMUNCULAN PERTANYAAN GURU BERDASARKAN JENJANG KOGNITIF BLOOM PADA PROSES PEMBELAJARAN IPA DI KELAS V SEKOLAH DASAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI COACHING BERBASIS REKAMAN VIDEO TERHADAP KEMUNCULAN PERTANYAAN GURU BERDASARKAN JENJANG KOGNITIF BLOOM PADA PROSES PEMBELAJARAN IPA DI KELAS V SEKOLAH DASAR."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

F. Definisi Operasional ... 9

BAB II PERANAN COACHING BERBASIS REKAMAN VIDEO DALAM MEMUNCULKAN PERTANYAAN GURU BERDASARKAN JENJANG KOGNITIF BLOOM PADA PROSES PEMBELAJARAN IPA A. Proses Pembelajaran IPA Sekolah Dasar ... 11

B. Pentingnya Pertanyaan dalam Proses Pembelajaran IPA ………… 14

C. Keterampilan Bertanya ………... 18

D. Keterampilan Bertanya yang Perlu Dikuasai Guru ... 21

E. Klasifikasi Pertanyaan ………... 23

F. Coaching Berbasis Rekaman Video ... 31

▸ Baca selengkapnya: pada video tersebut guru mengelompokan berdasarkan apa

(2)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian ... 41

B. Subjek dan Lokasi Penelitian ... 42

C. Instrumen Penelitian ... 43

D. Teknik Analisis Data …... 44

E. Prosedur Penelitian ... .. 45

F. Alur Penelitian ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pertanyaan Guru Pada Jenjang Kognitif Taxonomi Bloom Sebelum dan Sesudah Mengikuti Coaching Berbasis Rekaman Video ………...…………...……… 50

B. Pertanyaan Guru Pada Setiap Jenjang Kognitif Bloom …... 54

C. Penerapan Coaching Berbasis Rekaman Video Terhadap Kemunculan Pertanyaan Guru Berdasarkan Jenjang Kognitif Bloom ...…...…...……….... 69

D. Pertanyaan Guru dalam Proses Pembelajaran IPA Berdasarkan Jenjang Kognitif Bloom ……...…... 86

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 91

B. Rekomendasi ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 94

LAMPIRAN-LAMPIRAN ……... 98

(3)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nurhadi et al (2004:45) berpendapat bahwa Ilmu pengetahuan bisa

berkembang bermula dari kegiatan bertanya, bertanya dalam pembelajaran

dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai

kemampuan berpikir siswa, guru menggunakan pertanyaan untuk menuntun siswa

berpikir, bukan penjejalan berbagai informasi penting yang harus dipelajari siswa,

guru menggunakan pertanyaan untuk membuat penilaian secara kontinyu terhadap

pemahaman siswa. Menurut pendapat yang dikemukakan Nasution (1995;161)

pertanyaan merupakan suatu stimulus yang mendorong anak untuk berpikir dan

belajar, melalui pertanyaan anak akan lebih mudah menguasai materi atau konsep

yang diberikan dan kemampuan berpikir siswa akan berkembang. Jacobsen,

Eggen & Kauchak (2009) menjelaskan bahwa mengajukan pertanyaan merupakan

salah satu strategi pengajaran dasar yang dapat diterapkan pada hampir semua

bidang materi pelajaran, tingkatan kelas atau kepribadian guru. Jika dilakukan

dengan efektif, strategi ini dapat mendorong keterlibatan siswa, meningkatkan

pembelajaran, memotivasi siswa, dan menyediakan umpan balik tentang

kemajuan pembelajaran, baik kepada guru maupun siswa.

Dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh seorang guru

tidaklah lepas dari guru memberikan pertanyaan dan peserta didik memberikan

(4)

2

proses belajar mengajar. Bertanya merupakan suatu hal sangat lazim dilakukan

dalam proses pembelajaran. Guru seringkali bertanya untuk berbagai tujuan,

misalnya untuk mengukur pemahaman siswa, untuk mendapatkan informasi dari

siswa, untuk merangsang siswa berpikir dan untuk mengontrol kelas (Widodo

2006:139).

Untuk mendukung terjadinya proses belajar yang mendorong siswa

berpikir maka guru berperan dalam menentukan proses yang terjadi di dalamnya,

sebagaimana dikemukakan Slameto (2003:97) yang menyatakan bahwa “dalam

proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing

dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan”. Guru

mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas

untuk membantu proses perkembangan siswa, pada saat diketahui bahwa prestasi

siwa tidak memuaskan, maka guru yang seringkali menjadi pihak yang

disalahkan. Maka muncul ungkapan guru tidak professional, sebagai salah satu

upaya untuk mengatasi “ketidak profesionalan” ini maka muncul ide seperti

peningkatan gaji, peningkatan jenjang pendidikan, guru harus juga melakukan

penelitian, uji sertifikasi, dan sebagainya. Hal-hal tersebut tentu tidak salah,

namun profesionalisme sesungguhnya lebih ditentukan oleh penguasaan

pengetahuan dan keterampilan professional, adanya mekanisme untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tersebut, dan keinginan untuk

(5)

3

Dahar (Maryati 2008:1) mengungkapkan hasil penelitiannya yang

menyatakan bahwa kemampuan guru bertanya dalam proses belajar mengajar

masih relatif rendah. Pertanyaan-pertanyaan guru dalam evaluasi masih pada

tingkat berpikir yang paling rendah, yaitu dalam bentuk hafalan. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa kebanyakan guru masih mengalami kesulitan,

termasuk guru biologi, dalam mengajukan pertanyaan yang menuntut siswa

berpikir tingkat tinggi. Widodo (2006) menyatakan hasil penelitiannya mengenai

profil pertanyaan guru dan siswa dalam pembelajaran sains di empat SMP di

Bandung berdasarkan jenjang kognitif taxonomy Bloom pada proses

pembelajaran biologi, diketahui bahwa pertanyaan mengingat 38%, pertanyaan

memahami 55%, pertanyaan aplikasi 0%, pertanyaan analisis 0%, peranyaan

evaluasi 7%, dan pertanyaan menciptakan adalah 0%. Sehingga diketahui

bahwa distribusi pertanyaan belum merata dalam setiap jenjang kognitif yang

ada.

Hasil penelitian yang relevan dilakukan Lestari (Widodo 2006:140)

menemukan bahwa sebagian besar pertanyaan yang ditanyakan guru merupakan

pertanyaan tertutup dan pada jenjang hafalan (C1) dan pemahaman (C2).

Anggraeni (2011) dalam hasil penelitiannya tentang analisis kemampuan

bertanya guru pada proses pembelajaran IPA di 16 SD di kota Sumedang pada

aspek pertanyaan berpikir dan aspek pertanyaan inkuiri menyatakan bahwa

pengalaman mengajar, status guru (tersertifikasi dan belum tersertifikasi) jenjang

pendidikan, dan pengalaman mengikuti pelatihan tidak berpengaruh terhadap

(6)

4

Berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui bahwa sebagian besar

pertanyaan yang diajukan guru belum merata pada setiap jenjang berpikir

kognitif, maka perlu dilakukan upaya untuk dapat memunculkan pertanyaan

guru pada setiap jenjang kognitif selama proses pembelajaran, berbagai upaya

peningkatan profesionalisme guru seperti penataran, pelatihan, peningkatan gaji,

peningkatan jenjang pendidikan, telah dilakukan namun belum menunjukan hasil

yang memuaskan. Menurut Widodo et al (2006) penataran yang dilakukan

terhadap guru tidak mengalami perubahan dalam mengajar, cara guru mengajar

tetap saja seperti sebelum mengikuti kegiatan penataran.

Penelitian yang telah dilakukan (Widodo et al 2007:3) terungkap

beberapa kendala untuk menerapkan hasil‐hasil kegiatan peningkatan

profesionalisme. Kedala‐kendala tersebut berkaitan dengan proses, isi, maupun

dukungan pasca pelatihan. Kendala yang berkaitan dengan proses

pelatihan/penataran: a) metode pelatihan pada umumnya berupa ceramah dan

diskusi tanpa ada kesempatan bagi guru untuk berlatih menerapkan secara

nyata; b) pelaksanaan pelatihan/penataran bersifat masal sehingga tidak bisa

memperhatikan kebutuhan/permasalahan individual setiap guru; c) kegiatan

pelatihan/penataran jarang sekali mendiskusikan permasalahan nyata yang

ada di lapangan. Kendala penerapan yang terkait dengan isi

pelatihan/penataran mencakup: a) materi kurang sesuai dengan kebutuhan

lapangan; b) materi yang diberikan dalam pelatihan/penataran sulit

diterapkan. Sebenarnya materi yang disajikan dapat dipahami dengan baik

(7)

5

selama ini sebagian besar belum diikuti dengan monitoring dan evaluasi

yang memadai. Selain itu tidak adanya evaluasi, dukungan nyata dari

sekolah terhadap (waktu, sarana, dan dana) juga kurang memadai. Berdasarkan

permasalahan tersebut, maka diperlukan suatu upaya untuk dapat meningkatkan

profesionalisme guru, salah satunya ialah memunculkan pertanyaan guru pada

jenjang kognitif Bloom, sebagai alternatif untuk memecahkan masalah tersebut

yaitu melalui program coaching berbasis rekaman video (Widodo, Riandi,

Suprianto 2006).

Fisher (Widodo 2007:1) megungkapkan bahwa coaching berbasis rekaman

video merupakan suatu program yang dirancang untuk membantu guru

menemukan kelebihan dan kekurangannya serta memberikan saran untuk

meningkatkannya. Melalui pemilihan cuplikan rekaman video pembelajaran

yang tepat dan guru menyajikannya secara terprogram, guru akan tahu betul apa

yang harus diperbaiki dan bagaimana memperbaikinya, selain itu pengetahuan

baru yang diperoleh guru melalui program coaching juga lebih aplikatif sebab

pengetahuan tersebut adalah pengalaman nyata seksama guru dan bukan

penjelasan teoritis atasan, ahli atau penatar (Widodo 2007:4)

Widodo (2007:5) mengungkapkan beberapa alasan mengapa coaching

berbasis video dapat meningkatkan keterampilan bertanya guru diantaranya:

1. Coaching berbasis rekaman video memberikan kesempatan kepada guru

untuk melihat kekurangan dan kelebihannya dalam mengajar, dengan

coaching berbasis rekaman video guru dapat mengetahui kualitas pertanyaan

(8)

6

pengetahuannya, keyakinannya, dan juga keterampilan bertanya, sehingga

dapat membantu guru dalam menentukan langkah yang harus diperbaiki

dalam proses pembelajaran selanjutnya.

2. Coaching berbasis rekaman video pembelajaran membantu guru membuka

wawasannya melalui diskusi dengan ahli pembelajaran.

3. Coaching berbasis rekaman video pembelajaran menggabungkan pendekatan

individual dan pendekatan kelompok. Program peningkatan kualitas guru

yang telah ada bersifat masal sehingga tidak memperhatikan perkembangan

individual guru. Belajar pada dasarnya adalah proses individual oleh karena

itu guru juga harus diberi kesempatan untuk mendapatkan perlakuan yang

sifatnya individual. Pendekatan yang sifatnya individual ini tentu saja lebih

memperhatikan aspek-aspek emosional dan keyakinan guru. Pada saat

tertentu coaching juga dilakukan dalam kelompok sehingga ada interaksi

antar guru.

4. Coaching berbasis rekaman video pembelajaran memberikan kesempatan

kepada guru untuk mengamati pembelajaran yang dilakukan guru lain. Hal

ini akan membantu guru untuk menemukan ide‐ide baru untuk

memperkaya pengetahuannya tentang pembelajaran.

5. Coaching berbasis rekaman video pembelajaran bukan hanya memfokuskan

pada proses pemberian nasehat saja namun juga memberikan dukungan

pada saat guru menerapkan perubahan yang diinginkan. Pada saat guru

(9)

7

coach. Oleh karena itu kesulitan dan permasalahan lain yang muncul akan

dapat diidentifikasi dan dipecahkan dalam sesi coaching berikutnya.

Hasil uji coba yang dilakukan Widodo (2007) menunjukkan bahwa

program coaching yang telah dikembangkan dapat digunakan walaupun masih

memerlukan beberapa penyempurnaan. Beberapa hal yang masih perlu

penyempurnaan antara lain adalah kualitas video, tampilan, dan petunjuk

pengoperasian. Sekalipun program coaching yang telah dikembangkan masih

memiliki beberapa kelamahan, namun dalam uji coba terbatas terungkap bahwa

paket program coaching tersebut bisa membantu coachee (terutama guru) untuk

menyadari kelemahan dalam dirinya yang perlu diperbaiki, mendapatkan ide

untuk memperbaikinya kelemahan yang dimiliki, dan memotivasi mereka untuk

meningkatkan kemampuan diri.

Setelah meninjau kelebihan dan kekurangan program coaching berbasis

rekaman video kemudian dikaitkan dengan permasalahan yang telah dipaparkan,

maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimanakah implementasi coaching

berbasis rekaman video terhadap kemunculan pertanyaan guru berdasarkan

jenjang kognitif Bloom pada proses pembelajaran IPA kelas V SD.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah implementasi coaching berbasis

(10)

8

pertanyaan jenjang kognitif secara proporsional pada proses pembelajaran IPA

kelas V Sekolah Dasar?”

Untuk memperjelas masalah tersebut dirumuskan pertanyaan-pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Apakah terdapat peningkatan kemampuan guru dalam memunculkan

pertanyaan jenjang kognitif sebelum dan sesudah coaching berbasis rekaman

video?

2. Apakah terjadi perubahan distribusi peranyaan guru pada setiap jenjang

kognitif sebelum dan sesudah coaching berbasis rekaman video?

C. Batasan Masalah

Untuk memfokuskan pengkajian permasalahan yang diteliti, maka dibatasi

sebagai berikut:

1. Penelitian dilaksanakan terhadap guru yang mengajar IPA Kelas V Sekolah

Dasar di gugus 1, 2 dan 11 Kota Bandung.

2. Jenis pertanyaan yang diambil dalam penelitian ini adalah pertanyaan

berdasarkan taxonomi Bloom

3. Subjek penelitian adalah delapan orang guru SD Negeri di gugus 1, 2 dan 11

kota Bandung.

(11)

9

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji implementasi coaching berbasis

rekaman video terhadap kemunculan pertanyaan jenjang kognitif Bloom yang

diajukan guru pada proses pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap

kemunculan pertanyaan berdasarkan jenjang kognitif Bloom yang diajukan guru

pada proses pembelajaran IPA di kelas V SD. Manfaat yang dapat dipetik dari

penelitian ini sebagai alternatif dalam upaya memunculkan pertanyaan guru

berdasarkan jenjang kognitif Bloom. Dengan munculnya pertanyaan jenjang

kognitif nantinya akan berdampak pada perkembangan keterampilan berpikir

siswa.

F. Definisi Operasional 1. Pembelajaran IPA

Pembelajaran IPA dalam penelitian ini didefinisikan sebagai proses

pembelajaran yang dilaksanakan di kelas V Sekolah Dasar yang dilakukan

selama dua jam pelajaran sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

2. Pertanyaan jenjang kognitif Bloom

Pertanyaan jenjang kognitif Bloom dalam penelitian ini merupakan

pertanyaan terkait proses berpikir yang disampaikan guru kepada peserta didik

selama proses pembelajaran berlangsung, distribusi setiap jenjang pertanyaan

(12)

10

3. Coaching berbasis rekaman video

Coaching berbasis rekaman video dalam penelitian ini adalah serangkaian

proses dalam upaya memunculkan pertanyaan berdasarkan jenjang kognitif

Bloom yang disampaikan guru selama proses belajar mengajar di kelas.

Melalui tayangan video pembelajaran didampingi video coaching yang di

dalamnya ditampilkan prolog mengenai pentingnya pertanyaan dalam proses

pembelajaran dan ditampilkan pula teks pada pertanyaan yang disampaikan

guru sesuai dengan jenjang kognitif berdasarkan taxonomi Bloom dengan

(13)

41

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen

(pre-experimental) dengan desain penelitian pretest-postes kelompok tunggal

ekperimen. Eksperimen jenis ini belum memenuhi persyaratan seperti cara

eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu

(Arikunto 2010: 123). Pada desain ini peneliti melakukan pengambilan video

pembelajaran untuk mendapatkan hasil pengukuran awal terhadap suatu subjek

yang diteliti sebagai tes awal (pretest), kemudian peneliti memberikan perlakuan

tertentu. Setelah itu melakukan pengambilan video pembelajaran kembali sebagai

test akhir (postest), tes akhir dilakukan sebanyak dua kali bertujuan untuk melihat

hasil dari perlakuan yang diberikan. Instrument yang digunakan dalam

pengukuran tes awal dan tes akhir menggunakan instrument yang sama.

Adapun perlakuan yang diberikan disini adalah coaching berbasis rekaman

video yang difokuskan kepada keterampilan bertanya guru pada jenjang kognitif

berdasarkan taxonomi Bloom. Rancangan desain penelitan ini dapat dilihat pada

(14)

42

Tabel 3.1 Desain Penelitan

Pretest Perlakuan Postest

X

Keterangan :

: Observasi keterampilan bertanya guru dalam KBM di kelas sebelum

pemberian perlakuan

X : Pemberian perlakuan coaching berbasis rekaman video

:

Observasi keterampilan bertanya guru dalam KBM di kelas setelah

pemberian perlakuan

B. Subjek dan Lokasi Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah guru IPA kelas V Sekolah Dasar di

gugus 1, 2 dan 11 Kota Bandung yang berjumlah 8 orang. Teknik pengambilan

sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik purposive

sampling, yaitu dengan cara mengambil sampel berdasarkan adanya tujuan

tertentu Arikunto (2010: 183).

Lokasi penelitian ini dilakukan di 8 Sekolah Dasar pada gugus 1, 2 dan

11 yang ada di Kota Bandung, sekolah tersebut yaitu SDN Isola 1, SDN Isola 2,

SDN Sukarasa 3, SDN Sukarasa 4, SDN Harapan, SDN Cipedes 5, SDN

(15)

43

C. Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Pedoman observasi, dilakukan untuk mengungkap pertanyaan guru

berdasarkan jejang kognitif Bloom pada pembelajaran IPA di kelas V dengan

cara menganalisis video pembelajaran yang direkam secara utuh dengan

menggunakan video kamera, kemudian pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

guru diklasifikasikan sesuai indikator pertanyaan berdasarkan taxonomi

Bloom. Pemanfaatan rekaman video dilaksanakan untuk mangatasi

keterbatasan peneliti dalam mengobservasi secara langsung kegiatan

pembelajaran, Stigler et al 1999, von Aufschnaiter & von Aufschnaiter

(Widodo 2010:3) mengemukakan bahwa pengamatan menggunakan video

memungkinkan peneliti untuk mengamati proses belajar mengajar dengan

lebih baik sekalipun proses itu kompleks dan berlangsung cepat. Instrument

observasi tertuang dalam Lampiran A.1

2. Pedoman wawancara, instrumen ini digunakan untuk memperoleh gambaran

mengenai pengetahuan guru tentang keterampilan bertanya. Instrumen

wawancara tertuang dalam Lampiran A.3

3. Catatan lapangan, digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian di dalam

kelas mengenai kondisi-kondisi tertentu yang ditemukan selama observasi.

4. Indikator pertanyaan berdasarkan jenjang kognitif taxonomi Bloom, untuk

membantu guru dalam mempelajari pertanyaan pada setiap jenjang kognitif.

(16)

44

D. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan terhadap hasil rekaman video pembelajaran, untuk

mendapatkan data mengenai pertanyaan guru berdasarkan takonomi Bloom yang

disampaikan pada proses pembelajaran IPA di kelas, data yang diperoleh diolah

dalam bentuk persentase (%). Adapun klasifikasi pertanyaan dirumuskan sebagai

berikut:

Klasifikasi pertanyaan guru berdasarkan jenjang kognitif Bloom

Keterangan:

F Kum (%) : Rata-rata pertanyaan guru pada aspek tertentu berdasarkan

taxonomi Bloom

f : Jumlah pertanyaan guru untuk aspek tertentu

n : Jumlah total pertanyaan guru berdasarkan taxonomi Bloom

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data

deskriptif kualitatif. Teknik analisis data deskriptif kualitatif yaitu teknik

analisis data dengan cara menganalisis atau mendeskripsikan data yang

diperoleh dari hasil observasi tentang pertanyaan yang diajukan guru kelas V SD

di gugus 1, 2 dan 11 kota bandung.

Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh gambaran pola pertanyaan yang

digunakan oleh guru sebelum mendapatkan program coaching berbasis rekaman

(17)

45

pola pertanyaan yang dikembangkan, maka akan diperoleh gambaran tentang

pertanyaan yang digunakan oleh guru pada proses pembelajaran IPA.

E. Prosedur Penelitian

Ada tiga tahapan dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu tahap persiapan,

tahap pelaksanaan dan tahap analisis data serta penyusunan laporan, sebagaimana

diuraikan berikut ini:

1. Tahap Persiapan

a. Melakukan study literatur dan study pendahuluan

b. Memilih masalah berdasarkan hasil literature

c. Membuat proposal penelitian, melakukan seminar, selanjutnya melakukan

perbaikan proposal sesuai dengan arahan dosen pembimbing dan dosen

penguji.

d. Menyusun indikator pertanyaan untuk digunakan dalam video coaching

berbasis rekaman video

e. Menyusun instrument penelitian mengenai peningkatan keterampilan

bertanya guru dalam proses pembelajaran IPA dan instrument wawancara

untuk mengungkap pengetahuan guru mengenai keterampilan bertanya

f. Pembuatan video coaching kemudian video yang telah diperoleh diedit

sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan sebelumnya.

(18)

46

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melakukan observasi pertama, sebagai tes awal (pretest) dengan cara

merekam pembelajaran guru selama proses KBM untuk mengungkap

pertanyaan jenjang kognitif yang diajukan guru sebelum pemberian

perlakuan, kemudian wawancara untuk mengungkap pengetahuan guru

mengenai keterampilan bertanya.

Hasil rekaman pada observasi pertama langsung ditransfer ke bentuk

digital (VCD) agar dapat diberikan kepada guru pada tahap pemberian

perlakuaan coaching untuk dipelajari sehingga guru bisa mengetahui

kelebihan serta kelemahannya selama proses pembelajaran.

b. Melakukan wawancara terhadap guru untuk mengetahui pemahaman guru

mengenai keterampilan bertanya.

c. Memberikan perlakuan coaching berbasis rekaman video dengan cara

memberikan video guru yang telah direkam pada observasi pertama

sebelum adanya perlakuan didampingi video pendamping yang telah

dirancang untuk mengungkap keterampilan bertanya guru selama proses

KBM, dengan tujuan agar guru yang bersangkutan dapat mengetahui

kekurangan dan kelebihannya selama proses mengajar, kemudian

mempelajari jenis-jenis pertanyaan jenjang kognitif yang terdapat pada

(19)

47

d. Melakukan observasi setelah diberi perlakuan video coaching sebagai

(postest) dengan cara merekam pembelajaran guru selama proses KBM

untuk melihat sejauhmana penguasaan keterampilan bertanya guru sesudah

diberikan perlakuan coaching berbasis rekaman video,

3. Tahap Analisis Data

Adapun tahap analisis data dalam penelitian ini melalui langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Mentransfer video pembelajaran ke dalam bentuk VCD untuk

mempermudah peneliti dalam menganalisis keterampilan bertanya guru

selama proses pembelajaran, semua percakapan antara guru dan peserta

didik ditranskip apa adanya tanpa diedit maupun dipotong.

b. Menganalisis hasil observasi selama proses pembelajaran, video yang telah

ditransfer dianalisis dengan cara mengkoding video tersebut, koding

dilakukan untuk membantu peneliti dalam mengklasifikasikan

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru berdasarkan taxonomi Bloom. Video

dianalisis menggunakan instrumen penelitian yang telah disiapkan untuk

menganalisis keterampilan bertanya guru dengan menggunakan software

videograph dan software Statistical Package for Sosial Science (SPSS) for

windows versi 17.0.

c. Menjelaskan hasil temuan dan membahasnya

Data yang telah diperoleh dari hasil penelitian kemudian dilakukan analisis

hasil temuan dan membahas hasil penelitian.

(20)

48

F. Alur Penelitian

Berikut adalah alur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini.

Gambar 3.1 Alur kegiatan penelitian

(21)

91

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis, temuan dan pembahasan selama penelitian berlangsung

dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang disampaikan guru pada proses

pembelajaran IPA di kelas V sebelum dan setelah mengikuti coaching berbasis

rekaman video adalah sebagai berikut:

Pertama, sebelum perlakuan diketahui bahwa pertanyaan yang diajukan guru

meliputi pertanyaan pada jenjang ingatan, pemahaman, aplikasi dan analisis.

Setelah perlakuan coaching berbasis rekaman video terjadi perubahan distribusi

pertanyaan pada jenjang kognitif yang lebih tinggi terbukti dengan munculnya

pertanyaan jenjang menilai dan membuat. Adapun perubahan distribusi

pertanyaan setelah mendapatkan perlakuan meliputi: a). Pertanyaan jenjang

ingatan (C1) mengalami penurunan pada observasi yang ketiga setelah guru

mendapatkan perlakuan. b). Pertanyaan jenjang pemahaman (C2) merupakan

pertanyaan paling mendominasi dibandingkan jenjang pertanyaan lainnya, hasil

penelitian menunjukan setelah guru mengikuti coaching berbasis rekaman video

hasil persentase pertanyaan jenjang ini mengalami penurunan sehingga

memungkinkan munculnya pertanyaan pada jenjang yang lebih tinggi. c).

Peranyaan jenjang aplikasi (C3) menunjukan peningkatan setelah guru mengikuti

(22)

92

peningkatan pada observasi kedua dan ketiga setelah mendapatkan perlakuan,

peningkatan pertanyaan jenjang analisis. e). Pertanyaan jenjang menilai (C5) dan

membuat (C6) merupakan pertanyaan yang tidak dimunculkan guru pada

observasi pertama sebagai pretest, observasi kedua setelah mendapatkan

perlakuan terjadi peningkatan keterampilan bertanya guru dengan

dimunculkannya pertanyaan jenjang menilai. Sementara pertanyaan jenjang

membuat muncul pada observasi yang ketiga.

Kedua, pertanyaan guru pada setiap jenjang kognitif sebelum dan sesudah

coaching berbasis rekaman video menunjukan jumlah yang selalu bervariasi.

Pertanyaan ingatan dan pemahaman yang dimunculkan guru diketahui ada yang

menambah jumlah pertanyaan tersebut ada juga guru yang mengurangi jumlah

ingatan dan pemahaman. Sedangkan pertanyaan pada jenjang aplikasi, analisis,

menilai dan membuat menunjukan bahwa guru meningkatkan jumlah pertanyaan

pada jenjang tersebut.

B. Rekomendasi

Dari hasil penelitian, analisis, temuan dan pembahasan, bahwa program

coaching berbasis rekaman video dapat membantu guru meningkatkan

keterampilan bertanya pada jenjang kognitif berdasarkan taxonomi Bloom,

terbukti dengan mulai bervariatifnya pertanyaan yang disampaikan guru. Maka

untuk menyempurnakan program ini terdapat beberapa hal yang perlu

(23)

93

1. Perlu pengecekan yang maksimal terhadap perangkat yang digunakan dalam

pelaksanaan perekaman, hal ini untuk mengantisipasi adanya kegagalan

dalam pengambilan gambar video pembelajaran.

2. Pelaksanan coaching berbasis rekaman video perlu memperhatikan waktu

yang dimiliki guru, karena kesibukan guru akan mempengaruhi terhadap hasil

pelatihan yang dilakukan.

3. Untuk mendapatkan hasil coaching yang lebih baik, guru memerlukan

perlengkapan VCD agar dapat melakukan refleksi pembelajaran secara

berulang-ulang

4. Perlu dilakukan penelitian pada jenis keterampilan bertanya yang lain dengan

(24)

91

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis, temuan dan pembahasan selama penelitian berlangsung

dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang disampaikan guru pada proses

pembelajaran IPA di kelas V sebelum dan setelah mengikuti coaching berbasis

rekaman video adalah sebagai berikut:

Pertama, sebelum perlakuan diketahui bahwa pertanyaan yang diajukan guru

meliputi pertanyaan pada jenjang ingatan, pemahaman, aplikasi dan analisis.

Setelah perlakuan coaching berbasis rekaman video terjadi perubahan distribusi

pertanyaan pada jenjang kognitif yang lebih tinggi terbukti dengan munculnya

pertanyaan jenjang menilai dan membuat. Adapun perubahan distribusi

pertanyaan setelah mendapatkan perlakuan meliputi: a). Pertanyaan jenjang

ingatan (C1) mengalami penurunan pada observasi yang ketiga setelah guru

mendapatkan perlakuan. b). Pertanyaan jenjang pemahaman (C2) merupakan

pertanyaan paling mendominasi dibandingkan jenjang pertanyaan lainnya, hasil

penelitian menunjukan setelah guru mengikuti coaching berbasis rekaman video

hasil persentase pertanyaan jenjang ini mengalami penurunan sehingga

memungkinkan munculnya pertanyaan pada jenjang yang lebih tinggi. c).

Peranyaan jenjang aplikasi (C3) menunjukan peningkatan setelah guru mengikuti

(25)

92

peningkatan pada observasi kedua dan ketiga setelah mendapatkan perlakuan,

peningkatan pertanyaan jenjang analisis. e). Pertanyaan jenjang menilai (C5) dan

membuat (C6) merupakan pertanyaan yang tidak dimunculkan guru pada

observasi pertama sebagai pretest, observasi kedua setelah mendapatkan

perlakuan terjadi peningkatan keterampilan bertanya guru dengan

dimunculkannya pertanyaan jenjang menilai. Sementara pertanyaan jenjang

membuat muncul pada observasi yang ketiga.

Kedua, pertanyaan guru pada setiap jenjang kognitif sebelum dan sesudah

coaching berbasis rekaman video menunjukan jumlah yang selalu bervariasi.

Pertanyaan ingatan dan pemahaman yang dimunculkan guru diketahui ada yang

menambah jumlah pertanyaan tersebut ada juga guru yang mengurangi jumlah

ingatan dan pemahaman. Sedangkan pertanyaan pada jenjang aplikasi, analisis,

menilai dan membuat menunjukan bahwa guru meningkatkan jumlah pertanyaan

pada jenjang tersebut.

B. Rekomendasi

Dari hasil penelitian, analisis, temuan dan pembahasan, bahwa program

coaching berbasis rekaman video dapat membantu guru meningkatkan

keterampilan bertanya pada jenjang kognitif berdasarkan taxonomi Bloom,

terbukti dengan mulai bervariatifnya pertanyaan yang disampaikan guru. Maka

untuk menyempurnakan program ini terdapat beberapa hal yang perlu

(26)

93

1. Perlu pengecekan yang maksimal terhadap perangkat yang digunakan dalam

pelaksanaan perekaman, hal ini untuk mengantisipasi adanya kegagalan

dalam pengambilan gambar video pembelajaran.

2. Pelaksanan coaching berbasis rekaman video perlu memperhatikan waktu

yang dimiliki guru, karena kesibukan guru akan mempengaruhi terhadap hasil

pelatihan yang dilakukan.

3. Untuk mendapatkan hasil coaching yang lebih baik, guru memerlukan

perlengkapan VCD agar dapat melakukan refleksi pembelajaran secara

berulang-ulang

4. Perlu dilakukan penelitian pada jenis keterampilan bertanya yang lain dengan

(27)

94 Tesis Magister Pendidikan Dasar Konsentrasi IPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Putra

Asra. dan Sumiati. (2009). Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima

Astuti (2010). Studi Tentang Kecemasan Siswa (Menumbuhkan Keberanian Siswa Untuk Aktif Dalam Pembelajaran). [online] http://digilib.unnes.ac.id [20 Juni 2010]

Aqib, Z. (2010). Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendekia,

Bahar, A. (1994). Profil Keterampilan Proses IPA yang dimiliki Siswa dan Hubungannya dengan Pertanyaan Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Tesis Pada S.Ps UPI Bandung: tidak diterbitkan

Carlian, Y. (2010). Penerapan Model siklus Belajar (learning cycle) Untuk Memfasilitasi Perubahan Konsep Siswa Pada Materi Pokok Cahaya dan Sifat-sifatnya di Kelas V Sekolah Dasar, Tesis Magister Pendidikan Dasar Konsentrasi IPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Darmadi, H. (2010). Kemampuan Dasar Mengajar Landasan Konsep dan

Djamarah, S. B. (2010). Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta

(28)

95

Hafiz (2011). Aplikasi Teori Belajar Koqnitif, Afektif, Dan Psikomotorik Menurut Bloom. [online] hafiz.azza@gmail.com. [14 Maret 2011]

Harlen, W. (1991). The Teaching of Science. London: David Futton Publishers

Harlen, W. (1992). The Teaching of Science. London: David Futton Publishers

Haryadi, H. (2008). Upaya Peningkatan Keberhasilan Pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial Siswa Melalui Penggunaan Keterampilan

Bertanya.Tesis Pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan

Jacobsen, Eggen, Kauchak, (2009). Methods For Teaching:Metode-Metode Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa TK-SMA. Edisi ke delapan (penerjemah Fawaid, A. dan Anam K). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Koswara dan Halimah. (2008). Seluk Beluk Profesi Guru. Bandung: PT Pribumi Mekar

Majid, A. (2009). Perencanaan Pembelajaran mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Rosda

Maryati, Y. (2008). Analisis Pertanyaan yang Dikembangkan Dalam LKS. Skripsi Pada Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Mulyasa, E. (2008). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya

Murtini, S. (2008). Kreativitas Teknik Probing. [online]. Tersedia;http://edu-articles.com/kreativitas-teknik-probing/

Nalole, M. (2010). Kemampuan Guru Menerapkan Keterampilan Bertanya Pada Pembelajaran Matematika di Kelak IV SDN no 64 Kota Timur Kota Gorontalo Jurnal Pendidikan 7 (2) 814-824

Nasution, S. (1995). Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Nurhadi et al, (2004). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK, Malang: UM Perss

Nurhalida I. (2000). Model Pembelajaran Pupuk untuk Meningkatkan

Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Madrasah Aliyah melalui

Pengembangan Keterampilan Bertanya Guru. Tesis SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan

(29)

96

Rahman, T. (2010). Efek Pertanyaan Pengarah Dalam Pembelajaran Sains Terhadap Penguasaan Konsep Pada Siswa SLTP Jurnal Pendidikan dan Budaya

Rosalin, E. (2008). Gagasan Merancang Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Karsa Mandiri Persada

Rustaman, et al. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi Modul Perkuliahan Pada Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Rustaman, et al. (2003). Peranan Pertanyaan Produktif dalam Pengembangan KPS dan LKS. Bahan Seminar dan Lokakarya bagi Guru-guru Biologi SLTP & SMU FPMIPA UPI: tidak diterbitkan

Samatowa. (2010). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, Jakarta PT Indeks

Sarjilah. (2010). Makna Pengembangan Manusia Pada Pelatihan Guru, Modul Widyaiswara, ,Yogyakarta: LPMP D.I Yogyakarta

Slameto. (2003). Belajar dan Factor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta

Soegito, E. & Nurani, Y. (2003). Kemampuan Dasar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka

Suratmi. (2009). Peningkatan Keterampilan bertanya Guru Biologi Pada Konsep Sistem Regulasi Melalui Program Coaching Berbasis Rekaman Video, Tesis Pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan

Sukardi, T. (2008). Peningkatan Profesionalisme Guru Mencermati Kualitas Sumber Daya Guru Sekolah Dasar di eks. Karesidenan Banyumas Jurnal Ilmiah Kependidikan, 1 (1)

Sukirman, D. (2007). Keterampilan Dasar Mengajar. Modul Perkuliahan Pada Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan

Usman, U. M. (1995). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya

Widodo, A. (2009). Peningkatan Kemampuan Mahasiswa PGSD Dalam Mengajukan peranyaan Produktif untuk Mendukung Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri. Jurnal Pendidikan volume 10

(30)

97

Widodo, A. et al. (2006). Peningkatan Kemampuan Siswa SD Untuk Mengajukan Pertanyaan Produktif Jurnal Pendidikan 4 (1)

Widodo, A. (2006). Propil Pertanyaan Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran Sains. Jurnal Pendidikan 4 (2)

Widodo, A. (2010). Peningkatan Profesionalisme Guru Biologi: Permasalahan dan Alternatif Solusi. Bandung: FPMIPA UPI

Gambar

Tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1 Desain Penelitan

Referensi

Dokumen terkait

Validasi dari sinyal yang dihasilkan oleh wireless smart sensor perlu dilakukan lebih lanjut sehingga apabila alat ini digunakan untuk mendeteksi kesehatan suatu mesin hasilnya

[r]

[r]

[r]

134 Mebidangro : Peraturan presiden nomor 52 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang dan Karo. Sistem

Puji Syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat- Nya yang telah diberikan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan

Dari paparan yang telah disampaikan di atas, serta pendapat-pendapat para ahli penulis bisa mengambil asumsi bahwa latihan menggunakan hand paddle dan fins

Dengan jumlah produksi masing-masing yang terbatas, maka jumlah kebutuhan benih masih mengandalkan import dari luar daerah, yang tentu saja menyebabkan kenaikan