DAFTAR ISI
F. Definisi Operasional ... 9
BAB II PERANAN COACHING BERBASIS REKAMAN VIDEO DALAM MEMUNCULKAN PERTANYAAN GURU BERDASARKAN JENJANG KOGNITIF BLOOM PADA PROSES PEMBELAJARAN IPA A. Proses Pembelajaran IPA Sekolah Dasar ... 11
B. Pentingnya Pertanyaan dalam Proses Pembelajaran IPA ………… 14
C. Keterampilan Bertanya ………... 18
D. Keterampilan Bertanya yang Perlu Dikuasai Guru ... 21
E. Klasifikasi Pertanyaan ………... 23
F. Coaching Berbasis Rekaman Video ... 31
▸ Baca selengkapnya: pada video tersebut guru mengelompokan berdasarkan apa
(2)BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian ... 41
B. Subjek dan Lokasi Penelitian ... 42
C. Instrumen Penelitian ... 43
D. Teknik Analisis Data …... 44
E. Prosedur Penelitian ... .. 45
F. Alur Penelitian ... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pertanyaan Guru Pada Jenjang Kognitif Taxonomi Bloom Sebelum dan Sesudah Mengikuti Coaching Berbasis Rekaman Video ………...…………...……… 50
B. Pertanyaan Guru Pada Setiap Jenjang Kognitif Bloom …... 54
C. Penerapan Coaching Berbasis Rekaman Video Terhadap Kemunculan Pertanyaan Guru Berdasarkan Jenjang Kognitif Bloom ...…...…...……….... 69
D. Pertanyaan Guru dalam Proses Pembelajaran IPA Berdasarkan Jenjang Kognitif Bloom ……...…... 86
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 91
B. Rekomendasi ... 92
DAFTAR PUSTAKA ... 94
LAMPIRAN-LAMPIRAN ……... 98
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nurhadi et al (2004:45) berpendapat bahwa Ilmu pengetahuan bisa
berkembang bermula dari kegiatan bertanya, bertanya dalam pembelajaran
dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai
kemampuan berpikir siswa, guru menggunakan pertanyaan untuk menuntun siswa
berpikir, bukan penjejalan berbagai informasi penting yang harus dipelajari siswa,
guru menggunakan pertanyaan untuk membuat penilaian secara kontinyu terhadap
pemahaman siswa. Menurut pendapat yang dikemukakan Nasution (1995;161)
pertanyaan merupakan suatu stimulus yang mendorong anak untuk berpikir dan
belajar, melalui pertanyaan anak akan lebih mudah menguasai materi atau konsep
yang diberikan dan kemampuan berpikir siswa akan berkembang. Jacobsen,
Eggen & Kauchak (2009) menjelaskan bahwa mengajukan pertanyaan merupakan
salah satu strategi pengajaran dasar yang dapat diterapkan pada hampir semua
bidang materi pelajaran, tingkatan kelas atau kepribadian guru. Jika dilakukan
dengan efektif, strategi ini dapat mendorong keterlibatan siswa, meningkatkan
pembelajaran, memotivasi siswa, dan menyediakan umpan balik tentang
kemajuan pembelajaran, baik kepada guru maupun siswa.
Dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh seorang guru
tidaklah lepas dari guru memberikan pertanyaan dan peserta didik memberikan
2
proses belajar mengajar. Bertanya merupakan suatu hal sangat lazim dilakukan
dalam proses pembelajaran. Guru seringkali bertanya untuk berbagai tujuan,
misalnya untuk mengukur pemahaman siswa, untuk mendapatkan informasi dari
siswa, untuk merangsang siswa berpikir dan untuk mengontrol kelas (Widodo
2006:139).
Untuk mendukung terjadinya proses belajar yang mendorong siswa
berpikir maka guru berperan dalam menentukan proses yang terjadi di dalamnya,
sebagaimana dikemukakan Slameto (2003:97) yang menyatakan bahwa “dalam
proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing
dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan”. Guru
mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas
untuk membantu proses perkembangan siswa, pada saat diketahui bahwa prestasi
siwa tidak memuaskan, maka guru yang seringkali menjadi pihak yang
disalahkan. Maka muncul ungkapan guru tidak professional, sebagai salah satu
upaya untuk mengatasi “ketidak profesionalan” ini maka muncul ide seperti
peningkatan gaji, peningkatan jenjang pendidikan, guru harus juga melakukan
penelitian, uji sertifikasi, dan sebagainya. Hal-hal tersebut tentu tidak salah,
namun profesionalisme sesungguhnya lebih ditentukan oleh penguasaan
pengetahuan dan keterampilan professional, adanya mekanisme untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tersebut, dan keinginan untuk
3
Dahar (Maryati 2008:1) mengungkapkan hasil penelitiannya yang
menyatakan bahwa kemampuan guru bertanya dalam proses belajar mengajar
masih relatif rendah. Pertanyaan-pertanyaan guru dalam evaluasi masih pada
tingkat berpikir yang paling rendah, yaitu dalam bentuk hafalan. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa kebanyakan guru masih mengalami kesulitan,
termasuk guru biologi, dalam mengajukan pertanyaan yang menuntut siswa
berpikir tingkat tinggi. Widodo (2006) menyatakan hasil penelitiannya mengenai
profil pertanyaan guru dan siswa dalam pembelajaran sains di empat SMP di
Bandung berdasarkan jenjang kognitif taxonomy Bloom pada proses
pembelajaran biologi, diketahui bahwa pertanyaan mengingat 38%, pertanyaan
memahami 55%, pertanyaan aplikasi 0%, pertanyaan analisis 0%, peranyaan
evaluasi 7%, dan pertanyaan menciptakan adalah 0%. Sehingga diketahui
bahwa distribusi pertanyaan belum merata dalam setiap jenjang kognitif yang
ada.
Hasil penelitian yang relevan dilakukan Lestari (Widodo 2006:140)
menemukan bahwa sebagian besar pertanyaan yang ditanyakan guru merupakan
pertanyaan tertutup dan pada jenjang hafalan (C1) dan pemahaman (C2).
Anggraeni (2011) dalam hasil penelitiannya tentang analisis kemampuan
bertanya guru pada proses pembelajaran IPA di 16 SD di kota Sumedang pada
aspek pertanyaan berpikir dan aspek pertanyaan inkuiri menyatakan bahwa
pengalaman mengajar, status guru (tersertifikasi dan belum tersertifikasi) jenjang
pendidikan, dan pengalaman mengikuti pelatihan tidak berpengaruh terhadap
4
Berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui bahwa sebagian besar
pertanyaan yang diajukan guru belum merata pada setiap jenjang berpikir
kognitif, maka perlu dilakukan upaya untuk dapat memunculkan pertanyaan
guru pada setiap jenjang kognitif selama proses pembelajaran, berbagai upaya
peningkatan profesionalisme guru seperti penataran, pelatihan, peningkatan gaji,
peningkatan jenjang pendidikan, telah dilakukan namun belum menunjukan hasil
yang memuaskan. Menurut Widodo et al (2006) penataran yang dilakukan
terhadap guru tidak mengalami perubahan dalam mengajar, cara guru mengajar
tetap saja seperti sebelum mengikuti kegiatan penataran.
Penelitian yang telah dilakukan (Widodo et al 2007:3) terungkap
beberapa kendala untuk menerapkan hasil‐hasil kegiatan peningkatan
profesionalisme. Kedala‐kendala tersebut berkaitan dengan proses, isi, maupun
dukungan pasca pelatihan. Kendala yang berkaitan dengan proses
pelatihan/penataran: a) metode pelatihan pada umumnya berupa ceramah dan
diskusi tanpa ada kesempatan bagi guru untuk berlatih menerapkan secara
nyata; b) pelaksanaan pelatihan/penataran bersifat masal sehingga tidak bisa
memperhatikan kebutuhan/permasalahan individual setiap guru; c) kegiatan
pelatihan/penataran jarang sekali mendiskusikan permasalahan nyata yang
ada di lapangan. Kendala penerapan yang terkait dengan isi
pelatihan/penataran mencakup: a) materi kurang sesuai dengan kebutuhan
lapangan; b) materi yang diberikan dalam pelatihan/penataran sulit
diterapkan. Sebenarnya materi yang disajikan dapat dipahami dengan baik
5
selama ini sebagian besar belum diikuti dengan monitoring dan evaluasi
yang memadai. Selain itu tidak adanya evaluasi, dukungan nyata dari
sekolah terhadap (waktu, sarana, dan dana) juga kurang memadai. Berdasarkan
permasalahan tersebut, maka diperlukan suatu upaya untuk dapat meningkatkan
profesionalisme guru, salah satunya ialah memunculkan pertanyaan guru pada
jenjang kognitif Bloom, sebagai alternatif untuk memecahkan masalah tersebut
yaitu melalui program coaching berbasis rekaman video (Widodo, Riandi,
Suprianto 2006).
Fisher (Widodo 2007:1) megungkapkan bahwa coaching berbasis rekaman
video merupakan suatu program yang dirancang untuk membantu guru
menemukan kelebihan dan kekurangannya serta memberikan saran untuk
meningkatkannya. Melalui pemilihan cuplikan rekaman video pembelajaran
yang tepat dan guru menyajikannya secara terprogram, guru akan tahu betul apa
yang harus diperbaiki dan bagaimana memperbaikinya, selain itu pengetahuan
baru yang diperoleh guru melalui program coaching juga lebih aplikatif sebab
pengetahuan tersebut adalah pengalaman nyata seksama guru dan bukan
penjelasan teoritis atasan, ahli atau penatar (Widodo 2007:4)
Widodo (2007:5) mengungkapkan beberapa alasan mengapa coaching
berbasis video dapat meningkatkan keterampilan bertanya guru diantaranya:
1. Coaching berbasis rekaman video memberikan kesempatan kepada guru
untuk melihat kekurangan dan kelebihannya dalam mengajar, dengan
coaching berbasis rekaman video guru dapat mengetahui kualitas pertanyaan
6
pengetahuannya, keyakinannya, dan juga keterampilan bertanya, sehingga
dapat membantu guru dalam menentukan langkah yang harus diperbaiki
dalam proses pembelajaran selanjutnya.
2. Coaching berbasis rekaman video pembelajaran membantu guru membuka
wawasannya melalui diskusi dengan ahli pembelajaran.
3. Coaching berbasis rekaman video pembelajaran menggabungkan pendekatan
individual dan pendekatan kelompok. Program peningkatan kualitas guru
yang telah ada bersifat masal sehingga tidak memperhatikan perkembangan
individual guru. Belajar pada dasarnya adalah proses individual oleh karena
itu guru juga harus diberi kesempatan untuk mendapatkan perlakuan yang
sifatnya individual. Pendekatan yang sifatnya individual ini tentu saja lebih
memperhatikan aspek-aspek emosional dan keyakinan guru. Pada saat
tertentu coaching juga dilakukan dalam kelompok sehingga ada interaksi
antar guru.
4. Coaching berbasis rekaman video pembelajaran memberikan kesempatan
kepada guru untuk mengamati pembelajaran yang dilakukan guru lain. Hal
ini akan membantu guru untuk menemukan ide‐ide baru untuk
memperkaya pengetahuannya tentang pembelajaran.
5. Coaching berbasis rekaman video pembelajaran bukan hanya memfokuskan
pada proses pemberian nasehat saja namun juga memberikan dukungan
pada saat guru menerapkan perubahan yang diinginkan. Pada saat guru
7
coach. Oleh karena itu kesulitan dan permasalahan lain yang muncul akan
dapat diidentifikasi dan dipecahkan dalam sesi coaching berikutnya.
Hasil uji coba yang dilakukan Widodo (2007) menunjukkan bahwa
program coaching yang telah dikembangkan dapat digunakan walaupun masih
memerlukan beberapa penyempurnaan. Beberapa hal yang masih perlu
penyempurnaan antara lain adalah kualitas video, tampilan, dan petunjuk
pengoperasian. Sekalipun program coaching yang telah dikembangkan masih
memiliki beberapa kelamahan, namun dalam uji coba terbatas terungkap bahwa
paket program coaching tersebut bisa membantu coachee (terutama guru) untuk
menyadari kelemahan dalam dirinya yang perlu diperbaiki, mendapatkan ide
untuk memperbaikinya kelemahan yang dimiliki, dan memotivasi mereka untuk
meningkatkan kemampuan diri.
Setelah meninjau kelebihan dan kekurangan program coaching berbasis
rekaman video kemudian dikaitkan dengan permasalahan yang telah dipaparkan,
maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimanakah implementasi coaching
berbasis rekaman video terhadap kemunculan pertanyaan guru berdasarkan
jenjang kognitif Bloom pada proses pembelajaran IPA kelas V SD.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah implementasi coaching berbasis
8
pertanyaan jenjang kognitif secara proporsional pada proses pembelajaran IPA
kelas V Sekolah Dasar?”
Untuk memperjelas masalah tersebut dirumuskan pertanyaan-pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Apakah terdapat peningkatan kemampuan guru dalam memunculkan
pertanyaan jenjang kognitif sebelum dan sesudah coaching berbasis rekaman
video?
2. Apakah terjadi perubahan distribusi peranyaan guru pada setiap jenjang
kognitif sebelum dan sesudah coaching berbasis rekaman video?
C. Batasan Masalah
Untuk memfokuskan pengkajian permasalahan yang diteliti, maka dibatasi
sebagai berikut:
1. Penelitian dilaksanakan terhadap guru yang mengajar IPA Kelas V Sekolah
Dasar di gugus 1, 2 dan 11 Kota Bandung.
2. Jenis pertanyaan yang diambil dalam penelitian ini adalah pertanyaan
berdasarkan taxonomi Bloom
3. Subjek penelitian adalah delapan orang guru SD Negeri di gugus 1, 2 dan 11
kota Bandung.
9
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji implementasi coaching berbasis
rekaman video terhadap kemunculan pertanyaan jenjang kognitif Bloom yang
diajukan guru pada proses pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
kemunculan pertanyaan berdasarkan jenjang kognitif Bloom yang diajukan guru
pada proses pembelajaran IPA di kelas V SD. Manfaat yang dapat dipetik dari
penelitian ini sebagai alternatif dalam upaya memunculkan pertanyaan guru
berdasarkan jenjang kognitif Bloom. Dengan munculnya pertanyaan jenjang
kognitif nantinya akan berdampak pada perkembangan keterampilan berpikir
siswa.
F. Definisi Operasional 1. Pembelajaran IPA
Pembelajaran IPA dalam penelitian ini didefinisikan sebagai proses
pembelajaran yang dilaksanakan di kelas V Sekolah Dasar yang dilakukan
selama dua jam pelajaran sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
2. Pertanyaan jenjang kognitif Bloom
Pertanyaan jenjang kognitif Bloom dalam penelitian ini merupakan
pertanyaan terkait proses berpikir yang disampaikan guru kepada peserta didik
selama proses pembelajaran berlangsung, distribusi setiap jenjang pertanyaan
10
3. Coaching berbasis rekaman video
Coaching berbasis rekaman video dalam penelitian ini adalah serangkaian
proses dalam upaya memunculkan pertanyaan berdasarkan jenjang kognitif
Bloom yang disampaikan guru selama proses belajar mengajar di kelas.
Melalui tayangan video pembelajaran didampingi video coaching yang di
dalamnya ditampilkan prolog mengenai pentingnya pertanyaan dalam proses
pembelajaran dan ditampilkan pula teks pada pertanyaan yang disampaikan
guru sesuai dengan jenjang kognitif berdasarkan taxonomi Bloom dengan
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen
(pre-experimental) dengan desain penelitian pretest-postes kelompok tunggal
ekperimen. Eksperimen jenis ini belum memenuhi persyaratan seperti cara
eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu
(Arikunto 2010: 123). Pada desain ini peneliti melakukan pengambilan video
pembelajaran untuk mendapatkan hasil pengukuran awal terhadap suatu subjek
yang diteliti sebagai tes awal (pretest), kemudian peneliti memberikan perlakuan
tertentu. Setelah itu melakukan pengambilan video pembelajaran kembali sebagai
test akhir (postest), tes akhir dilakukan sebanyak dua kali bertujuan untuk melihat
hasil dari perlakuan yang diberikan. Instrument yang digunakan dalam
pengukuran tes awal dan tes akhir menggunakan instrument yang sama.
Adapun perlakuan yang diberikan disini adalah coaching berbasis rekaman
video yang difokuskan kepada keterampilan bertanya guru pada jenjang kognitif
berdasarkan taxonomi Bloom. Rancangan desain penelitan ini dapat dilihat pada
42
Tabel 3.1 Desain Penelitan
Pretest Perlakuan Postest
X
Keterangan :
: Observasi keterampilan bertanya guru dalam KBM di kelas sebelum
pemberian perlakuan
X : Pemberian perlakuan coaching berbasis rekaman video
:
Observasi keterampilan bertanya guru dalam KBM di kelas setelahpemberian perlakuan
B. Subjek dan Lokasi Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah guru IPA kelas V Sekolah Dasar di
gugus 1, 2 dan 11 Kota Bandung yang berjumlah 8 orang. Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik purposive
sampling, yaitu dengan cara mengambil sampel berdasarkan adanya tujuan
tertentu Arikunto (2010: 183).
Lokasi penelitian ini dilakukan di 8 Sekolah Dasar pada gugus 1, 2 dan
11 yang ada di Kota Bandung, sekolah tersebut yaitu SDN Isola 1, SDN Isola 2,
SDN Sukarasa 3, SDN Sukarasa 4, SDN Harapan, SDN Cipedes 5, SDN
43
C. Instrumen Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Pedoman observasi, dilakukan untuk mengungkap pertanyaan guru
berdasarkan jejang kognitif Bloom pada pembelajaran IPA di kelas V dengan
cara menganalisis video pembelajaran yang direkam secara utuh dengan
menggunakan video kamera, kemudian pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
guru diklasifikasikan sesuai indikator pertanyaan berdasarkan taxonomi
Bloom. Pemanfaatan rekaman video dilaksanakan untuk mangatasi
keterbatasan peneliti dalam mengobservasi secara langsung kegiatan
pembelajaran, Stigler et al 1999, von Aufschnaiter & von Aufschnaiter
(Widodo 2010:3) mengemukakan bahwa pengamatan menggunakan video
memungkinkan peneliti untuk mengamati proses belajar mengajar dengan
lebih baik sekalipun proses itu kompleks dan berlangsung cepat. Instrument
observasi tertuang dalam Lampiran A.1
2. Pedoman wawancara, instrumen ini digunakan untuk memperoleh gambaran
mengenai pengetahuan guru tentang keterampilan bertanya. Instrumen
wawancara tertuang dalam Lampiran A.3
3. Catatan lapangan, digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian di dalam
kelas mengenai kondisi-kondisi tertentu yang ditemukan selama observasi.
4. Indikator pertanyaan berdasarkan jenjang kognitif taxonomi Bloom, untuk
membantu guru dalam mempelajari pertanyaan pada setiap jenjang kognitif.
44
D. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan terhadap hasil rekaman video pembelajaran, untuk
mendapatkan data mengenai pertanyaan guru berdasarkan takonomi Bloom yang
disampaikan pada proses pembelajaran IPA di kelas, data yang diperoleh diolah
dalam bentuk persentase (%). Adapun klasifikasi pertanyaan dirumuskan sebagai
berikut:
Klasifikasi pertanyaan guru berdasarkan jenjang kognitif Bloom
Keterangan:
F Kum (%) : Rata-rata pertanyaan guru pada aspek tertentu berdasarkan
taxonomi Bloom
f : Jumlah pertanyaan guru untuk aspek tertentu
n : Jumlah total pertanyaan guru berdasarkan taxonomi Bloom
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data
deskriptif kualitatif. Teknik analisis data deskriptif kualitatif yaitu teknik
analisis data dengan cara menganalisis atau mendeskripsikan data yang
diperoleh dari hasil observasi tentang pertanyaan yang diajukan guru kelas V SD
di gugus 1, 2 dan 11 kota bandung.
Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh gambaran pola pertanyaan yang
digunakan oleh guru sebelum mendapatkan program coaching berbasis rekaman
45
pola pertanyaan yang dikembangkan, maka akan diperoleh gambaran tentang
pertanyaan yang digunakan oleh guru pada proses pembelajaran IPA.
E. Prosedur Penelitian
Ada tiga tahapan dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu tahap persiapan,
tahap pelaksanaan dan tahap analisis data serta penyusunan laporan, sebagaimana
diuraikan berikut ini:
1. Tahap Persiapan
a. Melakukan study literatur dan study pendahuluan
b. Memilih masalah berdasarkan hasil literature
c. Membuat proposal penelitian, melakukan seminar, selanjutnya melakukan
perbaikan proposal sesuai dengan arahan dosen pembimbing dan dosen
penguji.
d. Menyusun indikator pertanyaan untuk digunakan dalam video coaching
berbasis rekaman video
e. Menyusun instrument penelitian mengenai peningkatan keterampilan
bertanya guru dalam proses pembelajaran IPA dan instrument wawancara
untuk mengungkap pengetahuan guru mengenai keterampilan bertanya
f. Pembuatan video coaching kemudian video yang telah diperoleh diedit
sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan sebelumnya.
46
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melakukan observasi pertama, sebagai tes awal (pretest) dengan cara
merekam pembelajaran guru selama proses KBM untuk mengungkap
pertanyaan jenjang kognitif yang diajukan guru sebelum pemberian
perlakuan, kemudian wawancara untuk mengungkap pengetahuan guru
mengenai keterampilan bertanya.
Hasil rekaman pada observasi pertama langsung ditransfer ke bentuk
digital (VCD) agar dapat diberikan kepada guru pada tahap pemberian
perlakuaan coaching untuk dipelajari sehingga guru bisa mengetahui
kelebihan serta kelemahannya selama proses pembelajaran.
b. Melakukan wawancara terhadap guru untuk mengetahui pemahaman guru
mengenai keterampilan bertanya.
c. Memberikan perlakuan coaching berbasis rekaman video dengan cara
memberikan video guru yang telah direkam pada observasi pertama
sebelum adanya perlakuan didampingi video pendamping yang telah
dirancang untuk mengungkap keterampilan bertanya guru selama proses
KBM, dengan tujuan agar guru yang bersangkutan dapat mengetahui
kekurangan dan kelebihannya selama proses mengajar, kemudian
mempelajari jenis-jenis pertanyaan jenjang kognitif yang terdapat pada
47
d. Melakukan observasi setelah diberi perlakuan video coaching sebagai
(postest) dengan cara merekam pembelajaran guru selama proses KBM
untuk melihat sejauhmana penguasaan keterampilan bertanya guru sesudah
diberikan perlakuan coaching berbasis rekaman video,
3. Tahap Analisis Data
Adapun tahap analisis data dalam penelitian ini melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Mentransfer video pembelajaran ke dalam bentuk VCD untuk
mempermudah peneliti dalam menganalisis keterampilan bertanya guru
selama proses pembelajaran, semua percakapan antara guru dan peserta
didik ditranskip apa adanya tanpa diedit maupun dipotong.
b. Menganalisis hasil observasi selama proses pembelajaran, video yang telah
ditransfer dianalisis dengan cara mengkoding video tersebut, koding
dilakukan untuk membantu peneliti dalam mengklasifikasikan
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru berdasarkan taxonomi Bloom. Video
dianalisis menggunakan instrumen penelitian yang telah disiapkan untuk
menganalisis keterampilan bertanya guru dengan menggunakan software
videograph dan software Statistical Package for Sosial Science (SPSS) for
windows versi 17.0.
c. Menjelaskan hasil temuan dan membahasnya
Data yang telah diperoleh dari hasil penelitian kemudian dilakukan analisis
hasil temuan dan membahas hasil penelitian.
48
F. Alur Penelitian
Berikut adalah alur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini.
Gambar 3.1 Alur kegiatan penelitian
91
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis, temuan dan pembahasan selama penelitian berlangsung
dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang disampaikan guru pada proses
pembelajaran IPA di kelas V sebelum dan setelah mengikuti coaching berbasis
rekaman video adalah sebagai berikut:
Pertama, sebelum perlakuan diketahui bahwa pertanyaan yang diajukan guru
meliputi pertanyaan pada jenjang ingatan, pemahaman, aplikasi dan analisis.
Setelah perlakuan coaching berbasis rekaman video terjadi perubahan distribusi
pertanyaan pada jenjang kognitif yang lebih tinggi terbukti dengan munculnya
pertanyaan jenjang menilai dan membuat. Adapun perubahan distribusi
pertanyaan setelah mendapatkan perlakuan meliputi: a). Pertanyaan jenjang
ingatan (C1) mengalami penurunan pada observasi yang ketiga setelah guru
mendapatkan perlakuan. b). Pertanyaan jenjang pemahaman (C2) merupakan
pertanyaan paling mendominasi dibandingkan jenjang pertanyaan lainnya, hasil
penelitian menunjukan setelah guru mengikuti coaching berbasis rekaman video
hasil persentase pertanyaan jenjang ini mengalami penurunan sehingga
memungkinkan munculnya pertanyaan pada jenjang yang lebih tinggi. c).
Peranyaan jenjang aplikasi (C3) menunjukan peningkatan setelah guru mengikuti
92
peningkatan pada observasi kedua dan ketiga setelah mendapatkan perlakuan,
peningkatan pertanyaan jenjang analisis. e). Pertanyaan jenjang menilai (C5) dan
membuat (C6) merupakan pertanyaan yang tidak dimunculkan guru pada
observasi pertama sebagai pretest, observasi kedua setelah mendapatkan
perlakuan terjadi peningkatan keterampilan bertanya guru dengan
dimunculkannya pertanyaan jenjang menilai. Sementara pertanyaan jenjang
membuat muncul pada observasi yang ketiga.
Kedua, pertanyaan guru pada setiap jenjang kognitif sebelum dan sesudah
coaching berbasis rekaman video menunjukan jumlah yang selalu bervariasi.
Pertanyaan ingatan dan pemahaman yang dimunculkan guru diketahui ada yang
menambah jumlah pertanyaan tersebut ada juga guru yang mengurangi jumlah
ingatan dan pemahaman. Sedangkan pertanyaan pada jenjang aplikasi, analisis,
menilai dan membuat menunjukan bahwa guru meningkatkan jumlah pertanyaan
pada jenjang tersebut.
B. Rekomendasi
Dari hasil penelitian, analisis, temuan dan pembahasan, bahwa program
coaching berbasis rekaman video dapat membantu guru meningkatkan
keterampilan bertanya pada jenjang kognitif berdasarkan taxonomi Bloom,
terbukti dengan mulai bervariatifnya pertanyaan yang disampaikan guru. Maka
untuk menyempurnakan program ini terdapat beberapa hal yang perlu
93
1. Perlu pengecekan yang maksimal terhadap perangkat yang digunakan dalam
pelaksanaan perekaman, hal ini untuk mengantisipasi adanya kegagalan
dalam pengambilan gambar video pembelajaran.
2. Pelaksanan coaching berbasis rekaman video perlu memperhatikan waktu
yang dimiliki guru, karena kesibukan guru akan mempengaruhi terhadap hasil
pelatihan yang dilakukan.
3. Untuk mendapatkan hasil coaching yang lebih baik, guru memerlukan
perlengkapan VCD agar dapat melakukan refleksi pembelajaran secara
berulang-ulang
4. Perlu dilakukan penelitian pada jenis keterampilan bertanya yang lain dengan
91
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis, temuan dan pembahasan selama penelitian berlangsung
dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang disampaikan guru pada proses
pembelajaran IPA di kelas V sebelum dan setelah mengikuti coaching berbasis
rekaman video adalah sebagai berikut:
Pertama, sebelum perlakuan diketahui bahwa pertanyaan yang diajukan guru
meliputi pertanyaan pada jenjang ingatan, pemahaman, aplikasi dan analisis.
Setelah perlakuan coaching berbasis rekaman video terjadi perubahan distribusi
pertanyaan pada jenjang kognitif yang lebih tinggi terbukti dengan munculnya
pertanyaan jenjang menilai dan membuat. Adapun perubahan distribusi
pertanyaan setelah mendapatkan perlakuan meliputi: a). Pertanyaan jenjang
ingatan (C1) mengalami penurunan pada observasi yang ketiga setelah guru
mendapatkan perlakuan. b). Pertanyaan jenjang pemahaman (C2) merupakan
pertanyaan paling mendominasi dibandingkan jenjang pertanyaan lainnya, hasil
penelitian menunjukan setelah guru mengikuti coaching berbasis rekaman video
hasil persentase pertanyaan jenjang ini mengalami penurunan sehingga
memungkinkan munculnya pertanyaan pada jenjang yang lebih tinggi. c).
Peranyaan jenjang aplikasi (C3) menunjukan peningkatan setelah guru mengikuti
92
peningkatan pada observasi kedua dan ketiga setelah mendapatkan perlakuan,
peningkatan pertanyaan jenjang analisis. e). Pertanyaan jenjang menilai (C5) dan
membuat (C6) merupakan pertanyaan yang tidak dimunculkan guru pada
observasi pertama sebagai pretest, observasi kedua setelah mendapatkan
perlakuan terjadi peningkatan keterampilan bertanya guru dengan
dimunculkannya pertanyaan jenjang menilai. Sementara pertanyaan jenjang
membuat muncul pada observasi yang ketiga.
Kedua, pertanyaan guru pada setiap jenjang kognitif sebelum dan sesudah
coaching berbasis rekaman video menunjukan jumlah yang selalu bervariasi.
Pertanyaan ingatan dan pemahaman yang dimunculkan guru diketahui ada yang
menambah jumlah pertanyaan tersebut ada juga guru yang mengurangi jumlah
ingatan dan pemahaman. Sedangkan pertanyaan pada jenjang aplikasi, analisis,
menilai dan membuat menunjukan bahwa guru meningkatkan jumlah pertanyaan
pada jenjang tersebut.
B. Rekomendasi
Dari hasil penelitian, analisis, temuan dan pembahasan, bahwa program
coaching berbasis rekaman video dapat membantu guru meningkatkan
keterampilan bertanya pada jenjang kognitif berdasarkan taxonomi Bloom,
terbukti dengan mulai bervariatifnya pertanyaan yang disampaikan guru. Maka
untuk menyempurnakan program ini terdapat beberapa hal yang perlu
93
1. Perlu pengecekan yang maksimal terhadap perangkat yang digunakan dalam
pelaksanaan perekaman, hal ini untuk mengantisipasi adanya kegagalan
dalam pengambilan gambar video pembelajaran.
2. Pelaksanan coaching berbasis rekaman video perlu memperhatikan waktu
yang dimiliki guru, karena kesibukan guru akan mempengaruhi terhadap hasil
pelatihan yang dilakukan.
3. Untuk mendapatkan hasil coaching yang lebih baik, guru memerlukan
perlengkapan VCD agar dapat melakukan refleksi pembelajaran secara
berulang-ulang
4. Perlu dilakukan penelitian pada jenis keterampilan bertanya yang lain dengan
94 Tesis Magister Pendidikan Dasar Konsentrasi IPA UPI Bandung: tidak diterbitkan
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Putra
Asra. dan Sumiati. (2009). Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima
Astuti (2010). Studi Tentang Kecemasan Siswa (Menumbuhkan Keberanian Siswa Untuk Aktif Dalam Pembelajaran). [online] http://digilib.unnes.ac.id [20 Juni 2010]
Aqib, Z. (2010). Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendekia,
Bahar, A. (1994). Profil Keterampilan Proses IPA yang dimiliki Siswa dan Hubungannya dengan Pertanyaan Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Tesis Pada S.Ps UPI Bandung: tidak diterbitkan
Carlian, Y. (2010). Penerapan Model siklus Belajar (learning cycle) Untuk Memfasilitasi Perubahan Konsep Siswa Pada Materi Pokok Cahaya dan Sifat-sifatnya di Kelas V Sekolah Dasar, Tesis Magister Pendidikan Dasar Konsentrasi IPA UPI Bandung: tidak diterbitkan
Darmadi, H. (2010). Kemampuan Dasar Mengajar Landasan Konsep dan
Djamarah, S. B. (2010). Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta
95
Hafiz (2011). Aplikasi Teori Belajar Koqnitif, Afektif, Dan Psikomotorik Menurut Bloom. [online] hafiz.azza@gmail.com. [14 Maret 2011]
Harlen, W. (1991). The Teaching of Science. London: David Futton Publishers
Harlen, W. (1992). The Teaching of Science. London: David Futton Publishers
Haryadi, H. (2008). Upaya Peningkatan Keberhasilan Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial Siswa Melalui Penggunaan Keterampilan
Bertanya.Tesis Pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan
Jacobsen, Eggen, Kauchak, (2009). Methods For Teaching:Metode-Metode Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa TK-SMA. Edisi ke delapan (penerjemah Fawaid, A. dan Anam K). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Koswara dan Halimah. (2008). Seluk Beluk Profesi Guru. Bandung: PT Pribumi Mekar
Majid, A. (2009). Perencanaan Pembelajaran mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Rosda
Maryati, Y. (2008). Analisis Pertanyaan yang Dikembangkan Dalam LKS. Skripsi Pada Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan
Mulyasa, E. (2008). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya
Murtini, S. (2008). Kreativitas Teknik Probing. [online]. Tersedia;http://edu-articles.com/kreativitas-teknik-probing/
Nalole, M. (2010). Kemampuan Guru Menerapkan Keterampilan Bertanya Pada Pembelajaran Matematika di Kelak IV SDN no 64 Kota Timur Kota Gorontalo Jurnal Pendidikan 7 (2) 814-824
Nasution, S. (1995). Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Nurhadi et al, (2004). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK, Malang: UM Perss
Nurhalida I. (2000). Model Pembelajaran Pupuk untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Madrasah Aliyah melalui
Pengembangan Keterampilan Bertanya Guru. Tesis SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan
96
Rahman, T. (2010). Efek Pertanyaan Pengarah Dalam Pembelajaran Sains Terhadap Penguasaan Konsep Pada Siswa SLTP Jurnal Pendidikan dan Budaya
Rosalin, E. (2008). Gagasan Merancang Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Karsa Mandiri Persada
Rustaman, et al. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi Modul Perkuliahan Pada Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan
Rustaman, et al. (2003). Peranan Pertanyaan Produktif dalam Pengembangan KPS dan LKS. Bahan Seminar dan Lokakarya bagi Guru-guru Biologi SLTP & SMU FPMIPA UPI: tidak diterbitkan
Samatowa. (2010). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, Jakarta PT Indeks
Sarjilah. (2010). Makna Pengembangan Manusia Pada Pelatihan Guru, Modul Widyaiswara, ,Yogyakarta: LPMP D.I Yogyakarta
Slameto. (2003). Belajar dan Factor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta
Soegito, E. & Nurani, Y. (2003). Kemampuan Dasar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka
Suratmi. (2009). Peningkatan Keterampilan bertanya Guru Biologi Pada Konsep Sistem Regulasi Melalui Program Coaching Berbasis Rekaman Video, Tesis Pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan
Sukardi, T. (2008). Peningkatan Profesionalisme Guru Mencermati Kualitas Sumber Daya Guru Sekolah Dasar di eks. Karesidenan Banyumas Jurnal Ilmiah Kependidikan, 1 (1)
Sukirman, D. (2007). Keterampilan Dasar Mengajar. Modul Perkuliahan Pada Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan
Usman, U. M. (1995). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya
Widodo, A. (2009). Peningkatan Kemampuan Mahasiswa PGSD Dalam Mengajukan peranyaan Produktif untuk Mendukung Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri. Jurnal Pendidikan volume 10
97
Widodo, A. et al. (2006). Peningkatan Kemampuan Siswa SD Untuk Mengajukan Pertanyaan Produktif Jurnal Pendidikan 4 (1)
Widodo, A. (2006). Propil Pertanyaan Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran Sains. Jurnal Pendidikan 4 (2)
Widodo, A. (2010). Peningkatan Profesionalisme Guru Biologi: Permasalahan dan Alternatif Solusi. Bandung: FPMIPA UPI