• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAKAIAN BAHASA SUNDA DIALEK TASIKMALAYA DI KECAMATAN PURBARATU KOTA TASIKMALAYA : Suatu Kajian Sosiodialektologi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMAKAIAN BAHASA SUNDA DIALEK TASIKMALAYA DI KECAMATAN PURBARATU KOTA TASIKMALAYA : Suatu Kajian Sosiodialektologi."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PEMAKAIAN BAHASA SUNDA DIALEK TASIKMALAYA

DI KECAMATAN PURBARATU KOTA TASIKMALAYA

(SUATU KAJIAN SOSIODIALEKTOLOGI)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagin dari

Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Sastra

Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

Konsentrasi Linguistik

oleh

Mochamad Ramadhan Kurniawan

0902582

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Pemakaian Bahasa Sunda Dialek

Tasikmalaya di Kecamatan

Purbaratu Kota Tasikmalaya

(Suatu Kajian Sosiodialektologi)

Oleh

Mochamad Ramadhan Kurniawan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Mochamad Ramadhan Kurniawan 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pemakaian Bahasa Sunda Dialek Tasikmalaya Di Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya

(Suatu Kajian Sosiodialektologi” ini beserta seluruh isinya adalah benar

-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau

pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang

berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap

menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian

ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini,

atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Desember 2013

Yang membuat pernyataan,

Mochamad Ramadhan Kurniawan

(4)

MOCHAMAD RAMADHAN KURNIAWAN

0902582

PEMAKAIAN BAHASA SUNDA DIALEK TASIKMALAYA DI

KECAMATAN PURBARATU KOTA TASIKMALAYA

(SUATU KAJIAN SOSIODIALEKTOLOGI)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I

Dra. Novi Resmini, M.Pd.

NIP 196711031993032003

Pembimbing II

Sri Wiyanti, S.S., M.Hum.

NIP 197803282006042001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Dr. Dadang S Anshori, M.Si.

(5)

Mochamad Ramadhan Kurniawan, 2014

Pemakaian Bahasa Sunda Dialek Tasikmalaya Di Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PEMAKAIAN BAHASA SUNDA DIALEK TASIKMALAYA DI KECAMATAN PURBARATU KOTA TASIKMALAYA

(SUATU KAJIAN SOSIODIALEKTOLOGI)

Mochamad Ramadhan Kurniawan 0902582

ABSTRAK

Variasi bahasa yang dilandasi oleh berbagai macam kelas sosial diperkirakan terjadi di Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya. Fenomena kebahasaan tersebut lazim dikaji dalam ilmu sosiodialektologi. Sosiodialektologi merupakan perpaduan antara dua ranah ilmu yaitu sosiolinguistik dan dialektologi. Daerah pengamatan yang dijadikan objek penelitian adalah Kelurahan Sukaasih, Kelurahan Sukajaya, dan Kelurahan Singkup. Objek yang menjadi penelitian ini adalah tuturan bahasa Sunda lemes dialek Tasikmalaya yang dipakai oleh penutur dan penduduk asli atau sekurang-kurangnya telah tinggal selama sepuluh tahun di Kecamatan Purbaratu. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan (1) pemakaian bahasa Sunda dialek Tasikmalaya di Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya pada tataran fonologis, morfologis, dan leksikon berdasarkan ranah ekonomi dan usia; (2) variasi pemakaian tingkat tutur menurut Undak Usuk Basa Sunda berdasarkan ranah ekonomi dan usia; dan (3) persentase kosakata bahasa Sunda dialek Tasikmalaya di Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya yang masuk dalam kosakata bahasa Indonesia berdasarkan ranah ekonomi dan usia. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan sosiodialektologi, sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Dalam pengumpulan data digunakan teknik (1) observasi dan pengamatan; (2) wawancara; (3) pengisian daftar tanyaan; dan (4) pencatatan dan perekaman. Adapun hasil temuan penelitian ini adalah (1) berdasarkan deskripsi perbedaan dialek bahasa Sunda di Kecamatan Purbaratu ditemukan perbedaan fonologi berjumlah 82 berian, perbedaan morfologi berjumlah 2 berian, dan perbedaan leksikal berjumlah 186 berian; (2) berdasarkan penghitungan pemakaian tingkat tutur bahasa Sunda menurut UUBS basa lemes di Kecamatan Purbaratu sudah bergeser menjadi basa kasar berjumlah 11,19%, basa sedeng berjumlah 10,69%, basa lemes berjumlah 10,45%, dan Bahasa Indonesia berjumlah 4,35%; dan (3) hasil penghitungan berian bahasa Sunda dialek Tasikmalaya yang termasuk dalam kosakata bahasa Indonesia menunjukkan bahwa dari total 389 berian bahasa Sunda tuturan masyarakat Purbaratu yang ditemukan terdapat 95 kosakata yang termasuk dalam kosakata Bahasa Indonesia. Artinya sebesar 24,42% berian bahasa Sunda dialek Tasikmalaya di Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya termasuk dalam kosakata Bahasa Indonesia.

(6)

TASIKMALAYA SUNDANESE DIALECT USE IN DISTRICT PURBARATU TASIKMALAYA

(A STUDY OF DIALECTOLOGY SOSIOLINGUISTICS)

Mochamad Ramadhan Kurniawan 0902582

ABSTRACT

Variations in language which is based on a wide range of social classes is estimated to occur in District Purbaratu Tasikmalaya. The linguistic phenomenon commonly studied in dialectology sosiolinguistics. Dialectology sosiolinguistics is a blend of two domains, namely science sociolinguistics and dialectology. Observation area as object of research is Sukaasih Village, Village Sukajaya, and Singkup Village. Became the object of this study is that the speech Sundanese Tasikmalaya dialect lemes and used by native speakers or at least have lived for ten years in the District Purbaratu. The aim of this study was to determine and describe (1) the use of Sundanese dialect Tasikmalaya in District Purbaratu Tasikmalaya at the level of phonological, morphological, and a lexicon based on the economic sphere and age, (2) variations in the level of consumption by the railroad said rafter Basa Sunda based economic realm and age, and (3) the percentage of Sundanese dialect Tasikmalaya vocabulary in the district Purbaratu Tasikmalaya entering the Indonesian vocabulary based on the economic sphere and age. The approach used in this study dialectology sosiolinguistics approach, where as the method used in this research is descriptive qualitative method. Techniques used in data collection (1) observation, (2) interview, (3) filling the list of questions, and (4) recording. The findings of this study are (1) based on the description of Sundanese dialect differences in District Purbaratu found differences amounted to 82 providing such phonological, morphological differences of providing such amount to 2, and totaled 186 of providing such lexical differences, (2) calculation based on usage levels by Sundanese lemes said UUBS bases in District Purbaratu already shifted into rough base amounted to 11.19%, basa sedeng totaling 10.69%, basa lemes amounted to 10.45%, and Indonesian amounted to 4.35%, and (3) providing such calculation results Sundanese Tasikmalaya dialects are included in the Indonesian vocabulary showed that of a total of 389 utterances of providing such Sundanese people Purbaratu found that there are 95 vocabulary included in the Indonesian vocabulary. This means that 24.42% of Sundanese dialect of providing such in the district of Tasikmalaya Tasikmalaya Purbaratu included in the Indonesian vocabulary.

(7)

Mochamad Ramadhan Kurniawan, 2014

Pemakaian Bahasa Sunda Dialek Tasikmalaya Di Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

DAFTAR ISTILAH, LAMBANG, DAN TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

BAB II SOSIODIALEKTOLOGI, SOSIOLINGUISTIK, DIALEKTOLOGI, PERBEDAAN UNSUR-UNSUR KEBAHASAAN, DAN UNDAK USUK BASA SUNDA ... 7

2.1 Landasan Teoretis ... 7

2.1.1 Sosiodialektologi ... 7

2.1.2 Sosiolinguistik ... 7

2.1.2.1 Bahasa dan Ekonomi ... 8

(8)

viii

2.1.3 Dialektologi ... 9

2.1.3.1 Dialek ... 10

2.1.3.2 Ragam Dialek ... 10

2.1.4 Perbedaan Unsur-unsur Kebahasaan ... 11

2.1.4.1 Perbedaan Fonologi ... 11

2.1.4.2 Perbedaan Morfologi ... 15

2.1.4.3 Perbedaan Leksikal ... 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 22

3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian ... 22

3.2 Desain Penelitian ... 23

3.3 Metode Penelitian... 23

3.4 Definisi Operasional... 24

3.5 Instrumen dan Pelengkap Instrumen Penelitian ... 24

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 25

3.7 Teknik Analisis Data ... 26

BAB IV DESKRIPSI PERBEDAAN KEBAHASAAN DI KECAMATAN PURBARATU KOTA TASIKMALAYA BERDASARKAN RANAH EKONOMI DAN USIA SERTA PEMBAHASAN... 27

4.1 Deskripsi Perbedaan Fonologis, Morfologis, dan Leksikal Bahasa Sunda di Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya Berdasarkan Ranah Ekonomi dan Usia ... 27

(9)

ix

Mochamad Ramadhan Kurniawan, 2014

Pemakaian Bahasa Sunda Dialek Tasikmalaya Di Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.3 Berian Bahasa Sunda Dialek Tasikmalaya di Kecamatan Purbaratu Kota

Tasikmalaya yang Masuk dalam Kosakata Bahasa Indonesia Berdasarkan

Hasil Penelitian Serta Keterpakaiannya Berdasarkan Ranah Ekonomi dan

Usia ... 109

4.4 Pembahasan ... 126

4.4.1 Perbedaan Dialek Bahasa Sunda di Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya Berdasarkan Ranah Ekonomi dan Usia ... 126

4.4.2 Variasi Tingkat Tutur Bahasa Sunda Berdasarkan Ranah Ekonomi dan Usia ... 127

4.4.3 Berian Bahasa Sunda Dialek Tasikmalaya di Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya yang Masuk dalam Kosakata Bahasa Indonesia Berdasarkan Hasil Penelitian Serta Keterpakaiannya Berdasarkan Ranah Ekonomi dan Usia ... 130

BAB V PENUTUP ... 131

5.1 Kesimpulan ... 131

5.2 Saran ... 132

DAFTAR PUSTAKA ... 134

LAMPIRAN 1 ... 136

LAMPIRAN 2 ... 137

LAMPIRAN 3 ... 143

LAMPIRAN 4 ... 170

LAMPIRAN 5 ... 188

LAMPIRAN 6 ... 198

LAMPIRAN 7 ... 210

(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Lambang Vokal Bahasa Sunda ... 12

Tabel 2.2 Posisi Vokal ... 12

Tabel 2.3 Posisi Konsonan ... 13

DAFTAR BAGAN

(11)

Mochamad Ramadhan Kurniawan, 2014

Pemakaian Bahasa Sunda Dialek Tasikmalaya Di Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan bentuk komunikasi masyarakat untuk saling

berinteraksi sosial. Berbagai macam kelas sosial memengaruhi perkembangan

bahasa yang digunakan dalam suatu daerah. Oleh karena itu, timbul variasi bahasa

yang dilandasi oleh berbagai macam kelas sosial.

Variasi bahasa tersebut diperkirakan terjadi di Kecamatan Purbaratu Kota

Tasikmalaya. Dalam kehidupan sehari-harinya, masyarakat Kecamatan Purbaratu

menggunakan bahasa Sunda sebagai alat komunikasi. Masyarakatnya masih

memakai bahasa Sunda, namun ada juga yang memakai bahasa Indonesia sebagai

alat komunikasi sehari-hari. Hal tersebut kemungkinan terjadi karena seiring

perkembangan IPTEK pada era modernisasi, masuknya pendatang baru dari luar

Tasikmalaya, serta pengaruh budaya lain yang masuk maka terjadi gejala variasi

bahasa yang ada di Tasikmalaya.

Gejala variasi bahasa tampak jelas dalam bahasa Sunda dialek

Tasikmalaya tepatnya di wilayah Kecamatan Purbaratu. Variasi tersebut terlihat

pada gloss muka memiliki tiga berian, yaitu raray, benget, dan wajah. Berian

raray digunakan oleh kelas semua ranah ekonomi serta usia remaja dan dewasa di

Kelurahan Sukaasih, sedangkan berian benget dan wajah digunakan oleh semua

ranah ekonomi serta usia remaja dan dewasa di Kelurahan Kelurahan Sukajaya

dan Kelurahan Singkup.

Variasi bahasa dipengaruhi oleh faktor sosiolek. Sosiolek merupakan

ragam bahasa yang dipergunakan oleh suatu kelompok tertentu yang

membedakannya dari kelompok yang lain (Kridalaksana dalam Ayatrohaedi,

1983: 14). Sosiolek dipengaruhi oleh sekelompok masyarakat tertentu yang

terdiri atas pekerjaan, lingkungan, pendidikan, usia, jenis kelamin, dan

(12)

2

Variasi bahasa juga dapat dipengaruhi oleh adanya ragam regiolek, yaitu

ragam bahasa yang digunakan di luar daerah pakainya (Warnant dalam

Ayatrohaedi, 1983: 13). Misalnya bahasa Indonesia yang dipakai di Tasikmalaya

dituturkan oleh masyarakat pendatang dari luar Tasikmalaya yang mayoritas

menggunakan bahasa Sunda.

Oleh karena itu, fenomena kebahasaan tersebut lazim dikaji dalam ilmu

sosiodialektologi. Sosiodialektologi merupakan perpaduan antara dua ranah ilmu

yaitu sosiolinguistik dan dialektologi. Sosiolinguistik adalah bidang ilmu

antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan

bahasa itu di dalam masyarakat (Chaer dan Agustina, 2004: 2). Dialektologi yaitu

cabang dari ilmu linguistik yang mengkaji perbedaan-perbedaan isolek dengan

melakukan perbedaan tersebut secara utuh (Mahsun, 1995: 11).

Penelitian ini akan didekatkan pada tinjauan sosiodialektologi yang

merupakan suatu cara pandang terhadap permasalahan bahasa yang memfokuskan

tujuannya sesuai dengan kedua bidang ilmu tersebut. Hal ini digunakan untuk

menjawab masalah kebahasaan yang belum terjawab oleh linguistik murni.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti kajian penggunaan

bahasa di Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya.

Daerah pengamatan yang akan dijadikan objek penelitian adalah

Kelurahan Sukaasih, Kelurahan Sukajaya, dan Kelurahan Singkup. Daerah-daerah

tersebut dipilih karena masyarakat yang tinggal di Kecamatan Purbaratu memiliki

latar belakang sosial yang berbeda-beda. Perbedaan latar belakang sosial tersebut

berdampak pada tuturan yang digunakan oleh masyarakatnya.

Objek yang menjadi penelitian ini adalah tuturan bahasa Sunda lemes

dialek Tasikmalaya yang dipakai oleh penutur dan penduduk asli atau

sekurang-kurangnya telah tinggal selama sepuluh tahun di Kecamatan Purbaratu.

Berdasarkan tinjauan pustaka, penelitian terhadap sosiodialektologi bahasa

Sunda di Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya belum pernah dilakukan

sebelumnya. Peneliti hanya menemukan penelitian yang sejenis yaitu Lestari

(2011) yang meneliti penggunaan bahasa Jawa dialek Cirebon di Kecamatan

(13)

3

Mochamad Ramadhan Kurniawan, 2014

Pemakaian Bahasa Sunda Dialek Tasikmalaya Di Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

variasi bahasa Jawa. Astuti (2010) meneliti tentang variasi pemakaian tingkat

tutur bahasa Jawa di wilayah eks-Karesidenan Kedu. Siswandi (2009) meneliti

tentang pemakaian Bahasa Jawa di Kecamatan Brebes dalam kajian

Sosiodialektologi dan pengaruhnya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di

SMA. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini yaitu terletak pada

lokasi pengambilan data. Lokasi penelitian yang dipakai peneliti yaitu di

Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti

penggunaan bahasa Sunda dialek Tasikmalaya di Kecamatan Purbaratu Kota

Tasikmalaya dengan kajian sosiodialektologi.

1.2 Masalah Penelitian

Dalam masalah penelitian akan dipaparkan tentang identifikasi masalah,

pembatasan masalah, dan perumusan masalah.

1.2.1 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Faktor ekonomi dan usia mengakibatkan bahasa Sunda dialek Tasikmalaya

memiliki tingkat tutur yang unik dan khas.

2) Semakin sedikitnya penutur ekabahasa yang mengancam keberadaan bahasa

Sunda dialek Tasikmalaya.

3) Semakin banyaknya pengguna bahasa Indonesia di Kecamatan Purbaratu

Kota Tasikmalaya.

4) Seiring dengan berkembangnya IPTEK dan budaya asing yang masuk

menggantikan bahasa Sunda di Kota Tasikmalaya.

1.2.2 Batasan Masalah

Agar pembahasan tidak terlalu jauh, peneliti akan membatasi masalah

yang akan diteliti dalam penelitian ini dengan beberapa hal sebagai berikut.

1) Penelitian ini hanya berfokus pada Kelurahan Sukaasih, Kelurahan Sukajaya,

(14)

4

belakang sosial yang berbeda serta perbedaan dialek yang signifikan yang ada

di Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya dengan menggunakan pendekatan

sosiodialektologi.

2) Ranah yang dipilih dalam penelitian ini adalah ranah ekonomi yang

mencakup kelas rendah, menengah, dan tinggi serta ranah usia yang

mencakup remaja berusia 12 hingga 21 tahun dan dewasa berusia 22 hingga

60 tahun karena kedua ranah tersebut terdapat perbedaan dalam pemakaian

bahasa Sunda berdasarkan Undak Usuk Basa Sunda.

3) UUBS dibatasi pada tiga tahap Undak Usuk Basa Sunda (UUBS) yaitu basa

kasar, basa sedeng, dan basa lemes karena hanya tiga tahap tersebut yang

ditemukan pada penelitian ini.

1.2.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang menjadi objek penelitian adalah sebagai berikut.

1) Bagaimanakah pemakaian bahasa Sunda dialek Tasikmalaya di Kecamatan

Purbaratu Kota Tasikmalaya pada tataran fonologis, morfologis, dan leksikon

berdasarkan ranah ekonomi dan usia?

2) Bagaimana variasi pemakaian tingkat tutur bahasa Sunda menurut Undak

Usuk Basa Sunda berdasarkan ranah ekonomi dan usia?

3) Berapa persentase berian bahasa Sunda dialek Tasikmalaya di Kecamatan

Purbaratu Kota Tasikmalaya yang masuk dalam kosakata bahasa Indonesia

berdasarkan hasil penelitian serta keterpakaiannya berdasarkan ranah

ekonomi dan usia?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan hal-hal

sebagai berikut.

1) pemakaian bahasa Sunda dialek Tasikmalaya di Kecamatan Purbaratu Kota

Tasikmalaya pada tataran fonologis, morfologis, dan leksikon berdasarkan

(15)

5

Mochamad Ramadhan Kurniawan, 2014

Pemakaian Bahasa Sunda Dialek Tasikmalaya Di Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) variasi pemakaian tingkat tutur bahasa Sunda menurut Undak Usuk Basa

Sunda berdasarkan ranah ekonomi dan usia; dan

3) persentase kosakata bahasa Sunda dialek Tasikmalaya di Kecamatan

Purbaratu Kota Tasikmalaya yang masuk dalam kosakata bahasa Indonesia

berdasarkan hasil penelitian serta keterpakaiannya berdasarkan ranah

ekonomi dan usia.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini terbagi menjadi manfaat teoretis dan praktis.

Adapun uraiannya sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang dapat

dijadikan pedoman dan perbandingan ihwal kebahasaan di Indonesia, khususnya

dalam bidang sosiolinguistik, dialektologi, linguistik historis komparatif, dan

leksikografi.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat menambah perbendaharaan bahasa-bahasa di

Indonesia, melestarikan dan menjaga bahasa-bahasa daerah, menjadi bahan acuan

pemerintah untuk membina, menjaga, dan mengembangkan bahasa-bahasa daerah

di Indonesia khususnya di Kota Tasikmalaya serta menjadi pedoman dalam

penyusunan kamus.

1.5 Struktur Organisasi

Hasil penelitian ini terdiri dari lima Bab. Untuk memudahkan

penyajiannya, maka struktur organisasi penulisan ini disusun dari Bab I sampai

dengan Bab V. Berikut ini adalah urutan struktur organisasi penulisan skripsi.

Dalam Bab I memuat pendahuluan yang membahas (1) latar belakang

masalah, (2) masalah penelitian yang mencakup (3) identifikasi masalah, (4)

(16)

6

penelitian, dan (8) struktur organisasi penulisan. Pada Bab II memuat landasan

teoretis yang mencakup (1) sosiodialektologi, (2) sosiolinguistik, (3) dialektologi,

dan (4) perbedaan unsur-unsur kebahasaan.

Selain itu, Bab III memuat metode penelitian yang memaparkan (1) lokasi

dan subjek penelitian, (2) desain penelitian, (3) metode penelitian, (4) definisi

operasional, (5) instrumen dan pelengkap instrumen penelitian, (6) teknik

pengumpulan data, dan (7) teknis analisis data. Adapun Bab IV memuat (1) hasil

penelitian dan (2) pembahasan. Akhirnya, Bab V sebagai penutup hasil laporan

(17)

Mochamad Ramadhan Kurniawan, 2014

Pemakaian Bahasa Sunda Dialek Tasikmalaya Di Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya. Daerah

pengamatan yang akan dijadikan objek penelitian adalah Kelurahan Sukaasih,

Kelurahan Sukajaya, dan Kelurahan Singkup. Daerah-daerah tersebut dipilih

karena masyarakat yang tinggal di Kecamatan Purbaratu memiliki latar belakang

sosial yang berbeda-beda. Perbedaan latar belakang sosial tersebut berdampak

pada tuturan yang digunakan oleh masyarakatnya.

Kecamatan Purbaratu adalah salah satu kecamatan yang berada di Kota

Tasikmalaya. Kecamatan Purbaratu terbentuk dari peraturan daerah Kota

Tasikmalaya Nomor 6 Tahun 2008 tentang pembentukan Kecamatan Bungursai

dan Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya. Wilayah Kecamatan Purbaratu

memiliki luas 1201 Hektar . Batas-batas wilayah Kecamatan Purbaratu yaitu,

sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis,

sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya,

sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya, dan

sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tawang dan Kecamatan Cipedes

Kota Tasikmalaya.

Data adalah bahan penelitian ini dan bahan yang dimaksud bukannya

bahan mentah, malainkan bahan jadi (Sudaryanto, 1988: 9). Oleh karena itu,

metode dan teknik analisis data dapat diaplikasikan terhadap bahan jadi penelitian

tersebut. Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi sumber data primer

dan sekunder. Data primer yang diambil dalam penelitian ini adalah kosakata

bahasa Sunda dialek Tasikmalaya yang diperoleh dari instrumen penelitian berupa

211 kosakata Swadesh hasil modifikasi Kurniawan. Sebagai pelengkap dari

sumber data primer, peneliti menggunakan Kamus Bahasa Sunda dan Kamus

(18)

23

3.2 Desain Penelitian

Untuk memperjelas paparan sebelumnya tentang metode penelitian, pada

bagian ini akan digambarkan bagan alur penelitian dalam bentuk diagram berikut

yang diadaptasi dari model Miles dan Huberman.

Bagan 3.1 Desain Penelitian

3.3 Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

sosiodialektologi, sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif. Metode deskriptif kualitatif merupakan metode yang

Pemakaian Bahasa Sunda Dialek Tasikmalaya di Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya

Pengumpulan Data

(1) Observasi dan Pengamatan (2) Wawancara

(3) Pengisian daftar tanyaan

(4) Pencatatan dan Perekaman

Penyajian Data

(1) Bentuk Fonemis Bahasa Sunda Dialek Tasikmalaya (BSDT) (2) Klasifikasi Perbedaan Fonologi, Morfologi, dan Leksikal BSDT (3) Pemetaan BSDT

(4) Persentase bahasa BSDT yang masuk dalam kosakata bahasa Indonesia

Penyimpulan Data

(1) Bentuk Fonemis Bahasa Sunda Dialek Tasikmalaya (BSDT) (2) Klasifikasi Perbedaan Fonologi, Morfologi, dan Leksikal BSDT (3) Pemetaan BSDT

(4) Persentase bahasa BSDT yang masuk dalam kosakata bahasa Indonesia

Hasil Analisis:

(19)

24

Mochamad Ramadhan Kurniawan, 2014

Pemakaian Bahasa Sunda Dialek Tasikmalaya Di Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

digunakan dalam penelitian ini yang bertujuan untuk mengungkap fakta yang ada

atau fenomena yang empiris sesuai apa yang dituturkan oleh para penuturnya.

Penelitian deskriptif kualitatif pada umumnya dilakukan dengan tujuan

utama, yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau

subjek yang diteliti secara tepat.

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik rekam dan

teknik catat. Teknik rekam dan teknik catat dilakukan dengan cara merekam lalu

diikuti dengan pencatatan (Sudaryanto, 1988: 9).

3.4 Definisi Operasional

Dalam penelitian ini, ada beberapa istilah yang digunakan. Oleh karena itu,

definisi operasional digunakan untuk membatasi definisi dari istilah-istilah yang

digunakan. Berikut ini dijelaskan definisi operasional dari beberapa istilah yang

digunakan dalam penelitian ini.

1) Penggunaan bahasa Sunda dialek Tasikmalaya adalah penggunaan bahasa

Sunda lemes dialek Tasikmalaya di Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya.

2) Sosiodialektologi adalah kajian yang mempelajari variasi bahasa berdasarkan

ranah ekonomi rendah, menengah, dan tinggi, serta usia yang mencakup

remaja dan dewasa di Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya.

3) Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh masyarakat Kecamatan

Purbaratu Kota Tasikmalaya.

4) Bahasa Sunda dialek Tasikmalaya adalah bahasa Sunda dialek Tasikmalaya

yang digunakan oleh masyarakat ekonomi rendah, menengah, dan tinggi serta

usia remaja dan dewasa di Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya.

3.5 Instrumen dan Pelengkap Instrumen Penelitian

Instumen penelitian dapat dilihat pada lembar lampiran. Instrumen yang

diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Daftar gloss berdasarkan kosakata Swadesh yang sudah dimodifikasi oleh

(20)

25

mencari perbedaan yang signifikan karena daerah-daerah tersebut memiliki

latar belakang sosial yang berbeda.

2) Daftar tanyaan mengenai data pribadi dan pemakaian bahasa sehari-hari

informan.

Adapun pelengkap instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1) Alat rekam digunakan untuk mewawancarai informan. Perekaman dilakukan

secar sembunyi-sembunyi agar mendapatkan data apa adanya dan tidak

dibuat-buat.

2) Alat tulis digunakan untuk pencatatan kosakata.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data digunakan teknik sebagai berikut.

1) Observasi dan Pengamatan. Observasi diarahkan kepada pemakaian bahasa

secara lisan mengenai dialek yang digunakan oleh penuturnya.

2) Wawancara. Wawancara dilakukan dengan informan di lapangan dengan

pertanyaan yang sudah disiapkan.

3) Pengisian daftar tanyaan. Sebelum proses pencatatan dan perekaman dimulai

terlebih dahulu informan mengisi daftar tanyaan yang berupa nama informan,

jenis kelamin, usia, tempat dan tanggal lahir, bahasa yang digunakan

sehari-hari, dan nama suku bangsa.

4) Pencatatan dan Perekaman. Teknik ini dipakai saat mengisi kosakata

Swadesh hasil modifikasi Kurniawan berjumlah 211. Bersamaan dengan

kegiatan tersebut, peneliti juga merekam pelafalan kosakata tersebut.

Adapun syarat-syarat informan merujuk pada Ayatrohaedi (2003: 39-40),

Ahmadi dan Soleh, (2005: 121-125), dan Ardians (2012) yang sudah dimodifikasi

adalah sebagai berikut.

1) berjenis kelamin pria atau wanita;

2) kisaran usia remaja antara 12-21 tahun dan kisaran usia dewasa antara 22-60

tahun;

(21)

26

Mochamad Ramadhan Kurniawan, 2014

Pemakaian Bahasa Sunda Dialek Tasikmalaya Di Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4) penduduk asli dan pendatang yang telah menetap sekurang-kurang 10 tahun;

5) berstatus sosial ekonomi rendah, menengah, dan tinggi; dan

6) dapat berbahasa Indonesia.

Informan yang dipakai dalam penelitian ini berjumlah 54 informan.

Informan tersebut didapat dari daerah pengamatan yaitu Kelurahan Sukaasih,

Kelurahan Sukajaya, dan Kelurahan Singkup yang masing-masing daerah

pengamatan berjumlah 18 orang sesuai ranah ekonomi dan usia.

3.7 Teknik Analisis Data

Dalam hal ini peneliti mengolah data dari kedua titik pengamatan di atas

Pengolahan data ini terbagi menjadi tiga tahap pengolahan data. Adapun

uraiannya sebagai berikut.

1) Mentranskripsikan hasil rekaman secara fonemis dari bahasa yang diteliti.

2) Mengklasifikasikan daftar kosakata yang memiliki perbedaan fonologi,

morfologi, dan leksikal berdasarkan ranah ekonomi dan usia.

(22)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dari Bab IV maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut.

1. Berdasarkan deskripsi perbedaan dialek bahasa Sunda di Kecamatan Purbaratu

Kota Tasikmalaya ditemukan 119 berian yang menunjukkan adanya

persamaan dari segi bentuk maupun makna dan 270 berian yang menunjukkan

perbedaan. Perbedaan-perbedaan tersebut meliputi perbedaan fonologi

berjumlah 82 berian, perbedaan morfologi berjumlah 2 berian, dan perbedaan

leksikal berjumlah 186 berian.

2. Berdasarkan penghitungan diperoleh jumlah basa kasar berjumlah 11,19%,

basa sedeng berjumlah 10,69%, basa lemes berjumlah 10,45%, dan Bahasa

Indonesia berjumlah 4,35%. disimpulkan bahwa pemakaian tingkat tutur

bahasa Sunda menurut UUBS, basa lemes di Kecamatan Purbaratu sudah

bergeser menjadi basa kasar basa sedeng, basa lemes, dan Bahasa Indonesia

meskipun informan menganggapnya sebagai basa lemes. Kondisi tersebut

sesuai dengan pernyataan Sumarsono dan Partana (2004: 139) yaitu perbedaan

ragam bahasa yang digunakan oleh kelas sosial tinggi, menengah, dan rendah

akan tampak pada tataran fonologi dan morfologi, sintaksis, dan kosakata dan

usia merupakan salah satu faktor sosial yang menjadi perbedaan dalam

kelompok-kelompok masyarakat. Masyarakat yang memiliki ekonomi kelas

tinggi cenderung memakai Bahasa Indonesia yang dianggap sebagai basa

lemes. Akan tetapi, masyarakat yang memiliki ekonomi kelas rendah dan

menengah cenderung memakai basa kasar maupun basa sedeng yang

dianggap sebagai basa lemes. Faktor usia juga mempengaruhi pemakaian

bahasa Sunda di Kecamatan Purbaratu. Usia remaja cenderung memakai basa

(23)

132

Mochamad Ramadhan Kurniawan, 2014

Pemakaian Bahasa Sunda Dialek Tasikmalaya Di Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lemes. Akan tetapi, usia dewasa cenderung memakai basa lemes. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa ranah ekonomi dan usia mempengaruhi bahasa Sunda

yang ada di Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya.

3. Hasil penghitungan tersebut menunjukkan bahwa dari 389 berian bahasa

Sunda dialek Tasikmalaya ditemukan 95 kosakata yang termasuk dalam

kosakata Bahasa Indonesia. Artinya sebesar 24,42% berian bahasa Sunda

dialek Tasikmalaya di Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya termasuk

dalam kosakata Bahasa Indonesia.

5.2 Saran

Adapun saran dalam penelitian ini meliputi hal-hal sebagai berikut.

1. Penelitian ini dilakukan di tiga daerah pengamatan di Kecamatan Purbaratu,

yaitu Kelurahan Sukaasih, Kelurahan Sukajaya, dan Kelurahan Singkup. Data

yang diperoleh hanya mencakup kosakata pokok, deskripsi fonologis,

morfologis, leksikal, korespondensi bunyi, variasi pemakaian tingkat tutur

berdasarkan UUBS, dan berian bahasa Sunda yang ada dalam kosakata Bahasa

Indonesia. Dengan demikian, bagi para peneliti yang berminat mengkaji

sosiodialektologi di Kecamatan Purbaratu disarankan untuk meneliti di luar

tiga daerah pengamatan yang sudah diteliti dalam penelitian ini.

2. Penelitian ini dapat dikaji dengan kajian payung ilmu linguistik historis

komparatif dengan membandingkan bahasa Sunda dialek Tasikmalaya dengan

bahasa Indonesia.

3. Luasnya daerah dan susahnya akses ke Kecamatan Purbaratu menyebabkan

penelitian ini membutuhkan tenaga dan waktu yang tidak sedikit. Mengingat

kondisi tersebut, diharapkan adanya bantuan dan dukungan dari berbagai

pihak terutama pemerintahan setempat untuk memudahkan

(24)

133

4. Pemerintah setempat diharapkan untuk membuat sebuah kamus bahasa Sunda

dialek Tasikmalaya di Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya dari hasil

(25)

Mochamad Ramadhan Kurniawan, 2014

Pemakaian Bahasa Sunda Dialek Tasikmalaya Di Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Munawar Sholeh. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Asdi Mahasatya.

Ardians, Atrof. 2012. “Masa Perkembangan Manusia Dewasa Akhir” [Online]. Tersedia: http://www.psycholovegy.com/2012/05/masa-perkembangan-manusia-dewasa-akhir.html [3 Juli 2013]

Astuti, Eka Yuli. 2010. “Variasi Pemakaian Tingkat Tutur Bahasa Jawa di Wilayah Eks Karesidenan Kedu (Kajian Sosiodialektologi)”. Artikel dimuat dalam Jurnal Lingua Vol 6, No 1. [Online]. Tersedia: http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/lingua/article/view/888/826 [17 Desember 2012]

Ayatrohaedi. 1983. Dialektologi Sebuah Pengantar. Jakarta: Pusat Pengemabngan dan Pembinaan Bahasa

Ayatrohaedi. 2003. Pedoman Penelitian Dialektologi. Jakarta: Pusat Bahasa

Lestari, Fikanosa. 2011. “Penggunaan Bahasa Jawa Dialek Cirebon di Kecamatan Kejaksan Kota Cirebon (Suatu Kajian Sosiodialektologi)”. Skripsi FPBS UPI. Tidak diterbitkan.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Pengantar Awal. Jakarta: Rineka Cipta

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

(26)

135

Keraf, Gorys. 1996. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Kurniati, Endang dan Hari Bakti Mardikantoro. 2010. “Pola Variasi Bahasa Jawa (Kajian Sosiodialektologi pada Masyarakat Tutur di Jawa Tengah)”. Arikel dimuat di Jurnal Humaniora Volume XXI: 273-284 No 3. Universitas Gadjah Mada

Mahsun. 1995. Dialektologi Diakronis Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Muslich, Masnur. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara

Ramlan. 2001. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: Karyono

Siswandi, Widy. 2009. “Pemakaian Bahasa Jawa di Kecamatan Brebes dalam Kajian Sosiodialektologi dan Pengaruhnya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA”. Skripsi FKIP UPS Tegal. Tidak diterbitkan.

Sumarsono dan Paina Partana. 2004. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sudaryat, Yayat. dkk. 2007. Tata Basa Sunda Kiwari. Bandung: Yrama Widya

Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik Bagian Kedua Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Tamsyah, Budi Rahayu. 2006. Kamus Undak Usuk Basa Sunda. Bandung: Geger Sunten

Referensi

Dokumen terkait

Interaksi perbandingan pandan dengan sari jahe dan perbandingan massa gula dengan campuran sari terhadap mutu sirup pandan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata

Otorisator Kegiatan dan Anggaran (OKA) adalah pejabat yang diangkat oleh Rektor selaku Pemimpin BLU, yang diberi wewenang dan tanggungjawab sebagai pengguna anggaran untuk

Pemanfaatan tanaman obat seperti jahe dan pandan dalam bentuk sirup umumnya disukai oleh masyarakat karena tidak hanya memiliki rasa yang khas namun juga memiliki manfaat

Section 31.4 of UNTAET Regulation 2000/18 (as amended) requires all persons (employers) who have withheld wage income tax under Section 30 of the Regulation to deliver to

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. © Muhamad Deden Sumarna 2014

Hal ini dikarenakan oleh berat jenis dan kadar air yang dihasilkan oleh masing- masing agregat halus dimana kadar air untuk penggunaan pasir didapat rata-rata sebesar 15,60 %

Meskipun Ki Hajar Dewantara adalah seorang tokoh nasionalis, namun sebagai seorang muslim, pemikiran Ki Hajar Dewantara tidak terlepas dari nilai-nilai Islam dan

Apabila dulu hanya bisa diakses dari komputer rumah (Home Computer), dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi sekarang kita dapat melakukan komunikasi melalui internet