Rachmayanti Gustiani, 2013
METODE DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN TARI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DESAIN POLA
LANTAI SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 9 BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Seni Tari
Oleh
Rachmayanti Gustiani 0900010
JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
METODE DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN TARI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DESAIN POLA
LANTAI SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 9 BANDUNG
Oleh
Rachmayanti Gustiani
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
©Rachmayanti Gustiani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang,
Rachmayanti Gustiani, 2013
RACHMAYANTI GUSTIANI
METODE DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN TARI
KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DESAIN POLA
LANTAI SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 9 BANDUNG
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Dra. Desfina, M.Hum. NIP. 196102201990032001
Pembimbing II
Beben Barnas, M.Pd.
NIP. 197112062001121001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari
Dr. Frahma Sekarningsih, S.Sn., M.Si.
ABSTRAK
Pada pembelajaran seni tari,di SMP Negeri 9 Bandung siswa tidak dituntut untuk berkreasi sendiri dari hasil pembelajaran dan materi yang diberikan oleh guru di dalam kelas. Siswa kelas VII di SMP N 9 Bandung ini kurang memahami mengenai desain pola lantai, karena pembelajaran tari di sekolah ini hanya berpusat pada guru, dan siswa hanya meniru gerak. Untuk itu, penulis mencoba memecahkan masalah tersebut melalui penelitian yang berjudul “Metode Discovery Learning dalam pembelajaran tari kelompok untuk meningkatkan pemahaman desain pola lantai siswa kelas VII di SMP Negeri 9 Bandung.” Tujuan dari penelitian ini untuk mengembangkan potensi siswa dan memahami desain pola lantai dalam pembelajaran seni tari dan menjadikan siswa aktif dalam proses pembelajaran. Metode discovery ini digunakan agar siswa dapat berkreasi, bereksplorasi, dan mengembangkan pola lantai tari sendiri sehingga siswa menemukan bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan. Metode penelitian ini adalah metode eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Hasil dari penelitian ini adalah terdapatnya peningkatan pemahaman desain pola lantai pada siswa. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata pretest =60, dan nilai rata-rata posttest =74,8 dari 34 siswa sebagai sampel. Hasil dari uji t= 21,1 lebih besar dari pada t tabel yaitu n-1= 33. Signifikasi 5% dari dk/db=33 pada t tabel= 2,733 menunjukan bahwa terdapat peningkatan pemahaman desain pola lantai, sehingga hipotesis nol dapat diterima dan hipotesis alternatif ditolak. Rekomendasi dari penelitian ini bahwa setiap guru harus mengembangkan potensi siswa melalui pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Karena pembelajaran tari melalui pengalaman bereksplorasi akan lebih lama melekat pada siswa dibandingkan dengan hanya meniru.
Kata Kunci : Metode Discovery Learning, Pembelajaran Tari Kelompok, Desain Pola lantai.
Rachmayanti Gustiani, 2013
DAFTAR ISI
Abstrak ... i
Kata Pengantar ... ii
Ucapan Terima Kasih ... iii
Daftar Isi... iv
Daftar Tabel ... vi
Daftar Bagan ... vii
Daftar Gambar ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Struktur Organisasi ... 8
BAB II KAJIAN TEORETIS A. Penelitian Terdahulu ... 10
B. Kajian Teoretis 1. Pendekatan Belajar dan Pembelajaran ... 11
2. Metode Pembelajaran ... 12
3. Metode Discovery Learning Dalam Pembelajaran ... 14
4. Keuntungan dan Kelemahan Metode Discovery Learning ... 18
5. Tari Dalam Pendidikan ... 19
6. Unsur-unsur Tari ... 22
7. Pola Lantai dalam Tari ... 23
8. Karakterstik Siswa SMP/ Remaja ... 28
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 30
B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 32
C. Definisi Operasional ... 33
E. Hipotesis ... 34
F. Teknik Pengumpulan Data ... 35
G. Instrument Penelitian ... 35
H. Teknik Analisis Data ... 37
I. Tahap-tahap Penelitian ... 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Kegiatan Belajar Mengajar Seni Tari Sebelum Menggunakan Metode Discovery Learning. ... 40
2. Proses Pembelajaran Dengan Menggunakan Metode Discovery Learning ... 43
3. Hasil Pembelajaran Seni Tari Setelah Menggunakan Metode Discovery Learning ... 58
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 65
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 66
B. Rekomendasi ... 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Rachmayanti Gustiani, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan cara yang ditempuh untuk memberikan
pengetahuan kepada anak didik melalui pembelajaran, seperti definisi
pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991 (Sagala, 2011: 2) “Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan”. Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi antara anak dengan anak, anak dengan sumber belajar
serta anak dengan pendidik. Dalam proses pembelajaran, anak didik dapat
menyerap informasi yang diberikan oleh guru dengan baik jika anak didik
merasa nyaman dengan cara yang digunakan oleh guru dalam
menyampaikan materi. Dunkin dan Biddle (Majid, 2006: 111).
mengemukakan bahwa:
Proses pembelajaran berada dalam empat variable interaksi, yaitu 1). Variable pertanda (presage variables) berupa pendidik; 2). Variabel konteks ( contex variables) berupa peserta didik; 3). Variabel proses ( process variables); dan 4). Variabel produk (product variables) berupa perkembangan peserta didik baik dalam jangka pendek atau jangka panjang.
Pembelajaran dapat dilakukan dalam pendidikan formal dan non
formal. Pada pendidikan formal sering kali siswa kurang menyukai mata
pelajaran tertentu, sehingga siswa kurang menyerap materi yang diberikan
oleh guru. Khususnya pada mata pelajaran seni budaya sering kali siswa
kurang tertarik untuk dapat mengikuti mata pelajaran tersebut.
Mata pelajaran seni budaya, khususnya seni tari seringkali dianggap
sebagai mata pelajaran sampingan dan kurang memberikan kontribusi
kepada siswa. Padahal dengan adanya mata pelajaran seni tari, siswa dapat
lebih mengenal dan menghargai seni budaya daerahnya sendiri.
serta psikis siswa secara seimbang. Namun dalam pelaksanaannya,
pembelajaran seni tari tidak berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan
oleh guru. Siswa pada sekolah umum yang mempunyai beragam bakat dan
keterampilan tentunya tidak mudah untuk menerima semua mata pelajaran
yang diberikan oleh guru. Tidak seperti halnya di sekolah kejuruan yang
didominasi oleh siswa-siswi yang memang benar-benar berminat dan
mempunyai bakat terhadap jurusan yang mereka pilih. Siswa pada sekolah
umum mempunyai minat yang berbeda-beda, sehingga untuk mengikuti
mata pelajaran seni tari membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
menjadikan siswa tersebut terampil. Namun seperti yang dikemukakan
oleh Masunah dalam buku Tari Pendidikan (2012: 5) “..bahwa tujuan
pendidikan seni di sekolah umum bukanlah menjadi seniman, melainkan
diharapkan siswa mendapatkan pengalaman seni, baik praktik maupun
apresiasi.”
Pada pelaksaannya, dalam pembelajaran seni tari guru sering sekali
mengalami kesulitan untuk mengajarkan praktik tari karena biasanya guru
berorientasi pada tari bentuk untuk pertunjukan. Sehingga pembelajaran
tari lebih difokuskan pada pembelajaran ekstrakulikuler yang hanya diikuti
oleh siswa-siswa yang berminat pada pembelajaran tari tersebut.
Seharusnya pembelajaran seni tari dapat diikuti oleh semua siswa baik
oleh siswa putra ataupun siswa putri pada kegiatan pembelajaran
intrakurikuler. Kegiatan pembelajaran tari harus dapat menarik minat
siswa terhadap seni tari tradisi. Namun, biasanya pembelajaran tari di
sekolah umum masih saja menggunakan metode yang sama dengan materi
yang sama sehingga menjadikan mata pelajaran ini dipandang tidak terlalu
memberikan kontribusi bagi siswa. Seperti yang dikemukakan dalam buku
metodologi pengajaran seni oleh P4ST UPI (2004: 1) bahwa “ Peranan
pendidikan seni semakin dipandang sebelah mata karena dianggap kurang
3
Rachmayanti Gustiani, 2013
sekolah umum biasanya siswa menirukan gerakan yang dipraktikan oleh
guru dengan gerak dasar tari tradisi, sehingga siswa akan merasa enggan
untuk bergerak sesuai dengan apa yang diajarkan oleh guru karena siswa
merasa kesulitan.
Untuk itu, seorang guru dituntut untuk lebih kreatif dalam
menyampaikan materi agar proses pembelajaran menjadi lebih mudah
untuk diterima oleh semua siswa. Tidak hanya menyampaikan materi,
tetapi guru juga harus meningkatkan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar
siswa yang meningkat menandakan bahwa pembelajaran yang dilakukan
oleh guru telah diterima oleh siswa dengan baik. Guru harus mempunyai
sensitivitas yang tinggi untuk mengetahui apakah pembelajaran tersebut
sudah berjalan secara efektif atau tidak. Guru harus merubah peran siswa
yang biasanya sebagai konsumen yakni hanya menerima materi, mencatat,
dan menghafal saja, namun menjadi produsen, siswa berperan aktif dalam
proses pembelajaran seperti meneliti, bertanya, menulis, dan mengarang
serta hal lain yang siswa kerjakan sendiri (Majid, 2006). Proses
pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk menemukan dan
memecahkan masalahnya sendiri akan lebih melekat dan diingat oleh
siswa lebih lama dibandingkan dengan siswa hanya duduk dan menerima
materi yang diberikan oleh guru.
Proses pembelajaran seni tari tidak hanya mengajarkan gerak-gerak
sebuah tarian dengan patokan-patokan yang rumit dan tidak selalu untuk
mencetak siswa menjadi terampil dalam menari, tetapi untuk mengajarkan
siswa untuk lebih kreatif dan apresiatif terhadap seni budaya serta dapat
memahami pola lantai. Proses pembelajaran seni tari yang dilakukan di
sekolah formal tentunya berbeda dengan pembelajaran seni tari di
sanggar-sanggar. Masunah, (2012 : 44) mengungkapkan bahwa:
kepekaan rasa estetis dan budaya yang berfungsi untuk membantu perkembangan siswa dari segi intelektual, emosional dan spiritualnya
Tujuan pembelajaran tari disini adalah dengan melalui pembelajaran
tari siswa dapat memahami nilai-nilai yang terkandung dalam proses
pembelajaran, seperti halnya nilai social, nilai estetis, nilai kebersamaan,
dan lain-lain. Namun dalam proses pembelajaran, tidak selalu efektif dan
efisien dan hasil pembelajaran pun tidak selalu berhasil, karena selalu ada
hambatan dan permasalahan baik yang dialami oleh guru maupun oleh
siswa. oleh karena itu, guru atau pendidik perlu memperhatikan cara ynag
digunakan dalam menyampaikan materi kepada siswa. guru dapat
menggunakan beberapa pendekatan belajar dan pembelajaran. Menurut
Sagala, (2011: 68) Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan
ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk
suatu instruksional tertentu.
Selama pelajaran berlangsung guru sulit menentukan tingkah laku
mana yang berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa, misalnya
gaya mengajar mana yang memberi kesan positif pada siswa selama ini,
strategi yang seperti apa, media dan metode mana yang tepat untuk dipakai
dalam menyajikan suatu bahan sehingga membantu mengaktifkan siswa
dalam belajar.sehingga dalam hal ini, metode berkedudukan sebagai alat
untuk meningkatkan minat belajar siswa dari luar. Metode merupakan cara
atau teknik yang ditempuh oleh guru dalam menyampaikan materi atau
bahan pelajaran kepada siswa yang melibatkan interaksi yang aktif dan
dinamis antara guru dengan siswa, sehingga tujuan belajar yang telah
ditentukan menjadi efektif dan efisien.
Dengan metode atau model pembelajaran yang lebih bervariasi
diharapkan anak didik atau siswa akan lebih kreatif dan aktif dalam proses
pembelajaran. Kreativitas diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan
anak. Jika biasanya siswa hanya menirukan apa yang ia lihat dari gurunya
5
Rachmayanti Gustiani, 2013
siswa tersebut kurang maksimal. Seperti yang diungkapkan oleh Hilgard
dan Marquis (Sagala, 2003:13) “ Belajar merupakan proses mencari ilmu
yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran, dan
sebagainya sehingga terjadi perubahan dalam diri.”
Dengan pendapat tersebut, kita akan mengerti bahwa dengan adanya
proses latihan yang dialami oleh siswa dan tejadi perubahan dalam dirinya,
maka ia telah belajar. Jika siswa hanya meniru saja, siswa tidak akan
mengerti sepenuhnya tentang apa yang ia pelajari. Maka proses kreativitas
sangat diperlukan dalam proses pembelajaran khususnya dalam
pembelajaran seni tari. Seperti yang diungkapkan oleh Komalasari dalam
seminar nasional ( 2010:1) bahwa kreativitas merupakan potensi yang
perlu dikembangkan melalui pembelajaran seni tari, karena dapat
membentuk sikap dan cara berfikir yang dapat membantu siswa dalam
perkembangannya untuk kedewasaannya. Kegiatan menari dapat dijadikan
media untuk mengembangkan kemampuan kreativitas siswa melalui
kegiatan seperti menemukan ide gerak, bergerak sesuai dengan interpretasi
siswa terhadap stimulus yang diberikan, menyusun gerak-gerak secara
kreatif, membuat pola lantai dan menampilkan gerak hasil kreativitas
siswa. Dengan melalui pembelajaran hasil kreativitas siswa sendiri akan
lebih bermakna dan akan mudah melekat bagi dirinya. Dengan
pembelajaran yang mengembangkan kreativitas siswa, diharapkan siswa
dapat memahami nilai-nilai yang terdapat dalam proses belajar tersebut,
seperti nilai bekerjasama dengan kelompoknya, nilai sosial, memecahkan
masalah secara kelompok maupun individu serta nilai keberanian untuk
menampilkan hasil kreasinya baik secara kelompok maupun individu.
Seperti yang dikemukakan oleh Komalasari ( 2010 : 2) bahwa “
Pengalaman praktik dan pengetahuan melalui kegiatan kreatif dan
apresiatif dalam pendidikan seni sangat penting dilakukan. Kegiatan
sikap apresiatif peserta didik terhadap nilai-nilai seni budaya yang
direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari.” Untuk mengembangkan
kreativitas tersebut, pengajar atau guru harus mempunyai strategi dan
model pembelajaran yang sesuai dengan psikologi serta kemampuan
peserta didiknya. Pembelajaran di SMP Negeri 9 Bandung ini, siswa tidak
dituntut untuk berkreasi sendiri dalam pembelajaran seni tari, sehingga
siswa kurang aktif dan kurang memahami unsur-unsur tari dan desain pola
lantai pada khususnya. Siswa hanya dituntut untuk menghafalkan
gerak-gerak tari yang diberikan oleh guru. Kemudian pada tes akhir
pembelajaran hanya diutamakan hafalan gerak saja.
Metode discovery atau penemuan adalah metode mengajar yang
mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh
pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya, sebagian atau
seluruhnya ditemukan sendiri. Sehingga dalam proses pembelajaran siswa
dituntut untuk lebih aktif dalam menemukan hal-hal yang berkaitan
dengan pembelajaran yang dilakukan. Proses belajar dengan metode
discovery ini diharapkan siswa dapat meningkatkan kreativitasnya dalam
memahami pola lantai karena proses belajar dengan cara menemukan
sendiri, dan menyimpulkan hasil penemuannya sendiri dapat lebih mudah
diingat dan melekat pada diri siswa. Dengan belajar hasil penemuannya
sendiri akan meningkatkan rasa percaya diri siswa untuk lebih aktif dan
kreatif.
Untuk itu, proses pembelajaran dengan metode discovery learning
cocok untuk menjadikan siswa terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran yang dilakukan di sekolah umum.
Maka peneliti ingin mengubah metode pembelajaran seni tari yang
kurang melibatkan siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran, sehingga peneliti mengambil judul “Metode discovery learning dalam pembelajaran tari kelompok untuk meningkatkan pemahaman desain
7
Rachmayanti Gustiani, 2013
adanya penelitian ini diharapkan siswa menjadi lebih aktif dalam proses
pembelajaran seni tari serta dapat meningkatkan pemahaman siswa
terhadap desain pola lantai.
B. Rumusan Masalah
Penulis menemukan beberapa masalah di dalam pembelajaran seni
tari terhadap siswa di sekolah formal khususnya Sekolah Menengah
Pertama Negeri 9 Bandung, masalah tersebut diantaranya :
1. Bagaimanakah proses pembelajaran seni tari menggunakan metode
discovery learning pada siswa kelas VII di SMP Negeri 9 Bandung?
2. Bagaimanakah hasil pembelajaran seni tari dengan metode discovery
learning pada siswa kelas VII di SMP Negeri 9 Bandung?
C. Tujuan
1. Mengembangkan proses pembelajaran seni tari dengan menggunakan
metode discovery learning.
2. Mendeskripsikan hasil belajar siswa setelah menggunakan metode
discovery learning dalam pembelajaran seni tari.
D. Manfaat
Dalam penelitian ini ada beberapa manfaat bagi peneliti, bagi lembaga
serta bagi masyarakat.
1. Manfaat bagi Peneliti
Manfaat dari penelitian ini bagi peneliti adalah peneliti dapat
menambah pengetahuan bagaimana cara menerapkan tarian tradisional
yang dianggap sulit serta kurang diminati oleh siswa pada sekolah
umum, yang sesuai untuk pembelajaran seni tari. Peneliti dapat lebih
mengembangkan metode discovery learning dalam pembelajaran seni
tari. Dengan adanya penelitian ini dapat menjadikan pengalaman dan
sebagai evaluasi peneliti untuk lebih kreatif dalam proses pembelajaran
2. Manfaat bagi lembaga (SMPN 9 Bandung)
Manfaat dari penelitian ini bagi lembaga adalah lembaga dapat
menciptakan inovasi dalam pembelajaran seni tari, agar pembelajaran
seni tari tidak lagi dianggap sebagai mata pelajaran yang dipandang
sebelah mata. pendidikan seni tari sama pentingnya dengan mata
pelajaran lainnya. Sehingga lembaga dapat mengembangakan dan
menerapkan metode discovery learning dalam pembelajaran tari, agar
dapat mengembangkan pemahaman unsur tari khususnya pemahaman
pola lantai.
3. Manfaat bagi guru
Manfaat penelitian bagi guru adalah guru dapat mengembangkan
metode-metode dalam proses pembelajaran seni tari pada khususnya
agar pembelajaran seni tari dapat lebih dipahami oleh siswa.
4. Manfaat bagi siswa
Manfaat bagi siswa dalam penelitian ini adalah siswa dapat lebih
berfikir aktif dan lebih kreatif dalam pembelajaran seni tari. Siswa
dapat memahami desain pola lantai dan mengembangkan
pemahamannya dalam proses pembelajaran seni tari, serta siswa dapat
lebih menghargai seni tradisional lainnya.
E. Struktur Organisasi
BAB I dalam skripsi ini berisi mengenai latar belakang permasalahan
yang dijadikan penelitian, rumusan masalah yang menjadi fokus
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,dan struktur organisasi
BAB II berisi mengenai penelitian terdahulu yang dapat menjadi
gambaran yang menunjang terhadap penelitian yang dilakukan serta kajian
teori dengan teori-teori yang menunjang dalam penelitian tersebut
mencakup pada pendekatan belajar dan pembelajaran, metode
pembelajaran, metode Discovery Learning dalam pembelajaran,
keuntungan dan kelemahan metode Discovery Learning, tari dalam
9
Rachmayanti Gustiani, 2013
BAB III berisi mengenai metode penelitian, lokasi dan subjek
penelitian, definisi operasional, variable penelitian, hipotesis, instrument
penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, tahap-tahap
penelitian
BAB IV, berisi mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan,
kegiatan belajar mengajar seni tari sebelum menggunakan metode
discovery learning, kemudian proses pembelajaran dengan menggunakan
metode discovery learning, hasil pembelajaran seni tari setelah
menggunakan metode discovery learning serta pembahasan hasil
penelitian.
BAB V berisi mengenai kesimpulan dari hasil penelitian, dan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode merupakan cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan
dengan teknik dan alat tertentu. Dengan metode tertentu,dapat memecahkan
suatu masalah yang menjadi bahan untuk penelitian. Menurut Sugiyono (2011:
2) metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Setiap penelitian
mempunyai tujuan tertentu. Secara umum tujuan dari penelitian ada tiga
macam yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian dan pengembangan
penemuan. Penemuan berarti data yang diperoleh dari penelitian itu adalah
data yang betul-betul baru yang sebelumnya belum pernah diketahui.
Pembuktian berarti data yang diperoleh digunakan untuk membuktikan adanya
keragu-raguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu dan
pengembangan berarti memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah
ada. Dengan adanya penelitian tersebut, masyarakat dapat memahami,
mengetahui, mengantisispasi masalah bahkan memecahkan masalah yang
terjadi di masyarakat. Memahami berarti mengetahui suatu masalah atau
informasi yang tidak diketahui sebelumnya, mengantisipasi masalah berarti
berupaya untuk mencegah terjadinya masalah dan memecahkan masaah
berarti dapat mengatasi masalah yang terjadi.
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan yaitu metode eksperimen.
Menurut Riyanto (2010: 35) “Penelitian eksperimen merupakan penelitian
sistematis, logis, dan teliti dalam melakukan control terhadap kondisi”.
Menurut Sugiyono dalam penelitian eksperimen ada perlakuan (treatment),
maka metode eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk
mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendalikan.
31
Rachmayanti Gustiani, 2013
Metode Discovery Learning Dalam Pembelajaran Tari Kelompok Untuk Meningkatkan Pemahaman mengujicobakan metode pembelajaran Discovery Learning yang peneliti
gunakan sebagai cara mengajar pada siswa sebagai subjek penelitian. Metode
pembelajaran tersebut digunakan sebagai cara mengajar alternatif dari metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru-guru seni tari sebelumnya. Dengan
menggunakan metode tersebut, peneliti berharap dapat meningkatkan
kreatifitas dan pemahaman desain pola lantai siswa dalam proses
pembelajaran seni tari. Ada beberapa bentuk desain eksperimen yang dapat
digunakan dalam melakukan penelitian, yaitu: Pre-Eksperimen design, True
Eksperimental Design, dan Quasi Eksperimen Design.
Design ekperimen yang peneliti gunakan adalah Pre-Eksperimen Design
karena penelitian tersebut menggunakan One-Group Pretest-Posttest Design.
Dalam proses pelaksanaannya, peneliti menguji kreativitas siswa sebelum
dilakukannya treatment dan setelah dilakukannya treatment untuk mengukur
keberhasilan dari penelitian ini. Pengujian tersebut berupa tes awal atau
pre-test dan tes akhir atau post-pre-test. Berikut gambaran tes yang dilakukan :
[image:17.595.116.513.139.599.2]
Gambar 3.1 One-Group Pretest-Posttest Design
Keterangan ;
O1 merupakan tes awal yang dilakukan pada siswa sebelum menggunakan
metode discovery, X merupakan eksperimen yang dilakukan dan O2
merupakan tes akhir setelah dilakukannya penelitian.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian.
a. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sekolah
Menengah Pertama Negeri 9 Bandung yang bertempat di Jalan Semar no.
5 Bandung, alasan memilih SMP tersebut dikarenakan sekolah ini terdapat
mata pelajaran seni tari.
b. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa kelas VII, yang berjumlah 3
kelas dengan siswa sebanyak 96 orang. Pengambilan kelas VII karena di
kelas ini pembelajaran seni tari diberikan. berikut tabel siswa kelas VII di
SMP Negeri 9 Bandung :
Tabel 3.1
Data siswa kelas VII SMP NEGERI 9 Bandung tahun pelajaran 2012/2013
No Kelas siswa Jumlah siswa
Laki-laki perempuan
1 VII-3 14 20 34
2 VII-6 16 20 36
3 VII-9 16 20 36
(sumber : Bagian Tata Usaha SMP NEGERI 9 Bandung)
c. Sampel
Teknik sampling yang digunakan dalam menentukan sampel dalam
penelitian ini adalah probability sampling, dengan menggunakan teknik
simple random sampling. Teknik tersebut digunakan karena setiap anggota
populasi mempunyai peluang yang sama untuk menjadi sampel penelitian.
Simple random sampling dilakukan dengan cara mengacak setiap anggota
populasi yang akan dijadikan sampel. Kemudian salah satu sampel akan
muncul, dan dipilihlah sampel tersebut sebagai objek penelitian. Sampel
untuk penelitian ini adalah siswa kelas VII-3, dengan jumlah siswa 34
orang. Jumlah siswa putra 14 orang dan putri berjumlah 20 orang. Berikut
[image:18.595.118.513.125.692.2]tabel data siswa kelas VII-3:
Tabel 3.2
Daftar siswa kelas VII-3 tahun ajaran 2012/2013
33
Rachmayanti Gustiani, 2013
Metode Discovery Learning Dalam Pembelajaran Tari Kelompok Untuk Meningkatkan Pemahaman ( S u m b e r
: Bagian Tata Usaha SMP Negeri 9 Bandung)
C. Definisi Operasional
Pada bagian ini, peneliti akan menjelaskan mengenai istilah-istilah yang
terdapat di dalam judul seperti yang terpapar di bawah ini :
1. Metode discovery learning merupakan metode yang digunakan peneliti
sebagai salah satu alternatif metode atau model pengajaran yang
SISWA
1 1213.07.005 Aditya Jordan Al Faqih L 2 1213.07.009 Adzkya Fadla Naima P 3 1213.07.030 Alrico Wicaksono L 4 1213.07.035 Amalina Zyamziah Ghani P 5 1213.07.049 Angelica Justicia Majid P 6 1213.07.065 Ardelia Nur Shafa P 7 1213.07.086 Cindy Prastiani P 8 1213.07.090 Daffa Ikhsan Kurniawan L 9 1213.07.103 Dian Asfriany Nurfalah P 10 1213.07.105 Difa Wahyu Lesmana L 11 1213.07.117 Eka Hari Syawalia P 12 1213.07.129 Fadhilah Fitriani Ramadhan P 13 1213.07.133 Fahreza Raharjo L 14 1213.07.157 Ghani Miftah Fauzan L 15 1213.07.160 Gina Aulia Primantari P 16 1213.07.184 Ismi Nurul Izza Rahmawati P 17 1213.07.187 Ivan Raka Pratama L 18 1213.07.212 Marzhavira Azlika Krishnan P 19 1213.07.224 Mochammad Daffa Mussafa L 20 1213.07.240 Muhammad alif Nurrafiq L 21 1213.07.255 Muhammad Rayhan L 22 1213.07.267 Nabilah Nur Afifah P 23 1213.07.286 Ni Nyoman Ratih Permata Tribuana
Tungga Dewi P
digunakan oleh guru dalam pembelajaran seni tari di sekolah umum.
Metode discovery learning ini bertujuan agar siswa secara aktif dapat
mencari dan menemukan pengetahuan dari proses pembelajaran yang
dilakukan di sekolah. Proses pembelajaran dengan metode discovery
learning ini berpusat pada siswa dan guru (peneliti) hanya sebagai
pengarah dan pemberi stimulus atau rangsangan dalam proses
pembelajaran sen tari.
2. Desain pola lantai merupakan materi yang diberikan dalam proses
pembelajaran seni tari. Sehingga siswa dapat memahami desain pola
lantai dan mampu berkreasi dengan pola lantai secara berkelompok.
pada observasi sebelumnya, siswa kurang memahami dan tidak dapat
berkreasi dengan pola lantai
D. Variable Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variable yaitu, variable bebas (
variable yang mempengaruhi) dengan variable terikat ( variable yang
dipengaruhi). Variable yang mempengaruhi adalah metode Discovery
Learning sebagai sesuatu yang mempengaruhi proses belajar siswa kelas VII.
Sedangkan variable terikat aladah pembelajaran seni tari sebagai sesuatu
yang dipengaruhi oleh metode Discovery Learning.
E. Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan atau dugaan sementara mengenai tingkat
keberhasilan atau tolak ukur dari hasil penelitian. Pengujian dapat dilakukan
pada satu pihak atau dua pihak. Pengujian satu pihak adalah pengujian
sampel penelitian jika sampel tidak ada sampel lain sebagai pembanding,
sedangkan pengujian dua pihak adalah jika sampel yang digunakan dalam
penelitian adalah dua sampel sehingga ada sampel lain sebagai pembanding.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan hipotesis uji satu pihak (one tail
test), karena subjek yang menjadi sampel penelitian hanya ada satu sampel
35
Rachmayanti Gustiani, 2013
Metode Discovery Learning Dalam Pembelajaran Tari Kelompok Untuk Meningkatkan Pemahaman apabila : hipotesis nol (Ho) berbunyi lebih besar atau sama dengan (≥) dan
hipotesis alternatifnya berbunyi lebih kecil (<). Uji pihak kiri ini berlaku
ketentuan bila harga t hitung jatuh pada daerah penerimaan Ho lebih besar
atau sama dengan (≥) dari t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Sedangkan uji pihak kanan digunakan apabila hipotesis nol (Ho) berbunyi
lebih kecil atau sama dengan (≤) dan hipotesis alternatifnya (Ha) berbunyi
lebih besar (>). Uji pihak kanan ini berlaku ketentuan bahwa bila harga t
hitung lebih kecil atau sama dengan (≤) harga t tabel, maka Ho diterima dan
Ha ditolak. Dalam penelitian ini peneliti memiliki hipotesis sebagai berikut:
Ho : terdapat peningkatan pemahaman siswa terhadap desain pola lantai
setelah dilakukannya treatment.
Ha : tidak terdapat peningkatan pemahaman siswa terhadap desain pola lantai
setelah dilakukannya treatment.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik yang penulis gunakan diantaranya:
a. Observasi
Observasi dilakukan dengan mengumpulkan data yang sesuai melalui
pengamatan awal (observasi awal), peneliti melakukan observasi terlebih
dahulu terhadap prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan
metode pembelajaran discovery learning. Kemudian peneliti melihat
proses pembelajaran seni tari mengenai pemahaman pola lantai yang
dilakukan sebelum peneliti melakukan penelitian di sekolah tersebut.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada siswa (sampel), mengenai proses
pembelajaran seni tari sebelum menggunakan metode discovery learning,
serta kreativitas dan pemahaman pola lantai siswa sebelum dan sesudah
menggunakan metode discovery learning. Wawancara tersebut bertujuan
untuk mengetahui berbagai pendapat mengenai kekurangan dan kelebihan
c. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi, dibutuhkan peneliti untuk mengumpulkan data
secara akurat dengan mendokumentasikan dari proses pembelajaran seni
tari yang dilakukan. Dokumentasi tersebut berupa foto pada proses
pembelajaran tari mengenai pemahaman pola lantai.
G. Instrument penelitian
a. Tes
Tes yang dilakukan peneliti adalah serangkaian pertanyaan dan latihan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu dan kelompok. Adapun aspek yang dinilai
dalam tes individu maupun tes kelompok adalah aspek kognitif, aspek
afektif dan psikomotor.
1. Aspek kognitif adalah aspek yang menilai bagaimana pemahaman
dan pengetahuan siswa terhadapa tari yang sedang diajarkan.
2. Aspek afektif adalah aspek yang menilai bagaimana sikap siswa
selama proses pembelajaran berlangsung.
3. Aspek psikomotor adalah aspek yang menilai bagaimana
keterampilan siswa dalam melakukan gerak pada saat pembelajaran.
Adapun kriteria penilaian dalam test tersebut yaitu:
nilai Uraian
90-99 mampu menjawab semua pertanyaan dan membuat pola lantai lebih dari 5.
80-89 mampu menjawab 4 pertanyaan dan membuat 4 pola lantai.
70-79 mampu menjawab 3 pertanyaan dan membuat 3 pola lantai.
60-69 mampu menjawab 2 pertanyaan dan membuat 2 pola lantai.
37
Rachmayanti Gustiani, 2013
Metode Discovery Learning Dalam Pembelajaran Tari Kelompok Untuk Meningkatkan Pemahaman 90-99 = istimewa
80-89 = baik sekali 70-79 = baik 60-69 = cukup 50-59 = kurang
Adapun penilaian secara kelompok sebagai berikut
nilai Uraian
90-99 Siswa mampu melakukan gerak dengan kompak, bekerjasama, serius pada saat penampilan dan pola lantainya bervariasi (lebih dari 5 bentuk pola lantai)
80-89 Siswa mampu melakukan gerak dengan kompak, bekerjasama, kurang serius dan pola lantai bervariasi (4 bentuk pola lantai)
70-79
Siswa mampu melakukan gerak dengan kompak, kurang bekerjasama, kurang serius dalam penampilan dan pola lantai kurang bervariasi (3 bentuk pola lantai).
60-69
Siswa mampu melakukan gerak, namun kurang kompak, kurang bekerjasama, kurang serius dalam penampilan dan pola lantai kurang bervariasi (2 bentuk pola lantai)
50-59 Siswa kurang mampu melakukan gerak, kurang kompak, kurang bekerjasama, kurang serius dan pola lantai tidak bervariasi (1 bentuk pola lantai)
b. Wawancara
Wawancara yang dilakukan dalam pengumpulan data disini dengan
menggunakan wawancara terstruktur, yakni dengan pertanyaan yang
sudah disusun sebelumnya dan setiap reponden diberikan pertanyaan
yang sama. Sehingga peneliti dapat mengetahui beragam jawaban yang
dikemukakan oleh responden sebagai sampel penelitian.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan bagian dari studi dokumentasi yang
menggunakan foto, video, serta dokumen yang menunjang dalam
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pembelajaran
adalah sebagai berikut.
Bagan 3.1
Langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode discovery learning.
H. Teknik Analisis Data
Setelah dilakukannya observasi, wawancara, dan studi dokumentasi,
hasil dari penelitian tersebut digabungkan dan dianalisis untuk
mendapatkan hasil yang benar sesuai dengan kebutuhan. Adapun rumus
teknik analisis yang akan digunakan adalah sebagai berikut :
t=
√ ∑
Keterangan :
Md = Mean dari perbedaan pre-test dengan post-test (post test – pre test).
Xd = deviasi masing-masing subjek (d-Md) ∑ x 2d = jumlah kuadrat deviasi
N = subjek pada sample
Pemahaman unsur-unsur tari
Pengenalan tari kijang
Eksplorasi gerak
Pemahaman unsur ruang dan pola lantai
latihan
39
Rachmayanti Gustiani, 2013
Metode Discovery Learning Dalam Pembelajaran Tari Kelompok Untuk Meningkatkan Pemahaman d.b. = ditentukan dengan N-1
I. Tahap-tahap Penelitian
1. Pra Penelitian
a. Observasi
Observasi dlakukan oleh peneliti untuk melihat dan mengamati
bagaimana proses pembelajaran seni tari yang dilakukan di SMP
Negeri 9 Bandung. Kemudian peneliti mendapat gagasan untuk
melalukan penelitian.
b. Pengajuan judul
Setelah melakukan observasi pada pembelajaran seni tari yang
dilakukan di SMP Negeri 9 Bandung, peneliti mengajukan judul
untuk penelitian kepada dewan skripsi dengan judul metode
discovery learning dalam pembelajaran tari kelompok untuk
meningkatkan pemahaman desain pola lantai siswa kelas VII di
SMP Negeri 9 Bandung.
c. Pembuatan prosposal
Setelah disetujuinya judul yang peneliti ajukan kepada dewan
skripsi, peneliti membuat proposal penelitian untuk diajukan dan
disahkan oleh dewan skripsi.
d. Menyelesaikan Administrasi Penelitian
Untuk membantu kelancaran peneliti dalam melakukan penelitian
tersebut, peneliti menyelesaikan administrasi penelitian seperti
surat perizinan kepada pihak sekolah dan jurusan pendidikan seni
tari.
2. Pelaksanaan penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti memerlukan data-data
yang menunjang untuk menyusun laporan penelitian. Untuk itu
peneliti melakukan proses pengumpulan data-data yang diperlukan.
b. Pengolahan data
Setelah dilakukannya pengumpulan data dari proses
pembelajaran yang dilakukan selanjutnya peneliti melakukan
pengolahan data untuk mendapatkan hasil yang akurat.
c. Penyusunan laporan hasil penelitian
Langkah selanjutnya setelah melakukan penelitian, seluruh
kegiatan penelitian tersebut disusun berupa laporan hasil
penelitian. Laporan tersebut mencakup kegiatan penelitian yang
dilakukan dari awal hingga akhir dan diketahui oleh orang lain,
pembimbing agar hasil dari kegiatan penelitian dapat dicek
kebenarannya.
d. Penggandaan Laporan Penelitian
Penggandaan laporan dilakukan setelah laporan disetujui oleh
berbagai pihak dan telah melalui sidang skripsi. Penggandaan ini
Rachmayanti Gustiani, 2013
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Penelitian yang berjudul Metode Discovery Learning dalam pembelajaran
tari kelompok untuk meningkatkan pemahaman desain pola lantai siswa kelas
VII di SMP Negeri 9 Bandung ini dilakukan dengan sampel 34 siswa dari
kelas VII-3. Penelitian ini terdiri dari dua rumusan masalah mengenai proses
pembelajaran tari menggunakan metode discovery learning dan hasilnya.
Proses pembelajaran tersebut dilakukan dengan 4 kali pertemuan dengan
stimulus tari kijang. Kemudian setelah diberikan beberapa materi dan
stimulus dengan tari kijang, siswa diarahkan untuk bereksplorasi pola lantai
bersama kelompoknya. Pada proses awal yang dilakukan peneliti, siswa
kurang begitu paham tentang bagaimana membuat pola lantai, sehingga
masih banyak siswa yang merasa kebingungan dalam penyusunan pola lantai.
Namun setelah beberapa pertemuan dilakukannya treatment, pemahaman
siswa terhadap pola lantai mengalami peningkatan. Pada pertemuan pertama,
siswa diberikan materi tentang unsur-unsur tari hingga siswa memahami
unsur-unsur tari tersebut. kemudian pada pertemuan kedua, siswa ditugaskan
untuk mencari tarian yang bertemakan binatang dan diarahkan pada tari
kijang. kemudian siswa ditugaskan untuk mengeksplorasi gerak dari kijang,
kemudian menyusunnya menjadi gerak tari. Pada pertemuan ketiga, siswa
diberikan pemahaman mengenai ruang, kemudian siswa mengekplorasi
benda-benda yang ada diruang kelas, kemudian siswa menyebutkan benda
berdasarkan volume dan mengekplorasi pola lantai dari benda tersebut. Pada
awalnya siswa hanya dapat membuat 2 buah pola lantai. Kemudian siswa
dibagi menjadi 4 kelompok dan berdiskusi secara kelompok untuk membuat
pola lantai. Kemudian siswa ditugaskan untuk menata arah hadap dari pola
lantai tersebut. setelah siswa memahami desain pola lantai, siswa
Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti dapat menyimpulkan bahwa
dengan menggunakan metode discovery learning, siswa akan lebih aktif
dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat lebih kreatif dalam proses
pembelajaran. Pemahaman pola lantai siswa pun lebih meningkat dari
sebelumnya, dapat dilihat dari nilai pretest =60 dan nilai posttest = 74,8.
Siswa dapat menciptakan bentuk-bentuk desain pola lantai dan dapat lebih
mengembangkan kreatifitasnya dalam pembelajaran seni tari. Dengan siswa
terlibat langsung secara aktif dalam proses pembelajaran, pemahaman siswa
terhadap pola lantai mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat
dibuktikan melalui hasil uji t dan tabel signifikasi dari deviasi nilai pretest
dan posttest. Hasil dari uji t = 21,1 lebih besar dari nilai t tabel = 2,733,(21,1 ≥ 2,733) sehingga hipotesis nol (Ho) dapat diterima dan Hipotesis alternatif (Ha) ditolak.
Pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa, sehingga siswa dapat lebih
mengembangkan potensinya dalam pembelajaran seni tari dan pada pola
lantai tari pada khususnya. Pembelajaran yang berpusat pada siswa (student
centered) akan lebih melekat pada siswa lebih lama dibandingkan dengan
pembelajaran yang berpusat pada guru ( teacher centered) dengan meniru
guru.
B. Rekomendasi
Ada beberapa rekomendasi dari peneliti untuk pembelajaran yang dilakukan
di sekolah formal.
1. Guru dapat menggunakan beragam metode lain sebagai alternatif dari
metode-metode yang sering digunakan agar proses pembelajaran seni tari
yang dilakukan di sekolah formal tidak lagi dianggap sebagai
pembelajaran yang membosankan.
2. Metode discovery learning dapat sebagai metode alternatif dalam proses
pembelajaran seni tari agar siswa menjadi lebih aktif dalam proses
68
Rachmayanti Gustiani, 2013
3. Guru harus memilih materi dan strategi yang tepat kepada siswa agar sesuai
dengan karakteristik dan tingkat psikologi siswa.
4. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, siswa akan
DAFTAR PUSTAKA
Ardjo, Irawati Durban. (2004). Teknik Gerak Tari dan Tari Dasar Sunda. Bandung: PUSBITARI
Komalasari, Heni. (2010). Metodelogi Pengajaran Seni Kreativitas (modul), Seminar Nasional. Bandung
Majid, Abdul. (2006) .PERENCANAAN PEMBELAJARAN, Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Masunah, Juju.(2012). Tari pendidikan. UPI Bandung.
P4ST UPI. (2004). Metodologi Pengajaran Seni Talempong dan Tari Piring Minangkabau. Bandung: P4ST UPI
Sagala, Syaiful.(2011). KONSEP DAN MAKNA PEMBELAJARAN, Untuk membantu memecahkan problematika belajar dan mengajar. Bandung: Alfabeta
Riyanto, Yatim. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC.
Sopandi, Bandi. (2010). Optimalisasi Kreativitas guru sebagai agen konservator nilai budaya bangsa, (modul) Seminar nasional. Bandung
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & RND. Bandung : Alfabeta
Sugiyono. (2012). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
Syaefudin, Sa’ud, U. dan Syamsuddin Makmun, A. (2009). Perencanaan
Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Rachmayanti Gustiani, 2013
SUMBER LAIN
Carapedia. (2010). Pengertian dan Definisi Pembelajaran Menurut Para Ahli. [online].Carapedia.com/pengertian_definisi_pembelajaran_menurut_para_a hli_info507.html.
Muttaqin, Zaki. Macam-macam Metode Guru dalam Mengajar. [online]. Hanyakawan.blogspot.com/2012/09/macam-macam-metode-guru-dalam-mengajar.html?m=1. [1 Juli 2013]
Muttaqin, Zaki. (2010). Metode Deskriptif. [online]. Blog.uinmalang.ac.id/muttaqin/2010/11/28/10. [ 3 November 2012]