• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KINERJA JARINGAN IRIGASI DAN KELEMBAGAAN P3A PADA DAERAH IRIGASI BANDAR LAWAS SIRUKAM KABUPATEN SOLOK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI KINERJA JARINGAN IRIGASI DAN KELEMBAGAAN P3A PADA DAERAH IRIGASI BANDAR LAWAS SIRUKAM KABUPATEN SOLOK."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KINERJA JARINGAN IRIGASI DAN KELEMBAGAAN P3A PADA DAERAH IRIGASI BANDAR LAWAS SIRUKAM

KABUPATEN SOLOK

Oleh :

MUHAMMAD RAYHAN No. BP : 0911112053

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS

(2)

ABSTRAK

MUHAMMAD RAYHAN. Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi dan Kelembagaan P3A pada Daerah Irigasi Bandar Lawas Sirukam Kabupaten Solok. Dibimbing oleh Rusnam dan Delvi Yanti.

Permasalahan yang terjadi pada Jaringan Irigasi Bandar Lawas Sirukam seperti banyaknya sampah, tumbuhnya vegetasi liar dan adanya sedimen, menyebabkan terganggunya pendistribusian air. Hal ini dapat berpengaruh terhadap kinerja jaringan irigasi dan dikhawatirkan dapat berdampak pada produktifitas padi pada daerah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja jaringan irigasi dan kelembagaan P3A serta menghasilkan rekomendasi dalam manajemen sistem irigasi dalam penanggulangan permasalahan-permasalahan yang terjadi dengan melihat kondisi aset irigasi dan karakteristik fisik jaringan irigasi serta kondisi lembaga P3A pada jaringan irigasi tersebut. Jaringan Irigasi Bandar Lawas Sirukam memiliki luas areal 3089,37 Ha. Kondisi aset pada jaringan irigasi Bandar Lawas Sirukam Kiri berada pada kondisi rusak yang terlihat dari permasalahan-permasalahan seperti tumbuhnya vegetasi liar dan adanya sedimen pada saluran dengan persentase 38,89 %, berdasarkan KP-06 (1986). Total efisiensi jaringan irigasi Bandar Lawas Sirukam Kiri yaitu sebesar 49,9 % dan mengacu pada KP-01 (1986), kerusakan pada jaringan irigasi Bandar Lawas Sirukam Kiri termasuk dalam kategori rusak sedang, karena dijelaskan bahwa suatu jaringan berada dalam kondisi rusak sedang apabila efisiensi debit antara 25-50 %. Organisasi P3A berada pada kondisi kurang aktif dan kurang berfungsi dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya berdasarkan parameter yang ditetapkan pada modul P3A (2006) dengan persentase keaktifan 38 %. Rekomendasi manajemen sistem irigasi untuk kondisi bangunan adalah berupa perbaikan pada bangunan yang rusak dan untuk kelembagaan P3A adalah fasilitasi organisasi P3A berupa pembenahan sikap dan membangun komunikasi serta koordinasi antara P3A dan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

(3)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih dari 80 % produksi padi di Indonesia berasal dari lahan irigasi. Oleh karena itu, degradasi kinerja irigasi merupakan ancaman nyata terhadap masa depan pasokan pangan nasional. Dampak kemunduran kinerja irigasi bersifat langsung dan tidak langsung. Dampak langsung adalah turunnya produktifitas, turunnya intensitas tanam, dan meningkatnya resiko usahatani. Dampak tidak langsung adalah melemahnya komitmen petani untuk mempertahankan ekosistem sawah karena buruknya kinerja irigasi mengakibatkan lahan tersebut kurang kondusif untuk usahatani padi.

Kinerja jaringan irigasi merupakan kemampuan dari irigasi tersebut dalam pendistribusian air. Turunnya kualitas irigasi merupakan akibat dari menurunnya kinerja dari suatu irigasi. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan kinerja irigasi diantaranya terjadi karena alih fungsi lahan dari lahan sawah kebentuk penggunaan lain (pemukiman) serta sistem operasi dan pemeliharaan (O&P) jaringan irigasi yang buruk. Sistem operasi dan pemeliharaan irigasi yang buruk ini terkait dengan: (1) sistem manajemen operasi dan pemeliharaan irigasi tidak sesuai dengan tuntutan teknis disain jaringan irigasi. Terutama di level tersier (yang merupakan tanggung jawab petani), penyebab utamanya terkait dengan kegagalan mengembangkan kelembagaan pengelolaan irigasi partisipatif, (2) dana yang tersedia untuk O&P irigasi sangat terbatas sehingga sebagian besar (60-80 %) habis untuk membayar gaji pegawai dan biaya administrasi dan yang teralokasikan untuk pemeliharaan prasarana hanya sekitar 15-40 %.

(4)

produktifitas tanaman sangat menurun, tetapi mencakup pula mubazirnya sebagian masukan usahatani yang telah diaplikasikan (pupuk, tenaga kerja dan lain-lain).

Permasalahan lain yang sangat krusial terdapat pada kondisi bangunan atau infrastruktur irigasi itu sendiri yaitu dalam hal operasi dan pemeliharaan. Secara teknis pengaturan dan pendistribusian air irigasi dapat direncanakan dan dilakukan secara akurat dan optimum berdasarkan teknologi yang ada. Namun secara non teknis, kendalanya adalah terjadinya penurunan tugas dan fungsi dari Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) serta lembaga pengelola lainnya. Disamping itu, peraturan pemerintah dan UU yang mengatur O&P jaringan irigasi seringkali penerapannya tidak terlaksana di lapangan.

Untuk hal tersebut, hendaknya ada upaya untuk meningkatkan operasi dan pemeliharaan dalam menghadapi berbagai tantangan pengembangan. Selanjutnya diperlukan berbagai informasi berkaitan dengan upaya pengumpulan data-data dasar dari kegiatan pengelolaan di lapangan dan kondisi aset sebagai tolak ukur dalam menentukan kinerja dan merencanakan pengembangannya.

Irigasi Bandar Lawas Sirukam merupakan irigasi yang terletak di Kabupaten Solok namun irigasi ini juga melintasi sebagian daerah di Kota Solok yang sumber airnya berasal dari Batang Lawas Sirukam di Kecamatan Payung Sekaki Kabupaten Solok. Irigasi ini mengairi areal sawah masyarakat yang membentang mulai dari Kenagarian Sirukam, Supayang, Bukik Tandang, Panyakalan, Gaung, Saok Laweh sampai ke Kota Solok. Jaringan irigasi ini dibangun tahun 1978, merupakan jaringan irigasi semi teknis dengan kondisi jaringan masih tergolong sederhana dan memiliki luas areal 3089,37 Ha.

Kondisi dari irigasi Bandar Lawas Sirukam yang terdiri dari bangunan bagi, pintu saluran dan saluran tersier ke petak sawah mengalami kerusakan. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya sampah pada saluran serta penurunan kinerja saluran yang terlihat pada saluran tersier yang ditumbuhi vegetasi liar serta pada beberapa saluran terjadi longsor. Kerusakan-kerusakan ini salah satunya disebabkan oleh tidak optimalnya O&P pada irigasi ini.

(5)

Selain itu, dari hasil diskusi yang dilakukan dengan petani setempat, dampak lain yang ditimbulkan oleh tidak optimalnya O&P pada irigasi ini adalah penurunan produktifitas pertanian. Hal ini terjadi karena manajemen pembagian air yang kurang sesuai dengan yang telah direncanakan sehingga mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi terganggu.

Oleh karena itu, untuk menanggulangi permasalahan tersebut diperlukan upaya untuk mengatasinya. Salah satunya adalah mengevaluasi kinerja jaringan irigasi pada irigasi Bandar Lawas Sirukam, sehingga didapatkan kondisi aktual dari jaringan irigasi dan pelaksanaan O&P pada P3A yang nantinya dapat digunakan sebagai rekomendasi manajemen sistem irigasi untuk memperbaiki kinerja jaringan irigasi.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis melaksanakan penelitian yang berjudul “Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi dan Kelembagaan P3A pada Daerah Irigasi Bandar Lawas Sirukam, Kabupaten Solok”.

1.2Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kinerja jaringan irigasi dan kelembagaan P3A serta menghasilkan rekomendasi dalam manajemen sistem irigasi dalam penanggulangan permasalahan-permasalahan pada daerah irigasi tersebut.

1.3Manfaat

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah tersedianya informasi mengenai kinerja jaringan irigasi dan kelembagaan P3A serta menghasilkan rekomendasi dalam menajemen sistem irigasi.

Referensi

Dokumen terkait

Kecamatan Wonoasri, Kabupaten Madiun. 3) Penilaian kinerja jaringan irigasi DI Sarangan. 4) Tidak menghitung ulang kebutuhan air dan data curah hujan efektif.. Tujuan Penelitian.

Upaya tersebut dilakukan untuk meningkatkan kinerja pengelolaan jaringan irigasi dan mengatasi masalah sistem irigasi secara mandiri serta demi kelangsungan sistem irigasi

Tidak hanya itu, terdapat peran Dinas Pertanian untuk membina kelembagaan petani yaitu Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A) pada jaringan irigasi tersier serta pihak pemerintah

Penentuan Kinerja Jaringan irigasi pada Daerah Irigasi Bodor ditinjau dari aspek prasarana fisik, produktifitas tanam, sarana penunjang, organisasi personalia,

Penentuan Kinerja Jaringan irigasi pada Daerah Irigasi Bodor ditinjau dari aspek prasarana fisik, produktifitas tanam, sarana penunjang, organisasi personalia,

Evaluasi jaringan irigasi dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan tingkat efisiensi jaringan irigasi terutama pada jaringan irigasi sekunder diperoleh dengan

Organisasi P3A Dalam Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi (Kasus di Desa Hutatoruan I, Desa Hutatoruan IV, Desa Parbubu Pea, dan Desa Lobu Hole Kecamatan

Tidak hanya itu, terdapat peran Dinas Pertanian untuk membina kelembagaan petani yaitu Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A) pada jaringan irigasi tersier serta pihak pemerintah