STUDI TENTANG PENGELOLAAN PELATIHAN
KETERAMPILAN MENJAHIT
PADA BALAI LATIHAN KERJA INDUSTRI SERANG
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Luar Sekolah Konsentrasi Pelatihan
Oleh
II WAHYUDIN NIM. 019470
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dengan judul STUDI
TENTANG PENGELOLAAN PELATIHAN KETERAMPILAN MENJAHIT
PADA BALAI LATIHAN KERJA INDUSTRI SERANG, benar - benar karya
saya sendiri, saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara -cara yang tidak sesuai dengan etikamasyarakat keilmuan.
Untuk itu apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam pembahasan
adalah semata -mata karena kesalahan saya sendiri. Atas pernyataan ini, saya
bersedia menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan oleh pihak terkait kepada
saya, dan atau ada klaim pihak ketiga yang terbukti dan atau bisa menunjukan
adanya ketidak-aslian karya ini.
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang pengelolaan pelatihan keterampilan
mejahit yang dilatar belakangi karena banyak pelatihan yang telah dilaksanakan,
namun pelatihan - pelatihan itu terkadang tidak dapat dijadikan sebagai jalan
keluar untuk meningkatkan produktivitas. Tujuan dari penelitian ini untuk
memperoleh gambaran tentang pengelolaan pelatihan keterampilan menjahit yang
dilaksanakan oleh Balai Latihan Kerja Industri Serang.
Kajian teori yang melandasi penelitian ini yaitu konsep pelatihan dan
konsep pengelolaan pelatihan yang pada hakekatnya dalam teori tersebut
disampaikan bahwa pelatihan harus dikelola dengan menggunkan prisip-prinsip
pengelolaan pelatihan sehingga efektivitas dan efisiensi pelatihan dapat tercapai
yang pada gilirannya dapatmeningkatkan kualitas sumberdayamanusia.
Pendekatan yang digunkan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif
dengan metode deskriftif. Sebagai alat
pengumpulan data digunakan tehnik
observasi, wawancara, studi dokumentaasi dan studi pustaka. Alat atauinstrumenya adalah peneliti sendiri. Sebagai subyek penelitian yaitu Kepala Balai
Latihan Kerja Industri Serang, Kepala Seksi Penyelenggaran Pelatihan, Pengelola
Pelatihan, Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Instrukturdan Peserta Pelatihan.Temuan penelitian menunjukan bahwa pengelolaan pelatihan telah dilaksanakan dengan baik dengan memfungsikan fungsi - fungsi manajemen terutama fungsi manajemen pelatihan. Perencanaan telah dilakukan dengan memadukan perencanaan dari bawah dengan perencanaan dari atas, yang mencakup identifikasi kebutuhan, rekrutmen peserta, sosialisasi program, penyusunan anggaran dan proposal, penentuan tujuan, kurikulum dan silabi pelatihan telah dilaksanakan dengan baik. Pengorganisasian menggunakan sistem pengorganisasian yang berlaku di BLKI seperti struktur organisasi, penentuan
personal dan urain tugasnya jelas. Pelaksanaan pelatihan menggunkan sistem
pembelajaran, tehnik, metode, pendekatan yang berlaku dalam sistem pengelolaan pelatihan untuk orang dewasa. Evaluasi sebagai bahan masukan untuk perbaikan penyelenggaraan pelatihan dimasa yang akan datang dilaksanakan dengan menggunkan dua metode yaitu penilain program dan penilaian proses pembelajaran sehingga pelatihan ini berpengaruh terhadap peningkatan kualitas
sumber daya manusia walaupun tidak signifikan. Peningkatan ini berupa peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta pelatihan tentang menjahit.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini bahwa pelatihan keterampilan menjahit pada BLKI Serang telah dikelola dengan menggunkan prinsip - prinsip manajemen terutama prinsip manjemen pelatihan dan telah
berhasil meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta dalam hal menjahit.
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN. n
LEMBAR PENGESAHAN. i n
ABSTRAK IV
KATA PENGANTAR
UCAPAN TERIMA KASIH. VI1
D A F T A R ISI
D A F T A R T A B E L x i v
DAFTAR GAMBAR. x v
DAFTAR LAMPIRAN x v i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Pembahasan dan Rumusan Masalah.
C. Definisi Operasional 13
D. Tujuan Penelitian 15
E. Manfaat Dan Kegunaan Penelitian. .16
BAB n KONSEP PELATIHAN, KONSEP PENGELOLAAN
PELATIHAN DAN KONSEP SUMBER DAYA
MANUSIA 21
A.Konsep Pelatihan 21
1. Pengertian Pelatihan 21
2. Tujuan Pelatihan 22
3. Jenis-Jenis Pelatihan dan Model-Model
Pelatihan 24
B. Konsep Pengelolaan Pelatihan 25
1. Perencanaan Pelatihan 25
2. Pengorganisasian Pelatihan 31
3. Pelaksanaan Pelatihan 32
4. Penilaian Pelatihan 47
C. Konsep Sumber Daya Manusia 53
1. Pengertian Sumber Daya Manusia 53
D. Penelitian Yang Relevan 56
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 57
A. Pendekatan dan Metode Penelitian 57
B. Tehnik Pengumpulan Data 58
C. Lokasi dan Subyek Penelitian 60
D. Tahap - Tahap Penelitian 63
E. Pengolahan dan Analisis Data 65
F. Validitas Hasil Penelitian 68
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 72
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 73
a. Sejarah BLKI Serang 73
b. Struktur Organisasi dan Tata Kerja 78
c. Ketenagaan 81
d. WilayahKerja 82
e. Program Kerja 82
f. Keadaan Sarana dan Prasarana 85
B. Deskripsi Penyelengaraan Pelatihan Keterampilan
Menjahit Pada BLKI Serang 86
a. Perencanaan Pelatihan 86
c. Pelaksanaan Pelatihan 94
d. Penilaian Pelatihan 98
e. Pengaruh Hasil Pelatihan 110
C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 118
1. Perencanaan Pelatihan 120
2. Pengorganisasian Pelatihan 124
3. Pelaksanaan Pelatihan 126
4. Penilaian Pelatihan 129
5. Pengaruh Hasil Pelatihan 136
D. TEMUAN PENELITIAN 140
E. KETERBATASAN PENELITIAN 142
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI PENELITIAN
DAN REKOMENDASI 144
A. KESIMPULAN 144
B. IMPLIKASI PENELITIAN 147
C. REKOMENDASI 149
DAFTARPUSTAKA 151
LAMPIRAN LAMPIRAN 153
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Pegawai BLKI Serang 82
Tabel 2 Data Responden Penelitian 87
[image:8.595.158.439.283.557.2]Tabel 3 Kurikulum Pelatihan Menjahit 91
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Paradigma Penelitian 20
[image:9.595.162.439.283.556.2]Gambar 2 Struktur Organisasi BLKI
79
Gambar 3 Struktur Organisasi Pelatihan Keterampilan
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Jumlah Pegawai BLKI 153
Lampiran 2 Daftar Peserta Pelatihan 158
Lampiran 3 Silabus Pelatihan 159
Lampiran 4 Contoh Modul 162
Lampiran 5 Jadwal Pelatihan Menjahit 171
Lampiran 6 Peralatan Pelatihan Menjahit 174
Lampiran 7 Bahan Pelatihan Menjahit 177
Lampiran 8 Surat Keputusan Bimbingan 178
Lampiran 9 Surat Permohonan Penelitian 180
Lampiran 10 Kisi - Kisi Intrumen Penelitian 181
Lampiran 11 Pedoman Pegumpulan Data 183
Lampiran 12 Foto - Foto Kegiatan Pelatihan Menjahit 185
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan adalah upaya suatu masyarakat atau bangsa untuk
meningkatkan kualitas hidup seluruh warganya dalam setiap segi kehidupan
melalui perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang cermat, terarah dan
bersinambungan. Pembangunan dapat terlaksana manakala tersedia modal dasar
pembangunan. Modal dasar pembangunan yaitu seluruh faktor - faktor yang dapat
dijadikan sebagai landasan pokok dalam proses pembangunan secara baik sesuai
dengan tujuan pembangunan
Dalam pembangunan nasional, ada tiga sumber daya yang harus tersedia
yakni sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya ilmu pengetahuan
dan teknologi. Ketiga sumber daya itu merupakan modal penting yang tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lainnya, dan berperan penting dalam proses
pembangunan. Sumber daya alam adalah seluruh potensi kekayaan alam dalam
negara tersebut meliputi sumber daya yang ada di darat, laut dan udara dan yang
terkandungnya. Sumber daya
alam
didefinisikan
oleh E. Maryani dan Sri
Hayati ( 1997 : 1 ) adalah unsur - unsur lingkungan alam, baik fisik maupun
hayati, yang diperlukan oleh manusia untuk memenuhi keburuhan dan
meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Tanpa adanya sumber daya alam, maka
proses pembangunan akan mengalami hambatan.
Sumber daya manusia
merupakan
modal dasar pembangunan, yang berperan
sebagai subyek dan
Dalam konteks ini manusia merupakan faktor dominan yang eksistensinya
menjadi penentu dalam proses pembangunan. Maju mundumya pembangunan
sangat ditentukan atau tergantung pada faktor manusia sebagai sumber daya yang vital. Tanpa adanya manusia, maka pembangunan tidak akan tercapai dan terlaksana. Pentingnya faktor manusia dalam proses pembangunan ini tidak terlepas dari keberadaannya sebagai makhluk yang mempunyai kelemahan dankelebihan dari makhluk lainnya. Kelebihan ini yang harus dijadikan sebagai
modal yang harus terus ditingkatkan dan dioptimalkan agar dapat membantu
tercapainya proses pembangunan.
Sumber daya manusia sebagaimana disampaikan oleh D. Sudjana
( 2000 : 399 ) yaitu faktor utama dalam pembangunan bangsa di seluruh
dunia, disamping sumber daya alam ( hayat, non hayat dan buatan ), serta
sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi. Manusia adalah faktor kunci dalam
keberhasilan pembangunan, tanpa manusia pembangunan tidak akan dapat
berjalan secara baik.
Namun timbul pertanyaan dalam pikiran kita, manusia yang bagaimana
yang dapat dijadikan sebagai modal dasar pembangunan itu ? Secara kuantitas
atau secara kualitas ? Banyak faktor yang mempengaruhi pembangunan bangsa,
dan salah satunya adalah kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya
manusia meliputi pendidikan, kesehatan, dan mentalitasnya. Ketiga faktor itu
dapat menentukan terhadap kualitas sumber daya manusia yang dapat mendorong
bagaimana tingkat pendidikannya, tingkat kesehatannya dan tingkat kesehatan
fisiknya.
Kualitas sumber daya manusia ditandai dengan kemampuan yang tinggi
dalam penguasan teknologi, beretos kerja tinggi, trampil dan berwawasan luas ke
depan. Secara garis besar sumber daya manusia yang berkualitas meliputi kualitas
fisik, kualitas mental dan kualitas sosialnya. Sumber daya manusia yang
berkualitas inilah yang dibutuhkan oleh pembangunan.
Sumber daya manusia harus diarahkan untuk mampu memanfaatkan
teknologi yang berkembang dengan sangat cepat, menguasai jaringan informasi ,
komunikasi dan aspek hubungan antar manusia secara umum. Melihat segi ini,faktor sumber daya manusia yang bermutu, produktif dan kompeten sangat
penting. Dengan adanya era persaingan pasar bebas, kita akan mengalami kesulitan untuk dapat bersaing apabila kualitas sumber daya manusia kita rendah
bila dibandingkan dengan negara lain.
Terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas sebagaimana
diuraikan di atas, harus dilakukan usaha-usaha yang secara langsung ataupun tidak
langsung yang berakibat pada meningkatnya sumber daya manusia itu. Pengembangan kemampuan sikap dan keterampilan untuk lahiraya sumber daya manusia yang berkulitas menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan keluarga yang diimplementasikan melalui pendidikan, baik
pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah.
ternyata masih signifikan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Pendidikan memberi arah, wama dan corak bagi kualitas sumber daya manusia.
Pendidikan dapat mencetak manusia agar berwawasan jauh ke depan, trampil,
mempunyai etos kerja tinggi dan mampu bersaing di pasaran internasional.
Sebagai salah satu sub system pendidikan, Pendidikan Luar Sekolah
mempunyai kontribusi besar terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Komponen-komponen kualitas sumber daya manusia yang tidak dapat dicetak di
lingkungan pendidikan sekolah dapat di berikan oleh Pendidikan Luar Sekolah.
Salah satu bagian dari Pendidikan Luar Sekolah yang banyak memberikan
bekal bagi terbentuknya kualitas sumber daya manusia yaitu melalui pelatihan.
Pelatihan adalah keseluruhan aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan
kinerja pegawai dalam melaksanakan pekerjaan mereka, dan pelatihan merupakan
bagian dari pengembangan sumber daya manusia.
Pelatihan sebagaimana disampaikan oleh Fauston C.G ( 1995: 197 )
adalah setiap usaha untuk memperbaiki perfomansi pekerjaan pada suatu
pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya. Pelatihan
memberikan bekai bagi manusia untuk menjadi trampil dan ahli dalam bidang
pekerjaan tertentu dan pelatihan juga bertujuan untuk mempersiapkan dan
mencetak tenaga trampil dan ahli dan dilaksanakan untuk meningkatkan
kemampuan dan ketrampilan individu. Dari konsep pelatihan yang dikemukakan
di atas nampak jelas bahwa pelatihan berkaitan dengan upaya untuk mencetak
tenaga trampil, sebagai bagian dari karakteristik kualitas sumber daya manusia,
Pada uraian tentang pelatihan di atas nampak bahwa pelatihan sebagai
bagian dalam pendidikan khususnya pendidikan luar sekolah memberikan
kontribusi bagi pembentukan tenaga trampil terutama tenaga kerja yang siap pakai. Kita maklum bahwa tenaga kerja trampil sangat dibutuhkan dalam prosespembangunan dan untuk menghadapi globalisasi akan terjadi persaingan yang
keras yang menuntut setiap manusia mampu berkompetisi. Sementara itu kondisitenaga trampil kita sangat minim sekali.
Sekolah sebagi lembaga pendidikan formal, ternyata tidak banyak
memberikan kontribusi terhadap pencetakan tenaga trampil. Para lulusan sekolah
terutama tingkat menengah tidak memiliki tingkat ketrampilan yang memadai
untuk terbentuknya tenaga kerja yang trampil. Sementara Sekolah Kejuruan
jumlahnya sangat sedikit dan belum mampu menyediakan tenaga trampil sesuai
dengan kebutuhan di lapangan kerja.
Kekurangan tenaga terampil yang siap pakai dan dapat bersaing baik
dalam dunia industri maupun untuk usaha sendiri dapat dilakukan dengan usaha
khusus yang dapat dijadikan sebagai solusinya. Salah satu upaya itu adalah
melalui pelatihan, baik yang diselenggarakan oleh lembaga non pemerintah,
maupun lembaga pemerintah. Pelatihan itu meliputi semua aspek ketrampilan
yang sesuai dengan minat dan kebutuhan yang ada di lapangan.
Ada delapan jenis ketrampilan yang dapat dipilih untuk pelatihan yang
didasarkan atas kebutuhan belajar peserta, seperti dikemukakan oleh
l)Tugas Pekerjaan Peningkatan ketrampilan pelaksanaan tugas profesional, Ketrampilan melakukan pelatihan dan pembelajaran, Pengetahuan dan ketrampilan manajemen/admistrasi perusahaan, Ketrampilan menggunakan teknik advertensi dan pemasaran, Pengetahuan dan keterampilan manajemen perkantoran, Keterampilan untuk membuat dan
memelihara alat-alat kerja, Keterampilan untuk membantu dan melayani
orang lain, staf pekerja 2) Kegemaran dan Rekreasi : Keterampilan berolahraga, Keterampilan membuat dekorasi, Keterampilan tari menari, Keterampilan permainan, Keterampilan menggunakan alat musik, Keterampilan pementasan, Keterampilan menggambar dan melukis,
Keterampilan rekreasi lainnya 3) Keagamaan : Peningkatan pengetahuan tentang agama dan keterampilan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, Peningkatan kesadaran dan sikap beragama, Peningkatan dan perluasan
pemahaman tentang agama termasuk moral dan akhlak, Pengetahuan dan
keterampilan tentang tata cara untuk mempelajari dan menyiarkan agama. 4) Bahasa dan Pengetahuan Umum : Pengetahuan dan keterampilan berbahasa asing Pengetahuan keterampilan kesusatraan, Pengetahuan dan pemahaman tentang sejarah, Pengetahuan dan keterampilan penggunaan matematika dan statistik, Pengetahuan dan keterampilan proses IPA, Pengetahuan dan keterampilan tentang IPS. 5) Kerumahtanggaan: Keterampilan tata busana, Keterampilan tata boga, Keterampilan meningkatkan pendapatan keluarga, Keterampilan membina keluarga sehat, Keterampilan memelihara bayi dan anak, Keterampilan memelihara tanaman, Keterampilan mengatur dan memelihara rumah tangga. 6) Penampilan Diri : Keterampilan memelihara kesegaran jasmani, Keterampilan membaca cepat, Keterampilan belajar secara efektiv, Keterampilan berbicara di depan umum, Keterampilan berkomunikasi secara efektiv, Keterampilan bergaul dengan orang lain, Keterampilan merias diri. 7) Usaha Pertanian : Keterampilan mengolah tanah, memilih bibit, menanam dan memelihara tanaman, Keterampilan memberantas penyakit dan hama tanaman, Keterampilan mengolah hasil pertanian dan memasarkannya, Keterampilan beternak hewan ternak dan ikan, Keterampilan membina usaha pertanian (agrobisnis). 8) Pelayanan Jasa : Keterampilan mengemudi, Keterampilan perbengkelan, Keterampilan pelayanan jasa angkutan, Keterampilan yang berkaitan dengan jasa lainnya.
Dari delapan keterampilan tersebut di atas dapat dipilih sesuai dengan
analisis kebutuhan. Pelatihan akan terlaksana dengan baik dan sasaran pelatihan
dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan tergantung pada proses analisis
Suatu pelatihan harus dikelola secara baik sesuai dengan prinsip-prinsip
dan kaidah-kaidah pelatihan. Keberhasilan pelatihan meliputi efektivitas
penyelenggaraan pelatihan sesuai dengan target dan tujuan yang ingin dicapai.
Efektivitas pelatihan merupakan hasil pelatihan yang pelaksanaannya berdaya
guna, bermanfaat dan sesuai dengan yang diharapakan. Penelitian Saing Mahu
( 2000 : 10 ) melihat bahwa pelaksanaan pelatihan belum secara optimal dikelola
sesuai dengan program pelatihan, atau kurang dan belum adanya tenaga pelaksana
yang terampil dalam mengelola pelaksanaan suatu pelatihan.
Suatu pelatihan harus dirancang secara baik atau dengan kata lain perlu
adanya manajemen yang baik. Manajemen pelatihan mencakup semua unsur
manajemen mulai dari perencanaan sampai dengan evaluasi atau penilaian.
Banyak pelatihan yang dikelola sesuai dengan versi masing - masing lembaga
pelaksana pelatihan sebagaimana disampaikan oleh Oemar Hamalik ( 2000 : VI)
bahwa dewasa ini, banyak balai latihan telah melaksanakan programnya sesuai
dengan permintaan lembaga/instansi/institusi yang bersangkutan. Setiap lembaga
pelatihan masing-masing beroperasi dengan program sendiri-sendiri dan dikelola
menurut seni dan versinya sendiri.
Kalau pelatihan dikelola dengan cara yang tidak sesuai dengan konsep
pengelolaan pelatihan, maka efektivitas dan efisiensi pelatihan tidak akan dapat
tercapai secara maksimal. System pengelolaan pelatihan harus memperhatikan
kaidah - kaidah atau prinsip - prinsip pengelolaan. Prinsip - prinsip pengeloaan
lain, dimana di dalamnya harus menggunakan prinsip Vf 'P^SSS
manajemen. Pnnsnip - pnnsip manajemen dalam pelatihan meliputi perer
pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi. Prinsip ini adalah prinsip manajemen yang paling sederhana yang dapat digunakan dalam suatu kegiatan yang melibatkan unsur- unsur suatu sistem manajerial.
Perencanaan pelatihan meliputi aspek - aspek yang berkaitan dengan persiapan penyelengaraan pelatihan yang di dalamnya terdapat identifikasi kebutuhan, penyusunan kurikulum, perumusan tujuan, penentuan materi pembelajaran, penentuan peserta pembelajaran ( rekrutmen peserta pelatihan ), penentuan instruktur, vvaktu pelatihan, media dan alat, metoda dan tehnik serta unsur - unsur lain yang berkaitan dengan tehknis pelaksanaan pelatihan.
Pengorganisasian berhubungan dengan penempatan personil sebagai pengelola kegiatan pelatihan. Dalam pengorganisasian pelatihan tidak jauh berbeda dengan pengorganisasian dengan kegiatan lain. Dalam pengorganisasian ini mencakup struktur organisasi, personel yang terlibat, uraian tugas dan
tanggung jawabnya.
Pelaksanaan pelatihan mencakup, proses pembelajaran, pendekatan yang
makna penilaian untuk proses pembelajaran dan penilaian untuk mengukur
efektivitas suatu pelatihan.
Prinsip - prinsip manajemen dalam pelatihan ini seringkali diabaikan,
bahkan terkesan tidak digunakan. Apabila pelatihan tidak dikelola dengan baik, maka makna dan tujuan pelatihan tidak akan tercapai. Oleh karena itu perlu dikajibagaimana pengelolaan
pelatihan yang baik agar dapat mencapai tujuan
pelatihan.
B. Pembahasan dan Rumusan Masalah.
Pelatihan keterampilan menjahit yang dilaksanakan oleh Balai Latihan
Kerja Industri Serang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan bagi masyarakat yang tidak mempunyai pekerjaan karena tidak memiliki kterampilan yang memadai khususnya yang berada di pedesaan, sehingga diharapkan masyarakat tersebut memiliki keterampilan dan dapat membuka usaha secara mandiri sehingga dapat meningkatkan taraf hidup menuju keluarga yang sejahtera.
Dengan meningkatnya tarap hidup masyarakat itu, diharapkan juga dapat
meningkatkan peran sertanya dalam upaya pembangunan perekonomian terutama
di daerah dimana mereka tinggal, dan nantinya dapat menjadi pengusaha kecil
yang secara ekonomi dapat meningkatkan pembangunan sesuai dengan
kemampuanya.
Sebagai lembaga yang mempunyai visi untuk memberikan bekai
keahlian terutama bagi tenaga kerja, dalam organisasi ini terdarj^ <ft*pj§fws'
program pelatihan yang dikembangkan yaitu program institusional dan program
non institusional.
Program institusional merupakan program lembaga yang pelaksanaan pelatihannya secara reguler terus dilakukan di BLKI. Program institusional ini
terdiri dari program pelatihan Tehknisi Ahli Industri dan program Pemagangan.
Program non institusioanl yaitu program yang dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan dan kerjasama dengan pihak lain. Program in meliputi Mobil Training
Unit dan dan Tailor Made (Kerjasama dengan pihak ke tiga).
Dalam pelaksanaan pelatihan baik yang institusional maupun yang non
isntitusional dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah baku menurut
ketentuan lembaga ini. Oleh karena itu perlu sekali untuk diteliti bagaimana
gambaran secara rinci tentang pengelolaan pelatihan yang dilaksanakan oleh Balai
Latihan Kerja Indrustri (BLKI) Serang terutama dalam program pelatihan
ketrampilan menjahit sebagai salah satu program pelatihan non institusional.
Masalah ini penulis rumuskan dalam sebuah rumusan masalah yaitu
" Bagaimana pengelolaan pelatihan keterampilan menjahit yang diselenggarakan
oleh Balai Latihan Kerja Industri Serang ?".
Dalam penelitian ini penulis akan terlebih dahulu mencoba merumuskan
tentang konsep pelatihan yang ditinjau dari konsep awal bahwa pelatihan
11
bahwa pelatihan (training) yaitu suatu proses pendidikan jangka pendek yang
mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisir dimana pegawai non
manajerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan tekhnis dalam tujuan
terbatas.
Dengan melihat konsep pelatihan di atas maka pelatihan seyoganya harus dilaksanakan secara baik dan terorganisir dengan mempergunakan prosedur yang
sistematis. Maka secara garis besar suatu pelatihan harus dirancang dengan baik
melalui tahapan-tahapan seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi. Selain dari itu, ada enam tahapan untuk menyelenggarakan suatu pelatihan menurut Anwar Prabu ( 2000 : 43 ) yaitu: " a) mengidentifikasi kebutuhan dan sasaran pelatihan, b) menetapkan tujuan dan sasaran pelatihan, c) menetapkan kriteria keberhasilan dengan alat ukurnya, d) menetapkan metode pelatihan, e) mengadakan percobaan, f) mengimplementasikan dan evaluasi".
Ke enam tahapan di atas kalau dikelompokan kedalam tahapan-tahapan
manajemen, maka dapat digolongkan ke dalam, perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi. Dari konsep pengelolaan pelatihan di atas, dengan
berpegang pada prinsip-prinsip manajemen, maka yang menjadi fokus masalah
penelitian ini yaitu pada studi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
evaluasi pelatihan.
Dari masalah tersebut di atas penulis akan menguraikan kedalam pertanyaan
12
1. Bagaimana perencanaan pelatihan keterampilan menjahit, mulai dari
idenfikasi kebutuhan, rekrutmen peserta, sosialisasi program,
penyusunan anggaran dan pembuatan proposal, penetuan tujuan,
kurikulum dan silabi pelatihan.
2. Bagaimana pengorganisasian pelatihan keterampilan menjahit yang
mencakup sruktur organisasi, penentuan personal, tugas dan tanggung
jawabnya serta job deskripsion.
3. Bagaimana pelaksanaan pelatihan keterampilan menjahit yang
menacakup pendekatan yang digunakan, proses pembelajaran, materi
pelatihan, metode pembelajaran, sumber dan bahan belajar, media
pembelajaran dan jadwal pelaksanaan .
4. Bagaimana penilaian yang digunakan untuk mengukur tingkat
keberhasilan pelatihan keterampilan menjahit dan pencapaian tujuan
yang meliputi jenis penilaian, metode penilaian, alat penilaian, waktu
penilaian dan penentuan standar keberhasilan.
5. Bagaimana hasil dan dampak dari pelatihan keterampilan menjahit
bagi peserta pelatihan.
Masalah-masalah tersebut yang ingin penulis teliti untuk mendapatkan
gambaran yang jelas tentang pengelolaan pelatihan keterampilan menjahit pada
13
C. Definisi Operasional
Agar permasalahan-permasalahan di atas dapat di kaji secara mendalam,
maka judul penelitian yang penulis kemukakan, harus dapat didefinisikan secara
operasional. Adapun definisi operasioanal dari judul penelitian di atas adalah
sebagai berikut:
a. Studi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 1995 : 220 ) diartikan
yaitu kajian, telaahan atau penelitian ilmiah yang dilaksanakan untuk
memecahkan fenomena tertentu secara logis. Dalam Penelitian ini
Studi yaitu kajian atau penelitian dengan menggunakan metode
ilmiah untuk memecahkan tentang permasalahan yang terjadi dalam
pengelolaan pelatihan.
b. Pengelolan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 1995 : 470 ) yaitu
proses, cara melakukan sesuatu perbuatan/kegiatan tertentu dengan
menggerakan tenaga orang lain. Pengelolaan dalam penelitian ini yaitu
suatu rangkaian tindakan yang menggunakan prinsip-prinsip
manajemen, atau sebagai prosedur penyelenggaraan suatu kegiatan
dengan menggunakan tahapan-tahapan. Tahapan - tahapan dalam
pengelolaan meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
dan penilaian. Perencanaan didefinisikan oleh D. Sudajana
( 2000 : 61 ) adalah proses yang sistematis dalam pengambilan
keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu
14
dalam D. Sudjana ( 2000 : 114 ) adalah sebagai aktivitas menetapkan
hubungan antara manusia dengan kegiatan yang dilakukan untuk
mencapai tujuan. Pelaksanaan dikemukakan oleh D. Sudjana ( 2000: 267 ) adalah proses menerapkan perencanaan dengan menggunakan
orang - orang sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Penilaian
juga dikemukakan
D. Sudjana ( 2000 : 267 ) adalah kegiatan
sistematis untuk mengumpulkaan, mengolah dan menyajikan data atau
informasi yang diperlukan sebagai bahan masukan untuk
pengambilan keputusan..
c. Pelatihan Keterampilan Menjahit dimaksudkan dalam penelitian ini,
yaitu proses pendidikan yang dilaksanakan secara sistematis dan
terorganisir dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan dalam
merancang, memotong dan menjahit pakaian.
d. Sumber Daya Manusia dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
( 1995 : 973 ) yaitu potensi manusia yang dapat dikembangkan untuk
proses produksi. Dalam penelitian ini sumber daya manusia yaitu
tingkat kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dengan indikator
trampil dan produktif.
e. Proses Pembelajaran disampaikan Ah Imron ( 1996 : 43 ) yaitu
aktivitas merancang dan melaksanakan kegiatan belajar dalam rangka
mencapai tujuan belajar. Dalam pnelitian ini proses pembelajaran
15
pelatihan seperti, instruktur, sarana pelatihan dan lingkungan yang
mempengaruhi terhadap hasil yang dicapai dalam pelatihan.
f. Hasil dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 1995 : 343 ) yaitu
sesuatu yang diadakan, dibuat oleh usaha. Hasil dalam penelitian ini
yaitu berupa kemampuan yang diperoleh setelah peserta mengikuti
pelatihan.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan rinci
tentang pengelolaan pelatihan keterampilan menjahit yang dilaksanakan oleh
BLKI Serang. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk
pengelola pelatihan tersebut dan sebagai alternatif untuk peningkatan pelaksanaan
pelatihan di masa datang. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu untuk
memperoleh gambaran mengenai:
1. Perencanaan pelatihan keterampilan menjahit di BLKI Serang yang
meliputi identifikasi kebutuhan, sosialisasi program, rekrutmen peserta,
penyusunan anggaran dan proposal, penentuan tujuan, kurikulum, dan
silabi pelatihan.
2. Pengorganisasian pelatihan keterampilan menjahit yang meliputi, struktur
organisasi, penentuan personil, uraian tugas ( job description ) dan
16
3. Pelaksanaan pelatihan keterampilan menjahit yang meliputi proses pembelajaran, pendekatan dan strategi yang digunakan, metode pembelajaran, materi, sumber dan media pembelajaran, serta jadual pelaksanaan pelatihan keterampilan menjahit di BLKI Serang.
4. Evaluasi/penilaian yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan pelatihan keterampilan menjahit seperti jenis penilaian, metode penilaian, alat penilaian, waktu penilaian, dan penentuan standar keberhasilan pelatihan keterampilan menjahit di BLKI Serang.
5. Apakah pelatihan keterampilan menjahit pada BLKI Serang ini mempuyai
hasil dan dampak terhadap peserta pelatihan.E. Manfaat dan Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara konseptual teoritis maupun secara praktis di lapangan. Secara teoritis, dari temuan
di lapangan yang diperoleh, diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
pengembangan teori ilmu pendidikan terutama tentang pengelolaan pelatihan, dan
dapat memberikan sumbangan terhadap konsep pengelolaan pelatihan sebagai bahan untuk memperbaiki efektifitas dan efisien pengelolaan suatu pelatihan.
17
F. Paradigma Penelitian
Pelatihan yang pada hakekatnya adalah proses pendidikan jangka pendek
yang dilaksanakan secara sistematis lebih bersifat praktis daripada teoritis. Oleh
karena itu untuk mencetak tenaga yang terampil, produktip, ahli dalam bidang
tertentu dan kompeten untuk bersaing dalam lapangan pekerjaan, konsep pelatihan
sangat sesuai. Pelatihan yang proses pelaksanaannya lebih berorientasi pada
kemampuan peserta pelatihan, melalui proses pembelajaran yang lebih banyak
praktek, tujuan untuk mencetak tenaga yang trampil dalam bidang tertentu akan
dapat tercapai dan pada gilirannya akan mampu meningkatkan kualitas sumber
daya manusia.
Dalam suatu pelatihan khususnya dan pendidikan pada umumnya akan
menyangkut pada empat kompenen utama sebagai kerangka pelaksanaannya.
Kompenen itu meliputi input, proses, out put dan out come. Disamping itu
terdapat komponen lain yang sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan suatu
pelatihan yaitu masukan sarana, masukan lingkungan dan masukan lain.
Input yaitu peserta pelatihan yang mempunyai potensi, mempunyai
keterbatasan dan mempunyai kekurangan sehingga siap untuk mengikuti proses
pelatihan. Proses yaitu pelaksanaan dari pelatihan/pendidikan itu yang
menggunakan metode tertentu untuk mencapai tujuan, dan out put berupa hasil
yang ingin dicapai setelah peserta didik atau peserta pelatihan mengikuti proses
pelatihan/pendidikan. Out come berupa manfaat yang dapat dirasakan oleh
18
yaitu sumber dan fasilitas yang memungkinkan bagi seseorang dapat melakukan
kegiatan belajar dan masukan lingkungan yaitu faktor lingkungan yang
menunjang berjalanya program pendidikan. Masukan lain adalah daya dukung
lain yang memungkinkan para peserta dan lulusan dapat menggunakan
kemampuan dan para peserta didik dapat menggunakan kemampuan yang
dimilikinya untuk kemajuan hidupnya.
Kompenen - komponen di atas dijadikan sebagai landasan dalam
pelatihan keterampilan menjahit oleh BLKI Serang. Sebagai Input adalah ibu
rumah tangga dan remaja putri yang tidak mempunyai pekerjaan tetap, tidak
produktif dan dari golongan ekonomi bawah, dengan segala keterbatasannya
dalam pelatihan ini mereka di didik dan dilatih untuk trampil, dan poduktif.
Masukan sarana yaitu tujuan, kurikulum dan instraktur, tenaga pengelola, sumber
dan media belajar serta sarana lain yang terdapat dalam pelatihan keterampilan
menjahit. Masukan lingkungan dalam pelatihan keterampilan menjahit yaitu
lingkungan keluarga, lingkungan sosial, lapangan pekerjaan, iklim, lokasi dan
tempat tinggal. Masukan lain dalam hal ini yaitu tersedianya modal, lapangan
kerja dan usaha, informasi, alat-alat dan fasilitas, pemasaran, paguyuban peserta
pelatihan, bantuan ekternal dan lain - lain.
Proses pelatihan keterampilan menjahit ini menyangkut seluruh aspek
manajemen pengelolaan pelatihan mulai dari perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan evaluasi atau penilaian. Perencanaan menyangkut identifikasi
19
dan silabi pelatihan serta penenetuan instruktur. Pengorganisasian meliputi
penyusunan struktur organisasi, penentuan personil pelaksanaan dan uraian tugas
sesuai dengan fungsinya. Pelaksanaan menyangkut proses pembelajaran,
penentuan pendekatan dan strategi pembelajaran, metode pembelajaran,
penyusunan jadwal pembelajaran, alat dan bahan pelatihan serta media dan
sumber belajar. Evaluasi atau penilaian meliputi jenis penilaian, metode penilaian
atau alat penilaian dan waktu penilaian serta penentuan standar kebeberhasilan.
Out put berupa hasil yang ingin dicapai yaitu meningkatnya pengetahuan,
sikap dan keterampilan peserta pelatihan setelah mengikuti pelatihan yang
diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ditandai
dengan terbentuknya tenaga yang trampil dan produktif dalam bidang menjahit
untuk bersaing di lapangan kerja atau dapat membuka usaha sendiri. Out come
yaitu manfaat yang dirasakan oleh peserta berupa sikap percaya diri untuk
bekeria pada industri yang sesuai dengan keahliannya dan siap untuk membuka
usaha. Dengan konsep sebagaimana diuraikan di atas, maka pelatihan menjahit ini
akan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk lebih jelasnya,
20
Masukan Lingkungan
i r
Keluarga, lapangan kerja, lingkungan alam Masukan Sarana tujuanJ£urikulum,instr uktur,pengelola,biaya y r i Masukan Lain Modal, alat, informasi
• ^ t * *
Peserta Pelatihan Yang mempunyai potensi untuk di kembangkan MASUKAN MENTAH (INPUT) A Perencanaan:
- Idcntifikasi Kebutuhan
- Rekrutmen peserta -Sosialisasi Program - Penyusunan tujuan, kurikulum, dan silabi pelatihan
Pengorganisasian - Struktutr Organisasi - Penentuan Tenaga Pengelola - Uraian Tugas
Pelaksanaan
Proses Pembelajaran Strategi Pembelajaran Metode Pembelajaran
Jadwal Pembelajaran Peralatan dan Media
Evaluasi: Jenis evaluasi Metode Evaluasi Alat evaluasi Wakfu evaluasi PROSES (MANAJEMEN PELATTHAN KETERAMPILAN MENJAHIT) Meningkatnya Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan sehingga: produktif dan mampu mandiri HASIL (OUT PUT) Masukan Lingkungan
[image:30.595.119.530.87.638.2]Kelompok sosial, lokasi, tempat tinggal
Gambar 1. Paradigma Penelitian
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekataan dan Metode Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang rinci dan
mendalam tentang " Pelatihan Keterampilan Menjahit " yang dilaksanakan oleh
BLKI Serang yang di dalamnya meliputi bagaimana proses perencanaannya, pengorganisasiannya, pelaksanaannya dan evaluasi atau penilaiannya serta dapat atau tidak meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik langsung maupun tidak langsung. Untuk memperoleh gambaran tersebut maka pendekatan yang
dapat dipakai adalah pendekatan kualitatif dengan cara melakukan studi atau
kajian yang mendalam dan ilmiah. Pendekatan kualitatif dianggap sesuai untuk permasalahan dalam penelitian ini, dengan pertimbangan ,pertama, lebih mudah
apabila berhadapan dengan kenyataan ganda, kedua menyajikan secara langsung
hakekat hubungan antara peneliti dan responden, ketiga pendekatan ini lebih peka
dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama
terhadap pola-pola nilai dihadapi, metode yang digunakan adalah metode
deskriptif analisis karena penelitian ini menguraikan tentang penyelenggaraan
pelatihan.
Penggunaan pendekatan dan metode ini disesuaikan dengan tujuan pokok
penelitian yaitu untuk mengetahui gambaran secara rinci dan jelas tentang
pelatihan keterampilan menjahit dari mulai perencanaan sampai dengan
penilaian/evaluasi dan untuk mengetahui apakah pelatihan ini dapat
meningkatkan kualitas sumber daya manusia atau tidak.
58
B.Tehnik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan untuk dianalisis, maka dalam
penelitian kualitatif peneliti bertindak sebagai alat pengumpul data atau sebagai
instrumen penelitian yang artinya peneliti sendiri yang terjun langsung untuk
merekam data selama penelitian. Selama berlangsungnya proses pengumpulan
data peneliti menggunakan tehnik dan alat pengumpul data .
Tehnik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
Observasi, wawancara mendalam, studi dokumentasi dan studi pustaka.
Sedangkan alat pengumpul datanya adalah pedoman observasi, pedoman
wawancara, analisis dokumentasi dan catatan serta dokumen - dokumen harian.
Adapun uraian lengkap dari tehnik pegumpulan data tersebut yaitu :
1) Observasi
Observasi dilakukan untuk melihat keadaan atau situasi nyata dari kasus yang
diamati, yaitu situasi sosial yang muncul dalam pelatihan keterampilan
menjahit . Cara ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang akurat, factual
sesuai dengan konteknya. Dalam penelitian ini observasi digunakan untuk
melihat secara langsung proses pembelajaran dalam Pelatihan Menjahit
terutama metode dan tehnik pembelajarannya, media, alat dan bahan belajar
serta kegiatan berlangungnnya proses pembelajaran. Observasi ddakukan
dengan melihat langsung proses pembelajaran baik pembelajaran teori mapun
Observasi adalah upaya aktiv peneliti untuk mengumpulkan
langsung, dan kemudian memilih apa yang diamati dan terlibat secara>akmm,.
dalamnya dalam pengertian lain bahwa observasi ini adalah observasi
partisifatif. Peneliti ikut langsung berkecimpung dengan pengelola, instruktur
dan peserta pelatihan ketika sedang berlangsungnya proses pembelajaran
pelatihan.
2) Wawancara
Wawancara yang dilakukan adalah wawancara secara mendalam langsung
terhadap informan yang mengetahui secara jelas dan mendetail tentang
pelatihan keterampilan menjahit. Wawancara dilakukan agar responden
memberikan informasi sebanyak-banyaknya sesuai yang ada, dialami,
dipikirkan atau dirasakan.
Dalam kegiatan wawancara dapat dilakukan pendekatan wawancara yaitu
wawancara formal dan wawancara informal. Wawancara formal yaitu
menciptakan situasi yang resmi sehingga proses wawancara diatur sedemikian
rupa sehingga terjadi proses wawancara dengan persiapan - persiapan yang
S
matang. Sedangkan wawancara informal yaitu wawancara yang dilakukan
secara sepontan, bebas dan tidak ada batas antara pewawancara dengan
responden.
Kedua wawancara ini dilakukan secara fleksibel, tergantung kepada situasi
yang terjadi. Agar hasil wawancara dapat dipelajari maka perlu disusun secara
60
Kepala BLKI, Kepala seksi penyelenggaraan pelatihan, pengelola pelatihan, Kepala Suab Bagian tata usaha, intruktur dan peserta pelatihan. Wawancara
dilakukan disela - sela istirahat, atau apabila ada kesempatan untuk
melakukan wawancara. Materi yang ditanyakan adalah materi yang
berhubungan dengan perencanaan pelatihan, pengorganisasian pelatihan, pelaksanaan pelatihan dan penilaian pelatihan serta dampak dan hasil
pelatihan.
3). Studi Dokumentasi/Pustaka
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data dan informasi yang resmi yang
terkait dengan proses pelatihan ini baik yang bersifat konsep, administrasi
maupun kontek lain dari pelatihan. Studi dokumentasi dan studi pustaka
dilakukan dengan melihat, menganalisis, meneliti dokumen - dokumen
penyelenggaraan pelatihan baik yang sedang dilaksanakan mapun yang sudah
dilaksanakan.
C. Lokasi dan Subyek Penilitian
Lokasi yang dijadikan sebagai bahan untuk pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah Kantor Balai Latihan Kerja Industri Serang yang berlokasi di
Jalan Raya Pandeglang Km. 3 Kebon Jahe Serang Banten. Pemilihan lokasi ini
didasarkan atas pertimbangan - pertimbangan tertentu yaitu pertama, bahwa di
61
setelah melakukan studi pendahuluan pada BLKI Serang peneliti menemukan
adanya pelaksanaan pelatihan yang dilaksanakan secara terus menerus sejak
berdirinya BLKI, tetapi belum ada peneliti lain yang melakukan penelitian di
BLKI ini, terutama yang berhubungan dengan pengeloalaan pelatihan. Padahal
pelatihan yang diselenggarakan oleh BLKI serang pada umumnya berorientasi
pada pengembangan sumber daya manusia yang di negara kita sangat urgen
sekali. Ketiga, secara ekonomis sangat membantu peneliti untuk melakukan
penelitian secara mendalam dan terperinci karena lokasi penelitian ini dekat
dengan tempat itnggal peneliti, dan peneliti sudah banyak mengenai keberadaan di
BLKI serang ini.
Subyek Penelitian merupakan salah satu komponen utama yang
mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam suatu penelitian, karena dalam
subyek penelitian terdapat variabel - variabel yang menjadi kajian untuk di teliti.
Peneliti dalam melakukan pengkajian dan pengungkapan permasalahan
-permasalahan penelitian menggunakan dua data yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer diambil dari subyek penelitian secara langsung dari
Kepala BLKI, Kepala seksi Penyelenggaraan Pelatihan, Penanggung Jawab
Pelatihan Keterampilan Menjahit, Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Instruktur, dan
Peserta Pelatihan. Data - data dari subyek penelitian ini dikumpulkan dengan
menggunkan tehnik pengumpalan data yaitu wawancara, dan observasi. Data
-data sekunder yang sifatnya sebagai pelengkap dikumpulkan dengan tehnik
62
Agar data yang dikumpulkan lebih mendalam maka peneliti menentukan
jumlah subyek penelitian yang meliputi 1 ( satu ) orang Kepala BLKI, 1 ( satu )
orang Kepala Seksi Penyelenggaraan Pelatihan, 1 ( satu ) orang pengelola
pelatihan, 1 ( satu ) orang Kepala Sub Bagian Tata Usaha, 2 ( dua ) orang
Instruktur dan 4 (empat) orang peserta Pelatihan Keterampilan Menjahit.
Alasan dipilihnya satu orang Kepala BLKI ini dikarenakan dia adalah
kepala BLKI yang senantiasa bertanggung jawab secara keseluruhan lembaga
yang dipimpinnya dan sebagai pengambil keputusan tertinggi terhadap setiap
kebijakan yang diambil. Informasi atau data yang diambil dari Kepala BLKI ini
menyangkut kebijakan - kebijakan penyelenggaraan pelatihan menjahit yang
dirumuskan dalam term of refernce ( Proposal) sebagai landasan untuk membuat
perencanna pelatihan. Diambilnya Kepala Seksi Penyelenggaraan Pelatihan
adalah untuk mengumpulkan data - data dan informasi yang berkaitan dengan
seluruh kegiatan pelatihan terutama pelatihan keterampilan menjahit. Sebagai
Kepala Seksi Penyelenggaraan Pelatihan dia akan mengetahui semua informasi
mengenai pelatihan mulai dari penyusunan perencanaan, pengorganisasianya,
pelaksanaannya, dan evaluasinya.
Penanggung jawab Pelatihan Menjahit yang kapasitasnya sebagai
pengelola langsung atau pelaksanan tekhnis pelatihan diambil sebagai subyek
karena semua tekhnis pelatihan keterampilan menjahit di bawah tanggung
jawabnya, sehingga data - data yang berhubungan dengan pelaksanaan di
63
dijadikan sebagai subyek penelitian untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan aktivitas administrasi penyelenggaraan pelatihan keterampilan menjahit. Sebagai kepala tata usaha dia akan mengetahui proses penyelenggraan administrasi semua kegiatan di dalam BLKI. mstruktur dijadikan sebagai subyek penelitian karena instruktur dapat memberikan data dan informasi mengenai
metode dan tehnik pembelajaran yang digunakan dalam pelatihan menjahit ini.
Peserta pelatihan dijadikan subyek untuk mengetahui dan mengumpulkan data dan
informasi yang berkaitan dengan kemampuan yang didapat dari pelatihan ini,
apakah pelatihan menjahit ini bermanfaat dan berguna bagi peserta pelatihan, dan
apakah dapat meningkatkan keterampilannya sehingga secara langsung atau tidak
langsung dapat meningkatkankualitas sumber daya manusia.
D.Tahap- Tahap Penelitian
Secara garis besar penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan,
yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanan, dan tahap akhir atau pelaporan.
1.Tahap Persiapan
Tahap ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan lengkap
tentang masalah yang akan diteliti sekaligus untuk menetapkan desain dan fokus
penelitian. Masalah - masalah yang diteliti yang berkaitan dengan pertanyaan
penelitian yaitu masalah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
64
2. Tahap Pelaksanaan (eksplorasi)
Pada tahap ini merupakan penelitian yang sesungguhnya yaitu
pengumpulan data sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian. Tahap ini dilakukan
setelah peneliti memperoleh rekomendasi dari instansi yang berwenang.
Fleksibilitas dan adaptibilitas sangat perlu dipertahankan agar proses
pengumpulan data dan pelaksanaannya berjalan lancar. Selain itu untuk
melengkapi data yang diperoleh dan sekaligus sebagai triangulasi dilakukan
observasi dan untuk merekam data atau informasi lengkap digunakan alat
perekam tape recorder, buku catatan dan kamera foto.
Dalam tahap pelaksanaan ini juga dilakukan analisis data dengan cara
mereduksi data atau informasi yang telah diperoleh yaitu dengan cara menyeleksi
catatan lapangan yang ada dan merangkum hal-hal yang penting secara sistematis
agar ditemukan polanya dan mempermudah peneliti untuk mempertajam
gambaran tentang fokus penelitian.
3. Tahap Akhir (member check)
Untuk mengecek kebenaran informasi yang telah dikumpulkan, sehingga
hasil penelitian lebih dapat dipercaya maka perlu dilakukan member check.
Pengecekan informasi ini dilakukan setiap kali peneliti selesai melakukan
wawancara dengan sumber data dengan cara mengkonfirmasikan kembali catatan
hasil wawancara tersebut dan setelah hasil wawancara diketik kemudian
65
memantapkan lagi dilakukan observasi dan triangulasi dengan sumber data dan
pihak lain yang lebih kompeten, untuk mengurangi kesalah fahaman dalam
menafsirkan informasi yang disampaikan. Tahap eksplorasi dan member check
merupakan siklus artinya informasi atau data penelitian yang telah dikumpulkan
selalu diperbaiki, disempumakan dan dimantapkan sehingga kebenarannya dapat
ditingkatkan.
E. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang terkumpul, diolah kemudian dianalisis. Analisis selama
pengumpulan data ini memungkinkan bagi peneliti untuk meninjau kembali
hal-hal yang bersifat meragukan. Untuk mengolah data dari lapangan, peneliti
mencoba menguraikan dan mendeskripsikan data yang diperoleh menurut apa
adanya. Kemudian data tersebut dianalisis berdasarkan pedoman-pedoman studi
kepustakaan dan dikembangkan suatu pola pengolahan yang sesuai dengan
masalah dan obyek studi.
Selanjutnya data yan sudah terkumpul diseleksi dan dipilih data yang
sekiranya dapat menunjang aspek-aspek yang diteliti, aspek kebutuhan,
kurikulum, pengorganisasian, sumber daya manusia dan non menusia, serta
penggunaan sumber-sumber yang terbatas secara efektif dan efisien.
Model pola pengolahan yang telah dikembangkan digunakan sebagai
pedoman pola fikir untuk menganalisis data lapangan yang diperoleh. Untuk
memperoleh kebenaran ilmiah dalam penelitian ini, maka peneliti berasaha untuk
66
Analisis data adalah proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan. Data
yang diperoleh dalam bentuk verbal sering muncul dalam kalimat yang panjang
lebar, sedang yang lain singkat tetapi perlu dilacak kembali maksudnya. Data
yang beraneka ragam itu, dianalisis mulai sejak awal dan begitu pula data yang
diperoleh di lapangan segera dituhskan atau direkam dan dianalisis. Data yang
telah diperoleh dari lapangan akan memiliki makna yang berarti bila dilanjutkan
dengan kegiatan analisis data. Kegiata ini dilakukan sepanjang penelitian
berlangsung, dengan maksud apabila ada data yang kurang segera dapat
dilengkapi, dapat diverifikasi dengan sumber lain.
Analisis data dalam penelitian ini, ditempuh prosedur yang disarankan
Nasution (1992:129) yakni: (1) reduksi data, (2) display data, (3) mengambil
kesimpulan dan verifikasi.
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses pemilihan, peramusan perhatian pada
penyederhanaan data dalam bentuk uraian (laporan) yang terinci dan sistematis,
menonjolkan poko-pokok yang penting agar lebih mudah dikendalikan. Reduksi
data merupakan bentuk analisis menajamkan, menggolongkan, membuang yang
tidak perlu, yang akan memberikan gambaran yang lebih terarah tentang hasil
pengamatan dan juga mempermudah penehti untuk mencari kembah data itu
apabila diperlukan.
Reduksi data merupakan langkah awal dalam menganalisis data yang telah
67
aspek-aspek permasalahan yang diteliti sehingga memudahkan dalam melakukan
langkah-langkah analisis berikutnya.
2. Display Data
Display data merupakan upaya menyajikan data untuk melihat gambaran
keseluruhan data atau bagian-bagian tertentu dari penelitian. Semua dirancang
guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk padu dan
mudah dilihat (dimanfaatkan), sehingga peneliti dapat menguasai data itu dan
tidak tenggelam dalam tumpukan data. Setelah dilakukan reduksi data, langkah
selanjutnya menyajikan data secara jelas dan singkat.
Penyajian data secara jelas dan singkat akan memudahkan dalam memahami
gambaran terhadap aspek-aspek yang diteliti baik secara keseluruhan maupun
bagian demi bagian. Penyajian data dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan
pada aspek-aspek yang diteliti dan disusun menurut kelompok yang menjadi
lokasi penelitian. Penyajian data ini selanjutnya digunakan sebagai bahan untuk
menafsirkan data sampai dengan pengambilan keputusan.
3. Kesimpulan atau Verifikasi
Kesimpulan atau verifikasi adalah upaya untuk mencari makna terhadap data
yang dikumpulkan dengan mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal
yang sering timbul dan sebagainya. Langkah terakhir dari kegiatan analisis data
68
verifikasi. Kesimpulan ini dibuat dalam bentuk pernyataan singkat, mudah dipahami dengan mengacu pada permasalahan-permasalahan yang diteliti.
F. Validitas Hasil Penelitian
Dalam pengolahan data hasil penelitian, peneliti mencoba menguraikan dan
mendiskusikan data yang diperoleh sesuai dengan kondisi dan kenyataan
dilapangan. Setelah itu data dianalisis berdasarkan pedoman studi kepustakaan
dan dikembangkan suatu pola pengolahan yang sesuai dengan masalah dan obyek
studi.
Tingkat kepercayaan dan kebenaran hasil penelitian kualitatif, menurut
Nasution (1992:114) tergantung kepada kredibilitas (validitas internal),
dipendibilitas (reabilitas), transferabilitas (validitas eksternal), konfirmabilitas
(obyektifitas).
1. Kredibilitas
Kredibilitas merupakan ukuran tentang kebenaran data yang dikumpulkan
dan dapat menggambarkan konsep peneliti dengan kenyataan yang ada pada
sumber data. Untuk mencapai hal itu, dalam penelitian ini antara lain dilakukan
dengan cara:
a.Triangulasi
Triangulasi perlu dilakukan dalam penelitian ini untuk mengecek kebenaran
69
diperoleh dari Kepala BLKI, Kepala Seksi Penyelengaraan Pelatihan,
Penanggung Jawab Pelatihan Keterampilan Menjahit, Kepala Sub Bagian Tata
Usaha, Instruktur, dan Peserta Pelatihan.
b.Penggunaan Bahan Referensi
Dalam penelitian ini penggunan bahan referensi dan wawancara dilakukan
dengan merekam menggunakan tape recorder. Dengan cara ini peneliti dapat memperoleh informasi secara lengkap dari sumber data dan kemungkinan
kekeliruan dapat diperkecil.
b. Membriefing
Peneliti membahas catatan-catatan lapangan dengan teman sesama S2
tentang penelitian yang sedang dilakukan, sehingga dapat memberikan
sumbangan pemikiran bahkan kritik terhadap ide dan gagasan penelitian ini.
c. Member check yakni setiap akhir wawancara dilakukan konfirmasi dengan
sumber data, dimaksudkan bila ada kekurangan dilengkapi dan bila ada
kesalahan diperbaiki.
d. Kerahasiaan yakni menjamin kerahasian semua informasi yang diberikan
responden, diupayakan hanya diketahui peneliti. Data atau informasi yang
2. Dependabilitas dan Konfirmabilitas »
-Dependabilitas dimaksudkan untuk menguji apakah penelitianN^^ft^^'
diulang atau dilakukan di tempat lain dengan temuan hasil penelitian yang sama.
Konfirmabilitas berkenaan dengan obyektivitas hasil penelitian. Situasi sosial
pada hakekatnya bersifat unik dan tidak dapat direkonstruksi sepenuhnya seperti
semula, maka sangat sulit untuk mengukur konsistensi hasil penelitian ini.
Kebenaran dan obyektivitas data hasil penelitian ini dilakukan melalui
"audit trail" yakni melakukan pemeriksaan untuk menyakinkan bahwa data yang
dilaporkan dapat dipercaya dan sesuai dengan fenomena dalam situasi yang nyata
atau til serta demikian adanya.
Untuk menjaga kebenaran dan obyektifitas hasil penelitian ditempuh melalui
pengolahan data yang dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Mencatat dan merekam semua hasil wawacara dan observasi sebagai data
mentah untuk kepentingan analisis selanjutnya.
b. Menyusun hasil analisis data dengan cara merefleksi data mentah, kemudian
menyusunnya dalam bentuk deskripsi yang lebih sistematis
c. Membuat penafsiran sebagai hasil analisis data
d. Melaporkan seluruh proses penelitian, mulai dari tahap persiapan sampai
71
3. Transferabilitas
Transferabilitas dimaksudkan adalah sejauh manakah hasil penelitian dapat
diterapkan atau digunakan di tempat dan dalam situasi lain. Transferabilitas
berkaitan dengan generalisasi. Dalam penelitian kualitatif transferabilitas
tergantung pada si pemakai maksudnya sejauh mana hasil penelitian ini dapat
144
BABV
KESIMPULAN, IMPLIKASI HASIL PENELITIAN
DAN REKOMENDASI
A.Kesimpulan
Komponen - komponen yang terlibat dalam penyelenggaraan pelatihan
keterampilan menjahit menunjukan adanya keterpaduan yang baik seperti dalam
hal pengambilan keputusan pada setiap tahap manajemen seperti
perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan
evaluasi. Keterpaduan ini dimungkinkan
karena adanya kebutuhan, peran dan fungsi masing-masing dan saling
ketergantungan dengan posisi masing-masing sebagai berikut:
a. Balai Latihan Kerja Industri
BLKI sebagai penyelenggara pelatihan, dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya selalu berkoordinasi dengan LSM, Instansi/Dinas, Yayasan - Yayasan
atau Pondok Pesantren sehingga mampu menghimpun berbagai potensi yang ada
dalam masyarakat seperti ibu rumah tangga dan remaja putri yang tidak
mempunyai pekerjaan tetap. Dalam penyelenggaraan pelatihan, BLKI mampu
menyelenggarakan pelatihan secara baik, efektif dan efisien sesuai dengan tujuan.
b. Instruktur
Instruktur
sebagai pelatih, penyuluh, pendidik, dan pedamping sangat
berkompeten, namun dalam penyusunan desain proses pembelajaran yang
melibatkan
berbagai pendekatan/metoda
pembelajaran memerlukan
145
instruktur sebagai tenaga fungsional di BLKI sangat mendukung dalam
keberhasilan proses pembelajaran.
c. Peserta Pelatihan
Peserta Pelatihan yang diambil dari para ibu rumah tangga dan remaja
putri yang tidak mempunyai pekerjaan tetap diarahkan menjadi produktif. Para
ibu rumah tangga dan remaja putri yang memiliki karakter sebagai ibu dan remaja
dioptimalkan agar mereka mampu menguasi keterampilan yang lebih baik untuk
menopang hidupnya.
d. Pengelolaan Pelatihan
Pengelolaan
pelatihan
keterampilan
menjahit
dilakukan
dengan
memfungsikan
semua
fungsi
manajemen
mulai
dari
perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan penilaian.
e. Perencanaan
Perencanaan pelatihan yang disusun mampu meningkatkan efektifitas dan
efisiensi pelatihan. Pengaruh perencanaan yang baik juga berakibat pada
terselenggaranya pelaksanaan pelatihan dengan baik sehingga menimbulkan rasa
percaya diri, rasa memiliki, dan rasa tanggung jawab terhadap peserta pelatihan
sehingga mereka dapat mengikuti kegiatan pelatihan dengan baik. Keikutsertaan
instruktur pada tahap perencanaan diperlukan untuk kegiatan mengalokasikan
biaya, waktu, sarana, dan proses pembelajaran. Proses identifikasi kebutuhan,
rekrutmen peserta, sosialisasi program, penentuan tujuan, kurikulum dan silabi
146
/ Pengorganisasian
Pengorganisasian telah dilaksanakan dengan memadai, sebab telah
melibatkan unsur-unsur yang terkait yang dituangkan pada struktur organisasi
serta tata kerja yang menunjukkan adanya mekanisme kerja yang jelas sebagai
pedoman bagi para pemeran dalam kegiatan pelatihan. Penentuan personel yang
terlibat sangat tepat dan penentuan banyaknya pengelola sangat efisien.
g. Pelaksanaan
Suasana kondusif dan antusiasme warga belajar dalam mengikuti pelatihan
keterampilan menjahit semua mata pelajaran baik teori maupun praktek timbul
dengan sendirinya karena penyelenggara terutama instrakturnya memiliki
keahlian, tingkat kehadiran dan rasa empati yang tinggi sebagai intraktur dan
dapat memberikan motivasi terhadap peserta pelatihan. Antusiasme peserta
pelatihan dalam mengikuti proses belajar mengajar berkenaan dengan mata
pelajatan teori yang dapat meningkatkan wawasannya sangat optimal, karena
didukung oleh proses pembelajaran yang baik
Penggunaan metode pembelajaran, sarana, media pembelajaran dan
peralatan serta
bahan pelatihan yang
modern
mampu membantu peserta
pelatihan untuk lebih cepat menguasai pengetahuan dan keterampilan tentang
menjahit.
h. Penilaian
147
kegiatan tanya jawab, observasi dan pemberian soal - soal. Penilaian
pembelajaran praktek dilakukan dengan melihat langsung ketika peserta pelatihan
mengerjakan soal praktek. Dengan demikian penilaian proses penyelenggaraan
pelatihan dilakukan secara menyeluruh dengan menampung berbagai masukan
dari penyelenggara, pengelola, instruktur dan peserta pelatihan. Hasil evaluasi
merapakanmasukan bagi pengembangan program.
;'. Pengaruh Pelatihan
Pelatihan keterampilan menjahit memberikan pengaruh yang baik bagi
peserta pelatihan. Wujud
pengaruh ini yaitu adanya perabahan perilaku,
meningkatnya pengetahuan dan keterampilan peserta pelatihan dalam hal menjahit
namun belum secara optimal dapat meningkatkan penghasilan. Pengaruh lain
yaita
adanya perabahan
yang
dapat
dirasakan
oleh masyarakat yaita
meningkatnya partisipasi dalam kehidupan sosial dan pembangunan, dan dapat
menularkan hasil pelatihan kepada orang lain.
B. Implikasi Hasil Penelitian
Dari temuan-temuan di atas dalam penelitian mendatang implikasi
terhadap pelaksanaan pelatihan baik terhadap penyelenggara, instruktur , peserta
pelatihan dan masyarakat dalam menunjang pembangunan masyarakat. Implikasi
hasil penehtian itu adalah sebagai berikut:a. Pengelolaan pelatihan keterampilan menjahit dengan prinsip kerjasama yang
baik antara berbagai komponen pelatihan keterampilan menjahit telah
kebersamaan dan keterbukaan dalam perencanaan, pengorganisasianf
pelaksanaan dan evaluasi dapat menimbulkan efektifitas dan efisiensi.
b.Perencanaan pelatihan yang didalamnya mencakup perumusan tajuan pelatihan,
kurikulum,
silabi, instruktur, , penggunaan metode mengajar peralatan dan
media pembelajaran
didasari oleh keyakinan bahwa semua proses
pembelajaran bergantang pada pengalaman dan rekraitmen instruktur dengan
peran sebagai agen kerjasama tanpa menunjukkan kekuasaan dalam pelatihan
telah menciptakan interaksi edukatif untuk belajar. Kurikulum haras dirancang
dengan menggunakan pengalaman yang telah di uji namun dapat diubah kalau
diperlukan. Metode yang digunakan adalah
learning by doing
atau berbagai
metode klasikal, individual, kelompok dengan tehnik pembelajaran yangbervariasi seperti seperti curah pendapat
(brain storming),
diskusi, resitasi,
permainan, atau demontrasi.
c. Pengorganisasian pelatihan keterampilan menjahit
efisien
sehingga tidak
banyak membutuhkan tenaga. Sistem dan mekanisme pengelolaan pelatihan
pada BLKI sudah diatur sedemikian rapa dengan kebijakan dari BLKI, namun perlu pemeratan personaluntuk pelatihanyang dimasadatang.149
e. Penilaian telah dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan baik saat proses
pelatihan maupun menjelang akhir pelatihan dengan sasaran penilaian adalah
keselurah fungsi manajemen baik kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
kegiatan pelaksanaan, dan kegiatan evaluasi. Implikasi berkenaan dengan
pengembangan pelatihan keterampilan yang dilaksanakan didasari oleh
kebutuhan masyarakat dan serta didasarkan atas pengalaman langsung yang
dilaksanakan.
f. Berkenaan dengan pengaruh pelatihan temyata membawa implikasi berkenaan
dengan upaya tindak lanjut. Tindak lanjut semestinya tidak terputas setelah
selesai pelatihan, karena tindak lanjut
berfungsi untuk memfasilitasi,
memotivasi, dan perlu dilaksanakan sebagai pengembang untuk memperoleh
akses pelayanan lebih lanjut dan akses pemodalan untuk mencukupi kebutuhan
hidup peserta didik sebagai dampak positifdaripelatihan.
C. Rekomendasi
Dari kesimpulan yang telah penulis sampaikan di atas, maka dibawah ini
penulis akan memberikan rekomendasi sebagai bahan masukan dan pertimbangan
bagi pengelola pelatihan. Adapun rekomendasi yang dapat penulis sampaikan
sebagai berikut:
150
b. Partisipasi para instruktur dan peserta pelatihan dalam
kegiatan
pembelajaran teori atau praktek yang diselenggarakan di kelas masih
rendah perlu ditingkatkan, kendala utamanya adalah tingkat kehadiran
para ibu yang sudah berkeluarga
masih rendah. Padahal
bertambahnya wawasan pengetahuan dan keterampilan
diperlukan
sebagai sarana peningkatan keterampilan mejahit.
Untuk itu
direkomendasikan kepada peserta pelatihan agar dapat meningkatkan
dan mengintegrasikan mata pelajaran teori dengan pelajaran praktek.
Disarankan agar proses pembelajaran di kelas agar dilakukan dengan
teknik pembelajaran yang beragam dan bervariasi
agar tidak
membosankan.
c. Untak merangsang agar peserta
pelatihan dapat mengembangkan
usaha diperlukan akses modal dan peningkatan kemampuan menjalin
kemitraan,
diperlukan upaya pendampingan dari berbagai pihak yang
terlibat dalam penyelenggaraan pelatihan terutama LSM Wanita Islam,
dan pemerintah Kabupaten.
151
DAFTAR PUSTAKA
Abdulhak, I. (1995).
Media Pendidikan ( Suatu
Pengantar),
Bandung:
Pusat Pelayanan dan Pengembangan Media Pendidikan IKIP
Bandung.
(2000).
Metodologi Pembelajaran Orang Dewasa,
Bandung :
Andira.
Arikunto, S. (1988).
Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,
Jakarta : Bina Aksara.
(1988).
Penilaian Program
Pendidikan,
Jakarta: Depdikbud
Blaine, R. dan James, R. (1987).
Educational Evaluation,
New York : long
man.
Bramley, P. (1996/
Evaluating Training Effectiveness,
London : MC. Graw Hill.
Cardoso, F. (1995).
Manajemen Sumber Daya Manusia,
Yogyakarta : Andi ofset.
Davis, K. (1996).
Teuman Resourch Manajement and personal,
America : MC.
Graw Hill Inc.
Eitington, E. (1984).
The Winning Trainer,
Texas : GUIF Publishing Company.
Faisal, S. (1982).
Metodologi Penelitian Pendidikan,
Surabaya : Usaha Nasional.
Hamalik, O. (2000).
Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan,
Jakarta : Bumi
Aksara.
Kenna, MCE.
(2000).The Essense Of Manajement Sumber Daya Manusia,
Yogyakarta: Andi ofset.Knowles, M.S. (1990). The Adult Leaner.Aneglected Species, Houston: Galf
Company.
Mayo, D. (1987).
The Complete Book Of Training,
California : University
Associates. Inc.
Prabu, A. (2000).
Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,
Bandung :
Rosda.
\/
Pretty, N. (1995).
Paticipatory Learning and Action,
London:
IIE D.
PPRI. ( 2000 ).
Peraturan Pemerintah Tentang Pegawai Negeri Sipil,
Bandung :
Citra Umbara.
Sudjana, D. (2001).
Metode dan teknik pembelajaranPartisipatif,
Bandu'
^
_,.. -,
Production.
Vi *V^***^ •*•
-(2000). Manajemen Program Pendidikan, Bandung : Falaf
Production.
Sudjana, N. Rifai, A.( 2001). Media Pengajaran, Bandung: Sinar Baru
Aigensindo.
Sudjana, N. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung : Sinar
Baru.
Sumantri, S. (2001). Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia,