• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL KONSEPTUAL RUMAH BELAJAR LINGKUNGAN HIDUP (ECO LEARNING CAMP) SEBAGAI MODEL PENDIDIKAN NILAI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL KONSEPTUAL RUMAH BELAJAR LINGKUNGAN HIDUP (ECO LEARNING CAMP) SEBAGAI MODEL PENDIDIKAN NILAI."

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODEL KONSEPTUAL RUMAH BELAJAR LINGKUNGAN HIDUP

(ECO LEARNING CAMP)

SEBAGAI MODEL PENDIDIKAN NILAI

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Doktor Pendidikan

Program Studi Pendidikan Umum

Oleh

SUTRISNA WIDJAJA 0706341

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN UMUM SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

Sutrisna Widjaja. Pengembangan Model Konseptual Rumah Belajar Lingkungan Hidup (Eco Learning Camp) sebagai Model Pendidikan Nilai. Dibawah bimbingan Prof. A. Chaedar Alwasilah, M.A., Ph.D., Prof. Dr. Idrus Affandi, S.H., dan Prof. Dr. Dasim Budimansyah, M.Si.

Penelitian ini dilatarbelakangi keprihatinan akan krisis lingkungan hidup dan krisis nilai, keprihatinan akan terpisahnya pendidikan lingkungan hidup dengan pendidikan nilai, pentingnya rumah belajar di masa depan, dan pengalaman empiris mengembangkan Spirit Camp sebagai rumah belajar lingkungan hidup. Saat ini tidak ada model pendidikan lingkungan hidup yang dikembangkan sebagai model pendidikan nilai untuk sekaligus menanggapi krisis lingkungan hidup dan krisis nilai.

Rumusan masalah umum yang diteliti adalah “Model konseptual rumah belajar lingkungan hidup apakah sebagai sebagai model pendidikan nilai yang sekaligus dapat ikut serta menanggapi krisis lingkungan hidup dan krisis nilai?”

Dalam kajian pustaka diteliti pemahaman krisis lingkungan hidup dan krisis nilai, pemahaman pendidikan lingkungan hidup dan pendidikan nilai, pemahaman rumah belajar di masa depan, dan kerangka pemikiran berbagai model pendidikan lingkungan hidup, pendidikan nilai, dan rumah belajar.

Lokasi penelitian adalah Spirit Camp di Bandung. Metode Penelitian yang dipakai adalah metode grounded research yang bersifat kualitatif, induktif, deskriptif, interpretatif, partisipatif, dan futuristik. Validitas penelitian ini diuji dengan metode triangulasi yaitu dengan mengumpulkan berbagai informasi dan analisis dengan menggunakan berbagai metode, dari kajian pustaka, Focus Group Discussion, wawancara tertulis, dan komentar ahli.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa rumah belajar lingkungan hidup sebagai suatu model pendidikan nilai dapat ikut serta menanggapi krisis lingkungan hidup dan krisis nilai. Komponen-komponen model konseptual rumah belajar lingkungan hidup terdiri dari komponen kegiatan (materi, metode, dan konteks pembelajaran) dan komponen tujuan. Materi rumah belajar lingkungan hidup adalah lingkungan hidup dalam dimensi alam, sosial-budaya, dan sains-teknologi. Metode pembelajaran adalah bermain kelompok dan berefleksi bersama. Konteks pembelajaran adalah alam terbuka. Tujuan rumah belajar lingkungan hidup adalah manusia bernilai (baik, sempurna, utuh, dan penuh), masyarakat bernilai (green families, green schools, green society), dan lingkungan bernilai (lestari dan utuh). Dengan istilah lain, tujuannya adalah keutuhan ciptaan (integrity of creation). Komponen pengaruhnya keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah.

Rekomendasi dari penelitian ini ditujukan untuk penelitian selanjutnya, keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah untuk mendukung efektifitas rumah belajar lingkungan hidup sebagai model pendidikan nilai yang sekaligus dapat ikut serta menanggapi krisis lingkungan hidup dan krisis nilai.

(5)

ABSTRACT

Sutrisna Widjaja. Pengembangan Model Konseptual Rumah Belajar Lingkungan Hidup (Eco Learning Camp) sebagai Model Pendidikan Nilai. Under the supervision of Prof. Dr. A. Chaedar Alwasilah, M.A.,Ph.D., Prof. Dr. Idrus Affandi, S.H., and Prof. Dr. Dasim Budimansyah, M.Si.

The background of this research is the concern for environmental and value crisis, the concern of the separation of environmental and values education, the importance of learning camps in the future, and an empirical experience of developing Spirit Camp as an eco learning camp. At present no model of environmental education which is being developed as a model of values education which can address at the same time the environmental and value crisis.

The focus of the research is “What is the conceptual model of eco learning camp as a model of values education which can address at the same time the environmental and value crisis?”

In review of the literature, the research is focusing to understand the understanding of environmental crisis and value crisis, values, the understanding of models of environmental education and values education, the understanding of learning camp in the future, and the theoritical framework of models of environmental education, values education, and learning camp.

The location of this research is Spirit Camp in Bandung. The method of this research is grounded research, which is qualitative, inductive, descriptive, interpretative, partisipative, dan futuristic. The validity of this research is being tested with triangulation method, which is by collecting information, data, and analyse them with different methods, from the review of literature, Focus Group Discussion, written interview, and comments from experts.

The result of this research shows that eco learning camp as a model of values education can be developed to address at the same time the environmental and value crisis. The components of the conceptual model of eco learning camp are activity component (material, method, and context) and goal component. Material of eco learning camp are environment with its dimensions (nature, socio-cultural, and science-technology). The method is group playing and group reflection which include cognitif, afective, and psychomotor domains. The context is an open environment. The goal of eco learning camp are valuable human (good, perfect, integrated, full), valuable society (green families, green schools, green society), and valuable environment (sustainable, integrated). In a different terminology, the goal is the integrity of creation. The influence components are family, school, society, and government.

The recommendations of this research are for future research, families, society, and the government to support the efectiveness of eco learning camp as a model of values education which can address at the same time the environmental dan value crisis.

(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN... iv

KATA PENGANTAR... v

UCAPAN TERIMA KASIH... vi

ABSTRAK... ix

ABSTRACT... x

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Fokus Kajian... 8

C. Tujuan Penelitian... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Struktur Organisasi Disertasi... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 14

A. Pemahaman Krisis Lingkungan Hidup dan Krisis Nilai... 15

1. Definisi Lingkungan Hidup dan Istilah Lain... 15

2. Definisi Nilai dan Istilah Lain... 24

3. Munculnya Kesadaran akan Krisis Lingkungan Hidup... 30

4. Munculnya Kesadaran akan Krisis Nilai... 36

B. Pemahaman Pendidikan Lingkungan Hidup dan Pendidikan Nilai... 41

1. Berbagai Pemahaman Pendidikan Lingkungan Hidup... 41

2. Berbagai Model Pendidikan Lingkungan Hidup... 43

a. Program Adiwiyata Kementrian Negara Lingkungan Hidup... 43

b. Pendidikan Lingkungan Hidup di Jawa Barat... 45

c. Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) di Indonesia... 46

d. Pendidikan Lingkungan Hidup di Singapura... 49

e. The Climate Reality Project dan Inconvenient Youth... 52

f. Pendidikan Lingkungan Hidup di India... 56

g. The Green Wave... 60

h. Berbagai Konsep Green School dan Green Campus... 60

i. Eco Camp Georgia Nature Center ... 64

j. Berbagai Model Eco Park di Indonesia... 64

3. Berbagai Pemahaman Pendidikan Nilai... 66

4. Berbagai Model Pendidikan Nilai... 72

a. Living Values Educational Program (LVEP)... 72

b. Sathya Sai Education in Human Values (SSEHV)... 77

(7)

d. Penn Resiliency Project (PRP)... 84

e. Pendidikan Karakter Thomas Lickona... 85

f. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)... 87

g. Peace Generation... 92

h. Pendidikan Karakter Yayasan Jati Diri Bangsa... 96

i. Pendidikan Berbasis Karakter di Cina... 100

j. Lima Pendekatan Nilai D.P. Superka... 102

k. Model Pendidikan Nilai di Australia... 104

l. Outward Bound... 104

m. Character First... 108

n. Lions Quest... 111

C. Pemahaman Pentingnya Rumah Belajar di Masa Depan ... 118

1. Masa Depan Pendidikan ... 118

2. Berbagai Model Rumah Belajar... 126

a. Taman Pintar Yogyakarta... 126

b. Rumah Pintar Putro Paduko Berhalo Jambi... 128

c. Teater Tanah Air Jakarta... 129

d. Saung Angklung Udjo di Bandung... 130

e. Rumah Perubahan Rhenald Kasali... 131

f. TED (Technology, Entertainment, Design)... 133

g. Kandangk Jurank Doank... 134

h. Sekolah Hikmah Teladan... 134

i. Rumah Belajar Semi Palar... 136

j. Qaryah Thayyibah... 138

k. Kampoeng Djamoe Organik Martha Tilaar... 139

D. Rangkuman... ... 141

E. Kerangka Pemikiran... 143

1. Kerangka Pemikiran Berbagai Model Pendidikan Lingkungan Hidup 144 2. Kerangka Pemikiran Berbagai Model Pendidikan Nilai... 149

3. Kerangka Pemikiran Berbagai Model Rumah Belajar... 153

4. Posisi Teoretis Peneliti... 158

BAB III METODE PENELITIAN... 162

A. Lokasi Penelitian... 162

B. Desain dan Metode Penelitian... 163

C. Sifat Penelitian ... 167

F. Penjelasan Istilah... 168

G. Validitas Penelitian... 168

H. Teknik Pengumpulan Data... 169

I. Tahap-Tahap Analisis Data... 171

(8)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN... 174

A. Hasil Penelitian... 175

1. Sintesis Pemahaman Krisis Lingkungan Hidup dengan Krisis Nilai... 175

2. Sintesis Berbagai Model Pendidikan Lingkungan Hidup dan Pendidikan Nilai ... 179

3. Sintesis Berbagai Model Rumah Belajar di Masa Depan ... 184

4. Perkembangan Spirit Camp sebagai Rumah Belajar Lingkungan Hidup... 186

a. Sejarah dan Maksud Berdirinya... 186

b. Berbagai Program... 194

c. Dinamika Pengembangan... 200

d. Perkembangan Terakhir... 206

e. Perkembangan Model Konspetual Eco Learning Camp... 218

B. Pembahasan Penelitian... 225

1. Analisis Hubungan Krisis Lingkungan Hidup dengan Krisis Nilai .... 225

2. Analisis Hubungan Pendidikan Lingkungan Hidup dengan Pendidikan Nilai ... 242

3. Analisis Pentingnya Rumah Belajar di Masa Depan... 256

4. Analisis Perkembangan Spirit Camp sebagai Rumah Belajar Lingkungan Hidup... 260

5. Upaya Merumuskan Model Konseptual Rumah Belajar Lingkungan Hidup sebagai Model Pendidikan Nilai ... 268

6. Komponen-Komponen Model Konseptual Rumah Belajar Lingkungan Hidup ... 271

a. Komponen Kegiatan... 272

1. Materi Kegiatan ... 273

2. Metode Kegiatan ... 274

3. Konteks Kegiatan... 277

b. Komponen Tujuan ... 279

c. Komponen Pengaruh ... 282

1. Keluarga ... 282

2. Sekolah ... 282

3. Masyarakat ... 283

4. Pemerintah ... 284

d. Hubungan Antar Komponen... 284

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... 286

A. Kesimpulan... 286

1. Hubungan Krisis Lingkungan Hidup dengan Krisis Nilai ... 286

2. Hubungan Pendidikan Lingkungan Hidup dengan Pendidikan Nilai.. 287

3. Pentingnya Rumah Belajar di Masa Depan ... 288

(9)

5. Model Konseptual Rumah Belajar Lingkungan Hidup sebagai Model Pendidikan Nilai Beserta Komponen-Komponennya yang Sekaligus Dapat Ikut Serta Menanggapi Krisis Lingkungan Hidup

dan Krisis Nilai ... 290

B. Rekomendasi... 291

1. Untuk Penelitian Selanjutnya ... 291

2. Untuk Keluarga... 293

3. Untuk Sekolah ... 294

4. Untuk Masyarakat ... 295

5. Untuk Pemerintah ... 296

DAFTAR PUSTAKA... 299

RIWAYAT HIDUP... 309

(10)

DAFTAR TABEL Tabel

1.1. Matriks Pemikiran Disertasi... 13

2.1. Komponen Berbagai Model Pendidikan Lingkungan Hidup... 146

2.2. Komponen Berbagai Model Pendidikan Nilai... 150

2.3. Komponen Berbagai Model Rumah Belajar... 155

4.1. Sintesis Pemahaman Krisis Lingkungan Hidup dan Krisis Nilai.. 177

[image:10.595.113.512.131.636.2]
(11)
[image:11.595.114.510.130.639.2]

DAFTAR GAMBAR Gambar

2.1. Model Konseptual LVEP... 76

2.2. Model Pembelajaran Human Values Integrated Instructional Model... 80

2.3. Hubungan Dunia Luar, Masyarakat, Sekolah, dan Ruang kelas dalam Model Pembelajaran Human Values Integrated Instructional Model... 82

2.4. Model Pembelajaran PPR... 91

2.5. Model Pembelajaran Outward Bound... 106

2.6. Model Konseptual Skills for Adolescence... 116

2.7. Kerangka Pemikiran Model-Model Pendidikan... 144

2.8. Kerangka Pemikiran Model-Model Pendidikan Lingkungan Hidup... 148 2.9. Kerangka Pemikiran Model-Model Pendidikan Nilai... 152

2.10. Kerangka Pemikiran Model-Model Rumah Belajar... 157

3.1. Desain Penelitian Rumah Belajar Lingkungan Hidup... 166

4.1. Model Konseptual Awal Spirit Camp... 221

4.2. Model Konseptual Lanjutan Spirit Camp... 222

4.3. The Three Pillars of Sustainable Development... 232

4.4. Model Sustainable Development... 232

4.5 Hubungan Krisis Lingkungan Hidup dengan Krisis Nilai... 241

4.6. Hubungan Pendidikan Lingkungan Hidup dengan Pendidikan Nilai ... 255

(12)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran

1 Wawancara Soedarsono 23 Oktober 2011 ... 311

2 Laporan Focus Group Discussion (FGD) 9 November 2011... 315

3 Pesan E-mail Pradipto 9 Juni 2012... 344

4 Pesan E-mail Niode 11 Juni 2012... 346

5 Wawancara Wijiasih 17 Juni 2012 ... 350

6 Pesan E-mail Waruwu 22 Juni 2012 ... 352

7 Pesan E-mail Salim 30 Juni 2012 ... 356

8 Wawancara Salim 1 Juli 2012 ... 362

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Penelitian ini dilatarbelakangi empat alasan, yaitu keprihatinan akan krisis lingkungan hidup dan krisis nilai, keprihatinan akan terpisahnya pendidikan lingkungan hidup dan pendidikan nilai, munculnya rumah belajar di masa depan, dan pengalaman empiris mengembangkan Spirit Camp di Bandung sebagai rumah belajar lingkungan hidup (eco learning camp) sejak 2002.

Krisis lingkungan hidup sudah sedemikian parah sampai-sampai ada yang mengatakan bahwa saat ini adalah “kesempatan terakhir” untuk berbuat sesuatu atau kita akan gagal menyelamatkan bumi kita.

Peneliti mengikuti pelatihan tentang masalah lingkungan hidup yang diadakan The Climate Reality Project pimpinan mantan Wakil Presiden Amerika Serikat Al

(14)

lebih banyak harapan. Indonesia misalnya berjanji akan mengurangi emisi karbon sampai 26 % meskipun tanpa bantuan negara lain. Makin banyak negara bergerak melakukan sesuatu tanpa menunggu negara-negara lain. Istilah “kesempatan terakhir” banyak digunakan mereka yang peduli dengan pemanasan global dan

perubahan iklim, antara lain Schweiger yang menulis buku Last Chance: Preserving Life on Earth (2009).

Guciano dalam artikelnya “Bangsa Tanpa Visi Ekologi” (Kompas, 3 Februari 2012), dengan merujuk pada buku Diamond yang berjudul Collapse: How Societies Choose to Fail or Succeed (2005), menunjuk Indonesia, Nepal, dan

Kolombia sebagai peradaban yang diancam bahaya keruntuhan karena krisis ekologi. Badan Nasional Penanggulangan Bencana Alam (BNPBA) selama dua tahun terakhir (2010-2011) mencatat 3.830 bencana alam yang melanda Indonesia dengan jumlah korban meninggal 2.973 orang dan 112.664 rumah rusak.

Mengutip Diamond, Guciano mengatakan kekeliruan mengambil keputusan untuk

menyelamatkan Indonesia akan mempercepat kepunahan bangsa kita.

(15)

Bagi seluruh bangsa di dunia, krisis nilai terbukti masih terjadi ketika masih ada pembantaian massal suku tertentu, peperangan, kemiskinan yang berdampingan dengan kemewahan, dan makin berkurangnya figur pemimpin-pemimpin dunia yang dihargai keteladanan dan nilai-nilainya.

Krisis lingkungan hidup dan krisis nilai nampaknya berhubungan sangat erat ketika kita mengamati berbagai bencana dan kerusakan lingkungan akibat ulah manusia, termasuk penebangan hutan tanpa penanaman kembali, penambangan dan limbahnya yang merusak alam, penangkapan ikan secara berlebihan, perusakan terumbu karang dan hutan bakau, dan berbagai perilaku negatif lainnya yang merusak hubungan manusia dengan alam dan sesama manusia.

Untuk menanggapi krisis lingkungan hidup dan krisis nilai tersebut, berbagai upaya telah dicanangkan dan dilaksanakan, antara lain melalui pendidikan lingkungan hidup dan pendidikan nilai. Keprihatinan yang menjadi latar belakang penelitian ini adalah terpisahnya pendidikan lingkungan hidup dengan pendidikan nilai. Tidak ada model pendidikan lingkungan hidup yang juga merupakan model pendidikan nilai yang sekaligus dapat ikut serta menanggapi krisis lingkungan hidup dan krisis nilai.

(16)

Indonesia juga sudah ada beberapa Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup, antara lain di Seloliman (Jawa Timur) dan di Putondo (Sulawesi Selatan). Di lingkungan perguruan tinggi, Institut Pertanian Bogor bahkan sudah mendirikan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup sejak tahun 1976 dan merupakan pusat penelitian lingkungan hidup yang tertua di kalangan perguruan tinggi. Materi Pendidikan Lingkungan Hidup adalah bagian dari muatan kurikulum pendidikan nasional. Pemerintah Jawa Barat bahkan mewajibkan Pendidikan Lingkungan Hidup sebagai muatan lokal kurikulum dari tingkat TK sampai SLTA.

Selain itu, berbagai sekolah berusaha untuk menjadi “sekolah hijau” (green school). Pemerintah Indonesia melalui Program Adiwiyata yang digagas

Kementrian Negara Lingkungan Hidup berharap semakin banyak sekolah di Indonesia menjadi sekolah hijau. Di Amerika Serikat ada The Green School Initiatives, National Green School Coalition, dan National Green School

Association yang mendorong sekolah-sekolah untuk menjadi sekolah hijau dengan

berbagai kriteria sekolah hijau.

(17)

Selain melalui pengembangan kurikulum dan sekolah hijau, peneliti juga menemukan ada berbagai model pendidikan lingkungan hidup yang dikembangkan oleh masyarakat dan pemerintah berupa lembaga pendidikan nonformal untuk pendidikan lingkungan hidup.

Sudah ada “eco camp”. World Wildlife Fund (WWF) mengadakan program eco camp secara teratur berupa program liburan anak dengan memanfaatkan alam

dan lingkungan. Ada beberapa tempat yang menawarkan pengalaman menginap di alam dan berbagai kegiatan yang memanfaatkan lingkungan alam seperti The Hills of Headwaters di Shelburne, Amerika Serikat, Mida Eco Camp di Kenya,

Orinoco Eco Camp di Regenwald, Jerman, dan Eco Camp Georgia Nature

Center di Georgia, Amerika Serikat.

Dalam konteks eduwisata di Indonesia beberapa tahun terakhir ini muncul berbagai Eco Park, antara lain di Ancol, Sentul, dan Cibinong. Ocean Eco Park Ancol menyediakan program keanekaragaman hayati. Eco Park Sentul City

menawarkan program pendidikan energi terbarukan. Eco Park Cibinong Science Center merupakan pengembangan Kebun Raya Bogor sehingga mengutamakan

penyediaan berbagai koleksi tanaman di Indonesia.

Di Singapura, pemerintah dan masyarakat Singapura juga menyediakan berbagai taman dan hutan yang dimanfaatkan untuk wisata dan edukasi. Antara lain Singapore Botanic Garden, Pulau Ubin, Tree Top Walk, Cicada Tree Eco-Place, dan Gardens by the Bay yang menyediakan fasilitas dan berbagai program

(18)

Untuk sementara dapat disimpulkan bahwa sudah ada berbagai model pendidikan lingkungan hidup yang dilakukan untuk menanggapi krisis lingkungan hidup.

Sementara itu, untuk menanggapi krisis nilai, salah satu jalan keluar yang dipilih adalah pendidikan nilai atau pendidikan karakter. Soedarsono misalnya selama lebih dari 40 tahun aktif dalam upaya pendidikan karakter lewat Yayasan Jati Diri Bangsa. Soedarsono bisa disebut sebagai salah satu tokoh pendidikan karakter Indonesia yang terus-menerus menyerukan pentingnya pendidikan karakter bagi bangsa Indonesia.

Di Indonesia, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada hari Pendidikan Nasional 11 Mei 2010, antara lain karena dorongan terus-menerus Soedarsono, bahkan sudah mencanangkan pendidikan karakter sebagai hal penting pertama yang harus diupayakan bangsa Indonesia dalam bidang pendidikan (Kompas, 16 Oktober 2010, hlm. 16).

Berbagai model pendidikan nilai juga sudah dikembangkan oleh berbagai pihak di berbagai tempat, misalnya Living Values Educational Program (LVEP), Sathya Sai Education in Human Values (SSEHV), Paradigma Pedagogi Reflektif

(PPR), Peace Generation, Character First, Lions Quest, dan lain lain. Peneliti sendiri terlibat secara aktif dalam program Living Values Educational Program (LVEP) dan Lions Quest.

(19)

dan krisis nilai sudah muncul di mana-mana dari berbagai kalangan dalam berbagai model yang dilengkapi berbagai materi dan metode. Sementara itu, sampai saat ini tidak ada model pendidikan lingkungan hidup yang dikembangkan sebagai model pendidikan nilai untuk sekaligus dapat ikut serta menanggapi krisis lingkungan hidup dan krisis nilai.

Penelitian ini juga didorong oleh pentingnya rumah belajar di masa depan. Thomas Frey, seorang futurist dari The DaVinci Institute, dalam artikelnya yang berjudul The Future of Education (2007) menggambarkan bahwa di masa ini dan lebih-lebih di masa depan akan semakin muncul model pendidikan yang disebut “learning camp” atau “rumah belajar” (Frey, 2007:12). Istilah “rumah belajar” misalnya sudah dipakai oleh salah satu sekolah di Bandung yang diberi nama Rumah Belajar Semi Palar. Istilah “rumah belajar” juga dipakai dalam website Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan untuk portal yang berisi bahan pembelajaran interaktif, rencana pelaksanaan pembelajaran, bank soal, katalog media, dan aktivitas belajar yang tersedia dari tingkat SD hingga SMA.

Penelitian ini juga dilatarbelakangi oleh suatu pengalaman empiris mengembangkan Spirit Camp sebagai rumah belajar lingkungan hidup (eco learning camp) sejak 2002.

(20)

Camp sebagai rumah belajar lingkungan hidup (eco learning camp) dapat dianalisis, dipertanggungjawabkan, dan dirumuskan secara akademis?”

Peneliti bukan ahli lingkungan hidup, melainkan berasal dari disiplin ilmu pendidikan nilai. Maka tujuan penelitian ini pertama-tama adalah untuk mengembangkan ilmu pendidikan nilai. Peneliti mencari jalan bagaimana merumuskan suatu model konseptual rumah belajar lingkungan hidup (eco learning camp) sebagai model pendidikan nilai yang sekaligus dapat ikut serta

menanggapi krisis lingkungan hidup dan krisis nilai. Analisis penelitian ini adalah analisis konseptual. Peneliti tidak melakukan analisis mengenai efektifitas rumah belajar lingkungan hidup (eco learning camp) sebagai model pendidikan nilai untuk sekaligus menanggapi krisis lingkungan hidup dan krisis nilai. Itulah posisi teoretis dan tujuan peneliti sesuai bidang ilmu pendidikan nilai yang peneliti pelajari.

B. Fokus Kajian

Fokus kajian yang diteliti dalam penelitian ini adalah hubungan krisis lingkungan hidup dengan krisis nilai, hubungan pendidikan lingkungan hidup dengan pendidikan nilai, rumah belajar di masa depan, dan perkembangan Spirit Camp sebagai rumah belajar lingkungan hidup (eco learning camp).

(21)

merupakan bagian dari pendidikan nilai atau sebaliknya? Apa hubungan antara pendidikan lingkungan hidup dengan pendidikan nilai? Apa saja model pendidikan lingkungan hidup dan model pendidikan nilai yang ada saat ini? Model pendidikan mana yang lebih luas dan menjadi dasar model pendidikan lainnya? Apa itu rumah belajar di masa depan? Apa saja model rumah belajar yang sudah ada saat ini? Bagaimana perkembangan Spirit Camp sebagai rumah belajar lingkungan hidup (eco learning camp)?

Fokus kajian penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana hubungan krisis lingkungan hidup dengan krisis nilai?

2. Bagaimana hubungan pendidikan lingkungan hidup dengan pendidikan nilai? 3. Apa pentingnya rumah belajar di masa depan?

4. Bagaimana perkembangan Spirit Camp sebagai rumah belajar lingkungan hidup (eco learning camp)?

5. Model konseptual rumah belajar lingkungan hidup (eco learning camp) apakah sebagai model pendidikan nilai yang sekaligus dapat ikut serta menanggapi krisis lingkungan hidup dan krisis nilai?

C. Tujuan Penelitian

(22)

krisis lingkungan hidup dan krisis nilai. Tujuan penelitian ini pertama-tama adalah untuk mengembangkan ilmu pendidikan nilai.

Bila diperinci, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengeksplorasi hubungan krisis lingkungan hidup dengan krisis nilai. 2. Mengeksplorasi hubungan pendidikan lingkungan hidup dengan pendidikan

nilai.

3. Mengeksplorasi pentingnya rumah belajar di masa depan.

4. Memahami perkembangan Spirit Camp sebagai rumah belajar lingkungan hidup (eco elarning camp).

5. Merumuskan model konseptual rumah belajar lingkungan hidup (eco learning camp) sebagai model pendidikan nilai beserta komponen-komponennya yang

sekaligus dapat ikut serta menanggapi krisis lingkungan hidup dan krisis nilai. D. Manfaat Penelitian

Penelitian untuk merumuskan model konseptual rumah belajar lingkungan hidup (eco learning camp) sebagai model pendidikan nilai yang sekaligus dapat ikut serta menanggapi krisis lingkungan hidup dan krisis nilai diyakini sebagai penelitian yang penting bagi bangsa Indonesia pada saat ini dan di masa depan mengingat berbagai krisis lingkungan hidup dan krisis nilai yang sudah sangat mengancam bangsa Indonesia, bahkan bangsa-bangsa di dunia.

Ketersediaan model konseptual rumah belajar lingkungan hidup (eco learning camp) ini bermanfaat untuk mendorong penelitian selanjutnya mengenai

(23)

berbagai komponen pengaruh, dan tujuan rumah belajar lingkungan hidup (eco learning camp) akan meningkatkan efektifitas rumah belajar lingkungan hidup

(eco learning camp) sebagai model pendidikan nilai.

Penelitian ini juga akan bermanfaat bagi keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah karena menunjukkan suatu alternatif solusi untuk sekaligus dapat ikut serta menanggapi krisis lingkungan hidup dan krisis nilai dan menunjukkan peran-peran penting keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah untuk meningkatkan efektifitas rumah belajar lingkungan hidup (eco learning camp) sebagai model pendidikan nilai.

E. Struktur Organisasi Disertasi

Penelitian ini dibagi menjadi lima bab sebagai berikut:

1. BAB I PENDAHULUAN berisi latar belakang penelitian, fokus kajian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi disertasi. Dengan pendahuluan ini, peneliti menyajikan alasan rasional dan esensial yang menjadi alasan mengadakan penelitian ini dan bagaimana posisi teoretis dan tujuan peneliti dalam penelitian ini.

(24)

3. BAB III METODE PENELITIAN berisi lokasi penelitian, desain dan metode penelitian, sifat penelitian, definisi operasional, validitas penelitian, teknik pengumpulan data, tahap-tahap analisis data, serta sifat dan keterbatasan penelitian. Dengan penjelasan metode penelitian ini peneliti mempertanggungjawabkan berbagai langkah-langkah penelitian yang digunakan peneliti selama penelitian berlangsung.

4. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN berisi hasil penelitian dan pembahasan penelitian. Hasil penelitian berisi sintesis pemahaman krisis lingkungan hidup dan krisis nilai, sintesis berbagai model pendidikan lingkungan hidup dan pendidikan nilai, sintesis berbagai model rumah belajar di masa depan, dan perkembangan Spirit Camp sebagai rumah belajar lingkungan hidup. Pembahasan penelitian mencakup analisis hubungan krisis lingkungan hidup dengan krisis nilai, analisis hubungan pendidikan lingkungan hidup dengan pendidikan nilai, analisis pentingnya rumah belajar di masa depan, analisis perkembangan Spirit Camp sebagai rumah belajar lingkungan hidup, dan upaya merumuskan model konseptual rumah belajar lingkungan hidup (eco learning camp) sebagai model pendidikan nilai beserta komponen-komponennya yang sekaligus dapat ikut serta menanggapi krisis lingkungan hidup dan krisis nilai.

(25)
[image:25.595.73.532.186.720.2]

Matriks pemikiran disertasi ini dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 1.1. Matriks Pemikiran Disertasi

BAB I PENDAHULUAN BAB II

KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Latar Belakang Fokus Kajian Tujuan Penelitian Hasil Penelitian Pembahasan Penelitian Kesimpulan

Keprihatinan akan Krisis Lingkungan Hidup dan Krisis Nilai

Bagaimana Hubungan Krisis Lingkungan Hidup dengan Krisis Nilai?

Mengeksplorasi Hubungan Krisis Lingkungan Hidup dengan Krisis Nilai

Pemahaman Krisis Ling-kungan Hidup dan Krisis Nilai

Kajian Pustaka Sintesis Pemahaman Krisis Lingkungan Hidup dan Krisis Nilai

Analisis Hubungan Krisis Lingkungan Hidup dengan Krisis Nilai

Hubungan Krisis Lingkungan Hidup dengan Krisis Nilai Keprihatinan akan Terpisahnya Pendidikan Lingkungan Hidup dengan Pendidikan Nilai Bagaimana Hubungan Pendidikan Lingkungan Hidup dengan Pendidikan Nilai? Mengeksplorasi Hubungan Pendidikan Lingkungan Hidup dengan Pendidikan Nilai Pemahaman Pendidikan Lingkungan Hidup dan Pendidikan Nilai

Kajian Pustaka Sintesis Berbagai Model Pendidikan Lingkungan Hidup dan Pendidikan Nilai

Analisis Hubungan Pendidikan Lingkungan Hidup dengan Pendidikan Nilai

Hubungan Pendidikan Lingkungan Hidup dengan Pendidikan Nilai

Pentingnya Rumah Belajar di Masa Depan

Apa Pentingnya Rumah Belajar di Masa Depan?

Mengeksplorasi Pentingnya Rumah Belajar di Masa Depan

Pemahaman Pentingnya Rumah Belajar di Masa Depan

Kajian Pustaka Sintesis Berbagai Model Rumah Belajar di Masa Depan

Analisis Pentingnya Rumah Belajar di Masa Depan

Pentingnya Rumah Belajar di Masa Depan

Pengalaman Empiris Mengembangkan Spirit Camp sebagai Rumah Belajar Ling-kungan Hidup

Bagaimana Perkembangan Spirit Camp sebagai Rumah Belajar Lingkungan Hidup?

Memahami Perkembangan Spirit Camp sebagai Rumah Belajar Lingkungan Hidup

Grounded Research Kajian Empiris

Perkembangan Spirit Camp sebagai Rumah Belajar Lingkungan Hidup

Analisis Perkembangan Spirit Camp sebagai Rumah Belajar Lingkungan Hidup

Perkembangan Spirit Camp sebagai Rumah Belajar Lingkungan Hidup Model Konseptual Rumah Belajar Lingkungan Hidup Apakah Sebagai Model Pendidikan Nilai yang Sekaligus Dapat Ikut Serta Menanggapi Krisis Lingkungan Hidup dan Krisis Nilai?

Merumuskan Model Konseptual Rumah Belajar Lingkungan Hidup Sebagai Model Pendidikan Nilai Beserta Komponen-Komponennya yang Sekaligus Dapat Ikut Serta Menanggapi Krisis Lingkungan Hidup dan Krisis Nilai Kerangka Pemikiran (Theoretical Framework) Berbagai Model Pendidikan Lingkungan Hidup, Pendidikan Nilai, dan Rumah Belajar Triangulasi Focus Group Discussion Wawancara Komentar Ahli

Upaya Merumuskan Model Konseptual Rumah Belajar Lingkungan Hidup Sebagai Model Pendidikan Nilai Beserta Komponen-Komponen-nya yang Sekaligus Dapat Ikut Serta Menanggapi Krisis Lingkungan Hidup dan Krisis Nilai

Model Konseptual Rumah Belajar Lingkungan Hidup Sebagai Model Pendidikan Nilai Beserta Komponen-Komponennya yang Sekaligus Dapat Ikut Serta Menanggapi Krisis Lingkungan Hidup dan Krisis Nilai

Manfaat Penelitian Komponen Pengaruh Rekomendasi

Penelitian Selanjutnya

Keluarga Keluarga Keluarga

Sekolah Sekolah Sekolah

Masyarakat Masyarakat Masyarakat

(26)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Data penelitian lapangan ini adalah pengalaman empiris mengembangkan Spirit Camp yang didirikan 2002 di Kompleks Perumahan Graha Puspa di Jalan Sersan Bajuri, Ledeng, Lembang, yang kemudian sejak 2009 pindah ke Kompleks Perumahan Kota Baru Parahyangan di Padalarang, Bandung, dan sejak Maret 2012 mulai dirintis di lokasi baru di Taman Hutan Raya Ir. H.Djuanda di Dago, Bandung. Dengan demikian, jangka waktu pengalaman yang diteliti dalam penelitian ini adalah sejak 2002 sampai saat ini atau sekitar 10 tahun.

Data lapangan dari Spirit Camp ini berupa pengalaman empiris di mana peneliti sendiri adalah bagian dari Spirit Camp. Pengalaman empiris dilengkapi dengan berbagai dokumen, observasi, wawancara, dan diskusi dengan semua pihak yang terlibat di Spirit Camp. Berbagai dokumen yang memperlihatkan kegiatan dan dinamika perkembangan Spirit Camp adalah berupa berbagai leaflet, brosur, film dokumentasi, foto, wawancara yang dimuat di koran, berita atau reportase wartawan di koran atau majalah, surat-surat, makalah, company profile, presentasi, dan komentar pengunjung di blog. Observasi, wawancara, dan diskusi di lingkungan Spirit Camp yang menjadi data lapangan tidak didokumentasikan secara khusus, melainkan diuraikan secara deskriptif oleh peneliti sendiri dalam uraian dan analisis mengenai Spirit Camp.

(27)

Camp tidak dikembangkan dengan suatu model yang sudah ditentukan dari awal. Model rumah belajar lingkungan hidup (eco learning camp) bukan model jadi yang kemudian diujicobakan di lapangan, melainkan tumbuh sedikit demi sedikit dan semakin dikembangkan menjadi model yang lebih lengkap lewat berbagai kegiatan dan perkembangan pemikiran yang terjadi di lingkungan Spirit Camp.

Peneliti berusaha memisahkan data dengan opini peneliti, meskipun peneliti sendiri terlibat secara aktif sebagai pelaku internal dan bukan hanya sebagai pengamat atau peneliti eksternal. Ketika data disampaikan dan disusun dalam bentuk konsep, peneliti mencoba merumuskan konsep-konsep sesuai data dan menghindari unsur minat pribadi yang lebih personal. Peneliti bukan pelaku tunggal di Spirit Camp. Ada banyak pelaku lain dengan berbagai latar belakang keilmuan yang mewarnai Spirit Camp sehingga model rumah belajar lingkungan hidup yang kemudian muncul bukan konsep pribadi peneliti melainkan model yang dihasilkan bersama banyak pelaku lain secara bersama-sama. Maka dalam penelitian ini sudah ada upaya meminimalisasi bias peneliti agar apa yang disajikan dalam bentuk hasil penelitian lebih obyektif sebagai data. Sementara itu, apa yang disajikan dalam bentuk pembahasan penelitian lebih merupakan opini pribadi peneliti dan menjadi tanggung jawab peneliti sendiri.

B. Desain dan Metode Penelitian

Desain dan metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah grounded research dengan cara mengumpulkan berbagai data dari pengalaman di

(28)

dirumuskan komponen-komponen konsep untuk membangun grounded theory berupa model pendidikan yang baru.

Grounded research dipilih karena paling cocok dengan penelitian kualitatif

yang bersumber dari fenomena atau data berupa pengalaman empiris. “Grounded research juga berangkat dari kasus yang unik, berskala mikro, berlatar alami,

dengan tujuan akhir untuk menghasilkan teori (generating theory)” (Rahardjo, 2011:1). Teori dikembangkan dari dasar, yakni “berdasarkan data lapangan lalu

mengental sebagai teori” (Alwasilah, 2008:44). “Dalam penelitian kualitatif tidak

ada teori a priori, melainkan teori yang dikembangkan secara induktif selama penelitian (atau beberapa kasus) berlangsung, dan melalui interaksi terus-menerus dengan data di lapangan.” (Alwasilah, 2008:119). Creswell merumuskan

demikian:

A grounded research theory design is a systematic, qualitative procedure used to generate a theory that explains, at a broad conceptual level, a process, an action, or an interaction about a substantive topic. In grounded theory research, this theory is a “process” theory-- it explains an educational process oof events, activities, actions, and interactions that occur over time. Also, grounded theorists proceed through systematic procedures of collecting data, identifying categories (used synonymously with themes), connecting these categories, and forming a theory that explains the process. (Creswell, 2008:432)

Grounded research tidak berangkat dari hipotesa atau grand theory. Tidak ada

(29)

comparison, which leads to the gradual development and refinement theory

grounded in the data.” (Tuettemann, 2003:11)

Grounded research berangkat dari kajian lapangan yang dikritisi dengan

bantuan kajian pustaka dan dilengkapi instrumen penelitian lainnya berupa Focus Group Discussion, wawancara tertulis, dan komentar ahli untuk menemukan

komponen-komponen model yang penting sesuai tujuan penelitian ini.

Penelitian ini diawali dengan kajian pustaka yang ditujukan untuk menemukan pemahaman krisis lingkungan hidup dan krisis nilai, pemahaman pendidikan lingkungan hidup dan pendidikan nilai, serta pemahaman pentingnya rumah belajar di amsa depan. Kajian pustaka diakhiri dengan kerangka pemikiran berbagai model pendidikan lingkungan hidup, model pendidikan nilai, dan model rumah belajar, serta posisi teoretis peneliti sendiri dalam penelitian ini.

Kajian pustaka tersebut dilengkapi dengan kajian lapangan atas dinamika pengembangan Spirit Camp di Bandung selama 10 tahun terakhir sebagai rumah belajar lingkungan hidup. Hasil penelitian adalah sintesis berbagai pemahaman krisis lingkungan hidup dan krisis nilai, sintesis berbagai model pendidikan lingkungan hidup dan pendidikan nilai, sintesis pentingnya rumah belajar di masa depan, dan perkembangan Spirit Camp sebagai rumah belajar lingkungan hidup.

(30)

pendidikan nilai beserta komponen-komponennya yang sekaligus dapat ikut serta menanggapi krisis lingkungan hidup dan krisis nilai.

Pembahasan penelitian ini ditriangulasi dengan hasil Focus Group Discussion, wawancara tertulis, dan komentar ahli. Yang menjadi tujuan penelitian ini adalah dirumuskannya model pendidikan yang baru yaitu model konseptual rumah belajar lingkungan hidup (eco learning camp) sebagai model pendidikan nilai beserta komponen-komponennya. Akhirnya disusun rekomendasi untuk penelitian selanjutnya, untuk keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah.

Desain penelitian ini bisa digambarkan sebagai berikut:

DESAIN PENELITIAN RUMAH BELAJAR LINGKUNGAN HIDUP

•Krisis Lingkungan Hidup dan Krisis Nilai

•Pendidikan Lingkungan Hidup dan Pendidikan Nilai

•Rumah Belajar KAJIAN

PUSTAKA

•Spirit Camp di Bandung sebagai Rumah Belajar Lingkungan Hidup KAJIAN

LAPANGAN

DATA PENELITIAN

Sutrisna Widjaja, UPI 0706341, 17Agustus 2012 TUJUAN PENELITIAN

HASIL PENELITIAN

Sintesis Pemahaman Krisis Lingkungan Hidup dan Krisis Nilai

Sintesis Berbagai Model Pendidikan Lingkungan Hidup dan Pendidikan Nilai

Sintesis Berbagau Model Rumah Belajar di Masa Depan

Perkembangan Spirit Camp sebagai Rumah Belajar Lingkungan Hidup

PEMBAHASAN PENELITIAN

Analisis Hubungan Krisis Lingkungan Hidup dengan Krisis Nilai

Analisis Hubungan Pendidikan Lingkungan Hidup dengan Pendidikan Nilai

Analisis Pentingnya Rumah Belajar di Masa Depan

Analisis Perkembangan Spirit Camp sebagai Rumah Belajar Lingkungan Hidup

Model Konseptual Rumah Belajar Lingkungan Hidup beserta Komponen-Komponennya

Focus Group Discussion

(31)

C. Sifat Penelitian

Metode penelitian ini adalah grounded research yang bersifat kualitatif. Penelitian ini bersifat kualitatif karena tidak menggunakan data-data kuantitatif. Sebagai penelitian kualitatif, penelitian ini bersifat deskriptif dan interpretatif. Deskriptif karena dilakukan dengan proses menjelaskan atau deksripsi atas data dari kajian pustaka maupun kajian lapangan yang diteliti. Interpretatif karena peneliti melakukan interpretasi kritis atas sejumlah data yang diteliti tersebut. Penelitian ini juga bersifat induktif karena dilakukan dengan mengumpulkan berbagai data terkait, mengajukan interpretasi kritis, mencari komponen-komponen penting, lalu membangun analisis berdasarkan komponen-komponen-komponen-komponen penting yang ditemukan untuk menuju perumusan suatu model konseptual.

Penelitian ini juga bersifat partisipatif karena peneliti sendiri secara aktif ikut berpartisipasi dalam merancang dan mengembangkan model rumah belajar lingkungan hidup tersebut dalam ujicoba lapangan secara kongkret yaitu dalam pengembangan Spirit Camp sejak 2002 sampai sekarang. Dalam pengalaman kongret di lapangan tersebut peneliti melakukan analisis dan merumuskan komponen-komponen yang penting.

(32)

D. Penjelasan Istilah

Penelitian ini mempunyai beberapa istilah yaitu model konseptual, rumah belajar (learning camp), lingkungan hidup, dan model pendidikan nilai. Berikut ini penjelasan istilah-istilah tersebut :

1. Model Konseptual adalah model yang berisi uraian dan analisis konseptual, yang mempunyai komponen-komponen, yang komponen-komponennya diuraikan, dianalisis, dan ditunjukkan hubungannya.

2. Rumah Belajar (Learning Camp) adalah suatu tempat yang sebagian besar di alam terbuka yang menyediakan berbagai aktivitas, khususnya aktivitas bermain, dan fasilitas yang memungkinkan terjadinya proses belajar khususnya dengan pengalaman empiris, yang dilengkapi dengan proses refleksi bersama.

3. Lingkungan Hidup adalah keseluruhan lingkungan tempat keberadaan manusia dan ciptaan lainnya, yang mencakup dimensi alam, dimensi sosial- budaya, serta dimensi sains-teknologi.

4. Model Pendidikan Nilai adalah suatu model yang berisi komponen-komponen pendidikan yang bila dilaksanakan akan memungkinkan terjadinya proses pendidikan nilai yang berbasis nilai-nilai kehidupan yang memungkinkan pengembangan manusia yang baik, sempurna, utuh, dan penuh.

E. Validitas Penelitian

(33)

Focus Group Discussion, wawancara tertulis, dan komentar ahli untuk

merumuskan komponen-komponen rumah belajar lingkungan hidup, mengeceknya kembali dalam pengalaman di lapangan, dan meminta konfirmasi para ahli.

Sebagai penelitian yang bersifat partisipatif, peneliti sendiri terjun dan aktif mengembangkan rumah belajar lingkungan hidup di Spirit Camp selama lebih dari 10 tahun sehingga memiliki kesempatan untuk menguji di lapangan dalam program-program kegiatan yang kongkret dan meminta masukan dari rekan-rekan lainnya di Spirit Camp yang bersama-sama dengan peneliti mengembangkan Spirit Camp sebagai rumah belajar lingkungan hidup. Misalnya saja 5-7 Juli 2012, Spirit Camp bersama dengan Kompas mengadakan acara Kompas Science Camp yang diikuti 308 anak usia 9-11 tahun dari berbagai sekolah dan kota. Acara ini sarat dengan kegiatan sains dan teknologi yang dikemas sebagai acara bermain dan dilengkapi dengan proses refleksi bersama. Acara ini merupakan acara rumah belajar lingkungan hidup dengan berbagai komponennya. Lewat acara semacam ini peneliti mendapat kesempatan untuk menguji kembali validitas model rumah belajar lingkungan hidup beserta komponen-komponennya.

F. Teknik Pengumpulan Data

(34)

1. Kajian Pustaka berupa pemahaman krisis lingkungan hidup dan krisis nilai, pemahaman hubungan pendidikan lingkungan hidup dengan pendidikan nilai, dan pemahaman pentingnya rumah belajar di masa depan

2. Kajian pengalaman di lapangan khususnya dalam mengembangkan program-program Spirit Camp untuk menemukan komponen-komponen nilai-nilai dalam program-program pendidikan lingkungan hidup lewat penelitian dokumen, wawancara, partisipasi, dan observasi. Frekuensi dan lamanya wawancara, partisipasi, dan observasi memang tidak didokumentasikan secara khusus, namun berlangsung dalam waktu sekitar 10 tahun yang diolah terus-menerus.

3. Focus Group Discussion (FGD) pada 9 November 2011 dengan mengundang ahli-ahli pendidikan nilai, ahli-ahli pendidikan lingkungan hidup, para pendidik, wakil pemerintah dalam bidang pendidikan, dan pengamat pendidikan untuk menanggapi kemungkinan dikembangkannya dan dipakainya konsep rumah belajar lingkungan hidup (eco learning camp) sebagai model pendidikan nilai. Hadir 41 orang peserta dari berbagai kalangan.

(35)

FGD, sebanyak 26 peserta mengisi dan mengembalikan wawancara tertulis yang dibagikan.

5. Komentar ahli diminta dari enam orang ahli, yaitu Emil Salim (guru besar ekonomi Universitas Indonesia, bapak lingkungan hidup Indonesia), Enceng Mulyana (guru besar Pendidikan Luar Sekolah, Universitas Pendidikan Indonesia), Amanda Katili Niode (ahli biologi dan ahli pendidikan lingkungan hidup dari Dewan Nasional Perubahan Iklim dan Kementerian Negara Lingkungan Hidup), Aulia Esti Wijiasih (ahli pendidikan lingkungan hidup), Fidelis Waruwu (ahli pendidikan nilai dari Universitas Tarumanagara Jakarta), dan Yosef Dedy Pradipto (ahli antropologi dan sosiologi pendidikan). Komentar ahli diberikan dalam bentuk tertulis dan sebagian dilengkapi dengan wawancara lisan. Tidak ada pertanyaan tertentu yang diajukan kepada para ahli selain pertanyaan yang bersifat umum dan terbuka “Apa saja yang anda anggap positif dan apa saja kekurangan dari model konseptual rumah belajar lingkungan hidup (eco learning camp) sebagai model pendidikan nilai?” Jumlah dan kualitas komentar ahli yang diterima berbeda-beda.

G. Tahap-Tahap Analisis Data

(36)

2. Kajian pengalaman di lapangan dalam mengembangkan Spirit Camp dideskripsikan, dianalisis, dan dipakai untuk membangun model konseptual rumah belajar lingkungan hidup beserta komponen-komponennya.

3. Hasil Focus Group Discussion (FGD) digunakan untuk mengumpulkan berbagai pandangan mengenai pendidikan lingkungan hidup, pendidikan nilai, dan pandangan mengenai rumah belajar lingkungan hidup yang dikembangkan Spirit Camp. Berbagai pandangan tersebut dianalisis dan dicari komponen-komponennya untuk membentuk model konseptual rumah belajar lingkungan hidup (eco learning camp) beserta komponen-komponennya.

4. Wawancara tertulis dari 26 peserta Focus Group Discussion (FGD) 9 November 2011 juga dipakai untuk mengumpulkan berbagai pandangan mengenai model konseptual rumah belajar lingkungan hidup (eco learning camp) beserta komponen-komponennya.

5. Komentar ahli dari enam orang ahli dipakai sebagai catatan kritis oleh peneliti untuk menilai model konseptual rumah belajar lingkungan hidup (eco learning camp) dan komponen-komponennya sebagai model pendidikan nilai.

H. Sifat Dan Keterbatasan Penelitian

(37)

Penelitian ini tidak berdasarkan data-data kuantitatif dan tidak dimaksudkan untuk mengukur efektivitas model konseptual rumah belajar lingkungan hidup (eco learning camp) dalam menghadapi krisis lingkungan hidup dan krisis nilai.

(38)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

1. Hubungan Krisis Lingkungan Hidup dengan Krisis Nilai

Krisis lingkungan hidup adalah “kondisi di mana kualitas lingkungan hidup kurang mendukung kehidupan semua makhluk hidup yang sebagian besar disebabkan visi antroposentris yang mengakibatkan manusia tidak mempedulikan tanggung jawabnya kepada keutuhan alam ciptaan”.

Krisis nilai adalah “kondisi yang terjadi ketika terjadi kesenjangan antara nilai-nilai yang dilaksanakan manusia dalam kehidupan yang nyata yang disebabkan paham personalisme yang mengakibatkan manusia tidak mempedulikan tanggung jawabnya kepada masyarakat dan lingkungan hidupnya.”

Visi antroposentris yang menjadi sebab krisis lingkungan hidup dan paham personalisme yang menjadi sebab krisis nilai adalah pemikiran yang menyebabkan tidak terlaksananya pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan yang tidak berkelanjutan yang dipengaruhi bertambahnya populasi manusia menyebabkan semakin parahnya krisis lingkungan hidup dan krisis nilai.

(39)

menyelamatkan lingkungan hidup. Makna krisis lingkungan hidup lebih luas dari krisis nilai karena mencakup berbagai krisis lingkungan hidup yang tidak diakibatkan oleh kegiatan manusia.

2. Hubungan Pendidikan Lingkungan Hidup dengan Pendidikan Nilai

Pendidikan lingkungan hidup “proses pendidikan yang dilakukan untuk membantu masyarakat memiliki kesadaran, pengetahuan, dan keterampilan untuk merawat, memanfaatkan, dan mengembangkan lingkungan hidup dalam dimensi alam, sosial-budaya, dan sains-teknologi, untuk kepentingan seluruh makhluk hidup dan alam semesta dengan menjaga kelestarian dan keutuhan alam ciptaan.”

Pendidikan nilai adalah “proses pendidikan yang dilakukan untuk membantu masyarakat untuk semakin menjadi manusia yang baik, sempurna, utuh, penuh, serta bertanggungjawab terhadap masyarakat dan lingkungan hidupnya.“

(40)

bertambahnya populasi manusia yang terdidik lewat pendidikan lingkungan hidup dan pendidikan nilai adalah solusi untuk menanggapi krisis lingkungan hidup dan krisis nilai.

3. Pentingnya Rumah Belajar di Masa Depan

Di saat ini sudah tumbuh berbagai model rumah belajar dengan materi kegiatan yang bebas dan luas, dengan metode kegiatan yang membebaskan berupa pengalaman langsung, dalam konteks ruang dan alam terbuka dengan tujuan tumbuhnya anak-anak yang bebas merdeka dan tumbuh dengan unik sesuai perkembangan mereka masing-masing.

Di masa depan akan semakin muncul berbagai model rumah belajar dengan berbagai materi kegiatan, metode kegiatan, dan konteks kegiatan. Materi kegiatan akan semakin terstruktur dan sistematis. Metode kegiatan berupa pengalaman kelompok dan bermain bersama akan dilengkapi refleksi bersama. Konteks kegiatan akan tetap di ruang dan alam terbuka. Tujuan rumah belajar di masa depan adalah tumbuhnya komunitas pembelajar di mana interaksi sosial dan pendidikan nilai tetap terjadi. Dalam rumah-rumah belajar, manusia belajar bersama, belajar nilai-nilai kehidupan, dan belajar menjadi manusia yang mempunyai nilai-nilai, pengetahuan, sekaligus keterampilan kongkret untuk bersama-sama membangun masyarakat dan lingkungan hidup.

(41)

pengalaman kongkret, keterampilan praktis, interaksi sosial, dan pendidikan nilai.

4. Perkembangan Spirit Camp sebagai Rumah Belajar Lingkungan Hidup

Perkembangan model konseptual Spirit Camp diawali dengan keprihatinan akan anak-anak yang kehilangan teman bermain dan tempat bermain. Spirit Camp menyediakan berbagai permainan kelompok yang menyenangkan di alam terbuka dengann udara segar dengan untuk pertumbuhan fisik dan relasi anak-anak.

Model konseptual selanjutnya Spirit Camp dibentuk dengan diperluasnya berbagai kegiatan Spirit Camp dalam dimensi alam, sosial-budaya, dan sains-teknologi yang masih dikemas dalam kegiatan bermain berkelompok yang menyenangkan di alam terbuka dengan tujuan untuk pendidikan nilai.

Akhirnya lewat berbagai percobaan, pengalaman, dan studi banding dengan berbagai model pendidikan lingkungan hidup, pendidikan nilai, dan rumah belajar, model konseptual Spirit Camp yang tumbuh sedikit semi sedikit tersebut dinamai sebagai “rumah belajar lingkungan hidup” (“eco learning camp”).

(42)

5. Model Konseptual Rumah Belajar Lingkungan Hidup sebagai Model Pendidikan Nilai beserta Komponen-komponennya yang Sekaligus Dapat Ikut Serta Menanggapi Krisis Lingkungan Hidup dan Krisis Nilai

Pengembangan model konseptual rumah belajar lingkungan hidup (eco learning camp) sebagai suatu model pendidikan nilai dapat ikut serta

menanggapi krisis lingkungan hidup dan krisis nilai.

Komponen-komponen model konseptual rumah belajar lingkungan hidup yang dapat dikembangkan sebagai suatu model pendidikan nilai yang sekaligus dapat ikut serta menanggapi krisis lingkungan hidup dan krisis nilai adalah komponen kegiatan yang berisi materi pembelajaran, metode pembelajaran, dan konteks pembelajaran, serta komponen tujuan.

Materi pembelajaran rumah belajar lingkungan hidup adalah lingkungan hidup dalam semua dimensinya, yaitu dimensi alam, sosial-budaya, dan sains-teknologi.

Metode pembelajaran rumah belajar lingkungan hidup adalah permainan kelompok dan refleksi bersama yang mencakup ranah afektif, kognitif, dan psikomotorik.

Konteks pembelajaran rumah belajar lingkungan hidup adalah alam terbuka.

Tujuan rumah belajar lingkungan hidup yaitu manusia bernilai (baik, sempurna, utuh, penuh), masyarakat bernilai (green families, green schools, green society), dan lingkungan hidup yang bernilai (lestari dan utuh), atau

(43)

Komponen pengaruh rumah belajar lingkungan hidup adalah penelitian selanjutnya, keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah. Bila penelitian selanjutnya serta peran keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah ditingkatkan, maka efektifitas rumah belajar lingkungan hidup untuk mencapai tujuannya juga akan lebih mudah tercapai.

Rumah belajar lingkungan hidup adalah model pendidikan nilai karena merupakan proses pendidikan yang membantu masyarakat agar menjadi manusia yang baik, sempurna, utuh, penuh, dan mencintai serta bertanggungjawab terhadap masyarakat dan lingkungan hidupnya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengembangan model konseptual rumah belajar lingkungan hidup sebagai model pendidikan nilai dapat sekaligus ikut serta menanggapi krisis lingkungan hidup dan krisis nilai.

B. Rekomendasi

Ada berbagai rekomendasi dari penelitian ini yang ditujukan kepada untuk penelitian selanjutnya, keluarga, masyarakat, dan pemerintah untuk mendukung efektifitas rumah belajar lingkungan hidup sebagai model pendidikan nilai yang sekaligus dapat ikut serta menanggapi krisis lingkungan hidup dan krisis nilai. 1. Untuk Penelitian Selanjutnya

(44)

konseptual yang belum diuji di lapangan khususnya lewat penelitian kuantitatif.

Selain penelitian mengenai efektifitas rumah belajar lingkungan hidup, dapat juga diadakan penelitian mengenai berbagai peran yang berbeda dalam mewujudkan rumah belajar lingkungan hidup. Misalnya dapat diteliti peran orangtua, sekolah, masyarakat, dan pemerintah dalam mewujudkan rumah belajar lingkungan hidup sebagai model pendidikan nilai.

Selanjutnya masih terbuka berbagai penelitian mengenai berbagai komponen rumah belajar lingkungan hidup. Dalam penelitian ini dimensi lingkungan hidup yang diperhatikan adalah dimensi alam, dimensi sosial-budaya, dan dimensi sains-teknologi. Terbuka kemungkinan luas untuk mengadakan penelitian mengenai dimensi ekonomi dari lingkungan hidup yang sampai Konferensi Rio+20, 20-22 Juni 2012, lalu di Brasil masih menjadi agenda utama topik pembangunan berkelanjutan.

Metode pembelajaran berupa permainan kelompok dan refleksi bersama dan konteks pembelajaran bermain di alam terbuka juga masih dapat diteliti lebih lanjut agar ditemukan efektifitas metode pembelajaran dan konteks pembelajaran dapat ditingkatkan.

Emil Salim masih menambahkan pentingnya penelitian mengenai value perception capability yang berbeda-beda dari manusia dengan usia dan

(45)

2. Untuk Keluarga

Rekomendasi penelitian ini untuk keluarga ditujukan kepada orang tua. Diharapkan orangtua semakin mempunyai kesadaran terhadap dunia bermain anak di rumah belajar lingkungan hidup yang sungguh penting untuk perkembangan anak-anak mereka secara fisik, psikis, nilai-nilai kehidupan, maupun keterampilan dasar kehidupan. Orang tua harus menjadi contoh pertama bagi anak-anak mereka akan cinta dan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan hidup.

Dibutuhkan pengorbanan dari orangtua dan seluruh keluarga untuk memberi perhatian dan menyediakan waktu untuk melakukan kegiatan bermain bersama yang bersifat fisik dan di alam terbuka sebagai sarana untuk mendukung perkembangan anak-anak. Manfaatkan rumah belajar lingkungan hidup yang ada atau akan semakin banyak muncul di masa depan.

(46)

diajak ke rumah belajar lingkungan hidup untuk bermain dan tumbuh bersama anak-anak lainnya.

Di rumah belajar lingkungan hidup anak-anak juga diharapkan tumbuh nilai-nilai kehidupan, cinta, serta tanggung jawabnya kepada masyarakat dan lingkungan hidup. Dukungan orang tua dalam keluarga sangat menentukan sejauh mana anak-anak dapat memanfaatkan rumah belajar lingkungan hidup untuk perkembangan mereka.

3. Untuk Sekolah

Rekomendasi penelitian ini untuk sekolah pertama-tama ditujukan kepada para guru. Rumah belajar lingkungan hidup akan dapat dimanfaatkan untuk perkembangan anak-anak bila didukung oleh para guru. Orangtua sebagai pendidik pertama dan utama anak-anak perlu dibantu para guru untuk melibatkan anak-anak mereka dalam proses pembelajaran rumah belajar lingkungan hidup. Di sekolah para guru harus menjadi figur teladan yang membuktikan kepedulian mereka akan lingkungan hidup dan nilai-nilai kehidupan yang lebih sejati. Guru-guru tidak cukup mengajarkan pengetahuan, melainkan harus menunjukkan juga cinta dan tanggung jawab mereka untuk masyarakat dan lingkungan hidup.

(47)

untuk menyediakan lahan dan dana serta menyediakan tenaga ahli untuk mendirikan dan mengelola rumah belajar lingkungan hidup secara bersama-sama.

Sekolah-sekolah juga diharapkan memasukkan ke dalam rencana kegiatan belajar sekolah mereka program rumah belajar lingkungan hidup. Sekolah-sekolah juga sebaiknya melaksanakan berbagai program yang seiring sejalan dengan program rumah belajar lingkungan hidup di sekolah mereka sendiri agar kegiatan rumah belajar lingkungan hidup berkelanjutan di sekolah.

4. Untuk Masyarakat

Masyarakat diminta bekerja sama dengan berbagai rumah belajar lingkungan hidup dan sekolah-sekolah dengan ikut menyediakan lingkungan yang aman dan ramah bagi anak-anak. Masyarakat bisa mengupayakan agar kehidupan bertetangga diwarnai lingkungan yang bersih, bebas sampah, hijau dengan tanam-tanaman, cukup sumur resapan, dan lain-lain. Masyarakat juga diminta ikut menciptakan berbagai kegiatan paguyuban yang akan menumbuhkan suasana penuh kekeluargaan yang pada akhirnya akan menciptakan keharmonisan di dalam kehidupan. Masyarakat secara swadaya diminta untuk memanfaatkan sebanyak mungkin taman, lahan terbuka, dan tempat bermain untuk berbagai kegiatan yang sejalan dengan rumah belajar lingkungan hidup.

(48)

lahan, dana, tenaga, dan sarana dari masyarakat khususnya kalangan pengusaha sangat dibutuhkan agar tujuan rumah belajar lingkungan hidup sebagai pendidikan nilai tetap bisa dijaga dan berkelanjutan.

5. Untuk Pemerintah

Pemerintah diharapkan bisa menyusun kebijakan-kebijakan di dalam dunia pendidikan yang memberikan perhatian yang cukup terhadap kegiatan dan tujuan rumah belajar lingkungan hidup. Dukungan kebijakan misalnya termasuk kewajiban sekaligus bantuan dana dan sarana bagi sekolah-sekolah untuk dapat membawa peserta didik belajar di rumah belajar lingkungan hidup.

Diharapkan pemerintah bisa memanfaatkan berbagai lahan terutama lahan tidur yang banyak terdapat di kota-kota besar dan di berbagai daerah untuk dijadikan rumah belajar lingkungan hidup sebagai suatu alternatif pendidikan nilai, khususnya bagi anak-anak dan generasi muda, namun juga bermanfaat bagi seluruh masyarakat. Taman Pintar di Yogyakarta didirikan dan didukung Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam suatu kota atau daerah pemerintah diharapkan setidaknya menyediakan satu lahan untuk rumah belajar lingkungan hidup yang cukup luas. Banyak kota dan daerah misalnya mempunyai banyak mall dan pusat perbelanjaan, namun tidak memiliki tempat atau taman bermain yang cukup untuk anak-anak.

Selain lahan, pemerintah juga semoga bisa memberi dukungan dana,

(49)

lingkungan hidup yang bersifat edukasi tentunya membutuhkan dana yang lumayan besar. Sebaiknya ada dana pendidikan yang dialokasikan untuk mendukung rumah belajar lingkungan hidup. Pemerintah dapat juga memberikan dukungan akses jalan, kendaraan, pengadaan air bersih dan listrik, pembangunan berbagai sarana pendukung untuk rumah belajar lingkungan hidup. Pemerintah juga dapat mendukung pengadaan dan ikut membiayai tenaga-tenaga pengelola rumah belajar lingkungan hidup. Pemerintah diharapkan mencari banyak mitra lembaga maupun pribadi yang bisa diajak untuk ikut serta membangun berbagai rumah belajar lingkungan hidup dari lembaga pendidikan, lembaga sosial, lembaga swadaya masyarakat, maupun dari dunia usaha. Dukungan berbagai mitra lembaga dan pribadi itu mencakup dukungan dana, penyediaan lahan, tenaga, sarana, prasarana, dan dukungan lainnya. Tidak mungkin rumah belaajr lingkungan hidup dapat dikembangkan tanpa dukungan pemerintah dan mitra pemerintah. Pemerintah Singapura misalnya sangat berhasil menggerakkan para mitra pemerintah khususnya para pengusaha untuk mendukung berbagai sarana dan program pendidikan lingkungan hidup di Singapura bersama-sama dengan pemerintah.

(50)

mengembangkan berbagai program yang lebih sesuai dan cocok untuk pertumbuhan anak-anak, generasi muda, dan masyarakat.

Pemerintah juga diharapkan mendukung berbagai gerakan berwawasan

lingkungan hidup agar dapat menjadi mitra rumah belajar lingkungan hidup. Dalam konteks lingkungan hidup ada aspek pemeliharaan, aspek advokasi, dan edukasi. Aspek edukasi adalah landasan bagi aspek pemeliharaan dan advokasi. Ada banyak gerakan yang bertujuan untuk memelihara alam dan advokasi lingkungan hidup yang perlu didukung, mendukung, dan bekerja sama dengan rumah belajar lingkungan hidup yang mengutamakan aspek edukasi.

(51)

DAFTAR PUSTAKA A. Buku

Alwasilah, A.Ch. (2010). Pokoknya Action Research. Bandung : Kiblat Buku Utama.

______. (2008). Pokoknya Kualitatif : Dasar-Dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Cetakan keempat. Jakarta : Pustaka Jaya.

Azis, A.J., Napitupulu, L.M, dkk. (2010). Pembangunan Berkelanjutan : Peran dan Kontribusi Emil Salim. Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia.

Borba, M. (2008). Membangun Kecerdasan Moral : Tujuh Kebajikan Utama agar Anak Bermoral Tinggi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Buchori, M. (2001) Pendidikan Antisipatoris. Yogyakarta : Kanisius.

Canton, J. (2010). The Extreme Future : 10 Tren Utama yang Membentuk Ulang Dunia 20 Tahun ke Depan. Jakarta : Pustaka Alvabet.

Carson, R. (2002). Silent Spring. Fortieth Anniversary Edition. Boston : Mariner Book.

Chand, J. (2007). Environmental Education. Delhi : Anshah Publishing House.

Chang, W. (2001). Moral Lingkungan Hidup. Yogyakarta : Kanisius. Chua, A. (2011). Battle Hymn of the Tiger Mother. London : Bloomsbury. Cohen, L and Manion, L. (1994). Research Method in Education. Fourth

Edition. London : Routledge.

Creswell, J.W. (2008). Educational Research : Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. Third Edition. New Jersey : Pearson Education.

Cummings, W.K., Gopinathan,S., and Tomoda, Y. (Eds) (1988). The Revival of Values Education in Asia and the West. Oxford : Pergamon Press.

Darminta, J. (2006). Praksis Pendidikan Nilai. Yogyakarta : Kanisius.

Elmubarok, Z. (2008). Membumikan Pendidikan Nilai : Mengumpulkan yang Terserak, Menyambung yang Terputus, dan Menyatukan yang Tercerai. Bandung : Penerbit Alfabeta.

Darmadi, H. (2007). Dasar Konsep Pendidikan Moral : Landasan Konsep Dasar dan Implementasi. Bandung : Alfabeta.

(52)

Elmubarok, Z. (2008). Membumikan Pendidikan Nilai : Mengumpulkan yang Terserak, Menyambung yang Terputus, dan Menyatukan yang Tercerai. Bandung : Alfabeta.

Hergenhahn, B.R. and Olson, M.H. (2009). Theories of Learning (Teori Belajar). Edisi Ketujuh. Jakarta : Kencana.

Hersh, R.H., Miller, J.P., and Fielding, G.D. (1980). Models of Moral Education : An Appraisal. New York : Longman Inc.

Hirsh-Pasek, K., Golinkoff, R.M., and Eyer, D. (2003). Einstein Never Used Flash Cards : How Our Children Really Learn and Why They Need to Play More and Memorize Less. United States of America : Rodale.

Institute of Sathya Sai Education. (2001). Sathya Sai Schools Around the World. Bangkok : Institute of Sathya Sai Education.

International Commission on the Apostolate of Jesuit Education. (2010). Paradigma Pedagogi Reflektif : Mendampingi Peserta Didik Menjadi Cerdas dan Berkarakter. Yogyakarta : Kanisius.

Jareinsettasin, T. (2001). Sathya Sai Educare : The Vedas for the 21st Century God and the Five Elements. Bangkok : Institute of Sathya Sai Education.

Joga, N. Dan Ismaun, I. (2011). RTH 30 % ! Resolusi (Kota) Hijau. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Joga, N. (2012). Memetakan “Hijau” Kota. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Joyce, B., Weil, M., and Calhoun, E. (2000). Models of Teaching. Sixth Edition. Boston : Allyn and Bacon.

Jumsai, A. (2008). Human Values in Water Instructional Model (Model Pembelajaran Nilai-Nilai Kemanusiaan dalam Pendidikan Air). Jakarta : Yayasan Pendidikan Sathya Sai Indonesia.

_____. (2008). Model Pembelajaran Nilai-Nilai Kemanusiaan Terpadu (Human Values Integrated Instructional Model) : Pendekatan yang Efektif untuk Mengembangkan Nilai-nilai Kemanusiaan atau Budi Pekerti pada Peserta Didik. Jakarta : Yayasan Pendidikan Sathya Sai Indonesia.

Keraf, A.S. (2010). Etika Lingkungan Hidup. Jakarta : Penerbit Buku Kompas. Kesuma, D., Triatna, C., dan Permana, J. Pendidikan Karakter : Kajian Teori

dan Praktik di Sekolah. Bandung : Rosda Karya.

Kirschenbaum, H. (1992). “A Comprehensive Model for Values Education and Moral Education". Journal Phi Delta Kappan, June 1992.

(53)

Koesoema A., D. (2007). Pendidikan Karakter : Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta : Grasindo.

Komisi Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian (2009). Kompendium Ajaran Sosial Gereja. Maumere : Penerbit Ledalero.

Lanqing, L. (2005). Education for 1.3 Billion : On 10 Years of Education Reform and Development. Beijing : Pearson Education.

Lemin, M., Potts, H., and Welsford, P. (1994). Values Strategies for Classroom Teachers. Victoria : The Australian Council for Educational Research.

Lickona, T. (1991). Educating for Character : How Our Schools Can Teach and Responsibility. New York : Bantam Books.

_____. (2004). Character Matters : How to Help Our Children Develop Good Judgment, Integrity, and Other Essential Virtues. New York : Touchstone.

Lincoln, E. dan Amalee, I. (2008). Peace Generation : 12 Nilai Dasar Perdamaian. Bandung : Penerbit Pelangi Mizan.

Magnis-Suseno, F. (1987). Etika Dasar : Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta : Kanisius.

Manik, K.E.S. (2009). Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta : Penerbit Djambatan.

Milyartini, R. (2012). Model Transformasi Nilai Budaya

Gambar

Tabel 1.1.
Gambar 2.1.
Tabel 1.1. Matriks Pemikiran Disertasi

Referensi

Dokumen terkait

Bangunan ruang musik di SLB Negeri Marawola terbukti dapat memodifikasi akustik dengan baik ditinjau dari performa suara yang di terima audience dalam bangunan dan

Berdasarkan hasil FGD yang dilakukan dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa (PDSKJ), dokter poli terapi rumatan metadon (PTRM), dokter, tenaga non medis lainnya serta

Penurunan kemampuan implantasi dari embrio mencit tahap morula dan blastokista pada percobaan ini mungkin disebabkan oleh adanya kerusakan sel-sel embrio akibat

Ansambel musik AFC merupakan kegiatan bermain musik yang dilakukan dalam bentuk kelompok, maka dikegiatan tersebut anak-anak sekolah dasar dapat belajar untuk

Ditemukan bahwa ada hubungan yang cukup kuat antara hasil prediksi dengan memakai rumus baik TBJ maupun Modifikasi Niswander dengan berat lahir aktual namun bila ditinjau dari

Kao rezultat ovog koraka, postavljaju se ciljevi istraživanja (poglavlje 1.1) i definiraju glavni istraživački problemi, pitanja i hipoteza (poglavlje 1.2). Također, definiraju

TAPM yang berjudul "Pengaruh Orientasi Tujuan, Kompleksitas Tugas clan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai Studi pada Kantor Penyuluhan Pertanian clan Ketahanan Pangan

Dari Hasil Pembahasan yang dilakukan dengan menggunakan model persamaan structural hubungan kausalitas antara Pengaruh Faktor Fundamental Perusahaan FF dan Faktor Fundamental Ekonomi