• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI MELALUI PENYULUHAN UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KRITIS DI DESA MEKRJAYA KECAMATAN ARJASARI KABUPATEN BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI MELALUI PENYULUHAN UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KRITIS DI DESA MEKRJAYA KECAMATAN ARJASARI KABUPATEN BANDUNG."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK.………. KATA PENGANTAR……… DAFTAR ISI……….…. DAFTAR BAGAN………. DAFTAR TABEL ……… DAFTAR LAMPIRAN……….….

BAB I PENDAHULUAN ………...

A. Latar Belakang Masalah……… B. Identifikasi Masalah……….. C. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian……… D. Definisi Operasional………. E. Tujuan Penelitian……….…. F. Kegunaan Penelitian………. G. Kerangka Pemikiran……….. BAB II LANDASAN TEORITIS ………

A. Prinsip Pembelajaran Orang Dewasa……… 1. Pengertian dan Tujuan Pembelajaran Orang Dewasa…… 2. Karakteristik Pembelajaran Orang Dewasa Pada Program

Penyuluhan Pemanfaatan Lahan Kritis ... B. Prinsip Pembelajaran dan Konsep Empowering Proses (Proses

Pemberdayaan)………... 1. Pengertian dan Strategi Pendekatan Proses Pemberdayaan 2. Karakteristik Proses Pemberdayaan……… 3. Pendidikan Non Formal Sebagai Suatu Proses

Pemberdayaan……….………. 4. Makna Pemberdayaan dalam Pendidikan Non Formal ….. 5. Strategi Pendekatan Proses Pemberdayaan……… 6. Beberapa Karakteristik Proses Pemberdayaan….………... 7. Karakteristik Pendidikan Non Formal Sebagai Suatu

(2)

2. Prinsip – Prinsip Penyuluhan ………... 3. Teknik dan Metode Penyuluhan………... 4. Perencanaan Penyuluhan...……….. 5. Evaluasi Proses Penyuluhan………. 6. Fungsi dan Peran Penyuluh... 7. Langkah-langkah Penyuluhan... 8. Penyuluhan Sebagai Upaya Pemecahan Masalah... D. Program Penyuluhan Pemanfaatan Lahan Kritis………...

1. Pengertian dan Tujuan Program Penyuluhan Pemanfaatan Lahan Kritis ... 2. Komponen – Komponen Program Penyuluhan ... 3. Proses Penyelenggaraan Penyuluhan ………. 4. Evaluasi Keterlaksanaan Program Penyuluhan Lahan

Kritis di Desa Mekarjaya Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……….

A. Metode penelitian………. B. Subjek penelitian……….. C. Instrumen Penelitian………. D. Teknik Pengumpulan Data……… E. Teknik Analisis Data………. F. Tahap-Tahap Pelaksanaan Penelitian………. G. Cara Memperoleh Kepercayaan Hasil Penelitian…….………..

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian……….. 1. Keadaan Alam Desa Mekarjaya Kecamatan Arjasari

Kabupaten Bandung……….. 2. Keadaan Penduduk ……….. 3. Profil Pokja (Kelompok Kerja) Pemberdayaan Masyarakat

(3)

Desa Mekarjaya Kecamatan Arjasari... 3. Model Pemberdayaan Masyarakat Petani Melalui

Penyuluhan Dalam Pengelolaan Lahan Kritis di Desa Mekarjaya Kecamatan Arjasari... C. Pembahasan ……….……….

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI……….

A. Kesimpulan ……….. B. Rekomendasi ………... DAFTAR PUSTAKA ……….….. LAMPIRAN-LAMPIRAN ……….

131

(4)

Bandung tahun 2008 ... 7

Tabel 2 Penggunaan Lahan di Desa Mekarjaya tahun 2008 ... 101

Tabel 3 Komposisi Penduduk Menurut Usia ... 102

Tabel 4 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian tahun 2008 ... . 102

(5)

Bagan 2 Proses Pemberdayaan Masyarakat Petani pada Fase Pembekalan

(Pelatihan ) ... 139 Bagan 3 Proses Pemberdayaan Masyarakat Petani pada Fase Swakarsa ... 141 Bagan 4 Proses Pemberdayaan PPMP Fase Swadaya atau Pemandirian... 143 Bagan 5 Model Proses Pemberdayaan PPMP Melalui Penyuluhan /

(6)
(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lahan atau kawasan yang terdiri dari air dan udara, merupakan aspek

yang penting dalam kehidupan manusia sebab setiap orang memerlukan lahan

atau kawasan (tanah, air dan udara) untuk kehidupannya. Luas lahan atau

kawasan yang tersedia dan bisa dimanfaatkan manusia sangat terbatas,

sedangkan jumlah manusia yang memerlukan lahan atau kawasan semakin

bertambah untuk berbagai keperluan. Terkait pemanfaatan lahan atau kawasan

sebagian akhli mengatakan di dunia ini lahan yang dapat dihuni manusia

sekita 1/3 dari luas dunia, dan hanya sekitar 1/3 dari luas tersebut yang dapat

dihuni. Oleh karena itu semakin lama terasa seolah-olah lahan atau kawasan

(tanah, air dan udara) itu menjadi semakin sempit. Ketidakseimbangan antara

persediaan lahan atau kawasan dengan kebutuhan, maka banyak menimbulkan

berbagai persoalan yang semakin komplek.

Dewasa ini persoalan yang berkenaan dengan lahan atau kawasan

sedang hangat diperbincangkan terutama oleh para ilmuwan dibidangnya,

karena lahan atau kawasan sudah banyak yang kurang produktif. Di Indoensia

lahan atau kawasan sudah banyak menurun kualitasnya, sehingga lahan atau

kawasan itu tidak atau kurang produktif. Hal ini tentu saja akan jadi

penghambat pembangunan terutama pembangunan dalam bidang pertanian,

ditambah dengan kecepatan pertumbuhan penduduk yang masih sulit untuk

dikendalikan sehingga makin sempitnya lahan untuk pertanian karena

(8)

kebutuhan lahan untuk pemukiman terus meningkat. Permasalahan berkenaan

dengan lahan atau kawasan (tanah, air dan udara) harus menjadi perhatian dan

pertimbangan semua pihak terutama para pakar kependudukan dan lingkungan

hidup, agar pemanfaatan lahan atau kawasan (tanah, air dan udara) dapat

efektif dan efesien. Di Desa Mekarjaya, Kecamatan Arjasari Kabupaten

Bandung dimana penelitian ini dilakukan persoalan lahan atau kawasan

(tanah, air dan udara) khususnya berkenaan lahan kritis menjadi persolanan

tersendiri yang penanganannya sedang terus diupayakan.

Beberapa referensi mengungkapkan faktor-faktor yang menyebabkan

lahan atau kawasan (tanah, air dan udara) menjadi kritis (1) faktor alam dan

(2) faktor manusia. Faktor alam meliputi (a) pencucian, yang dimaksud

pencucian pada lahan atau kawasan adalah peristiwa hilangnya humus atau

bunga tanah karena pengangkutan secara berangsur-angsur oleh rembesan air

dari lapisan permukaan ke lapisan tanah di bawahnya. Sehingga lapisan

permukaan lahan kurang atau tidak produktif karena kehilangan unsur hara

yang dibutuhkan oleh tanaman, (b) erosi adalah peristiwa lepasnya

butiran-butiran lahan atau kawasan akibat terkikis oleh air atau angin. Erosi dapat

dibedakan atas tiga macam, erosi permukaan, yaitu pengikisan lahan atau

kawasan bagian permukaan yang berlangsung secara menyeluruh dan

selanjutnya terhanyutlah secara merata ke kaki, lereng dan dataran yang lebih

rendah. Erosi alur yaitu erosi pada lahan atau kawasan yang mempunyai

kemiringan, walaupun kemiringan itu sedikit. Sewaktu hujan turun dan airnya

(9)

(genangan) air. Pada tempat-tempat konsentrasi itu timbul daya lajunya air. (c)

erosi parit yaitu kelanjutan dari erosi alur, dimana bagian-bagian lahan atau

kawasan (tanah, air dan udara) yang terkikis terjadi dengan hebat, sehingga

alur-alur berubah menjadi parit-parit yang lebar serta dalam.(2) faktor budaya

manusia, kerusakan lahan atau kawasan (tanah, air dan udara) atau lingkungan

sebagian besar diakibatkan oleh budaya manusia, karena manusia selalu ingin

meningkatkan taraf hidupnya baik kuantitas maupun kualitasnya. Untuk

mencapai tujuan tersebut, manusia berusaha menggali sumber daya alam

semaksimal mungkin, tanpa menghiraukan pelestariannya, ditambah

pertumbuhan penduduk yang sangat cepat, sehingga akhirnya lahan atau

kawasan (tanah, air dan udara) dengan sumber daya alamnya menjadi kritis.

Adapun kegiatan manusia yang dapat merusak lahan atau kawasan (tanah, air

dan udara) menjadi kritis yaitu; (a) sistem penanaman, sistem penanaman yang

salah yaitu yang tidak memperhatikan vegetasi dan rotasi jenis tanaman.

Vegetasi tanaman yang baik berupa rumput-rumput, tanaman legum,

semak-semak ataupun berbagai pohon-pohon yang dapat menutup seluruh permukaan

lahan atau kawasan (tanah, air dan udara), sehingga kondisi lahan atau

kawasan (tanah, air dan udara) stabil ketahannya terhadap pengingkisan dan

penghayutan oleh aliran air permukaan serta sangat baik dalam absorbsinya

bagi tata air di dalam lahan atau kawasan (tanah, air dan udara). Rotasi

tanaman yang tidak teratur juga mempercepat kerusakan lahan atau kawasan

(tanah, air dan udara) terutama lapisan atas lahan atau kawasan (tanah, air dan

(10)

pengolahan lahan atau kawasan yaitu menciptakan keadaan lahan atau

kawasan yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Pengolahan lahan atau

kawasan yang dilakukan kurang baik pada waktu sekarang akan berakibat

tidak baiknya kualitas lahan atau kawasan selanjutnya, (c) penggundulan

hutan, hutan dengan pohon-pohonnya yang berdaun lebat dapat membentuk

tirai pelindung bagi permukaan lahan atau kawasan serta tanaman kecil,

semak-semak dan tanaman lain yang tumbuh dibawahnya. Selanjutnya hutan

yang lebat akan menghasilkan dedaunan dan ranting yang lapuk sehingga

menyuburkan lahan dan akibat tebalnya permukaan tanah dengan dedaunan

yang lapuk menyebabkan air hujan tidak langsung ke lahan dan kalaupun ada

menyerap ke dalam lahan tersebut. Tetapi sebaliknya bila hutan gundul air

hujan akan langsung jatuh ke tanah atau lahan. Akibat derasnya hujan, lahan

tidak dapat menyerap air, akibatnya air hujan mengalir ketempat yang miring

dan membawa material lahan, akhirnya lahan menjadi terkikis dan terjadilah

banjir.

Persoalan mendasar terkait lahan kiritis sesungguhnya bersumber dari

manusia itu sendiri yang dapat berperan sebagai pemelihara sumber daya alam

dan sebagai pemanfaat atau pengguna. Kondisi masyarakat atau penduduk

yang terbelakang dan miskin pada umumnya berada pada kawasan hutan/lahan

kritis, dimana hutan/lahan tidak terpelihara secara maksimal, sehingga hutan

menjadi kritis dan tidak produktif. Hutan, lahan yang tidak produktif

(11)

masyarakat sekitar hutan tidak memperoleh sumber penghidupan yang layak

sehingga jatuh miskin.

Kemiskinan menurut Selo Sumardjan, (dalam Depdikbud 1999;3)

Diistilahkan dengan kemiskinan struktural yaitu sebagai kemiskinan yang diderita oleh golongan masyarakat karena struktur sosial masyarakat itu tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Yang termasuk golongan ini diantaranya para petani yang tidak memiliki lahan atau kawasan (tanah, air dan udara) sendiri, petani pemilik lahan atau kawasan (tanah, air dan udara) yang terlalu sempit sehingga hasilnya tidak mencukupi kebutuhan makan sendiri dan keluarganya, kaum buruh yang tidak terpelajar dan terlatih, pengusaha tanpa modal dan tanpa fasilitas pemerintah. Pada sisi lain dikenal juga istilah kemiskinan absolut yaitu situasi penduduk atau sebagian penduduk yang hanya dapat memenuhi makan, pakaian, dan perumahan, yang sangat diperlukan untuk mempertahankan kehidupan minimal.

Pada sisi lain, Parwoto, (1998), melihatnya bahwa kemiskinan juga dapat

dilihat dari segi pendapatan dan pengeluaran belanja, tingkat kesejahteraan

sosial, dan proses pembangunan yang dilakukan pemerintah.

Kemiskinan ditanggapi tidak hanya sekedar sebagai kondisi

ketidakadaan harta. Malik Fajar (1998) memberikan gambaran kemiskinan

dapat dilukiskan sebagai suatu sistem jaringan (poverty web) dan dalam

jaringan itu terangkai kondisi-kondisi atau kualitas yang serba tidak

menguntungkan bagi kehidupan manusia yang bermartabat, yang terangkai

dalam jaringan kemiskinan adalah :

1. Tidak memiliki peluang untuk mendapatkan modal dan kredit, tidak memiliki inprastruktur dan peluang untuk mendapatkan pelayanan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya.

2. Tekanan penduduk, degradasi lingkungan sebagai akibat eksploitasi secara berlebihan.

(12)

mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan.

4. Rendah daya kemampuannya untuk menjadi tenaga kerja, rendah

produktivitasnya, kurang daya tanggapnya, kurang bisa memanfaatkan pelayanan-pelayanan (kebutuhan) dasar yang tersedia, dan tenaga kerja

anak-anak.

5. Rendah rasa harga diri, fatalisme, diselimuti tahyul-tahyul, masa bodoh, kurang percaya diri, dan hidup tidak teratur.

6. Mengidap kemelaratan, mengalami keterampasan (sosial, kultur, politik, ekonomi, dan sebagainya). Diskriminasi, pengucilan, kurang mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tidak memiliki jaminan untuk mendapatkan tambahan penghasilan.

7. Tidak sehat, kurang nutrisi, mengidap berbagai penyakit, harapan hidup rendah, kematian bayi tinggi, dan jumlah anggota keluarga besar. 8. Buta aksara (fungsional) tingkat pendidikan rendah, kurang memiliki

akses terhadap informasi dan kesehatan, keluarga berencana dan ekonomi pasar.

Majalah Diklusepora, (Nomor 2 th. 1998;23-27)

Upaya penanganannya memerlukan pemikiran dan kerangka konseptual

serta aksi-aksi yang nyata dan menyentuh akar permasalahan. Philip H.

Coombs dan Manzoor Akhmed (1989) berkeyakinan bahwa program-program

Pendidikan Nonformal memiliki peran yang strategis dalam upaya

pengentasan kemiskinan. Ruwiyanto, (1994;1) mengemukakan bahwa

”Pendidikan masyarakat merupakan salah satu penemuan paling menentukan dalam abad ini yang lebih hebat dari pendidikan formal, belum dihargai sebagaimana seharusnya. Pendidikan Nonformal dapat digunakan dengan lebih efisien dan efektif untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, untuk segala strata ekonomi, strata sosial, dan strata pendidikan disamping dapat pula untuk ikut memecahkan masalah-masalah kemanusiaan yang mendesak atau meresahkan. ”

Melihat kutipan di atas, jelaslah bahwa Pendidikan Nonformal memiliki

peranan yang sangat penting dalam memecahkan permasalahan yang terjadi di

(13)

B. Identifikasi masalah

Persoalan mendasar terkait lahan kiritis sesungguhnya bersumber dari

manusia yang dapat berperan sebagai pemelihara sumber daya alam dan

sebagai pemanfaat atau pelestari. Kondisi masyarakat atau penduduk yang

terbelakang dan miskin pada umumnya berada pada kawasan hutan/lahan

kritis, dimana hutan/lahan tidak terpelihara secara maksimal, sehingga hutan

menjadi tidak produktif. Hal ini menyebabkan lingkungan akan rusak sehingga

muncul bencana alam, dan masyarakat sekitar hutan tidak memperoleh sumber

penghidupan yang layak sehingga jatuh miskin. Kemiskinan dan lahan kritis

menjadi permasalahan yang dihadapi masyarakat Desa Mekarjaya khsusunya

masyarakat yang tergabung pada kelompok tani Mekarsari. Di sisi lain

program-program penyuluhan dan penanganan lahan kritis telah dan sedang

dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah. Seperti di bawah ini adalah

data lahan reboisasi yang dilakukan pemerintah daeran Kabupaten Bandung.

Tabel I (satu)

Daftar Lokasi kegiatan “Gerhan” Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung tahun 2008

No (1) Desa (2) Kelompok Tani (3) Ketua KT (4) Jumlah Anggota (5) Jenis Kegiatan (6)

1 Lebakwangi (blok Pasir

luhur/Gn Korang) Girimukti

Acep

Karyat 34 Hr:25 ha

2 Mekarjaya (Pasir Jati) Mekarahayu Otas

Wahpuda 70 Hr:25 ha

3 Baros Karyabhakti Tani

Mohamad

Yahya 40 Hr:25 ha

4 Mangunjaya(pair

luhur/Situjaya Mekarsari

Adang

Marta 60 Hr:25 ha 5 Wargaluyu (sodadap) Saluyu Rukanda 32 Hr:25 ha

6 Arjasari (Pasirjampana) Guruminda III UU

(14)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

7 Pinggir sari Gn. Sela Pasir

Laja Sukamaju

Aman

Sukandi 30 Hr:25 ha 8 Ancol Mekar (pasir sereh) Wargi Tani Enje 50 Hr:25 ha 9 Patrol Sari (cijati) Riksa Tani E. Sutisna 50 Hr:25 ha

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Bandung tahun 2008

Penanganan lahan kritis di Desa Mekarjaya Kecamatan Arjasari

Kabupaten Bandung sebenarnya sudah berlangsung sejak tahun 2003. Upaya

kearah sana melalui penyuluhan-penyuluhan sudah dilaksanakan, namun

upaya-upaya tersebut belum dapat membuahkan hasil yang optimal. Lahan

kritis semakin bertambah dan kemiskinanpun semakin meningkat. Ada

beberapa kemungkinan ketidakberhasilan program-program penyuluhan

tersebut, misalnya keadaan cuaca, kurangnya antusiasme masyarakat petani

dalam mengikuti penyuluhan atau kurang seriusnya pemerintah dan

unsur-unsur terkait dalam menyelenggarakan penyuluhan.

Mencermati uraian tentang kondisi masyaralat Desa Mekarjaya khususnya

dan Kecamatan Arjasari umumnya, dan upaya-upaya penyuluhan dan

penanganan lahan kritis yang telah dilakukan, menarik untuk ditelaah dan

dikaji lebih dalam lagi. Untuk itu penelitian ini menjadi penting untuk

mengungkap aspek-aspek yang termuat pada rumusan dan pertanyaan

penelitian, sehingga dapat diketahui proses dan hasil yang dicapai dari

(15)

C. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah

dikemukakan terdahulu maka dirumuskan permasalahan penelitian ini

sebagai berikut :

Bagaimana Proses Pemberdayaan Masyarakat Petani melalui Penyuluhan

dalam Upaya Peningkatan Produktivitas Lahan Kritis di Desa Mekarjaya

Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung.

2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan terdahulu maka

pertanyaan penelitian meliputi :

a. Bagaimana proses perencanaan kegiatan atau program penyuluhan dalam

upaya peningkatan produktivitas lahan kritis di Desa Mekarjaya

Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung ?

b. Bagaimana proses penyuluhan dalam upaya peningkatan produktivitas

lahan kritis di Desa Mekarjaya Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung

tersebut berlangsung ?

c. Bagaimana hasil kegiatan penyuluhan dalam upaya peningkatan

produktivitas lahan kritis di Desa Mekarjaya Kecamatan Arjasari

Kabupaten Bandung?

d. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan penyuluhan dalam

upaya peningkatan produktivitas lahan kritis di Desa Mekarjaya

(16)

D. Definisi Operasional

1. Pemberdayaan

Dalam penelitian ini yang dimaksud pemberdayaan / empowering adalah

proses peningkatan kemampuan seseorang, baik dalam arti pengetahuan,

keterampilan maupun sikap agar dapat memahami kekuatan-kekuatan

sosial ekonomi dan atau politik sehingga dapat memperbaiki

kedudukannya di masyarakat. Dalam arti luas pemberdayaan / empowering

tidak hanya terbatas pada individu atau perorangan, tetapi dapat pula pada

kelompok, bahkan juga berlaku untuk lembaga .

2. Penyuluhan

Secara etimologi penyuluhan berasal dari kata counseling yang artinya

nasihat yang diberikan oleh seorang ahli disamping itu penyuluhan juga

berasal dari kata suluh yang berarti penerangan. Rochman Natawidjaja

(1987 : 32) mengemukakan definisi penyuluhan sebagai berikut :

"Penyuluhan adalah hubungan timbal balik antara dua orang individu, di mana yang seorang (yaitu penyuluh) berusaha membantu yang lain (yaitu klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang".

Prayitno (1983 : 38) mendefinisikan penyuluhan sebagai "pertemuan

empat mata antara klien dan penyuluh yang berisi usaha yang laras, unik,

dan manusiawi yang dilakukan dalam suasana keahlian dan yang didasarkan

atas norma-norma yang berlaku". Dari dua pengertian di atas dapat

dikatakan bahwa penyuluhan adalah suatu kegiatan pemberian bantuan

(17)

kepada sasaran (individu/kelompok) yang dilakukan secara terencana dan

sistematis, dan didasarkan atas norma-norma yang berlaku. Penyuluhan

dalam penelitian ini difokuskan pada penyuluhan petanian yang dimaknai

sebagai upaya pemberdayaan petani dengan sistem pendidikan non formal

di bidang pertanian agar memiliki kompetensi di bidang ilmu dan

teknologi, wirausaha, managerial, bekerja dalam tim, berorganisasi,

bermitra usaha, dan memiliki integritas moral yang tinggi sebagai

pengusaha pertanian yang meliputi usaha tanaman pangan, hortikultura,

perkebunan dan peternakan Melalui penyelenggaraan penyuluhan

pertanian, sosok petani, pengusaha pertanian dan pedagang pertanian

mandiri dan bermoral yang diharapkan adalah

3. Pengelolaan

Adalah kegiatan pengaturan atau pengurusan (Depdikbud,1997;2), yang

dimaksud dengan pengelolaan disini adalah upaya menggerakkan kegiatan

atau upaya mengurus dan melaksanakan mencakup; (1) mengatur

pekerjaan atau kerjasama yang baik untuk mencapai sasaran, (2)

berwenang dan bertanggungjawab membuat rencana, mengatur,

memimpin, mengawasi pelaksanaan kegiatan untuk mencapai sasaran. Jadi

yang dimaksud pengelolaan di sini adalah kegiatan atau upaya dalam

mengolah lahan kritis untuk menjdi lebih produktif, khususnya lahan kritis

(18)

4. Lahan kritis

Adalah lahan atau kawasan yang ada diambang tidak produktif, akibat

pencucian, erosi alam dan budaya manusia, (2) makin kirtis suatu lahan,

makin rendah kemampuan lahan tersebut untuk digunakan lahan

pertanian, (3) penyengkedan, pemupukan, sistem drainase dan sistem

penanaman, merupakan usaha manusia untuk mengatasi lahan kritis.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah :

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi secara

empiris tentang pemberdayaan masyarakat petani melalui penyuluhan.

Dengan tercapainya tujuan ini diharapkan dapat menambah wawasan

dalam memperkaya serta mengembangkan teori yang berhubungan dengan

kegiatan pembinaan petani melalui penyuluhan pada khususnya, dan

kegiatan pendidikan luar sekolah pada umumnya.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

a. Mendeskripsikan proses perencanaan kegiatan program penyuluhan

dalam upaya peningkatan produktivitas lahan kritis di Desa Mekarjaya

Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung

b. Mendeskripsikan proses penyuluhan dalam upaya peningkatan

produktivitas lahan kritis di Desa Mekarjaya Kecamatan Arjasari

(19)

c. Mendeskripsikan hasil kegiatan penyuluhan dalam upaya peningkatan

Produktivitas lahan kritis di Desa Mekarjaya Kecamatan Arjasari

Kabupaten Bandung

d. Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan

penyuluhan dalam upaya peningkatan produktivitas lahan kritis di

Desa Mekarjaya Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung.

F. Kegunaan Penelitian

Temuan hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan

memperkaya pengetahuan yang berhubungan dengan penyuluhan, sehingga

berdasarkan temuan empiris ini kegiatan penyuluhan dapat dikembangkan

pada satuan-satuan pendidikan Nonformal lainnya secara baik dalam prinsip

adaptabilitas (penyesuaian). Di sisi lain temuan hasil penelitian ini diharapkan

dapat meningkatkan upya pengembangan sumber daya manusia, khususnya

melalui penyuluhan.

Secara lebih rinci dapat dikemukan bahwa temuan penelitian ini

diharapkan dapat bermanfaat dilihat dari aspek teoritis maupun praktis.

1. Secara Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi hasil

kajian lapangan tentang pengembangan program Pendidikan

Nonformal, khususnya tentang model penyuluhan dan

(20)

b. Mengembangkan konsep atau teori-teori yang telah ada dalam

Pendidikan Nonformal, khususnya teori pembelajaran, penyuluhan

dan pemberdayaan.

c. Memberikan sumbangan pemikiran untuk mendukung hasil-hasil

penelitian tentang Pendidikan Nonformal dalam objek dan kondisi

yang berbeda.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

a. Penentu kebijakan di Tingkat kelompok, Desa, kecamatan dan

Dinas pertanian terkait dengan penyelenggaraan kegaitan

penyuluhan pemanfaatan lahan kritis.

b. Sebagai masukan bagi penyuluh dan tenaga kependidikan lainnya

dalam melaksanakan peran dan pemerannya masing-masing,

sehingga kegiatan penyuluhan khususnya penyuluhan pemanfaatan

lahan kritis dapat mencapai hasil optimal sesuai dengan tujuan

yang telah ditetapkan, dan pada gilirannya nanti dapat

meningkatkan sumber manusia itu sendiri, khususnya para petani

lahan kritis di Desa Mekarjaya Kecamatan Arjasari Kabupaten

Bandung.

G. Kerangka Pemikiran

Lahan atau kawasan yang terdiri dari air dan udara, merupakan aspek

yang penting dalam kehidupan manusia sebab setiap orang memerlukan lahan

(21)

kawasan yang tersedia dan bisa dimanfaatkan manusia sangat terbatas,

sedangkan jumlah manusia yang memerlukan lahan atau kawasan semakin

bertambah untuk berbagai keperluan.

Di Indoensia lahan atau kawasan sudah banyak menurun kualitasnya,

sehingga lahan atau kawasan itu tidak atau kurang produktif. Hal ini tentu

saja akan jadi penghambat pembangunan terutama pembangunan dalam

bidang pertanian, ditambah dengan kecepatan pertubuhan penduduk yang

masih sulit untuk dikendalikan yang makin sempitnya lahan untuk untuk

pertanian dan pemukiman.Oleh karena itu masalah lahan atau kawasan (tanah,

air dan udara) harus menjadi perhatian dan pertimbangan semua pihak

terutama para pakar kependudukan dan lingkungan hidup, agar pemanfaatan

lahan atau kawasan (tanah, air dan udara) dapat efektif dan efesien.

Di Desa Mekarjaya, Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung dimana

penelitian ini dilakukan persoalan lahan atau kawasan (tanah, air dan udara)

khususnya berkenaan lahan kritis menjadi persolanan tersendiri yang

penanganannya masih terus di upayakan. Lahan kritis banyak menimbulkan

dampak negative bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.

Adapun dampak negative tersebut adalah sebagai berikut: (1) kemunduran

dalam bidang pertanian, sektor pertanian merupakan titik berat pembangunan

ekonomi nasional. Akibat lingkungan yang rusak, lahan atau kawasan tidak

subur, dimusin kemarau air sangat sulit dan dimusim hujan terjadi banjir, akan

berpengaruh bersar terhadap produktivitas lahan pertanian. (2) kemunduran

(22)

alam dan hutan, sehingga kalau lingkungan baik (hutan) terpelihara dengan

baik maka bahan baku untuk keperluan industri dapat tersedia dalam jumlah

yang cukup dan ada setiap saat. (3) mendatangkan bencara alam, adanya

lahan kritis akan menimbulkan bencana alam, berupa banjir, longsong, dan

erosi lahan atau kawasan (tanah, air dan udara). Lahan yang memiliki

kemiringan lebih dari 45‘ seharusnya tidak dijadikan lahan pertanian,

melainkan harus dijadikan hutan-utan rakyat untuk mencegah terjadinya

bencana alam, sebagaimana kebijakan yang di keluarkan pemerintah.

Kegiatan Penyuluhan masyarakat tentang produktivitas pemanfaatan

lahan kritis, sesungguhnya adalah proses pemberdayaan. (Empowering

Process), Kindervatter (1979) yakni proses peningkatan kemampuan pada diri

seseorang, kelompok atau lembaga agar dapat memahami dan mengontrol

kekuatan-kekuatan sosial, ekonomi, dan atau politik sehingga dapat

memperbaiki kedudukannya di dalam masyarakat. Dalam hal ini pengertian

kemampuan tersebut mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Dalam Pembelajaran proses pemberian kekuatan tersebut mempunyai

delapan pokok, yaitu : (1) belajar dilakukan dalam kelompok–kelompok kecil,

(2) pemberian tanggungjawab yang besar terhadap warga belajar selama

kegiatan pembelajaran berlangsung, (3) kepemimpinan kelompok diperankan

oleh warga belajar, (4) sumber belajar bertindak sebagai fasilitator, (5) proses

belajar berlangsung secara demokratis, (6) adanya kesatuan pandangan dan

langkah (dalam mencapai tujuan), (7) menggunakan metode dan teknik

(23)

dan (8) bertujuan akhir meningkatkan status sosial, ekonomi, dan atau politik

warga belajar dalam masyarakat.

Pembelajaran menurut konsep Andragogi, pembelajaran bagi orang

dewasa harus disadari sepenuhnya bahwa orang dewasa belajar bukan dengan

cara digurui atau diajar. Orang dewasa lebih tepat dikatakan “dibimbing”

untuk belajar. Adanya proses bimbingan yang dilakukan kepada orang dewasa

diharapkan adanya perubahan perilaku. “Perubahan perilaku bergantung dari

perubahan sikap dan penambahan pengetahuan serta keterampilan”. AG.

Lunandi, (1993;15). Dengan demikian fungsi pembimbing adalah; (1)

penyebar pengetahuan, (2) pelatih keterampilan, (3) perancang pengalaman

belajar kreatif.

Belajar sebagai hasil dan proses, para pakar pendidikan dan psikologi

masih belum seragam dalam memberikan pengertian tentang belajar.

Pengertian yang dikemukakan oleh para pakar tersebut dilatar belakangi oleh

empat faktor, yaitu: (1) latar belakang keluarga, (2) latar belakang

pendidikan, (3) latar belakang lingkungan, (4) latar belakang pengalaman

hidup Mozes. (1992). Seperti Gagne dalam D. Sudjana, (1993)

mengemukakan bahwa belajar adalah “ perubahan disposisi atau kemampuan

seseorang yang dicapai melalui usaha orang lain, dan perubahan itu bukan

diperoleh secara langsung dari proses pertumbuhan dirinya secara alamiah“.

Apa yang dikemukakan Gagne pada dasarnya merupakan usaha yang

disengaja oleh seseorang yang bertujuan untuk mencapai sesuatu perubahan

(24)

menghasilkan penyesuaian tingkahlaku. Dari pengertian tersebut ada dua hal

yang ditekankan (1) belajar sebagai proses dan (2) belajar sebagai hasil.

Maknanya dari proses pembelajaran diharapkan ada hasil yang diperoleh.

Philip H. Coombs dan Manzoor Akhmed (1989) berkenyakinan bahwa

program-program Pendidikan Nonformal memiliki peran yang strategis dalam

upaya pengentasan kemiskinan. Ruwiyanto, (1994;1) mengemukakan bahwa

“pendidikan masyarakat merupakan salah satu penemuan paling menentukan

dalam abad ini yang lebih hebat dari pendidikan formal, belum dihargai

sebagaimana seharusnya. Pendidikan nonformal (Pendidikan Nonformal)

dapat digunakan dengan lebih efesien dan efektif untuk meningkatkan kualitas

hidup manusia, untuk segala strata ekonomi, strata sosial, dan strata

pendidikan, disamping dapat pula untuk ikut memecahkan masalah-masalah

kemanusiaan yang mendesak atau meresahkan “.

Program Pendidikan Nonformal yang inovatif baik dilihat dari isi,

proses pembelajaran adalah merupakan suatu tuntutan yang mutlak dalam

upaya ikut menyehatkan bangsa ini agar kita dapat kembali membangun dan

mengejar ketertinggalan dengan negara lain. Inovasi program atau gagasan

baru program adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan

program-program baru yang lebih efektif, efesien dan produktif untuk

mendapatkan hasil yang lebih memuaskan. Inovasi program perlu dilakukan

sebagai upaya proaktif untuk menanggapi secara arif dan bijaksana terhadap

(25)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini bermaksud untuk memperoleh gambaran tentang “proses

pemberdayaan masyarakat petani melalui penyuluhan dalam upaya

peningkatan produktivitas lahan kritis di Desa Mekarjaya Kecamatan Arjasari

Kabupaten Bandung”. Sesuai dengan maksud penelitian ini, maka pendekatan

penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Penggunaan

pendekatan kualitatif ini dengan alasan peneliti ingin mengkaji secara lebih

mendalam proses pemberdayaan masyarakat petani melalui penyuluhan

dalam upaya peningkatan produktivitas lahan kritis.

Berkenaan dengan pendekatan kualitatif, Lexy J. Moleong (1996;3)

mengemukakan bahwa ; “metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan

individu tersebut secara holistik (utuh)”. Sejalan dengan itu S. Nasution

(1996;5) mengemukakan “Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah

mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berintegrasi dengan mereka,

berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya”.

Dengan demikian metode kualitatif lebih mengutamakan kemampuan peneliti

untuk mengakrabi fokus permasalahan yang diteliti.

(26)

Dalam penelitian ini digunakan metode studi kasus. Studi kasus ini

adalah “mempelajari secara intensif tentang suatu latar belakang keadaan

sekarang, dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial; individu, kelompok,

lembaga, atau masyarakat” Suryabrata Sumardi, (1985 :23). Dalam penelitian

ini peneliti ingin memperoleh gambaran yang rinci dan mendalam tentang

proses pemberdayan masyarakat petani melalui penyuluhan dalam upaya

peningkatan produktivitas lahan kritis, disini akan melihat perilaku tenaga

kependidikan yang meliputi penyuluh, nara sumber teknis, pemantau,

pengelola, dan peserta penyuluhan proses pemberdayan masyarakat petani

melalui penyuluhan dalam upaya peningkatan produktivitas lahan kritis .

Berkenaan dengan penggunaan metode penelitian kualitatif Mohammad

Ali (1993;160-162) menjelaskan bahwa ada lima ciri penelitian yang dilakukan

dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu :

1. Tatanan alami merupakan sumber data yang bersifat langsung dan peneliti itu

sendiri menjadi instrumen kunci. Dalam melaksanakan penelitian kualitatif

ini, peneliti menggunakan waktu yang cukup lama untuk langsung berbaur

dengan situasi yang sebenarnya sebagai sumber data. Meskipun peneliti

sendiri menggunakan alat, seperti tape recorder, catatan lapangan, namun

semua itu bermakna bila peneliti memahami konteks terjadinya atau

munculnya suatu peristiwa. Kunci keberhasilan penelitian ini terletak pada

(27)

2. Penelitian bersifat deskriptif, penelitian kualitatif hanya bersifat

mendeskripsikan, maka data atau fenomena yang dapat ditangkap oleh

peneliti, dengan menunjukkan bukti-buktinya. Pemaknaan terhadap fenomena

itu banyak bergantung pada kemampuan dan ketajaman peneliti dalam

menganalisisnya. Dalam melakukan analisis peneliti mengajukan berbagai

pertanyaan yang bersifat radikal, sehingga pemaknaan terhadap suatu gejala

saja, dalam deskripsi bersifat luas, dan tajam.

3. Penelitian kualitatif memerdulikan (mementingkan) proses, bukan hasil atau

produk. Berbeda dengan umumnya penelitian, terutama penelitian kuantitatif

yang memerdulikan produk atau hasil, dalam penelitian kualitatif

keperduliannya adalah proses, seperti interaksi tertentu. Oleh sebab itu, dalam

penelitian kualitatif pertanyaan yang diajukan lebih bersifat radikal, seperti

mengapa menggunakan model pembelajaran melalui penyuluhandalam .

Untuk itu diperlukan jawaban melalui penelitian dan analisis yang luas,

kompleks, dan mendalam.

4. Analisis datanya bersifat induktif. penelitian kualitatif tidak berupaya mencari

bukti-bukti untuk pengujian hipotetis yang diturunkan dari teori, seperti

halnya dalam pendekatan kuantitatif. Akan tetapi, peneliti berangkat

kelapangan untuk mengumpulkan berbagai bukti melalaui penelaahan

terhadap fenomena, dan berdasarkan hasil penelaahan itu dirumuskan teori.

Penelitian kualitatif bersifat dari bawah keatas sedangkan peneliti kuantitatif

sebaliknya dari atas kebawah. Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif teori

(28)

Walaupun demikian bukan berarti peneliti berangkat kelapangan tanpa

pegangan atau perencaranaan. Demikian juga dalam penelitian ini peneliti

dalam mengumpulkan data dari lapangan telah mempersiapkan kerangka atau

acuan yang bersifat asumsi teoritis sebagai pengorganisasian kegiatan

pengumpulan data.

5. Keperdulian penelitian kualitatif adalah pada “makna” dalam Penelitian

kualitatif, keikutsertaan peneliti dalam suatu proses atau interaksi dengan

tatanan (setting) yang menjadi objek penelitiannya merupakan salah satu kunci

keberhasilan. Dalam keikutsertaan itu peneliti tidak menangkap makna sesuatu

dari sudut pandangannya sendiri sebagai orang luar, tetapi dari pandangan

peneliti sebagai subjek yang ikut serta dalam proses dan interaksi.

Pada penelitian kualitatif, angka dan tabel bisa saja ditemukan hanya

formulasi statistik tidak digunakan ketika menganalisa datanya. Data penelitian

berbentuk deskriptif dari ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari

orang-orang (subjek) seperti nara sumber teknis, penyuluh, fasilitator, pemantau,

pengelola, dan peserta program (auden) proses pemberdayan masyarakat petani

melalui penyuluhan dalam upaya peningkatan produktivitas lahan kritis di desa

Mekarjaya kecamatan Arjasari kebupaten Bandung. Menurut Noeng Muhadjir,

(1996;149-150) walau hasil penelitiannya disajikan dalam bentuk narasi, tetapi

kebenarannya memenuhi metodologi ilmiah jika telah memenuhi prosedur

penelitian kualitatif yang dianjurkan. Selanjutnya Noeng Muhadjir

mengemukakan pendekatan kualitatif adalah bercirikan: “ (1) berfokus penemuan

(29)

didalam suatu kerangka teori, ada sedikit pertanyaan untuk mengarahkan

penelitian dan pertanyaan muncul selama investigasi, (3) peneliti terlibat secara

intensif didalam situasi sosial pada saat penelitian, (4) instrumen utama penelitian

adalah peneliti, untuk mendapatkan setting sosial yang terjadi, (5) interview

informal didalam bentuk obrolan bisa juga digunakan untuk melengkapi

observasi, (6) dokumen pribadi juga dapat memberikan kedalaman dalam latar

belakang keadaan yang ada, (7) metode dan pertanyaan yang beragam juga

digunakan untuk melengkapi metode kualitatif dan hasilnya bisa diintergrasikan

oleh peneliti, (8) pengumpulan dan analisis data dilakukan pada saat penelitian

berlangsung yang merupakan hasil dari inquiri, (9) peneliti berupaya tidak

mempengaruhi proses kehidupan sosial subjek penelitian, (10) peneliti harus

mempertimbangkan audien kepada siapa ia memberikan laporan dan perhatian

utama yang dilaporkan, (11) laporan penelitian didesiminasikan, dengan

memasukan masalah etik yang terjadi dan dirasa bertentangan oleh peneliti pada

saat penelitian, (12) peneliti memonitor materi desiminasi dan melengkapinya

berdasarkan feed back terhadap apa yang telah diteliti”.

B. Subjek Penelitian

Subjek kajian dalam penelitian ini adalah penyuluh, peserta program

(audien) proses pemberdayan masyarakat petani melalui penyuluhan dalam upaya

peningkatan produktivitas lahan kritis di Desa Mekarjaya Kecamatan Arjasari

Kabupaten Bandung. Agar penelitian ini lebih mendalam maka fokus dalam

penelitian ini adalah penyuluh pertanian sebanyak 2 (dua) orang dan peserta

(30)

Arjasari Kabupaten Bandung sebanyak 10 (sepuluh) orang. Untuk keperluan

triangulasi dan sebagai pelengkap informasi peneliti akan memanfaatkan beberapa

informan yang dipandang dapat memberikan informasi penting atau informasi

tambahan tentang subyek penelitian yang diteliti. Adapun para informan tersebut

adalah pengelola sebanyak 1 (satu) orang, pemantau (pengendali program) dari

unsur Dinas Pertanian Kabupaten Bandung 1 (satu) orang, Tokoh masyarakat

pemerhati lingkungan di Desa Mekarjaya Kecamatan Arjasari, dan anggota

masyarakat yang telah mengikuti penyuluhan pada angkatan terdahulu sebanyak

2 orang. Informan tersebut diharapkan dapat memberikan informasi tentang

proses pembelajaran dan informasi lain dalam proses pemberdayan masyarakat

petani melalui penyuluhan dalam upaya peningkatan produktivitas lahan kritis di

desa Mekarjaya kecamatan Arjasari kebupaten Bandung.

Alasan hanya dipilihnya 2 (dua) orang penyuluh dan 10 (sepuluh) orang

anggota masyarakat (anggota kelompok tani) yang dijadikan subjek penelitiannya

adalah : bahwa penyuluh pada program proses pemberdayan masyarakat petani

melalui penyuluhan dalam upaya peningkatan produktivitas lahan kritis di Desa

Mekarjaya Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung memang lebih dari dua

tetapi yang intensif melakukan penyuluhan adalah dua orang, sehingga peneliti

menetapkan pilihan tersebut. Sedangkan 10 (sepuluh) warga masyarakat (anggota

kelompok tani) yang dipilih merupakan anggota kelompok tani yang aktif dan

dianggap telah sukses dari dua puluh anggota kelompok tani yang aktif atau dari

(31)

bervariasi aktivitasnya dalam kelompok. Anggota kelompok tani ini telah cukup

lama mengikuti kegiatan .

Sumber data yang dipilih juga mempertimbangkan beberapa persyaratan,

sebagai mana dikemukakan oleh Sanafiah Faisal (1994;151) kriteria yang perlu

dipertimbangkan didalam menentukan sumber data penelitian kualitatif, yaitu (1)

subjek sudah cukup lama dan intensif, menyatu didalam kegiatan atau bidang

yang menjadi bagian penelitian, (2) subjek masih aktif, atau terlibat penuh

didalam kegiatan atau bidang tersebut, (3) subjek memiliki waktu yang cukup

untuk dimintai informasi, (4) subjek di dalam memberi informasi tidak cenderung

atau dikemas terlebih dahulu, (5) objek masih asing bagi peneliti sehingga lebih

tertantang untuk belajar sebanyak mungkin tentang objek tersebut. Untuk

memvalidasi data dengan cara triangulasi, data juga diambil dari subjek penelitian

yang lain, yaitu dari beberapa informan yang dipandang dapat memberikan

informasi penting atau informasi tambahan tentang subjek yang diteliti. Adapun

para informan tersebut adalah pengelola sebanyak 1 (satu) orang, pemantau

(pengendali program) dari unsur Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, 1 (satu)

orang, Tokoh masyarakat pemerhati lingkungan di Desa Mekarjaya Kecamatan

Arjasari, dan anggota masyarakat yang telah mengikuti penyuluhan pada angkatan

terdahulu sebanyak 2 orang. Pemilihan subjek penelitian inipun didasarkan pada

persyaratan yang telah dikemukakan di muka, serta peran serta mereka sebagai

(32)

C. Instrumen Penelitian

Sesuai prinsip penelitian kualitatif, instrumen yang digunakan adalah

peneliti sendiri. Agar dapat mengungkap makna suatu fenomena sosial yang

terjadi. Oleh karena itu di dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai instrumen

penelitian. Peneliti sebagai instrumen penelitian sangat menentukan kelancaran,

keberhasilan, hambatan, atau kegagalan di dalam pengumpulan data yang

diperlukan. Keadaan ini sangat erat kaitannya dengan sikap dan perilaku serta

pengetahuan dasar peneliti, tentang penelitian kualitatif. Karena itu peneliti

sebagai instrumen penelitian berupaya semaksimal mungkin bersikap dan

berprilaku seperti yang dikemukakan oleh S Tylor dan R Bogdan (dalam

Moleong, 1996;153) yaitu “(1) peneliti harus dapat mengkoordinir pengendalian

subjek penelitian, (2) peneliti harus dapat menghindari perilaku dan pembicaraan

yang tidak pasti tentang kepribadiannya, (3) peneliti harus dapat menghindari

kompetisi dengan respondennya, (4) peneliti harus bersikap jujur, dan (5) peneliti

harus dapat menjaga kerahasiaan data yang disampaikan responden”.

Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah

1. Profil kelompok tani penggarap lahan kritis di Desa Mekarjaya Kecamatan

Arjasari Kabupaten Bandung; sejarah pembentukan, tujuan, struktur

organisasi, program-program pembelajaran yang diselenggarakan dan hasil

yang telah dicapai, rencana dan tujuan penyuluhan.

2. Latar belakang adanya kegiatan penyuluhan terhadap anggota masyarakat

pemilik dan penggarap lahan kritis di Desa Mekarjaya Kecamatan Arjasari

(33)

3. Proses pemberdayan masyarakat petani melalui penyuluhan dalam upaya

peningkatan produktivitas lahan kritis di Desa Mekarjaya Kecamatan Arjasari

Kabupaten Bandung

4. Hasil penyuluhan bersifat pengetahuan, keterampilan dan sikap keseharian

anggota kelompok dalam menggarap lahan kritis

5. Faktor pendukung dan penghambat proses pemberdayan masyarakat petani

melalui penyuluhan dalam upaya peningkatan produktivitas lahan kritis di

Desa Mekarjaya Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung .

Kegiatan pengumpulan data tersebut dilakukan melalui tahapan kegiatan sebagai

berikut.

a. Persiapan terdiri dari : (1) penyiapan instrumen (pokok-pokok) data apa yang

akan dikumpulkan, (2) pengenalan latar penelitian (penyuluh, warga belajar,

lulusan , nara sumber teknis, pemantau, pengelola, dan sumber data lainnya).

b. Memasuki lapangan penelitian (1) menjalin keakraban dengan subjek,

pengenalan, mengenali bahasa dan kebiasaan subjek, (2) peran peneliti sebagai

observer, penemu dokumentasi, (3) tahap berperan, pengumpulan data,

melibatkan diri dalam aktivitas subjek, (4) melakukan pengulangan untuk

informasi yang kurang lengkap atau kurang jelas.

D. Teknik Pengumpulan Data

Karakteristik penelitian dengan metode kualitatif adalah melihat,

mengkaji, menganalisis suatu fenomena sedalam-dalamnya dan menemukan

makna yang ada didalamnya. Agar karakteristik yang ada dan makna yang

(34)

dokumentasi merupakan cara yang dianggap tepat dan dapat digunakan untuk

pengumpulan data sebagaimana yang diharapkan dalam penelitian disini. Untuk

itu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

observasi, wawancara , dan studi dokumentasi.

1. Observasi

Observasi atau pengamatan dilakukan untuk mengetahui dari dekat

kegiatan dan peristiwa tertentu yang dilakukan oleh kasus sehingga dapat

memberikan informasi yang berguna sesuai fokus penelitian. Dalam penelitian ini

observasi dilakukan terhadap kegiatan proses penyuluhan yang dilakukan

penyuluh, anggota kelompok tani, pemantau atau engendali kegiatan, dan lainnya

dalam kegiatan penyluhan.

Observasi adalah upaya aktif peneliti mengumpulkan data dengan berbuat

sesuatu, memilih apa yang diamati dan terlibat secara aktif didalamnya.

Sedikitnya ada sembilan pertimbangan mengapa menggunakan teknik observasi

untuk pengumpulan data penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif,

yaitu ;

(35)

2. Wawancara

Wawancara dapat dipandang sebagai teknik pengumpulan data dengan tanya

jawab, yang dilakukan dengan sistematis dan berlandaskan pada tujuan

penelitian. S. Nasution (1996;12) mengemukakan dalam wawancara kita

dihadapkan pada dua hal ; pertama kita harus secara nyata mengadakan interaksi

dengan responden, kedua, kita menghadapi kenyataan adanya pandangan orang

lain yang mungkin berbeda dengan pandangan kita sendiri.

Dalam penelitian ini peneliti juga melakukan wawancara dengan

penyuluh, pemantau, pengelola, anggota kelompok tani, tokoh masyarakat,

berkenaan dengan dasar atau latar belakang kegiatan penyuluhan, proses

penyuluhan, hasil penyuluhan, dan faktor pendukung dan penghambat dalam

proses penyuluhan

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data yang bersifat

administratif dan data kegiatan-kegiatan yang terdokumentasi baik ditingkat

kelompok tani maupun dilembaga penyelegaraan (Dinas Pertanian Kabupaten

Bandung). Menurut S. Nasution, (1996;30) “dalam penelitian kualitatif,

dokumen termasuk sumber non human resources yang dapat dimanfaatkan karena

memberikan beberapa keuntungan, yaitu bahannya telah ada, tersedia, siap pakai

dan menggunakan bahan tidak memakan biaya”.

Dalam penelitian ini dipergunakan data: keadaan jumlah warga belajar dan

karakteristiknya, keadaan nara sumber teknis, penyuluh, pengelola, pemantau,

(36)

kegiatan pembelajaran kelompok, pengelolaan kegiatan usaha, dan data lain yang

relevan dan memperkaya informasi dalam penelitian ini.

Di samping dokumen, dipergunakan pula caatatan lapangan atau fieldnotes

yang sangat diperlukan dalam menjaring data kualitatif. Sekaitan dengan

fieldnotes ini, Mohammad Ali, (1993;43) mengemukakan bahwa “cacatatan

lapangan merupakan catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami

dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data

kualitatif”.

Studi kepustakaan, dipergunakan untuk mendapatkan konsep-konsep

sebagai pedoman dan dasar dalam pengumpulan data. Selanjutnya S. Nasution

(1996) mengemukakan “penelitian kualitatif tidak bertujuan untuk menguji atau

membuktikan kebenaran teori, bahkan teori itu dkebangkan berdasarkan data yang

dikumpulkan. Dalam penelitina kualitatif studi kepustakaan bukan digunakan

untuk pengujian hipotesis, oleh karena pada penelitian kualitatif tidak memakai

hipotesis”.

E. Teknik Analisa Data

Kegiatan menganalisis data dalam penelitian merupakan suatu pekerjaan

penting untuk dilakukan, karena melalui kegiatan tersebut peneliti akan

mendapatkan makna terhadap data yang dikumpulkan.

Menurut Moleong (1996;182 ), analisis data adalah “proses mengatur

urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan suatu uraian

dasar. Ia membedakannya dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang

(37)

diantara dimensi-dimensi uraian”. Sementara Bogdan dan Tylor (dalam

Moleong,1996;187) mengartikan analisis data sebagai “proses yang rinci usaha

secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti

yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada

tema dan hipotesis itu”.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis

data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola,

kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat

dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

Pada penelitia kualitatif data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari

catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, poto, dokumen berupa laporan,

biografi, artikel, dan sebagainya. Pekerjaan analisis data dalam hal ini adalah

mengartikan, mengurutkan, mengelompokan, memberikan kode, dan

mengkategorikannya. Pengorganisasian dan pengelolaan data tersebut bertujuan

menemukan tema dan hipotesis kerja akhirnya diangkat menjadi teori subtantif.

Perlu juga dikemukaan bahwa analisis data sudah mulai dilakukan dalam

suatu proses. Proses berarti pelaksanaannya sudah dimulai sejak pengumpulan

data dilakukan dan dikerjakan secara intensif, yaitu sesudah meningggalkan

lapangan. Dalam penelitian kualitatif sangat dianjurkan agar analisis data dan

penafsirannya secepatnya dilakukan oleh peneliti, tidak menunggu sampai data itu

menjadi dianggap memadai karena data sifatnya dinamis atau berkembangan,

(38)

Dalam penelitian ini penulis menganalisis data sesuai dengan cara yang

dikemukan oleh S. Nasution, (1996) yaitu: “reduksi data, display data, dan

mengambil kesimpulan (verifikasi)”

Reduksi data adalah membuat abstraksi atau merangkum data dalam suatu

laporan yang lebih sistematis yang difokuskan pada hal-hal yang inti atau penting.

Data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil

pengamatan, dan juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang

diperlukan.

Display data dilakukan untuk mempermudah melihat gambaran penelitian

secara menyeluruh atau bagian-bagian tertentu dari hasil penelitian. Display data

[image:38.595.116.513.234.638.2]

disajikan dalam berbagai macam matriks, grafik, alur, chart atau dalam bentuk

gambar.

Kesimpulan atau verifikasi merupakan upaya untuk mencari makna dari

data yang dikumpulkan. Upaya ini sebagaimana yang dikemukan oleh S.

Nastution, (1996;130), “dilakukan dengan cara mencari pola, tema, hubungan,

persamaan, hal-hal yang sering timbul, hipotesis dan sebagainya. Kesimpulan ini

mula-mula masih sangat tentatif dan kabur. Agar diperoleh kesimpulan yang lebih

mantap, kesimpulan senantiasa diverifikasi selama penelitian berlangsung”.

F. Tahap-Tahap Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan penelitian dilakukan melalui empat tahapan penelitian yaitu;

tahap pralapangan, tahap pelaksanaan penelitian, tahap analisa data, dan tahap

pelaporan hasil penelitian. Keempat tahapan tersebut adalah seperti terurai di

(39)

1. Tahap pralapangan, pada tahap ini dilakukan studi pendahuluan untuk

melihat kemungkinan peneliti dapat melakukan penelitian. Dari hasil

observasi, wawancara dan mempelajari dokumen-dokumen yang ada pada

penyuluh dan anggota kelompok tani di Desa Mekarjaya Kecamatan Arjasari

Kabupaten Bandung, penulis tertarik untuk mengetahui kegiatannya lebih

lanjut. Ketertarikan peneliti terhadap tersebut terfokus pada proses dan hasil

penyuluhan yang dilaksanakan, cukup unik. Diharapkan melalui penelitian

lebih lanjut akan tergambarkan secara jelas, bagaimana latar belakang

kegiatan penyuluhan, proses, hasil, dan faktor pendukung dan penghambat

proses penyuluhan masyarakat petani dalam upaya peningkatan produktivitas

lahan kritis di Desa Mekarjaya Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung.

Berangkat dari ketertarikan dan harapan dari kegunaan penelitian yang akan

dilakukan tersebut di atas, maka dirancanglah proposal penelitian dengan

ruang lingkup isi adalah sebagai berikut : (1) Bagian kesatu problematika,

berisi; latar belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan masalah dan

pertanyaan penelitian, definisi operasional, tujuan penelitian, kegunaan

penelitian dan kerangka penelitian. (2) Bagian kedua tinjauan pustaka. (3)

Bagian ketiga adalah metodologi penelitian meliputi, metode penelitian,

subjek penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik

analisa data, cara memperoleh kepercayaan hasil penelitian, dan tahap-tahap

penelitian. Kemudian proposal diseminarkan dengan TIM penguji seminar

penelitian tesis, dan setelah itu ditentukan pembimbing penulisan tesis.

(40)

hasil seminar, dan mendapatkan persetujuan pembimbing, peneliti langsung

terjun kelapangan. Sebelum terjun kelapangan tentunya peneliti

mempersiapkan bahan-bahan baik yang bekenaan dengan teknis penelitian

seperti instrumen penelitian, maupun administratif penelitian seperti surat izin

penelitian, pemberitahuan kelokasi penelitian.

2. Tahap pelaksanaan penelitian, pada tahap ini menurut Moleong (1996), ada

tiga tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian, pertama mengenal

latar penelitian dan mempersiapkan diri. Latar penelitian ini adalah penyuluh,

anggota kelompok tani, pemantau dan tokoh masyarakat. Kedua, adalah tahap

memasuki lapangan, dalam tahap ini ada tiga hal yang dilakukan, yakni

menjalin keakraban, mempelajari bahasa dan menentukan peranan peneliti.

Menjalin keakraban peneliti lakukan dengan penyuluh, pemantau, anggota

kelompok tani, dan tokoh masyarakat lainnya yaitu dengan cara

memperkenalkan diri baik pihak peneliti maupun yang lainnya, penyuluh,

pemantau, anggota kelompok tani dan anggota masyarakat lainnya terutama

tokoh masyarakat. Bahasa yang digunakan peneliti dalam dialog dengan para

informan yaitu menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda dimana

kedua bahasa tersebut baik oleh peneliti maupun oleh para informan dipahami

secara baik. Sedangkan peran yang dipilih oleh peneliti selama penelitian

adalah sebagai observer (observasi partisipatif), pewawancara, penemu

dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini. Ketiga adalah tahap berperan,

(41)

proses pembelajaran, produksi, pemasaran, bila dianggap perlu dan tidak

melampaui peran yang dimainkan masing-masing.

3. Tahap analisis data, sebagaimana yang dikemukakan pada bagian terdahulu

bahwa analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan selama dan

sekembali dari lapangan, baik sebelum penulisan laporan, maupun selama

penulisannya. Proses dan analisinya telah dikemukakan pada bagian terdahulu.

4. Tahap pelaporan hasil penelitian, penulisan draft tesis dilakukan secara

bertahap setelah tahapan pralapangan, lapangan, dan analisis data dilakukan.

Penulisan ini merupakan tahapan yang bergulir terus selama penelitian

dilakukan. Setelah penulisan draft tesis selesai dilakukan, peneliti

mengkonsultasikan kepada pembimbing. Di dalam proses konsultasi, dosen

pembimbing terus memberikan masukan, saran perbaikan yang sangat

bermanfaat untuk menyempurnakan draft tesis. Setelah draft tesis dianggap

layak, dilakukan progres raport (laporan kemajuan penelitian), dan draft tesis

diberikan masukan dan perbaikan sehingga peneliti diperbolehkan mengikuti

ujian tahap satu, dan seterusnya ujian tahap dua. Alhamdulillah.

G. Cara Memperoleh Kepercayaan Hasil Penelitian.

Beberapa tahapan yang dilakukan untuk mendapatkan hasil penelitian

yang bersignifikan tinggi, memenuhi persyaratan ilmiah. Menurut Mohammad

Ali, (1993;154) ada empat hal yaitu (1) kredibilitas, (2) transferabilitas, (3)

dependabilitas, (4) konfirmabilitas.

Berkenaan dengan kredibilitas usaha yang dilakukan peneliti adalah

(42)

waktu observasi ini bertujuan mengungkap, menggali dan mengadaptasi makna

sesungguhnya yang terkandung data. Upaya lain adalah meningkatkan frekuensi

pertemuan dengan responden, dan memperpanjang waktu dilapangan, diupayakan

waktu yang tersedia dimanfaatkan secara optimal. Mengamati aktivitas yang

dilakukan responden dengan cermat, dan tekun. Peneliti melakukan pengamatan

yang terus menerus kepada responden, sehingga data yang terkumpul

terdokumentasikan secara baik dan teratur, sehingga memudahkan dalam

menganalisis dan menafsirkannya. Pengamatan terus menerus tersebut dilakukan

sambil melibatkan diri dengan aktivitas responden.

Peneliti melakukan triangulasi data, yaitu pengumpulan data dengan

membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber ke sumber lainnya pada

saat yang lain, atau membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber dengan

pendekatan yang berbeda. Triangulasi data dilakukan untuk memeriksa keabsahan

data. Hal ini dilakukan dengan cara mendapatkan data yang sama digunakan pola

pertanyaan yang berbeda menggunakan wawancara, observasi, dan studi

dokumentasi, atau untuk mendapatkan data yang sama tapi sumber yang berbeda.

Peneliti mendiskusikan data yang telah dikumpulkan kepada orang lain,

hal ini dilakukan dengan mengkonsultasikan data kepada responden, para ahli,

mereka yang telah terlibat di dalam penelitian yang sejenis.

Peneliti melakukan”member chek” data yang telah dikumpulkan, hal ini

dilakukan dengan memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan kepada

responden sumber data, untuk mendapatkan keyakinan akan kebenaran data yang

(43)

Berkenaan transperabilitas data, adalah pengumpulan data dengan memilih

objek kajian yang esensial dan responden yang representatif terhadap objek kajian

yang dipilih. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang absah agar hasil

penelitian dapat diterapkan pada situasi lain yang lebih luas.

Sedangkan berkenaan dengan dependabilitas dan konfirmabilitas,

dilakukan oleh peneliti dengan menelusuri dan memeriksa kembali secara cermat

(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan deskripsi dan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan terdahulu, maka dapat diambil beberapa kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Proses perencanaan kegiatan penyuluhan dalam pengelolaan lahan kritis di Desa Mekarjaya Kecamatan Arjasari mencakup aspek-aspek isi/substansi, waktu penyusunan, proses penyusunan, dan wujud hasil perencanaan, pelaksanaannya melibatkan beberapa elemen atau unsur antara lain penyuluh pertanian, penyelenggara kegiatan penyuluhan dan peserta penyuluhan, serta LSM sebagai peninjau.

2. Proses pemberdayaan masyarakat petani lahan kritis melalui penyuluhan pada petani lahan kritis di Desa Mekarjaya terbagi pada tiga fase pembelajaran yaitu; (1) fase pembekalan, yang dilakukan melalui latihan singkat selama enam hari, diharapkan dapat menghasilkan warga masyarakat petani siap mengikuti fase-fase berikutnya; (2) fase swakarsa atau pemagangan, dilakukan melalui pemagangan, artinya warga masyarakat disamping belajar juga sambil bekerja pada lahan masing-masing atau pada lahan petani yang telah maju; dan fase (3) yaitu fase swadaya atau pemandirian, tujuannya adalah mengupayakan implementasi hasil belajar .

(45)

3. Hasil pemberdayaan melalui penyuluhan/pendampingan pada masyarakat petani lahan kritis, selain menunjukan adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan lahan kritis, juga adanya peningkatan produktivitas lahan dan peningkatan pendapatan masyarakat, yang pada gilirannya nanti dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya. a. Faktor pendukung dan penghambat penerapan model pembelajaran Kelompok

melalui penyuluhan pada Kelompok masyarakat petani lahan kritis di desa Mekarjaya adalah sebagai berikut :

a. Faktor pendukung meliputi : minat yang tinggi dari para peserta penyuluhan,

tersedianya manusia sumber yang memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan model pembelajaran Kelompok, tersedianya sarana dan prasarana belajar dan berusaha seperti: ruang belajar, lahan pertanian, bibit tanaman dan pupuk, kesesuaian dengan keterampilan dan usaha yang sedang diselenggarkan kelopmpok masyarakat petani lahan kritis, tersedianya dana belajar dan berusaha yang dikucurkan dinas pertanian walaupun belum memadai, keseriusan warga masyarakat dengan program, dan adanya bantuan dari pemerintah.

(46)

ada tanggapan warga masyarakat pada kegiatan Kelompok ini yang terkesan waktunya terlalu lama dan warga masyarakat belum memperoleh pendapatan yang memadai, pemberdayaan yang dirancang belum sistemati, masih bersifat garis-garis besar belum menjadi panduan yang operasional sehingga penyuluhan dan penyelenggara menemukan kesulitan dalam penafsirannya.

B. Rekomendasi

(47)

Dep.Pertanian bahwa sejalan dengan perhatiannya kepada PPMP-PPMP yang cukup “besar”, PPMP (Pokja Pemberdayaan Masyarakat Petani) yang tumbuh atas inisiatif masyarakat dan lebih dahulu lahir layak mendapatkan perhatian yang sama dengan peluang mendapatkan kesempatan promosi program dan kegiatan, dukungan financial dan kunjungan-kunjungan studi lapangan dalam skala yang lebih luas..

1. Kelompok Petani Lahan Kritis yang diselenggarakan PPMP (Pokja Pemberdayaan Masyarakat Petani) merupakan upaya pemberdayaan, pemberian penguatan, dan upaya perluasan sentra pertanian yang berada di Kabupaten Bandung, dengan melakukan proses pembelajaran melalui fase pembekalan (latihan). swakars (pemagangan). dan swadaya (pemandirian) dalam berusaha (produksi dan pemasaran) bagi masyarakat berusia 17-30 tahun sehingga memiliki peran di masyarakat (berdaya) baik dalam bidang sosial, ekonomi dan atau politik. Aktivitasnya akan optimum apabila komponen, dan sector terkait dalam pembinaan dan pengelolaan usaha kecil dapat memberikan penguatan seperti; perlu ada kemitraan dengan industri kecil yang telah berkembang dalam bentuk bantuan pemasaran dan pengadaan bahan baku limbah, karena kedua masalah inilah yang akan merintangi perkembangan usaha kecil yang dikelola PPMP instansi terkait dengan pembinaan usaha kecil seperti. Kantor Koperasi dan PUKM Kabupaten Bandung dapat berperan lebih banyak dalam kemitraan ini. 2. Pada lembaga pengembang program pendidikan luar sekolah perlu dijalin

(48)

berharga bagi upaya pengembangan berikutnya, hal ini lebih ampuh disbanding mendapatkan informasi hanya dari beberapa pihak saja. Kenyataan yang ditemukan di PPMP Lahan Kritis pembelajaran dilakukan dengan pendampingan yang awalnya belum mendapat rujukan yang jelas hanya sekedar kreatifitas penyelenggara PPMP, dan pengalaman institusi lain, dapat terselenggarakan. Untuk itu lembaga pengembang PLS dapat mengadakan pengembangan dan ujicoba model pendampingan, dan melakukan kerjasama dengan institusi yang telah menyelenggarakan kegiatan sejenis seperti PPMP (Pokja Pemberdayaan Masyarakat Petani) ini. Hal yang perlu mendapat perhatian antara lain peran dan pemeran diantara tenaga kependidikan, model pendampingan yang lebih aplikatif..

(49)

kelompok usaha yang memerlukan saling percaya dan pemahaman terhadap karakteristik setiap warga belajar secara permanent.

4. Pada fase swakarsa (pemagangan). pada fase ini perlu ada kesinambungan dalam berproduksi dan pemasaran. berproduksi berkenaan dengan hasil pertanian, sedangkan pemasaran berkenaan dengan distribusi mekanisme hasil panen. Hal ini perlu mendapat perhatian penyelenggara termasuk pendamping karena PPMP bukan membelajarkan warga belajar untuk tidak hanya siap bekerja (menjadi buruh) tetapi juga menjadi pengelola hasil pertanian.

(50)

6. Pendamping perlu mengusahakan peningkatan kemampuan dan kecakapan untuk kepentingan pendampingan, mengadakan refleksi tentang kegiatan-kegiatan yang sudah dilaksanakan dan selalu mencari cara-cara pendampingan yang lebih efektif. Dipersyaratkan juga pendamping memiliki kegiatan pengelolaan lahan kritis atau paling tidak memiliki pengalaman yang memadai dalam pengelolaan tersebut.

(51)

MODEL PROSES PEMBERDAYAAN PPMP MELALUI PENYULUHAN DAN PENDAMPINGAN PADA PETANI LAHAN KRITIS DI PPMP

Environmental input :

Raw Input masyarakat usia 17-30 th,belum menikah,DO SLTP sederajat.belum bekerja sehat jasmani dan rohani telah mengikuti Orientasi NST,Pendamping pemantau dan pengelola Evaluasi/kenda Fase pembekalan (latihan) 6 hari

Fase swakarsa (pemagangan) 4 bulan Fase swadaya Pemandirian 5-6 bulan Kontrak Belajar

Out put Out put

Out put

Pendampinganseb agai fasilitator, motivator, dan katalisator

FASE I FASE

Gambar

Tabel  1 Daftar Lokasi Kegiatan Gerhan Kecamatan Arjasari Kabupaten
Tabel I (satu)  Daftar Lokasi kegiatan  “Gerhan” Kecamatan Arjasari
gambar. Kesimpulan atau verifikasi merupakan upaya untuk mencari makna dari

Referensi

Dokumen terkait

Pengolahan Citra adalah suatu metode yang digunakan untuk mengolah citra (gambar/ image) sehingga menghasilkan gambar lain yang sesuai dengan kebutuhan.. Secara umum

Untuk mengamati trikoma (daun durian, daun waru, daun jarak hutan) ambillah daun yang telah disediakan, lalu kerik bagian atas daun dengan menggunakan silet!. Usahakan

Namun demikian, dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan. Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbutan

[r]

Struktur Dan Nilai Karakter Dalam Antologi Puisi Indonesia Modern Anak-Anak Sebagai Bahan Pembelajaran Apresiasi Puisi Di Smp.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kedua, industrialisasi berspektrum luas merupakan pilihan yang rasional untuk dilanjutkan mengingat Indonesia memiliki tingkat kompetisi yang kuat, terutama subsektor

Kerja sama antar karyawan dalam perusahaan terjalin dengan solid dan teratur sehingga mampu mengerjakan pekerjaan sesuai dengan job description .Budaya organisasi yang

Esensi pendapat di atas, memiliki kompleksitas permasalahan yang memerlukan perhatian sangat besar dari seorang guru dalam membuat konsep pembelajaran. Maka guru