• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL BIMBINGAN PERKEMBANGAN UNTUK PENGEMBANGAN KONSEP-DIRI DAN KEMATANGAN KARIR SISWA MADRASAH ALIYAH DI BANDAR LAMPUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL BIMBINGAN PERKEMBANGAN UNTUK PENGEMBANGAN KONSEP-DIRI DAN KEMATANGAN KARIR SISWA MADRASAH ALIYAH DI BANDAR LAMPUNG."

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

xiii DAFTAR ISI

PERNYATAAN……….. I LEMBAR PENGESAHAN……… Ii ABSTRAK……… Iii KATA PENGANTAR………. V UCAPAN TERIMA KASIH……….. Viii DAFTAR ISI……… Xiii DAFTAR TABEL……… Xv DAFTAR GAMBAR……….. Xix DAFTAR LAMPIRAN……….. Xx

BAB I : PENDAHULUAN……… A. Latar Belakang Masalah………

B. Rumusan Masalah………

C. Tujuan Penelitian……….

D. Manfaat Penelitian ……… E. Definisi Operasional ……… F. Asumsi Penelitian ………. G. Metodologi Penelitian……….

1 1 9 10 10 12 14 18 BAB II : STUDI TENTANG KONSEP BIMBINGAN

PERKEMBANGAN, KONSEP DIRI DAN

KEMATANGAN KARIR………

A. Bimbingan………

B. Bimbingan Karir………

C. Bimbingan Perkembangan…….……….. D. Konsep-Diri ( Self-Concept)………

E. Kematangan Karir………

F. Siswa Madrasah Aliyah………

G. Hasil penelitian terdahulu………

H. Kerangka Berpikir………

20 20 37 42 51 71 76 84 88 BAB III : METODOLOGI PENELITIAN……….

A. Pendekatan Penelitian……… B. Langkah-langkah Pelaksanaan Penelitian………

C. Sampel Penelitian………….………

D. Teknik Pengumpulan Data……… E. Pengembangan Instrumen Penelitian………

F. Analisis Data………

90 90 91 97 100 102 110 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………….

A. Hasil Penelitian………..

(2)

xiv

1. Studi Pendahuluan………

2. Profil Kosep-Diri dan Kematangan Karir Siswa……

3. Pengembangan Model………

4. Validasi Rasional Model……… 5. Uji Coba Lapangan Terbatas………

6. Uji Coba Diperluas………

7. Uji Validasi Model………

B. Pembahasan Hasil Penelitian………..

115 130 134 147 151 168 196 219 BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI………

A. Kesimpulan………...

B. Rekomendasi………

235 235 236 DAFTAR PUSTAKA……….

LAMPIRAN-LAMPIRAN……….

(3)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Daftar Madrasah Aliyah Lokasi Tempat Studi Lapangan Pendahuluan………

94

3.2 Subjek Penelitian Pada Tahap Studi Pendahuluan……….. 98 3.3 Subjek Penelitian Pada Tahap Uji Coba Diperluas………. 99 3.4 Subjek Penelitian pada Tahap Uji Validasi Model………. 99 3.5 Kisi-kisi Instrumen Kematangan Karir Sub Variabel

Sikap………... 103

3.6 Kisi-kisi Instrumen Kematangan Karir Sub Variabel

Kompetensi………. 104

3.7 Kisi-kisi Instrumen Konsep-diri karir karir Siswa…….. 106 3.8 Kisi Pedoman Wawancara Kondisi Layanan Bimbingan

Konseling……… 109

4.5 Efektivitas Model Bimbingan Karir Perkembangan Terhadap Aspek Pemahaman Diri………. 400 4.6 Efektivitas Model Bimbingan Terhadap Aspek Kesadaran

Diri………. 400

4.7 Efektivitas Model Bimbingan Terhadap Aspek

Penghargaan Diri………. 400

4.8 Efektivitas Model Bimbingan Karir Perkembangan Terhadap Aspek Kematangan Sikap………... 401 4.9 Efektivitas Model Bimbingan Karir Perkembangan

Terhadap Aspek Kematangan Kompetensi……… 401 4.10 Efektivitas Model Bimbingan Karir Perkembangan

(4)

xvi

Terhadap Aspek Kesadaran Diri………. 402 4.12 Efektivitas Model Bimbingan Karir Perkembangan

Terhadap Aspek Penghargaan Diri………. 402 4.13 Efektivitas Model Bimbingan Karir Perkembangan

Terhadap Aspek Kematangan Sikap………... 402 4.14 Efektivitas Model Bimbingan Karir Perkembangan

Terhadap Aspek Kematangan Kompetensi………. 403 4.15 Efektivitas Model Bimbingan Karir Perkembangan

Terhadap Aspek Pemahaman Diri………... 403 4.16 Efektivitas Model Bimbingan Karir Perkembangan

Terhadap Aspek Kesadaran Diri………. 403 4.17 Efektivitas Model Bimbingan Karir Perkembangan

Terhadap Aspek Penghargaan Diri………. 404 4.18 Efektivitas Model Bimbingan Karir Perkembangan

Terhadap Aspek Kematangan Sikap………... 404 4.19 Efektivitas Model Bimbingan Karir Perkembangan

Terhadap Aspek Kematangan Kompetensi………. 404 4.20 Hasil Uji Validasi Model Pada Siswa Madrasah Aliyah

Negeri I Sukaramepemahaman Diri……… 405 4.21 Hasil Uji Validasi Model Pada Siswa Madrasah Aliyah

Negeri I Sukaramepemahaman Diri……….. 405 4.22 Hasil Uji Validasi Model Pada Siswa Madrasah Aliyah

Negeri I Sukarame Kesadaran Diri ……… 405 4.23 Hasil Uji Validasi Model Pada Siswa Madrasah Aliyah

Negeri I Sukarame Kesadaran Diri………. 406 4.24 Hasil Uji Validasi Model Pada Siswa Madrasah Aliyah

Negeri I Sukarame Penghargaan Diri………. 406 4.25 Hasil Uji Validasi Model Pada Siswa Madrasah Aliyah

Negeri I Sukarame Penghargaan Diri………. 406 4.26 Hasil Uji Validasi Model Pada Siswa Madrasah Aliyah

(5)

xvii

4.27 Pada Siswa Madrasah Aliyah Negeri I Sukarame

Sikap………. 407

4.28 Hasil Uji Validasi Model Pada Siswa Madrasah Aliyah Negeri I Sukarame Kompetensi………. 407 4.29 Hasil Uji Validasi Model Pada Siswa Madrasah Aliyah

Negeri I Sukarame Kompetensi……….. 408 4.30 Hasil Uji Validasi Model Pada Siswa Madrasah Aliyah

Muhammadiyah I Sukarame Pemahaman Diri………… 408 4.31 Hasil Uji Validasi Model Pada Siswa Madrasah Aliyah

Muhammadiyah I Sukarame Pemahaman Diri 408 4.32 Hasil Uji Validasi Model Pada Siswa Madrasah Aliyah

Muhammadiyah I Sukarame Kesadaran Diri………. 409 4.33 Hasil Uji Validasi Model Pada Siswa Madrasah Aliyah

Muhammadiyah I Sukarame Kesadaran Diri……… 409 4.34 Hasil Uji Validasi Model Pada Siswa Madrasah Aliyah

Muhammadiyah I Sukarame Penhargaan Diri…………. 409 4.35 Hasil Uji Validasi Model Pada Siswa Madrasah Aliyah

Muhammadiyah I Sukarame Penghargaan Diri…………. 410 4.36 Hasil Uji Validasi Model Pada Siswa Madrasah Aliyah

Muhammadiyah I Sukarame Sikap………. 410 4.37 Hasil Uji Validasi Model Pada Siswa Madrasah Aliyah

Muhammadiyah I Sukarame Sikap………. 410 4.38 Hasil Uji Validasi Model Pada Siswa Madrasah Aliyah

Muhammadiyah I Sukarame Kompetensi………... 411 4.39 Hasil Uji Validasi Model Pada Siswa Madrasah Aliyah

Muhammadiyah I Sukarame kompetensi……… 411 4.1 Gambaran Konsep-diri karir Siswa Madrasah Aliyah di

Bandar Lampung………. 412

4.2 Gambaran Aspek Konsep-diri karir Siswa Madrasah Aliyah…..

(6)

xviii

4.3 Gambaran Kematangan Karir Siswa Madrasah Aliyah di

Bandar Lampung………. 413

(7)

xix

DAFTAR GAMBAR/ GRAFIK

Gambar Halaman

(8)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisis Domain………. 241

Lampiran 2 Analisis Taksonomi………. 247

Lampiran 3 Analisis Komponensial……… 250

Lampiran 4 Analisis Tema………. 253

Lampiran 5 Validitas konstruk Instrumen Konsep diri karir karir…………. 254 Lampiran 6 Validitas konstruk Instrumen Kematangan karir….. 257 Lampiran 7 Validitas external instrument Konsep diri karir

sebelum revisi (pemahaman diri)……… 260

Lampiran 8 Validitas external instrument Konsep diri karir setelah revisi (pemahaman diri)………..

265

Lampiran 9 Validitas external instrument Konsep diri karir sebelum revisi (kesadaran diri)………

269

Lampiran 10 Validitas external instrument Konsep diri karir setelah revisi (kesadaran diri)……….

274

Lampiran 11 Validitas external instrument Konsep diri karir

sebelum revisi (penghargaan diri)……… 279

Lampiran 12 Validitas external instrument Konsep diri karir setelah revisi (penghargaan diri)……….

285

Lampiran 13 Validitas external instrument kematangan karir sebelum revisi (sikap)……….

290

Lampiran 14 Validitas external instrument kematangan karir setelah revisi (sikap)………..

300

Lampiran 15 Validitas external instrument kematangan karir sebelum revisi (kompetensi)………

301

Lampiran 16 Validitas external instrument kematangan karir setelah revisi (kompetensi)……….

(9)

xxi

Lampiran 17 Reliabilitas Instrumen Konsep diri karir sebelum

revisi………. 307

Lampiran 18 Reliabilitas Instrumen Konsep diri karir setelah revisi………. 318

Lampiran 19 Reliabilitas Instrumen Kematangan karir sebelum revisi………. 328

Lampiran 20 Reliabilitas Instrumen Konsep diri karir setelah revisi……… 339

Lampiran 21 Profil Konsep diri karir (pemahaman diri) siswa Madrasah Aliyah di Bandar Lampung……… 348

Lampiran 22 Profil Konsep diri karir (kesadaran diri) siswa Madrasah Aliyah di Bandar Lampung……… 350

Lampiran 23 Profil Konsep diri karir (Penghargaan diri) siswa Madrasah Aliyah di Bandar Lampung……… 352

Lampiran 24 Profil kematangan karir (Sikap) siswa Madrasah Aliyah di Bandar Lampung………... 354

Lampiran 25 Profil kematangan karir (Kompetensi) siswa Madrasah Aliyah di Bandar Lampung……… 356

Lampiran 26 Hasil Uji di perluas pada MAN 1 Sukarame………… 358

Lampiran 27 Hasil Uji di perluas pada MA Muhammadiyah 1 Sukarame……….. 360

Lampiran 28 Hasil Uji di perluas pada MA Matlaul anwar Kedaton 362 Lampiran 29 Hasil uji Validasi Model di MAN 1 Sukarame…….. 364

Lampiran 30 Hasil uji Validasi Model di MA Muhamadiyah 1 Sukarame………. 367

Lampiran 31 Instrumen Kematangan Karir………. 370

Lampiran 32 Instrumen Konsep diri karir……… 376

Lampiran 33 Pedoman Wawancara………. 382

(10)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bagian pendahuluan disertasi ini diuraikan tentang (1) latar belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) definisi operasional variabel penelitian, (6) asumsi penelitian, dan (7) metodologi penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Siswa yang berkualitas adalah siswa yang mampu mengembangkan potensi yang mereka miliki secara optimal. Pengembangan potensi siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya adalah melalui proses pendidikan baik pendidikan formal maupun informal. Madrasah Aliyah adalah satuan pendidikan pada lembaga pendidikan formal yang bertugas dan bertanggung jawab melaksanakan proses pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan potensi siswa.

(11)

Prayitno (1994: 244) mengatakan bahwa ada tiga kegiatan pendidikan yang mesti dilaksanakan oleh satuan pendidikan, yaitu

(1) Bidang kurikulum dan pengajaran, meliputi semua bentuk pengembangan kurikulum dan pelaksanaan pengajaran, yaitu penyampaian dan pengembangan pengetahuan, keterampilan, sikap dan kemampuan berkomunikasi peserta didik, (2) bidang administrasi dan kepemimpinan, yaitu bidang yang meliputi berbagai fungsi berkenaan dengan tanggung jawab dan pengambilan kebijakan, serta bentuk-bentuk kegiatan pengelolaan dan administrasi sekolah, seperti perencanaan, pembiayaan, pengadaan, pengembangan staf, sarana prasarana fisik dan pengawasan, (3) bidang kesiswaan, yaitu bidang yang meliputi berbagai fungsi dan kegiatan yang mengacu kepada pelayanan kesiswaan secara individual agar masing-masing peserta didik dapat berkembang sesuai dengan potensi, bakat, minatnya, serta tahapan-tahapan perkembangan siswa. Bidang ini dikenal sebagai kegiatan bimbingan dan konseling.

Kewajiban satuan pendidikan melaksanakan ketiga kegiatan di atas, secara tidak langsung telah menempatkan bidang bimbingan dan konseling pada kedudukan yang sama dan setara dengan kedua bidang pendidikan lainnya. Ini berarti bahwa guru bimbingan dan konseling juga memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama dengan guru-guru lainnya untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal. Kedudukan guru bimbingan dan konseling tersebut dipertegas di dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 6 bahwa keberadaan konselor merupakan salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widiyasuara, fasilitator dan instruktur.

(12)

Tujuan guru bimbingan dan konseling melakukan bimbingan antara lain adalah agar siswa mandiri dalam mengambil keputusan, bisa menentukan pilihan demi mewujudkan kehidupan produktif dan sejahtera. Untuk mencapai tujuan tersebut maka guru bimbingan dan konseling harus memiliki ilmu pengetahuan serta keterampilan-keterampilan teknis bimbingan dan konseling, dengan demikian mereka bisa berkerja secara professional.

Salah satu bidang bimbingan yang wajib dilaksanakan adalah bidang bimbingan karir. Bimbingan karir bertujuan membantu siswa menyiapkan diri untuk menempuh tahapan-tahapan perkembangan dan tugas-tugas perkembangan karir, seperti pengembangan konsep-diri, pengembangan pemahaman tentang okupasi-okupasi, serta pengembangan pemahaman tentang lingkungan. Super (Herr & Cramer. 1974: 6-7) mengemukakan bahwa bimbingan karir adalah

…the process of helping a person to develop and accept and integrated adequate picture of himself and of his role in the world of work to test his concept againt reality, and to convert it into reality, with satisfaction to himself and to society.

Siswa Madrasah Aliyah harus memiliki kompetensi-kompetensi karir yang akan digunakan untuk membuat perencanaan karir masa depan. Melalui bimbingan karir diharapkan siswa bisa menghadapi tahapan-tahapan perkembangan psikologis serta menjalankan tugas perkembangan karir secara baik, dengan demikian siswa dapat mengembangkan potensi diri secara optimal dan mencapai kepuasan dalam berkarir. Cybers & Pritchard (Manrihu 1992: 161-162) memaparkan tujuan bimbingan karir di sekolah sebagai berikut

(13)

melaksanakan rencana untuk memenuhi syarat memasuki pekerjaan dengan mengambil mata pelajaran di sekolah tingkat lanjutan, dengan latihan jabatan atau latihan di perguruan tinggi atau pendidikan latihan pasca sekolah lanjutan dalam kualifikasi tertentu untuk suatu okuvasi khusus.

Kompetensi karir tidak hanya terbatas kepada kemampuan siswa memahami dan mengenali dunia kerja, akan tetapi juga kemampuan siswa dalam memahami dan mengenali aspek-aspek karir secara lebih luas, seperti aspek psikologis, sosial kemasyarakatan, pendidikan, fisik, ekonomi dan lain-lain. Herr & Cramer (1984: 14) mengemukakan bahwa perkembangan karir adalah …the total constalation of psychological, sociological, educational, physical, economic, and chance factors that combine to shape the career of any given individual.

Proses perkembangan karir dibagi dalam lima tahap, yaitu Pertama, fase pengembangan (growth) mulai dari lahir sampai usia lebih kurang 15 tahun, di mana anak mengembangkan berbagai potensi, pandangan, sikap, minat, kebutuhan-kebutuhan yang dipadukan dalam struktur gambaran diri (self-concept structure); Kedua, fase explorasi (exploration) dari umur 15 sampai 24 tahun, di

(14)

Pada masa-masa tertentu dalam kehidupan individu, mereka dihadapkan dengan tugas-tugas perkembangan karir, seperti pada usia antara 14 sampai dengan 18 tahun, individu harus menjalankan tugas perencanaan masa depan (crystallization) yang bersifat kognitif dengan cara meninjau diri sendiri dan

situasi hidupnya. Siswa Madrasah Aliyah yang berusia antara 15 sampai dengan 19 tahun sedang berada pada tahapan explorasi karir. Pada tahap explorasi karir tugas siswa antara lain adalah melakukan pengembangan terhadap pemahaman diri, pengembangan kesadaran diri, serta pengembangan penghargaan diri. Di samping itu siswa juga harus memiliki kematangan sikap dan kematangan kompetensi karir.

Konsep-diri menjadi landasan bagi siswa dalam membuat keputusan-keputusan karir. Career self-concept adalah cara siswa memandang, memahami, dan memposisikan diri. Jika siswa bisa memposisikan diri berdasarkan pemahaman dan pandangan yang benar dan tepat, berarti konsep-diri siswa baik. John Milton Dillard (1985: 18) menyatakan your career decisions and how you go about making them serve as at least partial basis for how you see yourself.

Di samping itu konsep-diri juga menjadi faktor yang menentukan terbentuknya tingkah laku (behavior) dan sikap (attitude) siswa. Artinya tingkah laku dan sikap karir siswa pada dasarnya mencerminkan kondisi konsep-diri yang terdapat pada siswa. Rita L. Atkinson et al. (1987: 209) mengemukakan

(15)

Perkembangan konsep-diri terjadi sepanjang rentang kehidupan serta tahapan-tahapan perkembangan psikologis. Perkembangan konsep-diri merupakan kulminasi dari berbagai faktor yang dialami oleh siswa, baik faktor yang bersifat internal maupun faktor yang bersifat external. Ketika siswa berinteraksi dengan faktor-faktor tersebut, mereka mengamati, menyerap, mengintegrasikan serta menginternalisasikan ke dalam diri mereka. Nilai-nilai yang diperoleh dari proses internalisasi mereka yakini dan dijadikan sebagai konsep-diri.

Brook dan Emmer (1974: 40) mengemukakan bahwa konsep-diri merupakan pandangan dan perasaan yang bersifat biologis dan sosial tentang diri sendiri, yang diperoleh dari pengalaman dan interaksi dengan orang lain. Konsep-diri siswa mengalami perkembangan selama pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif. Perkembangan tersebut terjadi melalui berbagai cara, seperti observasi terhadap orang-orang yang memegang jabatan, proses identifikasi terhadap orang dewasa yang berkerja, penghayatan pengalaman hidup, dan kesadaran siswa tentang kesamaan dan perbedaan antara dirinya dengan orang lain. Kondisi ini akhirnya mempengaruhi perkembangan konsep-diri. Pemahaman dan kesadaran siswa terhadap diri menjadi motivasi internal yang dapat mengarahkan siswa kepada suatu bidang jabatan yang memungkinkan mereka mencapai kesuksesan dan kepuasan.

(16)

kehidupan yang realistis. Sebaliknya, konsep-diri negatif di samping dapat mendorong siswa untuk melakukan tingkah laku bermasalah juga dapat menimbulkan harapan-harapan yang tidak realistis.

Konsep-diri secara simultan berpengaruh terhadap kematangan karir seorang. Artinya apabila konsep-diri siswa mengalami perkembangan, maka kematangan karir siswapun juga mengalami perkembangan secara bersama-sama. Kematangan karir merupakan kesesuaian antara tingkah laku karir seorang individu dengan tingkah laku karir yang diharapkan terjadi sesuai dengan usia. Ini berarti bahwa jika siswa tidak menunjukkan tingkah laku yang sesuai dengan tingkah laku karir yang diharapkan, berarti kematangan karir siswa belum berkembang.

(17)

Kenyataan di Madrasah Aliyah menunjukkan bahwa walaupun bimbingan karir telah dilaksanakan, tetapi hasilnya belum mampu mengembangkan konsep-diri dan kematangan karir siswa. Studi pendahuluan di Madrasah Aliyah menunjukkan bahwa kondisi konsep-diri dan kematangan karir siswa belum baik. Penelitian yang dilakukan oleh Yunan Rauf (2006) berkaitan dengan kematangan karir siswa di sejumlah SMA menunjukkan bahwa kematangan karir siswa belum terbentuk dengan baik, meskipun di sekolah tersebut guru bimbingan dan konseling telah melaksanakan bimbingan karir.

Di samping itu hasil pengamatan dan wawancara terhadap siswa di beberapa Madrasah Aliyah menunjukkan bahwa konsep-diri siswa belum terbentuk dengan baik. Siswa belum memahami bakat, minat, pilihan-pilihan karir, perencanaan karir serta orientasi karir secara baik. Ini menunjukkan bahwa konsep-diri siswa belum berkembang, sebab tingkah laku dan sikap karir seseorang merupakan refleksi dari konsep-diri.

(18)

hanya dilakukan dengan memberikan informasi tentang dunia kerja serta Perguruan Tinggi, (5) bimbingan karir yang dilaksanakan oleh guru bimbingan dan konseling belum berorientasi kepada pengembangan konsep-diri dan kematangan karir siswa, (6) pengetahuan dan keterampilan teknis guru bimbingan dan konseling masih terbatas sehingga mereka belum bisa melakukan bimbingan secara professional

Berdasarkan kajian dan telaahan tentang teori konsep-diri, kematangan karir, bimbingan perkembangan, serta kondisi riil di Madrasah Aliyah Bandar Lampung, maka diperlukan model bimbingan karir yang dapat membantu siswa mengembangkan konsep-diri dan kematangan karir. Bimbingan tidak cukup hanya dengan layanan informasi, tetapi dibutuhkan model bimbingan karir yang komprehensif, yang dapat mengembangkan pemahaman diri siswa, mengembangkan kesadaraan diri siswa, mengembangkan penghargaan diri, serta mengembangkan kematangan kompetensi dan kematangan sikap.

Model bimbingan perkembangan merupakan model yang tepat digunakan untuk pengembangan konsep-diri dan kematangan karir siswa Madrasah Aliyah, karena salah satu tujuan bimbingan perkembangan adalah menjadikan setiap individu lebih menyadari exsistensi diri dan mengembangkan potensi yang mereka miliki secara optimal, sehingga individu bisa bertanggung jawab dan memenuhi tuntutan lingkungan serta menghadapi tantangan masa depan.

(19)

B. Rumusan Masalah

Agar penelitian ini lebih terfokus, maka penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut.

1. Bagaimana profil konsep-diri dan profil kematangan karir siswa Madrasah Aliyah di Bandar Lampung?

2. Model bimbingan perkembangan seperti apakah yang cocok untuk mengembangkan konsep-diri dan kematangan karir siswa Madrasah Aliyah di Bandar Lampung?

3. Sejauh mana model bimbingan perkembangan efektif untuk mengembangkan konsep-diri; pemahaman diri, kesadaran diri, penghargaan diri siswa Madrasah Aliyah?

4. Sejauh mana model bimbingan perkembangan efektif untuk mengembangkan kematangan karir; kematangan sikap, kematangan kompetensi siswa Madrasah Aliyah di Bandar Lampung?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian adalah untuk menghasilkan model bimbingan perkembangan konsep-diri siswa tentang karir dan pembentukan kematangan karir. Tujuan khusus dari penelitian adalah sebagai berikut:

(20)

2. Menyusun model bimbingan perkembangan yang cocok untuk mengembangkan konsep-diri dan kematangan karir siswa Madrasah Aliyah di Bandar Lampung.

3. Mengetahui sejauh mana model bimbingan perkembangan tersebut efektif untuk mengembangkan konsep-diri; pemahaman diri, kesadaran diri, dan penghargaan diri siswa Madrasah Aliyah di Bandar Lampung.

4. Mengetahui sejauh mana model bimbingan perkembangan tersebut efektif untuk mengembangkan kematangan karir; kematangan sikap dan kematangan kompetensi siswa Madrasah Aliyah di Bandar Lampung.

D. Manfaat Penelitian

Sasaran utama yang ingin dicapai dengan penelitian ini adalah ditemukannya model bimbingan perkembangan untuk pengembangan konsep-diri dan kematangan karir. Dengan berkembangnya konsep-diri diharapkan siswa tidak mengalami hambatan dalam menjalani karir di masa depan.

(21)

Hasil penelitian tentang model bimbingan perkembangan untuk pengembangan konsep-diri dan kematangan karir siswa diharapkan bermanfaat untuk hal-hal sebagai berikut:

1. Secara Teoritis.

Penelitian ini merupakan upaya pengkajian konseptual tentang model bimbingan perkembangan untuk pengembangan konsep-diri dan kematangan karir karir siswa. Di samping itu penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat dalam rangka memperbaiki pandangan bahwa dalam bimbingan siswa tidak boleh semata-mata dipandang sebagai individu yang bermasalah sehingga pendekatan bimbingan dan konseling hanya bersifat kuratif. Tetapi siswa harus dipandang sebagai individu yang memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya konsep bimbingan harus dikembangkan secara komprehensif, sehingga siswa bisa dipahami secara lebih utuh.

2. Secara Praktis.

Penelitian diharapkan bermanfaat dalam rangka memperbaiki mutu bimbingan karir di Madrasah Aliyah. Artinya model bimbingan perkembangan ini pada akhirnya diharapkan bisa digunakan untuk mengembangkan konsep-diri dan kematangan karir siswa.

E. Definisi Operasional

(22)

1. Model Bimbingan perkembangan

Fungsi bimbingan pada dasarnya ada tiga, yaitu (1) fungsi pencegahan (preventif), (2) fungsi pemeliharaan dan perawatan (curative), dan (3) fungsi

pengembangan (developmental). Model bimbingan yang dibahas dalam penelitian ini adalah model bimbingan yang berorientasi kepada bimbingan perkembangan. Model bimbingan perkembangan berorientasi kepada tahapan-tahapan serta tugas-tugas perkembangan siswa.

2. Konsep-diri (Career Self-Concept)

Konsep-diri merupakan pandangan dan perasaan yang bersifat biologis, psikologis dan sosial tentang diri, dan diperoleh melalui pengalaman dan interaksi dengan orang lain (Brook, W. D., 1974: 40). Konsep-diri tidak hanya sebatas gambaran diri, tetapi juga penilaian terhadap apa yang dipikirkan dan apa yang dirasakan.

(23)

Dalam penelitian ini konsep-diri yang diteliti adalah konsep-diri positif dengan sub variable pemahaman diri understanding), kesadaran diri (self-awareness), dan penghargaan diri (self-esteem)

3. Kematangan Karir

Super (Winkel. 1997: 579) mengemukakan bahwa kematangan karir (career maturity) adalah keberhasilan seseorang menyelesaikan semua tugas perkembangan yang khas bagi tahap perkembangn tertentu.

Super (Samuel H. Osipow, 1983: 158) mengemukakan ‘Career maturity is congruence between an individual’s vocational behavior and the the expected vocational behavior at that stage’.

Kematangan karir yang dimaksudkan adalah kesesuaian tingkah laku karir siswa Madrasah Aliyah dengan tugas perkembangan vokasional yang secara pisikologis dialami oleh siswa pada tahapan explorasi. Indikator yang digunakan untuk menentukan kematangan karir adalah indikator yang dikembangkan oleh Crites. Indikator tersebut mencakup dua dimensi, yaitu dimensi sikap dan dimensi pengetahuan. Kedua dimensi tersebut adalah Pertama, dimensi pengetahuan; (1) Self-apprisal, (2) Occupational information, (3) Goal selection, (4) Planning, (5)

Problem solving. Kedua, dimensi sikap; (1) Decisiveness, (2) Imvolvement, (3)

Independence, (4) Orientation, (5) compromise.

4. Siswa Madrasah Aliyah

(24)

yang ada di Bandar Lampung. Siswa tersebut berusia antara 15-19 tahun sebelum memasuki perguruan tinggi atau dunia kerja.

F. Asumsi Penelitian

Asumsi merupakan dasar bagi seorang peneliti untuk memahami sebuah persoalan. (Bodgan, R. 1983:32; Lincoln dan Guba, 1984: 47-69; Nasution, 1988: 25-29; Maleong, L. 1993: 33-34). Oleh sebab itu penelitian tentang model bimbingan perkembangan untuk pengembangan konsep-diri dan kematangan karir siswa berlandaskan kepada sejumlah asumsi.

1. Pendidikan bertujuan untuk menuntun peserta didik merealisasikan diri mereka secara optimal sesuai dengan harkat kemanusiaannya, menjadi manusia kaffah, bertaqwa, mencapai kesempurnaan (insan kamil) dan kebahagiaan hidup sesuai dengan ridha Allah SWT. (Djawad Dahlan, 1988). Di Indonesia, misi kebijakan pendidikan dituangkan dalam Undang-undang sistem pendidikan nasional.

Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 bab II pasal 3)

(25)

mengambil keputusan secara mandiri seiring dengan perkembangan intelektual, emosional dan sosial, dan mempertautkan (menyesuaikan) kepentingan individual siswa dengan tuntutan sosial dalam lingkungan keluarga, madrasah maupun masyarakat, termasuk kemungkinan pekerjaan dan karir di masa depan (Rochman Natawidjaja, 1981). Berkaitan dengan ini Mathewson (1962: 141) mengemukakan

Guidance is the systematic, professional process of helping the individual through the educative and integrative procedures to gain a better understanding of his own characteristics dan potensialities and to relate himself more satisfactorily to social requirements and opportunities, in accord with social and moral value.

3. Bimbingan menjalankan sejumlah fungsi, yaitu fungsi pencegahan (preventive), fungsi perbaikan (curative) untuk memperbaiki kecenderungan

perilaku yang mengganggu proses aktualisasi diri, serta keseluruhan potensi dan kemampuan yang dimiliki, bimbingan juga memiliki fungsi pengembangan (developmental). Sebagai fungsi pengembangan, Zeran dan Ricco (1962: 2)

mengemukakan sebagai berikut

Guidance…is a process, developmental in nature, by which an individual is assisted to understand, acceptand utilize his abilities, aptitudes, and interests, and attitudinal patterns in relation to his aspiration. By doing this he may increasingly be come more capable of making free and wise choise as individual and as a member of a dynamic, expanding society.

(26)

belajar dan penciptaan kondisi secara sengaja, yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Asumsi ini sejalan dengan pandangan Bennett (1963:9) sebagai berikut.

One of the most significant development in the personnel or guidance point of view in recent years is the recognition that guidance is a learningprocess, for both the guindance worker and the individual, and that learning to both parties occurs thrugh both interviews and group procedures

5. Bimbingan perkembangan difokuskan kepada proses menjadikan individu agar lebih menyadari eksistensi diri secara baik dan menyadari bahwa mereka memiliki kebebasan, kedayagunaan dan dapat mengembangkan potensi diri secara optimal. Blocher (1974) mengemukakan bahwa bimbingan pengembangan bertujuan.

(1) helping individual fully aware of himself and the ways in which he is responding to the influences in his environment, (2) assists him to establish some personal meaning for his behavior and to develop and clarify a set of goal and values for future behavior, (3) maximizing human freedom, and, (4) maximixing human effectiveness.

6. Karir mengandung makna yang konprehensif, tidak hanya sekedar menggambarkan okupasi, melainkan mencakup seluruh aspek kehidupan seseorang seperti: (1) peran hidup (life-role), (2) lingkungan kehidupan (life setting) dan, (3) peristiwa kehidupan (life events).

(27)

dewasa yang sudah bekerja, melalui penghayatan terhadap pengalaman hidup. Dengan menyadari kesamaan dan perbedaan di antara diri sendiri dengan orang lain, akhirnya terbentuk gambaran diri yang vokasional.

8. Konsep-diri dapat mempengaruhi pilihan tingkah laku dan harapan-harapan dalam kehidupan. Konsep-diri yang positif dapat mengarahkan seseorang untuk memilih tingkah laku yang tepat dan membimbing mereka agar memiliki harapan-harapan yang realistis dalam kehidupan, sebaliknya konsep-diri yang negatif dapat mengarahkan siswa kepada pilihan tingkah laku yang bermasalah dan memunculkan harapan-harapan kehidupan yang tidak realistis.

9. Perkembangan karir dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal pada diri siswa sebagai individu maupun faktor external di luar diri siswa. Artinya perkembangan ini ikut dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan, kondisi ekonomi dan kondisi geografis, status kesukuan, ststus jenis kelamin dan status kelompok sosial. Gabungan dari faktor-faktor tersebut itulah yang mempengaruhi nilai-nilai, sikap, pandangan, serta pengetahuan yang dikembangkan dan dimiliki oleh seseorang.

Shertzer dan Stone (1981) mengemukakan bahwa gabungan faktor psikologis, sosial, pendidikan, fisik, ekonomi dan kesempatan sama-sama membentuk jabatan seseorang. Edwin L Herr (1979:69) dalam kontek ini menegaskan sebagai berikut:

(28)

or impede one’s acquisition of value, knowledge, and skill leading to effective career behavior.

10. Perkembangan karir berlangsung secara bertahap dan terjadi pergeseran dalam preferensi, tahap-tahap perkembangan tersebut memunculkan sikap dan perilaku yang menyangkut keterlibatan dalam satu jabatan yang tampak dalam tugas perkembangan karir (vocational developmental tasks)

11. Masing-masing tahap perkembangan karir menunjukkan satu taraf dalam kematangan karir (carrer maturity). Super (Samuel H Sipow 1983: 175) mengemukakan ‘Career maturity is congruence between an individual’s vocasional behavior and the the expected vocational behavior at that stage’. Kematangan karir terjadi pada seorang individu jika terdapat kesesuaian antara perilaku karir dengan pilihan karir pada rentang usia tertentu.

G. Metode Penelitian

Secara ringkas dikemukakan bahwa penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan perkembangan (Research and Development) Borg dan Gall (1989) mengemukakan bahwa penelitian dan pengembangan dapat didefinisikan sebagai process used to develop and validate educational product. Produk tidak hanya dalam bentuk buku tek, film instruksional, atau program komputer, melainkan juga metode pengembangan program-program pendidikan, termasuk di dalamnya kajian tentang bimbingan dan konseling.

(29)
(30)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pembahasan pada bab III meliputi (1) pendekatan dan prosedur penelitian, (2) definisi operasional variabel penelitian, (3) pengembangan instrumen penelitian, dan (4) teknik analisis data penelitian.

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menghasilkan model bimbingan perkembangan untuk pengembangan konsep-diri dan kematangan karir siswa Madrasah Aliyah. Strategi penelitian yang dianggap paling tepat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah penelitian dan pengembangan (research and development). Borg dan Gall (1989) menyatakan bahwa penelitian dan pengembangan merupakan … a process used to develop and validate educational product. Penelitian dan pengembangan merupakan jembatan antara penelitian dasar dan penelitian terapan. Pengembangan model hipotetik dilakukan berdasarkan analisis terhadap kebutuhan dengan menggunakan penelitian dasar dan diuji dengan menggunakan metode experimen, selanjutnya model yang telah teruji diaplikasikan dalam situasi layanan yang sebenarnya.

(31)

mengetahui validitas rasional model bimbingan perkembangan. Metode penelitian kuantitatif digunakan untuk mengetahui efektifitas model.

B. Langkah-langkah Pelaksanaan Penelitian dan Pengembangan

Research and development dalam pelaksanaannya menggunakan beberapa

metode, yaitu metode deskriptif, metode evaluatif dan metode experimental. Metode deskriptif digunakan pada tahap awal untuk mendapatkan data tentang kondisi ril lapangan. Data tersebut meliputi (1) kondisi produk yang sudah ada yang digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk produk yang akan dikembangkan, (2) kondisi pihak pengguna produk, guru bimbingan dan konseling, kepala Madrasah, serta siswa Madrasah Aliyah.

Metode experimen dalam penelitian ini digunakan untuk menguji efektifitas model. Meskipun pada setiap tahap uji coba dilakukan evaluasi, tetapi hasil evaluasi tersebut hanya digunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan model, bukan untuk mengetahui efektifitas model.

Secara konseptual Borg dan Gall. (1989) mengemukakan urutan kegiatan penelitian dan pengembangan sebagai berikut.

1) Research and information collecting, 2) Planning, 3) develop preliminary from product, 4) main product revision, 5) main field testing 6) operational product process, 7) operational field testing, 8) final product revision, 9) desimination and implementation.

(32)

Gambar 3. 1

Tahapan Kegiatan Pengembangan Model Bimbingan Perkembangan untuk Pengembangan Konsep-Diri dan Kematangan Karir

Deskripsi tentang proses pengembangan model bimbingan perkembangan untuk pengembangan konsep-diri dan kematangan karir siswa Madrasah Aliyah diuraikan sebagai berikut.

1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan dalam rangka untuk mendapatkan informasi awal sebagai bahan pengembangan model. Informasi yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk merancang model hipotetik. Kegiatan penelitian pada tahapan studi pendahuluan adalah pertama, membahas literatur berkaitan dengan teori, konsep dan hasil penelitian yang relevan dengan masalah yang diteliti. Kedua, studi empiris tentang pelaksanaan bimbingan karir di Madrasah Aliyah.

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENDAHULUAN

Studi Literatur

Model Hipotetik

Uji Coba Terbatas

Studi pendahuluan

Uji Coba Diperluas

UJI VALIDASI

Model Akhir

Uji validasi Penyusunan model

[image:32.595.99.530.126.502.2]
(33)

a. Studi Literatur

Tujuan studi literatur adalah untuk mengkaji teori-teori, prinsip-prinsip, konsep-konsep yang berhubungan dengan model yang sedang dikembangkan, yaitu bimbingan perkembangan, konsep-diri dan kematangan karir. Studi literatur dilakukan secara intensif dengan menggunakan sumber informasi yang relevan dengan topik-topik yang sedang dibahas baik berupa buku teks, jurnal, laporan penelitian maupun artikel. Hasil studi literatur selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk merancang model hipotetik. Uraian tentang hasil studi literatur dipaparkan secara komprehensif pada bab II.

b. Studi Lapangan

Studi lapangan bertujuan untuk mengetahui kondisi dan situasi ril di lokasi penelitian yang relevan dengan permasalahan yang diteliti. Secara umum ada dua aspek yang menjadi fokus studi lapangan, yaitu Pertama, pelaksanaan layanan bimbingan karir di Madrasah Aliyah. Kedua, profil konsep-diri dan kematangan karir siswa Madrasah Aliyah.

(34)
[image:34.595.113.514.165.485.2]

Tabel 3.1

Daftar Madrasah Aliyah

Lokasi Tempat Studi Lapangan Pendahuluan

No Nama Madrasah Wilayah Ket

1 MAN 1 Kec. Sukarame

2 MAN 2 Tanjung Karang Kec. Tanjung Karang

3 MA Mathlaur Anwar Kec. Kedaton

4 MA Muhammadiyah Sukarame Kec. Sukarame 5 MANU Tanjung Karang Kec.Raja Basa

6 MA Hasanuddin Kec. Teluk Betung Utara

2. Perencanaan

Tujuan penelitian yang ingin dicapai pada tahap perencanaan adalah terciptanya model hipotetik bimbingan perkembangan untuk pengembangan konsep-diri dan kematangan karir siswa Madrasah Aliyah. Model hipotetik tersebut pada prinsipnya merupakan hasil dari pengolahan data yang diperoleh pada tahap studi literatur dan studi lapangan pendahuluan.

3. Pengembangan Model

Pada tahap pengembangan model dilakukan dua kali uji coba, yaitu uji coba terbatas dan uji coba diperluas. Pada setiap tahapan uji coba dilakukan beberapa kegiatan, yaitu implementasi model, evaluasi, dan revisi. Penjelasan tentang pelaksanaan masing-masing uji coba tersebut diuraikan sebagai berikut.

(35)

a. Uji Coba Terbatas

Uji coba terbatas dilakukan pada satu Madrasah Aliyah, yaitu Madrasah Aliyah Negeri 1 Kecamatan Sukarame. Proses uji coba terbatas dilakukan hanya pada satu Madrasah Aliyah, karena mempertimbangkan waktu, biaya, dan tenaga. Sukmadinata (2005: 251) mengemukakan menggunakan sampel dalam menetapkan lokasi penelitian lebih menguntungkan karena bisa menghemat waktu, biaya dan tenaga.

Uji coba terbatas dilakukan kepada sepuluh (10) orang siswa, dilakukan secara sistematis sesuai dengan langkah-langkah dan prosedur yang terdapat dalam model. Pada saat pelaksanaan uji coba terbatas dilakukan evaluasi dan refleksi terhadap keseluruhan proses uji coba model. Hasil evaluasi dan refleksi menjadi pedoman pada saat merevisi model yang sedang dikembangkan.

b. Uji Coba Diperluas

Uji coba diperluas dilakukan di 3 (tiga) Madrasah Aliyah, yaitu (1) Madrasah Aliyah Negeri 1 Sukarame, (2) Madrasah Aliyah Muhammadiyah Sukarame, dan (3) Madrasah Aliyah Matluul Anwar Kedaton. Tujuan uji coba diperluas adalah untuk mengetahui apakah model yang sedang dikembangkan dapat diterapkan kepada siswa.

Desain penelitian uji coba diperluas menggunakan desain one-group pretest-postest. Langkah-langkah proses uji coba adalah (1) melakukan pretest

(36)

mengimplementasikan model kepada siswa, dan (3) melakukan postest kepada siswa yang mengikuti uji coba untuk mendapatkan data kuantitatif tentang kondisi konsep-diri dan kematangan karir. Data hasil pretest dan posttest selanjutnya dibandingkan untuk mengetahui kinerja sebelum dan setelah model diterapkan. Desain uji coba digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3. 2

Desain Uji Coba Diperluas

Kelompok Pretest Perlakuan Postest

Subjek penelitian T0 X T1

Pada tahap uji coba diperluas juga diadakan evaluasi, refleksi.Hasil evaluasi dan refleksi dijadikan sebagai dasar ketika merevisi model bimbingan perkembangan untuk pengembangan konsep-diri dan kematangan karir.

4. Validasi Model

Uji validasi model bertujuan untuk menyempurnakan model yang sedang dikembangkan. Uji validasi model dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri 1 Sukarame dan Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1. Madrasah Aliyah tersebut merupakan representasi dari Madrasah Aliyah Negeri dan Madrasah Aliyah Swasta.

Desain penelitian uji validasi model menggunakan pretest-postes control group design, dengan langkah-langkah berikut (1) menentukan kelompok

[image:36.595.114.513.249.528.2]
(37)
[image:37.595.116.510.241.548.2]

dilakukan pretest dan dihitung mean untuk masing-masing kelompok, (4) mengadakan postest terhadap kedau kelompok dan dihitung mean untuk masing-masing kelompok, (5) menghitung perbedaan mean (postest dan pretest) dari masing-masing kelompok selanjutnya membandingkan perbedaan tersebut secara statistik. Desain uji coba dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3.3

Desain Uji Validasi Model

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Kel. Ekperimen Kel. Kontrol

- -

X1 -

T1 T1

C. Sampel penelitian

Jumlah sampel penelitian berbeda-beda pada setiap tahapan uji coba. Gambaran tentang jumlah sampel penelitian dideskripsikan sebagai berikut.

1. Jumlah Sampel pada Tahap Studi Pendahuluan

(38)
[image:38.595.111.513.164.549.2]

Tabel 3. 2 Subjek Penelitian pada Tahap Studi Pendahuluan

No Katagori Jumlah sampel

1 Kepala madrasah 6

2 Kordinator Bimbingan Konseling 6

3 Guru Bimbingan Konseling 12

4 Siswa 300

Jumlah 324

2. Jumlah Sampel pada Tahap Uji Coba Terbatas

Jumlah sampel pada tahap uji coba terbatas adalah 10 orang siswa. Penetapan jumlah sampel penelitian berdasarkan kepada kualifikasi bimbingan jumlah kelompok yang efektif, yaitu anggota kelompok berkisar antara 8-15 orang.

3. Jumlah Sampel pada Tahap Uji Coba Diperluas

(39)
[image:39.595.112.513.160.411.2]

Tabel 3.3 Subjek Penelitian Pada Tahap Uji Coba Diperluas

Katagori MA. Kelompok Jumlah

MAN 1 Sukarame Ekperimen 10

MA Muhammadiyah Ekperimen 10

MA Mathlaul Anwar Ekperimen 10

Jumlah 30

4. Jumlah Sampel pada Tahap Uji validasi Model

Pada tahapan uji validasi model jumlah sampel sebanyak 40 orang siswa, masing-masing 20 orang siswa untuk kelompok ekperimen dan 20 orang siswa untuk kelompok kontrol. Penentuan jumlah ini sesuai dengan desain penelitian dan karakteristik bimbingan kelompok yang efektif, yaitu antara 8-15 orang anggota. Rincian subjek penelitian disajikan melalui tabel berikut:

Tabel 3.4 Subjek Penelitian Pada Tahap Uji Validasi Model

Madrasah Aliyah Kelompok Jumlah

MAN 1 Ekperimen 10

Kontrol 10

MA Muhammadiyah Ekperimen 10

Kontrol 10

[image:39.595.112.513.429.740.2]
(40)

D. Teknik Pengumpulan Data

Wolcott (Sukmadinata. 2005: 151) menyatakan ada tiga teknik pengumpulan data yang disebut sebagai strategi pekerjaan lapangan primer yaitu (1) pengalaman, (2) pengungkapan, dan (3) pengujian. Pengalaman (experiencing) dilakukan dengan cara observasi. Pengungkapan (enquiring) dilakukan dengan cara wawancara, dan Permbuktian (examining).

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk mendapatkan data yang komprehensif tentang berbagai aspek yang relevan dengan fokus penelitian, seperti perilaku dan tindakan manusia, kondisi dan situasi lingkungan. Sujana & Ibrahim ( 1989:109) menyatakan teknik observasi digunakan untuk mengukur tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat amati baik dalam situasi sebenarnya maupun dalam situasi buatan.

Dalam penelitian ini observasi dilakukan pada setiap tahapan, yaitu tahap studi pendahuluan, tahap pengembangan model, uji terbatas, uji diperluas, dan tahap uji validasi model. Pada tahap studi pendahuluan, observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi layanan bimbingan dan konseling di Madrasah Aliyah.

Pada tahap pengembangan dan validasi model, teknik observasi digunakan untuk mengetahui proses pengimplementasian model bimbingan perkembangan untuk pengembangan konsep-diri dan kematangan karir siswa.

2. Wawancara

(41)

penelitian. Riduwan (2003: 56). Teknik wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi tentang pendapat, aspirasi, harapan, persepsi, keinginan, keyakinan dan lain-lain melalui pertanyaan yang sengaja diajukan oleh peneliti. Gall (2003; 222) mengemukakan bahwa wawancara merupakan pertanyaan atau pernyataan yang diucapkan secara lisan oleh peneliti (interviewer) dan direspon langsung oleh subjek penelitian (responden).

Teknik wawancara dalam penelitian ini lebih banyak digunakan pada tahap studi pendahuluan, yaitu untuk mendapatkan data tentang kondisi layanan bimbingan dan konseling di Madrasah Aliyah. Meskipun demikian teknik ini juga digunakan pada tahap pengembangan model; uji coba terbatas, diperluas dan uji validasi. Kegiatan wawancara pada setiap tahap pengembangan model dilakukan untuk mendapatkan data tambahan dalam rangka merevisi model yang sedang dikembangkan.

Sudjana (2000:29) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi arus informasi dalam wawancara, yaitu; pewawancara, responden, podoman wawancara dan situasi wawancara. Untuk meminimalisir terjadinya gangguan ketika wawancara, maka dipersiapkan pedoman wawancara atau interview guide.

3. Instrumen Skala Penilaian

(42)

E. Pengembangan Instrumen Penelitian

Berdasarkan jenis data yang dibutuhkan, maka dikembangkan tiga instrumen penelitian. Pertama, skala penilaian konsep-diri siswa Madrasah Aliyah, dan Kedua, skala penilaian kematangan karir siswa Madrasah Aliyah. Ketiga Pedoman wawancara tentang kondisi bimbingan dan konseling di

Madrasah Aliyah.

Pengembangan instrumen penelitian dilakukan secara sistematis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1. Menyusun kisi-kisi masing-masing instrumen penelitian

2. Membuat pertanyaan atau pernyataan yang sesuai dengan kisi masing-masing instrumen penelitian

3. Meminta pertimbangan ahli yang kompeten dengan bidang yang diteliti sebelum dilakukan uji coba.

4. Melakukan uji coba instrumen untuk menentukan tingkat validitas dan reliabilitas instrumen, sehingga instrumen secara akademik dinyatakan layak digunakan.

5. Melakukan revisi terhadap hasil uji coba instrumen 1. Instrumen Kematangan Karir

(43)

a. Rumusan Konseptual

Instrumen kematangan karir menggunakan model yang dikemukakan oleh Crites (1981:128) tentang Career Maturity Profile. Model tersebut dimodifikasi mencakup aspek sikap dalam pemilihan karir; keterlibatan, kemandirian, orientasi, kompromi, penentuan keputusan, dan aspek kompetensi dalam pemilihan karir; informasi pekerjaan, pemilihan pekerjaan, perencanaan pekerjaan dan pemecahan masalah.

Model ini ditetapkan sebagai dasar pengembangan instrumen penelitian karena (1) model ini digunakan untuk pengukuran kematangan karir remaja usia 15-18 tahun, (2) indikator dan komponen yang terdapat di dalamnnya menggambarkan aktivitas-aktivitas pekerjaan dan mengukur kondisi predisposisi siswa sebelum memasuki dunia kerja.

b. Menyusun Kisi-kisi

Setelah mengkaji konsep-konsep kematangan karir, selanjutnya dirancang kisi-kisi instrumen penelitian kematangan karir sebagaimana yang terdapat pada tabel 3.5 tentang kisi instrument kematangan karir sub variabel sikap dan tabel 3.6 tentang kisi instrumen karir sub variabel kematangan kompetensi.

Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen

Kematangan Karir Sub Variabel Sikap

Variabel Sub Variabel

Indikator Ruang lingkup No. Item Kematangan

Karir

a. Keterlibatan Keikutsertaan siswa dalam pembicaaraan, usaha

mencari informasi/ peluang tentang berbagai jenis

(44)

Sikap

pekerjaan dengan orang tua, guru dan teman.

b. Kemandirian Ketidak tergantungan siswa menetapkan pilihan

perkerjaan yang diminatinya.

9-16

c. Orientasi Cara pandang siswa dalam memilih berbagai macam pekerjaan

17-24

d. Kompromi Keluwesan siswa untuk menerima pendapat atau saran dan berdiskusi tentang berbagai pekerjaan yang diminati

25-32

e. Penentuan keputusan

Keajegan dan kepastian siswa untuk menentukan pilihan dalam memilih pekerjaan yang diminati

30-40

[image:44.595.115.516.110.756.2]

Jumlah 40

Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen

Kematangan Karir Sub Variabel Kompetensi Variabel Sub

Variabel

Indikator Deskriptor No. Item Kematangan

Karir

Kompetensi a. Informasi Pekerjaan Pemahaman siswa tentang berbagai ragam pekerjaan baik persyaratan, peluang maupun tantangannya. 1-8 b. Pemilihan Pekerjaan Kemampuan siswa dalam menentapkan pilihan dengan berbagai pertimbangan terhadap pekerjaan yang akan dipilih

(45)

sehubungan dengan pencapaian pilihan satu pekerjaan e. Pemecahan

masalah

Kemampuan siswa dalam usaha mengatasi berbagai masalah yang muncul sehubungan dengan pekerjaan yang akan dipilih

25-32

Jumlah 32

Skala yang digunakan untuk instrumen kematangan karir adalah skala likert (skala 5) dengan alternatif jawaban sebagai berikut; sangat setuju (ST) diberi skor =5, setuju (S) dengan skor = 4, ragu-ragu (R) diberi sko r= 3, tidak setuju (ST) diberi skor = 2, dan sangat tidak setuju (STS) diberi skor =l.

2. Instrumen Konsep-Diri

Instrumen ini digunakan untuk mendapatkan data tentang konsep-diri siswa. Pengembangan instrumen dilakukan dengan langkah berikut

a. Rumusan Konseptual

(46)

b. Menyusun Kisi-kisi

[image:46.595.114.513.241.756.2]

Setelah mengkaji konsep-konsep tentang konsep diri, selanjutnya dirancang kisi-kisi instrumen penelitian sebagaimana yang terdapat pada tabel 3.7 di bawah ini.

Tabel 3.7 Kisi-Kisi Instrumen

Konsep-diri Siswa

Variabel Sub Variabel Indikator Deskriptor No. Item Konsep Diri (Career Self-concept) 1. Memahami Diri (Self-Understand ing)

a. Mengetahui minat, bakat dan nilai yang dianut.

b. Cerdas dalam berkarir

c. Mengarahkan diri secara efektif dan efisien Kemampuan siswa dalam memahami dan mengenali potensi diri berupa bakat, minat dan nilai

Kemampuan siswa dalam mengetahui berbagai informasi karir serta kekuatan lingkungan yang mempengaruhi karir Kemampuan siswa dalam membuat perencanaan, cara atau strategi menjalankan rencana,

1-9

10-13

(47)

menetapkan tujuan dan cara mencapai tujuan, serta kemampuan dalam menghadapi kesulitan karir 2. Menyadari diri( self awarenees) a. Menyadari kekuatan diri dan kelemahan diri

b. Bersikaprealistis terhadap

keberadaan diri

c. Mampu menilai diri dengan standar dan nilai internal

(48)

rencana karir sesuai dengan standar internal 3. Memiliki Harga Diri (self-esteem)

a. Merasa diri bermakna

b. Percaya terhadap kekuatan yang dimiliki

c. Merasa ingin dihargai dalam berkarir

d. Achivement karir tinggi Siswa merasa bangga dengan potensi dan tidak merasa rendah diri Siswa merasa percaya dengan kemampuan diri sendiri, mampu menghadapi masalah dengan kekuatan yang dimiliki. Siswa merasa senang dengan penghargaan orang lain terhadap dirinya Siswa merasa mampu mencapai puncak karir, malu jika gagal, rasa otonomi yang tinggi dan ingin berinovasi dalam karir 1-3 4-7 8-16 17-24

Jumlah 66

(49)

4, ragu-ragu (R) diberi skor = 3, tidak setuju (ST) diberi skor = 2, dan sangat tidak setuju (STS) diberi sko r = l.

3. Instrumen Kondisi Objektif Layanan Bimbingan Karir a. Rumusan Konseptual

Kondisi objektif layanan bimbingan karir di Madrasah Aliyah yang dimaksudkan adalah pelaksanaan layanan bimbingan karir, yang mencakup (1) kondisi sarana bimbingan dan konseling, (2) kondisi guru bimbingan dan konseling, (3) pelaksanaan bimbingan dan konseling.

b. Menyusun Kisi-kisi

[image:49.595.112.511.276.735.2]

Setelah mengkaji konsep-konsep tentang kondisi objektif layanan bimbingan karir, selanjutnya dirancang kisi-kisi instrumen sebagaimana yang terdapat pada tabel 3.8 berikut:

Tabel 3.8 Pedoman Wawancara

Tentang Kondisi Bimbingan Konseling di Madrasah Aliyah

Aspek Indikator

A. Kondisi sarana bimbingan konseling

(50)

cek. B. Kondisi guru

bimbingan dan konseling

Latar belakang pendidikan guru bimbingan dan konseling, rasio jumlah guru pembimbing dengan rasio jumlah siswa, pelatihan bimbingan dan konseling yang diikuti, masa kerja sebagai guru bimbingan konseling

C. Implimentasi layanan bimbingan dan konseling

penyusunan program bimbingan, pelaksanaan layanan bimbingan karir, evaluasi pelaksanaan bimbingan, melakukan analisis hasil pelaksanaan bimbingan, tindak lanjut pelaksanaan bimbingan karir.

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Sebelum dilaksanakan penelitian, maka instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data-data terlebih dahulu diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya. Pengujian terhadap validitas dan reliabilitas instrumen tersebut digambarkan sebagai berikut:

1. Validitas

a. Validitas Internal

(51)

mana alat ukur dapat mengukur apa yang ingin diukur. Alat ukur dapat dikatakan memiliki validitas tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat.

Untuk mendapatkan validitas instrumen, maka dilakukan uji validitas, yaitu validitas isi (content validity) dan validitas konstruk. Ini dilakukan dengan cara meminta pertimbangan (judgment) pakar diantaranya adalah Prof. Dr. H. Yurnalis Etek, Dr. H. Dalman, M.Pd dan Dr. Ilfiandara, M.Pd. Pertimbangan yang diberikan oleh para pakar berkaitan dengan aspek isi, redaksi item dan keefektifan susunan kalimat atau bahasa.

1) Instrumen Konsep-diri

Para penimbang memberikan pertimbangan cukup baik terhadap perangkat pernyataan aspek-aspek konsep-diri yang diungkap, dengan kata lain instrumen ini telah memadai untuk dijadikan alat ungkap data penelitian. Gambaran tentang hasil perhitungan lengkap tentang validitas internal angket konsep-diri terdapat pada lampiran 5. Sedangkan gambaran tentang hasil perhitungan lengkap tentang validitas internal angket kematangan karir terdapat pada lampiran 6

b. Validitas External

(52)

Pengujian validitas dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keterandalan instrumen yang dipergunakan sehingga instrumen tersebut layak untuk diolah dan digunakan dalam penelitian. Untuk menentukan validitas instrumen penelitian digunakan rumus korelasi product moment.

Hasil perhitungan secara keseluruhan terhadap instrumen konsep-diri terdapat pada lampiran 7, 8, 9, 10, 11, dan 12. Sedangkan hasil perhitungan uji validasi instrumen kematangan karir terdapat pada lampiran 13, 14, 15 dan 16.

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah indek yang menunjukkan sejauh mana satu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan, yang menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, Djamaludin Ancok (1989) reliabilitas untuk mengetahui sejauh mana alat ukur yang digunakan tersebut memiliki taraf ketelitian, kepercayaan, kekonstanan atau kestabilan. Uji Reliabilitas alat pengumpulan data penelitian dimaksudkan untuk melihat ketepatan alat yang digunakan dalam penelitian.

a. Reliabilitas Instrumen Konsep-Diri

(53)

nomor 5, 6. Instrumen konsep-diri untuk aspek kesadaran diri item yang dinyatakan tidak reliabel adalah item nomor 3, 4, 6. Instrumen konsep-diri pada aspek penghargaan diri item yang dinyatakan tidak reliabel adalah item nomor 23, 24. Untuk mengetahui reliabilitas setiap item instrumen konsep-diri dapat dilihat pada lampiran 17 dan 18

b. Uji Reliabilitas Instrumen Kematangan Karir

Berdasarkan uji reliabilitas instrumen kematangan karir aspek sikap dan kompetensi menunjukkan bahwa instrumen ini menunjukkan tingkat reliabilitas yang kuat, dengan demikian dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data penelitian.

Untuk instrumen kematangan karir aspek sikap pada awalnya jumlah item instrumen adalah 46, setelah diuji coba maka terdapat enam item yang tidak reliabel, yaitu item nomor 6, 7, 26, 27, 29. Instrumen kematangan karir untuk aspek kompetensi jumlah item yang dinyatakan tidak reliabel adalah item nomor 23, 24, 27, 28. Untuk mengetahui reliabilitas setiap instrumen konsep-diri dapat dilihat pada lampiran 19 dan 20.

G. Analisis Data

(54)

dengan menggunakan perhitungan statistik melalui uji perbedaan rata-rata, yaitu uji-t (t-test).

Penelitian tentang model bimbingan perkembangan untuk pengembangan konsep-diri dan kematangan karir siswa Madrasah Aliyah terdapat lima data, yaitu: 1) data tentang konsep-diri, 2). data kematangan karir, 3) data tentang penerapan model bimbingan perkembangan untuk pengembangan konsep-diri dan kematangan karir, 4). data tentang validasi model bimbingan perkembangan untuk pengembangan konsep-diri dan kematangan karir, dan 5) data tentang kondisi objektif layanan bimbingan karir di Madrasah Aliyah.

Analisis data dilakukan melalui dua cara, yaitu analisis kualitatif dan analisis data kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan pada tahapan uji coba lapangan dengan menggunakan desain one group pretest post test. Pada tahapan uji lapangan operasional dilakukan dengan desain randomized pre test pos test control group desain.

(55)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab IV dipaparkan tentang kesimpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan merupakan integrasi dari hasil kajian teoritis, empiris, serta telaahan terhadap hasil penelitian terdahulu yang relevan. Kesimpulan penelitian dikemukakan secara sistematis sesuai dengan pertanyaan penelitian.

Rekomendasi hasil penelitian dikemukakan dalam rangka (1) pengembangan ilmu bimbingan dan konseling khususnya bimbingan karir, (2) penataan kelembagaan bimbingan konseling di Madrasah Aliyah, dan (3) penelitian selanjutnya.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang model bimbingan perkembangan untuk pengembangan konsep-diri dan kematangan karir siswa Madrasah Aliyah, maka dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Kondisi layanan bimbingan karir di Madrasah Aliyah sebelum model bimbingan perkembangan diterapkan menunjukkan adanya perbedaan antara satu Madrasah Aliyah dengan Madrasah Aliyah lain dalam aspek sarana, kondisi guru bimbingan dan konseling, dan pelaksanaan bimbingan karir. Keadaan layanan bimbingan karir di Madrasah Aliyah Negeri dapat dikategorikan baik, sedangkan keadaan layanan bimbingan karir di Madrasah Aliyah Swasta sebahagian besar berada pada kategori cukup

(56)

kondisi konsep-diri siswa berada pada kategori cukup dan tidak baik, artinya konsep-diri siswa Madrasah Aliyah belum berkembang secara optimal. Ini menunjukkan bahwa layanan bimbingan karir yang dilakukan selama ini belum mampu mengembangkan konsep-diri; self-understanding, self-awareness dan self-esteem siswa secara optimal.

3. Kondisi kematangan karir siswa Madrasah Aliyah sebelum guru bimbingan dan konseling menenerapkan model bimbingan perkembangan menunjukkan bahwa kematangan karir siswa berada pada kategori cukup. Ini berarti bahwa bimbingan karir di Madrasah Aliyah selama ini belum berhasil mengembangkan kematangan sikap dan kematangan kompetensi karir siswa.

4. Model bimbingan perkembangan untuk pengembangan konsep-diri dan kematangan karir siswa Madrasah Aliyah terdiri dari dua bagian pertama, substansi model, dan kedua suplemen model. Substansi model mencakup:

a. Rumusan rasional, b. Tujuan

c. Asumsi d. Komponen e. Kompetensi f. Struktur intervensi g. Isi intervensi

h. Fungsi, tanggung jawab dan kompetensi guru bimbingan dan konseling i. Evaluasi

(57)

Sedangkan aspek suplemen model lebih bersifat teknis operasional yang berisi rumusan deskripsi serta karakteristik hubungan dalam proses bimbingan karir.

5. Setelah dilakukan uji coba efektifitas model bimbingan perkembangan terhadap sejumlah siswa Madrasah Aliyah di Bandar Lampung, maka diketahui bahwa dari hasil uji coba membuktikan model bimbingan perkembangan terbukti efektif untuk pengembangan konsep-diri; pemahaman diri, kesadaraan diri, penghargaan diri. Di samping itu model bimbingan perkembangan juga terbukti efektif untuk pengembangan kematangan karir; kematangan sikap dan kematangan kompetensi siswa Madrasah Aliyah di Bandar Lampung.

6. Berdasarkan pertimbangan teoritis dan empiris, maka model ini dapat digunakan sebagai kerangka kerja konseptual dan sekaligus sebagai salah satu strategi untuk pengembangan konsep-diri; pemahaman diri, kesadaran diri, penghargaan diri, dan kematangan karir; kematangan sikap dan kematangan kompetensi siswa Madrasah Aliyah di Bandar Lampung.

7. Inventori yang digunakan untuk mengukur konsep-diri dan kematangan karir siswa menunjukkan validitas dan reliabilitas yang tinggi, baik secara konseptual maupun melalui judgment para ahli yang berkompeten dalam bidang metodologi, bahasa maupun secara emperik melalui uji coba

(58)

dan kematangan karir; kematangan sikap dan kematangan kompetensi siswa Madrasah Aliyah di Bandar Lampung.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, maka dikemukakan beberapa rekomendasi berkaitan dengan (1) upaya pengembangan model bimbingan perkembangan, (2) upaya pengembangan konsep-diri siswa, (3) upaya pengembangan kematangan karir siswa, (4) upaya sosialisasi model bimbingan perkembangan, (5) upaya meningkatkan pemahaman dan keterampilan tentang model model bimbingan perkembangan.

1. Upaya pengembangan model bimbingan perkembangan.

Hasil penelitian mengimplikasikan bahwa pengembangan model sangat penting dilakukan dalam rangka pengembangan konsep-diri dan kematangan karir siswa Madrasah Aliyah. Pada tataran praktis penerapan model ini membutuhkan kerjasama secara fungsional antara pihak-pihak yang Ada di Madrasah Aliyah serta para praktisi dan ahli bimbingan.

2. Upaya pengembangan aspek konsep-diri siswa.

(59)

3. Upaya pengembangan aspek kematangan karir siswa.

Upaya pengembangan kematangan karir siswa baik dalam aspek sikap dan kompetensi belum dilakukan secara intensif dan optimal. Penelitian ini terbatas pada pengembangan kematangan karir dalam aspek sikap dan aspek kompetensi. Oleh sebab itu direkomendasikan untuk melakukan penelitian lain dengan melakukan perluasan domain aspek kematangan karir seperti kematangan pengetahuan.

4. Upaya sosialisasi model

(60)

5. Upaya pemahaman dan peningkatkan keterampilan.

Model ini tervalidasi secara empiris dan dijamin keandalannya, oleh karena itu pemahaman dan keterampilan berkaitan dengan model ini harus dikuasai dengan baik. Dengan demikian model ini harus disosialisasikan melalui pelatihan dan pembinaan kepada guru bimbingan dan konseling.

6. Rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut.

Disadari bahwa penelitian ini memiliki keterbatasan, oleh karena itu untuk dapat memperoleh informasi empiris yang lebih lengkap dan komprehensif, dipandang perlu dilakukan penelitian yang sama sebagai replikasi penelitian, sehingga diperoleh hasil yang lebih memuaskan, atau mengembangkan penelitian dengan tema lain yang relevan dengan penelitian ini.

a. Melakukan survai terhadap konsep-diri dan kematangan karir siswa Madrasah Aliyah. Untuk kepentingan itu dapat menggunakan alat pengumpulan data yang dikembangkan dalam penelitian ini.

b. Model ini dapat dipakai untuk subjek di luar siswa Madrasah Aliyah seperti SMA dan SMK, dengan melakukan validasi instrumen dan materi.

c. Model ini dapat digunakan untuk pengembangan model yang sama pada SMP atau Perguruan Tinggi dengan melakukan penyesuaian substansi dan instrumen.

(61)

DAFTAR PUSTAKA

Arikonto, S. (1996). Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara

Bernard, H.W., & Fullmer, D.W. (1969). Principle of Guidance. New York: Harver & Row Publishers

Borg, W.R., & Gall, M.D. (1989). Educational Reasearch: An Introduction, Fifth Edition, New York: Logman

Braken, B.A. (1996). Handbook of Self-Concept (Developmental, Social and Clinical Consideration). Canada: John Wiley & Sons. Inc.

Brook, W.D., & Emmert, P. (1977). Interpersonal Communication. Dubuque: Wm. C. Brown Company Publisher

Burns, R.B. (1993). Konsep Diri. Terjemahan Eddy. Jakarta: Arcan

Charles C.H. (1982). Career Development Counseling Through the Life Stages, Boston: Allyn and Bacon, Inc

Crites, J.O. (1973). Career Maturity Inventory. Monterery, CA: California Test Bureau, McGraww-Hill

Crites, J.O. (1978). Theory and Research Handbook for the Career Maturity Inventory. Monterey, CA: California Test Bureau, McGraw-Hill

Gadza, G.G. (1989). Group Counseling: A Developmental Approach, Fourth Edition, Boston: Allyn and Bacon

Gibson, R.L., & Mitchel M.H. (1981). Introduction to Guidance and Counseling, New York: McMillan Publishing Co. Inc

Ginzberg, E., Ginsburg, S.W., Exelrrad, S., & Herma. (1951). Occupational Choice: An Approach to General Theory. New York: Columbia University Press.

Hansen, L.S. (1997). Integrative Life Planning: Critical Task for Career Development and Changing Life Patterns. San Francisco: Jossey Bass Publisher

(62)

Herr, E.L., & Crammer, S.H. ( 1984). Career Guidance Through the Life-Span: Systematic Approaches. Boston: Brown & Company

Horner, J.H., & McElhaney, S.J. ( 1993). Prevention in Mental Health. America Counselor, Winter 1993, 2, 1, 12-17

Jones, A.J. (1951). Principle of Guidance and Pupil Personnel Work. New York: McGraw-Hill Book Company

Kartadinata, S. (1998). Bimbingan di Sekolah Dasar

Gambar

Tabel
Gambar
Gambar 3. 1  Tahapan Kegiatan Pengembangan
Tabel 3.1 Daftar Madrasah Aliyah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan antara Locus of Control Internal dan Konsep Diri dengan Kematangan Karir pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) .... Hubungan antara Locus of Control Internal

bahwa model pelayanan bimbingan dan konseling karir berbasis internet efektif.. dalam membantu peserta didik memenuhi tugas perkembangan karir. Grafik 4.16.

6) Bimbingan karir di Madrasah Aliyah Hasyim Asy’ari Bangsri - Jepara dilaksanakan oleh Guru BK, Bapak Hartono. Waktu pembelajarannya 1 jam seminggu sekali dikelas X

Di dalam peraturan pemerintah disebutkan bahwa Madrasah Aliyah adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal dalam binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan

Di dalam peraturan pemerintah disebutkan bahwa Madrasah Aliyah adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal dalam binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan

yang bersangkutan dengan judul “ Pengaruh Konsep Diri Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI Madrasah Aliyah Negeri Binamu Kabupaten Jeneponto ” , memandang bahwa

Ketiga, Apa saja faktor penghambat dan faktor pendukung peranan Guru Bimbingan dan Konseling dalam mengembangkan diri siswa di Madrasah Aliyah Sabilil Muttaqien

Responden yang memiliki konsep diri yang tinggi pada remaja kelas X di Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta sebanyak 28 orang (84,8%) dan yang memiliki