• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL INTERNAL DAN KONSEP DIRI DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 2 SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL INTERNAL DAN KONSEP DIRI DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 2 SURAKARTA"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

1

HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL INTERNAL DAN KONSEP

DIRI DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS XI

SMK NEGERI 2 SURAKARTA

SKRIPSI

Dalam rangka penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat guna memperoleh

gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata 1 Psikologi

Oleh:

Risa Suryanti

G 0107012

Pembimbing:

1. Drs. Munawir Yusuf, M.Psi

2. Aditya Nanda Priyatama, S.Psi., M.Si.

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

4

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi

ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak

terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,

kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar

pustaka. Jika terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan isi pernyataan ini, maka

saya bersedia derajat kesarjanaan saya dicabut.

Surakarta, Juli 2011

Risa Suryanti

(5)

commit to user

5

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”

(Q.S. Asy-Syarh: 6)

“Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Orang-orang

yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan”

(Mario Teguh)

“To accomplish great things, we must not only act, but also dream.

Not only plan, but also believe”

(Anatole France)

(6)

commit to user

6

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini kepada:

Orang-orang yang sangat aku sayangi, dengan doa, cinta, bimbingan, dan kesabarannya

dalam menuntunku mencapai impianku

Terimakasih kuucapkan atas terselesaikannya karya ini kepada: 1. Ibu dan Bapak tercinta atas doa, kasih sayang, kesabaran dan pengorbanan yang tiada batas 2. Adikku yang selalu memberikan dukungan, dan bantuan 3. Almamaterku tercinta

(7)

commit to user

7

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan

nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

sebagai syarat mendapatkan gelar sarjana Program Studi Psikologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari

dorongan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan

penuh rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih :

1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr.,Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta atas fasilitas dan

kebijakan beliau.

2. Bapak Drs. Hardjono, M.Si., selaku Ketua Program Studi Psikologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin

kepada penulis untuk melakukan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi

ini.

3. Bapak Drs. Munawir Yusuf, M. Psi., selaku dosen pembimbing I, yang telah

meluangkan waktu disela-sela kesibukannya untuk memberikan arahan,

bimbingan, dan masukan yang sangat bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Aditya Nanda Priyatama, S.Psi, M.Si., selaku pembimbing II atas

kesabaran beliau dalam memberikan bimbingan dan arahan bagi penulis.

(8)

commit to user

8

5. Ibu Dra. Salmah Lilik, M.Si, selaku penguji I yang telah bersedia memberikan

kritik, saran, serta masukan yang membangun dalam menyelesaikan penulisan

skripsi ini.

6. Ibu Rin Widya Agustin, M.Psi, selaku penguji II dan koordinator skripsi yang

telah memberikan arahan, masukan, dan ilmu yang sangat bermanfaat dalam

proses penyelesaian dalam skripsi ini.

7. Seluruh staf pengajar Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan banyak bekal ilmu dan

pengalaman berharga demi kemajuan penulis.

8. Seluruh staf tata usaha dan staf perpustakaan yang telah membantu kelancaran

studi penulis.

9. Bapak Drs. Drs. Susanta, MM., selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 2

Surakarta dan Bapak Sigit Susilo, S.Pd., MT., selaku Wakasek Kurikulum

SMK Negeri 2 Surakarta atas segala informasi dan bantuannya.

10. Adik-adik siswa kelas XI SMK Negeri 2 Surakarta yang telah bersedia

menjadi subjek penelitian.

11. Kedua orang tuaku tercinta Ibu Samitri, S. Pd., dan Bapak Suroto atas semua

kasih sayang, pengorbanan, nasihat, kesabaran, serta doa yang terus

dipanjatkan bagi penulis. Syukron Jazakumullahu Khoiron Katsiron.

12. Adikku, Nia Suryani atas kasih do’a dan bantuan yang telah diberikan.

Semoga lancar dalam menjalankan sekolahnya.

13. Keluarga bapak Wilopo, S.Pd atas segala do’a dan bantuannya.

(9)

commit to user

9

14. Teman-teman diskusi: berber, pito, ullum, nike, milla, nisa, dias, mba rizki,

mba dilla, mba dana terima kasih atas bantuan, do’a, dukungan, semangat,

dan senyum kalian.

15. Teman-teman kulineran (uli, inggar, minah, rosita), serta the big four (otit,

luluk,lian) terima kasih atas do’a dan dukungannya.

16. Id Teater (mas jarot, mas wildan, mba diah, mba eka, tika, mutia, elva) yang

telah memberikan banyak pembelajaran. Ireally miss u all.

17. Teman-teman seperjuangan: ayu, ipeh, farah, lala, icha, mba seva, septi,

sandi, yuli, tetap semangat. If there is a will, there is a way.

18.Seluruh teman-teman mahasiswa Program Studi Psikologi FK UNS,

khususnya angkatan 2007 untuk semangat dan kebersamaannya.

19.Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan.

Mudah-mudahan segala bantuan dan doa yang telah diberikan,

mendapatkan balasan dari Allah SWT dengan pahala yang berlimpah. Akhir kata,

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua yang membaca. Amin.

Surakarta, Juli 2011

Penulis,

Risa Suryanti

(10)

commit to user

10

HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL INTERNAL DAN KONSEP DIRI DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS XI

SMK NEGERI 2 SURAKARTA

Risa Suryanti

G0107012

ABSTRAK

Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Salah satu tugas perkembangan remaja adalah mencapai kemandirian dan pemilihan karir. Kematangan karir merupakan keberhasilan seseorang dalam mencapai tugas perkembangan karir sesuai tahapan perkembangannya. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa siswa belum mempunyai perencanaan yang matang mengenai karirnya. Berbagai kondisi dimungkinkan berpengaruh dalam proses kematangan karir. Siswa dengan locus of control internal mempunyai kemampuan dalam evaluasi terhadap kondisi dirinya sehingga mempunyai gambaran yang realistik mengenai diri. Melalui gambaran diri yang realistik, memungkinkan siswa dapat membuat perencanaan karir yang matang. Selain itu, siswa yang mengembangkan konsep diri yang positif akan lebih melibatkan diri dalam eksplorasi karir dan mengembangkan tingkah laku yang tepat dalam menghadapi karir. Locus of control internal dan konsep diri menjadi suatu kondisi yang dapat membantu siswa dalam kematangan karirnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara locus of

control internal dan konsep diri dengan kematangan karir pada siswa kelas XI

SMK Negeri 2 Surakarta. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

cluster sample. Pengambilan sampel dengan menggunakan cluster random

sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan skala kematangan karir, skala

locus of control internal dan skala konsep diri. Skala kematangan karir terdiri dari

44 item valid dengan koefisien reliabilitas 0,916. Skala locus of control internal terdiri dari 40 item valid dengan koefisien reliabilitas 0,905. Skala konsep diri terdiri dari 43 item valid dengan koefisien reliabilitas 0,897. Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai F-test = 45,803; p 0,05, dan nilai R = 0,720. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu ada hubungan yang signifikan antara

locus of control internal dan konsep diri dengan kematangan karir pada siswa

kelas XI SMK Negeri 2 Surakarta. Nilai R2 dalam penelitian ini sebesar 0,519 atau 51,9%, sumbangan efektif locus of control internal terhadap kematangan karir sebesar 42,5476% dan sumbangan efektif konsep diri terhadap kematangan karir sebesar 9,3212%.

Kata kunci : kematangan karir, locus of control internal, konsep diri

(11)

commit to user

11

THE RELATIONSHIP BETWEEN INTERNAL LOCUS OF CONTROL AND SELF CONCEPT WITH CAREER MATURITY AT THE XIth

GRADE STUDENTS OF SMK NEGERI 2 SURAKARTA

Risa Suryanti G0107012

ABSTRACT

Teenager is a changing phase from childhood into adult. One of the purpose of this phase is to achieve independence and choose career. Career maturity is a person’s success in a achieving the development tasks of career according to his/her stage of development. The reality in the field shows that students do not have the careful planning for their career. Various condition may influence the process of career maturity. Students with internal locus of control have the ability to evaluate his/her own condition so he/she has description himself/ herself. Through his/ her real description, if enables students to make careful career palnning. In addition, students who develop a positif self concept will involve more in career exploration and develop appropriate behavior dealing with their career. Internal locus of control and self concept become a condition which can assist students in their career maturity.

The purpose of this research is to observe the correlation between the internal locus of control and self concept to career maturity on the XIth grade students of SMK Negeri 2 Surakarta. This research uses cluster sample. Technique of sampling used in this research is cluster random sampling. The data is collected by scale of career maturity, scale of internal locus of control, and scale of self concepts. Scale of career maturity consists of 44 valid items with coefficient reliability 0.916. Scale of internal locus of control consists of 40 valid items with coefficient reliability 0.905. Scale of self concept consists of 43 valid items with coefficient reliability 0.897. Multiple linear regressions are used to analyze data.

The results of this research show that F-test= 45,803; p < 0,05 and R = 0,720. Based on the results, we can conclude that the hypothesis are acceptable, which means there is a significant correlation between internal locus of control and self concepts by career maturity on the XIth grade students of SMK Negeri 2 Surakarta. The value of R2 is 0,519 or 51,9%, effective contribution of internal locus of control to career maturity is 42,5476% and effective contribution of self concept to career maturity is 9,3212%.

Keywords : career maturity, internal locus of control, self concept

(12)

commit to user

12 DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ...xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II. LANDASAN TEORI A. Kematangan Karir 1. Pengertian kematangan karir ... 13

(13)

commit to user

13

2. Perkembangan karir ... 14

3. Orientasi karir remaja ... 17

4. Aspek-aspek kematangan karir ... 20

5. Faktor-faktor kematangan karir ... 22

B. Locus of Control Internal 1. Pengertian locus of control internal ... 25

2. Aspek-aspek locus of control internal ... 27

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi locus of control internal ... 28

4. Karakteristik orang dengan locus of control internal ... 29

C. Konsep Diri 1. Pengertian konsep diri ... 32

2. Aspek-aspek konsep diri ... 34

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri ... 36

4. Pembentukan konsep diri ... 38

D. Hubungan antara Locus of Control Internal dan Konsep Diri dengan Kematangan Karir pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ... 39

E. Hubungan antara Locus of Control Internal dengan Kematangan Karir ... 43

F. Hubungan antara Konsep Diri dengan Kematangan Karir ... 45

G. Kerangka pikir ... 46

H. Hipotesis ... 47

(14)

commit to user

14 BAB III. METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 48

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 48

C. Populasi, Sampel dan Sampling ... 50

D. Teknik Pengumpulan Data ... 51

E. Metode Analisis Data 1. Validitas instrumen penelitian ... 58

2. Reliabilitas instrumen penelitian ... 59

3. Uji hipotesis ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian 1. Orientasi kancah penelitian ... 62

2. Persiapan penelitian ... 65

3. Pelaksanaan uji coba ... 71

4. Analisis daya beda aitem dan reliabilitas skala ... 72

5. Penyusunan alat ukur untuk penelitian ... 79

B. Pelaksanaan Penelitian 1. Penentuan subjek penelitian ... 82

2. Pengumpulan data ... 83

3. Pelaksanaan skoring ... 83

C. Hasil Analisis dan Interpretasi 1. Uji asumsi dasar ... 84

2. Uji asumsi klasik ... 87

(15)

commit to user

15

3. Uji hipotesis ... 91

4. Sumbangan relatif dan sumbangan efektif ... 96

6. Analisis deskriptif ... 97

D. Pembahasan ... 101

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 108

B. Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 112

LAMPIRAN ... 116

(16)

commit to user

16

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penilaian Pernyataan Favourable dan Unfavourable ... 52

Tabel 2. Blue Print Skala Kematangan Karir ... 53

Tabel 3. Blue Print Skala Locus of Control Internal ... 55

Tabel 4. Blue Print Konsep Diri ... 57

Tabel 5. Daftar Keterserapan Siswa SMK Negeri 2 Surakarta ... 64

Tabel 6. Jumlah Siswa SMK Negeri 2 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011 ... 64

Tabel 7. DistribusiSkala Kematangan Karir ... 68

Tabel 8. DistribusiSkala Locus of Control Internal ... 69

Tabel 9. DistribusiKonsep Diri ... 71

Tabel 10. Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Kematangan Karir ... 74

Tabel 11. Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Locus of Control Internal .. 76

Tabel 12. Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Konsep Diri ... 78

Tabel 13. Distribusi Skala Kematangan Karir untuk Penelitian ... 79

Tabel 14. Distribusi Skala Locus of Control Internal untuk Penelitian ... 80

Tabel 15. Distribusi Skala Konsep Diri untuk Penelitian ... 81

Tabel 16. Jumlah Siswa untuk Penelitian ... 82

Tabel 17. Hasil Uji Normalitas ... 85

Tabel 18. Hasil Uji Linearitas antara Kematangan Karir dengan Locus of Control Internal……… ... 86

Tabel 19. Hasil Uji Linearitas antara Kematangan Karir dengan Konsep Diri . 86 Tabel 20. Hasil Uji Multikolinearitas ... 87

(17)

commit to user

17

Tabel 21. Hasil Uji Heterokedastisitas antara Kematangan Karir dengan Locus of

Control Internal ... 89

Tabel 22. Hasil Uji Heterokedastisitas antara Kematangan Karir dengan Konsep Diri ... 89

Tabel 23. Hasil Uji Autokorelasi ... 91

Tabel 24. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Ganda (R) ... 92

Tabel 25. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda (Anova) ... 93

Tabel 26. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda (Model Summary) ... 93

Tabel 27. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi (r) ... 95

Tabel 28. Korelasi Parsial Locus of Control Internal dengan Kematangan Karir ... 95

Tabel 29. Korelasi Parsial Konsep Diri dengan Kematangan Karir ... 95

Tabel 30. Deskripsi Data Empirik ... 97

Tabel 31. Deskripsi Data Penelitian ... 98

Tabel 32. Kriteria Kategori Skala Kematangan Karir dan Distribusi Skor Subjek ... 99

Tabel 33. Kriteria Kategori Skala Locus of Control Internal dan Distribusi Skor Subjek ... 100

Tabel 34. Kriteria Kategori Konsep Diri dan Distribusi Skor Subjek ... 101

(18)

commit to user

18

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Bagan Kerangka Pemikiran “Hubungan Antara Locus of Control

Internal dan Konsep Diri dengan Kematangan Karir Pada Siswa Kelas

XI SMK Negeri 2 Surakarta ... 46

Gambar 2: Uji Heterokedastisitas dengan scatterplot ... 89

(19)

commit to user

19

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Skala untuk Try Out ... 117

Lampiran B. Data Try Out ... 130

Lampiran C. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 149

Lampiran D. Skala untuk Penelitian ... 166

Lampiran E. Data Penelitian ... 177

Lampiran F. Data Hasil Penelitian ... 205

Lampiran G. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif ... 213

Lampiran H. Data Kategorisasi ... 220

Lampiran I. Surat Ijin Penelitian dan Surat Tanda Bukti Penelitian ... 224

Lampiran J. Dokumentasi ... 228

(20)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa.

Berbagai perubahan perkembangan terjadi selama masa remaja. Sebagai individu

yang sedang mengalami proses peralihan dari masa anak-anak mencapai

kedewasaan, remaja memiliki tugas-tugas perkembangan yang mengarah pada

persiapan memenuhi tuntutan dan harapan peran sebagai orang dewasa (Desmita,

2005).

Hurlock (2004) menjelaskan bahwa tugas perkembangan pada masa

remaja dipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku yang

kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Havighurst

(1974, dalam Monks,dkk, 2006) berpendapat bahwa persiapan mandiri secara

ekonomis, pemilihan dan latihan jabatan merupakan salah satu tugas

perkembangan yang harus dilalui selama masa remaja.

Memperoleh kebebasan atau mandiri merupakan suatu tugas bagi remaja.

Dengan kemandirian remaja harus belajar dan berlatih dalam membuat

perencanaan, memilih alternatif, membuat keputusan, bertindak sesuai dengan

keputusannya sendiri serta bertanggung jawab atas segala perbuatan yang telah

dilakukan (Fatimah, 2006).

Pada masa remaja seorang anak membebaskan diri dari perlindungan

orang tua. Anak dalam usahanya untuk berdiri sendiri, mencoba membebaskan

(21)

commit to user

2

dirinya dari pengaruh kekuasaan orang tua baik segi afektif maupun dalam segi

ekonomi seperti halnya remaja yang bekerja. Dalam masa remaja ini pula minat

yang dibawa dari kanak-kanak cenderung berkurang dan diganti oleh minat yang

lebih matang (Monks,dkk, 2006).

Hurlock (2004) berpendapat bahwa minat yang pada awal masa remaja

dianggap penting, seperti minat pada pakaian, serta penampilan, mulai beralih

pada minat karir. Pada masa remaja, minat kepada karir sering menjadi sumber

pikiran. Remaja akan membedakan antara pilihan pekerjaan yang lebih disukai

dan pekerjaan yang dicita-citakan. Remaja akan memikirkan pekerjaan yang akan

dikerjakan dan mampu dikerjakan. Semakin remaja mendengar dan

membicarakan berbagai jenis pekerjaan, remaja akan semakin kurang yakin

mengenai apa yang akan dilakukan pernyataan ini dikemukakan oleh Thomas

(1976, dalam Hurlock, 2004).

Remaja dalam melewati tugas perkembangan dituntut adanya perubahan

dalam sikap dan pola perilaku. Pada akhirnya dalam memenuhi tuntutan ini hanya

sedikit anak laki-laki dan perempuan yang dapat melewati tugas selama masa

awal remaja, hal ini terutama terjadi pada remaja yang mengalami keterlambatan

kematangan (Hurlock, 2004). Kurangnya persiapan kecakapan mental dari remaja

dimungkinkan menjadi penyebab tidak tercapainya semua tugas dalam tahap

perkembangan remaja. Kaitannya dengan minat remaja pada karir, kurang

persiapan kecakapan mental tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi

(22)

commit to user

3

Menurut teori perkembangan karir yang dikemukakan oleh Super (1984,

dalam Winkel, 1997) individu dengan umur 15-24 tahun masuk dalam fase kedua

yaitu fase eksplorasi (exploration) dimana pada tahap ini individu mulai

memikirkan berbagai alternatif jabatan, tetapi belum mengambil keputusan yang

mengikat. Kaitannya dengan remaja, pada tahap ini remaja mulai mengidentifikasi

kesempatan serta jenis pekerjaan yang sesuai dengan diri remaja.

Monks, dkk (2006) menjelaskan bahwa pada anak-anak dan remaja, unsur

subjektif masih menguasai sehingga dalam membuat pilihan tidak terlalu realistik.

Pemilihan karir yang dibuat oleh seseorang erat kaitannya dengan kematangan

karir. Bagi remaja yang memiliki kematangan karir telah dapat melihat dan

mempertimbangkan alternatif karir yang tersedia. Komandyahrini (2008)

menyebutkan bahwa kualitas pemilihan karir ditentukan oleh tingkat kematangan

karir seseorang. Keputusan yang tepat mengenai masa depan baik untuk

melanjutkan pendidikan maupun karir akan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya

tingkat kematangan karir.

Super (1977, dalam Coertse&Schepers, 2004) mendefinisikan kematangan

karir sebagai keberhasilan individu untuk menyelesaikan tugas perkembangan

karir yang khas bagi tiap tahap perkembangan tertentu. Yost&Corbishly (1987,

dalam Safitri, dkk, 2009) menjelaskan bahwa kematangan karir adalah

kemampuan seseorang untuk berhasil menyelesaikan tugas dalam proses

pengembangan karir serta kesiapan seseorang untuk membuat keputusan karir

(23)

commit to user

4

Santrock (2003) menjelaskan bahwa eksplorasi terhadap berbagai jalur

karir merupakan suatu hal yang penting dalam perkembangan karir remaja.

Remaja melakukan eksplorasi karir dan pengambilan keputusan sampai pada taraf

tertentu disertai dengan ambiguitas dan ketidakpastian. Safitri,dkk (2009)

menyebutkan bahwa remaja cenderung melakukan pekerjaan atau kegiatan yang

sesuai dengan minat dan kemampuannya, dan telah mampu memikirkan atau

merencanakan karir berdasarkan minat, kemampuan, dan nilai-nilai yang ingin

diperjuangkan.

Salah satu kondisi yang dimungkinkan berpengaruh dalam pengembangan

karir adalah kesadaran mengenai tuntutan pendidikan yang diperlukan untuk

menekuni karir. Pendidikan di sekolah menjadi sebuah penghubung yang

menjembatani pelajar ke dunia pekerjaan. Monks,dkk (2006) mengemukakan

bahwa pekerjaan membutuhkan pendidikan formal sebagai suatu proses belajar

yang sesuai dengan situasi bekerja (learning on the job). Dalam dunia kerja, karir

akan berkembang apabila diawali dengan persiapan pendidikan yang lebih baik

(Santrock, 2003).

Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menjadi salah satu

institusi sekolah yang mempersiapkan siswanya untuk memasuki dunia kerja

setelah lulus sekolah. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga

pendidikan formal yang diharapkan mampu menjadi jembatan penghubung antara

tenaga kerja (siswa dan siswi) dengan dunia kerja. Proses pembelajaran di SMK

lebih menitikberatkan pada penerapan teori-teori yang telah diberikan melalui

(24)

commit to user

5

dunia kerja (http://www.smkupdates.net, 4 Februari 2011). Siswa SMK yang

sejak dari awal memasuki bangku SMK telah menentukan program sesuai bidang

yang diminati maka memungkinkan siswa untuk mengasah potensi, ketrampilan

yang dimiliki. Pada akhirnya, siswa yang telah memahami bakat, minat, serta

orientasi masa depan akan lebih mudah dalam mencapai kematangan karir sesuai

tahapan perkembangannya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 menunjukkan

bahwa pada Agustus 2008 pengangguran terbuka yang terbesar berasal dari SMK

sebesar 17,26%, diikuti dengan lulusan SMA sebesar 14,31%. Peringkat pertama

ini berlanjut pada Februari 2009 dan Agustus 2009. Pada Februari 2009

pengangguran terbuka dari lulusan SMK sebesar 15,69% kemudian diikuti oleh

lulusan diploma I/II/III sebesar 15,38% sedangkan pada Agustus 2009

pengangguran terbuka dari lulusan SMK sebesar 14,59% diikuti oleh lulusan

SMA sebesar 14,50% (http://www.bps.go.id, 6 Februari 2011).

Data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) tersebut

menunjukkan bahwa tingkat pengangguran terbuka yang berasal dari SMK masih

cukup tinggi. Hal tersebut menjadi indikasi bahwa kesesuaian minat saja tidak

cukup untuk dapat mencapai karir yang diinginkan. Dalam proses eksplorasi karir,

adanya perencanaan karir yang tepat akan menentukan kematangan karir

seseorang. Safitri, dkk (2009) menyebutkan bahwa pelajar seharusnya melakukan

perencanaan karir yang diawali dengan mengumpulkan pengetahuan mengenai

(25)

commit to user

6

Santrock (2003) menjelaskan bahwa kebanyakan remaja dalam mengambil

keputusan dilakukan dengan tiba-tiba dan tidak terencana. Remaja tidak cukup

melakukan eksplorasi karir dan kurang memperoleh bimbingan dari sekolah. Di

banyak sekolah, para siswa bukan hanya tidak mengetahui informasi yang harus

dicari mengenai karir, namun siswa tidak mengerti cara untuk mencari informasi.

Pernyataan ini didukung oleh riset perencanaan karir yang dilakukan oleh Peta

Masa Depan Management Center di beberapa SMA, SMK, dan MA di Jakarta

tahun 2007 menunjukkan bahwa pelajar cenderung tidak mempunyai perencanaan

karir yang matang (www.petamasadepanku.net, 14 Juni 2011).

Komandyahrini (2008) menjelaskan bahwa pemahaman remaja mengenai

seluk beluk karir dapat membantu remaja dalam menyelesaikan tugas dalam tahap

perkembangannya sekaligus akan membantu remaja untuk memilih lapangan

pekerjaan sesuai dengan minat dan keinginannya. Coertse&Schepers (2004)

menyebutkan bahwa siswa dengan kematangan karir mempunyai kebiasaan dan

strategi yang lebih baik serta mempunyai sikap yang positif dalam pendidikan dan

pekerjaan.

Kematangan karir menjadi salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari

proses perkembangan, namun apabila kematangan karir tersebut tidak tercapai

sesuai tahapan perkembangan maka akan menjadi suatu hambatan dalam melewati

tahap perkembangan selanjutnya. Oleh karena itu, masalah ini menjadi perlu

untuk dipahami melalui penelitian ini agar tidak menimbulkan permasalahan yang

serius. Hal ini dirasakan semakin besar pentingnya karena remaja dalam tugas

(26)

commit to user

7

ekonomi, dan mulai melakukan pilihan karir. Pendapat ini didukung oleh Partino

(2006) menjelaskan bahwa siswa sekolah menengah harus mulai melakukan

pilihan karir, yakni melanjutkan studi atau bekerja.

Penelitian mengenai kematangan karir ini akan dilaksanakan pada siswa

kelas XI SMK N 2 Surakarta karena beberapa alasan diantaranya dalam beberapa

penelitian mengenai kematangan karir yang telah dilaksanakan sebelumnya,

kebanyakan menggunakan siswa SMA sebagai subjek penelitian. SMK dipilih

menjadi subjek penelitian karena mayoritas siswa SMK berorientasi untuk bekerja

setelah lulus sekolah, sehingga penelitian mengenai kematangan karir lebih sesuai

dengan kondisi subjek. Selain itu, berdasarkan interview yang telah dilakukan

oleh peneliti kepada salah satu guru, dapat diketahui bahwa SMK Negeri 2

Surakarta belum pernah dipakai sebagai tempat penelitian oleh peneliti

sebelumnya mengenai kematangan karir. Alasan-alasan tersebut, mendorong

peneliti untuk melaksanakan penelitian di SMK Negeri 2 Surakarta mengenai

kematangan karir.

Siswa dalam proses mencapai kematangan karir tidak lepas dari berbagai

kondisi yang dimungkinkan berpengaruh dalam proses mencapai kematangan

karir. Super dan Thompson (1979, dalam Komandyahrini, 2008) menjelaskan

bahwa terdapat enam faktor yang dimungkinkan berpengaruh dalam kematangan

karir seseorang yaitu: (1) kesadaran akan kebutuhan untuk membuat rencana ke

depan. Termasuk di dalamnya adalah kesadaran seseorang dalam membuat

perencanaan karirnya; (2) kemampuan mengambil keputusan; (3) informasi umum

(27)

commit to user

8

informasi; (5) pengetahuan mengenai dunia kerja dan kemampuan (skill); (6)

informasi yang lebih rinci mengenai pekerjaan yang dipilih.

Hasan (2006) menyebutkan bahwa konsep diri, vocational aspiration, dan

gender merupakan sejumlah variasi komponen pada kematangan karir. Pernyataan

ini sesuai dengan teori Holland (1985, dalam Coertse&Schepers, 2004) yang

menjelaskan bahwa faktor individu (personal) dan lingkungan dimungkinkan

berpengaruh terhadap kematangan karir.

Locus of control merupakan salah satu kondisi yang dimungkinkan

berpengaruh dalam kematangan karir. Naidoo (1998, dalam Kerka, 1998)

menjelaskan bahwa umur, ras, etnis, locus of control, status sosial ekonomi, work

salience, dan gender dimungkinkan mempengaruhi tingkat kematangan karir

seseorang. Duffy&Atwater (2005, dalam Safitri, dkk 2009) memberikan definisi

locus of control sebagai sumber keyakinan yang dimiliki individu dalam

mengendalikan peristiwa yang terjadi dipersepsikan berasal dari dirinya sendiri

ataupun dari luar dirinya.

Dillon&Kaur (2005) menjelaskan bahwa locus of control internal

menunjukkan adanya keyakinan bahwa peristiwa yang terjadi dalam hidup adalah

hasil dari perilaku, sedangkan locus of control eksternal menunjukkan adanya

keyakinan bahwa peristiwa yang terjadi dalam hidup adalah hasil kekuatan luar

seperti keberuntungan, kesempatan, serta kekuasaan. Coertse&Schepers (2004)

menambahkan bahwa siswa dengan locus of control internal mempunyai

gambaran yang lebih realistik dengan bakat serta kemampuan berinteraksi dengan

(28)

commit to user

9

baik dalam berinteraksi dengan lingkungan memungkinkan seorang siswa dalam

mencapai kematangan karir.

Kondisi lain yang dimungkinkan turut berpengaruh dalam kematangan

karir individu adalah konsep diri. Super (1967, dalam Santrock, 2003)

menjelaskan bahwa konsep diri memainkan peran utama dalam kematangan karir.

Konsep diri melibatkan kepercayaan, sikap, pengetahuan, serta pemikiran

seseorang tentang pribadinya (Meece, 1997). Konsep diri meliputi keseluruhan

konsep, asumsi, dan prinsip selama kehidupan dan menjadi suatu pegangan bagi

individu (Berzonsky, 1981).

Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan dari setiap individu.

Pudjijogyanti (1993) mengemukakan bahwa konsep diri bukan merupakan faktor

yang dibawa sejak lahir, melainkan faktor yang dipelajari dan terbentuk dari

pengalaman individu dalam berhubungan dengan individu lain. Tanggapan yang

muncul dalam suatu interaksi akan dijadikan cermin bagi individu. Apabila

individu memperoleh umpak balik yang positif, maka akan mempunyai

pandangan positif pula pada dirinya.

Remaja yang memperoleh umpan balik positif akan menjadikan remaja

yakin dengan kemampuan diri, tangguh dan mampu membuat perencanaan untuk

masa depan. Pendapat ini sejalan dengan Calhoun&Acocella (1995) yang

menjelaskan bahwa individu yang menerima dirinya apa adanya mampu

menghadapi kehidupan di depannya dengan merancang tujuan-tujuan yang sesuai

(29)

commit to user

10

Raskin (1985, dalam Santrock, 2003) menjelaskan bahwa remaja yang ikut

terlibat dalam proses pembentukan identitas lebih sanggup dalam mengartikulasi

pilihan karir dan menentukan langkah berikutnya untuk mencapai tujuan jangka

pendek maupun jangka panjang. Hasan (2006) menyebutkakan bahwa individu

yang memelihara dan meningkatkan konsep diri akan lebih melibatkan diri dalam

eksplorasi karir, mencari berbagai informasi mengenai karir, dan mengembangkan

tingkah laku yang tepat dalam menghadapi karir.

Kesimpulan dari uraian diatas adalah siswa Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) tergolong remaja pertengahan yang sudah mulai memikirkan masa depan

terutama masa depan karir. Masa remaja dengan berbagai masukan informasi, dan

pemahaman mengenai seluk beluk dalam karir dapat mencapai kematangan karir

sesuai dengan tahap perkembangan karirnya. Dalam prosesnya, usaha remaja

dalam pencapaian kematangan karir tidak lepas dari berbagai kondisi yang

dimungkinkan berpengaruh di dalamnya. Berdasarkan fenomena tersebut maka

penulis mengadakan sebuah studi tentang Hubungan Antara Locus of Control

Internal dan Konsep Diri dengan Kematangan Karir Pada Siswa Kelas XI SMK

Negeri 2 Surakarta”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian di atas, maka rumusan masalah yang penulis

ajukan adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan antara locus of control internal dan konsep diri dengan

(30)

commit to user

11

2. Apakah ada hubungan antara locus of control internaldengan kematangan karir

pada siswa kelas XI SMK Negeri 2 Surakarta ?

3. Apakah ada hubungan antara konsep diri dengan kematangan karir pada siswa

kelas XI SMK Negeri 2 Surakarta ?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hubungan antara locus of control internal dan konsep diri

dengan kematangan karir pada siswa kelas XI SMK Negeri 2 Surakarta.

2. Untuk mengetahui hubungan antara locus of control internal dengan

kematangan karir pada siswa kelas XI SMK Negeri 2 Surakarta.

3. Untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan kematangan karir pada

siswa kelas XI SMK Negeri 2 Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan didapat adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan mengenai

locus of control internal, konsep diri dan kematangan karir dalam

pengembangan ilmu psikologi khususnya psikologi perkembangan, psikologi

(31)

commit to user

12 2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa, menambah wawasan mengenai locus of control internal, konsep

diri dengan kematangan karir, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan

dalam mencapai kematangan karir sesuai dengan tahap perkembangannya.

b. Bagi guru, dapat memberikan masukan mengenai materi yang perlu

diberikan kepada siswa dalam rangka perkembangan kematangan karir serta

memberikan bahan pertimbangan dalam bimbingan karir yang telah

dilaksanakan di sekolah.

c. Bagi orang tua, dapat memberikan informasi dan wawasan mengenai

hubungan locus of control internal dan konsep diri dengan kematangan karir

pada remaja, sehingga dapat menjadi pertimbangan bagi orang tua dalam

memberikan perlakuan-perlakuan yang tepat dalam upaya mencapai

kematangan karir.

d. Bagi peneliti lain, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan serta

perbandingan dalam melakukan penelitian selanjutnya, khususnya mengenai

(32)

commit to user

13 BAB II

LANDASAN TEORI

A.Kematangan Karir

1. Pengertian kematangan karir

Fatimah (2006) menjelaskan bahwa karir merupakan sesuatu yang

berkaitan dengan pendidikan dan pekerjaan yang dijalani oleh seseorang. Karir

memiliki makna sebagai jalannya peristiwa kehidupan, sekuensi okupasi, dan

peranan kehidupan lainnya yang keseluruhan menyatakan tanggung jawab

seseorang kepada pekerjaan dalam pola pengembangan dirinya (Manrihu,

1988). Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan karir akan mudah

dilampaui dengan adanya kematangan karir pada diri individu.

Super (1977, dalam Coertse&Schepers, 2004) mendefinisikan

kematangan karir sebagai keberhasilan individu untuk menyelesaikan tugas

perkembangan karir yang khas bagi tiap tahap perkembangan tertentu.

Kematangan karir diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam membuat

pilihan serta keputusan karir yang tepat dan realistis (Coertse& Schepers,

2004).

Yost&Corbishly (1987, dalam Safitri, dkk 2009) menjelaskan bahwa

kematangan karir adalah kemampuan seseorang untuk berhasil menyelesaikan

tugas dan transisi dalam proses pengembangan karir serta kesiapan seseorang

untuk membuat keputusan karir yang sesuai dengan tahapan

(33)

commit to user

14

menunjukkan tingkat pencapaian individu dalam rangkaian perkembangan

karir dari tahap eksplorasi karir sampai pada tahap kemunduran karir atau

sampai karir berhenti (Dillon&Kaur, 2005).

Berdasarkan definisi yang telah diberikan oleh beberapa ahli di atas,

dapat dijelaskan bahwa kematangan karir merupakan keberhasilan individu

dalam mencapai tugas dalam setiap tahap perkembangan karir. Kematangan

karir disertai pula dengan kemampuan individu dalam melakukan identifikasi

berbagai kesempatan pekerjaan serta dapat membuat keputusan mengenai

pilihan pekerjaan.

2. Perkembangan karir

Super (1984, dalam Winkel, 1997) menjelaskan bahwa kematangan

karir ditunjukkan dengan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan semua

tugas perkembangan karir yang khas bagi setiap tahap perkembangan tertentu.

Super menyebutkan bahwa proses perkembangan karir dibagi atas lima tahap,

yaitu:

a. Tahap pengembangan (growth)

Pengembangan (growth) dimulai dari saat lahir sampai umur kurang lebih

15 tahun. Pada tahap ini anak mulai mengembangkan berbagai potensi,

pandangan khas, sikap, minat, dan kebutuhan yang dipadukan dalam

(34)

commit to user

15 b. Tahap eksplorasi (eksploration)

Eksplorasi (eksploration) dimulai dari umur 15 sampai 24 tahun. Pada tahap

ini individu memikirkan berbagai alternatif karir, namun belum sampai pada

tahap pengambilan keputusan yang mengikat.

c. Tahap pemantapan (establishment)

Pemantapan (establishment) dimulai dari umur 25 sampai 44 tahun. Tahap

ini ditandai dengan adanya usaha tekun memantapkan diri melalui

seluk-beluk pengalaman selama menjalani karir tertentu.

d. Tahap pembinaan (maintenance)

Pembinaan (maintenance) dimulai dari umur 45 sampai 64 tahun. Pada

tahap ini individu yang telah dewasa menyesuaikan diri dalam penghayatan

karirnya.

e. Tahap kemunduran (decline)

Kemunduran (decline) diawali oleh individu yang memasuki masa pensiun

dan harus menemukan pola hidup baru setelah melepaskan jabatannya.

Ginzberg (1951, dalam Winkel, 1997) perkembangan karir individu

dibedakan menjadi tiga fase, yaitu:

a. Fase fantasi (sampai umur 15 tahun), awalnya kegiatan anak hanya bermain

dan dianggap tidak mempunyai kaitan dengan dunia kerja. Namun pada

akhir fase ini, permainan anak mulai menunjukkan indikasi bahwa anak

kelak cenderung memilih aktivitas tertentu yang mengarah kepada karirnya.

b. Fase tentatif (11-17 tahun), mengalami masa transisi, dari sekedar berperan

(35)

commit to user

16

terkandung dalam suatu pekerjaan. Fase tentatif dibagi menjadi empat

subfase, yaitu tahap minat (interest), anak mengambil sikap terhadap apa

yang disukai; tahap kemampuan (capacity), anak mulai menyadari

kemampuannya sehubungan dengan aspirasi pekerjaan; tahap nilai (value),

anak mulai menghayati nilai-nilai yang ingin dikejarnya; tahap transisi

(transition), anak mulai memadukan minat, kemampuan, dan nilai sehingga

memperoleh gambaran diri yang utuh dan menyadari konsekuensi dari

pengambilan keputusan mengenai karir.

c. Fase realistik (17-25 tahun), dibagi atas tiga subfase yaitu, tahap eksplorasi

(exploration), anak mulai mempertimbangkan dua atau tiga alternatif karir,

tetapi belum dapat mengambil keputusan; tahap pemantapan

(chrystallization), mulai mantap jika memangku jabatan karir tertentu; tahap

penentu (specification), individu mulai mengambil keputusan mengenai

jabatan tertentu.

Berdasarkan uraian yang telah diberikan beberapa ahli di atas, dapat

ditarik kesimpulan bahwa terdapat beberapa tahap serta tugas perkembangan

karir berdasarkan rentang umur tertentu. Perkembangan karir terdapat lima

tahap yaitu, 1) tahap pengembangan (growth) atau disebut pula sebagai fase

tentatif, 2) tahap eksplorasi (exploration), atau menurut ahli lain tahap ini

disebut sebagai fase tentatif dan fase realistik, 3) tahap pemantapan

(establishment), 4) tahap pembinaan (maintenence), 5) tahap kemunduran

(decline).

(36)

commit to user

17 3. Orientasi karir remaja

Orientasi karir berkaitan erat dengan latar belakang pendidikan.

Fatimah (2006) menyebutkan bahwa lingkungan sekolah mempunyai pengaruh

yang besar terhadap perkembangan jiwa remaja. Selain mengembangkan

fungsi pengajaran, sekolah juga mengembangkan fungsi pendidikan yaitu

transformasi nilai dan norma sosial. Sekolah telah mempertahankan orientasi

yang luas, yang dirancang untuk melatih individu secara intelektual serta di

bidang kesiapan kerja dan sosial (Santrock, 2003).

Besarnya minat remaja terhadap pendidikan sangat dipengaruhi oleh

minat remaja terhadap pekerjaan. Jika remaja mengharapkan pekerjaan yang

menuntut pendidikan tinggi maka pendidikan akan dianggap sebagai batu

loncatan. Remaja lebih menaruh perhatian pada pelajaran-pelajaran yang

nantinya akan berguna dalam bidang pekerjaan yang dipilihnya (Harlock,

2004).

Di Indonesia terdapat dua sekolah menengah yaitu Sekolah Menengah

Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dimana terdapat

perbedaan mendasar dalam pola pembelajarannya. Pendidikan Sekolah

Menengah Atas (SMA) ditujukan untuk siswa yang akan melanjutkan ke

perguruan tinggi, kurikulum yang digunakan lebih banyak teori dibandingkan

praktik, belajar hanya di lingkungan sekolah, serta siswa lulusan SMA belum

siap bekerja dan belum bisa mandiri. Sedangkan Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) ditujukan untuk siswa yang menginginkan bekerja dan melanjutkan ke

(37)

commit to user

18

tempat belajar di dunia usaha dan di dunia industri, serta lulusan dari SMK

lebih siap bekerja.

Bagi remaja yang berorientasi untuk melanjutkan ke pendidikan yang

lebih tinggi, pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) dapat membantu

siswa dalam mewujudkan cita-citanya melanjutkan pendidikannya. Namun

bagi remaja yang berkeinginan untuk memasuki dunia kerja selepas lulus

sekolah, pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menjadi jembatan

bagi remaja untuk membekali diri dengan berbagai pengetahuan dan

ketrampilan yang dibutuhkan di dunia kerja.

Departemen Pendidikan Nasional (2007) menjelaskan bahwa model

kurikulum SMA adalah kurikulum yang dikelompokkan sebagai kurikulum

disiplin ilmu sedangkan filosofi pendidikan yang digunakan adalah

esensialisme. Pada kurikulum disiplin ilmu maka tujuan pendidikan adalah

menghasilkan tamatan dengan intelektual tinggi menurut kaidah disiplin ilmu.

Bagi siswa yang tidak melanjutkan studi ke jenjang pendidikan tinggi

kurikulum SMA tidak menyiapkan peserta didik dengan kemampuan untuk

bekerja. Kurikulum SMA tidak memberikan pengalaman yang dapat digunakan

untuk mencari kehidupan di masyarakat.

Sedangkan SMK dalam penyusunan kurikulum menggunakan

pendekatan berbasis luas dan mendasar (broad based), berbasis kompetensi

(competency-based) dan berbasis produksi (production based learning).

Kurikulum SMK mengembangkan pendidikan dan pelatihan berorientasi pada

(38)

commit to user

19

kejuruan diorientasikan pada pemenuhan permintaan pasar kerja sehingga

lulusan SMK diharapkan mampu bekerja secara mandiri (wiraswasta) atau

mengisi lowongan pekerjaan yang tersedia (Departemen Pendidikan Nasional,

2007).

Berkaitan dengan bimbingan karir, setiap sekolah baik SMA maupun

SMK mengembangkan bimbingan karir. Perbedaan terletak pada pelaksanaan

layanan bimbingan karir yang disesuaikan dengan lembaga pendidikan yang

bersangkutan. Tujuan bimbingan karir di sekolah maupun di madrasah adalah

agar siswa mampu memahami, merencanakan, memilih menyesuaikan diri, dan

mengembangkan karir tertentu setelah tamat dari pendidikannya.

Tohirin (2009) berpendapat bahwa bimbingan karir di sekolah atau di

madrasah tidak secara langsung membantu siswa untuk berkarir tetapi lebih

banyak bersifat informasi. Hal ini berbeda bagi sekolah kejuruan yang

berorientasi karir, selain siswa dibekali tentang aplikasi karir, siswa juga

dibimbing dalam pemilihan, perencanaan, dan pengembangan karir.

Berdasarkan uraian di atas, dapat tarik kesimpulan bahwa remaja

melibatkan diri dalam pendidikan di sekolah untuk memperoleh berbagai

informasi atau materi yang berkenaan dengan karir yang diharapkan. Terdapat

dua sekolah menengah di Indonesia, yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) dan

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Perbedaaan diantara SMA dan SMK

terletak pada dasar penggunaan kurikulum, sehingga siswa lulusan dari SMA

dan SMK mempunyai arahan dan orientasi masa depan yang berbeda. Orientasi

(39)

commit to user

20

sedangkan siswa lulusan SMK lebih dipersiapkan untuk bekerja secara mandiri

maupun mengisi lowongan pekerjaan yang disediakan di pasar kerja.

4. Aspek-aspek kematangan karir

Langley (1996, dalam Coertse&Schepers, 2004) menjelaskan bahwa

terdapat lima aspek dari kematangan karir, yaitu:

a. Pengetahuan diri (knowledge of self), meliputi kebutuhan, nilai, aturan

kehidupan, minat pekerjaan, dan faktor-faktor lain yang relevan.

b. Pengambilan keputusan (decision making), meliputi pemilihan karir dan

pengambilan keputusan yang efektif.

c. Informasi karir (career information), meliputi pengumpulan informasi

mengenai karir.

d. Penggabungan antara pengetahuan diri dan pengetahuan karir (integration of

self with knowledge of career).

e. Perencanaan karir (career planning), mengimplementasikan pengetahuan

yang dimiliki untuk perencaan karir.

Super (1974, dalam Alvarez, 2008) menjelaskan bahwa struktur

kematangan karir mempunyai lima dimensi, yaitu:

a. Perencanaan karir (career planfulness), meliputi perencanaan untuk

sekarang, dan perencanaan untuk masa depan.

b. Eksplorasi karir (career exploration), meliputi konsultasi dengan orang lain,

(40)

commit to user

21

c. Informasi (information), meliputi pendidikan, persyaratan penghasilan,

tugas, pembekalan dan tuntutan, kondisi, kemajuan karir.

d. Pengambilan keputusan (decision making), meliputi meliputi prinsip dan

praktis dalam pengambilan keputusan.

e. Orientasi (orientation), meliputi realistik, konsistensi, perwujudan, dan

pengalaman kerja.

Crites (1978, dalam Coertse&Schepers, 2004) menyebutkan bahwa

terdapat dua dimensi dalam kematangan karir, yaitu:

a. Kompetensi (competence)

Pengukuran kompetensi meliputi pengukuran penilaian diri, informasi karir,

seleksi tujuan, perencanaan, dan pemecahan masalah.

b. Sikap (attitude)

Pengukuran sikap meliputi pengukuran terhadap keyakinan, keterlibatan,

kebebasan, orientasi, dan kompromi dalam pengambilan keputusan.

Berdasarkan uraian dari beberapa ahli di atas, maka dalam penelitian

mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Super (1974, dalam

Alvarez, 2008) yaitu aspek perencanaan karir (career planfulness), eksplorasi

karir (career exploration), informasi (information), pengambilan keputusan

(decision making) dan meniadakan aspek orientasi. Aspek tersebut dinilai

komprehensif dan sejalan dengan teori yang peneliti gunakan dalam penelitian

(41)

commit to user

22

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan karir

Fatimah (2006) menjelaskan bahwa terdapat tiga faktor yang

mempengaruhi perkembangan kehidupan karir, yaitu:

a. Faktor sosial ekonomi

Kondisi sosial ekonomi menyangkut kemampuan orang tua dalam

membiayai bidang pendidikan anaknya. Anak dengan kemampuan

intelektual tinggi kadang tidak dapat menikmati pendidikan yang baik

karena keterbatasan ekonomi. Kondisi ini pula yang akhirnya digunakan

oleh anak dalam pemilihan karirnya.

b. Faktor lingkungan

Lingkungan yang mempengaruhi kehidupan karir individu yaitu, (1)

lingkungan kehidupan masyarakat, membentuk sikap anak dalam

menentukan pola kehidupan, yang pada gilirannya akan mempengaruhi

pemikirannya dalam menentukan jenis pendidikan dan karir yang

diidamkan; (2) lingkungan lembaga pendidikan atau sekolah yang bermutu

baik, mempunyai kedisiplinan tinggi akan mempengaruhi pembentukan

sikap dan perilaku kehidupan pendidikan anak dan pola pikir dalam

menghadapi karir; (3) lingkungan teman sebaya, pergaulan dengan teman

sebaya akan memberikan pengaruh langsung terhadap kehidupan

pendidikan.

(42)

commit to user

23

Pandangan hidup merupakan bagian yang terbentuk karena lingkungan.

Pada akhirnya pandangan hidup tersebut akan tampak pada pendirian

seseorang, terutama dalam menyatakan cita-cita hidupnya.

Winkel (1997) menjelaskan bahwa terdapat faktor internal dan faktor

eksternal yang mempengaruhi perkembangan karir.

a. Faktor internal

1. Nilai (value), nilai memegang peranan penting dalam keseluruhan

perilaku individu dan mempengaruhi seluruh harapan serta lingkup

aspirasi dalam hidup, termasuk bidang pekerjaan yang dipilih dan

ditekuni. Cita-cita dalam bidang pekerjaan kerap merupakan perwujudan

konkret dari suatu nilai kehidupan.

2. Taraf intelegensi, tinggi rendahnya taraf intelegensi yang dimiliki

seseorang akan berpengaruh efektif tidaknya keputusan pemilihan karir.

3. Bakat khusus menjadi bekal yang memungkinkan untuk memasuki

berbagai bidang pekerjaan tertentu (fields of occupation) dan mencapai

tingkatan lebih tinggi dalam suatu jabatan (level of occupation).

4. Minat mengandung makna bagi perencanaan masa depan sehubungan

dengan jabatan yang akan dipegang (vocational planning), terutama

mengenai bidang jabatan yang akan dimasuki dan melihat ada tidaknya

kepuasan individu dalam menjalani bidang pekerjaan tertentu (vocational

satisfication).

5. Kepribadian, pada saat memasuki bidang pekerjaan tertentu sifat

(43)

commit to user

24

akan lebih berpengaruh terhadap kemampuan diri untuk bertahan dan

berhasil dalam karir yang dipilih.

6. Pengetahuan, informasi yang akurat tentang dunia kerja dan diri sendiri

dapat mempengaruhi aspirasi dan taraf aspirasi individu. Jika telah

mendapatkan informasi yang akurat dan menyadari keterbatasan dalam

pilihannya, maka pilihan karir yang fantasi mulai ditinggalnya.

b. Faktor eksternal

1. Masyarakat, lingkungan berpengaruh besar terhadap pandangan dalam

banyak hal yang dipegang teguh oleh setiap keluarga. Pandangan tersebut

meliputi pandangan mengenai tinggi rendahnya aneka jenis pekerjaan,

peranan pria dan wanita, dan sesuai tidaknya karir tertentu untuk pria dan

wanita.

2. Keadaan sosial ekonomi negara, laju pertumbuhan ekonomi, stratifikasi

masyarakat berpengaruh terhadap terciptanya suatu bidang pekerjaan

baru dan terhadap terbuka tertutupnya kesempatan karir bagi individu.

3. Sosial ekonomi keluarga menentukan tingkat pendidikan sekolah yang

dimungkinkan, jumlah kenalan pemegang kunci bagi beberapa karir

tertentu yang dianggap masih sesuai dengan status sosial.

4. Pengaruh keluarga, orang tua, saudara menyatakan harapan serta

mengkomunikasikan pandangan dan sikap tertentu terhadap pendidikan

dan karir. Bratcher (1982, dalam Sumari, dkk, 2009) menjelaskan bahwa

remaja yang berada dalam keluarga yang sehat dan fungsional

(44)

commit to user

25

otonominya. Melalui kemandirian dan otonomi yang dimiliki, remaja

menjadi lebih fleksibel dalam pemilihan karir dan lebih memahami

keinginan diri meskipun berbeda dengan aturan maupun pola yang ada di

keluarga.

5. Pendidikan sekolah, yaitu pandangan dan sikap yang dikomunikasikan

kepada anak didik oleh staf petugas bimbingan dan tenaga pengajar

mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam bekerja.

6. Pergaulan dengan teman sebaya, yaitu beraneka pandangan dan variasi

harapan tentang masa depan yang terungkap dalam pergaulan sehari-hari.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan karir terdiri dari faktor-faktor internal dan

faktor eksternal. Faktor internal meliputi nilai, bakat khusus, minat,

kepribadian, taraf intelegensi, kepribadian dan pengetahuan. Sedangkan faktor

eksternal meliputi keluarga, masyarakat, kondisi sosial ekonomi baik negara

maupun orang tua, dan pengaruh teman sebaya.

B. Locus of Control Internal

1. Pengertian locus of control internal

Rotter (1966, dalam Berzonsky, 1981) menjelaskan bahwa locus of

control adalah kepercayaan individu mengenai sejauh mana dirinya dapat

dengan efektif mengontrol apa yang terjadi dalam hidupnya. Locus of control

mempunyai empat konsep dasar yakni potensi perilaku individu (behavioral

(45)

commit to user

26

suasana psikologis. Dillon&Kaur (2005) menyebutkan bahwa locus of control

merupakan sebuah bagian dari kepribadian individu yang menjelaskan

mengenai pengelompokkan individu berdasarkan derajat kepercayaan individu

untuk mengontrol peristiwa yang terjadi dalam hidupnya.

Locus of control dikelompokkan menjadi dua macam yakni locus of

control internal dan locus of control eksternal. Locus of control internal

mempercayai bahwa peristiwa yang terjadi sebagai hasil dari perilakunya.

Sedangkan locus of control eksternal menunjukkan adanya keyakinan bahwa

peristiwa yang terjadi dalam hidup adalah hasil dari kekuatan diluar dirinya

seperti keberuntungan, kesempatan, serta kekuasaan (Dillon&Kaur, 2005).

Locus of control internal mempunyai suatu ekspektasi berupa persepsi yang

menganggap terjadinya suatu peristiwa baik positif maupun negatif merupakan

konsekuensi dari apa yang telah dilakukan (Lefcourt, 1982).

Berdasarkan definisi yang telah diberikan oleh beberapa ahli di atas,

dapat dijelaskan bahwa locus of control internal merupakan hasil evaluasi diri

yang positif terhadap peristiwa yang telah terjadi sepanjang perjalanan hidup.

Evaluasi positif terhadap diri membentuk keyakinan bahwa peristiwa yang

(46)

commit to user

27 2. Aspek-aspek locus of control internal

Levenson (1981, dalam Legerski, 2006) menyatakan bahwa terdapat

tiga dimensi dalam locus of control, yakni:

a. Internal (I) berupa keyakinan individu bahwa dirinya dapat mengendalikan

hidupnya sendiri.

b. Exsternal powerful others (P) berupa keyakinan bahwa peristiwa yang

terjadi dalam hidupnya ditentukan oleh kekuatan orang lain.

c. Exsternal chance (C)berupa keyakinan bahwa peristiwa yang terjadi dalam

hidupnya ditentukan oleh adanya kesempatan, keberuntungan, takdir.

Wolfgang dan Weiss’s (1980, dalam Clachar, 1992) menjelaskan bahwa

terdapat dua dimensi dalam locus of control, yaitu:

a. Locus of personal control

Locus of personal control direfleksikan sebagai kepercayaan individu

terhadap kompetensi serta efikasi diri. Locus of personal control terdiri dari

locus of personal control yang berorientasi internal dan locus of personal

control yang berorientasi eksternal. Locus of personal control yang

berorientasi internal ditandai dengan keyakinan akan efikasi diri, sedangkan

locus of personal control yang berorientasi eksternal ditandai dengan

keyakinan pada kesempatan, keberuntungan.

b. Locus of responsibility

Locus of responsibility digunakan untuk mengukur tingkat tanggungjawab

individu terhadap peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Locus of

(47)

commit to user

28

dan locus of responsibility yang berorientasi eksternal. Locus of

responsibility yang berorientasi internal ditandai dengan keyakinan adanya

hubungan yng kuat antara usaha, kerja keras dengan kesuksesan yang

dicapai, sedangkan locus of responsibility yang berorientasi eksternal

ditandai dengan keyakinan bahwa sosial, politik, ekonomi adalah kekuatan

dan pembentuk nasib individu.

Berdasarkan uraian beberapa ahli di atas, maka peneliti dalam

penelitian ini menggunakan dimensi yang dikemukakan oleh Levenson (1981,

dalam Legerski, 2006), yaitu dimensi internal (I), exsternal powerful others

(P), dan exsternal chance (C). Dimensi-dimensi tersebut digunakan karena

lebih komprehensif dan sesuai dengan teori yang dijadikan acuan dalam

penelitian ini.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi locus of control internal

Menurut Phares (1984) berpendapat bahwa terdapat beberapa faktor

yang mempengaruhi terbentuknya locus of control, antara lain:

a. Keluarga (family)

Keluarga yang mengembangkan kehangatan, perlindungan, dan

mengembangkan sikap positif akan mengembangkan anak ke arah locus of

control internal. Perkembangan ke arah locus of control internal terjadi pula

pada keluarga yang mengembangkan disiplin dan sikap yang konsisten

(48)

commit to user

29

b. By and large

Individu yang berasal dari kelompok dengan akses yang terbatas pada

kekuatan, kesempatan, dan keuntungan materi, maka di masa yang akan

datang individu tersebut cenderung mengembangkan locus of control

eksternal.

c. Gender (sex differences)

Berbagai penelitian telah melaporkan adanya perbedaan locus of control

internal dan eksternal antara pria dan wanita. Hochreich (1975, dalam

Phares, 1984) menyebutkan bahwa antara subjek pria dan wanita, diperoleh

hasil yang menunjukkan adanya skor locus of control internal tinggi pada

pria, dan skor locus of control eksternal yang tinggi pada wanita.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi locus of control internal adalah keluarga, by and

large, dan gender.

4. Karakteristik orang dengan locus of control internal

Phares (1984) menjelaskan bahwa terdapat beberapa karakteristik

individu dengan locus of control internal, antara lain:

a. Reaksi terhadap pengaruh sosial

Individu dengan locus of control internal memperlihatkan kepercayaan diri

yang besar terhadap kompetensi yang dimiliki, serta menunjukkan adanya

(49)

commit to user

30

pengaruh yang berusaha menguasainya, dan senantiasa berusaha untuk

dapat mengontrol hidupnya sendiri.

b. Pencarian informasi

Pencarian informasi menjadi perbedaan mendasar bagi locus of control

internal dan locus of control eksternal. Individu yang berkeyakinan bahwa

dirinya menentukan nasibnya sendiri akan lebih aktif dalam pencarian

informasi.

c. Kesadaran kesehatan

Individu dengan locus of control internal memperlihatkan adanya usaha

untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan serta meminimalisir

adanya penyakit.

d. Proses atribusi

Locus of control tidak hanya mempengaruhi sikap dan pandangan individu

terhadap dirinya sendiri, namun mempengaruhi pula perilaku individu pada

orang lain. Individu dengan locus of control internal memberikan perlakuan

yang sama pada orang lain seperti individu tersebut memberikan perlakuan

terhadap dirinya sendiri.

e. Prestasi

Bekerja keras dalam bidang kognitif dan penyelesaian tugas merupakan

salah satu karakteristik yang dimiliki individu dengan locus of control

internal. Selain itu, individu tersebut berusaha untuk memperoleh

penghargaan dengan cara mencapai nilai yang terbaik dan menunda rasa

(50)

commit to user

31 f. Penyesuaian diri

Pribadi yang aktif, mandiri merupakan salah satu kunci sukses dalam

penyesuaian diri. Individu yang berkeyakinan bahwa nasib merupakan hasil

kontrol diri menjadi indikator bahwa individu tersebut mempunyai

kemampuan yang baik dalam penyesuaian diri.

Rotter (1966, dalam Krueger, 2005) menyatakan bahwa individu yang

mempunyai kepercayaan diri yang besar untuk mengontrol peristiwa dalam

hidupnya tampak seperti:

a. Lebih cepat belajar mengenali berbagai aspek dalam lingkungan sehingga

dapat membantu dirinya di masa depan.

b. Mengambil langkah-langkah tertentu untuk mengembangkan lingkungan.

c. Mempunyai penilaian yang besar terhadap kemampuan serta hasil yang

diperoleh.

Locus of control dinilai internal jika individu menunjukkan ciri-ciri

bertanggung jawab atas tindakannya, berkemauan keras mencapai suatu tujuan,

dan melihat dirinya pengendali penuh arah hidupnya sendiri (Reber&Reber,

2010).

Aji (2010) menjelaskan bahwa karakteristik individu yang mempunyai

locus of control internal antara lain:

a. Kontrol

Individu mempunyai keyakinan bahwa peristiwa hidupnya adalah hasil dari

(51)

commit to user

32 b. Mandiri

Individu dalam usahanya untuk mencapai suatu tujuan atau hasil, percaya

dengan kemampuan dan ketrampilannya sendiri.

c. Tanggung jawab

Individu mempunyai kesediaan untuk menerima segala sesuatu sebagai

akibat dari sikap atau tingkah lakunya sendiri, serta berusaha memperbaiki

sikap atau tingkah lakunya agar mencapai hasil yang lebih baik lagi.

d. Ekspektansi

Individu mempunyai penilaian subjektif atau keyakinan bahwa konsekuensi

positif akan diperoleh pada situasi tertentu sebagai imbalan tingkah lakunya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik

orang dengan locus of control internal adalah mandiri (berupa keyakinan atas

kemampuan yang dimiliki, selalu aktif, dan bekerja keras), kontrol diri (berupa

keyakinan bahwa peristiwa yang ada terjadi karena perbuatan atau sikapnya

sendiri), tanggung jawab (atas segala peristiwa baik itu kesuksesan maupun

kegagalan yang menimpa dirinya), dan ekspektasi (berupa persepsi mengenai

masa depan, harapan, termasuk pula orientasi sukses).

C.Konsep Diri

1. Pengertian konsep diri

Calhoun&Acocella (1995) menjelaskan bahwa konsep diri merupakan

gambaran mengenai diri sendiri yang terdiri dari pengetahuan, pengharapan

(52)

commit to user

33

individu mengenai dirinya sendiri (Pudjijogyanti, 1993). Pandangan diri terkait

dengan dimensi fisik, karakteristik individual, dan motivasi diri (Wanei, 2006).

Berzonsky (1981) mengemukakan bahwa konsep diri meliputi

keseluruhan konsep, asumsi, dan prinsip selama kehidupan dan menjadi suatu

pegangan bagi individu. Brooks (1971, dalam Sobur, 2003) menjelaskan bahwa

konsep diri didefinisikan sebagai persepsi individu terhadap aspek fisik, aspek

sosial, dan aspek psikologis yang didasarkan dari pengalaman dan interaksi

dengan orang lain.

Dhillon&Kaur (2005) mengemukakan bahwa konsep diri merupakan

keseluruhan persepsi individu mengenai fisik, sosial serta kompetensi

akademik yang dimiliki. Hamacheck (1987, dalam Hasan, 2006) berpendapat

bahwa konsep diri sebagai keseluruhan gambaran mengenai diri individu yang

didefinisikan berupa persepsi, kepercayaan, sikap, dan perasaan yang menjadi

bagian dari karakteristik individu.

Reber&Reber (2010) berpendapat bahwa konsep diri merupakan

konsep seseorang tentang dirinya sendiri dengan sebuah deskripsi yang

menyeluruh dan mendalam yang bisa diberikan seoptimal mungkin. Konsep

diri melibatkan kepercayaan, sikap, pengetahuan, serta pemikiran seseorang

tentang pribadinya (Meece, 1997). Konsep diri dapat menjadi suatu deskripsi

yang utuh apabila disertai dengan pengetahuan dan pemahaman mengenai

pribadi individu itu sendiri.

Berdasarkan definisi yang telah diberikan oleh beberapa ahli di atas,

(53)

commit to user

34

yang menyeluruh mengenai diri individu, termanifestasi dalam sebuah

kepercayaan, sikap, pikiran, maupun perasaan yang melekat dan menjadi

karakteristik bagi individu.

2. Aspek-aspek konsep diri

Konsep diri merupakan suatu gambaran diri yang kompleks yang

terbentuk oleh adanya interaksi dengan lingkungan dan konsep diri merupakan

sesuatu yang terukur.

Aspek-aspek konsep diri menu

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir
Blue print Tabel 2. Skala Kematangan Karir
  Tabel 3. Blueprint skala locus of control
  Tabel 4. Blue print skala konsep diri
+7

Referensi

Dokumen terkait

memilih judul : hubungan antara efikasi diri dengan kematangan karir pada

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara locus of control dengan kematangan karir pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas

HUBUNGAN ANTARA INTERNAL LOCUS OF CONTROL DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA TARUNAi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya (1) pengaruh yang positif dan signifikan antara internal locus of control terhadap kematangan karier mahasiswa FKIP UNS;

Kematangan karir adalah keberhasilan seseorang menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir yang khas pada tahap perkembangan tertentu.Sedangkan locus of control

Siregar, 2015) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara locus of control internal dengan kematangan karier, artinya semakin tinggi locus of

Selain itu, Penelitian lain yang dilakukan oleh Siska Fitria Anggeraini (2012) tentang hubungan antara efikasi diri terhadap karir dengan kematangan karir pada siswa

Besarnya angka ketidakpahaman kesadaran siswa SMA dalam merencanakan karir masa depan disebabkan oleh beberapa faktor seperti konsep diri akademik, locus of control, perencanaan karir