• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPEMIMPINAN BERBASIS NILAI DALAM KONTEKS PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN : Studi Kasus Penerapan Kepemimpinan Berbasis Nilai di Sekolah Islam Terpadu Menuju ke Arah Pengembangan Sekolah Islam yang Bermutu.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEPEMIMPINAN BERBASIS NILAI DALAM KONTEKS PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN : Studi Kasus Penerapan Kepemimpinan Berbasis Nilai di Sekolah Islam Terpadu Menuju ke Arah Pengembangan Sekolah Islam yang Bermutu."

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

3) Karakteristik Kepemimpinan Berbasis Nilai ………... 85

4) Proses Kepemimpinan Berbasis Nilai ……….. 89

5) Hubungan antara Nilai Kepemimpinan dan Kinerja Prima .. 92

e. Kepemimpinan Berdasarkan Nilai-nilai Islam ……….. 96

f. Kepala Sekolah Efektif ……….. 109

(2)

5. Budaya Sekolah ……… 130

B. Latar Belakang Penentuan Tempat Penelitian ……….. 153

C. Subjek Penelitian ………... 155

D. Teknik dan Pelaksanaan Pengumpulan Data ………. 157

E. Variable Penelitian ………..………. 160

F. Teknis Analisis Data ……….……… 162

G. Validitas Penelitian ……… 165

H. Langkah-langkah Penelitian ………... 167

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 170

A. Hasil Penelitian ……….. 170

1. Sejarah Pertumbuhan Sekolah Islam Terpadu …..……… 170

2. Konsep dan Karakteristik Sekolah Islam Terpadu ……….. 175

3. Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia (JSIT- Indonesia) …… 187

4. Profil Obyek Penelitian: Delapan Sekolah Islam Terpadu ………. 192

a. Profil Umum ……… 192

d. Gambaran Aktual Kepemimpinan Sekolah Islam Terpadu ..…. 218

1) Penetapan Kepala Sekolah ………... 218

2) Peran Kepala Sekolah ……… 223

a) Pengembangan Visi, Misi dan Tujuan Sekolah ………. 224

b) Pengembangan Nilai Islam ………. 225

c) Pengembangan Sistem, Prosedur dan Tata Kelola …… 227

d) Pengembangan Proses Pembelajaran ………. 229

e) Pengembangan Kurikulum ……….. 236

f) Pengembangan Analisis Data dan Evaluasi Pembelajaran 237 g) Pengembangan Kemampuan Guru ……….. 237

(3)

B. Pembahasan Penelitian ……… 247

1. Analisis Kesenjangan ………. 248

a. Pengembangan Visi, Misi dan Tujuan Sekolah ………….…... 253

b. Pengembangan Sistem dan Pengelolaan Sekolah ……….…… 256

c. Pengembangan Kurikulum ……….…… 259

d. Pengembangan Aktivitas Pembelajaran ……….……… 264

e. Pengembangan Sumber daya Guru ….……….….... 267

f. Pengembangan Analisis Data dan Evaluasi ………. 272

g. Pengembangan Budaya Sekolah ……….…….. 276

1) Pengembangan Budaya Belajar ……….…. 279

2) Pengembangan Budaya Islami ……… 284

3) Pengembangan Budaya Mutu ………... 288

h. Pengembangan Kemitraan ………. 294

2. Analisis Nilai-nilai Kepemimpinan ………. 297

a. Keimanan Akhlak Mulia ……… 300

b. Iltizam dan Jiddiyah ……….. 301

c. Amanah dan Khidmah ………... 304

d. ‘Adil dan Ukhuwwah ………. 305

3. Analisis SWOT ……… 311

4. Konstruk dan Kerangka Kerja Kepemimpinan Berbasis Nilai ……. 317

5. Standar Perilaku Kepemimpinan Berbasis Nilai ………. 325

6. Pengembangan Kemampuan Kepemimpinan Berbasis Nilai ……… 332

7. Penilaian Kepemimpinan (Leadership assessment) ………. 340

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Path Goal Leadership Model ………. 66

2.2 Tahapan Kepemimpinan ……….….. 83

2.3 Jenis-jenis Nilai ……… 132

2.4 Pembentukan Budaya Baru ……… 135

4.1 Persebaran Sekolah Islam Terpadu di Indonesia ……….. 174

4.2 Profil Ringkas Delapan Sekolah Islam Terpadu ………... 193

4.3 Nilai Akreditasi Islam Sekolah Terpadu ………..……… 214

4.4 Capaian Prestasi UASBN dan UN SIT ………. 214

4.5 Gambaran Asset Sekolah Islam Terpadu ……….. 217

4.6 Ringkasan Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah ……… 243

4.7 Hasil Analisis Kesenjangan Peran dan Perilaku Kepemimpinan di SIT .. 250

4.8 Matriks Perilaku Kepemimpinan Berbasis Nilai ……….. 308

4.9 Hasil Analisis SWOT ……… 312

4.10 Standar Perilaku Kepimpinan Pembelajaran Berbasis Nilai ……..…….. 326

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Sekolah Sebagai Organisasi Sistem Terbuka ……….. 36

2.2 Mutu Pendidikan …..……….. 46

2.3 Model Kepemimpinan Ohio University ………..………. 61

2.4 The Blake Mouton Managerial Grid ……… 62

2.5 Model Fiedler ……….. 64

2.6 Model Kepemimpinan Hersey dan Blanchard ….……… 68

2.7 Level Kepemimpinan ………... 92

2.8 Kemampuan Kepala Sekolah ……….. 111

2.9 Lingkungan Belajar Siswa ……….. 117

2.10 Linier Instructional Leadership ……….. 122

2.11 Organic Instructional Leadership ……….. 123

2.12 Prophetic Instructional Leadership ……… 124

2.13 Relational Instructional Leadership ……… 125

2.14 Empowering Instructional Leadership ……… 126

2.15 Political Instructional Leadership ……….. 127

2.16 Format Kepemimpinan ……….. 128

2.17 Kerangka Fikir Penelitian ……… 143

3.1 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman (1992) ………. 165

3.2 Langkah-langkah Kegiatan Penelitian ……… 170

4.1 Perkembangan Sekolah Islam Terpadu ……… 174

4.2 Karakter Pencapaian Visi ………. 179

4.8 Persayaratan Kepala Sekolah di SIT Nur Hidayah ..……… 221

4.9 Metode Pengembangan Profesional ………. 274

4.10 Model Data Driven Instructional System ………. 274

4.11 Model Budaya Sekolah Islam Terpadu ……… 278

4.12 Kuadran Analisis SWOT SIT Nurul Fikri ……… 316

4.13 Kerangka Kerja Kepemimpinan Berbasis Nilai ……….. 324

4.14 Pengembangan Kepemimpinan ………... 335

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran

Lampiran 1 Kisi-kisi Wawancara ………. 362

Lampiran 2 Tabel Persepsi Terhadap Perilaku Kepala Sekolah SIT ………. 368

Lampiran 3 Pedoman Wawancara ………..…… 369

Lampiran 4 Lembar Survey Kepemimpinan Kepala Sekolah ………. 373

Lampiran 5 Lembar Survey Prestasi Siswa ………. 378

Lampiran 6 Lembar Survey Budaya Sekolah ……….. 379

Lampiran 7 Tabel Profil Sekolah ……….. 340

Lampiran 8 Gambaran Peran Kepemimpinan SIT .………. 349

Lampiran 9 Lampiran SWOT Analisis ……… 355

Lampiran 10 Standar Kompetensi Kepala Sekolah ……… 360

(7)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan pilar utama dalam mengangkat harkat dan martabat bangsa, karena pendidikan berfungsi mencerdaskan kehidupan bangsa. Komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk mencerdaskan kehidupan warga negaranya ini tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 pada alinea keempat, yang menegaskan: “Pemerintah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa.” Bahkan, dalam Pasal 31 ayat (1) Amandemen UUD 1945 secara

(8)

2

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandir dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam hal mengartikan pendidikan, Undang Undang yang sama secara jelas menyebutkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Dengan merujuk kepada maksud dari pendidikan menurut Undang-Undang dapat difahami bahwa, pendidikan baru dikatakan berjalan efektif dan bermutu manakala telah berfungsi mengembangkan potensi kemampuan dan membentuk watak (karakter) peserta didik. Dalam konteks outcome, pendidikan nasional harus mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan intelektual dan akhlak mulia secara seimbang. Dalam bahasa visi 2025 Kemendiknas, pendidikan diselenggarakan untuk menghasilkan “Insan Indonesia cerdas dan kompetitif (insan kamil atau insan paripurna); yaitu insan Indonesia yang cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual dan cerdas kinestetis.

(9)

3

ajaran Islam sesungguhnya bermuara kepada pembentukan karakter manusia taqwa yang sangat sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Dalam Islam, visi

pendidikan ditegaskan dalam do‟a yang diajarkan Allah SWT kepada hambanya,

yaitu visi membentuk generasi yang memiliki karakter taqwa dan jiwa kepemimpinan (leadership), sebagaimana termaktub dalam Al Qur‟an Surah Al Furqon ayat 74:

“Ya Tuhan kami anugerahkanlah kepada kami dari isteri-isteri kami dan anak-anak kami generasi yang baik dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa”

Menurut Arief (2008)1 peran dan kontribusi lembaga pendidikan Islam sangat penting, diantaranya: melahirkan kader-kader pemimpin bangsa yang memiliki wawasan ke-Islaman dan nasionalisme yang tinggi, membina peserta didik menjadi hamba yang ta‟at beribadah kepada Allah SWT, mengajarkan nilai-nilai kejujuran, kerendahan hati, kesederhanaan dan nilai-nilai keluhuran kemanusiaan, merespons dan ikut membantu menyelesaikan persoalan-persoalan masyarakat. Lembaga

pendidkan Islam dapat berperan sebagai sebagai “agen pembaharuan” yang

memperkenalkan gagasan pembangunan pedesaan (rural development) sebagai pusat kegiatan belajar masyarakat (centre of community learning). Dengan peran strategis tersebut, lembaga pendidikan Islam dapat berperan dan berfungsi efektif bagi

1Journal Pendidikan Islam “El Tarbawi”, No. 1 Vol.1, 2008. http://journal.uii.ac.id/index.php/

(10)

4

pembangunan karakter bangsa, terutama dalam konteks zaman di masa kini. Pendidikan Islam sangat relevan untuk menghidupkan pembangunan demokrasi, pemberantasan korupsi, pengentasan kemiskinan, pembangunan ekonomi kerakyatan, pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengembangan jatidiri dan budaya bangsa, kepemimpinan, hak azasi, perlindungan dan pemberdayaan kaum perempuan, penekanan tingkat kriminalitas, pemeliharaan lingkungan, peningkatan toleransi dan keberagaman.

Lembaga pendidikan Islam di Indonesia mewujud dalam berbagai format, baik formal, informal ataupun non formal. Keberadaan „Sekolah Islam‟ termasuk ke dalam jalur pendidikan formal yang memiliki ciri khas agama. Undang-undang nomor 20/2003 pasal 55 (1) menyatakan: “Masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat pada pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan kekhasan agama, lingkungan sosial dan budaya untuk kepentingan masyarakat”.

(11)

5

Muhammadiyah menyelenggarakan 1132 Sekolah Dasar; 1769 Madrasah Ibtidaiyah; 1184 Sekolah Menengah Pertama; 534 Madrasah Tsanawiyah; 511 Sekolah Menengah Atas; 263 Sekolah Menengah Kejuruan; 172 Madrasah Aliyah2. Nahdlatul

„Ulama melalui lembaga pendidikan Al Ma‟arif menyelenggarakan 97 SD dan 3.861

MI, 378 SLTP dan 733 MTs, 211 SLTA dan 212 MA3. Demikian pula, ormas Islam yang lain, seperti: Persatuan Islam (Persis), Persatuan Umat Islam (PUI), Al Irsyad, Al Khayrot, Al Azhar, Jaringan Sekolah Islam Terpadu dan ratusan Yayasan penyelenggara pendidikan lainnya yang bertebaran di seluruh Indonesia. Mereka masing-masing memiliki kebijakan dan standar mutu sesuai dengan prinsip dan tujuan pendidikan yang mereka yakini mengacu kepada nilai, prinsip dan tujuan pendidikan Islam.

Perkembangan jumlah sekolah Islam yang sedemikian pesat menghadapi tantangan, tuntutan zaman (modern) serta harapan yang tinggi dari masyarakat untuk menjadi sekolah Islam yang efektif dan bermutu. Sekolah yang mampu mendidik generasi Islam untuk menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi, sekaligus menjadi pribadi yang mandiri, bertanggung jawab dan bertaqwa kepada Allah SWT. Sekolah yang bermutu adalah sekolah yang memberikan perhatian pada upaya perbaikan yang terus menerus dala setiap aspeknya. Edward Sallis (2006 :73) mengemukakan bahwa yang menentukan mutu pendidikan mencakup aspek-aspek:

2

Dari Profil usaha Muhammadiyah, didapatkan jumlah jumlah sekolah yang diselenggarakan oleh Pengurus (Pusat, Wilayah ataupun Cabang ) Muhammadiyah. Sekolah /Madrasah tersebar di seluruh wilayah Nusantara.

3Ormas Nahdlatul Ulama, melalui Lembaga Pendidikan AL Ma‟arif menyelenggarakan sekolah /madrasah , kebanyakan tersebar di Pulau Jawa. Lihat situs resmi Nahdlatul „Ulama

(12)

6

Well-maintained buildings, outstanding teacher, high moral values, excellent examination results, specialization, the support of parents, business and local community, plentiful resources, the application of the latest technology, strong and purposeful leadership, the care and concern for pupils and students, a well-balanced curriculum, or some combination of these factors.

Untuk menjadikan Sekolah Islam efektif dan bermutu, peran kepemimpinan menjadi sangat sentral. Sekolah adalah organisasi yang bersifat kompleks, karena di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menentukan. Sekolah juga bersifat unik karena memiliki karakter yang khas, dimana terjadi proses belajar mengajar, tempat terselenggaranya pembudayaan kehidupan manusia. Karena sifatnya yang kompleks dan unik tersebut, sekolah sebagai organisasi memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Keberhasilan sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, yang memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi kompleks yang unik.

(13)

7

menekankan bahwa kepala sekolah Islam yang efektif seharusnya mampu membangun kepribadian muslim (muslim personality) yang peduli dan berkontribusi kepada kemaslahatan masyarakat. Oleh karenanya, kepala sekolah di dalam sekolah Islam memiliki kewajiban memimpin sekolah mereka secara efektif dan berkesesuaian dengan nilai-nilai dalam ajaran Islam. Dengan perkataan lain, dalam kepentingan pencapaian tujuan pendidikan Islam, kepemimpinan yang fokus kepada peningkatan mutu pembelajaran berbasiskan nilai (value based leadership) Islam menjadi suatu keniscayaan.

(14)

8

pemerintah (pemimpin birokrasi). Riset tersebut menunjukkan bahwa para pengikut mengharapkan pemimpin yang mempunyai karakteristik seperti nilai kejujuran, berorientasi ke depan, kompeten dan membangkitkan semangat pengikut.4.

Implementasi Kepemimpinan Berbasis Nilai akan nampak dalam wujud budaya sekolah. Budaya sekolah adalah tradisi sekolah yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan spirit dan nilai-nilai yang dianut sekolah. Tradisi itu mewarnai kualitas kehidupan sebuah sekolah. Kepada siswa tidak diberikan mata pelajaran budaya sekolah, tetapi secara tak langsung mereka akan memperolehnya melalui tindakan sehari-hari, nilai-nilai dan kepercayaan-kepercayaan yang baik atau buruk dari berbagai elemen sekolah, termasuk kepala sekolah, para guru dan staf lainnya. Inilah yang akan diserap dan diyakini oleh siswa sebagai kultur sekolahnya. Terbentuknya budaya sekolah yang kondusif juga mensyaratkan adanya partisipasi seluruh warga sekolah dan pemangku kepentingan pendidikan. Secara manajerial, kepala sekolah yang bertanggungjawab, tetapi secara operasional menjadi tugas seluruh warga sekolah termasuk pemangku kepentingan pendidikan. Implikasinya, spirit dan nilai-nilai kebersamaan, keterbukaan, disiplin diri dan tanggungjawab, harus senantiasa mewarnai pembentukan struktur organisasi sekolah, penyusunan deskripsi tugas, prosedur kerja, kebijakan, aturan-aturan, tata tertib sekolah, hubungan vertikal dan horisontal antar warga sekolah, acara-acara ritual dan seremonial sekolah. Keseluruhannya secara kooperatif akan menentukan bentuk perilaku sistem sekolah,

(15)

9

perilaku kelompok atau perorangan warga sekolah, yang meliputi latar fisik, lingkungan, suasana, rasa, sifat dan iklim (Pengembangan Kultur Sekolah, Depdiknas, 2004)

Diantara sekian banyak sekolah berciri khas agama Islam yang diselenggarakan

oleh masyarakat, penelitian ini akan menjadikan “Sekolah Islam Terpadu” sebagai

(16)

10

kepemimpinan untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Akibatnya, budaya belajar belum tumbuh secara optimal dan pembentukan karakter taqwa masih belum menemukan formatnya yang efektif. Padahal, bila dirujuk kepada sejarah latar belakang dan visi pendiriannya, Sekolah Islam Terpadu diharapkannya menjadi sekolah yang mampu menghadirkan pengalaman belajar yang kaya, efektif dan sarat dengan muatan pemberdayaan intelektualitas dan kemampuan daya fikir siswa-siswi mereka untuk menjadi generasi „ulul albab’ (yang memiliki kemampuan dan kemahiran berfikir) dan memiliki karakter kepemimpinan serta ketaqwaan (imamil muttaqin).5 Lebih jauh, peneliti mendapatkan temuan awal bahwa Sekolah Islam Terpadu belum memiliki strategi pengembangan kepemimpinan kepala sekolah. Akibatnya, kebanyakan Sekolah Islam Terpadu berjalan tanpa bingkai pembinaan kepemimpinan yang sistematis. Rekrutmen, kaderisasi kepemimpinan, evaluasi kinerja kepemimpinan Kepala sekolah di Sekolah Islam Terpadu belum memiliki format dan kerangka kerja yang jelas.

Dengan kondisi realita yang demikian, menjadi sangat penting dan relevan untuk mengetahui dan mendapatkan konstruk dan kerangka kerja Kepemimpinan Berbasis Nilai (values based leadership) yang paling tepat dan efektif untuk meningkatkan mutu sekolah sesuai dengan misi dan tujuan pendidikan mereka.

5 Uraian latar belakang sejarah dan visi pendirian Sekolah Islam Terpadu dapat dilihat dengan jelas

(17)

11

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Sekolah berciri khas Islam sejatinya menyelenggarakan sekolah sesuai dengan prinsip-prinsip keefektifan sekolah dan berkesesuaian pula dengan nilai, prinsip dan tujuan pendidikan Islam. Oleh karena itu dalam penyelenggaraan pendidikannya, Sekolah Islam memerlukan dukungan kepemimpinan (kepala sekolah) yang mampu meningkatkan mutu sekolah yang terpusat kepada pengembangan mutu pembelajaran dengan berpijak kepada nilai dan pesan Islam yang diyakini. Dengan kepemimpinan yang berpijak kepada nilai, seluruh warga sekolah, terutama para pendidik (guru), seluruh staf dan karyawan sekolah (tenaga kependidikan) dan para siswa melakukan identifikasi terhadap nilai-nilai yang dikembangkan oleh kepala sekolah. Dengan demikian, seluruh pihak akan bersikap dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini.

Penelitian ini dilakukan di delapan Sekolah Islam Terpadu, yang merupakan bagian dari Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Indonesia, yang memiliki lebih dari 700 satuan pendidikan. Sekolah Islam Terpadu adalah sekolah berciri khas Islam, diselenggarakan oleh masyarakat, yang berupaya menerapkan prinsip-prinsip pendidikan Islam dalam penyelenggaraannya. Dikelola dengan semangat dan idealisme dari para pendiri dan penyelenggaranya, Sekolah Islam Terpadu tumbuh dan berkembang cukup signifikan, baik dari sisi jumlah ataupun persebarannya.

(18)

12

rutinitas dzikir dan do‟a, berbagai „syiar‟ Islami menjadi fenomena yang menonjol di

hampir setiap Sekolah Islam Terpadu. Komitmen dan kesungguhan guru dalam menjalankan tugas profesinya telah tumbuh menjadi salah satu tulang punggung kesuksesan pertumbuhan Sekolah Islam Terpadu. Namun di sisi lain, kepemimpinan di Sekolah Islam Terpadu belum menunjukkan kerangka kerja yang jelas dalam hal peningkatan mutu pembelajaran. Perilaku Kepala sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran masih sangat sederhana, hanya bertumpu pada beberapa kegiatan supervisi rutin. Pengembangan pembelajaran belum mendapat kejelasan formatnya. Padahal, inti dan fokus dari peningkatan mutu pendidikan bertumpu kepada mutu pembelajaran. Aktivitas utama sekolah adalah interaksi antara guru dan siswa di dalam suatu lingkungan belajar yang kondusif dan sistematis.

(19)

13

Bertitik tolak dari latar belakang masalah sebagaimana telah diuraikan sebelumnya; fokus permasalahan penelitian ini adalah: “Bagaimanakah penerapan Kepemimpinan Berbasis Nilai yang tepat dan efektif untuk meningkatkan mutu

pendidikan di Sekolah Islam Terpadu?” Dengan memahami pokok-pokok

permasalahan yang telah peneliti sampaikan di atas, selanjutnya rumusan permasalahan dikembangkan ke dalam butir-butir pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran aktual perilaku kepemimpinan kepala sekolah di Sekolah Islam Terpadu?

2. Bagaimana konstruk dan kerangka kerja Kepemimpinan Berbasis Nilai yang efektif untuk meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Islam Terpadu?

3. Bagaimana standar perilaku Kepemimpinan Berbasis Nilai yang efektif untuk meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Islam Terpadu?

4. Bagaimana strategi pengembangan Kepemimpinan Berbasis Nilai untuk meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Islam Terpadu?

C. Tujuan Penelitian

(20)

14

penting dalam kajian ilmu administrasi pendidikan dan merupakan faktor strategis dalam hal meningkatkan mutu dan kinerja sekolah. Pada sisi lain, standar mutu nasional yang diaplikasikan kepada sekolah belum mendapatkan gambaran yang jelas, sejauhmana hubungan dan kontribusinya dengan output sekolah. Menjadi sangat menarik dan penuh manfaat apabila penelitian ini melakukan analisis yang tajam dan komprehensif kepada tataran faktor strategis tersebut (kepemimpinan), terutama bila diterapkan dalam lingkup organisasi sekolah yang menisbahkan diri sebagai sekolah Islam. Secara teoritis, penelitian ini akan semakin memperkaya konsep-konsep perilaku kepemimpinan pendidikan sekolah, terutama dari sisi dan pandangan sekolah Islam yang berpijak kepada nilai dan prinsip Islam dalam kaitannya dengan keefektifan kepemimpinan dan keefektifan proses pendidikan. Penelitian ini, selain menguji keefektifan kepemimpinan kepala sekolah dalam konteks peningkatan mutu sekolah, juga akan memberikan semacam dorongan bagi subyek yang dinilai (Sekolah Islam Terpadu) untuk mengembangkan mutu sekolahnya menuju sekolah Islam yang efektif dan bermutu.

Oleh karena itu, secara rinci tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Melakukan kajian dan analisis untuk mendapatkan rumusan konsep dan kerangka kerja Kepemimpinan Berbasis Nilai yang tepat dan efektif bagi Sekolah Islam Terpadu.

(21)

15

3. Melakukan kajian dan analisis untuk mendapatkan strategi pengembangan kepemimpinan berbasis nilai untuk pengembangan mutu Sekolah Islam Terpadu.

D. Manfaat Penelitian

Secara praktis, hasil penelitian ini bermanfaat untuk menjadi acuan bagi upaya peningkatan mutu sekolah, khususnya Sekolah Islam Terpadu (Sekolah yang berada dalam Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia). Hasil penelitian ini memberikan kemanfaatan praktis dalam hal:

1. Mendapatkan gambaran yang jelas dan aktual tentang peran dan perilaku Kepemimpinan kepala sekolah dalam kaitanya dengan upaya peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Islam Terpadu di Indonesia.

2. Mendapatkan model hipotetis kepemimpinan yang tepat dan efektif bagi Sekolah Islam Terpadu sesuai dengan visi, misi dan tujuan pendidikannya. 3. Memberikan penguatan teoritik dan pembuktian empirik tentang penerapan

kepemiminan berbasis nilai Islam bagi peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Islam Terpadu

(22)

16

E. Struktur Organisasi Penulisan

Laporan penelitian ini dibuat berdasarkan sistematika yang sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiyah. Terdiri dari lima bab, yang terdiri dari bab pertama pendahuluan, bab kedua tentang pijakan teori, bab ketiga tentang metode dan tahapan penelitian, bab keempat tentang hasil dan pembahasan penelitian dan bab kelima memuat kesimpulan dan saran.

Pada bab I (Pendahuluan), dijelaskan tentang latar belakang permasalahan pendidikan di sekolah-sekolah Islam pada umumnya dan pentingnya peran kepemimpinan yang fokus kepada peningkatan mutu pembelajaran dengan berpijak kepada nilai-nilai (luhur) Islam. Selanjutnya, bab pertama ini juga menyampaikan identifikasi dan rumusan permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini. Bab pertama ini ditutup dengan uraian tujuan dan manfaat penelitian, terutama bagi pengembangan teori adminsitrasi pendidikan, perumusan kebijakan pengembangan kepemimpinan dan praktek di lapangan sekolah, khususnya di Sekolah Islam Terpadu.

(23)

17

empirik, bab ini ditutup dengan menjelaskan kerangka pikir penelitian yang memberikan gambaran tentang pijakan rasional, bagaimana dan mengapa permasalahan Kepemimpinan Berbasis Nilai ini patut dikaji.

Bab III (metode penelitian) menjelaskan tentang lokasi penelitian di delapan Sekolah Islam Terpadu yang tersebar di delapan provinsi, jenis dan metode penelitian yang bersifat kualitatif, tahapan-tahapan penelitian, sampai kepada teknik analisisnya. Dalam bab ini juga dijelaskan mengenai tindakan dan perilaku peneliti sebagai instrumen utama dalam penelitian ini dijelaskan secara lengkap, baik pada saat melakukan pengumpulan data maupun saat melakukan konfirmasi, analisis dan diskusi.

Bab IV (hasil dan pembahasan penelitian) menguraikan data dan informasi hasil penelitian. Di mulai dengan menyajikan gambaran (profil) Sekolah Islam Terpadu secara umum maupun delapan Sekolah Islam Terpadu yang menjadi obyek kajian. Pada bagian berikutnya, bab ini menguraikan pembahasan hasil temuan penelitian dengan dukungan hasil analisis kesenjangan dan analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, Threat) dan mengaitkannya dengan kajian pustaka. Hasil pembahasan ini kemudian diuraikan menjadi temuan penelitian yang merupakan jawaban dari permasalahan penelitian yang diajukan pada bab sebelumnya. Dalam akhir bab ini, peneliti menguraikan secara rinci setiap jawaban dari masing-masing pertanyaan penelitian.

(24)

18

(25)

148

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mendapatkan model hipotetis Kepemimpinan Berbasis Nilai yang tepat dan efektif untuk meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Islam Terpadu. Model hipotetis yang peneliti maksudkan dalam kajian ini meliputi: konstruk dan kerangka kerja, standar perilaku, format penilaian kinerja dan strategi pengembangan Kepemimpinan Berbasis Nilai. Model hipotetis ini diharapkan dapat mengantarkan Sekolah Islam Terpadu kepada tujuan pendidikannya yang mulia. Oleh karena itu, peneliti menganggap perlu untuk mengetahui terlebih dahulu gambaran aktual Sekolah Islam Terpadu secara detail, yang meliputi pijakan filosofis, visi, misi, tujuan, karakterstik, perkembangan dan persebaran Sekolah Islam Terpadu. Selanjutnya, peneliti juga akan mengeksplorasi gambaran aktual perilaku kepemimpinan dan budaya sekolah yang wujud di Sekolah Islam Terpadu.

(26)

149

dipercaya. Oleh karena itu, sejak awal penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif-deskriptif-analitis.

Pendekatan kualitatif difahami sebagai suatu langkah dan pendekatan penelitian yang kerap digunakan untuk mengkaji dan menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Dalam pendekatan kualitatif ini, peneliti melakukan kajian atas kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden dan melakukan studi pada situasi yang natural (Creswell, 1998:15). Pendapat yang dikemukakan oleh Bogdan dan Taylor dalam buku Moleong (2007:3) menjelaskan bahwa metode kualitatif merupakan langkah-lagkah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang menjadi obyek pengamatan. Creswell dan Taylor & Bodgan, masing-masing mendefinisikan penelitian kualitatif seperti berikut: “... an inquiry process of understanding a social or human problem, based on building a complex, holistic picture, formed with words, reporting detailed views of information, and conducted in a natural setting”. (Creswell, 1994: 2). “... the broadest sense to research that produces descriptive data : people’s own written or spoken words and observable behaviors” (Taylor &

Bodgan, 1984:5).

(27)

150

berusaha mendapatkan pemahaman tentang segala hal mengenai subyek dari kerangka berpikirnya sendiri (Taylor & Bogdan, 1984, Creswell, 1994). Dengan demikian, yang penting adalah pengetahuan, pendapat, pengalaman perasaan dan keterlibatan yang intens (Patton, 1990). Oleh karena itu, semua perspektif menjadi bernilai bagi peneliti. Peneliti tidak melihat benar atau salah, namun semua data penting. Satori (2009) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri 1. Obyektivitas, berarti tidak memihak atau teguh pada fakta yang sesungguhnya;

peneliti memposisikan diri sebagai pihak yang netral, melepaskan diri dari faktor-faktor subyektif.

2. Akurat, artinya valid dan reliable dalam pengukuran dan analisa; seluruh data yang diperoleh dikonfirmasi dan dilakukan „cross-check‟ melalui beberapa

sumber informan ataupun beberapa cara pengembilan data.

3. Verifikasi, hasil suatu penelitian tidak bersifat final (kekal) tetapi dapat dikonfirmasikan atau direvisi oleh penelitian lain.

4. Penjelasan yang hemat/singkat dan memiliki nilai ilmiah yang tinggi; hasil pembahasan setiap „perilaku‟ yang termasuk pada variable penelitian.

5. Empirisme, suatu penelitian yang bersifat mengungkap fakta yang nyata. 6. Penalaran logis, merupakan proses ilmiah yang memerlukan penalaran logis. 7. Kesimpulan kondisional, yakni hasil penelitian tidak absolute, sehingga

(28)

151

Pendekatan kualitatif sering disebut sebagai pendekatan yang „humanistik‟, oleh karena si peneliti selalu berpijak pada sisi kemanusiaan dari suatu kehidupan sosial. Peneliti tidak „terjebak‟ atau dibatasi semata oleh perhitungan statistik, grafik, angka-angka dan variabel-variabel yang semuanya dianggap menjadikan manusia sebagai obyek studi tergantikan oleh nomor-nomo dan angka-ankga belaka dan dapat mengurangi nilai keunikan individual (Taylor & Bogdan, 1984). Penelitian kualitatif berpijak kepada keterangan-keterangan dan juga penjelasan-penjelasan yang didapat dari segala kegiatan dan keterlibatan yang intens dan dekat, dari sumber-sumber (informan) dan fenomena sosial yang nyata dan langsung.

(29)

152

ini adalah pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi sejauh ini merupakan metode yang paling baik digunakan untuk menerangkan sesuatu fenomena yang terjadi pada saat ini. Dengan menggunakan metode pendekatan fenomenologi akan dapat diperoleh gambaran umum dan mendalam tentang: peran dan perilaku kepemimpinan, budaya dan mutu Sekolah Islam Terpadu yang menjadi obyek kajian penelitian ini.

(30)

153

wawancara, pengamatan, survey, telaah dokumen, survey persepsi di berbagai kesempatan tempat, waktu dan responden penelitian.

B. Latar Belakang Penentuan Tempat Penelitian

Penelitian ini hendak mendapatkan gambaran yang nyata dan empirik mengenai pola kepemimpinan yang diterapkan oleh para Kepala Sekolah dari Sekolah Islam Terpadu dalam kaitannya dengan upaya peningkatan mutu pembelajaran yang kemudian membawa keberhasilan pada pencapaian prestasi siswa sesuai dengan sasaran yang ditetapkan. Penelitian ini juga hendak memeriksa sejauhmana pola pengembangan kepemimpinan yang dipraktekan di Sekolah Islam Terpadu dalam kaitannya dengan upaya mengembangkan kemampuan kepemimpinan Kepala Sekolah sesuai dengan karakteristik dan kompetensi yang disyaratkan.

Untuk mendapatkan gambaran sebagaimana yang diharapkan dalam penelitian ini, beberapa Sekolah Islam Terpadu ditetapkan menjadi obyek kajian, dengan beberapa pertimbangan:

1. Telah berjalan lebih dari 10 tahun, waktu yang cukup bagi sekolah tersebut untuk menjadi sekolah yang baik.

2. Termasuk dari beberapa sekolah pelopor dari barisan Sekolah Islam Terpadu yang bernaung dalam Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Indonesia. 3. Dikelola oleh Yayasan yang memiliki falsafah, visi dan tujuan yang sama

(31)

154

4. Di kenal sebagai sekolah yang menjadi acuan bagi pengembangan Sekolah Islam Terpadu lainnya di sekitar wilayah/regionalnya. Sekolah Islam Terpadu yang dijadikan lokasi penelitian ini adalah:

a. Sekolah Islam Terpadu Mutiara Duri, Bengkalis, Riau. b. Sekolah Islam Terpadu Nurul Fikri Depok.

c. Sekolah Islam Terpadu Luqmanul Hakim/Abu Bakar Yogyakarta. d. Sekolah Islam Terpadu Nurul Hidayah Solo.

e. Sekolah Islam Terpadu Al Uswah Surabaya. f. Sekolah Islam Terpadu Ukhuwah, Banjarmasin. g. Sekolah Islam Terpadu Cordova, Samarinda, h. Sekolah Islam Terpadu Al Biruni, Makassar.

Ke delapan obyek kajian dipilih dengan pertimbangan bahwa sekolah-sekolah tersebut menjadi pelopor dan percontohan penyelenggaraan Sekolah Islam Terpadu di sekitar wilayah mereka masing-masing. Dari ke delapan obyek kajian tersebut, peneliti menjadikan Sekolah Islam Terpadu Nurul Fikri, Depok sebagai obyek kajian utama yang menjadikannya sebagai unit analisis yang lebih rinci dan dalam. Pertimbangan ini dipilih, karena Sekolah Islam Terpadu Nurul Fikri menjadi sekolah pelopor dan sekaligus model bagi pendirian dan penyelenggaraan Sekolah Islam Terpadu secara nasional.

(32)

155

dekat keberadaan beberapa Sekolah Islam Terpadu yang tersebar di berbagai Wilayah di Indonesia, terutama di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pengamatan awal sampai dengan pemilihan setting dengan menemui dan mengadakan pendekatan secara kekeluargaan kepada komponen pimpinan kepengurusan JSIT Indonesia, yayasan pengelola sekolah, para Kepala Sekolah dan beberapa guru. Adanya penerimaan yang simpatik dari jajaran pengurus Yayasan dan para Kepala Sekolah, menjadi awal yang baik sebagai jalan untuk dapat melaksanakan penelitian di lokasi tersebut. Selanjutnya atas dasar perijinan formal dari berbagai pihak terkait, penelitian mulai dilaksanakan dengan kegiatan pengumpulan data sesuai dengan fokus yang akan diteliti. Data dan informasi dijaring melalui berbagai cara dan komponen masyarakat Sekolah Islam Terpadu.

C. Subjek Penelitian

(33)

156

didirikan sampai dengan dinamika perkembangannya saat ini. Melalui berbagai proses yang telah dilakukan ditemukan tokoh-tokoh kunci dari masing-masing Sekolah dan tokoh-tokoh pendukung lainnya yang dianggap dapat melengkapi informasi yang akurat, sebagai berikut:

1. Para Pendiri Sekolah Islam Terpadu.

2. Para Pengurus Jaringan Sekolah Islam Terpadu.

3. Para pendiri (Pembina) dari setiap yayasan penyelenggara sekolah.

4. Para Kepala Sekolah yang telah menjalankan masa tugasnya minimal tiga tahun.

5. Para Guru senior yang telah mengajar di sekolah yang menjadi obyek penelitian, setidaknya selama lima tahun.

6. Para orangtua murid.

(34)

157

D. Teknik dan Pelaksanaan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama dilakukan pengumpulan data primer. Peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke seluruh obyek penelitian, melakukan wawancara mendalam ke setiap subyek yang telah ditentukan, mengedarkan lembar kuesioner atau pertanyaan (close dan open-ended). Kunjungan ke lapangan, ke delapan Sekolah Islam Terpadu (SIT) di lakukan beberapa kali kunjungan dalam rentang waktu sekitar satu tahun, mengunjungi seluruh obyek penelitian, dalam tahapan waktu sebagai berikut:

1. April 2011, Pebruari 2012 ke SIT Nur Hidayah Surakarta, SIT Luqmanul Hakim/Abu Bakar Yogyakarta, SIT Al Uswah Surabaya.

2. Oktober 2011, Mei 2012 ke SIT Al Ukhuwwah, Banjarmasin, SIT Cordova Samarinda.

3. April 2011, Mei 2012 ke SIT Mutiara Duri, Bengkalis Riau. 4. September 2011, Juni 2012 ke SIT Al Biruni, Makassar. 5. Juni 2011, Pebruari 2012 ke SIT Nurul Fikri, Depok

(35)

158

yang didapatkan langsung di obyek penelitian maupun yang peneliiti dapatkan dari situs (website) resmi sekolah yang bersangkutan dari internet ataupun yang peneliti dapatkan dari sekretariat (kantor) JSIT Indonesia.

Agar proses penggalian data melalui observasi lapangan dan wawancara mendalam tidak keluar dari fokus penelitian maka terlebih dahulu disusun kisi-kisi pedoman wawancara dan observasi. Kisi-kisi ini di susun berdasarkan permasalahan penelitian, yang kemudian dikembangkan ke dalam beberapa dimensi dan indikator. Berdasarkan kisi-kisi inilah, peneliti melakukan berbagai kegiatan penelitian yang terkait dengan upaya mengumpulkan data yang meliputi: wawancara, observasi dan telaah dokumen. Kisi-kisi pedoman pengambilan data penelitian ini peneliti susun setelah melalui kegiatan pre-survey (penelitian pendahuluan) guna mendapatkan gambaran awal tentang sifat, jenis, sumber, dan narasumber data. Pedoman penelitian ini selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran.

Pedoman ini menuntun peneliti untuk menggali informasi secara sistematis,fokus dan mendalam untuk mendapatkan data dan informasi yang relevan bagi tujuan penelitian. Pada tahapan ini, peneliti juga menggali data dan informasi dari berbagai dokumen yang dimiliki oleh masing-masing sekolah ataupun yang dimiliki oleh Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia, organisasi yang „memayungi‟ Sekolah Islam Terpadu di seluruh Indonesia.

(36)

159

sekolah dan kaitannya dengan mutu pembelajaran. Langkah ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana literatur memandang fenomena yang ditemukan di lapangan. Termasuk dalam langkah ini mencermati hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan yang telah dilakukan oleh peneliti lain.

(37)

160

E. Variabel Penelitian

Dalam suatu penelitian, variebel perlu di identifikasi, diklasifikasi dan didefinisikan secara operasional. dengan jelas dan tegas agar tidak menimbulkan kesalahan dalam pengumpulan dan pengolahan data. Variabel Penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2007).

Penelitian ini hendak mencari tahu model hipotetis Kepemimpinan Berbasis Nilai melalui kajian yang mendalam terhadap fenomena nyata yang terjadi (case study) di Sekolah Islam Terpadu. Oleh karena itu, variabel utama dari penelitian ini adalah: Kepemimpinan Berbasis Nilai, Budaya Sekolah dan Mutu Pendidikan. Penelitian kualitatif ini berasumsi bahwa gejala-gejala yang nampak dalam variabel-variabel yang ditetapkan dalam penelitian ini tidak dapat diklasifikasikan, tetapi merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

(38)

161

Budaya Sekolah dalam penelitian ini dibatasi dengan pengertian ide, semangat, norma dan aturan, perilaku dan kebiasaan-kebiasaan yang hidup dan berkembang di sekolah, yang memberikan pengaruh kepada aktivitas pencapaian tujuan pendidikan yang tetapkan. Budaya Sekolah Islam Terpadu yang dimaksud dalam penelitian ini berkaitan dengan hal dan aktivitas keilmuan, keberagamaan (Islam) dan kebermutuan sekolah. Budaya Sekolah Islam Terpadu.

Mutu Pendidikan dalam penelitian ini dibatasi dengan pengertian berjalannya proses-proses pengembangan dan pemberdayaan sumberdaya sekolah dalam rangka mengefektifkan dan meningkatkan mutu pembelajaran (teaching and learning process). Kebermutuan sekolah juga ditandai dengan berkembangnya pertumbuhan sekolah, serta tercapainya standar mutu lulusan sebagaimana yang telah ditetapkan . Proses-proses pengembangan dan pemberdayaan sumberdaya sekolah meliputi: (-) Pengembangan visi, misi dan tujuan sekolah, (-) Pengembangan nilai-nilai yang diyakini bersama, (-) Pengembangan sistem, tata kelola dan prosedur, (-) Pengembangan kurikulum, (-) Pengembangan guru, (-) Pengembangan media, metode dan fasilitas pembelajaran, (-) Pengembangan analisis dan evaluasi, (-) Pengembangan budaya sekolah, (-) Pengembangan kemitraan.

(39)

162

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema yang ada di dalam data tersebut (Bogdan dan Biklen, 1982; Patton, 1990). Semua data dan informasi yang telah diperoleh, hasil dari observasi, wawancara dan penelusuran dokumen-dokumen terkait pada setiap Sekolah Islam Terpadu di catat dan dikumpulkan dalam kategori-kategori yang jelas. Patton, 1980 (dalam Moleong 2002:103) menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Sementara itu Taylor, (1975:79) menjelaskan analisis data sebagai suatu proses yang yang dilakukan secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema pada hipotesis.

(40)

163

kepada perilaku kepemimpinan, khususnya Kepemimpinan Berbasis Nilai. Peneliti sejak awal sudah membatasi diri untuk berada di sekitar „wilayah‟ yang masuk ke

dalam pengertian operasional Kepemimpinan Berbasis Nilai dalam konteks peningkatan mutu pembelajaran.

Berkaitan dengan hal tersebut, Miles dan Huberman (1984) mengatakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Artinya sampai data yang diperoleh dari para informan mengalami kejenuhan. Aktifitas dalam analisis data dalam penelitian ini mencakup tiga hal:

1. Reduksi data (data reduction), yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya. Peneliti mengumpulkan data yang terkait dengan berbagai perilaku yang terkait dengan pertanyaan penelitian. Data yang direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas dan memudahkan peneliti utuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencari bila masih diperlukan. Hasil dari reduksi data dalam penelitian ini mencakup sejumlah perilaku kepemimpinan nilai, budaya dan mutu output Sekolah Islam Terpadu yang menjadi subyek kajian.

(41)

164

hubungan antar kategori, flowchart dan lain-lain. Penyajian data ini selanjutnya memudahkan peneliti dalam memahami apa yang terjadi, membuat kesimpulan dan terhadap apa yang telah diamati.

3. Conclusion drawing/Verification; adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Peneliti membuat berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan berdasarkan hasil analisis dan komparasi dengan kajian pustaka dan penelitian-penelitian terdahulu yang relevan. Kesimpulan yang dibuat adalah kesimpulan awal, bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti kuat. Di sini peneliti melakukan upaya untuk menjawab masalah yang dirumuskan sejak awal.

Langkah-langkah analisis sebagaimana model Miles dan Hubermn nampak dalam gambar di bawah ini.

Gambar 3.1 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman (1992)

(42)

165

yang memahami bagaimana berbasis nilai dapat diterapkan dengan efektif di Sekolah Islam Terpadu. Mereka adalah para pegiat (aktivis) pendidikan di Sekolah Islam Terpadu, dan sekaligus para penggagas penegmbangan kepemimpinan kepala seklah untuk Sekolah Islam Terpadu, khususnya di SIT Nurul Fikri. Hal ini dimaksudkan agar intepretasi data yang dilakukan sudah betul-betul merupakan data yang terjadi di lapangan. Selanjutnya dilakukan analisis SWOT untuk dapat mengukur kekuatan, kelemahan, kesempatan dan Tantangan Kepemimpinan di Sekolah Islam Terpadu. Dari hasil itu semua kemudian peneliti mengajukan model yang tepat untuk kepemimpinan berbasis nilai yang mampu meningkatkan mutu pembelajaran di Sekolah Islam Terpadu.

G. Validitas Penelitian

Untuk mendapatkan data yang valid dalam penelitian ini dan menghindarkan diri dari faktor subyektivitas dan atau imajinasi (khayalan), Peneliti melakukan langkah-langkah sebagaimana dianjurkan oleh Lincoln dan Guba (1985) sebagai berikut: 1. Kegiatan: melakukan pengumpulan data secara terus menerus dengan cara

mendatangi langsung ke setiap sekolah yang menjadi subyek penelitian, melakukan verifikasi terus menerus melalui proses triangulasi dengan cara: a. Melakukan wawancara mendalam dengan Kepala Sekolah, Pengurus Yayasan

(43)

166

b. Melakukan cek ulang data, yaitu melakukan proses wawancara secara berulang dengan mengajukan pertanyaan yang sama pada Kepala Sekolah yang sama dalam waktu yang berlainan: meskipun pada kali yang kedua dan ketiga melalui sambungan telpon, pesan singkat (sms) ataupun surat elektronik (email).

c. Melakukan pengecekan silang, yaitu menggali keterangan tentang keadaan subjek penelitian yang satu dengan yang lainnya pada waktu berbeda.

2. Tanya jawab dengan teman sejawat: untuk membuat peneliti bersifat jujur atau tidak menimbulkan bias dalam menggali makna penelitiannya serta memperjelas landasan untuk membuat intepretasi. Tanya jawab dengan teman sejawat juga memungkinkan peneliti untuk membersihkan pikiran dan perasaan yang mungkin mengganggu dalam membuat keputusan. Dalam hal ini, Peneliti selalu mengembangkan diskusi dan elaborasi hasil penelitian dengan bebrapa teman yang Peneliti libatkan dalam proses penelitian ini.

3. Referensi yang cukup: merupakan cara untuk dapat menghasilkan evaluasi dari beberapa data yang diperoleh selama proses penelitian berlangsung. Oleh karena itu, Peneliti berupaya untuk merujuk kepada berbagai sumber, baik yanag sifatnya teoritis, empiris ataupun dokumentaris.

(44)

167

formal dan informal, secara kontinyu dengan memberikan kesempatan kepada subjek penelitian untuk memberikan tanggapan, komentar atau mengutarakan wawasan mereka.

H. Langkah-langkah Penelitian

Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan guna menjawab pertanyaan penelitian dilakukan aktifitas pencarian dan penggalian data yang mencakup berbagai cara dan pendekatan. Beberapa aktifitas yang dilakukan peneliti mencakup beberapa kegiatan sebagaimana berikut di bawah ini:

1. Studi penjajakan, melakukan kajian awal mengenai keberadaan Sekolah Islam Terpadu sebagai entitas sekolah swasta bercirikhas Islam dalam konteks visi, misi, tujuan dan pencapaian mutu. Studi penjajagan dilakukan dengan melakukan survey dan kunjungan langsung ke berbagai Sekolah Islam Terpadu yang tersebar di sekitar wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Studi penjajagan peneliti lakukan dengan dua pendekatan, yaitu:

a. Berkunjung ke kantor sekretariat JSIT Indonesia untuk mendapatkan data awal tentang persebaran dan perkembangan Sekolah Islam Terpadu di seluruh Indonesia;

(45)

168

2. Studi pustaka, untuk mencari teori-teori dasar sebagai landasan dalam pengembangan asumsi berbagai fenomena yang ditemukan di lapangan. Termasuk dalam studi pustaka ini, Peneliti melakukan penelusuran jurnal-jurnal ilmiyah yang relevan dan terkait.

3. Observasi lapangan, kegiatan observasi lapangan dilakukan di Sekolah Islam Terpadu Duri Riau, Sekolah Islam Terpadu Nurul Fikri Depok, Sekolah Islam Terpadu Ukhuwwah Banjarmasin, Sekolah Islam Terpadu Nur Hidayah Solo, Sekolah Islam Terpadu Uswah Surabaya, Sekolah Islam Terpadu Al Biruni, Makassar. Diawali dengan mencermati kondisi fisik sekolah dan letak geografisnya, pada hari berikutnya meningkat pada profil sekolah secara menyeluruh: guru dan staf, siswa dan kegiatan sekolah sehari-hari, yang semakin diperdalam pada kegiatan observasi berikutnya.

4. Melakukan wawancara yang mendalam kepada Kepala Sekolah, wakil Kepala Sekolah, pengurus yayasan dan guru serta staff pengurus manajemen di tingkat yayasan penyelenggara.

5. Melakukan validasi dengan menanyakan ulang, menelaah dokumen dan mengunjungi ulang untuk melihat secara langsung. Kunjungan langsung ke lokasi sekolah kajian dan menggali data dilakukan berulang-ulang untuk memastikan kevalidan data.

(46)

169

Sumber: Satori (2009; 83)

(47)

343

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Keberadaan Sekolah Islam Terpadu, sejak awal pendiriannya dimaksudkan untuk menjadi sekolah yang konsisten berpijak kepada nilai dan ajaran Islam dalam seluruh aspek penyelenggaraan dan pengelolaannya. Oleh karena itu, hal utama yang menjadi ciri-khas Sekolah Islam Terpadu adalah hadirnya semangat dan aktivitas yang merefleksikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Hampir seluruh Sekolah Islam Terpadu yang menjadi obyek penelitian ini mengekspresikan niai-nilai Islam dalam konten kurikulum, aktivitas pembelajaran, hubungan sosial warga sekolah, aktivitas ibadah, aktivitas sosial, norma, peraturan sekolah dan juga pola perilaku dan interaksi sesama warga sekolah. Oleh karena itu, keberadaan Sekolah Islam Terpadu tidak dapat dilepaskan dari spirit dan pesan nilai-nilai (Islam) yang menjadi pijakannya.

(48)

344

menunaikan segala tugas dengan baik, benar dan profesional (amanah), memberikan pelayanan yang tulus (khidmah), penuh dedikasi, komitmen yang tinggi (iltizam), kesungguhan dan kerja keras (jiddiyah) yang dilaksanakan bersama-sama, bekerjasama dengan azas-azas kekeluargaan (ukhuwwah), kesetaraan, proporsional dan keadilan (adil). Penelitian ini juga menegaskan bahwa Kepemimpinan Berbasis Nilai bekerja untuk meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Islam Terpadu, dengan cara meningkatkan efektivitas proses pembelajaran yang menjadi aktivitas utama di sekolah. Oleh karena itu, Kepemimpinan Berbasis Nilai bekerja dengan fokus melakukan pengembangan seluruh sumberdaya sekolah yang memberikan kontribusi kepada peningkatan efektivitas proses pembelajaran. Kepemimpinan Berbasis Nilai bekerja untuk mengembangkan visi, sistem dan tata kelola, kurikulum, guru, metode, media dan fasilitas pembelajaran, analisis dan evaluasi, budaya sekolah serta kemitraan dengan berbagai pihak. Dengan demikian, penelitian ini memperjelas konstruk dan kerangka kerja Kepemimpinan Berbasis Nilai dalam konteks peningkatan mutu pembelajaran.

(49)

345

mengartikulasi visi ideologis, yang tertuang dalam rumusan visi, misi dan tujuan sekolah. Visi yang terartikulasi oleh pimpinan ini sejalan dengan identitas kolektif dari bawahan dan akan terpengaruh secara emosional dan motivasional. Pengaruh Sekolah Islam Terpadu paling nyata adalah, tumbuhnya komitmen para guru untuk menunaikan tugas-tugasnya dengan penuh semangat dan amanah, meskipun dengan segala keterbatasan yang ada. Para guru di Sekolah Islam Terpadu dikenal sebagai guru yang begitu peduli dan penuh perhatian kepada anak didiknya (terutama di jenjang SD) dan faktor inilah yang menjadi salah satu ‘pemikat’ para orangtua menyekolahkan anak-anak mereka ke Sekolah Islam Terpadu. Pengaruh Kepemimpinan Berbasis Nilai yang diterapkan oleh kepala sekolah di Sekolah Islam Terpadu memberikan pengaruh signifikan terhadap tumbuhnya budaya sekolah yang sarat dengan nuansa nilai-nilai Islam, setidaknya dalam pengertian ritual dan seremonial.

(50)

346

Penerapan Kepemimpinan Berbasis Nilai yang tepat dan efektif bagi pengembangan mutu pembelajaran di Sekolah Islam Terpadu dapat dilakukan apabila merujuk kepada serangkaian perilaku. Penelitian ini telah melengkapi model Kepemimpinan Berbasis Nilai dengan standar perilaku pada setiap dimensinya. Standar perilaku Kepemimpinan Berbasis Nilai akan menuntun kepala sekolah mengembangkan seluruh sumberdaya sekolah demi terciptanya proses pembelajaran yang efektif dan bermutu.

Penelitian ini juga melengkapi model Kepemimpinan Berbasis Nilai dengan pengembangan Kepemimpinan Berbasis Nilai yang dilakukan dengan strategi pendampingan yang berkelanjutan. Strategi pengembangan kepemimpinan dilakukan melalui suatu forum yang berfungsi sebagai terminal kendali untuk melakukan : pembinaan, pelaksanaan, penilaian kinerja (assessment) dan melakukan pembinaan kembali, sampai menemukan performanya yang optimal.

B. Saran

(51)

347

saja disesuaikan dengan falsafah, ideologi, visi dan tujuan dari sekolah masing-masing. Penelitian lebih lanjut tentang keefektifan model Kepemimpinan Berbasis Nilai dapat dilakukan dengan melihat sejuhmana kontribusinya dengan prestasi dan pembentukan karakter para siswa lulusan dari sekolah yang bersangkutan.

Bagi para penyelenggara Sekolah (Islam), perlu mengembangkan kemampuan kepala sekolah yang fokus kepada upaya meningatkan mutu pembelajaraan dan pembentukan karakter, sesuai dengan tujuan pendidikan Islam. Pengembangan Kepemimpinan Berbasis Nilai dilakukan dengan membentuk forum (leadership forum) yang melibatkan beberapa sekolah dalam satu kawasan. Dalam konteks pengembangan kepemimpinan kepala sekolah ini, peneliti juga merekomendasikan untuk menyempurnakan alat evaluasi penilaian untuk mengetahui sejauhmana peran dan tugas kepemimpinan telah dilaksanakan dengan baik (leadership assessment).

(52)

348

memiliki konsep atau konstruk pengembangan kepemimpinan. Padahal, kunci utama pemberdayaan sekolah adalah berjalannya peran kepala sekolah sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.

(53)

349

DAFTAR PUSTAKA

Al- Qur‟anul Karim, The Choice. Panduan Lengkap Tadabbur Al Qur‟an. Lajnah Pentashih Mushaf Al Qur‟an Kementerian Agama RI. Bandung: Fitrah Robbani.

Abidin, (1998). Pemikiran al-Ghazali Tentang Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Fajar.

Abeed, Adnan. 2006. A Study of Islamic Leadership Theory and Practice in K-12 Islamic Schools in Michigan. Desertasi, Department of Educational Leadership and Foundations. Brigham Young University.

Adler, Mortimer. (1982). The Paideia Proposal: An Educational Manifesto (1982) (On Behalf of the Paideia Group). New York Collier Books: Macmillan Publishing Company.

Advancing Excellence in Education. (2007) Advanced Accreditation Standards For Quality School System. Tersedia: www.advanc-ed.org

Akdon.(2006), Strategic Management for Educational Management. Bandung: Alfabeta.

Alaydroes, F dan Rahmat. (2005). Sekolah Islam Terpadu, Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta: JSIT Indonesia.

Ali, M dan Marpuji, A. (2004). Filsafat Pendidikan Muhammadiyah: Tinjauan Historis dan Praksis. Tersedia: http:\\eprints.ums.ac.id

Anonim, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Anne Musalia, Anne dan Vazir, Nilofar (2009). “The Role of the Principal as a Moral Imperative: Case Study of an Inclusive School in Pakistan”. Journal of Research and Reflections in Education June 2009, Vol. 3, No.1, pp 49 -84. Tersedia: http://www.ue.edu.pk/jrre

(54)

350

Ariani, D.W. (2003). Manajemen Kualitas: Pendekatan Sisi Kualitatif. Jakarta: Ghalia Indonesia

Arief, 2008. Makalah dalam Journal Pendidikan Islam “El Tarbawi”, No. 1 Vol.1, 2008. Tersedia di http://journal.uii.ac.id/index.php/ JPI/article/viewFile/184/173

Bass, B. M. (1990). From Transactional to Transformational Leadership: Learning to Share the Vision. Organizational Dynamics. Tersedia:

http://numerons.in/files/documents/II-5-a.-From-Transactional-to-Transformational-Leadership.pdf

Baba, S. (2007) . “Essential Factors For Effective Islamic Teaching & Learning”. Makalah, tersedia di www.minaret.vic.edu.au/.../Effective_Teaching

Baswedan, A. (2010). Tiga Kunci Kebangkitan Pendidikan.

http://balamaya01.wordpress.com/2010/03/12/anies-baswedan-tiga_kunci_kebangkitan_pendidikan/

Belinda McCharen, B; Song.J; dan Martens, J. (2011) “School Innovation : The Mutual Impacts of Organizational Learning and Creativity”. Journal: Educational Management Administration & Leadership 2011 39: 676.

Bikun, RI., dan Badawi, J. (1999) Leadership An Islamic Perspective. Maryland: Amana Publication

Blase, J., & Blase, J. (2004). Handbook of instructional leadership: How successful principals promote teaching and learning. Thousand Oaks, CA: Corwin Press.

Blink & Rebeca, J. (2007). Data-Driven Instructional Leadership. NY: Ete on Education , Inc.

Bogdan, R.C. & Biklen, S.K. (1982). Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods. Mass: Allyn and Bacon Inc.

Bryner, K. (2011). A market for Islamic schools has opened up among Indonesia‟s growing middle class. Tersedia: http://www.insideindonesia.org/weekly-articles-105-jul-sep-2011/a-new-educational-movement-18091994

(55)

351

Conner, M and G. Clawson, J. (2005) Creating a Learning Culture. Tersedia: http://agelesslearner.com/articles/lc_connerclawson_tc600.html

Conger, J.A., & Kanungo, R.N., (1987), “Toward a Behavioral Theory of Charismatic Leadership in Organizational Setting”, Academy of Management Review, 12(4): 637-647.

Covey, S. R.. (2004). The 8th Habit : From Effectiveness to Greatness. New York: Free Press.

Cowling, A & James, P. (1996) .The Essence of Personnel Management and Industrial Relations (terj. Xavier Quentin Pranata). Yogyakarta: ANDI. Chudleigh, B.K. 2011. “Educating for an Islamised Indonesia? Sekolah Islam

Terpadu. Thesis: College of Asia and the Pacific the Australian National University.

Daft, L dan Ricard. (2007). Manajemen, edisi 6. Jakarta: Salemba Empat.

Davis, G. & Thomas, M. (1989). Effective schools and effective teacher. Boston: Allyn &. Bacon

Dawud, T. (2002). A renewed vison: the Tarbiyah Project shapes up to reshape Islamic education. Islamic Horizons.

Dinham, MA, Caldwell, A, dan Weldon, P. (2011) “Breakthroughs in school leadership development in Australia”. Journal: School Leadership and Management Vol. 31, No. 2, April 2011, 139_154

Depdiknas. (2001). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah; Buku 1 Konsep dan Pelaksanaan. Jakarta: Direktorat SLTP Dirjen Dikdasmen.

Doyle, Michael E. dan Rice, D.M. (2002). “A Model for Instructinal Leadershi” Journal: Principal Leadership. Nov 2002; 3, 3.

Duignan, P. (2003). “Formation of capable, influential and authentic leaders for times of uncertainty”. Makalah disampaikan pada the Australian Primary Principals‟ Association National Conference, Adelaide.

(56)

352

Baldrige National Quality Program (2010), Education Criteria for Performance Excellent, www.quality.nist.gov

Efendi, A. (2008). Peran Strategis Lembaga Pendidikan Berbasis Islam di Indonesia. Journal Pendidikan Islam El Tarbawi, No. 1 Vol.1, 2008. http://journal.uii.ac.id/index.php/ JPI/article/viewFile/184/173

Evans, J. dkk. (2003). Principled Principals? Values-Driven Leadership: Evidence from Ten Case Studies of „Outstanding‟ School Leaders”. Journal: Educational Management Administration & Leadership. Internet: http://www.sagepublications.com

Fattah, N. (2000). Manajemen Berbasis Sekolah (School Based Management). Bandung: CV. Andira.

Fred and Ornstein, A. (1990). Educational Administration: Concepts and Practices. Belmont CA: Wadsworth Publishing Company.

Freed, J.E., Klugman, Marie R., dan Fife, JD . A Culture for Academic Excellence: Implementing the Quality Principles in Higher Education. Tersedia:

http://www.ed.gov/databases/ERICDigests/ed406962.html.

Fry, B., Bottoms, G. and O'Neill, K.(2005). The Principal Internship:How Can We Get It Right?. New York. Southern Regional Education Board.

Fullan, M. (2003). The Moral Imperative of School Leadership. California: Corwin Press, Inc.

Gagne.R,M, Briggs,L.J, (1979). Principles ot instructional Design. Edisi kedua , New York: United States of America

Gaustad, J. (1992). School Discipline. Tersedia: (http://eric.uoregon.edu/publications/ digests/digest078.html). ERIC Digest 78. December 1992.

Glanz, J. (2006). Instructional Leadership. What Every Principal Should Know About. California: Corwin Press.

(57)

353

Grigsby, B., dkk. (…..) “A Principal‟s Dilemma: Instructional Leader or Manager”. Academic Leadership, The Online Journal, Volume 8 - Issue 3

Ghufran, AR. (2012). ”Kepemimpinan Dalam Islam” .,Makalah. Tersedia:

http://maktabahabiyahya.wordpress.com/2012/08/28/kepemimpinan-dalam-islam/

Hadari, N. (1983). Administrasi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung.

Hay Group. (2003). Intervention: Managerial Style & Organizational Climate Assessment. (http:// hayresourcesdirect. haygroup.com/ Misc/style_climate_intervention.asp.)

Hoadley, U., Christie, P. & Ward, C.L. (2009). Managing to learn:instructional leadership in South African secondary schools. Journal School Leadership and Management, Vol. 29. pp. 373_389. Tersedia: ttp://www.tandfonline.com/loi/cslm20

Horng, E. and Loeb, S. (2010). New thinking about instructional leadership. Tersedia: http://cepa.stanford.edu/sites/default/files/Kappan_leadership.pdf Hoy, WK dan Miskel, C.G. (2005). Educational Adminsitration. Theory, Research

and Practice. 7th ed. NY: Mc Graw-Hill

Ismaun. (……). Kapita Selekta Filsafat Administrasi Pendidikan-Serahan Perkuliahan. Bandung: UPI.

Jaap, S. (2000). Improving School Effevtiveness. Tersedia: http://unesdoc.unesco.org/images/0012/001224/122424e.pdf

Jaringan Sekolah Islam Terpadu. (2010). Standar Mutu Sekolah Islam Terpadu. Jakarta:JSIT.

Jenkins, B. (2009). What It Takes To Be an Instructional Leader, Makalah. Internet: www.naesp.org.

Kadir, S. (2009). Emerging Trends in Islamic Education in Indonesia. Tersedia: http://conference.nie.edu.sg/2009/downloads/suzaina_kadir_2009_rp_religion _panel_address.pdf

(58)

354

Khan, A. (2007). Islamic Leadership Principles. Artikel. Tersedia: http://www.americanchronicle.com/articles/view/33073#

Kartono, K. (2003). Pemimpin dan Kepemimpinan Apakah Pemimpin Abnoramal Itu?. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kasali, R. 2007. Re-Code Your Change DNA. Membebaskan Belenggu-Belenggu Untuk Meraih Keberanian dan Keberhasilan Dalam Pembaharuan. Jakarta: Penerbit Gramedia.

Kattsoff, L (2004). Pengantar Filsafat. (Terjemahan) Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Kuczmarski, S.C. & Kuczmarski, T.D. (1995). Values Based Leadership. New Jersey: Prentice Hall Inc

Koster, W. (2001). Analisis Komparatif Antara Sekolah Efektif dengan Sekolah Tidak Efektif. www. Depdiknas.go.id/jurnal/12.htm. http://managementfile.com/ /journal.php?id

Kotter, J & Heskett, J. (1998). Corporate Culture and Performance. (terj Benyamin Molan). Jakarta: PT Prehalindo.

Lorens, B. (2002). Kamus Filsafat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Luthans, F. (1995). Organizational Behavior. Singapore: McGraw-Hill,Inc.

(59)

355

Machali, Imam dan Musthofa (Ed). (2010). Pendidikan Islam dan Tantangan Globalisasi. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media.

MacNeill, N., Cavanagh, R. and Silcox, S. (2003). Beyond Instructional Leadership: Toward Pedagogic Leadership. Paper: Annual conference for the Australian Association for Research in Education, Auckland.

Marcia, L.C., dan Clawson, J.G (2005) Creating a Learning Culture Artikel. Tersedia: http://agelesslearner.com/articles/lc _ connerclawson_tc600.html Mardapi, D. (2003). Pengembangan kultur sekolah. Makalah disajikan dalam

Seminar Pengembangan Kultur Sekolah di Universitas Negeri Yogyakarta. Mas‟ud, A. (2007). Menggagas Format Pendidikan Non-Dikotomik. Yogyakarta:

Gama Media.

McCuddy, M.K. (2008). “Fundamental Moral Orientation: Implications For Values Based Leadership”. The Journal of Value Based Leadership, Volume I, Issue I - Winter/Spring 2008

McCharen, B., Song, J. and Martens, J. (2011). School Innovation. “The Mutual Impacts of Organizational Learning and Creativity”. Educational Management Administration & Leadership.

McNamara, C. (……). Organizational Culture The Management Assistance Program for Nonprofits.Tersedia:

(http://www.mapnp.org/library/orgthry/culture/culture.htm)

Michigan Departement of Education. (2001). What Research Says About Parent Involvement in Children‟s Education, In Relation to Academic Achievement. Tersedia:

http://www.michigan.gov/documents/Final_Parent_Involvement_Fact_Sheet_ 14732_7.pdf

Ministry of Education (MOE) Singapore (2000), The School Excellence Model: A Guide, Singapore: The School Appraisal Branch, Schools Division, Ministry of Education, Singapore.

(60)

356

Moes, M. (2004). Creating Islamic Culture in Muslim Schools. Tersedia: http://www.theisla.org/filemgmt_data/admin_files/CreatingIslamicCultureIn MuslimSchools.pdf

Moleong, L. J. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muhadjir, N. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi IV. Yogyakarta: Rake Sarasin.

Mulyasa, E. (2002). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mulyono. (2008). Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan. Jogyakarta: Aar Ruzz Media.

Nana Syaadih, S. (1997). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Ng, P.T., dan Chan, D. (2008) “A Comparative study of Singapore‟s School

Excellence Model with Hong Kong‟s School-based Management”. International Journal of Educational Management Vol. 22 No. 6, 2008

Nata, A. . (2001). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos. cet. Ke-4. Ndraha, T. (1997). Budaya Organisasi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Osiyemi dan Oladipupo, A. (2006). The Impact of Values- based Leadership and Corporate Governance on Organisational Performance. Dissertation, St. Clements University, USA. http://www.stclements.edu/grad/gradosiy.pdf Owen Pansiri, N. (2004). Instructional Leadership for Quality Learning. An

Assessment of the Impact of the Primary School Management Development Project in Botswana. Journal Educational Management Administration & Leadership 2008 36: 471. Tersedia: http://ema.sagepub.com/content/36/4/471 Petra, E.S. & Richard, A.G. (2002). Organizational culture. In (Ed.), School

leadership and administration (6th ed., pp. 113-130). New York: McGraw-Hill.

Gambar

Tabel 2.1 2.2
Gambar   2.1 2.2
Tabel Persepsi Terhadap Perilaku Kepala Sekolah SIT  ………. 368 Pedoman Wawancara  ……………………………………..…… 369 Lembar Survey Kepemimpinan Kepala Sekolah  ………………
Gambar 3.1 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman (1992)

Referensi

Dokumen terkait