Amir Muhtar, 2012
Kontribusi Kepemimpinan Berbasis Nilai
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada penulis, sehingga tesis yang
berjudul “Kontribusi Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-Based Leadership)
Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi Sekolah terhadap Produktivitas Sekolah
pada SMP Negeri di Kabupaten Halmahera Timur” ini dapat terselesaikan.
Penulisan tesis ini merupakan tugas akhir yang harus dipenuhi sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada program
studi Administrasi Pendidikan, sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan
Indonesia Bandung.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini
disebabkan keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena
kritik dan saran yang konstruktif sangat di harapkan demi perbaikan dan
kesempurnaan tesis ini.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga tesis ini
dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada
umumnya.
Wassalam,
Amir Muhtar, 2012
Kontribusi Kepemimpinan Berbasis Nilai
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur senantiasa dipanjatkan ke Hadirat Allah SWT. Sumber
segala ilmu, yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya dalam berbagai
kemudahan dan jalan keluar, selama proses penyusunan tesis ini hingga selesai.
Alhamdulillah, tesis ini dapat terselesaikan dengan usaha keras serta
keterlibatan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan, dorongan dan
bimbingan yang berharga. Atas segala sumbangan positif mereka, disampaikan
penghormatan dan terima kasih yang sebanyak-banyaknya, terutama kepada:
1. Dr. Hj. Aan Komariah, M.Pd selaku dosen pembimbing I dan Pembimbing
Akademik, yang ditengah-tengah kesibukannya telah memberikan bimbingan,
masukan serta motivasi dengan penuh kesabaran dalam berbagai arahan dan
diskusi-diskusi baik selama perkuliahan maupuan proses pembimbingan
hingga penyelesaian tesis ini.
2. Dr. Asep Suryana, M.Pd selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, petunjuk, tawaran-tawaran gagasan pada konsep dan rincian
maupun masukan-masukan berharga lain, diskusi-diskusi dan sikapnya yang
terbuka, juga dorongan-dorongan yang sangat akrab. Terasa telah memberi
semangat dan motivasi yang begitu berarti sejak awal penyusunan sampai
penyelesaian tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. Didi Suryadi, M.Ed, selaku Direktur SPs UPI serta para
Asisten Direktur, dan seluruh staf dan karyawan yang telah memberikan
Amir Muhtar, 2012
Kontribusi Kepemimpinan Berbasis Nilai
4. Prof. H. Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D selaku Ketua Program studi
Administrasi Pendidikan Sekolah Pasca Sarjana UPI, dan seluruh dosen pada
prodi ini yang telah memberikan arahan, bimbingan dan motivasi selama
kami menempuh kuliah.
5. Bapak Samsu Husen, S.Ag, selaku Kepala SMP Negeri 4 Wasile dan seluruh
dewan guru, yang selalu memberikan dukungan dan motivasi selama penulis
menempuh studi di UPI Bandung.
6. Bupati Kabupaten Halmahera Timur Bapak Rudi Erawan, SE. M.Si dan Wakil
Bupati Bapak Ir. Muhdin yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
melanjutkan studi di UPI Bandung.
7. Bapak Drs. Ubaid Yakub, M.PA. selaku kepala Dinas Pendidikan pemuda dan
Olahraga Kabupaten Halmahera Timur, yang telah memberikan izin kepada
penulis untuk melakukan penelitian pada SMP Negeri se- Kabupaten
Halmahera Timur.
8. Bapak/Ibu Kepala SMP Negeri se- Kabupaten Halmahera Timur yang telah
membantu penulis dalam mendapatkan data penelitian.
9. Ayahanda Supangat SM dan Ibunda tercinta (alm) Alfiyah, atas do’a tulus,
cinta dan kasih sayang, perhatian serta dorongan tak henti-henti hingga
penyelesaian tesis ini.
10.Istriku tercinta Indah Kurniawati, S.Pd dan anak-anaku Aulia Nurfadilah,
Hesti Amelia atas cinta dan kasih sayang yang tulus, do’a dan kesabarannya
menantikan keberhasilan studiku, tak lupa kakakku Slamet Santoso dan
Amir Muhtar, 2012
Kontribusi Kepemimpinan Berbasis Nilai
semua saudaraku yang telah membantu memberi dukungaan kepada penulis
selama menempuh studi di UPI Bandung.
11.Teman-teman Administsrasi Pendidikan Sekolah Pasca Sarjana UPI angkatan
2010 yang tak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan
kebersamaan selama ini.
12.Semua pihak yang telah memberikan sumbangsih dalam bentuk apapun
selama penulis menempuh studi hingga selesainya penyusunan tesis ini yang
tidak disebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT membalas semua
kebaikannya dengan berlipat ganda. Amien.
Semoga karya yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak, khususnya bagi penulis. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikannya
dengan berlipat ganda. Amin.
Bandung, November 2012
Amir Muhtar, 2012
Kontribusi Kepemimpinan Berbasis Nilai
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 9
C. Rumusan Masalah Penelitian ... 10
D. Tujuan Penelitian ... 11
E. Manfaat Penelitian ... 12
F. Asumsi-Asumsi Penelitian ... 13
G. Organisasi Tesis ... 18
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Produktivitas Sekolah ... 20
1. Konsep Produktivitas ... 20
2. Pengukuran Produktivitas Sekolah ... 24
B. Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-Based Leadership) Kepala Sekolah... 30
1. Konsep Kepemimpinan... 30
2. Konsep Nilai... 37
3. Kepemimpinan dan Nilai dalam Organisasi ... 42
4. Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-Based Leadership) .. 51
C. Iklim Organisasi Sekolah ... 67
1. Konsep Iklim Organisasi Sekolah ... 67
2. Dimensi Iklim Organisasi Sekolah ... 75
3. Mengukur Iklim Organisasi Sekolah ... 78
D. Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-Based Leadership) Kepala Sekolah, Iklim Organisasi Sekolah dan Produktivitas Sekolah ... 85
E. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 90
F. Kerangka Pikir Penelitian ... 93
G. Pengajuan Hipotesis Penelitian ... 95
Amir Muhtar, 2012
Kontribusi Kepemimpinan Berbasis Nilai
1. Populasi ... 97
2. Sampel ... 98
B. Metode Penelitian ... 99
C. Definisi Operasional Variabel ... 100
D. Instrumen Penelitian ... 106
E. Uji Instrumen Penelitian ... 107
1. Uji Validitas ... 107
2. Uji Reliabilitas ... 112
F. Teknik Pengumpulan Data ... 115
G. Teknik Analisis Data ... 115
1. Uji Persyaratan Analisis... 115
2. Pengolahan dan Analisis Data ... 117
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 126
1. Pengolahan dan Penyajian Data Penelitian ... 126
2. Pengujian Persyaratan Uji Hipotesis ... 133
3. Hasil Uji Hipotesis ... 140
B. Pembahasan ... 153
1. Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-Based Leadership) Kepala Sekolah pada SMP Negeri di Kabupaten Halmahera Timur ... 153
2. Iklim Organisasi Sekolah pada SMP Negeri di Kabupaten Halmahera Timur ... 163
3. Produktivitas Sekolah pada SMP Negeri di Kabupaten Halmahera Timur ... 166
4. Kontribusi Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-based Leadership) Kepala Sekolah (X1) terhadap produktivitas sekolah (Y) ... 172
5. Konstribusi Iklim Organisasi Sekolah (X2) Terhadap Produktivitas Sekolah (Y) ... 174
6. Kontribusi Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-Based Leadership) Kepala Sekolah (X1) dan Iklim Organisasi Sekolah (X2)Terhadap Produktivitas Sekolah ... 177
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 184
B. Saran ... 187
DAFTAR PUSTAKA ... 189
Amir Muhtar, 2012
Kontribusi Kepemimpinan Berbasis Nilai
DAFTAR TABEL
Tabel
2.1 Nilai Instrumen dan Nilai Terminal ... 40
3.1 Hasil Uji Validitas variabel (X1) ... 108
3.2 Hasil Uji Validitas Variabel (X2) ... 110
3.3 Hasil Uji Validitas variabel (Y) ... 111
3.4 Hasil Uji Reliabilitas Variabel (X1) ... 113
3.5 Hasil Uji Reliabilitas Variabel (X2 ) ... 114
3.6 Hasil Uji Reliabilitas Variabel (Y) ... 114
3.7 Konsultasi Hasil Perhitungan Kecenderungan Skor Rata-Rata .. 120
3.8 Interpretasi koefisien Korelasi r ... 126
4.1 Klasifikasi Skor data Penelitian ... 126
4.2 Rata-rata data perolehan Variabel (X1) ... 127
4.3 Rata-Rata data perolehan Variabel (X2) ... 129
4.4 Rata-rata data perolehan Variabel (Y) ... 131
4.5 Rata-rata Kecenderungan Data variabel Penelitian ... 132
4.6 Hasil Uji Normalitas Variabel (X1) ... 133
4.7 Hasil Uji Normalitas Variabel (X2) ... 135
4.8 Hasil Uji Normalitas variabel (Y) ... 136
4.9 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data ... 138
4.10 Hasil Uji Linieritas Data variabel (X1) dan Variabel (Y) ... 138
4.11 Hasil Uji Linieritas Data Variabel (X2) dan Variabel (Y) ... 139
4.12 Rekapitulasi Hasil uji Linieritas ... 140
4.13 Persamaan Regresi X1 - Y ... 141
4.14 Hasil Uji Keberartian Persamaan Regresi (Y) atas (X1) ... 142
4.15 Korelasi antara variabel (X1) dengan (Y) ... 143
4.16 Koefisien Determinasi (X1) terhadap (Y) ... 143
4.17 Persamaan Regresi (Y) atas (X2) ... 145
4.18 Uji Keberartian persamaan Regresi (Y) atas (X2) ... 145
4.19 Korelasi antar variabel (X2) dan (Y) ... 146
4.20 Koefisien Determinasi variabel (X2)terhadap variabel (Y) ... 147
4.21 Persamaan regresi (Y) atas (X1) dan (X1) ... 148
4.22 Uji Keberartian persamaan regresi (Y) atas (X1) dan (X2) ... 149
4.23 Hasil Pengujian Signifikansi Koefisien Korelasi Ganda ... 150
4.24 Koefisien Determinasi (X1) dan (X2) terhadap (Y) ... 151
Amir Muhtar, 2012
Kontribusi Kepemimpinan Berbasis Nilai
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Produktivitas Pendidikan ... 26
2.2 The OHIO State Leadership Quadrants ... 33
2.3 Theoritical Model of Relational among ten motivational types of values ... 49
2.4 Etika Kepemimpinan Perspektif Agama dan Moral ... 62
2.5 Interaksi Perilaku Kepala Sekolah dan Perilaku Guru ... 73
2.6 Kerangka Pikir Penelitian ... 93
2.7 Hubungan Antar Variabel Penelitian ... 96
4.1 Grafik Uji Normalitas Variabel (X1) ... 134
4.2 Grafik Uji Normalitas Variabel (X2) ... 136
4.3 Grafik Uji Normalitas Variabel (Y) ... 137
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan upaya untuk membangun dan meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Pendidikan yang baik diharapkan melahirkan generasi
penerus bangsa yang cerdas, berkualitas, dan memiliki keimanan, ketakwaan serta
mampu menyesuaikan diri dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Manusia Indonesia yang cerdas adalah manusia yang mempunyai
pengetahuan, keterampilan, serta memiliki landasan keimanan dan ketakwaan
yang baik. Dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh pengetahuan,
mengembangkan kemampuan/keterampilan dan mengubah sikap. Pendidikan
sebagai proses pengembangan kepribadian, hendaknya mampu mengembangkan
kepribadian peserta didik di dalam pengertian etis, dalam arti peserta didik bukan
hanya menyelesaikan program pendidikan yang dipersyaratkan akan tetapi dapat
mengembangkan dan menyumbangkan bakat yang dimilikinya secara optimal
untuk diri sendiri maupun untuk masyarakat. Dalam konteks yang lebih luas
pendidikan diharapkan dapat menumbuhkan kemampuan peserta didik agar siap
Pendidikan adalah usaha mentrasformasikan ilmu, pengetahuan, ide,
gagasan, norma, hukum dan nilai-nilai kepada orang lain dengan cara tertentu,
baik struktural formal, serta informal dan non formal dalam suatu sistem
pendidikan nasional. Produk pendidikan memiliki budaya yang di definisikan
sebagai masyarakat yang berperadaban, memiliki kebebasan yang merefleksikan
kreativitas dalam dinamikanya secara komprehensif menuju kehidupan yang
sejahtera diatur oleh norma hukum yang kuat, sebagaimana di cita-citakan seluruh
masyarakat dan bangsa.
Dalam implementasinya, penyelenggaraan pendidikan formal mengacu
pada PP No.19 tahun 2005 tentang delapan standar nasional pendidikan yakni;
(1) standar Isi, (2) Standar Proses, (3) standar kompetensi Lulusan, (4) standar
pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar
pengelolaan, (7) standar pembiayaan dan (8) standar penilaian pendidikan. (PP No
19 tahun 2005). Standar tersebut pada hakekatnya menjadi arah dalam
penyelenggaraan pendidikan. Dengan kata lain, standar nasional pendidikan harus
menjadi acuan dan kriteria dalam penetapan keberhasilan penyelengaraan
pendidikan.
Semakin tingginya tuntutan masyarakat terhadap pendidikan yang
berkualitas, lembaga pendidikan harus terus berbenah dan meningkatkan kualitas
layanannya agar dapat menghasilkan output pendidikan yang baik, bermutu dan
produktif. Hal tersebut berkaitan dengan bagaimana sekolah menghasilkan lulusan
secara kualitatif maupun kuantitatif yang dilaksanakan secara efektif dan efisien
menghasilkan lulusan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
sejalan dengan perkembangan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.
“Produktivitas dalam dunia pendidikan berkaitan dengan keseluruhan proses
penataan dan penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan pendidikan secara
efektif dan efisien”, (Mulyasa, 2011:92). Proses pendidikan berdampak pada
kualitas yang diperoleh (Sagala, 2012:15), Sedangkan menurut Engkoswara dan
Komariah (2010: 40) Produktivitas pendidikan dapat dilihat dari proses yang
tampak dalam kegairahan belajar, semangat kerja yang tinggi dan output
pendidikan berupa prestasi , masukan yang merata, jumlah tamatan serta mutu
yang tinggi. Lebih lanjut di jelaskan bahwa :
Esensi dari produktivitas pendidikan adalah prestasi siswa secara akademik dan non akademik yang ditunjang oleh sistem yang bermutu dimana seluruh unsur pendidikan terutama delapan standar menunjang prestasinya masing-masing. Guru dan tenaga kependidikan lainnya bekerja profesional dan produktif; sarana prasarana di manfaatkan secara maksimal; kurikulum relevan dengan kebutuhan dan kehidupan dari standar isi mencerminkan prinsip good governance dan clean goverment dengan akuntabilitas yang tinggi; penggunaan keuangan sudah inhern dengan tujuan-tujuan pendidikan; dan masyarakat pendidikan sudah berkonstribusi dan bertanggung jawab terhadap kemajuan pendidikan.
Menurut Husain. U, (2010:3) Suatu lembaga pendidikan dinyatakan
produktif jika memenuhi tiga syarat: (1) pelayanan administrasi memuaskan, (2)
pelayanan edukatif mampu mengubah sikap, pengetahuan dan keterampilan secara
bermakna dan berarti bagi peserta didik; dan (3) biaya sekolah yang relatif
memadai dengan mutu pelayanan. Sedangkan Alan J. Thomas (1971:12)
memandang produktivitas pendidikan dari tiga fungsi; (1) The administrator’s
production function, (2) The psychologist’s production function, dan (3) The
Pada kenyataannya pendidikan di Indonesia beberapa tahun terakhir masih
jauh dari harapan. Tingginya tingkat pengangguran, menurunnya kualitas moral
bangsa serta ketertinggalan Indonesia bersaing di kancah internasional
menunjukkan masih rendahnya produktivitas pendidikan di negara kita. Ditinjau
dari aspek administrasi, perubahan perilaku siswa maupun dari aspek ekonomi
masih jauh tertinggal dari negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Hasil penelitian United Nation Development Programe (UNDP) pada tahun
2010 tentang indeks pengembangan manusia yang menyebutkan Indonesia berada
pada peringkat ke 108 dari 168 negara yang diteliti. Indonesia memperoleh indeks
0,600. Dan jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN yang dilibatkan
dalam penelitian, Indonesia berada pada peringkat ke- 7 dari sembilan negara
ASEAN. Salah satu unsur utama dalam komposit IPM adalah tingkat pengetahuan
bangsa atau pendidikan bangsa. Rendahnya mutu pendidikan Indonesia juga
tercermin dari daya saing di tingkat internasional. Daya saing menurut Word
Economic Forum, 2010, Indonesia berada di level 54 dari 139 negara. Malaysia
ke-24, Singapura ke-3. (Sumber: Bappenas; 2010)
Pada SMP Negeri di Kabupaten Halmahera Timur, data menunjukkan
bahwa jumlah siswa SMP tahun 2010/2011 sebanyak 3.580 kemudian lulus pada
tahun 2010/2011, 1.167 sedangkan tahun 2011/2012 input siswa sebanyak 1.374,
Dengan tingkat kelulusan tahun 2010/2011 93,57% dan 2011/2012 98%. Data
jumlah sekolah lima tahun terakhir mengalami penambahan dari 10 SMP Negeri
pada tahun 2005 menjadi 18 SMP Negeri dan 13 SMP Negeri Satu Atap dan pada
namun penambahan sekolah baru tersebut belum sebanding dengan penambahan
tenaga guru yang dibutuhkan, (Dikpora Haltim) Kondisi Produktivitas sekolah
pada SMP Negeri di Kabupaten Halmahera Timur (menurut Kabid Dikdas) tidak
jauh beda dengan kondisi pendidikan di Indonesia pada umumnya, masih
menghadapi beberpa permasalahan sebagai berikut; dari segi proses pelaksanaan
pendidikan terlihat masih rendahnya gairah belajar dan motivasi berprestasi yang
belum tinggi, hal tersebut dapat dilihat dari minimnya perolehan prestasi dalam
setiap perlombaan akademik maupun non akademik baik tingkat propinsi maupun
nasional, serta belum terpenuhinya sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai
dengan Standar Nasional Pendidikan.
Fakta tersebut di atas tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang
dihadapi oleh dunia pendidikan di Indonesia saat ini, lebih khusus pada tingkat
lembaga pendidikan formal, yaitu; kepala sekolah yang diangkat tidak memiliki
pendidikan khusus hanya berdasarkan masa kerja dan golongan, kepala sekolah
dalam menjalankan kepemimpinannya kurang mendasarkan pada nilai-nilai inti
organisasi, guru belum memiliki kompetensi sesuai dengan standar yang
dipersyaratkan, kurikulum yang berubah-ubah, biaya pendidikan yang belum
dikelola secara transparan, akuntabel, efektif dan efisien, sarana prasaran yang
belum memadai, Iklim sekolah yang kurang mendukung serta menurunnya
moralitas peserta didik sebagai dampak langsung dari pergeseran nilai.
Kesenjangan pendidikan juga terlihat dari proses pendidikan sebagaimana
kegairahan atau motivasi belajar yang belum tinggi, semangat kerja yang relatif
rendah. Generasi santai, membolos, menyontek, perkelahian dan sebagainya.
Kepala sekolah memiliki peranan penting dalam melakukan perubahan dan
perbaikan pendidikan melalui pemberdayaan potensi sekolah yang dimiliki untuk
meningkatkan mutu dan produktivitas sekolah. Sejalan dengan hal tersebut Rivai
dan Murni (2009: 898) mengemukakan bahwa:
Agar kepala sekolah berhasil memberdayakan segala sumber daya sekolah untuk mencapai tujuan, diperlukan kepemimpinan kepala sekolah yang profesional, yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral dan spiritual sebagai nilai dasar dalam menjalankan kepemimpinannya, selain itu kepala sekolah juga harus memiliki kompetensi kepribadian, keahlian dasar, pengalaman, pelatihan dan pengetauan profesional, serta kompetensi administrasi dan pengawasan.
Selanjutnya Spencer, S. (2009: 88) mengemukakan bahwa, kepemimpinan
yang efektif harus bersumber pada kepemimpinan yang berakar pada nilai-nilai,
moral dan spiritual. Dengan fondasi dan kepemimpinan yang kuat, orang akan
lebih mudah menjalankan fungsi dan menyesuaikan diri dengan perubahan,
dengan tetap fokus pada pencapaian tujuan organisasi. Dengan demikian seluruh
anggota organisasi akan melaksanakan setiap pekerjaan dan tanggung jawab yang
diberikan secara baik sehingga dapat mendukung kinerja dan produktivitas
organisasi.
“Nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar
pilihannya, sebagai patokan normatif yang mempengaruhi seseorang dalam
menentukan pilihan di antara cara-cara tindakan alternatif serta menjadi rujukan
dan keyakinan dalam menentukan pilihan” Mulyana, (2011:11). sedangkan
cita-cita, dan maksud-maksud bersama dari kelompok. Dengan demikian
nilai-nilai yang menjadi keyakinan seseorang dapat menjadi patokan normatif sebagai
rujukan bertindak dan berperilaku baik secara individu maupun kelompok
termasuk dalam lingkup organisasi sekolah.
Menurut Viinamaki, (2009:2), Kepemimpinan yang berbasis nilai
menetapkan fungsi hubungan dengan meletakkan nilai-nilai dalam praktek dan
fungsi pemimpin untuk membawa nilai-nilai ke dalam hubungan tersebut.
Selanjutnya McCuddy, (2008:1) mengemukakan bahwa; kepemimpinan berbasis
nilai, yaitu kepemimpinan yang mencerminkan dasar moral yang mendasari
keputusan pengelolaan dan tindakannya. Dapat dipahami bahwa kepemimpinan
berbasis nilai membangun hubungan dan menggerakan organisasi dilandasi oleh
nilai inti “roh” yang sedemikian kukuh yang diyakini dalam setiap pengelolaan
tindakannya untuk mencapai tujuan organisasi.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu membangun nilai dan
norma bersama anggotanya, menyelaraskan nilai-nilai individu dengan nilai
organisasi dimana nilai dalam fungsi sehari-hari menjadi pedoman dan
mengarahkan orang berperilaku untuk mencapai tujuan organisasi (Suryana,
,2010:52) lebih lanjut di jelaskan bahwa;
Kepemimpinan berbasis nilai adalah suatu pendekatan dalam penanaman norma dan nilai dalam pengembangan kelompok yang menjadi petunjuk bagi perilaku orang-orang dalam organisasi, membangun nilai dalam diri setiap individu dan memastikan adanya pembagian nilai bagi seluruh anggota organisasi.
Kejelasan tentang nilai-nilai, semangat, dan visi serta misi sekolah yang di
melaksanakan tugasnya, sehingga guru merasakan bahwa yang dilakukan
bersama adalah sesuatu yang berharga, bekerja demi sekolah yang mengukur
keberhasilannya dengan cara-cara yang paling bermakna tidak hanya berdasarkan
nilai-nilai capaian tetapi merupakan sumber pembangkit moral dan energi secara
optimal. Untuk itu pembentukan iklim yang lebih mendukung bagi fundamental
kemanusiaan menjadi penting, dimana nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan, belas
kasih, kebijaksanaan, rasa syukur, rasa hormat dan kesetaraan, menjadi landasan
dalam berinterkasi.
Sekolah sebagai sistem sosial didalamnya terdapat interaksi orang-orang
yang bekerja sama unntuk mencapai tujuan organisasi yang mencerminkan
bagaimana iklim organisasi sekolah yang terbentuk baik secara fisik maupun
psikologis yang dapat mempengaruhi kinerja organisasi. Menurut Taguiri dan
Litwin (Soetopo, 2010:141) Iklim organisasi adalah suatu kualitas lingkungan
internal organisasi yang dialami oleh anggota yang dapat mempengaruhi
perilakunya, dan dapat dideskripsikan dengan nilai-nilai karakteristik organisasi.
sedangkan menurut Gibson, et al.,Husain. U, (2010:202) iklim organisasi erat
kaitannya dengan tugas seseorang dalam rangka mencapai tujuan organisasi
secara efektif dan efisien. Selanjutnya Gorton. et. all,. (2007:165) mengemukakan
bahwa “The Climate of a school can similarly have a major influence on morale,
learning, and productivity”. Iklim organisasi sekolah yang kondusif akan
mendukung kinerja organisasi dalam meningkatkan produktivitas sekolah.
Implementasi kepemimpinan berbasis nilai (value-based leadership)
dalam menggerakkan organisasi serta Interaksi antara pimpinan, staf dan dewan
guru berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya yang membentuk iklim sekolah
merupakan dua hal penting yang turut berperan terhadap produktivitas sekolah.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian, terdapat banyak faktor
yang mempengaruhi rendahnya produktivitas sekolah antara lain: kepemimpinan
kepala sekolah yang kurang mendasarkan pada nilai-nilai inti organisasi,
kompetensi guru belum sesuai dengan standar yang dipersyaratkan, kurikulum
yang berubah-ubah, minimnya biaya pendidikan dan belum dikelola secara
transparan, akuntabel, efektif dan efisien, sarana prasarana yang belum sesuai
standar, kurangnya perhatian terhadap kondisi Iklim organisasi sekolah untuk
mendukung kinerja guru dan proses pembelajaran yang bermutu.
Dari beberapa permasalahan yang dapat mempengaruhi produktivitas
sekolah, kepemimpinan berbasis nilai (VBL) dan Iklim organisasi sekolah
merupakan faktor penting yang turut menentukan produktivitas sekolah . Rivai
dan Murni (2009: 898) mengemukakan bahwa ; untuk mencapai tujuan sekolah
yang berkualitas dan produktif, diperlukan kepemimpinan kepala sekolah yang
profesional, yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral dan spiritual sebagai
nilai dasar dalam menjalankan kepemimpinannya.
Iklim organisasi sekolah merupakan persepsi atau suasana yang dirasakan
oleh seluruh anggota organisasi yang timbul dari adanya hubungan antara kepala
peserta didik yang menjadi ciri khas sekolah yang ikut mempengaruhi pencapaian
tujuan organisasi meningkatkan mutu dan produktivitas sekolah. Sebagaimana
dikemukakan Gorton. et. all,. (2007:165) “The Climate of a school can similarly
have a major influence on morale, learning, and productivity”. Iklim organisasi
sekolah yang kondusif akan mendukung kinerja organisasi dalam meningkatkan
produktivitas sekolah.
Agar lebih terarah, dalam penelitian ini peneliti membatasi permasalahan
yang berkaitan dengan; 1) kepemimpinan berbasis nilai (value based leadership)
kepala sekolah, ditinjau dari dimensi; personal values, komitment dan efektivitas,
2) iklim organisasi sekolah berkaitan dengan kondisi lingkungan fisik pekerjaan
dan kondisi lingkungan pekerjaan, dan 3) produktivitas sekolah dari segi proses
atau suasana pendidikan yang meliputi; kegairahan belajar, kualitas program,
ketepatan penyusunan program, semangat kerja, motivasi, ketepatan
pendayagunaan sarana dan prasaran sumber belajar untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di sekolah serta kepercayaan dari berbagai pihak
.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Rumusan masalah dalam penelitian tentang konstribusi kepemimpinan
berbasis nilai (value-based-leadership) kepala sekolah dan iklim organisasi
sekolah terhadap produktivitas sekolah pada SMP Negeri di Kabupaten
Halmahera Timur, yaitu:
1. Bagaimana Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-Based-Leadership) Kepala
2. Bagaimana Iklim Organisasi Sekolah pada SMP Negeri di Kab. Halmahera
Timur.
3. Bagaimana Produktivitas Sekolah pada SMP Negeri di Kab. Halmahera
Timur.
4. Seberapa besar kontribusi Kepemimpinan Berbasis Nilai
(Value-Based-Leadership) Kepala Sekolah Terhadap Produktivitas Sekolah.
5. Seberapa besar kontribusi Iklim Organisasi Sekolah Terhadap Produktivitas
Sekolah.
6. Seberapa besar kontribusi Kepemimpinan Berbasis Nilai
(Value-Based-Leadership) Kepala Sekolah Dan Iklim Organisasi Sekolah Terhadap
Produktivitas Sekolah.
D. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan Kontribusi
Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-Based-Leadership) Kepala Sekolah Dan
Iklim Organisasi Sekolah Terhadap Produktivitas Sekolah.
Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi
tentang ;
1. Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-Based-Leadership) Kepala Sekolah
pada SMP Negeri di Kabupaten Halmahera Timur.
2. Iklim Organisasi Sekolah pada SMP Negeri di Kabupaten Halmahera Timur.
4. Besarnya Konstribusi Kepemimpinan Berbasis Nilai
(Value-Based-Leadership) Kepala Sekolah Terhadap Produktivitas Sekolah.
5. Besarnya Konstribusi Iklim Organisasi Sekolah Terhadap Produktivitas
Sekolah
6. Besarnya Konstribusi Kepemimpinan Berbasis Nilai
(Value-Based-Leadership) Kepala Sekolah Dan Iklim Organisasi Sekolah Terhadap
Produktivitas Sekolah.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat untuk kepentingan teoritis dan
praktis.
1. Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk:
a. Menguji kembali beberapa teori yang berhubungan dengan masalah
Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-Based-Leadership) Kepala Sekolah,
Iklim Organisasi Sekolah dan Produktivitas Sekolah.
b. Bahan masukan bagi kepala sekolah dalam penerapan Kepemimpinan
Berbasis Nilai (Value-Based Leadership), Pemahaman Tentang Iklim Sekolah
Dan Produktivitas Sekolah.
c. Pengembangan khasanah keilmuan yang berhubungan dengan kajian perilaku
organisasi dan administrasi pendidikan secara luas.
2. Secara Praktis
a. Sebagai rujukan bagi kepala sekolah dalam mengembangkan kepemimpinan
berbasis nilai
b. Sebagai rujukan bagi kepala sekolah dalam mengembangkan Iklim
Organisasi Sekolah yang kondusif.
c. Sebagai rujukan bagi kepala sekolah dalam meningkatkan Produktivitas
Sekolah
F. Asumsi-asumsi
Asumsi – asumsi merupakan sebuah titik tolak pemikiran yang
kebenarannya dapat diterima oleh peneliti. Asumsi-asumsi ini diperlukan untuk
memperkuat permasalah, membantu peneliti dalam menjelaskan penetapan objek
penelitian, wilayah pengambilan data dan instrumen pengumpulan data , selain itu
agar terdapat landasan berpijak yang kokoh bagi masalah yang sedang di teliti;
mempertegas variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian; serta berguna
untuk kepentingan menentukan dan merumuskan hipotesis.
Dalam merumuskan asumsi-asumsi penelitian ini melalui telaah berbagai
konsep dan teori yang berkaitan dengan variabel kepemimpinan berbasis nilai
(Value-Based-Leadership) kepala sekolah, Iklim Organisasi sekolah dan
Produktivitas sekolah.
1. Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-Based-Leadership) Kepala Sekolah
a) Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain untuk
dilaksanakansecara efektif, serta proses untuk memfasilitasi upaya individu
dan kolektif untuk mencapai tujuan bersama. (Yukl Gery, 2010:8).
b) Kepemimpinan berbasis nilai, yaitu kepemimpinan yang mencerminkan dasar
moral yang mendasari keputusan pengelolaan dan tindakannya. (McCuddy,
2008:2)
c) Kepemimpinan berbasis nilai mengacu luas pada kepemimpinan berdasarkan
prinsip-prinsip moral dasar atau nilai-nilai seperti integritas, pemberdayaan,
dan tanggung jawab sosial. Menetapkan fungsi hubungan dengan meletakkan
nilai-nilai dalam praktek dan fungsi pemimpin untuk membawa nilai-nilai ke
dalam hubungan tersebut. (Viinamaki, 2009:2)
d) Kepemimpinan berbasis nilai spiritual, merupakan kepemimpinan yang
mendasarkan pada nilai-nilai spiritual yang diyakini sehingga mampu
mengilhami, membangkitkan, mempengaruhi dan menggerakkan seluruh
elemen organisasi melalui keteladanan, pelayanan, kasih sayang dan
implementasi nilai dan sifat-sifat ketuhanan lainnnya dalam mencapai tujuan
organisasi (Hendrick dan Ludeman dalam Masaong dan Tilome, 2011:114).
e) Kepemimpinan berbasis nilai merupakan suatu pendekatan dalam penanaman
norma dan nilai dalam pengembangan kelompok yang menjadi petunjuk bagi
perilaku orang-orang dalam organisasi. Membangun nilai dalam diri setiap
individu dan memastikan adanya pembagian nilai bagi seluruh anggota
2. Iklim Organisasi Sekolah
a) Iklim sekolah merupakan seperangkat karakteristik yang membedakan satu
sekolah dengan sekolah lain dan karakteristik itu akan mempengaruhi
perilaku guru, staf, siswa dan stakeholder lainnya yang ada pada sekolah
tersebut (Hoy,. Miskel, 2008:198).
b) Iklim organisasi merupakan lingkungan efektif yang dapat memberi dampak
bagi kinerja organisasi melalui sikap dan perilaku anggota organisasi dalam
menjalankan tugasnya (Suharsaputra, 2010: 73).
c) Iklim organisasi adalah suatu kualitas lingkungan internal organisasi yang
dialami oleh anggotanya, mempengaruhi perilakunya, dan dapat
dideskripsikan dengan nilai-nilai karakteristik organisasi. Taguiri dan Litwin
(Soetopo, 2010:141)
d) “Organizational climate is the study of perceptions that individuals have of
various aspect of the environment in the organization” Owens (1991)
e) Iklim organisasi sekolah merupakan hasil dari perspektif subjektif terhadap
sistem formal, gaya informal kepala sekolah, dan faktor lingkungan penting
lainnya yang mempengaruhi sikap, kepercayaan, nilai dan motivasi individu
yang berada pada sekolah tersebut. Litwin dan Stringer (Gunbayi, 2007:1)
f) Iklim organisasi sekolah berpengaruh terhadap semangat kerja, kondisi
belajar, dan produktivitas sekolah, Gorton. et. all,. (2007:165) “The Climate
of a school can similarly have a major influence on morale, learning, and
productivity”. Iklim organisasi sekolah yang kondusif akan mendukung
3. Produktivitas Sekolah
a) Produktivitas dalam sebuah lembaga pendidikan merupakan suatu kegiatan
yang berkaitan dengan keseluruhan proses perencanaan, penataan dan
pendayagunaan sumber daya yang ada dalam mencapai tujuan pendidikan
secara efektif dan efisien. (Mulyasa, 2011:92)
b) Produktivitas pendidikan dapat dilihat dari output pendidikan yang berupa
prestasi, serta proses pendidikan yang berupa suasana pendidikan. Prestasi
dapat dilihat dari masukan yang merata, jumlah tamatan yang banyak, mutu
tamatan yang tinggi, relevansi yang tinggi dan dari sisi ekonomi yang berupa
peningkatan penghasilan. Sedangkan proses atau suasana tampak dalam
kegairahan belajar, dan semangat kerja yang tinggi serta kepercayaaan dari
berbagai pihak. Engkoswara dan Komariah (2010:40)
c) Produktivitas sekolah meliputi (1) The administrator Production Function
(PFI); yaitu fungsi manajerial (administrasi); (2) The Psychologist’s
Production Function (PPF); yaitu fungsi behaviorial (psikologis); dan (3)
The Economic Production Function (EPF); yaitu fungsi ekonomi (ekonomis)
( Thomas, J.Alan, 1971 : 12-23).
Dari pemaparan tersebut diatas diasumsikan oleh penulis bahwa,
kepemimpinan berbasis nilai merupakan kepemimpinan yang diharapkan mampu
mengilhami dan memberikan dorongan sehingga mampu melahirkan komitmen,
dan efektivitas kerja sehingga dapat membangun visi bersama untuk mencapai
bekerja untuk satu tujuan yang sama dan berbagi kepemimpinan sesuai dengan
kemampuan dan tuntutan tugas.
Iklim organisasi sekolah yang kondusif di bangun berdasarkan falsafah
yang di anut, keyakinan-keyakinan dasar dan nilai-nilai dominan yang menjadi
rujukan bersama warga sekolah, sehingga membentuk iklim organisasi sekolah
yang mendukung pencapaian tujuan dan produktivitas sekolah.
Produktivitas sekolah dapat meningkat jika kepemimpinan kepala sekolah
mendasarkan pada nilai-nilai, moral dan spritual, sebagai pegangan dalam
menjalankan kepemimpinannya sehingga mampu mengarahkan dan
menggerakkan seluruh sumber daya organisasi, terwujudnya iklim organisasi
yang kondusif, meningkatkan kinerja dalam upaya mencapai tujuan dan
produktivitas sekolah.
G. Struktur Organisasi Tesis
Penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab, bagian awal terdiri atas
halaman judul, halaman pengesahan, pernyataan tentang keaslian tesis dan bebas
plagiarisme, kata pengantar, ucapan terima kasih, abstrak, daftar isi, daftar tabel,
daftar gambar, dan daftar lampiran.
Bab 1 Pendahuluan
Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang penelitian, Identifikasi
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi-
asumsi, dan struktur organisasi tesis.
Dalam bab ini akan membandingkan, mengkontraskan, dan memposisikan
kedudukan masing-masing penelitian dikaitkan dengan masalah yang sedang
diteliti. Berdasarkan kajian tersebut, akan dijelaskan posisi peneliti disertai
alasan-alasannya. Telaah teoritis dimaksudkan untuk menampilkan bagaimana teori dan
hasil penelitian terdahulu mengenai kepemimpinan berbasis nilai
(value-based-leadership) kepala sekolah, iklim organisasi sekolah, produktivitas sekolah, yang
akan diterapkan pada penelitian kali ini. Penelitian terdahulu yang relefan yang
digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini. Kerangka berfikir merupakan
tahapan untuk merumuskan hipotesis dengan mengkaji hubungan teoritis antar
variabel penelitian. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah
yang dirumuskan dalam penelitian atau sub masalah yang diteliti.
Bab III Metode Penelitian
Dalam bab ini menguraikan dengan lebih rinci mengenai metode
penelitian yang akan dipergunakan dalam penelitian ini, lokasi penelitian,
populasi dan sampel penelitian, definisi operasioanal variabel yang terlibat dalam
penelitian ini, proses pengembangan instrument, teknik pengumpulan data, dan
Teknik analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Pada dasarnya Bab IV memuat pengolahan dan analisis data untuk
menghasilkan temuan dan pembahasan atau analisis temuan. Pengolahan data
berdasarkan prosedur penelitian dan pembahasan atau analisis temuan.
Bab V Kesimpulan Dan Saran
Dalam bab ini akan disajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap
hasil analisis temuan penelitian mengenai kontribusi kepemimpinan Berbasis
Nilai (Value-Based-Leadership) kepala sekolah dan Iklim Organisasi Sekolah
terhadap Produktivitas sekolah.
Kesimpulan dan saran yang disajikan, akan ditunjukkan kepada para
pembuat kebijakan di instansi yang berkaitan, kepala sekolah, guru dan lain
sebagainya yang berlaku sebagai pengguna hasil penelitian, serta yang berminat
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
1. Populasi
“Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seorang peneliti
ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga
disebut studi populasi “(Arikunto. S, 2010:173). Selanjutnya Sugiyono
(2009:117) memberikan penjelasan bahwa: populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Akdon dan Hadi (2004:96) menjelaskan bahwa: Populasi
merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi
syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.
Dari pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa populasi dalam penelitian
meliputi segala sesuatu yang akan dijadikan subjek atau objek penelitian yang
dikehendaki peneliti. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan
benda-benda alam yang lain, populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada
objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluh karakteristik/sifat yang dimiliki
oleh subjek atau obyek itu.
Dalam penelitian ini, yang akan dijadikan populasi adalah Guru pada SMP
Negeri yang ada di kabupaten Halmahera Timur dari 31 sekolah dengan jumlah
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, (Arikunto,S,
2010:174). Sugiono, (2009:118) mengatakan bahwa: sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Akdon dan hadi
(2004:98) menjelaskan bahwa:” sampel adalah bagian dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin memperlajari
semua yang ada pada pupulasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan
waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.
Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulan akan dapat diberlakukan untuk
populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul
representatif atau mewakili (Sugiyono, 2009:118).
Arikunto (2010:176) menjelaskan bahwa pengambilan sampel harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sample (contoh) yang benar-benar
dapat berfungsi sebagai contoh, atau dapat menggambarkan keadaan populasi
yang sebenarnya. Dengan kata lain, sampel harus representative. Untuk sekedar
ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik di ambil semua,
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah
subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Halmahera Timur, oleh karena
itu yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua guru pada SMP
penelitian ini peneliti menetapkan sampel sebesar 15% dari jumlah populasi
sehingga jumlah responden adalah sebagai berikut:
Populasi X 15% = 388 X 15% = 58, 2 ≈ 58 responden
Sampel di ambil secara acak atau menggunakan teknik simple random
sampling dengan membagi jumlah responden ke dalam 30 Sekolah, 58:30 =
1,93 responden dibulatkan menjadi dua responden tiap sekolah. Jadi sampel yang
diambil berdasarkan perhitungan tersebut tiap sekolah mendapat dua buah angket
untuk dua orang guru. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari responden yang
tidak mengembalikan pengisian angket.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitaif, dengan
menggunakan metode studi deskriptif, yaitu metode yang diarahkan untuk
memecahkan masalah dengan cara memaparkan atau menggambarkan apa adanya
hasil penelitian. Hal ini didasarkan pendapat, Bungin, (2010:36) bahwa penelitian
kuantitatif dengan format deskriptif bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan
berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul yang
menjadi objek penelitian berdasarkan apa yang terjadi. Analisis deskriptif
dimaksudkan juga untuk memberikan informasi mengenai data yang diamati agar
bermakna dan komunikatif, (Purwanto dan Sulistyastuti, 2011:109)
Penelitian ini termasuk penelitian survey. Menurut Kerlinger dalam Akdon
dan Hadi ( 2004:91) penelitian survei merupakan penelitian yang dilakukan pada
tersebut, sehingga menemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan hubungan
antar variabel sosiologis maupun psikologis. Sedangkan menurut, Sugiono
(2009:12) Metode survey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu
yang alamiah dan melakukan pengumpulan data dengan mengedarkan kuesioner
atau angket.
C. Definisi Operasional Variabel
Pengembangan instrumen di tempuh melalui beberapa cara, yaitu (a)
mendefinisikan operasional variabel penelitian, (b) menyusun indikator variabel
penelitian; (c) menyusun kisi-kisi instrumen; (d) melakukan uji coba instrumen;
dan melakukan pengujian validitas dan reliabilitas instrumen;
Dalam penelitian ini, variabel penelitian terdiri dari dua variabel yaitu,
variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable).
(X1) Kepemimpinan berbasis nilai value-based-leadership Kepala Sekolah
sebagai variabel bebas, (X2) Iklim Organisasi Sekolah sebagai variabel bebas dan
(Y) Produktivitas sekolah sebagai variabel terikat. Secara rinci variabel-variabel
tersebut akan dijelaskan menggunakan definisi operasional. Purwanto dan
Sulistyastuti (2011:18) mengemukakan bahwa; “definisi operasional merupakan
jembatan yang menghubungkan conceptual-theoretical level dengan
empirical-observation level” .
Definisi operasional ini dimaksudkan untuk memberikan rujukan-rujukan
empiris apa saja yang dapat ditemukan dilapangan untuk menggambarkan secara
Agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi mengenai masalah yang akan
diteliti, serta dapat menjadi arah bagi peneliti, maka diperlukan penjelasan
mengenai pengertian dan makna istilah yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
sebagai berikut:
1. Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-Based Leadership) Kepala Sekolah (X1)
Kepemimpinan berbasis nilai yaitu kepemimpinan yang mencerminkan dasar
moral yang mendasari keputusan pengelolaan dan tindakannya McCuddy (2008).
Kepemimpinan berbasis nilai menetapkan fungsi hubungan dengan meletakkan
nilai-nilai dalam praktek dan fungsi pemimpin untuk membawa nilai-nilai ke
dalam hubungan tersebut. (Viinamaki, 2009:2). Kepemimpinan berbasis nilai
(Value-Based Leadership) kepala sekolah, merupakan kepemimpinan yang
mendasarkan pada nilai-nilai yang menjadi dasar dalam pelaksanaan
kepemimpinannya, setiap kepala sekolah harus memiliki nilai dasar (coor values)
dalam melaksanakan kepemimpinanya. Core values yang akan menjadi bekal bagi
kepala sekolah yaitu, memegang teguh amanah, jujur, dapat dipercaya, dan
tauladan, yang dapat dimunculkan dalam bentuk instrumental values menjadi
kepemimpinan yang mengedepankan Transparansi, akuntabilitas, profesional dan
komunikatif.
a. Nilai perseorangan (Personal values)
Nilai individual atau personal values adalah nilai yang bersifat personal
terjadi dan terkait secara pribadi atas dasar dorongan-dorongan yang lahir secara
psikologis dalam diri seseorang, lebih lanjut di jelaskan Mulyana (2011: 21 )
juga merupakan tuntutan yang terinternalisasi (menyatunya nilai dalam diri
seseorang, yang merupakan penyesuaian keyakinan, nilai, sikap, praktik dan
aturan yang berlaku pada diri seseroang) dalam perilaku.
Dari pengertian tersebut dapat di pahami bahwa Nilai individual atau
personal values berperan sebagai standar yang mengarahkan tingka laku,
membimbing individu untuk memasuki suatu situasi dan bagaimana seorang
pemimpin bertingkah laku dalam situasi tersebut. Nilai menjadi kriteria yang
dipegang oleh pemimpin dalam memilih dan memutuskan sesuatu, memberi arah
dan sikap, keyakinan seseorang, serta memberi pedoman untuk memilih tingkah
laku yang diinginkan.
Adapun dalam penelitian ini yang dimaksud dengan personal values adalah
sebagai nilai-nilai dasar yang menjadi pegangan kepala sekolah dalam
menjalankan kepemimpinannya, seperti; kejujuran, keadilan, keteladanan
,kepercayaan, sikap tulus, keikhlasan, disiplin dan keteguhan
b. Komitmen
Komitmen adalah keyakinan yang mengikat (aqad) sedemikian kukuhnya
sehingga membelenggu seluruh hati nuraninya dan kemudian menggerakkan
perilaku menuju arah yang diyakininya (i’tiqad). Tasmara. T (2006: 62)
sedangkan, Steers ( Indayani, 2008:12) mengemukakan bahwa komitmen
merupakan proses yang terjadi dalam diri individu yang mengidentifikasikan
dirinya dengan nilai-nilai, aturan-aturan, dan tujuan organisasi. Komitmen
meliputi unsur loyalitas terhadap organisasi, keterlibatan dalam pekerjaan, dan
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan komitmen adalah daya
penerimaan kepala sekolah terhadap nilai-nilai organisasi , loyalitas dan tingkat
keterlibatan seseorang terhadap pekerjaan.
c. Efektivitas
“Effectiveness is the extent to which operative goals can be attiained” .
efektivitas adalah tingkat pencapaian tujuan, Steers., Unson dan Mowday
(Wahyudi, 2012: 88). Efektivitas berkaitan erat dengan perbandingan antara
tingkat pencapaian tujuan dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, atau
perbandingan hasil nyata dengan hasil yang direncanakan, (Mulyasa 2011: 82)
Adapun dalam penelitian ini yang dimaksud dengan efektivitas dalam
penelitian ini yaitu internalisasi nilai-nilai dalam implementasi kinerja
kepemimpinan kepala sekolah dan anggota organisasi dalam melaksanakan
seluruh tugas pokoknya berkaitan dengan adaptabilitas dan kepuasan kerja.
2. Iklim Organisasi Sekolah (X2)
Heynes (Gorton et. al, 2007:163) mengemukakan bahwa: “school climate is
the sum total of, and dynamic interactions among, the psychosocial, academic,
and physical dimensions of the school’s environment. “ iklim sekolah merupakan
akumulasi total dan interaksi yang dinamis antara dimensi psikososial, akademik
dan fisik lingkungan sekolah. Iklim Organisasi sekolah merupakan suasana yang
secara fisik maupun psikologis di alami dan diraskan oleh seluruh warga sekolah
dalam interaksi keseharian dalam organisasi, sebagaimana dikemukakan Hoy dan
Miskel (2008:198) ;
“Organizational climate influences members’ behaviors and attitudes,...,
general work environment of the school; the formal organization, informal organization personalities of participants, and organizational leadership
influenc it,”
Iklim organisasi sekolah merujuk kepada hati dan jiwa dari sebuah sekolah,
psikologis dan atribut institusi yang menjadikan sekolah memiliki kepribadian
yang relatif bertahan dan dialami seluruh anggota, yang menjelaskan perspektif
kolektif dari perilaku rutin dan akan mempengaruhi sikap dan perilaku di sekolah.
Litwin dan Stringer (Gunbayi, 2007) menjelaskan bahwa Iklim organisasi
sekolah merupakan hasil dari perspektif subjektif terhadap sistem formal, gaya
informal kepala sekolah, dan faktor lingkungan penting lainnya yang
mempengaruhi sikap, kepercayaan, nilai dan motivasi individu yang berada pada
sekolah tersebut. Dari pengertian tersebut iklim organisasi sekolah mengerucut
pada tiga pengertian; Pertama iklim sekolah sebagai kepribadian suatu sekolah
yang membedakan dengan sekolah lainnya. Kedua iklim sekolah sebagai suasana
di tempat kerja (Kondisi lingkungan pekerjaan), mencakup berbagai norma yang
kompleks, nilai, harapan, kebijakan dan prosedur yang mempengaruhi pola
perilaku individu dan kelompok. Ketiga iklim sekolah sebagai persepsi individu
terhadap kegiatan (Kondisi lingkungan fisik pekerjaan), berkaitan dengan praktik,
dan prosedur serta persepsi tentang perilaku yang dihargai, didukung dan
diharapkan dalam suatu organisasi
Adapun dalam penelitian ini yang dimaksudkan dengan Iklim Organisasi
sekolah adalah karakteristik yang berkaitan dengan kondisi lingkungan fisik
a. Kondisi lingkungan fisik pekerjaan, yaitu persepsi individu terhadap kegiatan
praktik, dan prosedur serta persepsi tentang perilaku yang dihargai, didukung
dan diharapkan dalam suatu organisasi, seperti; Memberikan kesejahteraan
sesuai dengan aturan sekolah, Memberikan penghargaan terhadap tugas,
terpenuhinya sarana dan prasarana sesuai dengan program sekolah
b. Kondisi lingkungan pekerjaan, yaitu suasana di tempat kerja mencakup
berbagai norma yang kompleks, nilai, harapan, kebijakan dan prosedur yang
mempengaruhi pola perilaku individu dan kelompok, seperti; perlunya
dukungan pemimpin terhadap guru dalam menjalankan tugas, merancang dan
mendesain pekerjaan sesuai dengan tujuan dan fungsinya, adanya
pengawasan dan disiplin kerja melalui peraturan sekolah, dibangunnya
komunikasi dan interaksi dengan teman sejawat, orang tua siswa, kepala
sekolah, dan lingkungan masyarakat, menetapkan program sekolah sesuai
dengan sifat dan bagimana cara menetapkan tujuan, kebijakan personil,
kompensasi, dan penetapan kebijakan pengelolaan sekolah bersama-sama
dengan komite sekolah
3. Produktivitas Sekolah (Y)
Dale Timpe (2002:107) mengemukakan bahwa produktivitas adalah rasio
antara keluaran output dan masukan input yang bernilai untuk meningkatkan
efisiensi dan efektifitas sumber-sumber daya yang tersedia, agar mencapai
keluaran yang sangat bernilai. Mulyasa, (2011:92) mendefinisikan produktivitas
sekolah merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan keseluruhan proses
tujuan secara efektif dan efisien. Efektivitas dalam pendidikan menurut Wibowo
(Wahyudi, 2011;84) dapat dilihat dari kualitas program, ketepatan penyusunan
program, semangat kerja, motivasi, ketercapaian tujuan, serta ketepatan
pendayagunaan sarana dan prasarana sumber belajar untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di sekolah. Sedangkan efisiensi pendidikan berkaitan dengan
optimalisasi pendayagunaan sumber pendidikan yang terbatas untuk mencapai
output yang optimal.
Engkoswara dan Komariah, ( 2010:40) mendefinisikan produktivitas sekolah
dapat dilihat dari output pendidikan yang berupa prestasi, serta proses pendidikan
yang berupa suasana pendidikan. Proses atau suasana tampak dalam kegairahan
belajar, dan semangat kerja yang tinggi serta kepercayaaan dari berbagai pihak.
Adapun dalam penelitian ini yang dimaksudkan dengan Produktivitas
sekolah adalah yang berkaitan dengan proses atau suasana pendidikan yang
meliputi; kegairahan belajar, kualitas program, ketepatan penyusunan program,
semangat kerja, motivasi, ketercapaian tujuan, semangat kerja yang tinggi,
ketepatan pendayagunaan sarana dan prasarana sumber belajar untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah,.
D. Instrumen penelitian
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat
ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen
penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur
penelitian dalam bidang pendidikan sering disusun sendiri, termasuk menguji
validitas dan reliabilitasnya. Instrumen dalam penelitian ini ada tiga, yaitu
instrumen untuk mengukur Kepemimpinan berbasis nilai values based leadership
kepala sekolah (X1), Iklim organisasi Sekolah (X2) dan Produktivitas sekolah
(Y). (Kisi-kisi Instrumen variabel penelitian lebih jelas dapat dilihat pada
lampiran)
E. Uji Instrumen Penelitian
Sebelum kegiatan pengumpulan data yang sebenarnya dilakukan, Instrumen
penelitian terlebih dahulu di uji cobakan terhadap responden yang memiliki
karakteristik sama dengan responden yang telah ditetapkan. Uji coba
dimaksudkan untuk mengetahui tingkat validitas dan tingkat reliabilitas
instrument.
1. Uji Validitas
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuka mendapatkan
data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang hendak di ukur (Sugiyono, 2009:173). Validitas instrumen
dalam penelitian ini diawali dengan validitas konstrak (construct validity). Dan
validitas isi (content validity) untuk menguji validitas konstark dan validitas isi,
dapat digunakan pendapat dari ahli (judment experts). Dalam hal ini setelah
instrumen dikonstruksi tentang isi dan aspek-aspek yang akan diukur dengan
berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan para ahli.
para ahli akan memberi keputusan: instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan,
ada perbaikan, dan mungkin dirombak total. Jumlah tenaga ahli yang digunakan
minimal tiga orang dan umumnya mereka yang telah bergelar doktor sesuai
dengan lingkup yang diteliti (Sugiyono, 2009:177)
Setelah pengujian validitas konstrak dan validitas isi dari ahli dan berdasarkan
pengalalman selesai, maka diteruskan dengan uji validitas empirik
(empirical-validity) di lapangan, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen
dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total, dengan
menggunakan rumus Pearson Product Moment
Ha: Instrumen soal valid
Ho: Instrumen soal tidak valid
α = 0,5 atau 15%
Ha diterima bila ( ) > ( )
a. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel (X1)
Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-Based Leadership) Kepala Sekolah
Tabel 3.1
Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel (X1) N=30
No. Item
Koefisien Korelasi
Keputusan
1 0,422 2,465 1,697 Valid
2 0,313 1,744 1,697 Valid
3 0,362 2,052 1,697 Valid
4 0,433 2,543 1,697 Valid
5 0,351 1,983 1,697 Valid
= ∑ − ∑ . (∑ )
{ .∑ 2− ∑ )2 . { .∑ 2− (∑ )2}
[image:39.595.110.495.274.566.2]Berdasarkan tabel data diatas, dapat diperoleh informasi bahwa dari 50 item
pertanyaan variabel Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-Based Leadership)
6 0,325 1,816 1,697 Valid
7 0,437 2,571 1,697 Valid
8 0,379 2,169 1,697 Valid
9 0,499 3,051 1,697 Valid
10 0,341 1,920 1,697 Valid
11 0,313 1,745 1,697 Valid
12 0,322 1,797 1,697 Valid
13 0,397 2,290 1,697 Valid
14 0,397 2,288 1,697 Valid
15 0,364 2,067 1,697 Valid
16 0,502 3,073 1,697 Valid
17 0,401 2,319 1,697 Valid
18 0,391 2,249 1,697 Valid
19 0,503 3,081 1,697 Valid
20 0,357 2,024 1,697 Valid
21 0,530 3,305 1,697 Valid
22 0,362 2,058 1,697 Valid
23 0,574 3,711 1,697 Valid
24 0,337 1,892 1,697 Valid
25 0,440 2,591 1,697 Valid
26 0,502 3,067 1,697 Valid
27 0,491 2,981 1,697 Valid
28 0,345 1,946 1,697 Valid
29 0,330 1,852 1,697 Valid
30 0,322 1,798 1,697 Valid
31 0,480 2,898 1,697 Valid
32 0,495 3,015 1,697 Valid
33 0,380 2,176 1,697 Valid
34 0,505 3,092 1,697 Valid
35 0,623 4,214 1,697 Valid
36 0,367 2,089 1,697 Valid
37 0,664 4,705 1,697 Valid
38 0,603 4,000 1,697 Valid
39 0,382 2,190 1,697 Valid
40 0,700 5,184 1,697 Valid
41 0,364 2,070 1,697 Valid
42 0,419 2,440 1,697 Valid
43 0,473 2,842 1,697 Valid
44 0,535 3,350 1,697 Valid
45 0,620 4,182 1,697 Valid
46 0,335 1,883 1,697 Valid
47 0,082 0,437 1,697 Gugur
48 0,375 2,140 1,697 Valid
49 0,524 3,256 1,697 Valid
Kepala Sekolah (X1) terdapat satu Item yang tidak valid yaitu pada Item soal no
47,, setelah dikonsultasikan dengan pembimbing dan di perbaiki selanjutnya dapat
digunakan sebagai instrumen dalam penelitian. (Perhitungan selengkapnya lihat
pada lampiran tabel. 3.1)
[image:41.595.113.469.241.677.2]b. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Iklim Organisasi Sekolah (X2)
Tabel 3.2
Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel (X2) N=30 No. Item Koefisien Korelasi Keputusan
1 0,353 1,994 1,697 Valid
2 0,373 2,128 1,697 Valid
3 0,559 3,568 1,697 Valid
4 0,432 2,538 1,697 Valid
5 0,375 2,141 1,697 Valid
6 0,470 2,816 1,697 Valid
7 0,514 3,174 1,697 Valid
8 0,314 1,753 1,697 Valid
9 0,391 2,249 1,697 Valid
10 0,317 1,766 1,697 Valid
11 0,355 2,007 1,697 Valid
12 0,353 1,996 1,697 Valid
13 0,338 1,900 1,697 Valid
14 0,402 2,323 1,697 Valid
15 0,331 1,855 1,697 Valid
16 0,337 1,896 1,697 Valid
17 0,570 3,672 1,697 Valid
18 0,595 3,913 1,697 Valid
19 0,474 2,846 1,697 Valid
20 0,407 2,360 1,697 Valid
21 0,444 2,622 1,697 Valid
22 0,395 2,272 1,697 Valid
23 0,680 4,909 1,697 Valid
24 0,398 2,296 1,697 Valid
25 -0,017 -0,089 1,697 Gugur
26 0,531 3,312 1,697 Valid
27 0,472 2,830 1,697 Valid
28 0,391 2,250 1,697 Valid
29 0,505 3,096 1,697 Valid
30 0,393 2,265 1,697 Valid
Berdasarkan tabel data diatas dapat diperoleh informasi bahwa, dari 30
tidak valid, yaitu pada item soal no 25, setelah dikonsultasikan dengan
pembimbing dan di perbaiki selanjutnya dapat digunakan sebagai instrumen
dalam penelitian. (Perhitungan selengkapnya lihat pada lampiran tabel 3.2)
[image:42.595.115.463.229.661.2]c. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Produktivitas Sekola( Y )
Tabel 3.3
Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel (Y) N=30 No. Item Koefisien Korelasi Keputusan
1 0,382 2,187 1,697 Valid 2 0,315 1,759 1,697 Valid 3 0,513 3,162 1,697 Valid 4 0,561 3,582 1,697 Valid 5 0,536 3,363 1,697 Valid 6 0,419 2,438 1,697 Valid 7 0,668 4,748 1,697 Valid 8 0,386 2,216 1,697 Valid 9 0,359 2,035 1,697 Valid 10 0,603 3,999 1,697 Valid 11 0,305 1,699 1,697 Valid 12 0,618 4,156 1,697 Valid 13 0,441 2,598 1,697 Valid 14 0,471 2,824 1,697 Valid 15 0,418 2,436 1,697 Valid 16 0,365 2,074 1,697 Valid 17 0,342 1,929 1,697 Valid 18 0,456 2,713 1,697 Valid 19 0,376 2,148 1,697 Valid 20 0,474 2,847 1,697 Valid 21 0,619 4,173 1,697 Valid 22 0,546 3,446 1,697 Valid 23 0,410 2,378 1,697 Valid 24 0,732 5,688 1,697 Valid 25 0,588 3,845 1,697 Valid 26 0,460 2,744 1,697 Valid 27 0,427 2,499 1,697 Valid
Dengan nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel sebesar 1,697 maka dapat
Sekolah (Y) seluruhnya dinyatakan valid dan dapat digunakan dalam penelitian.
(Perhitungan selengkapnya lihat pada lampiran tabel 3.3)
2. Uji Reliabilitas
Instrumen yang valid dan reliabel berarti instrumen yang bila digunakan
beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang
sama (Sugiyono: 2009:173)
Untuk menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian, digunakan Teknik
belah Dua (Split half) yang dianalisis dengan rumus Spearman Brown. Untuk
keperluan itu, maka butir-butir instrumen dibelah menjadi dua kelompok yaitu
kelompok instrumen nomor ganjil dan kelompok instrumen genap. Selanjutnya
skor total antara kelompok ganjil dan kelompok genap dicari korelasinya dengan
menggunakan rumus pearson product moment.
Kemudian hasil korelasi tersebut dimasukkan dalam rumus Spearman Brown
(Sugiyono, 2009:185)
Riduwan dan Sunarto (2007:348) mengatakan:
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah dianggap baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Reliabilitas artinya dapat dipercaya juga dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas dapat dilakukan secara eksternal (stability/test retest, equivalent atau penggabungan keduanya) dan secara internal (analisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen).
= ∑ − ∑ . (∑ )
{ .∑ 2–( ∑ )2 . { .∑ 2− (∑ )2}
− 2.
1 +
= ∑ − ∑ . (∑ )
Dalam analisis ini apabila item dikatakan valid pasti reliabel, (Riduwan dan
Sunarto, 2007:353)
[image:44.595.120.480.208.576.2]a. Hasil Uji Reliabilitas Variabel (X1)
Tabel 3.4
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel (X1)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Part 1
Value .756
N of Items 25a
Part 2
Value .837
N of Items 25b
Total N of Items 50 Correlation Between Forms .412
Spearman-Brown Coefficient Equal Length .584 Unequal Length .584 Guttman Split-Half Coefficient .572
a. The items are: item1, item2, item3, item4, item5, item6, item7, item8, item9,
item10, item11, item12, item13, item14, item15, item16, item17, item18,
item19, item20, item21, item22, item23, item24, item25.
b. The items are: item26, item27, item28, item29, item30, item31, item32,
item33, item34, item35, item36, item37, item38, item39, item40, item41,
item42, item43, item44, item45, item46, item47, item48, item49, item50
Dari data tabel 34 diperoleh informasi koefisien korelasi Spearman-Brown
(Equal Length) = 0.584 atau koefisien korelasi > 0.3, maka instrumen ini memiliki
tingkat reliabilitas yang memadai.
Dari Tabel 3.5 diperoleh informasi koefisien korelasi Spearman-Brown
(Equal Length) = 0.803 atau koefisien korelasi > 0.3, maka instrumen ini memiliki
[image:45.595.128.510.208.596.2]tingkat reliabilitas yang memadai.
Tabel 3.5
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel (X2)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Part 1
Value .666
N of Items 15a
Part 2
Value .785
N of Items 15b
Total N of Items 30 Correlation Between Forms .671
Spearman-Brown Coefficient Equal Length .803 Unequal Length .803 Guttman Split-Half Coefficient .776
a. The items are: