• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN BERBASIS NILAI (VALUE-BASED LEADERSHIP) KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM ORGANISASI SEKOLAH TERHADAP PRODUKTIVITAS SEKOLAH PADA SMP NEGERI DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN BERBASIS NILAI (VALUE-BASED LEADERSHIP) KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM ORGANISASI SEKOLAH TERHADAP PRODUKTIVITAS SEKOLAH PADA SMP NEGERI DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR."

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

Amir Muhtar, 2012

Kontribusi Kepemimpinan Berbasis Nilai

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah

melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada penulis, sehingga tesis yang

berjudul “Kontribusi Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-Based Leadership)

Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi Sekolah terhadap Produktivitas Sekolah

pada SMP Negeri di Kabupaten Halmahera Timur” ini dapat terselesaikan.

Penulisan tesis ini merupakan tugas akhir yang harus dipenuhi sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada program

studi Administrasi Pendidikan, sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan

Indonesia Bandung.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini

disebabkan keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena

kritik dan saran yang konstruktif sangat di harapkan demi perbaikan dan

kesempurnaan tesis ini.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga tesis ini

dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada

umumnya.

Wassalam,

(2)

Amir Muhtar, 2012

Kontribusi Kepemimpinan Berbasis Nilai

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur senantiasa dipanjatkan ke Hadirat Allah SWT. Sumber

segala ilmu, yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya dalam berbagai

kemudahan dan jalan keluar, selama proses penyusunan tesis ini hingga selesai.

Alhamdulillah, tesis ini dapat terselesaikan dengan usaha keras serta

keterlibatan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan, dorongan dan

bimbingan yang berharga. Atas segala sumbangan positif mereka, disampaikan

penghormatan dan terima kasih yang sebanyak-banyaknya, terutama kepada:

1. Dr. Hj. Aan Komariah, M.Pd selaku dosen pembimbing I dan Pembimbing

Akademik, yang ditengah-tengah kesibukannya telah memberikan bimbingan,

masukan serta motivasi dengan penuh kesabaran dalam berbagai arahan dan

diskusi-diskusi baik selama perkuliahan maupuan proses pembimbingan

hingga penyelesaian tesis ini.

2. Dr. Asep Suryana, M.Pd selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, petunjuk, tawaran-tawaran gagasan pada konsep dan rincian

maupun masukan-masukan berharga lain, diskusi-diskusi dan sikapnya yang

terbuka, juga dorongan-dorongan yang sangat akrab. Terasa telah memberi

semangat dan motivasi yang begitu berarti sejak awal penyusunan sampai

penyelesaian tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. Didi Suryadi, M.Ed, selaku Direktur SPs UPI serta para

Asisten Direktur, dan seluruh staf dan karyawan yang telah memberikan

(3)

Amir Muhtar, 2012

Kontribusi Kepemimpinan Berbasis Nilai

4. Prof. H. Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D selaku Ketua Program studi

Administrasi Pendidikan Sekolah Pasca Sarjana UPI, dan seluruh dosen pada

prodi ini yang telah memberikan arahan, bimbingan dan motivasi selama

kami menempuh kuliah.

5. Bapak Samsu Husen, S.Ag, selaku Kepala SMP Negeri 4 Wasile dan seluruh

dewan guru, yang selalu memberikan dukungan dan motivasi selama penulis

menempuh studi di UPI Bandung.

6. Bupati Kabupaten Halmahera Timur Bapak Rudi Erawan, SE. M.Si dan Wakil

Bupati Bapak Ir. Muhdin yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

melanjutkan studi di UPI Bandung.

7. Bapak Drs. Ubaid Yakub, M.PA. selaku kepala Dinas Pendidikan pemuda dan

Olahraga Kabupaten Halmahera Timur, yang telah memberikan izin kepada

penulis untuk melakukan penelitian pada SMP Negeri se- Kabupaten

Halmahera Timur.

8. Bapak/Ibu Kepala SMP Negeri se- Kabupaten Halmahera Timur yang telah

membantu penulis dalam mendapatkan data penelitian.

9. Ayahanda Supangat SM dan Ibunda tercinta (alm) Alfiyah, atas do’a tulus,

cinta dan kasih sayang, perhatian serta dorongan tak henti-henti hingga

penyelesaian tesis ini.

10.Istriku tercinta Indah Kurniawati, S.Pd dan anak-anaku Aulia Nurfadilah,

Hesti Amelia atas cinta dan kasih sayang yang tulus, do’a dan kesabarannya

menantikan keberhasilan studiku, tak lupa kakakku Slamet Santoso dan

(4)

Amir Muhtar, 2012

Kontribusi Kepemimpinan Berbasis Nilai

semua saudaraku yang telah membantu memberi dukungaan kepada penulis

selama menempuh studi di UPI Bandung.

11.Teman-teman Administsrasi Pendidikan Sekolah Pasca Sarjana UPI angkatan

2010 yang tak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan

kebersamaan selama ini.

12.Semua pihak yang telah memberikan sumbangsih dalam bentuk apapun

selama penulis menempuh studi hingga selesainya penyusunan tesis ini yang

tidak disebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT membalas semua

kebaikannya dengan berlipat ganda. Amien.

Semoga karya yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi semua

pihak, khususnya bagi penulis. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikannya

dengan berlipat ganda. Amin.

Bandung, November 2012

(5)

Amir Muhtar, 2012

Kontribusi Kepemimpinan Berbasis Nilai

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 9

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 10

D. Tujuan Penelitian ... 11

E. Manfaat Penelitian ... 12

F. Asumsi-Asumsi Penelitian ... 13

G. Organisasi Tesis ... 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Produktivitas Sekolah ... 20

1. Konsep Produktivitas ... 20

2. Pengukuran Produktivitas Sekolah ... 24

B. Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-Based Leadership) Kepala Sekolah... 30

1. Konsep Kepemimpinan... 30

2. Konsep Nilai... 37

3. Kepemimpinan dan Nilai dalam Organisasi ... 42

4. Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-Based Leadership) .. 51

C. Iklim Organisasi Sekolah ... 67

1. Konsep Iklim Organisasi Sekolah ... 67

2. Dimensi Iklim Organisasi Sekolah ... 75

3. Mengukur Iklim Organisasi Sekolah ... 78

D. Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-Based Leadership) Kepala Sekolah, Iklim Organisasi Sekolah dan Produktivitas Sekolah ... 85

E. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 90

F. Kerangka Pikir Penelitian ... 93

G. Pengajuan Hipotesis Penelitian ... 95

(6)

Amir Muhtar, 2012

Kontribusi Kepemimpinan Berbasis Nilai

1. Populasi ... 97

2. Sampel ... 98

B. Metode Penelitian ... 99

C. Definisi Operasional Variabel ... 100

D. Instrumen Penelitian ... 106

E. Uji Instrumen Penelitian ... 107

1. Uji Validitas ... 107

2. Uji Reliabilitas ... 112

F. Teknik Pengumpulan Data ... 115

G. Teknik Analisis Data ... 115

1. Uji Persyaratan Analisis... 115

2. Pengolahan dan Analisis Data ... 117

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 126

1. Pengolahan dan Penyajian Data Penelitian ... 126

2. Pengujian Persyaratan Uji Hipotesis ... 133

3. Hasil Uji Hipotesis ... 140

B. Pembahasan ... 153

1. Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-Based Leadership) Kepala Sekolah pada SMP Negeri di Kabupaten Halmahera Timur ... 153

2. Iklim Organisasi Sekolah pada SMP Negeri di Kabupaten Halmahera Timur ... 163

3. Produktivitas Sekolah pada SMP Negeri di Kabupaten Halmahera Timur ... 166

4. Kontribusi Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-based Leadership) Kepala Sekolah (X1) terhadap produktivitas sekolah (Y) ... 172

5. Konstribusi Iklim Organisasi Sekolah (X2) Terhadap Produktivitas Sekolah (Y) ... 174

6. Kontribusi Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-Based Leadership) Kepala Sekolah (X1) dan Iklim Organisasi Sekolah (X2)Terhadap Produktivitas Sekolah ... 177

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 184

B. Saran ... 187

DAFTAR PUSTAKA ... 189

(7)

Amir Muhtar, 2012

Kontribusi Kepemimpinan Berbasis Nilai

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Nilai Instrumen dan Nilai Terminal ... 40

3.1 Hasil Uji Validitas variabel (X1) ... 108

3.2 Hasil Uji Validitas Variabel (X2) ... 110

3.3 Hasil Uji Validitas variabel (Y) ... 111

3.4 Hasil Uji Reliabilitas Variabel (X1) ... 113

3.5 Hasil Uji Reliabilitas Variabel (X2 ) ... 114

3.6 Hasil Uji Reliabilitas Variabel (Y) ... 114

3.7 Konsultasi Hasil Perhitungan Kecenderungan Skor Rata-Rata .. 120

3.8 Interpretasi koefisien Korelasi r ... 126

4.1 Klasifikasi Skor data Penelitian ... 126

4.2 Rata-rata data perolehan Variabel (X1) ... 127

4.3 Rata-Rata data perolehan Variabel (X2) ... 129

4.4 Rata-rata data perolehan Variabel (Y) ... 131

4.5 Rata-rata Kecenderungan Data variabel Penelitian ... 132

4.6 Hasil Uji Normalitas Variabel (X1) ... 133

4.7 Hasil Uji Normalitas Variabel (X2) ... 135

4.8 Hasil Uji Normalitas variabel (Y) ... 136

4.9 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data ... 138

4.10 Hasil Uji Linieritas Data variabel (X1) dan Variabel (Y) ... 138

4.11 Hasil Uji Linieritas Data Variabel (X2) dan Variabel (Y) ... 139

4.12 Rekapitulasi Hasil uji Linieritas ... 140

4.13 Persamaan Regresi X1 - Y ... 141

4.14 Hasil Uji Keberartian Persamaan Regresi (Y) atas (X1) ... 142

4.15 Korelasi antara variabel (X1) dengan (Y) ... 143

4.16 Koefisien Determinasi (X1) terhadap (Y) ... 143

4.17 Persamaan Regresi (Y) atas (X2) ... 145

4.18 Uji Keberartian persamaan Regresi (Y) atas (X2) ... 145

4.19 Korelasi antar variabel (X2) dan (Y) ... 146

4.20 Koefisien Determinasi variabel (X2)terhadap variabel (Y) ... 147

4.21 Persamaan regresi (Y) atas (X1) dan (X1) ... 148

4.22 Uji Keberartian persamaan regresi (Y) atas (X1) dan (X2) ... 149

4.23 Hasil Pengujian Signifikansi Koefisien Korelasi Ganda ... 150

4.24 Koefisien Determinasi (X1) dan (X2) terhadap (Y) ... 151

(8)

Amir Muhtar, 2012

Kontribusi Kepemimpinan Berbasis Nilai

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Produktivitas Pendidikan ... 26

2.2 The OHIO State Leadership Quadrants ... 33

2.3 Theoritical Model of Relational among ten motivational types of values ... 49

2.4 Etika Kepemimpinan Perspektif Agama dan Moral ... 62

2.5 Interaksi Perilaku Kepala Sekolah dan Perilaku Guru ... 73

2.6 Kerangka Pikir Penelitian ... 93

2.7 Hubungan Antar Variabel Penelitian ... 96

4.1 Grafik Uji Normalitas Variabel (X1) ... 134

4.2 Grafik Uji Normalitas Variabel (X2) ... 136

4.3 Grafik Uji Normalitas Variabel (Y) ... 137

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan upaya untuk membangun dan meningkatkan kualitas

sumber daya manusia. Pendidikan yang baik diharapkan melahirkan generasi

penerus bangsa yang cerdas, berkualitas, dan memiliki keimanan, ketakwaan serta

mampu menyesuaikan diri dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara. Manusia Indonesia yang cerdas adalah manusia yang mempunyai

pengetahuan, keterampilan, serta memiliki landasan keimanan dan ketakwaan

yang baik. Dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh pengetahuan,

mengembangkan kemampuan/keterampilan dan mengubah sikap. Pendidikan

sebagai proses pengembangan kepribadian, hendaknya mampu mengembangkan

kepribadian peserta didik di dalam pengertian etis, dalam arti peserta didik bukan

hanya menyelesaikan program pendidikan yang dipersyaratkan akan tetapi dapat

mengembangkan dan menyumbangkan bakat yang dimilikinya secara optimal

untuk diri sendiri maupun untuk masyarakat. Dalam konteks yang lebih luas

pendidikan diharapkan dapat menumbuhkan kemampuan peserta didik agar siap

(10)

Pendidikan adalah usaha mentrasformasikan ilmu, pengetahuan, ide,

gagasan, norma, hukum dan nilai-nilai kepada orang lain dengan cara tertentu,

baik struktural formal, serta informal dan non formal dalam suatu sistem

pendidikan nasional. Produk pendidikan memiliki budaya yang di definisikan

sebagai masyarakat yang berperadaban, memiliki kebebasan yang merefleksikan

kreativitas dalam dinamikanya secara komprehensif menuju kehidupan yang

sejahtera diatur oleh norma hukum yang kuat, sebagaimana di cita-citakan seluruh

masyarakat dan bangsa.

Dalam implementasinya, penyelenggaraan pendidikan formal mengacu

pada PP No.19 tahun 2005 tentang delapan standar nasional pendidikan yakni;

(1) standar Isi, (2) Standar Proses, (3) standar kompetensi Lulusan, (4) standar

pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar

pengelolaan, (7) standar pembiayaan dan (8) standar penilaian pendidikan. (PP No

19 tahun 2005). Standar tersebut pada hakekatnya menjadi arah dalam

penyelenggaraan pendidikan. Dengan kata lain, standar nasional pendidikan harus

menjadi acuan dan kriteria dalam penetapan keberhasilan penyelengaraan

pendidikan.

Semakin tingginya tuntutan masyarakat terhadap pendidikan yang

berkualitas, lembaga pendidikan harus terus berbenah dan meningkatkan kualitas

layanannya agar dapat menghasilkan output pendidikan yang baik, bermutu dan

produktif. Hal tersebut berkaitan dengan bagaimana sekolah menghasilkan lulusan

secara kualitatif maupun kuantitatif yang dilaksanakan secara efektif dan efisien

(11)

menghasilkan lulusan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat,

sejalan dengan perkembangan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.

“Produktivitas dalam dunia pendidikan berkaitan dengan keseluruhan proses

penataan dan penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan pendidikan secara

efektif dan efisien”, (Mulyasa, 2011:92). Proses pendidikan berdampak pada

kualitas yang diperoleh (Sagala, 2012:15), Sedangkan menurut Engkoswara dan

Komariah (2010: 40) Produktivitas pendidikan dapat dilihat dari proses yang

tampak dalam kegairahan belajar, semangat kerja yang tinggi dan output

pendidikan berupa prestasi , masukan yang merata, jumlah tamatan serta mutu

yang tinggi. Lebih lanjut di jelaskan bahwa :

Esensi dari produktivitas pendidikan adalah prestasi siswa secara akademik dan non akademik yang ditunjang oleh sistem yang bermutu dimana seluruh unsur pendidikan terutama delapan standar menunjang prestasinya masing-masing. Guru dan tenaga kependidikan lainnya bekerja profesional dan produktif; sarana prasarana di manfaatkan secara maksimal; kurikulum relevan dengan kebutuhan dan kehidupan dari standar isi mencerminkan prinsip good governance dan clean goverment dengan akuntabilitas yang tinggi; penggunaan keuangan sudah inhern dengan tujuan-tujuan pendidikan; dan masyarakat pendidikan sudah berkonstribusi dan bertanggung jawab terhadap kemajuan pendidikan.

Menurut Husain. U, (2010:3) Suatu lembaga pendidikan dinyatakan

produktif jika memenuhi tiga syarat: (1) pelayanan administrasi memuaskan, (2)

pelayanan edukatif mampu mengubah sikap, pengetahuan dan keterampilan secara

bermakna dan berarti bagi peserta didik; dan (3) biaya sekolah yang relatif

memadai dengan mutu pelayanan. Sedangkan Alan J. Thomas (1971:12)

memandang produktivitas pendidikan dari tiga fungsi; (1) The administrator’s

production function, (2) The psychologist’s production function, dan (3) The

(12)

Pada kenyataannya pendidikan di Indonesia beberapa tahun terakhir masih

jauh dari harapan. Tingginya tingkat pengangguran, menurunnya kualitas moral

bangsa serta ketertinggalan Indonesia bersaing di kancah internasional

menunjukkan masih rendahnya produktivitas pendidikan di negara kita. Ditinjau

dari aspek administrasi, perubahan perilaku siswa maupun dari aspek ekonomi

masih jauh tertinggal dari negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.

Hasil penelitian United Nation Development Programe (UNDP) pada tahun

2010 tentang indeks pengembangan manusia yang menyebutkan Indonesia berada

pada peringkat ke 108 dari 168 negara yang diteliti. Indonesia memperoleh indeks

0,600. Dan jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN yang dilibatkan

dalam penelitian, Indonesia berada pada peringkat ke- 7 dari sembilan negara

ASEAN. Salah satu unsur utama dalam komposit IPM adalah tingkat pengetahuan

bangsa atau pendidikan bangsa. Rendahnya mutu pendidikan Indonesia juga

tercermin dari daya saing di tingkat internasional. Daya saing menurut Word

Economic Forum, 2010, Indonesia berada di level 54 dari 139 negara. Malaysia

ke-24, Singapura ke-3. (Sumber: Bappenas; 2010)

Pada SMP Negeri di Kabupaten Halmahera Timur, data menunjukkan

bahwa jumlah siswa SMP tahun 2010/2011 sebanyak 3.580 kemudian lulus pada

tahun 2010/2011, 1.167 sedangkan tahun 2011/2012 input siswa sebanyak 1.374,

Dengan tingkat kelulusan tahun 2010/2011 93,57% dan 2011/2012 98%. Data

jumlah sekolah lima tahun terakhir mengalami penambahan dari 10 SMP Negeri

pada tahun 2005 menjadi 18 SMP Negeri dan 13 SMP Negeri Satu Atap dan pada

(13)

namun penambahan sekolah baru tersebut belum sebanding dengan penambahan

tenaga guru yang dibutuhkan, (Dikpora Haltim) Kondisi Produktivitas sekolah

pada SMP Negeri di Kabupaten Halmahera Timur (menurut Kabid Dikdas) tidak

jauh beda dengan kondisi pendidikan di Indonesia pada umumnya, masih

menghadapi beberpa permasalahan sebagai berikut; dari segi proses pelaksanaan

pendidikan terlihat masih rendahnya gairah belajar dan motivasi berprestasi yang

belum tinggi, hal tersebut dapat dilihat dari minimnya perolehan prestasi dalam

setiap perlombaan akademik maupun non akademik baik tingkat propinsi maupun

nasional, serta belum terpenuhinya sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai

dengan Standar Nasional Pendidikan.

Fakta tersebut di atas tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang

dihadapi oleh dunia pendidikan di Indonesia saat ini, lebih khusus pada tingkat

lembaga pendidikan formal, yaitu; kepala sekolah yang diangkat tidak memiliki

pendidikan khusus hanya berdasarkan masa kerja dan golongan, kepala sekolah

dalam menjalankan kepemimpinannya kurang mendasarkan pada nilai-nilai inti

organisasi, guru belum memiliki kompetensi sesuai dengan standar yang

dipersyaratkan, kurikulum yang berubah-ubah, biaya pendidikan yang belum

dikelola secara transparan, akuntabel, efektif dan efisien, sarana prasaran yang

belum memadai, Iklim sekolah yang kurang mendukung serta menurunnya

moralitas peserta didik sebagai dampak langsung dari pergeseran nilai.

Kesenjangan pendidikan juga terlihat dari proses pendidikan sebagaimana

(14)

kegairahan atau motivasi belajar yang belum tinggi, semangat kerja yang relatif

rendah. Generasi santai, membolos, menyontek, perkelahian dan sebagainya.

Kepala sekolah memiliki peranan penting dalam melakukan perubahan dan

perbaikan pendidikan melalui pemberdayaan potensi sekolah yang dimiliki untuk

meningkatkan mutu dan produktivitas sekolah. Sejalan dengan hal tersebut Rivai

dan Murni (2009: 898) mengemukakan bahwa:

Agar kepala sekolah berhasil memberdayakan segala sumber daya sekolah untuk mencapai tujuan, diperlukan kepemimpinan kepala sekolah yang profesional, yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral dan spiritual sebagai nilai dasar dalam menjalankan kepemimpinannya, selain itu kepala sekolah juga harus memiliki kompetensi kepribadian, keahlian dasar, pengalaman, pelatihan dan pengetauan profesional, serta kompetensi administrasi dan pengawasan.

Selanjutnya Spencer, S. (2009: 88) mengemukakan bahwa, kepemimpinan

yang efektif harus bersumber pada kepemimpinan yang berakar pada nilai-nilai,

moral dan spiritual. Dengan fondasi dan kepemimpinan yang kuat, orang akan

lebih mudah menjalankan fungsi dan menyesuaikan diri dengan perubahan,

dengan tetap fokus pada pencapaian tujuan organisasi. Dengan demikian seluruh

anggota organisasi akan melaksanakan setiap pekerjaan dan tanggung jawab yang

diberikan secara baik sehingga dapat mendukung kinerja dan produktivitas

organisasi.

“Nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar

pilihannya, sebagai patokan normatif yang mempengaruhi seseorang dalam

menentukan pilihan di antara cara-cara tindakan alternatif serta menjadi rujukan

dan keyakinan dalam menentukan pilihan” Mulyana, (2011:11). sedangkan

(15)

cita-cita, dan maksud-maksud bersama dari kelompok. Dengan demikian

nilai-nilai yang menjadi keyakinan seseorang dapat menjadi patokan normatif sebagai

rujukan bertindak dan berperilaku baik secara individu maupun kelompok

termasuk dalam lingkup organisasi sekolah.

Menurut Viinamaki, (2009:2), Kepemimpinan yang berbasis nilai

menetapkan fungsi hubungan dengan meletakkan nilai-nilai dalam praktek dan

fungsi pemimpin untuk membawa nilai-nilai ke dalam hubungan tersebut.

Selanjutnya McCuddy, (2008:1) mengemukakan bahwa; kepemimpinan berbasis

nilai, yaitu kepemimpinan yang mencerminkan dasar moral yang mendasari

keputusan pengelolaan dan tindakannya. Dapat dipahami bahwa kepemimpinan

berbasis nilai membangun hubungan dan menggerakan organisasi dilandasi oleh

nilai inti “roh” yang sedemikian kukuh yang diyakini dalam setiap pengelolaan

tindakannya untuk mencapai tujuan organisasi.

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu membangun nilai dan

norma bersama anggotanya, menyelaraskan nilai-nilai individu dengan nilai

organisasi dimana nilai dalam fungsi sehari-hari menjadi pedoman dan

mengarahkan orang berperilaku untuk mencapai tujuan organisasi (Suryana,

,2010:52) lebih lanjut di jelaskan bahwa;

Kepemimpinan berbasis nilai adalah suatu pendekatan dalam penanaman norma dan nilai dalam pengembangan kelompok yang menjadi petunjuk bagi perilaku orang-orang dalam organisasi, membangun nilai dalam diri setiap individu dan memastikan adanya pembagian nilai bagi seluruh anggota organisasi.

Kejelasan tentang nilai-nilai, semangat, dan visi serta misi sekolah yang di

(16)

melaksanakan tugasnya, sehingga guru merasakan bahwa yang dilakukan

bersama adalah sesuatu yang berharga, bekerja demi sekolah yang mengukur

keberhasilannya dengan cara-cara yang paling bermakna tidak hanya berdasarkan

nilai-nilai capaian tetapi merupakan sumber pembangkit moral dan energi secara

optimal. Untuk itu pembentukan iklim yang lebih mendukung bagi fundamental

kemanusiaan menjadi penting, dimana nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan, belas

kasih, kebijaksanaan, rasa syukur, rasa hormat dan kesetaraan, menjadi landasan

dalam berinterkasi.

Sekolah sebagai sistem sosial didalamnya terdapat interaksi orang-orang

yang bekerja sama unntuk mencapai tujuan organisasi yang mencerminkan

bagaimana iklim organisasi sekolah yang terbentuk baik secara fisik maupun

psikologis yang dapat mempengaruhi kinerja organisasi. Menurut Taguiri dan

Litwin (Soetopo, 2010:141) Iklim organisasi adalah suatu kualitas lingkungan

internal organisasi yang dialami oleh anggota yang dapat mempengaruhi

perilakunya, dan dapat dideskripsikan dengan nilai-nilai karakteristik organisasi.

sedangkan menurut Gibson, et al.,Husain. U, (2010:202) iklim organisasi erat

kaitannya dengan tugas seseorang dalam rangka mencapai tujuan organisasi

secara efektif dan efisien. Selanjutnya Gorton. et. all,. (2007:165) mengemukakan

bahwa “The Climate of a school can similarly have a major influence on morale,

learning, and productivity”. Iklim organisasi sekolah yang kondusif akan

mendukung kinerja organisasi dalam meningkatkan produktivitas sekolah.

Implementasi kepemimpinan berbasis nilai (value-based leadership)

(17)

dalam menggerakkan organisasi serta Interaksi antara pimpinan, staf dan dewan

guru berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya yang membentuk iklim sekolah

merupakan dua hal penting yang turut berperan terhadap produktivitas sekolah.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian, terdapat banyak faktor

yang mempengaruhi rendahnya produktivitas sekolah antara lain: kepemimpinan

kepala sekolah yang kurang mendasarkan pada nilai-nilai inti organisasi,

kompetensi guru belum sesuai dengan standar yang dipersyaratkan, kurikulum

yang berubah-ubah, minimnya biaya pendidikan dan belum dikelola secara

transparan, akuntabel, efektif dan efisien, sarana prasarana yang belum sesuai

standar, kurangnya perhatian terhadap kondisi Iklim organisasi sekolah untuk

mendukung kinerja guru dan proses pembelajaran yang bermutu.

Dari beberapa permasalahan yang dapat mempengaruhi produktivitas

sekolah, kepemimpinan berbasis nilai (VBL) dan Iklim organisasi sekolah

merupakan faktor penting yang turut menentukan produktivitas sekolah . Rivai

dan Murni (2009: 898) mengemukakan bahwa ; untuk mencapai tujuan sekolah

yang berkualitas dan produktif, diperlukan kepemimpinan kepala sekolah yang

profesional, yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral dan spiritual sebagai

nilai dasar dalam menjalankan kepemimpinannya.

Iklim organisasi sekolah merupakan persepsi atau suasana yang dirasakan

oleh seluruh anggota organisasi yang timbul dari adanya hubungan antara kepala

(18)

peserta didik yang menjadi ciri khas sekolah yang ikut mempengaruhi pencapaian

tujuan organisasi meningkatkan mutu dan produktivitas sekolah. Sebagaimana

dikemukakan Gorton. et. all,. (2007:165) “The Climate of a school can similarly

have a major influence on morale, learning, and productivity”. Iklim organisasi

sekolah yang kondusif akan mendukung kinerja organisasi dalam meningkatkan

produktivitas sekolah.

Agar lebih terarah, dalam penelitian ini peneliti membatasi permasalahan

yang berkaitan dengan; 1) kepemimpinan berbasis nilai (value based leadership)

kepala sekolah, ditinjau dari dimensi; personal values, komitment dan efektivitas,

2) iklim organisasi sekolah berkaitan dengan kondisi lingkungan fisik pekerjaan

dan kondisi lingkungan pekerjaan, dan 3) produktivitas sekolah dari segi proses

atau suasana pendidikan yang meliputi; kegairahan belajar, kualitas program,

ketepatan penyusunan program, semangat kerja, motivasi, ketepatan

pendayagunaan sarana dan prasaran sumber belajar untuk meningkatkan kualitas

pendidikan di sekolah serta kepercayaan dari berbagai pihak

.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Rumusan masalah dalam penelitian tentang konstribusi kepemimpinan

berbasis nilai (value-based-leadership) kepala sekolah dan iklim organisasi

sekolah terhadap produktivitas sekolah pada SMP Negeri di Kabupaten

Halmahera Timur, yaitu:

1. Bagaimana Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-Based-Leadership) Kepala

(19)

2. Bagaimana Iklim Organisasi Sekolah pada SMP Negeri di Kab. Halmahera

Timur.

3. Bagaimana Produktivitas Sekolah pada SMP Negeri di Kab. Halmahera

Timur.

4. Seberapa besar kontribusi Kepemimpinan Berbasis Nilai

(Value-Based-Leadership) Kepala Sekolah Terhadap Produktivitas Sekolah.

5. Seberapa besar kontribusi Iklim Organisasi Sekolah Terhadap Produktivitas

Sekolah.

6. Seberapa besar kontribusi Kepemimpinan Berbasis Nilai

(Value-Based-Leadership) Kepala Sekolah Dan Iklim Organisasi Sekolah Terhadap

Produktivitas Sekolah.

D. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan Kontribusi

Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-Based-Leadership) Kepala Sekolah Dan

Iklim Organisasi Sekolah Terhadap Produktivitas Sekolah.

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi

tentang ;

1. Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-Based-Leadership) Kepala Sekolah

pada SMP Negeri di Kabupaten Halmahera Timur.

2. Iklim Organisasi Sekolah pada SMP Negeri di Kabupaten Halmahera Timur.

(20)

4. Besarnya Konstribusi Kepemimpinan Berbasis Nilai

(Value-Based-Leadership) Kepala Sekolah Terhadap Produktivitas Sekolah.

5. Besarnya Konstribusi Iklim Organisasi Sekolah Terhadap Produktivitas

Sekolah

6. Besarnya Konstribusi Kepemimpinan Berbasis Nilai

(Value-Based-Leadership) Kepala Sekolah Dan Iklim Organisasi Sekolah Terhadap

Produktivitas Sekolah.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat untuk kepentingan teoritis dan

praktis.

1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk:

a. Menguji kembali beberapa teori yang berhubungan dengan masalah

Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-Based-Leadership) Kepala Sekolah,

Iklim Organisasi Sekolah dan Produktivitas Sekolah.

b. Bahan masukan bagi kepala sekolah dalam penerapan Kepemimpinan

Berbasis Nilai (Value-Based Leadership), Pemahaman Tentang Iklim Sekolah

Dan Produktivitas Sekolah.

c. Pengembangan khasanah keilmuan yang berhubungan dengan kajian perilaku

organisasi dan administrasi pendidikan secara luas.

2. Secara Praktis

(21)

a. Sebagai rujukan bagi kepala sekolah dalam mengembangkan kepemimpinan

berbasis nilai

b. Sebagai rujukan bagi kepala sekolah dalam mengembangkan Iklim

Organisasi Sekolah yang kondusif.

c. Sebagai rujukan bagi kepala sekolah dalam meningkatkan Produktivitas

Sekolah

F. Asumsi-asumsi

Asumsi – asumsi merupakan sebuah titik tolak pemikiran yang

kebenarannya dapat diterima oleh peneliti. Asumsi-asumsi ini diperlukan untuk

memperkuat permasalah, membantu peneliti dalam menjelaskan penetapan objek

penelitian, wilayah pengambilan data dan instrumen pengumpulan data , selain itu

agar terdapat landasan berpijak yang kokoh bagi masalah yang sedang di teliti;

mempertegas variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian; serta berguna

untuk kepentingan menentukan dan merumuskan hipotesis.

Dalam merumuskan asumsi-asumsi penelitian ini melalui telaah berbagai

konsep dan teori yang berkaitan dengan variabel kepemimpinan berbasis nilai

(Value-Based-Leadership) kepala sekolah, Iklim Organisasi sekolah dan

Produktivitas sekolah.

1. Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-Based-Leadership) Kepala Sekolah

a) Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain untuk

(22)

dilaksanakansecara efektif, serta proses untuk memfasilitasi upaya individu

dan kolektif untuk mencapai tujuan bersama. (Yukl Gery, 2010:8).

b) Kepemimpinan berbasis nilai, yaitu kepemimpinan yang mencerminkan dasar

moral yang mendasari keputusan pengelolaan dan tindakannya. (McCuddy,

2008:2)

c) Kepemimpinan berbasis nilai mengacu luas pada kepemimpinan berdasarkan

prinsip-prinsip moral dasar atau nilai-nilai seperti integritas, pemberdayaan,

dan tanggung jawab sosial. Menetapkan fungsi hubungan dengan meletakkan

nilai-nilai dalam praktek dan fungsi pemimpin untuk membawa nilai-nilai ke

dalam hubungan tersebut. (Viinamaki, 2009:2)

d) Kepemimpinan berbasis nilai spiritual, merupakan kepemimpinan yang

mendasarkan pada nilai-nilai spiritual yang diyakini sehingga mampu

mengilhami, membangkitkan, mempengaruhi dan menggerakkan seluruh

elemen organisasi melalui keteladanan, pelayanan, kasih sayang dan

implementasi nilai dan sifat-sifat ketuhanan lainnnya dalam mencapai tujuan

organisasi (Hendrick dan Ludeman dalam Masaong dan Tilome, 2011:114).

e) Kepemimpinan berbasis nilai merupakan suatu pendekatan dalam penanaman

norma dan nilai dalam pengembangan kelompok yang menjadi petunjuk bagi

perilaku orang-orang dalam organisasi. Membangun nilai dalam diri setiap

individu dan memastikan adanya pembagian nilai bagi seluruh anggota

(23)

2. Iklim Organisasi Sekolah

a) Iklim sekolah merupakan seperangkat karakteristik yang membedakan satu

sekolah dengan sekolah lain dan karakteristik itu akan mempengaruhi

perilaku guru, staf, siswa dan stakeholder lainnya yang ada pada sekolah

tersebut (Hoy,. Miskel, 2008:198).

b) Iklim organisasi merupakan lingkungan efektif yang dapat memberi dampak

bagi kinerja organisasi melalui sikap dan perilaku anggota organisasi dalam

menjalankan tugasnya (Suharsaputra, 2010: 73).

c) Iklim organisasi adalah suatu kualitas lingkungan internal organisasi yang

dialami oleh anggotanya, mempengaruhi perilakunya, dan dapat

dideskripsikan dengan nilai-nilai karakteristik organisasi. Taguiri dan Litwin

(Soetopo, 2010:141)

d) “Organizational climate is the study of perceptions that individuals have of

various aspect of the environment in the organization” Owens (1991)

e) Iklim organisasi sekolah merupakan hasil dari perspektif subjektif terhadap

sistem formal, gaya informal kepala sekolah, dan faktor lingkungan penting

lainnya yang mempengaruhi sikap, kepercayaan, nilai dan motivasi individu

yang berada pada sekolah tersebut. Litwin dan Stringer (Gunbayi, 2007:1)

f) Iklim organisasi sekolah berpengaruh terhadap semangat kerja, kondisi

belajar, dan produktivitas sekolah, Gorton. et. all,. (2007:165) “The Climate

of a school can similarly have a major influence on morale, learning, and

productivity”. Iklim organisasi sekolah yang kondusif akan mendukung

(24)

3. Produktivitas Sekolah

a) Produktivitas dalam sebuah lembaga pendidikan merupakan suatu kegiatan

yang berkaitan dengan keseluruhan proses perencanaan, penataan dan

pendayagunaan sumber daya yang ada dalam mencapai tujuan pendidikan

secara efektif dan efisien. (Mulyasa, 2011:92)

b) Produktivitas pendidikan dapat dilihat dari output pendidikan yang berupa

prestasi, serta proses pendidikan yang berupa suasana pendidikan. Prestasi

dapat dilihat dari masukan yang merata, jumlah tamatan yang banyak, mutu

tamatan yang tinggi, relevansi yang tinggi dan dari sisi ekonomi yang berupa

peningkatan penghasilan. Sedangkan proses atau suasana tampak dalam

kegairahan belajar, dan semangat kerja yang tinggi serta kepercayaaan dari

berbagai pihak. Engkoswara dan Komariah (2010:40)

c) Produktivitas sekolah meliputi (1) The administrator Production Function

(PFI); yaitu fungsi manajerial (administrasi); (2) The Psychologist’s

Production Function (PPF); yaitu fungsi behaviorial (psikologis); dan (3)

The Economic Production Function (EPF); yaitu fungsi ekonomi (ekonomis)

( Thomas, J.Alan, 1971 : 12-23).

Dari pemaparan tersebut diatas diasumsikan oleh penulis bahwa,

kepemimpinan berbasis nilai merupakan kepemimpinan yang diharapkan mampu

mengilhami dan memberikan dorongan sehingga mampu melahirkan komitmen,

dan efektivitas kerja sehingga dapat membangun visi bersama untuk mencapai

(25)

bekerja untuk satu tujuan yang sama dan berbagi kepemimpinan sesuai dengan

kemampuan dan tuntutan tugas.

Iklim organisasi sekolah yang kondusif di bangun berdasarkan falsafah

yang di anut, keyakinan-keyakinan dasar dan nilai-nilai dominan yang menjadi

rujukan bersama warga sekolah, sehingga membentuk iklim organisasi sekolah

yang mendukung pencapaian tujuan dan produktivitas sekolah.

Produktivitas sekolah dapat meningkat jika kepemimpinan kepala sekolah

mendasarkan pada nilai-nilai, moral dan spritual, sebagai pegangan dalam

menjalankan kepemimpinannya sehingga mampu mengarahkan dan

menggerakkan seluruh sumber daya organisasi, terwujudnya iklim organisasi

yang kondusif, meningkatkan kinerja dalam upaya mencapai tujuan dan

produktivitas sekolah.

G. Struktur Organisasi Tesis

Penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab, bagian awal terdiri atas

halaman judul, halaman pengesahan, pernyataan tentang keaslian tesis dan bebas

plagiarisme, kata pengantar, ucapan terima kasih, abstrak, daftar isi, daftar tabel,

daftar gambar, dan daftar lampiran.

Bab 1 Pendahuluan

Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang penelitian, Identifikasi

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi-

asumsi, dan struktur organisasi tesis.

(26)

Dalam bab ini akan membandingkan, mengkontraskan, dan memposisikan

kedudukan masing-masing penelitian dikaitkan dengan masalah yang sedang

diteliti. Berdasarkan kajian tersebut, akan dijelaskan posisi peneliti disertai

alasan-alasannya. Telaah teoritis dimaksudkan untuk menampilkan bagaimana teori dan

hasil penelitian terdahulu mengenai kepemimpinan berbasis nilai

(value-based-leadership) kepala sekolah, iklim organisasi sekolah, produktivitas sekolah, yang

akan diterapkan pada penelitian kali ini. Penelitian terdahulu yang relefan yang

digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini. Kerangka berfikir merupakan

tahapan untuk merumuskan hipotesis dengan mengkaji hubungan teoritis antar

variabel penelitian. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah

yang dirumuskan dalam penelitian atau sub masalah yang diteliti.

Bab III Metode Penelitian

Dalam bab ini menguraikan dengan lebih rinci mengenai metode

penelitian yang akan dipergunakan dalam penelitian ini, lokasi penelitian,

populasi dan sampel penelitian, definisi operasioanal variabel yang terlibat dalam

penelitian ini, proses pengembangan instrument, teknik pengumpulan data, dan

Teknik analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Pada dasarnya Bab IV memuat pengolahan dan analisis data untuk

menghasilkan temuan dan pembahasan atau analisis temuan. Pengolahan data

berdasarkan prosedur penelitian dan pembahasan atau analisis temuan.

(27)

Bab V Kesimpulan Dan Saran

Dalam bab ini akan disajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap

hasil analisis temuan penelitian mengenai kontribusi kepemimpinan Berbasis

Nilai (Value-Based-Leadership) kepala sekolah dan Iklim Organisasi Sekolah

terhadap Produktivitas sekolah.

Kesimpulan dan saran yang disajikan, akan ditunjukkan kepada para

pembuat kebijakan di instansi yang berkaitan, kepala sekolah, guru dan lain

sebagainya yang berlaku sebagai pengguna hasil penelitian, serta yang berminat

(28)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

1. Populasi

“Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seorang peneliti

ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka

penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga

disebut studi populasi “(Arikunto. S, 2010:173). Selanjutnya Sugiyono

(2009:117) memberikan penjelasan bahwa: populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Akdon dan Hadi (2004:96) menjelaskan bahwa: Populasi

merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi

syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.

Dari pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa populasi dalam penelitian

meliputi segala sesuatu yang akan dijadikan subjek atau objek penelitian yang

dikehendaki peneliti. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan

benda-benda alam yang lain, populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada

objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluh karakteristik/sifat yang dimiliki

oleh subjek atau obyek itu.

Dalam penelitian ini, yang akan dijadikan populasi adalah Guru pada SMP

Negeri yang ada di kabupaten Halmahera Timur dari 31 sekolah dengan jumlah

(29)

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, (Arikunto,S,

2010:174). Sugiono, (2009:118) mengatakan bahwa: sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Akdon dan hadi

(2004:98) menjelaskan bahwa:” sampel adalah bagian dari populasi yang

mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin memperlajari

semua yang ada pada pupulasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan

waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.

Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulan akan dapat diberlakukan untuk

populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul

representatif atau mewakili (Sugiyono, 2009:118).

Arikunto (2010:176) menjelaskan bahwa pengambilan sampel harus

dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sample (contoh) yang benar-benar

dapat berfungsi sebagai contoh, atau dapat menggambarkan keadaan populasi

yang sebenarnya. Dengan kata lain, sampel harus representative. Untuk sekedar

ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik di ambil semua,

sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah

subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Halmahera Timur, oleh karena

itu yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua guru pada SMP

(30)

penelitian ini peneliti menetapkan sampel sebesar 15% dari jumlah populasi

sehingga jumlah responden adalah sebagai berikut:

Populasi X 15% = 388 X 15% = 58, 2 ≈ 58 responden

Sampel di ambil secara acak atau menggunakan teknik simple random

sampling dengan membagi jumlah responden ke dalam 30 Sekolah, 58:30 =

1,93 responden dibulatkan menjadi dua responden tiap sekolah. Jadi sampel yang

diambil berdasarkan perhitungan tersebut tiap sekolah mendapat dua buah angket

untuk dua orang guru. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari responden yang

tidak mengembalikan pengisian angket.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitaif, dengan

menggunakan metode studi deskriptif, yaitu metode yang diarahkan untuk

memecahkan masalah dengan cara memaparkan atau menggambarkan apa adanya

hasil penelitian. Hal ini didasarkan pendapat, Bungin, (2010:36) bahwa penelitian

kuantitatif dengan format deskriptif bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan

berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul yang

menjadi objek penelitian berdasarkan apa yang terjadi. Analisis deskriptif

dimaksudkan juga untuk memberikan informasi mengenai data yang diamati agar

bermakna dan komunikatif, (Purwanto dan Sulistyastuti, 2011:109)

Penelitian ini termasuk penelitian survey. Menurut Kerlinger dalam Akdon

dan Hadi ( 2004:91) penelitian survei merupakan penelitian yang dilakukan pada

(31)

tersebut, sehingga menemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan hubungan

antar variabel sosiologis maupun psikologis. Sedangkan menurut, Sugiono

(2009:12) Metode survey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu

yang alamiah dan melakukan pengumpulan data dengan mengedarkan kuesioner

atau angket.

C. Definisi Operasional Variabel

Pengembangan instrumen di tempuh melalui beberapa cara, yaitu (a)

mendefinisikan operasional variabel penelitian, (b) menyusun indikator variabel

penelitian; (c) menyusun kisi-kisi instrumen; (d) melakukan uji coba instrumen;

dan melakukan pengujian validitas dan reliabilitas instrumen;

Dalam penelitian ini, variabel penelitian terdiri dari dua variabel yaitu,

variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable).

(X1) Kepemimpinan berbasis nilai value-based-leadership Kepala Sekolah

sebagai variabel bebas, (X2) Iklim Organisasi Sekolah sebagai variabel bebas dan

(Y) Produktivitas sekolah sebagai variabel terikat. Secara rinci variabel-variabel

tersebut akan dijelaskan menggunakan definisi operasional. Purwanto dan

Sulistyastuti (2011:18) mengemukakan bahwa; “definisi operasional merupakan

jembatan yang menghubungkan conceptual-theoretical level dengan

empirical-observation level” .

Definisi operasional ini dimaksudkan untuk memberikan rujukan-rujukan

empiris apa saja yang dapat ditemukan dilapangan untuk menggambarkan secara

(32)

Agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi mengenai masalah yang akan

diteliti, serta dapat menjadi arah bagi peneliti, maka diperlukan penjelasan

mengenai pengertian dan makna istilah yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu

sebagai berikut:

1. Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-Based Leadership) Kepala Sekolah (X1)

Kepemimpinan berbasis nilai yaitu kepemimpinan yang mencerminkan dasar

moral yang mendasari keputusan pengelolaan dan tindakannya McCuddy (2008).

Kepemimpinan berbasis nilai menetapkan fungsi hubungan dengan meletakkan

nilai-nilai dalam praktek dan fungsi pemimpin untuk membawa nilai-nilai ke

dalam hubungan tersebut. (Viinamaki, 2009:2). Kepemimpinan berbasis nilai

(Value-Based Leadership) kepala sekolah, merupakan kepemimpinan yang

mendasarkan pada nilai-nilai yang menjadi dasar dalam pelaksanaan

kepemimpinannya, setiap kepala sekolah harus memiliki nilai dasar (coor values)

dalam melaksanakan kepemimpinanya. Core values yang akan menjadi bekal bagi

kepala sekolah yaitu, memegang teguh amanah, jujur, dapat dipercaya, dan

tauladan, yang dapat dimunculkan dalam bentuk instrumental values menjadi

kepemimpinan yang mengedepankan Transparansi, akuntabilitas, profesional dan

komunikatif.

a. Nilai perseorangan (Personal values)

Nilai individual atau personal values adalah nilai yang bersifat personal

terjadi dan terkait secara pribadi atas dasar dorongan-dorongan yang lahir secara

psikologis dalam diri seseorang, lebih lanjut di jelaskan Mulyana (2011: 21 )

(33)

juga merupakan tuntutan yang terinternalisasi (menyatunya nilai dalam diri

seseorang, yang merupakan penyesuaian keyakinan, nilai, sikap, praktik dan

aturan yang berlaku pada diri seseroang) dalam perilaku.

Dari pengertian tersebut dapat di pahami bahwa Nilai individual atau

personal values berperan sebagai standar yang mengarahkan tingka laku,

membimbing individu untuk memasuki suatu situasi dan bagaimana seorang

pemimpin bertingkah laku dalam situasi tersebut. Nilai menjadi kriteria yang

dipegang oleh pemimpin dalam memilih dan memutuskan sesuatu, memberi arah

dan sikap, keyakinan seseorang, serta memberi pedoman untuk memilih tingkah

laku yang diinginkan.

Adapun dalam penelitian ini yang dimaksud dengan personal values adalah

sebagai nilai-nilai dasar yang menjadi pegangan kepala sekolah dalam

menjalankan kepemimpinannya, seperti; kejujuran, keadilan, keteladanan

,kepercayaan, sikap tulus, keikhlasan, disiplin dan keteguhan

b. Komitmen

Komitmen adalah keyakinan yang mengikat (aqad) sedemikian kukuhnya

sehingga membelenggu seluruh hati nuraninya dan kemudian menggerakkan

perilaku menuju arah yang diyakininya (i’tiqad). Tasmara. T (2006: 62)

sedangkan, Steers ( Indayani, 2008:12) mengemukakan bahwa komitmen

merupakan proses yang terjadi dalam diri individu yang mengidentifikasikan

dirinya dengan nilai-nilai, aturan-aturan, dan tujuan organisasi. Komitmen

meliputi unsur loyalitas terhadap organisasi, keterlibatan dalam pekerjaan, dan

(34)

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan komitmen adalah daya

penerimaan kepala sekolah terhadap nilai-nilai organisasi , loyalitas dan tingkat

keterlibatan seseorang terhadap pekerjaan.

c. Efektivitas

Effectiveness is the extent to which operative goals can be attiained” .

efektivitas adalah tingkat pencapaian tujuan, Steers., Unson dan Mowday

(Wahyudi, 2012: 88). Efektivitas berkaitan erat dengan perbandingan antara

tingkat pencapaian tujuan dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, atau

perbandingan hasil nyata dengan hasil yang direncanakan, (Mulyasa 2011: 82)

Adapun dalam penelitian ini yang dimaksud dengan efektivitas dalam

penelitian ini yaitu internalisasi nilai-nilai dalam implementasi kinerja

kepemimpinan kepala sekolah dan anggota organisasi dalam melaksanakan

seluruh tugas pokoknya berkaitan dengan adaptabilitas dan kepuasan kerja.

2. Iklim Organisasi Sekolah (X2)

Heynes (Gorton et. al, 2007:163) mengemukakan bahwa: “school climate is

the sum total of, and dynamic interactions among, the psychosocial, academic,

and physical dimensions of the school’s environment. “ iklim sekolah merupakan

akumulasi total dan interaksi yang dinamis antara dimensi psikososial, akademik

dan fisik lingkungan sekolah. Iklim Organisasi sekolah merupakan suasana yang

secara fisik maupun psikologis di alami dan diraskan oleh seluruh warga sekolah

dalam interaksi keseharian dalam organisasi, sebagaimana dikemukakan Hoy dan

Miskel (2008:198) ;

“Organizational climate influences members’ behaviors and attitudes,...,

(35)

general work environment of the school; the formal organization, informal organization personalities of participants, and organizational leadership

influenc it,”

Iklim organisasi sekolah merujuk kepada hati dan jiwa dari sebuah sekolah,

psikologis dan atribut institusi yang menjadikan sekolah memiliki kepribadian

yang relatif bertahan dan dialami seluruh anggota, yang menjelaskan perspektif

kolektif dari perilaku rutin dan akan mempengaruhi sikap dan perilaku di sekolah.

Litwin dan Stringer (Gunbayi, 2007) menjelaskan bahwa Iklim organisasi

sekolah merupakan hasil dari perspektif subjektif terhadap sistem formal, gaya

informal kepala sekolah, dan faktor lingkungan penting lainnya yang

mempengaruhi sikap, kepercayaan, nilai dan motivasi individu yang berada pada

sekolah tersebut. Dari pengertian tersebut iklim organisasi sekolah mengerucut

pada tiga pengertian; Pertama iklim sekolah sebagai kepribadian suatu sekolah

yang membedakan dengan sekolah lainnya. Kedua iklim sekolah sebagai suasana

di tempat kerja (Kondisi lingkungan pekerjaan), mencakup berbagai norma yang

kompleks, nilai, harapan, kebijakan dan prosedur yang mempengaruhi pola

perilaku individu dan kelompok. Ketiga iklim sekolah sebagai persepsi individu

terhadap kegiatan (Kondisi lingkungan fisik pekerjaan), berkaitan dengan praktik,

dan prosedur serta persepsi tentang perilaku yang dihargai, didukung dan

diharapkan dalam suatu organisasi

Adapun dalam penelitian ini yang dimaksudkan dengan Iklim Organisasi

sekolah adalah karakteristik yang berkaitan dengan kondisi lingkungan fisik

(36)

a. Kondisi lingkungan fisik pekerjaan, yaitu persepsi individu terhadap kegiatan

praktik, dan prosedur serta persepsi tentang perilaku yang dihargai, didukung

dan diharapkan dalam suatu organisasi, seperti; Memberikan kesejahteraan

sesuai dengan aturan sekolah, Memberikan penghargaan terhadap tugas,

terpenuhinya sarana dan prasarana sesuai dengan program sekolah

b. Kondisi lingkungan pekerjaan, yaitu suasana di tempat kerja mencakup

berbagai norma yang kompleks, nilai, harapan, kebijakan dan prosedur yang

mempengaruhi pola perilaku individu dan kelompok, seperti; perlunya

dukungan pemimpin terhadap guru dalam menjalankan tugas, merancang dan

mendesain pekerjaan sesuai dengan tujuan dan fungsinya, adanya

pengawasan dan disiplin kerja melalui peraturan sekolah, dibangunnya

komunikasi dan interaksi dengan teman sejawat, orang tua siswa, kepala

sekolah, dan lingkungan masyarakat, menetapkan program sekolah sesuai

dengan sifat dan bagimana cara menetapkan tujuan, kebijakan personil,

kompensasi, dan penetapan kebijakan pengelolaan sekolah bersama-sama

dengan komite sekolah

3. Produktivitas Sekolah (Y)

Dale Timpe (2002:107) mengemukakan bahwa produktivitas adalah rasio

antara keluaran output dan masukan input yang bernilai untuk meningkatkan

efisiensi dan efektifitas sumber-sumber daya yang tersedia, agar mencapai

keluaran yang sangat bernilai. Mulyasa, (2011:92) mendefinisikan produktivitas

sekolah merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan keseluruhan proses

(37)

tujuan secara efektif dan efisien. Efektivitas dalam pendidikan menurut Wibowo

(Wahyudi, 2011;84) dapat dilihat dari kualitas program, ketepatan penyusunan

program, semangat kerja, motivasi, ketercapaian tujuan, serta ketepatan

pendayagunaan sarana dan prasarana sumber belajar untuk meningkatkan kualitas

pendidikan di sekolah. Sedangkan efisiensi pendidikan berkaitan dengan

optimalisasi pendayagunaan sumber pendidikan yang terbatas untuk mencapai

output yang optimal.

Engkoswara dan Komariah, ( 2010:40) mendefinisikan produktivitas sekolah

dapat dilihat dari output pendidikan yang berupa prestasi, serta proses pendidikan

yang berupa suasana pendidikan. Proses atau suasana tampak dalam kegairahan

belajar, dan semangat kerja yang tinggi serta kepercayaaan dari berbagai pihak.

Adapun dalam penelitian ini yang dimaksudkan dengan Produktivitas

sekolah adalah yang berkaitan dengan proses atau suasana pendidikan yang

meliputi; kegairahan belajar, kualitas program, ketepatan penyusunan program,

semangat kerja, motivasi, ketercapaian tujuan, semangat kerja yang tinggi,

ketepatan pendayagunaan sarana dan prasarana sumber belajar untuk

meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah,.

D. Instrumen penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat

ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen

penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur

(38)

penelitian dalam bidang pendidikan sering disusun sendiri, termasuk menguji

validitas dan reliabilitasnya. Instrumen dalam penelitian ini ada tiga, yaitu

instrumen untuk mengukur Kepemimpinan berbasis nilai values based leadership

kepala sekolah (X1), Iklim organisasi Sekolah (X2) dan Produktivitas sekolah

(Y). (Kisi-kisi Instrumen variabel penelitian lebih jelas dapat dilihat pada

lampiran)

E. Uji Instrumen Penelitian

Sebelum kegiatan pengumpulan data yang sebenarnya dilakukan, Instrumen

penelitian terlebih dahulu di uji cobakan terhadap responden yang memiliki

karakteristik sama dengan responden yang telah ditetapkan. Uji coba

dimaksudkan untuk mengetahui tingkat validitas dan tingkat reliabilitas

instrument.

1. Uji Validitas

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuka mendapatkan

data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang hendak di ukur (Sugiyono, 2009:173). Validitas instrumen

dalam penelitian ini diawali dengan validitas konstrak (construct validity). Dan

validitas isi (content validity) untuk menguji validitas konstark dan validitas isi,

dapat digunakan pendapat dari ahli (judment experts). Dalam hal ini setelah

instrumen dikonstruksi tentang isi dan aspek-aspek yang akan diukur dengan

berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan para ahli.

(39)

para ahli akan memberi keputusan: instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan,

ada perbaikan, dan mungkin dirombak total. Jumlah tenaga ahli yang digunakan

minimal tiga orang dan umumnya mereka yang telah bergelar doktor sesuai

dengan lingkup yang diteliti (Sugiyono, 2009:177)

Setelah pengujian validitas konstrak dan validitas isi dari ahli dan berdasarkan

pengalalman selesai, maka diteruskan dengan uji validitas empirik

(empirical-validity) di lapangan, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen

dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total, dengan

menggunakan rumus Pearson Product Moment

Ha: Instrumen soal valid

Ho: Instrumen soal tidak valid

α = 0,5 atau 15%

Ha diterima bila ( ) > ( )

a. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel (X1)

Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-Based Leadership) Kepala Sekolah

Tabel 3.1

Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel (X1) N=30

No. Item

Koefisien Korelasi

Keputusan

1 0,422 2,465 1,697 Valid

2 0,313 1,744 1,697 Valid

3 0,362 2,052 1,697 Valid

4 0,433 2,543 1,697 Valid

5 0,351 1,983 1,697 Valid

= ∑ − ∑ . (∑ )

{ .∑ 2)2 . { . 2 ( )2}

[image:39.595.110.495.274.566.2]
(40)

Berdasarkan tabel data diatas, dapat diperoleh informasi bahwa dari 50 item

pertanyaan variabel Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-Based Leadership)

6 0,325 1,816 1,697 Valid

7 0,437 2,571 1,697 Valid

8 0,379 2,169 1,697 Valid

9 0,499 3,051 1,697 Valid

10 0,341 1,920 1,697 Valid

11 0,313 1,745 1,697 Valid

12 0,322 1,797 1,697 Valid

13 0,397 2,290 1,697 Valid

14 0,397 2,288 1,697 Valid

15 0,364 2,067 1,697 Valid

16 0,502 3,073 1,697 Valid

17 0,401 2,319 1,697 Valid

18 0,391 2,249 1,697 Valid

19 0,503 3,081 1,697 Valid

20 0,357 2,024 1,697 Valid

21 0,530 3,305 1,697 Valid

22 0,362 2,058 1,697 Valid

23 0,574 3,711 1,697 Valid

24 0,337 1,892 1,697 Valid

25 0,440 2,591 1,697 Valid

26 0,502 3,067 1,697 Valid

27 0,491 2,981 1,697 Valid

28 0,345 1,946 1,697 Valid

29 0,330 1,852 1,697 Valid

30 0,322 1,798 1,697 Valid

31 0,480 2,898 1,697 Valid

32 0,495 3,015 1,697 Valid

33 0,380 2,176 1,697 Valid

34 0,505 3,092 1,697 Valid

35 0,623 4,214 1,697 Valid

36 0,367 2,089 1,697 Valid

37 0,664 4,705 1,697 Valid

38 0,603 4,000 1,697 Valid

39 0,382 2,190 1,697 Valid

40 0,700 5,184 1,697 Valid

41 0,364 2,070 1,697 Valid

42 0,419 2,440 1,697 Valid

43 0,473 2,842 1,697 Valid

44 0,535 3,350 1,697 Valid

45 0,620 4,182 1,697 Valid

46 0,335 1,883 1,697 Valid

47 0,082 0,437 1,697 Gugur

48 0,375 2,140 1,697 Valid

49 0,524 3,256 1,697 Valid

(41)

Kepala Sekolah (X1) terdapat satu Item yang tidak valid yaitu pada Item soal no

47,, setelah dikonsultasikan dengan pembimbing dan di perbaiki selanjutnya dapat

digunakan sebagai instrumen dalam penelitian. (Perhitungan selengkapnya lihat

pada lampiran tabel. 3.1)

[image:41.595.113.469.241.677.2]

b. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Iklim Organisasi Sekolah (X2)

Tabel 3.2

Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel (X2) N=30 No. Item Koefisien Korelasi Keputusan

1 0,353 1,994 1,697 Valid

2 0,373 2,128 1,697 Valid

3 0,559 3,568 1,697 Valid

4 0,432 2,538 1,697 Valid

5 0,375 2,141 1,697 Valid

6 0,470 2,816 1,697 Valid

7 0,514 3,174 1,697 Valid

8 0,314 1,753 1,697 Valid

9 0,391 2,249 1,697 Valid

10 0,317 1,766 1,697 Valid

11 0,355 2,007 1,697 Valid

12 0,353 1,996 1,697 Valid

13 0,338 1,900 1,697 Valid

14 0,402 2,323 1,697 Valid

15 0,331 1,855 1,697 Valid

16 0,337 1,896 1,697 Valid

17 0,570 3,672 1,697 Valid

18 0,595 3,913 1,697 Valid

19 0,474 2,846 1,697 Valid

20 0,407 2,360 1,697 Valid

21 0,444 2,622 1,697 Valid

22 0,395 2,272 1,697 Valid

23 0,680 4,909 1,697 Valid

24 0,398 2,296 1,697 Valid

25 -0,017 -0,089 1,697 Gugur

26 0,531 3,312 1,697 Valid

27 0,472 2,830 1,697 Valid

28 0,391 2,250 1,697 Valid

29 0,505 3,096 1,697 Valid

30 0,393 2,265 1,697 Valid

Berdasarkan tabel data diatas dapat diperoleh informasi bahwa, dari 30

(42)

tidak valid, yaitu pada item soal no 25, setelah dikonsultasikan dengan

pembimbing dan di perbaiki selanjutnya dapat digunakan sebagai instrumen

dalam penelitian. (Perhitungan selengkapnya lihat pada lampiran tabel 3.2)

[image:42.595.115.463.229.661.2]

c. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Produktivitas Sekola( Y )

Tabel 3.3

Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel (Y) N=30 No. Item Koefisien Korelasi Keputusan

1 0,382 2,187 1,697 Valid 2 0,315 1,759 1,697 Valid 3 0,513 3,162 1,697 Valid 4 0,561 3,582 1,697 Valid 5 0,536 3,363 1,697 Valid 6 0,419 2,438 1,697 Valid 7 0,668 4,748 1,697 Valid 8 0,386 2,216 1,697 Valid 9 0,359 2,035 1,697 Valid 10 0,603 3,999 1,697 Valid 11 0,305 1,699 1,697 Valid 12 0,618 4,156 1,697 Valid 13 0,441 2,598 1,697 Valid 14 0,471 2,824 1,697 Valid 15 0,418 2,436 1,697 Valid 16 0,365 2,074 1,697 Valid 17 0,342 1,929 1,697 Valid 18 0,456 2,713 1,697 Valid 19 0,376 2,148 1,697 Valid 20 0,474 2,847 1,697 Valid 21 0,619 4,173 1,697 Valid 22 0,546 3,446 1,697 Valid 23 0,410 2,378 1,697 Valid 24 0,732 5,688 1,697 Valid 25 0,588 3,845 1,697 Valid 26 0,460 2,744 1,697 Valid 27 0,427 2,499 1,697 Valid

Dengan nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel sebesar 1,697 maka dapat

(43)

Sekolah (Y) seluruhnya dinyatakan valid dan dapat digunakan dalam penelitian.

(Perhitungan selengkapnya lihat pada lampiran tabel 3.3)

2. Uji Reliabilitas

Instrumen yang valid dan reliabel berarti instrumen yang bila digunakan

beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang

sama (Sugiyono: 2009:173)

Untuk menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian, digunakan Teknik

belah Dua (Split half) yang dianalisis dengan rumus Spearman Brown. Untuk

keperluan itu, maka butir-butir instrumen dibelah menjadi dua kelompok yaitu

kelompok instrumen nomor ganjil dan kelompok instrumen genap. Selanjutnya

skor total antara kelompok ganjil dan kelompok genap dicari korelasinya dengan

menggunakan rumus pearson product moment.

Kemudian hasil korelasi tersebut dimasukkan dalam rumus Spearman Brown

(Sugiyono, 2009:185)

Riduwan dan Sunarto (2007:348) mengatakan:

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah dianggap baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Reliabilitas artinya dapat dipercaya juga dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas dapat dilakukan secara eksternal (stability/test retest, equivalent atau penggabungan keduanya) dan secara internal (analisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen).

= ∑ − ∑ . (∑ )

{ .∑ 2()2 . { . 2 ( )2}

− 2.

1 +

= ∑ − ∑ . (∑ )

(44)

Dalam analisis ini apabila item dikatakan valid pasti reliabel, (Riduwan dan

Sunarto, 2007:353)

[image:44.595.120.480.208.576.2]

a. Hasil Uji Reliabilitas Variabel (X1)

Tabel 3.4

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel (X1)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Part 1

Value .756

N of Items 25a

Part 2

Value .837

N of Items 25b

Total N of Items 50 Correlation Between Forms .412

Spearman-Brown Coefficient Equal Length .584 Unequal Length .584 Guttman Split-Half Coefficient .572

a. The items are: item1, item2, item3, item4, item5, item6, item7, item8, item9,

item10, item11, item12, item13, item14, item15, item16, item17, item18,

item19, item20, item21, item22, item23, item24, item25.

b. The items are: item26, item27, item28, item29, item30, item31, item32,

item33, item34, item35, item36, item37, item38, item39, item40, item41,

item42, item43, item44, item45, item46, item47, item48, item49, item50

Dari data tabel 34 diperoleh informasi koefisien korelasi Spearman-Brown

(Equal Length) = 0.584 atau koefisien korelasi > 0.3, maka instrumen ini memiliki

tingkat reliabilitas yang memadai.

(45)

Dari Tabel 3.5 diperoleh informasi koefisien korelasi Spearman-Brown

(Equal Length) = 0.803 atau koefisien korelasi > 0.3, maka instrumen ini memiliki

[image:45.595.128.510.208.596.2]

tingkat reliabilitas yang memadai.

Tabel 3.5

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel (X2)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Part 1

Value .666

N of Items 15a

Part 2

Value .785

N of Items 15b

Total N of Items 30 Correlation Between Forms .671

Spearman-Brown Coefficient Equal Length .803 Unequal Length .803 Guttman Split-Half Coefficient .776

a. The items are:

Gambar

Tabel
Gambar  2.1 2.2
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel (X
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel  (X
+6

Referensi

Dokumen terkait

Ku kituna ieu panalungtikan anu dibéré judul “Kasenian Angklung Buncis di Kacamatan Cigugur Kabupatén Kuningan pikeun Bahan Pangajaran Maca Bahasan di SMA Kelas XII (Tilikan

Sudah banyak penelitan yang telah dilakukan dengan menggunakan bahan- bahan alami yang terdapat di alam dengan komposit resin poliester tak jenuh, untuk memperbaiki sifat

Di mana dalam analisis ini dibahas lima dimensi penentu kualitas jasa yang mempengaruhi konsumen yang terdiri dari analisa keandalan, keresponsifan, keyakinan, empati, dan

Hasil Regresi Linier Berganda Variabel Bebas Terhadap Pendapatan Petani Kopi Arabika.. Variables

Bila rasio keuangan perusahaan dibandingkan dengan rasio industri maka akan dapat diketahui bawa tingkat likuiditas dan solvabilitas pada rasio industri lebih baik dari pada

Pemberian no klasifikasi pada punggung buku yang diberikan oleh pustakawan Pada Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Aceh Tengah.. Penyusunan buku di rak pada Kantor

Green tea polyphenols and cancer chemoprevention: multiple mechanisms and endpoints for phase II trials.Nutrition Review.. Anti-diabetic activity of green

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Tindakan Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Onan Hasang kecamatan Pahae Julu Kabupaten