SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun oleh: Tri Wulandari
11416241045
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL
iv
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Tri Wulandari
NIM : 11416241045
Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas : Ilmu Sosial
Judul Skripsi : Pengembangan Media Cetak Kirigami Pop Up Materi Perkembangan Kebudayaan Pengaruh Islam di Indonesia
pada Mata Pelajaran IPS SMP Kelas VII
Dengan ini peneliti menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya sendiri. Sepanjang pengetahuan peneliti, tidak terdapat karya maupun pendapat
yang ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang berlaku.
Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli peneliti siap ditunda yudisium pada periode berikutnya.
Yogyakarta, 12 November 2015 Yang Menyatakan,
v
MOTTO
Tidak ada kemudahan kecuali apa yang Engkau jadikan mudah. sedang yang sulit bisa Engkau jadikan mudah,
apabila Engkau menghendakinya menjadi mudah. (Peneliti)
Pengalaman adalah tempat belajar segala kebutuhan hidup. Sedangkan sejarah adalah tempat belajar keinginan dari kehidupan.
vi
skripsi ini
Kedua kakakku Yuni Nuryanti dan Reni Anggraeni yang selalu memberikan
dukungan untuk selalu terus berusaha
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri
vii
Oleh: Tri Wulandari
11416241045 ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengembangkan Media Cetak Kirigami Pop Up materi Perkembangan Kebudayaan Pengaruh Islam di Indonesia untuk mata pelajaran IPS SMP kelas VII; dan 2) mengetahui kelayakan Media Cetak
Kirigami Pop Up berdasarkan penilaian ahli materi, ahli media, guru IPS dan tanggapan peserta didik.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan atau
Research and Development (RnD) dan mengacu model pengembangan dari Sugiyono. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas VII SMP Negeri 3 Berbah. Instrumen pengumpulan data berupa lembar penilaian validator serta lembar angket untuk uji penggunaan peserta didik dan guru IPS. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) mengembangkan Media Cetak
Kirigami Pop Up dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu: a) mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD); b) merumuskan materi Perkembangan Kebudayaan Pengaruh Islam di Indonesia yang akan dibuat; c) merumuskan strategi dan cara pembuatan yang terdiri dari mengumpulkan gambar, menentukan poin materi, membuat brief, mendesainmenggunakan Adobe Ilustrator CS 5, mencetak menggunakan kertas ivory 320 gram, menempel
background, memotong dan merangkai konstruksi pop up, menjilid hardcover; d) membuat brief; e) pemilihan gambar; f) menentukan poin-poin materi; g) merancang dan menyelesaikan media, h) validasi dan revisi desain; i) uji penggunaan media oleh guru dan peserta didik; dan j) melakukan penyempurnaan produk; dan 2) Media Cetak Kirigami Pop Up dinyatakan layak digunakan sebagai media pembelajaran IPS dengan kategori Sangat Baik.
viii
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengembangan Media Cetak Kirigami Pop Up Materi Perkembangan
Kebudayaan Pengaruh Islam di Indonesia pada Mata Pelajaran IPS SMP Kelas
VII ”. Skripsi ini merupakan sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan.
Peneliti menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari
peran berbagai pihak yang telah membantu. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag., Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang telah memberikan izin penelitian.
2. Bapak Drs. Sugiharyanto, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan IPS yang telah memberikan izin penelitian.
3. Ibu Dr. Taat Wulandari, M.Pd. sebagai dosen pembimbing I dan Ibu Anik
Widiastuti, M.Pd sebagai dosen pembimbing II yang telah membimbing, mengarahkan serta memberi saran kepada peneliti sehingga peneliti mampu
menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Supardi, M.Pd. sebagai narasumber yang telah memberikan arahan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
ix
7. Ibu Sri Handayani, S.Pd, Kepala SMP N 3 Berbah yang telah memberikan izin
kepada peneliti untuk melakukan penelitian.
8. Bapak Iswanto, S.Pd, guru mata pelajaran IPS yang telah berkenan membantu peneliti dalam pelaksanaan penelitian.
9. Peserta didik kelas VII A SMP Negeri 3 Berbah yang membantu jalannya penelitian.
10.Keluarga yang telah memberikan dorongan dan semangat dalam penulisan skripsi ini.
11.Erma Yuli, Indri Hermaini, Cindy Tiffani, Pawestri Hasanah, Ulya Nelawati,
Ika Maulani Hamah, dan Titis Pratiwi yang telah memberikan semangat, saran, dan bantuan dalam penulisan skripsi ini.
12.Sahabat-sahabat Pendidikan IPS A 2011 dan teman-teman Pendidikan IPS lainnya yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
13.Serta pihak lain yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
Peneliti berharap agar bantuan yang diberikan dapat menjadi amal baik. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi peneliti maupun pembaca.
Yogyakarta, 12 November 2015 Peneliti
x
a. Pengertian Media Pembelajaran ... 10
b. Ciri–ciri Media Pembelajaran ... 11
c. Jenis–jenis Media Pembelajaran ... 13
d. Fungsi Media dalam Pembelajaran ... 18
e. Manfaat Media Pembelajaran ... 22
f. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran ... 24
2. Media Cetak Kirigami Pop Up ... 28
a. Pengertian Media Cetak Kirigami Pop Up ... 28
b. Jenis-jenis Kigami ... 30
c. Ciri-ciri Media Cetak Kirigami Pop Up... 32
d. Kelebihan dan Kekurangan Media Cetak Kirigami Pop Up ... 33
3. Pengembangan Media Cetak Kirigami Pop Up... 36
4. Ilmu Pengetahuan Sosial... 38
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial ... 38
b. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial ... 39
xi
1. Desain Validasi dan Uji Penggunaan Media ... 51
2. Validator dan Subjek Uji Coba ... 52
3. Waktu Uji Coba ... 52
D. Jenis Data ... 53
E. Instrumen Pengumpulan Data ... 53
1. Bentuk Instrumen... 53
2. Pengumpulan Data ... 58
F. Teknik Analisis Data ... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 62
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 62
2. Hasil Pengembangan Produk ... 63
3. Deskripsi Data Hasil Validasi Ahli... 71
4. Deskripsi Data Hasil Validasi Guru IPS ... 78
5. Deskripsi Data Hasil Uji Coba Penggunaan Media oleh Peserta Didik 80 B. Pembahasan ... 82
1. Pembahasan Hasil Validasi Ahli ... 83
2. Pembahasan Hasil Validasi Guru Mata Pelajaran IPS ... 87
3. Pembahasan Hasil Uji Coba Penggunaan terhadap Peserta Didik ... 88
C. Revisi Produk ... 91
D. Kajian Produk Akhir ... 96
E. Keterbatasan Penelitian ... 97
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 98
B. Saran ... 100
DAFTAR PUSTAKA ... 101
xii
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen untuk Guru IPS... 57
Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen untuk Peserta Didik ... 58
Tabel 5. Pedoman Penilaian Skor ... 59
Tabel 6. Klasifikasi Penilaian Total ... 60
Tabel 7. Data Hasil Validasi Ahli Materi Tahap Pertama ... 72
Tabel 8. Data Hasil Validasi Ahli Materi Tahap Kedua ... 73
Tabel 9. Data Hasil Validasi Ahli Media Tahap Pertama ... 75
Tabel 10. Data Hasil Validasi Ahli Media Tahap Kedua... 77
Tabel 11. Data Hasil Validasi Guru ... 79
Tabel 12. Hasil Uji Coba Terbatas oleh Peserta Didik ... 80
Tabel 13. Hasil Uji Coba Pemakaian oleh Peserta Didik... 81
Tabel 14. Konversi Skor Validasi untuk Ahli Materi ... 84
Tabel 15. Konversi Skor Validasi untuk Ahli Media ... 86
Tabel 16. Konversi Skor Hasil Validasi Media oleh Guru ... 88
Tabel 17. Konversi Skor Uji Penggunaan Media oleh Peserta didik ... 89
Tabel 18. Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif untuk Ahli Materi... 147
Tabel 19. Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif untuk Ahli Media ... 148
Tabel 20. Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif untuk Guru IPS ... 149
xiii Gambar 4. Tampilan Judul Asal Pembawa Islam di Indonesia Sebelum
dan Sesudah Direvisi ... 92 Gambar 5. Tampilan Materi Penyebaran Islam di Indonesia Sebelum
dan Sesudah Direvisi ... 93 Gambar 6. Tampilan Poin Materi Kesenian Sebelum dan Sesudah Direvisi . 93 Gambar 7. Tampilan Icon Asal Pembawa Islam di Indonesia Sebelum
dan Sesudah Direvisi ... 94 Gambar 8. Tampilan Peta Penyebaran Islam di Indonesia Sebelum
dan Sesudah Direvisi ... 94 Gambar 9. Tampilan Warna Background Peninggalan Sejarah
Kebudayaan Islam di Indonesia Sebelum dan Sesudah Direvisi. 95 Gambar 10. Tampilan Gambar Perkembangan Kebudayaan Islam di
Indonesia Sebelum dan Sesudah Direvisi... 95 Gambar 11. Tampilan Penambahan Soal Sebelum dan Sesudah Direvisi ... 96 Gambar 12. Dokumentasi Guru Membuka Pembelajaran ... 165 Gambar 13. Dokumentasi Guru Memperkenalkan Media Cetak
Kirigami Pop Up ...165 Gambar 14. Dokumentasi Peserta Didik Sedang Menggunakan Media
Cetak Kirigami Pop Up ... 165 Gambar 15. Dokumentasi Peserta Didik Sedang Menggunakan Media
Cetak Kirigami Pop Up ... 165 Gambar 16. Dokumentasi Suasana Kelas Saat Penggunaan Media
Cetak Kirigami Pop Up ... 165 Gambar 17. Dokumentasi Peserta Didik Mengisi Lembar Angket/
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 105
Lampiran 2. Materi IPS ... 109
Lampiran 3. Lembar Judgement ... 122
Lampiran 4. Validasi Ahli Materi ... 126
Lampiran 5. Validasi Ahli Media... 132
Lampiran 6. Validasi Guru IPS ... 138
Lampiran 7. Angket Peserta Didik ... 141
Lampiran 8. Konversi Skor Penilaian Ahli Materi ... 147
Lampiran 9. Konversi Skor Penilaian Ahli Media ... 148
Lampiran 10. Konversi Skor Penilaian Guru IPS ... 149
Lampiran 11. Konversi Skor Angket Peserta Didik... 150
Lampiran 12. Surat Ijin Penelitian ... 151
Lampiran 13. Brief ... 154
Lampiran 14. Media Cetak Kirigami Pop Up ... 161
1
Pembelajaran di sekolah sangat dipengaruhi oleh beberapa komponen
untuk menunjang keberhasilannya. Komponen-komponen pembelajaran dalam sekolah antara lain: guru, peserta didik, kurikulum, perangkat pembelajaran, media pembelajaran, metode pengajaran dan gedung tempat
pembelajaran. Komponen-komponen tersebut harus saling diorganisasi dengan baik untuk menciptakan pembelajaran yang optimal.
Salah satu komponen penting dalam pembelajaran adalah guru. Kualitas guru berkaitan dengan berhasil tidaknya tujuan pembelajaran. Guru yang berkualitas diantaranya mengetahui dan mengerti peran dan fungsinya
dalam proses pembelajaran. Menurut Wina Sanjaya (2006: 23) Salah satu peran guru adalah sebagai fasilitator. Guru sebagai fasilitator memiliki peran
memfasilitasi peserta didik agar mudah dalam mengikuti proses pembelajaran. Beberapa hal yang perlu dipahami yaitu guru harus dapat menggunakan berbagai media dan sumber belajar.
Tingkat keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh cara guru mengajar. Salah satunya dapat dilihat dari media pembelajaran yang
kegiatan belajar. Dina Indriana (2010: 27) menyatakan dengan tegas agar menggunakan media yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran.
Basuki Wibawa dan Farida Mukti (1992: 22) mengutarakan faktor yang dapat menghambat belajar peserta didik antara lain; verbalisme,
kekacauan makna, kegemaran berangan-angan dan persepsi yang kurang tepat. Hisyam Zaini (2008: 91-92) menyatakan bahwa peserta didik sulit untuk mengingat informasi dari guru dikarenakan peserta didik tidak akan
mengingat sesuatu yang tidak menarik dan berkesan. Oleh karena itu, proses pembelajaran menggunakan media yang bervariasi akan lebih diminati oleh
peserta didik, sehingga dapat lebih fokus dan paham dalam pembelajaran hingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Guru harus mampu melakukan proses pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan terlebih untuk mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang memiliki materi cukup banyak dan luas.
Guru dapat melakukan inovasi dalam pembelajaran. Misalnya dalam hal media pembelajaran. Guru IPS dapat mengembangkan media yang akan digunakan sesuai dengan perkembangan zaman dan kondisi peserta didik.
Guru IPS harus dapat menciptakan media pembelajaran yang mudah dipahami dan menarik.
Mata pelajaran IPS di Sekolah Menengah Pertama (SMP) memiliki materi dengan cakupan yang luas, sehingga muncul anggapan bahwa materi IPS banyak, sulit, dan cenderung hafalan yang terkesan membosankan dan
tersebut dikarenakan mata pelajaran IPS di SMP merupakan mata pelajaran yang memiliki materi-materi dari berbagai disiplin ilmu sosial, diantaranya
ekonomi, geografi, sejarah dan sosiologi yang merupakan pengintegrasian dari berbagai macam disiplin ilmu.
Penyampaian materi yang memiliki cakupan luas kurang didukung oleh media pembelajaran yang bervariasi. Penggunaan variasi media pembelajaran dalam mata pelajaran IPS penting, karena diharapkan dapat
menyampaikan materi IPS yang memiliki materi luas. Media pembelajaran dalam dunia pendidikan saat ini berkembang pesat, namun penggunaan media
pembelajaran IPS dilapangan kenyataannya masih kurang. Hasil observasi yang dilakukan di enam SMP Negeri di Kabupaten Bantul, menunjukkan bahwa media pembelajaran yang banyak digunakan untuk mata pelajaran IPS
baru sebatas buku, modul dan gambar (Ulya Nelawati, 2014: 3).
Media pembelajaran yang dapat digunakan secara langsung, mudah
dibawa, mudah digunakan dan tidak bergantung pada fasilitas teknologi adalah media pembelajaran berbasis cetak. Maka media cetak IPS yang sudah ada akan lebih baik jika ditunjang dengan bentuk media yang lebih inovatif
salah satunya dengan menggunakan Kirigami Pop Up. Carter (2009: 125-132) seorang profesor emerita kesusasteraan anak dan remaja Universitas
Perempuan Texas dan peninjau majalah The Horn Book menyebutkan bahwa ketika akan berinteraksi dengan peserta didik, hal pertama yang harus didapatkan adalah perhatian mereka. Ketika perhatian didapat, maka apapun
dengan bentuk yang mudah dibuka, kalimat yang tersembunyi, kertas yang ditarik, dan gambar-gambar yang dibuat muncul adalah cara yang mungkin
sekali untuk mengangkap perhatian peserta didik dengan segera.
Media Cetak Kirigami Pop Up merupakan media yang belum banyak dikembangkan. Menurut Dewantari (2014: 5) dalam tulisannya di Desain Grafis Indonesia, saat ini Pop Up menjadi salah satu bidang industri kreatif berbahan kertas yang semakin digemari dan sedang berkembang. Banyak
Media Cetak Kirigami Pop Up telah beredar di pasaran, namun masih terfokus pada kegiatan nonformal seperti penggunaannya dalam buku tahunan
sekolah, kartu ucapan serta pesanan tertentu. Kegiatan tersebut memunculkan ide bahwa Media Cetak Kirigami Pop Up dapat dijadikan media pembelajaran untuk menambah keaktifan, minat, rasa ingin tahu, dan
kreativitas peserta didik karena masih jarang digunakan dalam pembelajaran terkhusus IPS.
Jadi dengan pengembangan media pembelajaran tersebut diharapkan imajinasi akan meningkat, keaktifan, minat, rasa ingin tahu, kreativitas dan daya ingat peserta didik akan lebih lama karena bentuknya yang dua dimensi
dan dapat bergerak ketika dibuka. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka peneliti tertarik melakukan pengembangan Media
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Masih banyaknya peserta didik yang mengganggap bahwa pelajaran IPS
cenderung hafalan dengan materi yang banyak.
2. Belum banyak dikembangkannya variasi media pembelajaran berbasis cetak yang lebih inovatif.
3. Belum banyaknya media pembelajaran IPS dalam bentuk Media Cetak
Kirigami Pop Up.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dalam penelitian ini maka permasalahan yang dikaji dibatasi pada belum banyak dikembangkannya
variasi media pembelajaran IPS dalam bentuk Media Cetak Kirigami Pop Up.
D. Rumusan Masalah
Dari pembatasan masalah tersebut, maka masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana mengembangkan Media Cetak Kirigami Pop Up untuk mata pelajaran IPS SMP kelas VII ?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah pada penelitian ini, maka tujuan
penelitian pengembangan ini sebagai berikut:
1. Mengembangkan Media Cetak Kirigami Pop Up untuk mata pelajaran IPS SMP kelas VII.
2. Mengetahui kelayakan Media Cetak Kirigami Pop Up berdasarkan penilaian ahli media, ahli materi dan guru IPS serta tanggapan peserta
didik dalam pembelajaran IPS.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian pengembangan ini yaitu : 1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian pengembangan ini diharapakan dapat menjadi referensi
mahasiswa terutama mahasiswa pendidikan IPS untuk melakukan penelitian pengembangan selanjutnya.
b. Memberikan warna lain dalam memperkaya ilmu pengetahuan terutama IPS terkait media pembelajaran yang pernah ada.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Universitas Negeri Yogyakarta
Menambah referensi agar dapat digunakan sebagai acuan dalam
meningkatkan dan mengembangkan media pembelajaran IPS. b. Bagi Guru
c. Bagi Peserta Didik
Peserta didik diharapkan lebih mudah memahami dan tertarik
dengan materi yang disampaikan guru saat proses kegiatan belajar mengajar menggunakan Media Cetak Kirigami Pop Up.
d. Bagi Peneliti
Media Cetak Kirigami Pop Up diharapkan dapat menjadi referensi media pembelajaran IPS yang menarik bagi peserta didik.
G. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
Penelitian ini menghasilkan Media Cetak Kirigami Pop Up dengan spesifikasi sebagai berikut :
1. Produk ini berbentuk lembaran yang digabungkan seperti buku yang didalamnya berisi gambar, teks, dan pop up sebagai media pembelajaran. 2. Media Cetak Kirigami Pop Up untuk peserta didik SMP ini disesuaikan
dengan materi pembelajaran IPS kelas VII.
3. Media Cetak Kirigami Pop Up berisi tentang materi Perkembangan Kebudayaan Pengaruh Islam di Indonesia yang lebih ringkas dan sesuai dengan standar isi KTSP.
4. Media Cetak Kirigami Pop Up ini dilengkapi dengan petunjuk penggunaan untuk guru dan peserta didik.
5. Media Cetak Kirigami Pop Up berisi lembaran materi dengan bentuk pop up yang memiliki bagian yang dapat muncul atau memiliki unsur dua dimensi setelah halaman dibuka dengan bantuan petunjuk penggunaan
6. Media Cetak Kirigami Pop Up disertai dengan info pengetahuan umum yang diharapkan dapat menumbuhkan keingintahuan lebih lanjut peserta
didik.
7. Media Cetak Kirigami Pop Up disertai dengan evaluasi secara singkat yang diharapkan dapat meningkatkan daya ingat peserta didik.
8. Media Cetak Kirigami Pop Up berukuran A4.
9. Media Cetak Kirigami Pop Up dicetak dan dijilid hardcover. 10. Media Cetak Kirigami Pop Up menggunkan kertas ivory 320 gram. 11. Sasaran produk Media Cetak Kirigami Pop Up adalah peserta didik SMP
kelas VII.
H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
1. Asumsi dalam penelitian ini adalah:
a. Media Cetak Kirigami Pop Up merupakan variasi media pembelajaran baru bagi peserta didik SMP kelas VII.
b. Media Cetak Kirigami Pop Up materi Perkembangan Kebudayaan Pengaruh Islam di Indonesia ini sesuai dengan KTSP 2006.
c. Media Cetak Kirigami Pop Up dapat memotivasi belajar IPS.
d. Media Cetak Kirigami Pop Up dapat meningkatkan daya pikir sistematis terutama untuk mengetahui materi Perkembangan
Kebudayaan Pengaruh Islam di Indonesia.
f. Media Cetak Kirigami Pop Up dapat digunakan untuk periode-periode selanjutnya dengan materi yang sama.
2. Keterbatasan pengembangan ini yaitu:
a. Materi yang dikembangkan sebagai Media Cetak Kirigami Pop Up
terbatas, yaitu pada materi Perkembangan Kebudayaan Pengaruh Islam di Indonesia dengan hal-hal penting saja.
b. Uji produk dilakukan oleh ahli yang jumlahnya terbatas.
c. Produk Media Cetak Kirigami Pop Up yang dihasilkan diuji cobakan kepada peserta didik satu kelas yang jumlahnya terbatas.
d. Keterbatasan biaya dan waktu dalam mengembangkan media.
10
1. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah
berarti „tengah‟, „perantara‟ atau „pengantar‟. Medŏë adalah perantara
atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2011: 6). Uno (2010: 122) menyatakan bahwa media merupakan segala
bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dari sumber ke peserta didik yang bertujuan untuk merangsang peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Sukiman
(2012: 29) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim
ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta kemampuan peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara
efektif.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat dirujuk bahwa
perhatian serta minat agar tercapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
b. Ciri–ciri Media Pembelajaran
Media pembelajaran memiliki ciri-ciri yang digunakan untuk
petunjuk mengapa media digunakan dan hal-hal apa saja yang tidak mampu guru lakukan. Gerlach dan Ely (1980: 244-246) mengemukakan tiga ciri media antara lain:
1) Ciri Fiksatif (Fixative Property)
Ciri fiksatif merupakan kemampuan media dalam hal
merekam, menyimpan, melestarikan, dan mengkondisikan suatu peristiwa atau objek. Ciri ini memungkinkan suatu rekaman peristiwa yang terjadi dalam satu waktu dihubungkan tanpa
mengenal waktu. Ciri ini penting bagi guru karena peristiwa yang telah direkam dalam bentuk media, dapat digunakan setiap saat
bahkan dapat dikirim ke dalam bentuk lainnya. Peristiwa yang hanya sekali dapat diabadikan dan disusun kembali untuk keperluan kegiatan pembelajaran.
2) Ciri Manipulatif (Manipulative Property)
Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena
Manipulasi kejadian atau obyek dengan cara mengedit hasil rekaman dapat menghemat waktu saat proses pembelajaran.
3) Ciri Distributif (Distributive Property)
Ciri distributif menjadikan suatu peristiwa atau objek yang
terpisah jarak atau ruang dihadirkan kepada peserta didik dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu. Sekali informasi direkam dalam format media apa saja maka dapat
diproduksi lebih banyak dan konsistensi informasi yang telah direkam akan terjamin sama atau hampir sama dengan aslinya.
Azhar Arsyad (2011: 6-7) mengemukakan ciri umum dari media antara lain:
1) Media dapat dilhat, didengar, atau diraba dengan panca indera.
2) Media mengandung pesan yang isinya ingin disampaikan pada peserta didik.
3) Media menekankan pada visual dan juga audio.
4) Media membantu proses pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
5) Media sebagai sarana komunikasi dan interaksi antara guru dengan peserta didik saat proses pembelajaran.
6) Media dapat digunakan secara massal sehingga memudahkan dalam proses pembelajaran.
7) Media menjadi sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan
Ciri umum media pembelajaran menurut Dina Indriana (2011: 53-54) antara lain: 1) media pembelajaran dapat dilihat, didengar serta
diamati, 2) media pembelajaran menjadi sarana komunikasi antara guru dengan peserta didik, 3) media pembelajaran menjadi alat bantu
pengajaran baik di dalam maupun di luar kelas, 4) media pembelajaran berkaitan dengan metode pembelajaran.
Sesuai dengan beberapa pendapat di atas, media memiliki
ciri-ciri yang dapat digunakan untuk menunjang pembelajaran. Ciri-ciri-ciri media tersebut yaitu mempersingkat peristiwa atau objek yang terjadi
dalam waktu yang lama, dapat menyimpan peristiwa atau objek sehingga dapat digunakan berulang-ulang, serta menghadirkan peristiwa atau objek yang terpisah jarak atau ruang menjadi dekat. Hal
ini menjadikan media diperlukan dalam pembelajaran, untuk membantu guru menjelaskan materi kepada peserta didik untuk membuat
pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien baik di dalam maupun di luar kelas.
c. Jenis–jenis Media Pembelajaran
Media pembelajaran memiliki beberapa jenis yang lazim digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Media dipergunakan untuk
menunjang kebutuhan belajar dan kemampuan peserta didik agar dapat aktif dalam proses belajar mengajar, maka diperlukan perancangan dan pengembangan lingkungan pembelajaran (Azhar Arsyad, 2011: 81).
kelompok media yaitu: 1) kelompok kesatu (grafis, cetak dan gambar diam), 2) kelompok kedua (media proyeksi diam), 3) kelompok ketiga
(media audio), 4) kelompok keempat (media audio visual diam), 5) kelompok kelima (media gambar hidup/film), 6) kelompok keenam
(media televisi), dan 7) kelompok ketujuh (multimedia). Ketujuh klasifikasi media tersebut dalam kelompok kesatu terdiri dari media grafis, cetak dan gambar diam dengan penjelasan sebagai berikut:
1) Media Grafis
Media grafis merupakan media visual yang menampilkan
fakta, ide dan gagasan melalui kata, kalimat, angka, simbol dan gambar. Media grafis digunakan untuk menarik perhatian, memperjelas hal yang akan disampaikan dan mengilustrasikan
dengan hal yang menarik agar lebih mudah diingat. Contoh media grafis antara lain: grafik, diagram, bagan, sketsa, poster, papan
flanel, papan buletin. 2) Media Cetak
Media cetak adalah media visual yang pembuatannya
melalui proses percetakan/printing. Media ini menampilkan pesan menggunakan huruf dan gambar yang diilustrasikan untuk
3) Media Gambar Diam
Media gambar diam merupakan media visual yang berupa
gambar dari hasil proses fotografi. Jenis media dalam media gambar diam berupa foto. Media ini menggunakan foto yang
konkret serta dapat menunjukan perbandingan antara media dengan objek sebenarnya secara tepat.
Azhar Arsyad (2011: 29-32) mengemukakan bahwa jenis media
dibagi menjadi empat, antara lain: 1) Media Hasil Teknologi Cetak
Media hasil teknologi cetak merupakan media yang menghasilkan atau menyampaikan materi, seperti buku dan materi visual yang melalui tahap pencetakan mekanis atau fotografis.
Kelompok media ini meliputi teks, grafik, foto dan reproduksi serta yang menghasilkan salinan cetak lainnya.
2) Media Hasil Teknologi Audio-Visual
Media audio-visual merupakan media yang berkaitan dengan penggunaan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk
3) Media Hasil Teknologi Komputer
Media komputer menyajikan materi atau informasi yang
disimpan dalam bentuk digital yang berbentuk layar kaca. Beberapa jenis media komputer yaitu tutorial, drills and practice,
permainan dan stimulasi, dan berbasis data. 4) Media Hasil Teknologi Gabungan
Media gabungan merupakan media hasil gabungan dari
beberapa bentuk media yang dikendalikan oleh komputer. Perpaduan dalam media gabungan ini merupakan media yang
paling canggih jika disertai dengan komputer atau perangkat pendukung yang hebat. Perangkat yang hebat tersebut antara lain harus mempunyai random access memory kapasitas besar, hard disk kapasitas besar, monitor resolusi tinggi, perangkat keras dalam satu jaringan, sistem audio dan juga beberapa alat-alat tambahan
pendukung.
Media menurut Yuhdi Munadi (2013: 54-55) media dalam proses pembelajaran terbagi menjadi empat, antara lain:
1) Media Audio
Media audio adalah media yang melibatkan indera
2) Media Visual
Media visual merupakan media yang hanya melibatkan
indera penglihatan. Contoh-contoh yang termasuk dalam media ini antara lain media cetak-verbal, media cetak-grafis, dan media
visual non-cetak. 3) Media Audio Visual
Media audio visual melibatkan indera pendengaran dan
penglihatan yang terjadi dalam satu proses. Sifat media ini berupa pesan verbal dan nonverbal yang terlihat seperti media visual
dalam pesan verbal dan media audio dalam pesan nonverbal. Contoh media ini antara lain: film, games, video, televisi dll.
4) Multimedia
Multimedia merupakan media yang melibatkan berbagai alat indera dalam satu waktu proses pembelajaran. Media ini
memberikan pengalaman secara langsung baik melalui komputer, internet, dan juga pengalaman berbuat dan terlibat di dalamnya.
Jenis media cetak dalam klasifikasi menurut Rudi Susilana dan
Cepi Riyana menyebutkan media cetak adalah media visual yang pembuatannya melalui proses percetakan/printing. Media ini
menampilkan pesan menggunakan huruf dan gambar yang
diilustrasikan untuk memperjelas pesan atau informasi yang akan disajikan. Contoh media cetak antara lain: buku teks, modul, bahan
Media Cetak Kirigami Pop Up masuk dalam klasifikasi media cetak karena merupakan media yang melibatkan simbol-simbol
komunikasi antara huruf dan gambar dengan hasil berupa visual yang dalam pembuatannya melalui proses percetakan. Media Cetak Kirigami Pop Up merupakan sebuah media cetak yang memiliki bagian gambar yang dapat bergerak ketika halaman buku dibuka sehingga konstruksi kertas pada halaman berubah atau bergerak. Kirigami adalah variasi dari origami dengan membuat potongan kecil dalam kertas (Mitarwan, 2011: 6).
Jadi Media Cetak Kirigami Pop Up masuk dalam media cetak yang akan dikembangkan dalam penelitian ini dengan perpaduan antara gambar, teks, warna, bentuk dan lain-lain yang memiliki bagian yang
dapat bergerak ketika halaman buku dibuka yang nantinya Media Cetak
Kirigami Pop Up dapat digunakan dalam pembelajaran IPS.
d. Fungsi Media dalam Pembelajaran
Yuhdi Munadi (2013: 37-43) mengemukakan fungsi media pembelajaran berdasarkan dua aspek yaitu analisis fungsi media dan
penggunaannya. Hal tersebut terbagi menjadi empat bagian yaitu: 1) Fungsi Media Pembelajaran sebagai Sumber Belajar
media pembelajaran sehingga guru dapat memaksimalkan fungsinya difungsi guru yang lain.
2) Fungsi Semantik
Media memiliki kemampuan menambah perbendaharaan
kata dengan simbol verbal yang makna atau maksudnya benar-benar dipahami oleh peserta didik. Guru yang kreatif dapat menambah perbendaharaan kata melalui media pembelajaran
dengan bahasa dramatisasi, simulasi, cerita mendongeng, cerita dan gambar.
3) Fungsi Manipulatif
Fungsi ini memiliki kemampuan mengatasi batas-batas ruang dan waktu serta mengatasi keterbatasan indera. Peserta didik
dapat mengetahui objek yang dipelajari tanpa harus pergi ke tempat asal, tanpa harus menunggu dalam waktu yang lama dan tanpa
harus ada dalam peristiwa tersebut. Peserta didik sendiri juga dapat terbantu jika objek yang diamati sangat kecil, sangat cepat, sangat kompleks dan sangat tidak dimengerti. Media dapat mengatasi
hal-hal tersebut dengan berbagai cara dan keunikannya yang dapat menarik minat peserta didik.
4) Fungsi Psikologis.
Fungsi psikologis terbagi menjadi lima macam fungsi yaitu: a) fungsi atensi guna meningkatkan perhatian peserta didik
emosi, dan tingkat penerimaan atau penolakan peserta didik terhadap sesuatu. Media membuat peserta didik bersedia menerima
beban pelajaran sehingga perhatian peserta didik akan tertuju pada pelajaran yang diikuti, c) fungsi kognitif dengan memberikan
bentuk representasi yang mewakili objek-objek yang dihadapi. Semakin banyak dihadapkan pada objek-objek maka ide peserta didik akan berkembang luas dalam alam kognitifnya, d) fungsi
imanjinatif dengan membuat peserta didik meningkatkan dan mengembangkan imanjisasi yang dimiliki, e) fungsi motivasi untuk
meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik. 5) Fungsi Sosio-Kultural.
Fungsi media dilihat dari fungsi sosio-kultural mempunyai
peran mengatasi hambatan sosio-kultural antar peserta didik dan guru dalam berkomunikasi di dalam pembelajaran.
Beberapa fungsi yang berkaitan dengan media pembelajaran antara lain (Rudi Susilana dan Cepi Riyana, 2008: 9-10):
1) Sarana alat bantu menciptakan situasi pembelajaran yang efektif.
2) Media sebagai salah satu komponen yang berintergrasi dengan komponen lain guna menciptakan situasi belajar yang diinginkan.
4) Media pembelajaran bukan berfungsi sebagai alat hiburan sehingga tidak diperbolehkan jika hanya digunakan dalam permainan atau
memancing perhatian peserta didik semata.
5) Mempercepat proses pembelajaran sehingga peserta didik dapat
menangkap tujuan dan bahan ajar lebih mudah dan lebih cepat.
6) Meningkatkan kualitas proses belajar mengajar karena
menggunakan media pembelajaran akan tahan lama dan
mengendap dalam pemikiran peserta didik sehingga pembelajaran berkualitas.
7) Mengurangi penyakit verbalisme karena media meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berpikir.
Media pembelajaran salah satunya berfungsi sebagai alat bantu
mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru (Azhar Arsyad, 2011: 15).
Berdasarkan pendapat ahli di atas, media pembelajaran memiliki fungsi sebagai media atau alat bantu mengajar guna menjadikan pembelajaran menjadi lebih efektif, efisien, memudahkan peserta didik
mandiri, menembus batas ruang dan waktu, meningkatkan perhatian, minat, proses dan hasil belajar, menggugah perasaan, meningkatkan
e. Manfaat Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang sering digunakan dalam proses
pembelajaran memiliki banyak manfaat. Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2001: 2-3) manfaat media pembelajaran dalam proses
belajar mengajar sebagai berikut:
1) Pengajaran menarik perhatian peserta didik sehingga
menumbuhkan motivasi belajar. Apabila peserta didik termotivasi,
maka materi yang disampaikan lebih mudah dipahami.
2) Bahan pengajaran lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh peserta didik, dan memungkinkan mencapai tujuan pembelajaran lebih baik. Penggunaan media dapat mendekatkan peserta didik terhadap materi yang sedang dipelajari, sehingga
materi yang diajarkan secara nyata dapat divisualisasikan.
3) Metode mengajar lebih bervariasi, tidak hanya komunikasi verbal
melalui penuturan kata oleh guru, sehingga peserta didik tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga. Pembelajaran monoton membuat peserta didik cenderung bosan, maka media pembelajaran
dihadirkan guna memberikan stimulus kepada peserta didik.
4) Peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak
maksimal karena dapat memantau peserta didik dalam melakukan evaluasi baik dari aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif.
Pendapat ahli yang kedua menurut Azhar Arsyad (2011: 25-27) ada empat hal antara lain:
1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi. Hal ini membuat proses dan hasil belajar dapat berjalan lancar dan meningkat.
2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak. Media menimbulkan motivasi belajar, interaksi
lebih dekat dengan lingkungan serta timbulnya kemampuan belajar secara mandiri.
3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang
dan waktu. Media dapat menghadirkan objek nyata yang tak dapat dibawa dalam pembelajaran dengan bentuk yang ringkas dan
fleksibel.
4) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada peserta didik mengenai peristiwa disekitar lingkungan
mereka.
Media pengajaran mempunyai manfaat yang sangat penting bagi
kesuksesan dalam proses pembelajaran, manfaat media pembelajaran yang ketiga menurut Dina Indriana (2011: 48-49) yaitu:
1) Mampu membuat sesuatu yang abstrak atau tidak nyata menjadi
2) Dapat menghadirkan berbagai objek yang berbahaya atau sulit dihadirkan ke dalam lingkungan pembelajaran melalui media yang
telah dibuat dalam bentuk sampel.
3) Mampu menampilkan objek yang terlalu besar atau kecil ke dalam
kelas yang sulit untuk dihadirkan dalam bentuk aslinya.
4) Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau terlalu lambat dengan menggunakan teknologi yang ada.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan sarana
penyampaian materi yang mempunyai manfaat besar dalam pendidikan. Pengajaran dengan media akan lebih menarik sehingga peserta didik dapat termotivasi dalam belajar. Penggunaan media yang ada dapat
mendekatkan peserta didik pada materi yang sedang dipelajari sehingga dapat menggambarkan materi secara nyata. Metode dalam mengajar
menjadi lebih bervariasi dengan adanya media pembelajaran sehingga dapat memberikan stimulus, dan menuntut peserta didik untuk aktif sehingga guru dapat memantau peserta didik lebih maksimal. Media
yang dibuat diharapkan dapat menjadi media yang efektif dan mempunyai manfaat besar seperti menjadikan variasi media yang
berbeda dengan sebelumnya.
f. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran
Proses pembelajaran memiliki beberapa perangkat penunjang
satu perangkat dalam pembelajaran yang dalam penggunaannya memerlukan perencanaan. Penggunaan media pembelajaran sangat
bergantung kepada tujuan pengajaran, bahan pengajaran, kemudahan memperoleh media yang diperlukan serta kemampuan guru dalam
menggunakannya (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, 2001: 4). Untuk memilih media pembelajaran yang sesuai, terlebih dahulu melihat tujuan dari pembelajaran, karakteristik materi yang disampaikan,
potensi guru dan peserta didik, fasilitas, serta alokasi waktu. Pertimbangan tersebut digunakan untuk menentukan media yang tepat
sasaran dan penggunaannya.
Pemilihan media yang baik mencakup aspek materi dan media yang baik pula. Kriteria baik dalam pemilihan materi merupakan bagian
dari sistem pembelajaran secara keseluruhan. Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu media pembelajaran. Menurut Azhar
Arsyad (2011: 87-90), indikator media yang baik mencakup beberapa hal sebagai berikut:
1) Konsistensi
Konsistensi diperlukan dari halaman ke halaman dengan tidak menggabungkan cetakan dan ukuran huruf. Jarak spasi juga
2) Format
Format mencakup beberapa hal yang menyangkut
penulisan. Hal-hal yang diperhatikan diantaranya mengenai paragraf, membedakan isi dengan cara dipisahkan dan dilabel
secara visual serta strategi pembelajaran yang berbeda dengan memisahkannya secara visual.
3) Organisasi
Organisasi diperlukan untuk menginformasikan pembaca atau peserta didik mengenai keberadaannya dan sejauh mana
mereka berada dalam media tersebut. Hal ini merupakan perpaduan isi media dengan teks disusun sedemikian rupa hingga pembaca atau peserta didik mudah mendapatkan informasi.
4) Daya Tarik
Memperkenalkan tampilan setiap bab atau bagian baru
dengan cara yang berbeda dengan tampilan maupun isi yang dapat menarik peserta didik agar dapat menimbulkan minat dalam mempelajari materi dan mengikuti pembelajaran.
5) Ukuran Huruf
Penggunaan huruf harus disesuaikan dengan peserta didik,
6) Ruang (spasi) Kosong
Penggunaan ruang (spasi) kosong atau gambar diperlukan
untuk menambah kontras. Hal ini digunakan untuk memberikan ruang istirahat kepada pembaca dan agar pembaca tidak jenuh.
Dari aspek materi, Rudi Susilana dan Cepi Riyana (2008: 33-34) menyebutkan kriteria materi yang baik sebagai berikut:
1) Sahih atau valid, materi yang dituangkan dalam media pembelajaran benar-benar teruji kebenarannya. Materi yang baik harus terjamin kebenarannya saat media digunakan. Keaktualan
materi sangat berkaitan dengan materi yang dituangkan dalam media pembelajaran sehingga media dapat memberikan kontribusi di masa mendatang dan tidak ketinggalan jaman. Oleh karena itu,
apabila terdapat perubahan data atau fakta baru, maka materi dalam media juga harus diubah.
2) Tingkat kepentingan (significant), pemilihan materi harus disesuaikan dengan seberapa penting materi disampaikan dan dibuat, sasaran dalam pembuatan, tempat dan alasannya untuk
menyesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.
didik, sedangkan nonakademis materi yang kelak bermanfaat dalam menambah pengetahuan serta lifeskill.
4) Learnability, materi yang dipilih merupakan materi yang mungkin dipelajari baik dari aspek tingkat kesulitannya dan sesuai dengan
kebutuhan.
5) Menarik minat (interest), materi yang dipilih selayaknya merupakan materi yang dapat menarik minat dan memotivasi
peserta didik untuk mempelajari materi lebih lanjut. Materi yang diberikan harus menimbulkan keingintahuan lebih lanjut sehingga
muncul dorongan untuk belajar secara aktif dan mandiri.
Berdasarkan kriteria evaluasi media pembelajaran di atas, maka penelitian ini menggunakan indikator Azhar Arsyad (2011: 87-90) yang
terdiri dari konsistensi, format, organisasi, daya tarik, ukuran huruf dan ruang (spasi) kosong sebagai evaluasi aspek media. Kemudian untuk
evaluasi aspek materi menurut Rudi Susilana dan Cepi Riyana (2008: 33-34) yang terdiri dari shahih (valid), tingkat kepentingan (significant), kebermanfaatannya (utility), learnability dan menarik minat (interest). 2. Media Cetak Kirigami Pop Up
a. Pengertian Media Cetak Kirigami Pop Up
bahasa Jepang yang pengucapan kata belakangnya sama dengan kesenian origami. Perbedaannya terletak pada teknik pembuatannya, walaupun bahan pembuatannya sama yaitu menggunakan bahan dasar kertas.
Menurut Mitarwan (2011: 7) alat dan bahan pokok yang digunakan pada kirigami adalah gunting, cutter, lem dan kertas warna. Alat tambahan yang biasa dipakai adalah pensil, penggaris dan
penghapus. Proses pembuatan origami melalui proses kegiatan melipat kertas, sedangkan dalam membuat kirigami harus menggabungkan dua kegiatan yaitu melipat dan memotong kertas. Pendapat menurut Hinders (2010: 1) mengenai Kirigami adalah sebagai berikut:
“Kirigami is the Japanese art of cutting paper, named from the words "kiru" (to cut) and "kami" (paper). Symmetry is a very important concept in Kirigami. Snowflakes, pentagrams, and flowers are all examples of Kirigami projects in which cuts are made to enhance the symmetry of the design”.
Kirigami mulai digunakan di Jepang sejak Era Edo (1603-1867) dan mulai popular di Indonesia sejak tahun 1990-an.
Perkembangan kesenian ini digunakan untuk ornamen dekorasi rumah, pesta, kartu ucapan dan pernik-pernik menarik. Beberapa
model kirigami digemari oleh anak-anak maupun orang dewasa karena bentuknya menarik dan menyenangkan untuk dipelajari.
tiga dimensi. Kirigami sangat disenangi karena menarik perhatian (Paat, 2006: 8).
Menurut Hinders (2010: 3), kirigami sudah mulai masuk ke dalam pembelajaran di sekolah-sekolah pada beberapa negara di
dunia. Pada pembelajaran di Sekolah Dasar (SD), kirigami dapat membantu guru dalam mengajarkan tentang kebudayaan Jepang kepada peserta didik yang di dalamnya dapat mengembangkan
keterampilan menggunting, membentuk gerakan yang indah, keterampilan visual, dan kemampuan merencanakan.
b. Jenis-jenis Kirigami
Kirigami merupakan kesenian yang berasal dari Jepang.
Kirigami dalam perkembangannya memiliki beberapa jenis yang memudahkan seseorang untuk mengamatinya. Ada beberapa jenis
kirigami berdasarkan proses pembuatannya (Olvista, 2011: 1) yaitu: 1) Kirigami Dua Dimensi
Bentuk dasar kirigami adalah hiasan bulat melingkar dua dimensi dari potongan simetri lipat. Potongan tersebut terdiri dari 4
lipatan, 6 lipatan atau 8 lipatan. Untuk membuat potongan 4 lipatan, kertas dilipat 2 secara simetris, lalu dilipat 2 secara simetris
sudah terbiasa dengan bentuk hiasan bulat melingkar, dapat ditingkatkan dengan bentuk melingkar persegi.
2) Kirigami Tiga Dimensi
Kirigami tiga dimensi merupakan pengembangan dari seni lipat potong kertas untuk menghasilkan hiasan dalam bentuk tiga dimensi. Pembuatannya lebih sulit dibandingkan kirigami dua dimensi karena setelah kertas dilipat dan dipotong, kertas dibentuk
tiga dimensi untuk menghasilkan objek tertentu. 3) Kirigami Pop Up
Pop Up artinya muncul. Kirigami Pop Up adalah kirigami
yang jika dibuka dengan sudut tertentu akan memunculkan sebuah bentuk tampilan. Kirigami Pop Up yang banyak dijual di toko buku umumnya menampilkan gambar atau tulisan. Pembuatan kirigami
dapat memasukkan seni lipatan dan potong lainnya di dalamnya.
Kirigami Pop Up mempunyai ciri ornamen yang lebih rumit daripada Kirigami Pop Up gambar.
4) Arsitektur Origami
Meskipun namanya arsitektur origami, seni kertas ini termasuk dalam kirigami karena melibatkan seni potong kertas. Umumnya arsitektur origami dibentuk pada wadah kertas yang terlipat 90o. Arsitektur origami melibatkan lebih banyak seni melipat. Kertas yang digunakan biasanya kertas yang lebih tebal
c. Ciri-ciri Media Cetak Kirigami Pop Up
Media Cetak Kirigami Pop Up termasuk ke dalam media cetak, karena pembuatannya melalui proses percetakan dengan memperhatikan unsur visual yang meliputi huruf, warna, garis,
bentuk, background, gambar, teks, dan sebagainya. Jadi ciri-ciri Media Cetak Kirigami Pop Up relevan dengan ciri-ciri media pembelajaran berbasis cetak.
Menurut Azhar Arsyad (2011: 37) menjelaskan ciri-ciri media cetak antara lain: 1) bahan yang digunakan berasal dari kertas;
2) terdapat prosedur pemakaian atau langkah-langkah dalam menggunakan; 3) terdapat penuntun belajar untuk mengarahkan peserta didik ke unit berikutnya; 4) terdapat penuntun instruktur untuk
memberikan bantuan saat pembelajaran.
Pendapat Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto (2013:
29-30) mengenai ciri-ciri media hasil teknologi cetak antara lain: 1) teks dalam media cetak dibaca secara linear sedangkan visual dibaca berdasarkan ruang; 2) menampilkan komunikasi dalam satu arah dan
represif; 3) teks dan gambar ditampilkan statis; 4) pengembangan media cetak bergantung pada prinsip-prinsip kebahasaan dan persepsi
Dina Indriana (2011: 63) menjelaskan ciri-ciri bahan cetak ada beberapa hal diantaranya: 1) merupakan bagian dari media visual
dengan melalui proses percetakan; 2) menyajikan pesan melalui huruf dan gambar; 3) merupakan penjelas pesan atau infromasi.
Dari pemaparan di atas dapat dipertegas bahwa media cetak
Kirigami Pop Up memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) media visual berbahan kertas yang melalui proses percetakan; 2) menyajikan pesan
melalui huruf, gambar dan visual lainnya; 3) terdapat prosedur atau langkah-langkah dalam pemakaian yang digunakan untuk petunjuk
dan bantuan dalam pembelajaran; 4) merupakan penjelas pesan atau infromasi. Ciri-ciri diatas dapat menggambarkan bahwa Media Cetak
Kirigami Pop Up tepat dijadikan media dalam pembelajaran.
d. Kelebihan dan Kekurangan Media Cetak Kirigami Pop Up
Media Cetak Kirigami Pop Up merupakan media berbasis cetak. Media ini sebagai bagian media pembelajaran berbasis cetak memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dan kelemahan Media Cetak Kirigami Pop Up sama dengan kelebihan dan kelemahan media pembelajaran berbasis cetak.
Kelebihan media pembelajaran cetak menurut Dina Indriana
(2011: 63-64) adalah dapat menyajikan pesan atau informasi dalam jumlah banyak, pesan yang akan disajikan dapat dipelajari sesuai dengan kebutuhan, minat, dan daya tangkap masing-masing peserta
Kelebihan media cetak menurut Azhar Arsyad (2011: 38-39) yaitu: 1) peserta didik dapat belajar sesuai dengan daya tangkap dan
daya ingat masing-masing, 2) membuat peserta didik berpikir secara logis, 3) menambah daya tarik dan memperlancar pemahaman
informasi yang disampaikan baik secara verbal dan visual, 4) peserta didik akan berpartisipasi aktif, 5) materi yang ditampilkan dalam media cetak dapat diproduksi secara ekonomis dan didistribusikan
dengan mudah.
Menurut Dzuanda (2009: 1) kelebihan Kirigami Pop Up
adalah: 1) memberikan visualisasi cerita lebih menarik dengan tampilannya yang memiliki dimensi, gambar dapat bergerak, bagian yang dapat berubah bentuk, memiliki tekstur seperti benda asli, serta
beberapa ada yang dapat mengeluarkan bunyi, 2) dapat memberikan kejutan-kejutan ketika halamannya dibuka, 3) memancing antusias
dalam membaca, d) memperkuat kesan yang ingin disampaikan. Berdasarkan pendapat di atas, dapat dirujuk bahwa Media Cetak Kirigami Pop Up memiliki kelebihan-kelebihan antara lain: 1) Perpaduan teks dan gambar dalam halaman cetakan memancing
antusias baca sehingga daya minat peserta didik meningkat
ditambah dengan adanya gerakan pop up yang memberikan kejutan-kejutan di dalamnnya sehingga tidak monoton. Hal ini dapat memperlancar pemahaman peserta didik karena disajikan
2) Membuat peserta didik mengikuti urutan pikiran secara logis dan daya belajar peserta didik lebih maju sesuai dengan kecepatan
masing-masing individu.
3) Meningkatkan partisipasi aktif dalam berinteraksi karena harus
memberikan respon terhadap beberapa pertanyaan yang telah ada dalam buku tersebut.
4) Tidak bergantung pada hal lain seperti listrik sehingga dapat
digunakan kapan saja dan dimana saja.
5) Media dapat digunakan secara mandiri sehingga peran guru dapat
diperluas guna memahami karakteristik peserta didik.
6) Materi yang terdapat dalam media dapat diproduksi dengan ekonomis dan didistribusikan dengan mudah.
Selain itu, Media Cetak Kirigami Pop Up juga memiliki kekurangan-kekurangan. Menurut Dina Indriana (2011: 64)
kekurangan media cetak meliputi: proses pembuatannya memerlukan waktu yang cukup lama karena melalui proses percetakan, bahan cetak yang terlalu tebal terkadang membuat peserta didik cenderung malas
mempelajarinya dan yang terakhir media cetak cepat rusak jika kualitas cetakan dan bahan yang digunakan kurang berkualitas.
Kekurangan media cetak menurut Azhar Arsyad (2011: 39-40) antara lain: 1) sulit menampilkan gerak dalam halaman; 2) biaya percetakan yang mahal apabila dalam pembuatannya menampilkan
memakan waktu lama; 4) pembagian unit-unit pelajaran dalam media cetakan harus dirancang sedemikian rupa agar tidak membosankan; 5)
kurang menekankan pada perasaan, emosi, atau sikap; 6) cepat rusak dan hilang jika tidak sering dirawat. Menurut Dzuanda (2009: 2),
kekurangan Kirigami Pop Up adalah: 1) memiliki mekanik yang membuat pop up dapat bergerak; 2) waktu pengerjaannya cenderung lama; 3) menuntut ketelitian; 4) biaya yang dikeluarkan lebih mahal
dibandingkan dengan buku pada umumnya.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dirujuk bahwa Media
Cetak Kirigami Pop Up memiliki kekurangan-kekurangan antara lain: 1) Membutuhkan peran guru untuk menjelaskan materi yang
terdapat dalam media untuk permulaan dalam mempelajarinya.
2) Biaya penggandaan media mahal dan pembuatannya memerlukan waktu yang cukup lama bergantung alat dalam pembuatannya
serta kerumitan informasi dalam halaman cetakan.
3) Pembagian unit-unit atau unsur-unsur yang harus ada dalam media harus dirancang sedemikian rupa sehingga tidak
membosankan dan membuat daya tarik meningkat.
4) Apabila kualitas bahan dan cetakan jelek serta kurang dirawat
maka media cepat rusak, sobek ataupun hilang.
3. Pengembangan Media Cetak Kirigami Pop Up
Langkah-langkah pengembangan Media Cetak Kirigami Pop Up
dikemukakan oleh Anderson (1994: 165-167) dengan langkah sebagai berikut:
1) Menganalisis kondisi peserta didik yang menjadi sasaran pembuatan media. Analisis dilakukan dalam dua hal yaitu pada karakteristik
khusus (sikap, keterampilan, pengetahuan) dan umum (ciri fisik). 2) Merencanakan materi pelajaran. Hal pertama yang perlu diperhatikan
dalam merencanakan materi pembelajaran adalah menentukan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta menentukan dan mengkaji materi yang akan dimuat dalam media yaitu Perkembangan
Kebudayaan Pengaruh Islam di Indonesia.
3) Pembuatan konsep. Konsep yang dibuat dirumuskan baik dari cara dan strategi pembuatan.
4) Membuat sketsa yang dapat mempermudah peneliti dalam membuat Media Cetak Kirigami Pop Up dalam bentuk brief.
5) Merancang produk. Perancangan produk yaitu dengan memilih gambar yang akan digunakan dalam media, menentukan poin-poin materi yang akan ditampilkan pada media, memperhatikan konstruksi
pop up, background dan layout agar sesuai dengan komposisi lembar kertas yang digunakan. Setelah perancangan selesai, kemudian
dilakukan pemeriksaan komponen Media Cetak Kirigami Pop Up dan kelengkapannya.
6) Menggunakan master atau “work copies” atau bahan asli untuk
dalam kertas ivory 320 gram yang dijilid hardcover dengan menggunakan master atau file desain yang telah dibuat sebelumnya.
Master yang dibuat digunakan untuk penggandaan sehingga mempermudah proses pembuatan.
Jadi berdasarkan pendapat di atas, pengembangan Media Cetak
Kirigami Pop Up melalui delapan tahapan yaitu: 1) menganalisis kondisi peserta didik, 2) merencanakan materi pelajaran, 3) pembuatan
konsep, 4) membuatan sketsa/brief, 5) merancang produk (memilih gambar, menentukan poin materi, memperhatikan konstruksi pop up,
background dan layout dan memeriksa komponen Media Cetak
Kirigami Pop Up dan kelengkapannya.), 8) menggunakan master atau
“work copies” untuk menggandakan. Setelah melalui langkah-langkah
pengembangan tersebut kemudian Media Cetak Kirigami Pop Up yang dikembangkan dalam penelitian ini dikonsultasikan kepada dosen ahli
materi dan ahli media yang kemudian diujikan kepada guru dan peserta didik dalam uji penggunaan media secara uji terbatas dan uji pemakaian.
4. Ilmu Pengetahuan Sosial
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya (Trianto, 2010: 171). Menurut Somantri
disiplin ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmilah dan psikologis untuk
tujuan pendidikan. Pendidikan IPS tingkat sekolah berhubungan dengan displin ilmu sosial yang terintegrasi dengan humaniora dan ilmu
pengetahuan alam yang dikemas secara ilmiah dan pedagogis untuk kepentingan pembelajaran yang ada di sekolah (Sukiman, 2012: 12).
Dari beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa IPS
adalah merupakan disiplin ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia maupun lingkungannya yang merupakan penyederhanaan dari
ilmu–ilmu sosial humaniora seperti sejarah, geografi, sosiologi, ekonomi, ilmu politik, psikologi, dan antropologi yang bertujuan untuk pendidikan.
b. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial
Tujuan utama pendidikan IPS adalah untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil dalam mengatasi masalah yang
terjadi sehari-hari baik yang dialami oleh diri sendiri maupun orang lain (Trianto, 2010: 176). Menurut Somantri (2001: 44), tujuan pendidikan
IPS pada tingkat sekolah adalah: 1) menekankan tumbuhnya nilai-nilai kewarganegaraan, moral ideologi negara dan agama; 2) menekankan pada isi dan metode berpikir ilmuan sosial dan 3) menekankan
Tujuan Pendidikan IPS menurut Saxe (Sapriya, 2009: 35) adalah mendidik peserta didik sebagai warga negara yang baik, yang
konstruktif dan produktif yaitu yang memahami dirinya sendiri dan masyarakatnya, mampu merasa sebagai warga negara, dan jika mungkin
juga mampu hidup sebagai mana layaknya warga negara.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, IPS merupakan disiplin ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia maupun
lingkungannya yang bertujuan memberikan bekal ilmu dalam bermasyarakat. IPS mengajarkan untuk peka terhadap masalah sosial
yang terjadi serta mencari solusinya baik yang terjadi pada diri sendiri maupun orang lain atau masyarakat yang disampaikan dalam pembelajaran.
B. Penelitian yang Relevan
1. Anggi Nur Cahyani (2014). “Pengembangan Modul Berbasis Pop Up Book pada Materi Alat-alat Optik untuk Peserta didik SMPLB-B
(Tunarungu) Kelas VIII”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengembangan Modul Berbasis Pop Up Book pada Materi Alat-alat Optik untuk Peserta didik SMPLB-B (Tunarungu) Kelas VIII sangat baik dan layak digunakan karena telah memenuhi elemen mutu modul
terhadap modul yang telah dikembangkan dengan hasil akhir penelitian ini dengan nilai A.
Penelitian yang dilakukan oleh Anggi Nur Cahyani memiliki kesamaan pada penelitian yang akan dilakukan, yaitu jenis penelitiannya yang
menggunakan Research and Development (RnD). Perbedaan kedua penelitian ini terdapat pada media yang digunakan yaitu antara Pop Up Book dan Media Cetak Kirigami Pop Up serta pada materi dalam pembelajaran, yaitu antara Materi Perkembangan Kebudayaan Pengaruh Islam di Indonesia dan juga sasaran pembuatan media tersebut dalam
penelitian ini adalah peserta didik SMP kelas VII.
Melalui penelitian yang dilakukan Anggi Nur Cahyani, peneliti dapat mengetahui bahwa ternyata sudah ada pembelajaran di SMPLB yang
menggunakan media pop up. Oleh karena itu, peneliti terinspirasi untuk melakukan penelitian pengembangan pop up namun dalam bentuk Media Cetak Kirigami Pop Up. Jika peserta didik di SMPLB mampu menerima dengan baik pembelajaran menggunakan pop up, maka asumsi peneliti
pop up dapat menjadi sebuah media pembelajaran pada peserta didik SMP kelas VII.
2. Vladina Nur Widalatika. (2014). “Pengembangan Media Visual Kirigami Pop Up dengan Materi Potensi dan Sebaran Sumber Daya Alam Indonesia untuk Pembelajaran IPS di SMP Kelas VII”. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa media yang dikembangkan layak digunakan
ahli media 4,4; uji penggunaan media oleh guru 3,9; uji penggunaan media oleh peserta didik 4,34. Dari hasil tersebut, terlihat bahwa media
visual Kirigami Pop Up layak digunakan untuk pembelajaran IPS dengan kualitas yang baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Vladina Nur Widalatika memiliki kesamaan pada penelitian yang akan dilakukan peneliti, yaitu jenis penelitiannya yang menggunakan Research and Development (RnD)
dengan mengembangkan Kirigami Pop Up. Perbedaan kedua penelitian ini terdapat pada media yang digunakan yaitu antara visual dan cetak
serta materi dalam pembelajaran, yaitu antara Potensi dan Sebaran Sumber Daya Alam Indonesia dengan Materi Perkembangan Kebudayaan Pengaruh Islam di Indonesia.
Melalui penelitian yang dilakukan Vladina Nur Widaltika, peneliti dapat mengetahui bahwa pengembangan media pembelajaran Kirigami Pop Up
sudah ada dalam pembelajaran IPS SMP. Peneliti tertarik untuk melakukan pengembangan dalam bentuk Media Cetak Kirigami Pop Up
dengan materi yang berbeda. Jika dengan materi geografi, peserta didik
dapat menerima baik media ini maka jika diberikan materi yang lain pasti peserta didik juga dapat menerima dengan mudah.
C. Kerangka Pikir
Pada latar belakang telah dijelaskan bahwa ada beberapa anggapan yang menyatakan bahwa buku pelajaran yang ada cenderung tekstual terlebih
banyak. Ini menjadikan minat peserta didik untuk mempelajari IPS cenderung berkurang. Media merupakan salah satu aspek dalam pembelajaran yang
digunakan untuk membantu guru dalam proses pembelajaran. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, saat ini mulai banyak
dikembangkan variasi media pembelajaran yang digunakan untuk membantu proses pembelajaran agar lebih menarik dan efektif.
Variasi media pembelajaran berbasis cetak saat ini masih jarang
dikembangkan. Cara mengefektifkan pembelajaran salah satunya dengan membuat suasana baru dalam pembelajaran yang dapat menarik minat peserta
didik. Cara tersebut dengan memberikan variasi media pembelajaran salah satunya dengan Media Cetak Kirigami Pop Up yang hadir dengan tampilan berbeda dari media pembelajaran biasanya.
Media Cetak Kirigami Pop Up merupakan sebuah media cetak yang dilengkapi dengan tampilan gambar atau ilustrasi berbentuk pop up dan materi yang singkat namun padat dengan proses percetakan. Media ini diharapkan dapat meningkatkan daya minat membaca dan belajar, rasa ingin tahu, dan menjadikan IPS sebagai pelajaran yang menyenangkan dan
menghilangkan kesan membosankan karena terlalu banyak hafalan.
Media Cetak Kirigami Pop Up dalam pembelajaran IPS yang dikembangkan harus memenuhi kriteria yang baik dalam pembuatannya. Kriteria yang harus dipenuhi yaitu yang mencakup materi dan media yang baik. Kriteria media yang baik mencakup konsistensi, format, organisasi,
mencakup sahih atau valid, tingkat kepentingan, kebermanfaatannya,
learnability, dan menarik minat.
Media Cetak Kirigami Pop Up divalidasi oleh ahli materi dan ahli media. Setelah divalidasi terdapat revisi yang akan digunakan untuk
menyempurnakan produk. Produk kemudian direvisi dan dilakukan uji coba penggunaan media peserta didik dan validasi oleh guru. Uji coba penggunaan media oleh peserta didik dilakukan sebanyak dua kali yaitu uji coba terbatas
dan uji coba pemakaian. Subjek dalam uji coba terbatas adalah enam orang peserta didik SMP Negeri 3 Berbah. Subjek dalam uji coba pemakaian yaitu
Gambar 1. Bagan Alur Kerangka Pikir
1. Masih banyaknya peserta didik yang mengganggap bahwa pelajaran IPS
cenderung hafalan dengan materi yang banyak.
2. Belum banyak dikembangkannya variasi media pembelajaran berbasis cetak
yang lebih inovatif.
3. Belum banyaknya media pembelajaran IPS dalam bentuk Media Cetak
Kirigami Pop Up.
Perlu adanya pengembangan Media Cetak Kirigami Pop Up
Pengembangan Media Cetak Kirigami Pop Up untuk pembelajaran IPS
Validasi ahli materi
Validasi ahli media
Validasi guru dan uji coba terbatas
Uji coba pemakaian
Produksi terbatas Media Cetak Kirigami Pop Up
Revisi I
Revisi
Validasi dan uji penggunaan Media Cetak Kirigami Pop Up oleh guru dan peserta didik Validasi Media Cetak Kirigami Pop Up untuk pembelajaran IPS
D. Pertanyaan Penelitian
Menurut rumusan masalah dan kerangka pikir yang telah
dikemukakan, maka pertanyaan penelitian yang diajukan sebagai berikut: 1. Bagaimana mengembangkanMedia Cetak Kirigami Pop Up sebagai media
pembelajaran IPS SMP kelas VII?
2. Bagaimana kelayakan Media Cetak Kirigami Pop Up yang dikembangkan berdasarkan hasil validasi ahli materi?
3. Bagaimana kelayakan Media Cetak Kirigami Pop Up yang dikembangkan berdasarkan hasil validasi ahli maedia?
4. Bagaimana kelayakan Media Cetak Kirigami Pop Up yang dikembangkan berdasarkan hasil validasi guru?