• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI JUAL BELI SAPI KEPADA POLANGAN DI DESA KALIGEDE KECAMATAN SENORI KABUPATEN TUBAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI JUAL BELI SAPI KEPADA POLANGAN DI DESA KALIGEDE KECAMATAN SENORI KABUPATEN TUBAN."

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI JUAL BELI SAPI KEPADA POLANGAN DI DESA KALIGEDE KECAMATAN SENORI

KABUPATEN TUBAN

SKRIPSI

Oleh :

Siti Latifatul Khojannah NIM. C32211123

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Fakultas Syariah dan Hukum

Jurusan Hukum Perdata Islam

Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah)

Surabaya

(2)

PENGESAHAN

Skripsi yang ditulis oleh Siti Latifatul Khojannah NIM. C32211123 ini telah dipertahankan di depan siding Majelis Munaqasah Skripsi Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel pada hari Kamis, tanggal 29 Januari 2015, dan dapat diterima sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program sarjana strata satu dalam Ilmu Syari’ah.

Majelis Munaqasah Skripsi

Ketua, Sekretaris

Ummiy Fauziyah Laili, M.Si Achmad Khubby Ali Rahmat,

S.Ag, M.Si

Nip. 198306062011012012 Nip.

Penguji I, Penguji II, Pembimbing

Dr.nmmmmmm Arif Muhammad

Moch.namad

(3)

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya:

Nama : ST. Latifatul Khojannah

NIM : C32211123

Fakultas/ Jurusan : Syariah dan Ekonomi Islam/ Ekonomi Islam/ Muamalah

Judul Skripsi : Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tradisi Jual beli Sapi Kepada Polangan di Desa Kaligede kecamatan Senori Kabupaten Tuban

menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.

Surabaya, 19 Januari 2015 Saya yang menyatakan,

(4)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi yang di tulis oleh Siti Latifatul Khojannah NIM. C32211123 ini telah di periksa dan disetujui untuk dimunaqasahkan.

Surabaya, 13 Januari 2015 Pembimbing,

(5)

ABSTRAK

Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tradisi Jual beli Sapi kepada Polangan di Desa Kaligede kecamatan Senori Kabupaten Tuban”. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan bagaimana praktik jual beli sapi kepada polangan di Desa Kaligede Kecamatan Senori Kabipaten Tuban dan bagaimanakah tinjauan hukum Islam terhadap pelaksanaan Jual beli Sapi kepada Polangan di Desa Kaligede kecamatan Senori Kabupaten Tuban.

Dalam penelitian ini, data yang diperlukan ini dikumpulkan dengan teknik observasi, interview, dan dokumentasi. Kemudian metode yang digunakan adalah deskriptif analitis dengan melakukan pendekatan pola pikir induktif. Adapun pola pikir induktif adalah pola berfikir yang mengkaji teori dengan memaparkan, menjelaskan dan menguraikan data yang terkumpul kemudian disusun dan dianalisis untuk diambil kesimpulan. Teknik yang digunakan ini untuk menggambarkan atau menguraikan perihal jual beli (kronologi pelaksanaan jual beli, dasar hukum pelaksanaan jual beli, tata cara pelaksanaan jual beli) kemudian menilai data tersebut apakah sesuai dengan hukum Islam dan peraturan yang ada.

Di dalam praktek jual beli sapi kepada polangan di Desa Kaligede Kecamatan Senori Kabupaten Tuban itu sendiri sama halnya seperti jual beli sapi pada umumnya. Namun yang membedakan adalah jual beli di sini menggunakan sistem hutang yaitu pada awal mula pemilik sapi menjual sapi kepada polangan dengan menetapkan harganya, namun polangan kemudian menetapkan harga yang berbeda sesuai dengan harga yang ada di pasar. Jual beli sapi kepada polangan ini juga ada resikonya, buktinya banyak penduduk banyak yang merasa dirugikan oleh polangan. Karena sapi yang status kepemilikannya masih tertangguhkan polangan berani menjual sapi tersebut kepada pihak ketiga dengan cara dihutangkan. dalam syarat sahnya jual beli barang yang akan dijual belikan harusnya tidak ada lagi hak atas orang lain sehingga akibat dari jual beli yang dilakukan polangan kepada pihak ketiga dapat berimbas kepada pihak pertama (pemilik sapi).

(6)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TRANSLITERASI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Kajian Pustaka ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 11

G. Definisi Operasional ... 12

H. Metode Penelitian ... 13

I. Sistematika Pembahasan ... 18

BAB II JUAL BELI DALAM HUKUM ISLAM ... 20

A. Jual Beli Menurut Hukum Islam ... 20

1. Pengertian Jual Beli ... 20

2. Dasar Hukum Jual Beli ... 23

(7)

4. Macam-Macam Jual Beli ... 32

5. Bentuk-Bentuk Jual Beli yang Dilarang ... 35

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN TRADISI JUAL BELI SAPI KEPADA POLANGAN DI DESA KALIGEDE KECAMATAN SENORI KABUPATEN TUBAN ... 39

A. Gambaran Umum Desa Kaligede Kecamatan Senori Kabupaten Tuban ... 39

B. Proses terjadinya Praktik Jual Beli Sapi kepada Polamgan di Desa Kaligede kecamatan Senori kabupaten Tuban ... 49

C. Akibat yang Ditimbulkan dari Jual Beli Sapi Kepada Polangan ... 54

D. Deskripsi Respon Sebagian Warga Desa Kaligede Kecamatan Senori Kabupaten Tuban ... 55

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI JUAL BELI SAPI DI DESA KALIGEDE KECAMATAN SENORI KABUPATEN TUBAN ... 57

A. Analisis Praktek Jual Beli Sapi kepada Polangan ... 57

B. Analisis Hukum Islam terhadap Jual Beli Sapi kepada Polangan ... 58

BAB V PENUTUP ... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71 DAFTAR PUSTAKA

(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah SWT menciptakan manusia dengan karakter saling membutuhkan antara sebagian mereka dengan sebagian yang lain. Tidak semua orang memiliki apa yang dibutuhkannya, akan tetapi sebagian orang memiliki sesuatu yang orang lain tidak memiliki namum membutuhkannya. Karena itu Allah SWT mengilhamkan mereka untuk saling tukar menukar barang dan berbagai hal yang berguna, dengan cara jual beli dan semua jenis interaksi, sehingga kehidupanpun menjadi tegak dan rodanya dapat berputar dengan limpahan kebajikan dan produktivitasnya.1

Oleh sebab itu Islam membolehkan pengembangan harta dengan berbisnis, yang salah satunya melalui jalur perdagangan.Sebagaimana Firman Allah SWT dalam al-Qur’an surat an-Nisa 4:29 sebagai berikut:

ﱢ ﺳضﺒ َﺮَـ َ ًة َرﺎَ ِﲡ َنﻮُ َ ْنَأ ِإ ِ ِﻃﺎ َ ْﺎِ ُ َ ْـَ ـ ُ َﺒ َﻮَْأ ﺒﻮُ ُْﺄَ َ ﺒﻮُ َ

ﺒ َ ء َ ِﺬ ﺒ ﺎ َﻬـَأﺎ َ

ُْ

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan suka sama suka di antara kamu...”2

Sedangkan jual beli atau perdagangan dalam istilahfiqh disebut al-bai>’ yang menurut etimologi berarti menjual atau mengganti.3Wahbah

1

Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam, (Surakarta : Era Intermedia.2007), 354. 2

Departemen Agama RI.,al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung : Pedoman Ilmu Jaya, 1992), 83. 3

(9)

2

Zu>haily mengartikannya secara bahasa dengan menukar sesuatu dengan

sesuatu yang lain.4 Jual beli sebagai sarana tolong menolong antara sesama umat manusia mempunyai landasan yang kuat dalam al-Qur’an. Terdapat beberapa ayat al-Qur’an yang berbicara tentang jual beli, antara lain firman Allah SWT dalam QS al-Baqarah 2:198 sebagai berikut:

ُْ ﱢر ﱢ ً ْﻀَﻓ ﺒﻮُﻐَـْ َـ نَأ ﺲﺘﺎَ ُﺟ ُْ ْ َ َ َْ َ

Artinya: “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu...”5

Allah SWT mensyariatkan jual beli sebagai pemberian keluangan dan keleluasaan kepada hamba-hamba-Nya,karena semua manusia secara pribadi mempunyai kebutuhan berupa sandang dan pangan. Kebutuhan seperti ini tak pernah putus selama manusia masih hidup.Tak seorangpun dapat dapat memenuhi hajat hidupnya sendiri.

Begitu juga yang dilakukan oleh mayoritas penduduk di Desa Kaligede Kecamatan Senori Kabupaten Tuban, mayoritas masyarakat di Desa Kaligede Kecamatan Senori Kabupaten Tuban adalah beternak sapi. Hal ini didukung karena banyaknya sawah dan ladang serta kondisi perekonomian masyarakat Desa Kaligede yang tergolong menengah.

Selain itu mata pencaharian masyarakat di Desa Kaligede sebagian besar adalah sebagai petani, sehingga itu yang menjadi dorongan penduduk setempat untuk memelihara sapi. Dikarenakan dahulu sapi dimanfaatkan

4

Wahbahal-Zuhaily, Al-Fi>qh al-Isla>mi> wa Adilla>tu>h, Jilid V, cet. Ke-8 (Damaskus: Da>r al-Fi>kr al Mu>’aashir, 2005),3304.

5

(10)

3

sebagai alat untuk membajak sawah oleh petani setempat, namun seiring perkembangan zaman yang lebih modern sapi tidak digunakan lagi setelah adanya alat-alat modern yang lebih praktis dan memudahkan petani dalam mengolah sawah.

Sehingga fungsi sapi kini lebih dimanfaatkan sebagai lahan investasi untuk meningkatkan tingkat ekonomi masyarakat setempat. Oleh karena itu di Desa Kaligede Kecamatan Senori Kabupaten Tuban sering terjadi transaksi jual beli sapi.

Dalam transaksi jual beli sapi tersebut menggunakan sistem hutang dengan syarat pembayaran awal yang sudah disepakati dan dibayarkan kemudian pembayaran selanjutnya ditentukan waktunya oleh pihak kedua

(polangan) sebagai pembeli. Dan setelah sapi tersebut dijual oleh pihak kedua

(polangan) kepada pembeli yang baru (pihak ketiga) maka pembayaran

selanjutnya (hutang) dilunasi kepada pihak pertama sebagai pemilik sapi/penjual. Namun tak jarang juga banyak polangan yang berbuat tidak jujur, dan tidak menepati janji sesuai dengan kesepakatan untuk membayar hutang kepada pihak pertama, sehingga pihak pertama merasa dirugikan.

Posisi pihak kedua(polangan) di sini belum memiliki hak milik sepenuhnya terhadap sapi tersebut, karena masih ada tanggungan hutang kepada pemilik sapi pihak pertama (penjual), namun oleh pihak kedua

(11)

4

jual beli itu ada dua pihak, yakni : pemilik sapi sebagai penjual dan pembeli(polangan).6

Tradisi yang seperti itu sudah menjadi kebiasaan mayoritas masyarakat di Desa Kaligede dalam melakukan transaksi jual beli sapi kepada

polangan.

Perjanjian jual beli merupakan perbuatan hukum yang mempunyai konsekuensi terjadinya peralihan hak atas sesuatu barang dari pihak penjual kepada pihak pembeli, maka dengan sendirinya dalam perbuatan hukum ini haruslah dipenuhi rukun dan syarat sahnya jual beli.7Dalam jual beli, barang harus ada dan barang tersebut menjadi milik sah penjual.

Demikian pula dijelaskan dalam hukum Islam bahwa jual beli milik orang tanpa seizin pemiliknya, menurut ulama hanafiyah dan malikiyah, jual beli harus ditangguhkan sampai ada izin pemilik.8Jual beli seperti ini disebut sebagai jual beli fu>dhu>li.

Berbeda dengan madzhab syafiiyah dan dhahiriyah, jual beli fu>dhu>li batal secara mutlak. Dengan alasan dalam jual beli disyaratkan obyek transaksi harus berada dalam kepemilikan penjual. Hal ini disandarkan pada hadist nabi yang melarang untuk menjual sesuatu yang bukan miliknya. Dalam hadist riwayat At-Tirmidzi dari hakim bin hizam berkata :

ﺎ َﻬَـ َلﺎَﻗ ﺳمﺒ َﺰِﺣ ِ ْ ﺳ ِ َﺣ َْ ﻻ َﺎ َ ِ ْ َف ْﻮُْﻮُـ َْ َب ْﻮـ َﺒ َْ ﺳﺪْ َز ُْ ﺒ ُد ﺎ َﲪ َﺔَ ْ َـُـﻗ ﺎَ ْـﺛ َﺪَﺣ

ْ ِﱐ

ُل ْﻮَُر

يِﺪْ ِ َْ َ ﺎ َ َْ َِأ ْنَأ َ ََو ِْ َ َ ِّ ﺒ ﻰ َ ِّ ﺒ

6

Wawancara dengan Bapak Warsito (Penjual sapi), pada Tanggal 7 Oktober 2014. 7

Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta : Sinar Grafika, 2000), 129. 8

(12)

5

Dikabarkan pada kita dari qutaibah, dikabarkan pada kita dari hammad ibnu zaid dari ayyub, dari yusuf ibnu malik, dari hakim ibnu hizam menceritakan : Rasulullah SAW telah melarang menjual sesuatu yang bukan milikku (tidak ada padaku).9

Jual beli seperti yang digambarkan di atas merupakan jual beli

fudhu>li (bai>’ fudhu>li). Al-Fudhu>li secara bahasa bermakna orang yang

melakukan transaksi atas sesuatu yang tidak berhubungan dengan kepentingannya, atau orang yang melakukan akad tanpa memiliki wilayah atas objek yang ditransaksikan.10 Seperti menjual atau membeli barang untuk atau atas nama orang lain menyewa atau menyewakan untuk orang lain tanpa mendapatkan mandat, wasiat, wilayah atau izin orang lain.

Intinya al-fudhu>li adalah melakukan transaksi barang yang menjadi milik orang lain tanpa mendapatkan izin darinya. Menurut Madzab Hanafiyah dan Malikiyah jual beli al-Fudhu>li diperbolehkan akan tetapi bersifat

maukuf (bergantung) pada persetujuan orang yang memiliki kepentingan.

Selain itu juga mempertimbangkan aspek maslahat yang mungkin akan diterima oleh pemilik barang karena pemilik barang tidak akan memberikan persetujuan jika tidak terdapat manfaat didalamnya. Hal ini disandarkan kepada keumuman kemaslahatan jual beli yang dijelaskan dalam surat al-Baqarah 2:275 yang berbunyi:

9

Syekh Muhammad Abid as-Sindi, Musnad Syafi’i, Juz 2, (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2006), 1301.

10

(13)

6

ََ ﱠﻻِإ َنﻮُﻮَُـ َﻻ ﺎَ ﱢﺮ ﺒ َن ُﻮُْﺄَ َ ِﺬﱠ ﺒ

ُْﻬﱠـَﺄِ َ ِ َذ ﱢ َْﺒ َِ ُنﺎَﻄْ ﱠﺸ ﺒ ُ ُﻄﱠ َ َﺘ َـ يِﺬﱠ ﺒ ُمﻮَُـ ﺎ

ﱢﱠر ﱢ ُ◌ُﺔَﻈِْﻮَ ُ َءﺂ َﺟ ََ ﺎَ ﱢﺮ ﺒ َمﱠﺮََو َْ َـْﺒ ُﷲﺒ ﱠ ََأ َو ﺎَ ﱢﺮﺒ ُْﺜ ِ ُْ َـ

ْﺒ ﺎ َﱠِإ ﺒﻮُﺎَ

ﻰَﻬَـﺘﺎَ ِ

ِﷲﺒ ﻰَِإ ُ ُﺮَْأ َو َ َ َ ﺎ َ ُ ََـ

َنوُﺪِ ﺎَ ﺎ َﻬ ِ ُْ ِرﺎﱠ ﺒ ُبﺎ َ ْﺻَأ َ ِﺌَ ْوُﺄَ َدﺎَ ََْو

Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Rabbnya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”.11

Berdasarkan alasan di atas penulis akan menjelaskan tentang bagaimana praktik jual beli sapi kepada polangan di Desa Kaligede Kecamatan Senori Kabupaten Tuban tapi yang menjadi fokus dalam pembahasan penelitian ini adalah bai>’ fudhu>li. Dimulai dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai “Tinjauan Hukum Islamterhadap Tradisi Jual Beli Sapi kepadaPolangan di Desa Kaligede Kecamatan Senori Kabupaten Tuban”.

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Identifikasi diperlukan untuk mengenali ruang lingkup pembahasan agar tidak terjadi miss understanding dalam pemahaman pembahasannya. Dari hasil penelitian sementara, maka muncul beberapa masalah yang diantaranya :

11

(14)

7

a. Pelaksanaan tradisi jual beli sapi kepada polangandi Desa Kaligede Kecamatan Senori Kabupaten Tuban.

b. Dampak dari tradisi jual beli sapi kepada polangan di Desa Kaligede kecamatan Senori Kabupaten Tuban.

c. Faktor yang melatar belakangi terjadinya tradisi jual beli sapi kepadapolangan di Desa Kaligede Kecamatan Senori Kabupaten Tuban.

d. Penentuan hutang dalam tradisi jual beli sapi kepadapolangan di Desa Kaligede Kecamatan Senori Kabupaten Tuban.

e. Penentuan Pembayaran hutang dalam tradisi jual beli sapi kepada

polangan di Desa Kaligede Kecamatan Senori Kabupaten Tuban.

f. Penjualan sapi yang dilakukan polangan yang belum memiliki hak penuh dalam kepemilikan sapi dalam transaksi jual beli sapi polangan di Desa Kaligede Kecamatan Senori Kabupaten Tuban. g. Tinjauan hukum Islam terhadap tradisi jual beli sapi

kepadapolangan di Desa Kaligede Kecamatan Senori Kabupaten Tuban.

2. Batasan Masalah

(15)

8

a. Pelaksanaan tradisi jual beli sapi kepadapolangan di Desa Kaligede Kecamatan Senori Kabupaten Tuban.

b. Tinjauan hukum Islam terhadap tradisi jual beli sapi kepadapolangan di Desa Kaligede Kecamatan Senori Kabupaten Tuban.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana praktik tradisi jual beli sapi kepada polangan di Desa Kaligede Kecamatan Senori Kabupaten Tuban?

2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap tradisi jual beli sapi kepadapolangan di Desa Kaligede Kecamatan Senori Kabupaten Tuban?

D. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian/penelitian yang sudah pernah dilakukan seputar masalah yang akan diteliti sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan diteliti ini tidak ada pengulangan atau duplikasi dari kajian/penelitian yang telah ada.

(16)

9

Sejauh pengamatan penulis, kajian tentang jual beli sapi

polanganmenurut hukum Islam belum ada yang meneliti dalam fakultas ini.

Akan tetapi penulis menemukan beberapa penelitian tentang “Tinjauan

Hukum Islam Terhadap Perubahan Harga Secara Sepihak dalam Jual Beli

Sapi Antara Supplier dan Pedagang Pengecer di Pasar Ploso

Jombang”.Dalam Skripsi ini menyatakan bahwa telah terjadi perubahan

harga secara sepihak dalam jual beli daging sapi antara supplier dan pedagang pengecer di Pasar Ploso Jombang. Di mana supplier sudah menetapkan harga daging sapi kepada pengecer tetapi pedagang pengecer merubah harga daging sapi lebih rendah dari yang ditetapkan oleh supplier pada saat penjualan kepada konsumen. Akan tetapi pedagang pengecer menyerahkan kepada supplier dengan harga penjualan konsumen.Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa perubahan harga seraca sepihak yang dilakukan oleh pedagang pengecer itu tidak sesuai aturan.Menurut fuqaha memaksa adalah batal demi hukum, sedangkan menurut hanafiyah akad yang disertai unsur paksaan tersebut berakhir, jika pihak yang dipaksa rela, maka akadnya sah dan jika tidak rela maka akadnya batal.Skripsi ini disusun oleh Icha Septy Librayany (Jurusan Muamalah, Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2013).12

Skripsi milik Ilmiyaul Faizah pada tahun 2012, yang berjudul “Jual Beli Kios (Milik Umum) Di Pasar Tanjung Kabupaten Jember Dalam

Perspektif Hukum Islam Dan Perda Kabupaten Jember Nomor 6 Tahun

12

(17)

10

2008” dalam skripsi ini menyatakan bahwa permasalahan ada pada pihak

yang dimanfaatkan oleh pihak lain namun dalam kenyataannya transaksi tersebut masih berlanjut dikarenakan faktor-faktor lain.Kesimpulan dalam skripsi ini jual beli yang seperti ini tergolong batal karena status kios (barang) tersebut adalah barang sewa, yang seharusnya diambil manfaatnya saja.13

Skripsi milik Titik Khurrotin pada tahun 2008, yang berjudul “Mekanisme Sewa Menyewa “Tanah Gusuran” Dalam Perspektif Hukum

Islam (Studi Kasus Di Desa Bogobabadan Karangbinangun Lamongan)”.

Yang membahas tentang praktek sewa-menyewa tanah gusuran yang dilakukan oleh para petani karena adanya kesempatan bagi warga desa yang merasa sebagai pemilik tanah sebelum adanya pencabutan hak milik atas tanah pada tahun 1993, dalam akad tersebut, mijir menyewakan tanah gusuran tanpa ijin dari pemilik dan mustajir melakukan pengurangan nilai harga sewa dalam setiap pembayarannya. Kesimpulan dari skripsi ini menurut Hukum Islam adalah batal, karena obyek dalam persewaan tersebut bukan hak milik.14

Pada penelitian terdahulu terdapat persamaan dan perbedaan yang mendasari penelitian ini, persamaannya dalam transaksi tersebut ada pihak yang sama-sama dirugikan karena sudah melenceng dari kesepakatan diawal, dan status kepemilikan barang yang akan dijual belikanpun masih belum jelas atau belum menjadi hak milik penuh oleh penjual. Dan menurut hukum Islam

13

Ilmiyatul Faizah, Jual Beli Kios (Milik Umum) Pasar di Pasar Tanjung Kabupaten Jember Menurut Hukum Islam dan Perda Kabupaten Jember Nomor 6 Tahun 2008, 2012, 10

14

(18)

11

transaksi tersebut sama-sama batal atau dilarang.Sedangkan perbedaan dalam penelitian tersebut di atas adalah transaksi dan obyek yang diteliti, salah satunya transaksi tentang jual beli dan yang lainnya tentang sewa-menyewa.

E. Tujuan Penelitian

Adapun penulis meneliti dan membahas masalah ini dengan tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui mekanisme jual beli sapi kepada polangandi Desa Kaligede Kecamatan Senori Kabupaten Tuban.

2. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap praktik jual beli sapi kepada polangan di Desa Kaligede Kecamatan Senori Kabupaten Tuban.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan penulis yakni agar bermanfaat dan berguna untuk hal-hal sebagai berikut :

1. Secara teoritis, sebagai upaya untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang mekanisme jual beli sapi polangan di Desa Kaligede Kecamatan Senori Kabupaten Tuban, sehingga dapat dijadikan informasi bagi para pembaca yang ingin memperdalam pengetahuan mengenai hukum Islam sekaligus dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut.

(19)

12

salah satu metode ijtihad dalam melakukan proses jual beli dan sosialisasi sekaligus mempertajam analisis teori dan praktik terhadap jual beli.

G. Definisi Operasional

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai pengertian dalam judul proposal ini, maka penulis tegaskan beberapa istilah-istilah sebagai berikut :

Hukum Islam : yaitu hukum Islam atau peraturan yang diturunkan Allah SWT untuk manusia melalui Nabi Muhammad saw, baik berupa al-Qur’an maupun sunnah Nabi.15Hadis dan pendapat fuqaha’ yang membahas tentang peraturan-peraturan dan ketentuan yang terkait dengan jual beli (bai>’).

Jual beli : merupakan akad tukar menukar harta dengan harta lain melalui tata cara yang ditentukan oleh syariat, yakni memenuhi syarat jual beli.16

Polangan : Sebutan untuk perantara/makelar yang memediasi antara

pemilik sapi dengan pihak ketiga (pembeli) di Desa keligede.

H. Metode Penelitian

15

Ahmad el Ghandur, Perspektif Hukum Islam,diterjemahkan oleh Ma’mun Muhammad Murai dari Al-Madkhal ila as-Shari’at al-Islamiah,(Yogyakarta: Pustaka Fahima,2006),7.

16

(20)

13

1. Data yang dikumpulkan

Studi ini merupakan penelitian lapangan (field research)yakni data yang diperoleh langsung dari masyarakat melalui proses pengamatan

(observasi), wawancara dan penyebaran kuesioner.17 Berdasarkan

rumusan masalah yang telah disebutkan, maka data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas :

a. Data tentang praktiktradisi jual beli sapi kepadapolangan di desa Kaligede kecamatan Senori kabupaten Tuban.

b. Data tentang ketentuan hukum Islam yang menjelaskan tentang jual beli sapi kepada polangan di Desa Kaligede kecamatan Senori Kabupaten Tuban.

2. Sumber Data

Secara garis besar sumber data yang digunakan dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Sumber primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian,18 tentang mekanisme tradisi jual beli sapi kepadapolangandi Desa Kaligede Kecamatan Senori kabupaten Tuban, yaitu:

1) Pihak yang melakukan transaksi jual beli sapi kepadapolangandi Desa Kaligede Kecamatan Senori Kabupaten Tuban, diantaranya yaitu penjual sapi tersebut.

2) Pembeli sapi dan pasar di mana sapi itu diperjual belikan lagi.

17

Masruhan, Metoodologi Penelitian Hukum, (Surabaya : Hilal Pustaka, 2013),91. 18

(21)

14

3) Pihak ketiga, sebagai pembeli kedua. 4) Masyarakat.

b. Sumber sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada baik dari perpustakaan atau laporan peneliti terdahulu,19 data tersebut meliputi:

1) Abdul Rahman Ghazaly, Ghufron Ihsan, Sapiudi,Fiqh

Muamalat, Jakarta, Kencana Media Group.

2) Wahbah Az-Zuhaili, Fi>qh Islam Wa Adilla>tuhu>, Jakarta, Gema Insani.

3) Syaikh Al-Alamah Muhammad bin Abdurrahman, Fiqh Empat

Madzhab.

4) Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah.

5) Dan buku-buku lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

c. Dokumentasi

Untuk melengkapi data penelitian ini, peneliti akan melakukan pengumpulan data dengan metode dokumenter, yaitu teknik mencari data berupa catatan, transkip, buku, surat, kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.20Dalam studi ini penyusun

19

Ibid., 31. 20

(22)

15

mencari dan memperlajari beberapa dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik untuk mengumpulkan data, antara lain sebagai berikut :

a. Observasi

Adalah kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.21

b. Teknik Interview (Wawancara)

Metode Interview atau wawancara Adalah percakapan antara pihak yang mengajukan pertanyaan dengan pihak yang menjawab pertanyaan guna mendapatkan data sebagai sumber penelitian.22 Dengan ini penulis menggunakan jenis wawancara tidak terstruktur yakni dengan cara pertanyaan yang diajukan bersifat fleksibel tetapi tidak menyimpang dari tujuan wawancara yang telah ditetapkan.23 Adapun wawancara yang dilakukan terkait denga penelitian ini adalah :

1) Penjual 2) Pembeli 3) Masyarakat

21

Masruhan, Metodologi Penelitian Hukum, (Surabaya : Hilal Pustaka, 2013), 212. 22

Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2014), 186.

23

(23)

16

c. Telaah Dokumen

Merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui data tertulis dengan mempergunakan analisis yang ada.24

4. Teknik Pengelolaan Data

Adapun teknik yang digunakan dalam pengelolaan data yakni25:

a. Editing, yaitu: dengan memeriksa kembali semua data yang

diperoleh terutama dari segi kelengkapan, keserasian data antara satu dengan yang lain. Teknik ini digunakan untuk memeriksa data-data wawancara yang diperoleh oleh penulis dan dibandingkan antara pendapat para penjual sapi.

b. Organizing, yaitu: menyusun data dan mensistematisasikan data-data

yang telah diperoleh dalam kerangka paparan yang sudah direncanakan sebelumnya. Menyusun data yang diperoleh dari jual beli kemudian menyatukan dengan teori-teori hukum Islam yang sudah ada.

c. Analizing, yaitu: dengan mengadakan penggalian terhadap data-data

yang telah disusun dengan cara menyelami dan merefleksikan data tersebut supaya dapat ditarik kesimpulan. Dengan teknik ini penulis menyimpulkanantara jual beli yang terjadi di lapangan dengan teori-teori dalam hukum Islam sudah sesuai dengan aturan hukum Islam atau sebaliknya.

5. Teknik Analisis Data

24

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 1986), 22. 25

(24)

17

Analisis data, yaitu proses penyederhanaan data ke bentuk yang lebih mudah dibaca dan interpretasikan.26Setelah semua data yang berhubungan dengan penelitian diperoleh, maka langkah yang ditempuh setelahnya adalah menganalisa data tersebut. Adapun teknik yang digunakan adalah deskriptif induktif. Penyusun melakukan analisis data pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu analisis data tersebut menggunakan metode kualitatif, yakni mencari nilai-nilai dari suatu variable yang tidak dapat diutarakan dalam bentuk angka-angka, tetapi dalam bentuk kategori-kategori.27

Dalam hal ini setelah penulis mengumpulkan data secara sistematis dan factual, kemudian penulis menganalisisnya dengan menggunakan metode diskriptifdengan pola pikir induktif yaitu mengkaji teori penulis menggunakan metode ini karena ingin memaparkan, menjelaskan dan menguraikan data yang terkumpul kemudian disusun dan dianalisis untuk diambil kesimpulan.

I. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan penulis, maka penelitian ini nanti akan dibagi dalam beberapa bab, tiap-tiap bab dibagi beberapa subbab. Susunan sistematikanya sebagai berikut:

26

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai(Jakarta : LP33ES,1989),263. 27

(25)

18

Bab pertama adalah pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah, rumusan masalah, tinjauan pustaka, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian yang meliputi: jenis penelitian, data yang dikumpulkan, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengelolaan data, teknik analisis data lalu dirangkai dengan sistematika pembahasan.

Bab kedua mengemukakan tentang jual beli dalam Islam dengan menjabarkan tentang definisi jual beli, dasar hukum, rukun dan syarat jual beli, macam dan bentuk jual beli yang dilarang serta definisifu>dhu>li, dasar hukum jual beli fu>dhu>li,dan syarat jual beli fu>dhu>li.

Bab ketiga, menjelaskan data hasil penelitian lapangan yang telah dilakukan oleh penulis yang berisi tentang gambaran umum wilayah, obyek penelitian tentang tradisi jual beli sapi kepadapolangandi Desa Kaligede Kecamatan Senori Kabupaten Tuban.

Bab keempat mengemukakan hasil analisis penelitian yaitu : Analisis argumentasi atau alasan terhadap praktek tradisi jual beli sapi kepada polangandi Desa Kaligede Kecamatan Senori Kabupaten Tuban.

dan dan Tinjauan Hukum Islam terhadap tradisi jual beli sapi polangandi Desa Kaligede Kecamatan Senori Kabupaten Tuban.

(26)

19

BAB II

JUAL BELI DALAM HUKUM ISLAM

A. Jual Beli Menurut Hukum Islam

1. Pengertian Jual Beli

Jual beli adalah merupakan satu komponen dari 5 sistem muamalah yang memiliki kedudukan tersendiri dalam hukum Islam. Sistem muamalah tersebut dipandang memiliki manfaat yang sangat besar dalam lalu lintas perekonomian Islam, yakni terbentuknya masyarakat yang adil dan sejahtera. Menurut bahasa, jual beli adalah menukar sesuatu dengan sesuatu. Sedangkan di dalam syari’at Islam adalah menukar barang atau milik atas dasar suka sama suka.28

Istilah jual beli di dalam hukum Islam dikenal sebagai istilah " ﺒ"

Dalam istilah " ﺒ"tersebut dapat dilihat dari 2 segi, diantaranya :

a. Secara Bahasa atau Lughoh

Jual beli menurut bahasa berasal dari kata al-bai’,29yang

berarti menjual, mengganti, dan menukar (sesuatu yang lain), dan diambil dari kata asal ba’a, yabi’u, ba’an.

Kata al-ba’i, dalam bahasa Arab terkadang digunakan untuk kata lawannya, yakni kata as-syira (beli). Dengan demikian, kata

28

Hamzah Ya’qub, Kode Etik Dagang Menurut Hukum Islam, (Jakarta: Raja Grafindo persada, 1984) 18.

29

(27)

20

ba’i berarti “jual”, tetapi sekaligus juga berarti “beli”. Jadi kata

al-ba’i bisa diartikan sebagai jual beli.

b. Secara Syara’

1). Menurut Sayyid Sabiq, jual beli adalah “ pertukaran harta atas dasar saling rela atau memindahkan milik dengan ganti yang dibenarkan.”

2). Jual beli adalah “ Menukar suatu barang dengan barang yang lain dengan cara yang tertentu.”

3). Jual beli adalah pemberian harta karena menerima harta dengan ikrar penyerahan dan jawab penerimaan (ijab qabul) dengan cara yang diizinkan.

(28)

21

Proses tersebut harus dilakukan secara rela atau suka sama suka antar kedua belah pihak.30

Adapun jual beli menurut beberapa ulama : 1. Ulama Hanafiyah

ﺳصﻮَُْﳐ ﺳْﺟَو ﻰ َ ﺳلﺎَ ِﲟ ﺳلﺎ َ َﺔَ َد ﺎ َ ُ

Saling menukar harta dengan harta malalui cara tertentu. Dalam definisi ini terkandung pengertian bahwa cara yang khusus yang dimaksud ulama hanafiyah melalui ijab (ungkapan membeli dari pembeli) dan qobul (pernyataan menjual dan penjual), atau juga boleh malalui saling memberikan barang dan harga dari penjual dan pembeli. Di samping itu, harta yang diperjualbelikan harus bermanfaat bagi manusia. Sehingga bangkai, minuman keras, dan darah, tidak termasuk sesuatu yang boleh diperjualbelikan, karena benda-benda itu tidak bermanfaat bagi muslim. Apabila jenis-jenis barang seperti itu tetap diperjualbelikan, menurut ulama hanafiyah jual belinya tidak sah.31

30

M.Syamsul rizal, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Ampo di Desa Bektiharjo Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban, (Surabaya : Skripsi IAIN Sunan Ampel, Tahun 2013), 21.

31

(29)

22

2. Definisi lain dikemukakan ulama malikiyah, syafi’iyah, dan hanabilah.

Menurut mereka jual beli adalah :

ﺎَ ُ َﲤ َو ﺎَ ِ َْﲤ ِلﺎ َﺒﺎِ ِلﺎ َﺒ َﺔَ َد ﺎ َ ُ

Saling menukar harta dengan harta dalam bentuk pemindahan milik dan kepemilikan.32

Dalam hal ini mereka melakukan penekanan kepada kata milik dan kepemilikan, karena ada juga tukar-menukar harta yang sifatnya tidak harus dimiliki, sewa menyewa (Ijaroh). Dalam menguraikan apa yang dimaksud dengan al-mal (harta), terdapat perbedaan pengertian antara ulama hanafiyah dengan jumhur ulama. Akibat dari perbedaan ini, muncul pula hukum-hukum yang berkaitan dengan jual beli seperti itu sendiri. Menurut jumhur ulama, yang dikatakan al-mal adalah materi dan manfaat. Oleh sebab itu, manfaat dari suatu benda menurut mereka dapat diperjualbelikan. Ulama hanafiyah mengartikan al-mal dengan suatu materi yang mempunyai nilai. Oleh sebab itu, hak dan manfaat menurut mereka, tidak boleh dijadikan obyek jual beli.33

2. Dasar Hukum Jual Beli

Jual beli pada dasarnya merupakan kegiatan saling bantu antara yang satu dengan yang lain dengan prinsip saling menguntungkan sesuai ketentuan syariat dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

32

Ibid, 112. 33

(30)

23

Terhadap sejumlah ayat al-qur’an dan hadist Nabi saw yang menerangkan tentang jual beli, diantaranya :

a. Surat al-Baqarah 2 : 275, yang berbunyi :



Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.34

b. Surat an-Nisa’ ayat 29, yang berbunyi :

















Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.35 c. Surat al-Baqarah ayat 282, yang berbunyi :

Artinya: “Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli.”36

Dengan demikian semakin jelas bahwa jual beli adalah sesuatu yang diperbolehkan oleh agama atau syara’. Jual beli yang jujur tanpa diiringi kecurangan kecurangan-kecurangan akan mendapat berkah dari Allah

34

Depag RI, al-Qur’an dan Terjemahannya…, 47. 35

Ibid, 122. 36

(31)

24

swt. Jual beli juga disepakatioleh beberapa ijma’ ulama’ dengan mengemukakan bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya tanpa bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai.37

Manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan, yang mana untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kelangsungan hidupnya. Menurut aturan hukum Islam, dalam jual beli ini merupakan hal yang sangat penting untuk masyarakat. Dalam al-Qur’an menganjurkan agar manusia untuk saling tolong menolong antara sesamanya.









Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.(Qs. Al-Ma’idah: 2)38

Dari beberapa ayat al-Qur’an dan Hadits di atas maka dapat dilihat bahwa jual beli mempunyai landasan yang kuat. Sehingga ulama’ sepakat mengenai kebolehan jual beli (dagang) sebagai perkara yang telah dipraktekan sejak jaman Nabi saw hingga kini.39 Dari kandungan

37

Rahmat Syafei, Fiqh Muamalah, (Bandung : Pustaka Setia, 2009), 75. 38

Departemen Agama RI.,al-Qur’an dan Terjemahnya …, 157. 39

(32)

25

ayat Allah swt dan sabda-sabda Rasulullah di atas para ulama mengatakan bahwa hukum jual beli adalah mubah (boleh).

3. Rukun dan Syarat Jual Beli

a. Rukun Jual Beli

Menurut jumhur ulama rukun jual beli ada tiga, yaitu:40 1. Akad (ijab qobul)

Akad ialah ikatan kata antara penjual dan pembeli. Jual beli belum dikatakan sah sebelum ijab dan qobul belum dilakukan sebab ijab qobul menunjukkan kerelaan (keridhaan). Pada dasarnya ijab qobul dilakukan dengan lisan, tetapi kalau tidak mungkin, misalnya bisu atau yang lainnya, boleh ijab qobul dengan surat menyurat yang mengandung arti ijab dan qobul.41

2. Orang-orang yang berakad (penjual dan pembeli)\ Bagi yang berakad diperlukan beberapa syarat: 1. Baligh dan berakal

Agar tidak mudah ditipu orang maka batal akad anak kecil, orang gila atau orang bodoh. Sebab mereka bukan ahli tassaruf (pandai mengendalikan harta). Oleh sebab itu, harta benda yang dimilikinya sekalipun tidak boleh diserahkan kepadanya. Allah SWT berfirman dalam surat an-Nisa’ ayat 5:

40

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Bandung : Gunung Djati Press, 1997), 70. 41

(33)

26















Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.42

Harta benda tidak boleh diserahkan kepada orang bodoh (belum sempurna akalnya). Hal ini berarti bahwa orang yang bukan merupakan ahli tasarruf tidak boleh melakukan jual beli dan melakukan akad (ijab qobul).43 2. Beragama Islam

Syarat ini hanya tertentu untuk pembelian saja, bukan untuk penjual yaitu kalau di dalam sesuatu yang dibeli tertulis firman Allah SWT walaupun satu ayat, seperti membeli kitab al-Qur’an atau kitab hadist Nabi saw.

3. Ma’qud ‘alaih (obyek akad)\

Barang yang diperjual belikan (Ma’qud alaih)adalah yang uang dan benda yang dibeli agar kedua belah pihak mengetahui wujud barangnya, sifatnya, keadaannya dan

42

Depag RI, al-Qur’an dan Terjemahannya…., 115. 43

(34)

27

harganya. Syarat barang yang diperjual belikan adalah sebagai berikut:44

1. Suci atau mungkin untuk disucikan sehingga tidak sah penjualan benda-benda najis seperti anjing, babi dan yang lainnya.

2. Member manfaat menurut syara’, maka dilarang jual beli benda-benda yang tidak boleh diambil manfaatnya menurut syara’, seperti menjual babi, kala, cicak, dan yang lainnya.

3. Dapat diserahkan secara cepat/ lambat (tidak sah menjual barang-barang yang sulit dihasilkan atau barang-barang yang hilang). Dapat diserah terimakan artinya penjual dan pembeli dapat menyerahkan barang yang dijadikan sebagai obyek jual beli sesuai dengan bentuk jumlah yang telah disepakati pada saat terjadinya transaksi. Dengan adanya ketentuan seperti itu maka barang yang tidak dapat diserah terimakan tidak sah untuk diperjual belikan, seperti ikan dalam kolam, anak sapi yang masih dalam kandungan.

4. Milik sendiri (tidak sah menjual barang orang lain tanpa seizin pemiliknya atau menjual barang yang hendak menjadi milik).

44

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah…, 72. 44

(35)

28

5. Diketahui dan dilihat (barang yang dipejual belikan itu harus diketahui banyak, berat atau jenisnya). Agar jual beli menjadi sah, diperlukan terpenuhinya syarat sebagai berikut diantaranya yang berkaitan dengan orang yang berakad, yang berkaitan dengan yang diakadkan atau tempat berakad artinya harta yang akan dipindahkan dari kedua belah pihak yang melakukan akad, sebagai harga atau yang dihargakan.

6. Jangan ditaklikkan, yaitu dikaitkan atau digantungkan kepada hal-hal lain, seperti jika ayahku pergi, kujual motor ini kepadamu.

7. Tidak dibatasi waktunya, seperti perkataan kujual motor ini kapada Tuan selama satu tahun, maka penjualan tersebut tidak sah sebab jual beli merupakan salah satu sebab kepemilikan secara penuh yang tidak dibatasi apapun kecuali ketentuan Syara’.

b. Syarat-Syarat Jual Beli

Dalam jual beli terdapat empat macam syarat akad yang harus dipenuhi yaitu45:

1) syarat terjadinya akad (in’iqad) 2) syarat sahnya akad jual beli 3) syarat terlaksananya akad (nafadz)

45

(36)

29

4) syarat mengikat (luzum)

Maksud diadakannya syarat-syarat ini adalah untuk mencegah terjadinya perselisihan di antara manusia, menjaga kemaslahatan pihak-pihak yang melakukan akad, dan menghilangkan sifat gharar (penipuan). Apabila syarat in’iqad (terjadinya akad) rusak (tidak terpenuh) maka akad menjadi batal. Apabila syarat sah yang tidak terpenuhi maka akad menjadi mauquf (ditangguhkan), dan apabila syarat luzum (mengikat) yang tidak terpenuhi, maka akad menjadi mukhayyar (diberi kesempatan memilih) antara diteruskan atau dibatalkan.46

1) Syarat Terjadinya Akad (in’iqad)

Syarat in’iqad adalah syarat yang harus terpenuhi agar akad jual beli dipandang sah menurut syara’. Apabila syarat ini tidak terpenuhi, maka akad jual beli menjadi batal.

Hanafiyah mengemukakan empat macam syarat untuk keabsahan jual beli:

a. Syarat berkaitan dengan aqid (orang yang melakukan akad) b. Syarat berkaitan dengan akad itu sendiri

c. Syarat berkaitan dengan tempat akad

d. Syarat berkaitan dengan objek akad (ma’qud alaih) 2) Syarat Sahnya Jual Beli

46

(37)

30

Syarat sah ini terbagi kepada dua bagian, yaitu syarat umum dan syarat khusus. Syarat umum adalah syarat yang harus ada pada setiap jenis jual beli agar jual beli tersebut dianggap sah menurut

syara’. Secara global akad jual beli harus terhindar dari enam

macam ‘aib:

a. Ketidakjelasan (jahalah) b. pemaksaan (al-ikrah)

c. pembatasan dengan waktu (at-tauqit) d. penipuan (gharar)

e. kemudharatan (dharar) f. syarat-syarat yang merusak

3) Syarat kelangsungan jual beli (syarat Nafadz)

Untuk kelangsungan jual beli diperlukan dua syarat sebagai berikut:

a. Kepemilikan atau Kekuasaan

(38)

31

b. Pada benda yang dijual (mabi’) tidak terdapat hak orang lain. Apabila dalam barang yang dijadikan objek jual beli itu terdapat hak orang lain, maka akadnya mauquf dan tidak bisa dilangsungkan.

4) Syarat mengikatnya jual beli (syarat Luzum)

Untuk mengikatnya (Luzum-nya) jual beli disyaratkan akad jual beli terbebas dari salah satu jenis khiyar yang membolehkan kepada salah satu pihak untuk membatalkan jual beli, seperti

khiyar syarat, khiyar ru’yah, dan khiyar ‘aib. Apabila di dalam

akad jual beli terdapat salah satu jenis khiyar ini maka akad tersebut tidak mengikat kepada orang yang memiliki hak khiyar, sehingga ia berhak membatalkan jual beli atau meneruskan atau menerimanya.

4. Macam-Macam Jual Beli

Jual beli dapat ditinjau dari beberapa segi. Ditinjau dari segi hukumnya, dibagi menjadi dua macam yaitu jual beli yang sah menurut hukum dan batal menurut hukum, dari segi objek jual beli dan segi pelaku jual beli.47

a. Ditinjau dari segi benda yang dijadikan objek jual beli dapat dikemukakan pendapat Imam Taqiyyuddin bahwa jual beli dibagi menjadi tiga bentuk48:

1. Jual beli benda yang kelihatan

47

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah…, 75. 48

(39)

32

Jual beli benda yang kelihatan ialah pada waktu melakukan akad jual beli benda atau barang yang diperjualbelikan ada di depan penjual dan pembeli, hal ini lazim dilakukan masyarakat banyak dan boleh dilakukan, seperti membeli beras di pasar.

2. Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian ialah seperti jual beli salam (pesanan). Menurut kebiasaan para pedagang, salam adalah untuk jual beli yang tidak tunai (kontan). Maksudnya ialah perjanjian yang penyerahan barang-barangnya ditangguhkan hingga masa tertentu, sebagai imbalan harga yang telah ditetapkan ketika akad.

Dalam salam berlaku semua syarat jual beli dan syarat-syarat tambahannya sebagai berikut:

a. Ketika melakukan akad salam, disebutkan sifat-sifatnya yang mungkin dijangkau oleh pembeli, baik berupa barang yang dapat ditakar, ditimbang, maupun diukur.

b. Dalam akad harus disebutkan segala sesuatu yang bisa mempertinggi dan memperendah harga barang itu. Misalnya benda tersebut berupa kapas, sebutkan jenis kapas

saclarides nomor satu, nomor dua, dan seterusnya, kalau

(40)

33

c. Barang yang akan diserahkan hendaknya barang-barang yang bisa didapatkan di pasar.

d. Harga hendaknya dipegang di tempat akad berlangsung. 3. Jual beli benda yang tidak ada serta tidak dapat dilihat ialah jual

beli yang dilarang oleh agama karena barangnya tidak tertentu sehingga dikhawatirkan barang tersebut diperoleh dari hasil yang dilarang oleh agama. Seperti barang curian, atau barangnya masih belum kelihatan, seperti anak sapi yang masih dalam perut induknya, dan lain-lain.

b. Ditinjau dari segi pelaku akad, jual beli terbagi menjadi tiga yaitu: 1. Akad jual beli dilakukan dengan lisan.\

2. Penyampaian akad dengan melalui utusan, perantara, tulisan, atau surat- menyurat sama halnya dengan ijab qabul dengan ucapan.

3. Jual beli dengan perbuatan (saling memberikan) atau dikenal dengan istilah mu’atah yaitu mengambil dan memberikan barang tanpa ucapan ijab qabul secara verbal.

5. Bentuk-Bentuk Jual-Beli yang Dilarang

(41)

34

tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan rukunnya, tetapi ada beberapa faktor yang menghalangi kebolehan proses jual beli.49

1. Jual beli terlarang karena tidak memenuhi syarat dan rukun. Bentuk jual beli yang termasuk dalam kategori ini sebagai berikut:

a. Jual beli barang yang zatnya haram, najis, atau tidak boleh diperjualbelikan. Barang yang najis atau haram dimakan haram juga untuk diperjualbelikan, seperti babi, berhala, bangkai, dan khamar (minuman yang memabukkan).

b. Jual beli yang belum jelas.

Sesuatu yang bersifat spekulasi atau samar-samar haram untuk diperjuabelikan, karena dapat merugikan salah satu pihak, baik penjual maupun pembeli. Yang dimaksud samar-samar adalah tidak jelas, baik barangnya, harganya, kadarnya, masa pembayarannya, maupun ketidakjelasan yang lainnya. Jual beli yang dilarang karena samar-samar antara lain: jual beli buah-buahan yang belum tampak hasilnya. Misalnya menjual putik mangga untuk dipetik kalau telah tua/masak. Jual beli barang yang belum tampak. Misalnya, misalnya, menjual ikan di kolam/laut, menjual ubi/singkong yang masih ditanam, menjual anak ternak yang masih dalam kandungan induknya.

c. Jual beli bersyarat

49

(42)

35

Jual beli yang ijab kabulnya dikaitkan dengan syarat-syarat tertentu yang tidak ada kaitannya dengan jual beli atau ada unsur-unsur merugikan dilarang oleh agama. Contoh jual beli bersyarat dilarang, misalnya ketika terjadi ijab Kabul si pembeli berkata : “baik mobilmu akan kubeli sekian dengan syarat anak gadismu harus menjadi istriku.

d. Jual beli yang menimbulkan kemudaratan

Segala sesuatu yang dapat menimbulkan kemudaratan, kemaksiatan, bahkan kemusyrikan dilarang untuk diperjualbelikan, seperti jual beli patung, salib dan buku-buku porno.

e. Jual beli yang dilarang karena dianiaya

Segala bentuk jual beli yang mengakibatkan penganiayaan hukumnya haram, seperti menjual anak binatang yang masih membutuhkan (bergantung) kepada induknya. Menjual binatang seperti ini, selain memisahkan anak dari induknya juga melakukan penganiayaan terhadap anak binatang ini.

f. Jual beli muhaqalah, yaitu menjual tanam-tanaman yang masih di sawah atau ladang. Hal ini dilarang agama karena jual beli ini masih samar-samar (tidak jelas) dan mengandung tipuan.

(43)

36

agama karena barang ini masih samar, dalam artian mungkin saja buah ini jatuh tertiup angin kencang atau layu sebelum diambil oleh pembelinya.

h. Jual beli mulamasah yaitu jual beli secara sentuh-menyentuh. Misalnya seseorang menyentuh sehelai kain dengan tangannya di waktu malam atau siang hari, maka orang yang menyentuh berarti membeli kain ini. Hal ini dilarang agama karena mengandung tipuan dan kemungkinan akan menimbulkan kerugian dari salah satu pihak.

i. Jual beli munabadzah, yaitu jual beli secara lempar-melempar, seperti sesorang berkata:”lemparkan kepadaku apa yang ada padamu, nanti kulemparkan pula apa yang padaku”, setelah terjadi lempar-melempar terjadilah jual beli. Hal ini dilarang agama karena mengandung tipuan dan tidak ada ijab Kabul. j. Jual beli muzabanah, yaitu menjual buah yang basah dengan

buah yang kering. dengan bayaran padi basah sedang ukurannya dengan ditimbang (dikilo) sehingga akan merugikan pemilik padi kering.

2. Jual beli terlarang karena adanya faktor lain yang merugikan pihak-pihak terkait.50

a. Jual beli yang masih dalam tawar-menawar

50

(44)

37

Apabila ada dua orang masih tawar-menawar atas sesuatu barang, maka terlarang bagi orang lain membeli barang itu, sebelum penawar pertama diputuskan.

b. Jual beli dengan menghadang dagangan di luar kota/pasar. Maksudnya adalah menguasai barang sebelum sampai ke pasar agar dapat membelinya dengan harga murah, sehingga ia kemudian menjual di pasar dengan harga yang juga lebih murah. Tindakan ini dapat merugikan pedagang lain, terutama yang belum mengetahui harga pasar.

c. Membeli barang dengan memborong untuk ditimbun, kemudian akan dijual ketika harga naik karena kelangkaan barang tersebut. Jual beli seperti ini dilarang karena menyiksa pihak pembeli disebabkan mereka tidak memperoleh barang keperluannya saat harga masih standart.

(45)

38

BAB III

PRAKTEK PELAKSANAAN TRADISI JUAL BELI SAPI

KEPADA POLANGAN DI DESA KALIGEDE

KECAMATAN SENORI KABUPATEN TUBAN

A. Gambaran Umum Desa Kaligede Kecamatan Senori Kabupaten Tuban

1. Kondisi Geografis

a. Luas dan Batas wilayah 1. Luas wilayah

Desa kaligede merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Senori kabupaten Tuban dengan luas wilayah 296,04 ha.

2. Batas wilayah

Desa kaligede mempunyai luas wilayah 296,04 ha dengan batas-batas yang meliputi:

a) Sebelah Utara Desa Jatisari Kecamatan Senori b) Sebelah Timur Desa Leran Kecamatan Senori c) Sebelah Selatan Desa Banyuurip Kecamatan Senori

d) Sebelah Barat Desa Wonocolo Kec.Kedewan Kab.Bojonegoro.

b. Pembagian Wilayah

(46)

39

3. Dusun Biyangbali terdiri dari =1 RW, 3 RT. c. Orbitasi (jarak dari pemerintahan)

1. Dari pemerintahan kecamatan :3 km 2. Dari pemerintahan kabupaten :56 km 3. Dari pemerintahan propinsi : 230 km 4. Dari pemerintahan pusat : 460 km

2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa

a. Visi dan misi

1) Visi : terciptanya kesejahteraan masyarakat yang berpotensi dan mandiri.

2) Misi : peningkatan pelayanan pemerintahan desa kepada masyarakat:

b. Pemerataan pembangunan untuk menunjang peningkatan sumber daya manusia di masyarakat.

c. Strategi pembangunan desa

1) Di dukung dengan swadaya masyarakat sehingga pembangunan tepat sasaran

2) Mengoptimalkan sumber daya alam serta sumber daya manusia

(47)

40

[image:47.612.132.504.100.577.2]

3. Kondisi pertanahan

Gambar 3.1 1. Peruntukan

a. Sawah tadah hujan : 4%

b. Ladang :28 %

c. Bangunan umum :9 %

d. Pemukiman :9 %

e. Hutan Negara :35 % f. Fasilitas Umum :15 %

5%

28%

9%

9% 35%

14%

Kondisi pertanahan

Sawah Tadah hujan

Ladang

Bangunan Umum

Pemukiman

Hutan Negara

(48)

41

[image:48.612.135.502.108.542.2]

4. Kondisi Kependudukan

Gambar 4.1 a. Jumlah penduduk : 3.749 Jiwa b. Jumlah keluarga : 910 KK c. Komposisi penduduk menurut Jenis kelamin

1. Laki-laki : 1.854 Jiwa 2. Perempuan : 1.895 Jiwa

5. Tingkat pendidikan Masyarakat

0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000

Jumlah penduduk

Jumlah keluarga

Laki-Laki Perempuan

jumlah 3,749 910 1,854 1,895

(49)

[image:49.612.139.505.106.581.2]

42

Gambar 5.1 a. Penduduk Buta Huruf :212 b. Penduduk Tidak Tamat SD : 542 c. Penduduk Tamat SD / Sederajat : 553 d. Penduduk Tamat SMP/Sederajat : 335 e. Penduduk Tamat SMA / Sederajat : 393 f. Penduduk tamat Diploma : 24 g. Penduduk Tamat S-1 : 40 h. Penduduk Tamat S-2 : 1

6. Agama

212

542 553

335 393

24 40 1

Series 1

Penduduk buta huruf Penduduk tidak tamat SD

Penduduk tamat SD/sederajat Penduduk tamat SMP/sederajat

Penduduk tamat SMA/ sederajat Penduduk tamat Diploma

(50)

[image:50.612.159.492.103.525.2]

43

Gambar 6.1

a. Islam : 3.749 orang b. Kristen :-

c. Katolik :- d. Hindu :- e. Budha :-

7. Bidang Ekonomi Masyarakat

a. Keberadaan pasar desa membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga.

b. Adanya home industry c. Terbentuknya kelompok tani

d. Adanya LKM (Lembaga Keuangan Mikro) e. Kopwan “SEJAHTERA”

0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000

Islam Kristen Katolik Hindu Budha

AGAMA 3,749 0 0 0 0

Ju

m

la

h

(51)

44

Mata pencaharian penduduk adalah 92 % di bidang pertanian, sedangkan 8% di bidang jasa. Hasil pertanian Tahun 2014 lebih baik dari tahun sebelumnya dan dapat kami laporkan 2 (dua) tahun terakhir dari hasil komoditi pertanian sebagai berikut :

a. Tahun 2013

1. Padi = 650 Ton

2. Jagung = 300 Ton

3. Kedelai = 0 Ton

4. Ketela Pohon = 50 Ton

5. Kacang = 0 Ton

b. Tahun 2014

1. Padi = 660 Ton

2. Jagung = 325 Ton

3. Kedelai = 0 Ton

4. Ketela Pohon = 51 Ton

5. Kacang = 0 Ton

8. Bidang Kesehatan

Sarana Kesehatan yang ada dalam Desa meliputi :

1. Polindes :1

2. Posyandu : 4

(52)

45

membahayakan, karena adanya kepedulian dan kesadaran masyarakat terhadap arti pentingnya kesehatan.

Meningkatkan kualitas pelayanan dan memeratakan kesehatan serta jaminan pelayanan kesehatan bayi masyarakat miskin ( gratis biaya pelayanan kesehatan dasar rawat inap Puskesmas dan kelas III pada RSUD).

Mengalokasikan dana yang memadahi bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik dan murah.

9. Bidang Keamanan dan Ketertiban Masyarakat

Keamanan dan Ketertiban masyarakat, berjalan lancar, ini terbukti tidak adanya kejadian – kejadian kriminalitas atau gangguan keamanan yang lain, dilihat dari data kriminalitas dan gangguan keamanan dari tahun ke tahun selalu nihil, untuk pelaksanaan PIL GUB Tahun 2008, PIL LEG Tahun 2009, PIL PRES Tahun 2009 dan pemilu KADA Tahun 2013 berjalan lancar, aman, nyaman dan kondusif.

10. Bidang Partisipasi Masyarakat

Pelaksanaan partisipasi masyarakat dalam menjunjung pembangunan :

a. Swadaya masyarakat menunjang pembangunan jalan, plengsengan,dan pengadaan tanah untuk pembangunan gedung PAUD PKK Rp. 22.000.000,-

(53)

46

c. Wujud partisipasi berupa reboisasi (penanaman penghijauan) pohon jati di lahan kritis dari seluruh ruas jalan poros Desa dan jalan lingkungan, Tahun 2012 sejumlah 25 ribu pohon dan Tahun 2013 sejumlah 20 ribu pohon

11. Bidang Pemerintahan Desa

Pelaksanaan Pemerintahan Desa, telah di laksanakan susunan organisasi tata kerja pemerintahan Desa yang baru sesuai peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 8 Tahun 2006 dan peraturan Bupati Nomor 7 Tahun 2008.

1. Kepala Desa = 1

2. Sekretaris Desa = -

3. Kepala Urusan = 3

4. Kepala Seksi = 3

5. Kepala Dusun = 3

Penarikan / Pemungutan PBB dari Wajib Pajak ( WP ) sesuai dengan yang di tetapkan, dari tahun ke tahunada kecenderungan kenaikan.

- Tahun 2012

Baku PBB = 30.024.116

Lunas pada tanggal = 23 Agustus 2012 - Tahun 2013

Baku PBB = 29.076.444

(54)

47

- Tahun 2014

Baku PBB = 29.074.900

Sampai dengan tanggal 11 Maret 2014 sudah mencapai= 15,54 %

12. Bidang pendidikan

a. PENDIDIKAN NON FORMAL

- PAUD : 2 LEMBAGA

- TPA : 6 LEMBAGA

b. PENDIDIKAN FORMAL

- TK/RA : 2 LEMBAGA

- SD/SEDERAJAT : 3 LEMBAGA - SMP/SEDERAJAT : - LEMBAGA - SMA/SEDERAJAT : - LEMBAGA

13. Bidang Lembaga Kemasyarakatan

Lembaga Kemasyarakatan Desa telah di bentuk menurut kebutuhan antara lain sebagai berikut :

(55)

48

14. Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga /

PKK

Pemberdayaan perempuan dalam pelaksanaan kegiatan untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan program, terbentuk adanya kelompok PKK di berbagai tingkatan dan kelompok kegiatan yang ada sebagai berikut :

- PKK Desa = 1

- PKK RW = 3

- PKK RT = 12

- Kelompok Desa Wisma = 45

- Kelompok Posyandu = 4

Adapun untuk mengetahui lebih jauh, mengenal potensi, kondisi Desa Kaligede dapat diperiksa dan dicermati sesuai kenyataan yang ada, dengan motto :

“ Menjaga hal-hal lama yang baik dan mengadopsi hal-hal baru yang lebih baik. “

B. Proses terjadinya Praktik Jual Beli Sapi kepada Polangan di Desa

Kaligede Kecamatan Senori Kabupaten Tuban.

1. Latar belakang terjadinya Jual Beli Sapi Kepada polangan di Desa

Kaligede Kecamatan Senori Kabupaten Tuban

(56)

49

ekonomi yang bersifat kontinyuitas sebagai kebutuhan primer masyarakat, bermacam-macam kebutuhan manusia bisa terpenuhi melalui transaksi jual beli, mulai dari kebutuhan sekunder lainnya.

Di Desa Kaligede Kecamatan Senori Kabupaten Tuban merupakan desa yang berpotensi untuk lahan pertanian dan peternakan. Terbukti luas lahan ladang, sawah, dan hutan mendominasi dari luas lahan lainnya. Ladang dan sawah biasanya ditanami padi dan jagung. Para petani di Desa Kaligede sekaligus berprofesi sebagai peternak. Hasil tanaman jagung, padi, kacang dan lainnya, semua bagian tanaman itu dapat dimanfaatkan. Hasil tanaman dijual untuk mencukupi kebutuhan dan batang serta daun dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Ternak di Desa Kaligede adalah kambing dan sapi. Di samping itu, luas lahan perhutanan tertanam pohon jati dan mahuni. Di balik semak-semak hutan banyak ditumbuhi rumput liar sehingga dimanfaatkan untuk pakan ternak sapi.

(57)

50

membajak sawah, namun lebih kepada sebagai simpanan atau tabungan yang sewaktu-waktu bisa diperjual belikan.

Para petani di Desa Kaligede memelihara sapi karena mudah untuk mendapatkan pakan dari sapi di Desa tersebut. Sapi itu digunakan untuk membajak sawah dan transportasi penduduk setempat sekitar tahun 1990-an. Untuk meminimalisir dalam pengelolaan sawah kebanyakan para petani mempunyai sapi dan digunakan untuk membajak sawah miliknya. Transportasi sapi biasanya digunakan untuk mengangkut hasil panen dan menderek kayu tebangan.

Penduduk banyak yang memiliki sapi, biasanya dalam satu keluarga ada yang memiliki lebih dari tiga sapi. Selain sapi mudah dalam pemeliharaanya untuk mendapatkan makanan sapi sendiri sangat gampang. Karena selain daerah yang mendukung bahan makanannyapun mudah didapatkan, sapi cepat dalam berkembang biak biasanya sapi bisa beranak dalam kurun waktu kurang lebih satu sampai dua tahun. Sehingga hal ini bila dibiarkan terus menerus dan jika pemilik sapi tidak menjualnya ketika sapi sudah banyak maka pemilik sapi akan kuwalahan dalam memelihara sapinya.

(58)

51

kaki meskipun jarak yang ditempuh lumayan jauh hampir tiga jam jika ditempuh dengan jalan kaki. Namun pada tahun 1980-an mulai muncul adanya tradisi jual beli sapi kepada polangan.51 Selain memudahkan

polangan juga bertindak sebagai perantara antara penjual satu dengan

penjual lainnya.

Gambar

 Gambar 3.1
 Gambar 4.1
 Gambar 5.1
 Gambar 6.1

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Undang-undang Dasar 1945 BAB VII B Tentang Pemilihan Umum Pasal 22 E ayat 1, Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil setiap

Salah satu perusahaan pada industri AMDK yang memanfaatkan pangsa pasar tersebut adalah PT Syahid Global International yang baru mulai beroperasi pada pertengahan

1) Pencatatan, yaitu risiko yang timbul saat transaksi tidak dicatat atau tidak tercatat dengan benar, yang mengakibatkan kesalahan dalam informasi eksposur risiko

Algoritma Rabbit menggunakan 128 bit kunci rahasia dan 64 bit Initialization Vector (IV) sebagai masukan untuk membangkitkan blok keluaran yang terdiri dari 128 bit acak

Setelah melakukan serangkaian pengujian dan analisa data, perbandingan unjuk kerja lampu SON-T dan HPL-N sebagai lampu penerangan jalan umum, di mana perbandingan kedua jenis

Penulisan Skripsi yang berjudul “MODEL PENGELOLAAN ASET DALAM PENCAPAIAN KEMANDIRIAN OPERASIONAL DI PONDOK PESANTREN ANNUQAYAH DESA GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP”

Artinya, doa-doa atau mantra merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia terutama bagi pelaku magi pada saat melakukan upacara keagamaan, hal tersebut akan

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yang dipakai sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai permasalahan terkait dengan