• Tidak ada hasil yang ditemukan

MINAT NASABAH NON MUSLIM TERHADAP FASILITAS PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DI BANK SYARIAH BUKOPIN CABANG DARMO SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MINAT NASABAH NON MUSLIM TERHADAP FASILITAS PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DI BANK SYARIAH BUKOPIN CABANG DARMO SURABAYA."

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

MINAT NASABAH NON MUSLIM TERHADAP FASILITAS

PEMBIAYAAN MUSYA>RAKAH DI BANK SYARIAH BUKOPIN

CABANG DARMO SURABAYA

SKRIPSI

OLEH :

PRANADIYAN LESMANA

NIM : C04210127

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Minat Nasabah Non Muslim Terhadap Fasilitas Pembiayaan Musya>rakah di Bank Syariah Bukopin Cabang Darmo Surabaya” ini merupakan hasil penelitian kualitatif yang bertujuan menjawab pertanyaan tentang faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi minat nasabah non muslim bergabung di Bank Syariah Bukopin Cabang Surabaya Darmo dalam pembiayaan musya>rakah dan strategi bank syariah bukopin menarik nasabah non muslim.

Data penelitian terhimpun dari wawancara secara langsung dengan account officer, financing administration yang menangani proses pembiayaan modal kerja dan nasabah, yang didukung dengan data dokumentatif serta literatur pendukung yang relevan terhadap permasalahan yang penulis angkat. Selanjutnya, penelitian ini dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan Strategi-strategi pemasaran yang dilakukan Bank Syariah Bukopin Cabang Darmo Surabaya diantaranya : 1) Pemasaran melalui media, 2) pemasaran melalui cara mempengaruhi (impact) serta memberikan kesan mendalam kepada setiap orang yang hadir pada saat event diselanggarakan, 3) Strategi sponsorship, 4) Road show dan door to door, 5) Periklanan dalam bentuk Bildboard, Umbul-umbul, Spanduk, Flyer, Baliho, Poster, Media cetak, 6) Personal Selling, 7) Direct Marketing

(6)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR TRANSLITERASI ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 9

C. Rumusan Masalah ... 10

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Kegunaan Hasil Penelitian ... 10

F. Definisi Operasional ... 11

G. Kajian Pustaka ... ... 12

H. Metodologi Penelitian ... 15

I. Sistematika Pembahasan ... 19

BAB II STRATEGI, MINAT DAN PEMBIAYAAN MUSYA>RAKAH A. Definisi Bank ... 21

1. Bank Konvensional ... 22

2. Bank Syariah ... 22

(7)

1. Akad dan Aspek Legalitas ... 23

2. Lembaga Penyelesaian Sengketa ` ... 23

3. Struktur Organisasi ... 23

4. Bisnis dan Usaha Yang Dibiayai ... 24

5. Lingkungan dan Budaya Kerja ... 24

C. Sistem Operasional Bank Syariah ... 25

1. Sistem Penghimpun Dana ... 25

2. Sistem Penyalur dana dan Produk Penyalur Dana ... 27

D. Pembiayaan Bank Islam ... 27

3. Implementasi Musya>rakah Dalam Perbankan Syariah ... 34

4. Manfaat dan Resiko Musya>rakah ... 34

F. Strategi ... 37

1. Pengertian Strategi... 37

2. Tipe-Tipe Strategi ... 40

G. Perilaku Konsumen ... 41

1. Pengertian Perilaku Konsumen ... 42

2. Teori Perilaku Konsumen ... 44

3. Tujuan Perilaku Konsumen ... 44

4. Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Perilaku Konsumen 45

5. Tahapan dalam Perilaku Konsumen ... 48

(8)

1. Visi dan Misi Bank Syariah Bukopin ... 50

2. Budaya Perusahaan ... 50

3. Struktur Organisasi Bank Syariah Bukopin ... 51

B. Produk dan Jasa Bank Syariah Bukopin ... 53

1. Giro Wadiah ... 53

2. Tabungan Siaga Wadiah ... 54

3. Tabungan Haji ... 56

4. Pembiayaan iB jual-beli (muraba>hah) ... 57

5. Pembiayaan iB bagi hasil (musya>rakah) ... 58

6. Pembiayaan iB bagi hasil mudha>rabah ... 60

C. Strategi Bank Syariah Bukopin dalam Menarik Minat Nasabah Non Muslim ... 61

1. Promosi Penjualan ... 63

D. Minat Nasabah Non Muslim Terhadap Produk Pembiayaan Musya>rakah di Bank Syariah Bukopin ... 68

BAB IV ANALISIS MINAT NASABAH NON MUSLIM TERHADAP FASILITAS PEMBIAYAAN MUSYA>RAKAH DI BANK SYARIAH BUKOPIN CABANG DARMO SURABAYA A. Analisis Strategi yang Dilakukan Bank Syariah Bukopin Cabang Darmo Surabaya dalam Menarik Nasabah Non Muslim ... 74

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia usaha dalam berbagai industri seakan akan tidak

pernah pupus karena pergeseran zaman, demikian juga dengan

perkembangan industri perbankan yang tidak jauh berbeda tingkat

perkembangannya dengan industri-industri lainnya. Dengan menyesuaikan

zaman dan adanya kebutuhan serta masukan dari masyarakat luas,

perbankan yang ada saat ini banyak mengalami perkembangan.

Perkembangan ini diwujudkan dalam bentuk yang bervariasi baik dari segi

inovasi produk, prinsip sistem operasionalnya serta pegeseran paradigma

sampai pada pengkonversian diridari pergeseran dan perkembangan yang

ada tersebut, dalam kurun waktu yang terakhir muncul lembaga-lembaga

perbankan yang berbasis syariah yang mana sebagai salah satu tonggak

penting dalam perkembangan ekonomi syariah di Indonesia.1

Perkembangan sistem keuangan syariah semakin kuat dengan

ditetapkan dasar-dasar hukum operasional melalui UU. No 7 tahun 1992

tentang perbankan yang telah dirubah dengan UU No.10 tahun 1998 dan

UU No 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah. Tentu dukungan regulasi

1 Rifa'atul Machmudah, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Nasabah Non Muslim

(10)

2

dari pemerintah ini memberikan peluang bagi beroperasinya bank dengan

sistem syariah.

Fenomena meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap keberadaan

sistem perbankan sesuai dengan prinsip syariah mendapat respon positif

dari pemerintah yang antara lain dikeluarkannya UU No. 7 tahun 1992

tentang perbankan yang menetapkan bahwa perbankan di Indonesia

menganut dual banking sistem, yaitu perbankan konvensiaonal dan

perbankan syariah.2

Keberhasilan sistem keuangan syariah hingga sekarang ini tidak

semata-mata atas adanya dukungan regulasi pemerintah, tetapi juga

didukung oleh kualitas dan pelayanan yang diberikan oleh lembaga tersebut.

Lembaga keuangan syariah yang dalam hal ini adalah perbankan syariah

secara umum dianggap oleh sebagian orang sebagai alternatif bagi

masyarakat yang sudah jenuh dengan sistem ekonomi kapitalis, sebuah

sistem ekonomi yang sudah lama mendunia yang selalu mengutamakan

kekayaan pribadi berdampakpada ketidakmerataan distribusi kekayaan

sehingga banyak terjadi kesengsaraan.3

Namun disisi lain, tidak hanya masyarakat yang masih menganggap

bahwa sistem ekonomi syariah hanya untuk masyarakat muslim. Tidak bisa

dipungkiri, paradigma fanatisme agama masih kental terlihat dalam

masyarakat kita, sehingga presepsi pasar syariah sendiri hanya di pahami

2M. Luthfi Hamidi, Jejak-jejak Ekonomi Syariah(Jakarta: Seaya Adi Publishing, 2003), 1.

(11)

3

sebagai pasar untuk kaum Muslim saja pasar yang "Tertutup" untuk

kalangan non Muslim. Padahal, sistem bagi hasil yang merupakan salah satu

elemen penting dari pasar syariah sudah sejak lama diterapkan

negara-negara Eropa, terutama Inggris.4 Jadi, presepsi bahwa pasar konvensional

selalu lebih menguntungkan dan pasar syariah adalah "pasarnya" kaum

muslim tidak tepat kemudian bagaimana dengan citra "Islam" dan apakah

yang dapat ditawarkan untuk menarik para nasabah, sedangkan citra Islam

belum menjadi daya tarik nomor satu bahkan di kalangan umat Islam

sendiri.

Perbankan syariah di Indonesia akhir-akhir ini mengalami

perkembangan yang sangat pesat. Data perkembangan perbankan syariah

yang dikeluarkan oleh bank Indonesia pada tahun 2014 menyebutkan bahwa

selama satu tahun terakhir sampai dengan bulan Oktober 2013, perbankan

syariah mampu tumbuh 37% sehingga total asetnya menjadi Rp174,09

triliun.5

Perbankan syariah sendiri berbeda dengan perbankan konvensional

yang bertumpu pada riba. Bahkan sistem riba ini mengandung beberapa

kelemahan seperti melanggar keadilan bisnis, bisa menyebabkan

4Hermawan Kartajaya, dan Muhammad Syakir Sula, Syari'ah Marketting(Bandung: PT Mizan

Pustaka, 2006), 225.

5Bank Indonesia, “Outlook Perbankan Syariah Tahun 2014”, dalam http://www.bi.go.id/

(12)

4

kebangkrutan, menghalangi inovasi bagi usaha kecil, dan membuat bank

cemas dalam mengembalikan pokok dan bunganya.6

Pelanggaran riba tidak hanya terdapat dalam agama Islam, melainkan

jauh sebelum Islam ada. Di India Kuno, hukum yang berdasarkan Weda,

kitab suci tertua agama Hindu, mengutuk riba sebagai sebuah dosa besar dan

melarang operasi bunga. Dalam agama Kristen, pelarangan atau restriksi

keras atas riba berlaku selama lebih dari 1400 tahun. Secara umum, semua

kontrol ini mengajukan bahwa penarikan bunga apapun dilarang.7

Sebagai bank yang bebas dari riba bank syariah sendiri banyak

diminati oleh nasabah non Muslim, bahkan etnis Tionghoa yang bergabung

sebagai nasabah bank syariah. Berdasarkan tesis yang ditulis oleh Ratu

Humaemah sebanyak 43% nasabah bank syariah di Indonesia berasal dari

kalangan China non Muslim. Sebagian besar etnis Tionghoa yang menjadi

nasabah bank syariah adalah pebisnis yang berjiwa kapitalisme dan

menguasai perputaran uang di Indonesia. Kebanyakan mereka juga adalah

orang-orang Katolik, pengurus yayasan Kristen yang seringkali menganggap

Islam itu radikal, garis keras, dan menakutkan.Namun, fakta tersebut

diruntuhkan oleh dua faktor yang menjadi latar belakang kenapa mereka

berduyun-duyun menjadi nasabah Bank Syariah. Apakah karena faktor

syariah, yaitu pelarangan riba dan bunga yang terdapat pula dalam ajaran

6Muhammad, Manajemen Bank Syariah (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), 7.

7Latifa M. Alguad dan Marvvyn K. Lewis, Perbankan Syari'ah Prinsip Praktik Prospek(Jakarta:

(13)

5

Kristen, Yahudi, Hindu, dan Buddha Atau Dengan prinsip bagi hasil dan

menanggung resiko bersama yang diterapkan oleh Bank Syariah.8

Salah satu produk perbankan syariah yang paling diminati oleh

nasabah maupun calon nasabah adalah produk penyaluran dana yaitu

pembiayaan. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan jumlah nasabah

dan meningkatnya dana yang disalurkan untuk produk pembiayaan dibank

syariah. Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia tahun 2013,

terlihat bahwa peningkatan terjadi secara signifikan. Hingga pada bulan

kesembilan tahun 2013, dana yang dialokasikan untuk transaksi pembiayaan

sebesar 101.014 (dalam miliar rupiah).9 Bank syariah sebagai lembaga

pembiayaan dapat memberikan pembiayaan dalam bentuk dana maupun

barang modal, tergantung pada kebutuhan nasabah dan kebijakan bank

syariah.

Salah satu bank syariah yang mengalami peningkatan cukup signifikan

adalah Bank Syariah Bukopin. Bank Syariah Bukopin mengalami

peningkatan laba dari sisi pembiayaan dana pihak ketiga. Laba bersih Bank

Syariah Bukopin dari dana pihak ketiga tercatat naik 28,32 persen dari Rp

18,96 miliar pada November 2012 menjadi Rp 24,33 miliar pada November

2013. Peningkatan laba ini ditopang oleh pembiayaan yang mengalami

8Ratu Humaemah, “”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Etnis China Non Muslim Menjadi

Nasabah di Bank Syari’ah Dan Implikasinya Terhadap Pemasaran (Thesis—Universitas Siliwangi, Tasikmalaya, 2012).

9Bank Indonesia, “Statistik Perbankan Indonesia Vol: 10 No.10 September 2013”, dalam

(14)

6

peningkatan sebesar 22,66 persen menjadi Rp 3,23 triliun dan dana pihak

ketiga yang tumbuh 28,38 persen menjadi Rp 3,51 triliun.10

Pembiayaan merupakan salah satu produk unggulan di bank syariah

karena produk ini berbasis, margin dan ujrah.Dan dari ketiga hal tersebut,

bagi hasil yang diminati oleh nasabah bank syariah.Pembiayaan berbasis

bagi hasil ini sangat diminati oleh nasabah bank syariah karena

kelebihannya. Baik bank syariah maupun nasabah secara bersama-sama

menangung resiko usaha dan membagi hasil usaha berdasarkan metode bagi

untung dan rugi (profit and loss sharing) atau bagi pendapatan (revenue

sharing) antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang disepakati

sebelumnya.11 Ada beberapa akad dari pembiayaan berbasis bagi hasil ini,

misalkan musyārakah.

Musya>rakah menurut ketetapan fatwa DSN MUINO:

08/DSN-MUI/IV/2000 ialah pembiayaan berdasarkan akad kerjasama antara dua

pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di mana masing-masing pihak

memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan

resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.12

Para Imam mazhab sepakat bahwa musya>rakah adalah boleh

berdasarkan al-Qur’an dan as-sunnah landasan syariah dari musya>rakah ini

10Ibid., 124

11Rachmadi Usman, Produk dan Akad Perbankan Syariah di Indonesia (Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti, 2009), 207.

(15)

7

lebih mencerminkan agar setiap ummat dianjurkan melakukan usaha, seperti

tertera dalam Al-Qur’an surat S}a>d ayat 24.

 bersyariat itu sebagian dari mereka berbuat zalim kepada seabgian lain, kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, dan amat sedikitlah mereka ini…..”(S}a>d : 24)13

Pada Bank Syariah Bukopin, terdapat produk pembiayaan Musya>rakah

yaitu Kerjasama dua belah pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu,

masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dan keahlian dengan

kesepakatan keuntungan dan resiko menjadi tanggungan bersama sesuai

kesepakatan.Akad yang digunakan adalah Musya>rakah, yaitu kerjasama

antara Bank dengan Nasabah untuk mencampurkan dana atau modal mereka

pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan berdasarkan

nisbah bagi hasil yang telah disepakati.14

Bank Syariah Bukopin sendiri memiliki berbagai macam-macam

produk pembiayaan diantaranya seperti Musya>rakah, Murab}a>ha, dan

Mu rabah. Dari berbagai macam jenis produk pembiayaan tersebut banyak

nasabah yang minat dalam jenis pembiayaan musya>rakah dan dalam hal ini

khususnya nasabah non muslim juga banyak yang mengambil produk

13Departemen Agama RI, Al-Qu’ran dan Terjemahan (Surabaya: Pustaka Agung Harapan, 2006),

650.

14Bank Syariah Bukopin, “product Group”,

(16)

8

pembiayaan musya>rakah yang dikhususkan untuk melakukan pembukaan

usaha yang membutuhkan modal yang cukup besar. ketertarikan nasabah

non muslim mengambil produk musya>rakah disebabkan oleh bagi hasil atau

profit sharing yang ditawarakan oleh pihak Bank Syariah Bukopin.15

Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui apa saja yang

mempengaruhi minat nasabah non muslim terhadap fasilitas pembiayaan

musya>rakah di Bank Syariah Bukopin Cabang Darmo Surabaya.

Karakteristik budaya Non Muslim yang kurang bisa berkerjasama, dan jiwa

kapitalisme yang lazim melekat pada kalangan Non Muslim, sewajarnya

menjadikan Bank Konvensional yang memiliki sistem kapitalis sebagai

sarana investasi yang menjanjikan. Namun kenyataannya, sebagian nasabah

non muslim juga tertarik untuk berkerjasama diperbankan

syariah.Khususnya dalam pembiayaan musya>rakah di Bank Syariah Bukopin

Cabang Darmo Surabaya.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi

masalah yang muncul adalah:

a. Masuknya nasabah non muslim di Bank Syariah Bukopin Cabang

Darmo Surabaya.

(17)

9

b. Minat nasabah non muslim terhadap produk-produk pembiayaan di

Bank Syariah Bukopin Cabang Darmo Surabaya

c. Penilaian nasabah non muslim yang memilihproduk pembiayaan

musya>rakah di Bank Syariah Bukopin Cabang Darmo Surabaya.

d. Perkembangan nasabah non muslim dilihat dari pengambilan

produk-produk pembiayaan.

e. Faktor – faktor yangmempengaruhi minat nasabah non muslim untuk

melakukan pembiayaan musya>rakah di Bank Syariah Bukopin

Cabang Darmo Surabaya.

2. Batasan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah di atas, maka dalam

penelitian ini akan dilakukan pembatasan masalah agar penelitian ini

lebih terarah dan terfokus. Penelitian ini terfokus pada minat nasabah

non Muslim terhadap fasilitas pembiayaan musya>rakah di Bank Syariah

Bukopin Cabang Darmo Surabaya, sehingga hasil yang diharapkan adalah

peranan nasabah non muslim yang dapat meningkatkan kualitas dan

kemajuan Bank Syariah Bukopin melalui pembiayaan musya>rakah.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, identifikasi dan batasan

(18)

10

1. Bagaimana strategi yang dilakukan oleh pihak Bank Syariah Bukopin

Cabang Darmo Surabaya dalam menarik nasabah non muslim?

2. Bagaimana minat nasabah non muslim terhadap pembiayaan musya>rakah

di Bank Syariah Bukopin Cabang Darmo Surabaya

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai

pada penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui strategi yang dilakukan Bank Syariah Bukopin dalam

menarik nasabah non muslim.

2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi minat nasabah non muslim

terhadap pembiayaan musya>rakah di Bank Syariah Bukopin Cabang

Darmo Surabaya

E. Kegunaan Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan

berguna dalam dua aspek:

1. Aspek teoretis, hasil penelitian dapat memperluas dan memberikan

sumbangsih ilmu pengetahuan dalam bertransaksi di bank syariah.

2. Aspek praktis, Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

bahan pertimbangan bagi praktisi perbankan syariah dalam memberikan

pembiayaan musya>rakah terutama pada nasabah non muslim yang

(19)

11

F. Definisi Operasional

Penelitian ini berjudul “Minat Nasabah Non Muslim Terhadap

Fasilitas Pembiayaan Musya>rakah di Bank Syariah Bukopin Cabang Darmo

Surabaya”. Agar lebih memudahkan dalam memahami skripsi ini, maka

penelitian ini mendefinisikan beberapa istilah, antara lain:

1. Non-Muslim

Nasabah Non Muslim adalah Nasabah yang mempunyai keyakinan di luar

agama Islam. Bank Syariah Bukopin memiliki nasabah Non Muslim yang

cukup banyak. Dari nasabah tersebut Bank Syariah Bukopin berusaha

memberdayakan nasabahnya termasuk nasabah Non Muslim. Dan dari

sanalah Bank Syariah Bukopin berusaha membentuk kepercayaan

terhadap nasabah.

2. PembiayanMusya>rakah

Mus>yarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk

suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan

kontribusi dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa

keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan

kesepakatan. Dalam pembiayaan musya>rakah Bank Syariah Bukopin ada

empat manfaat yang diperoleh yaitu untuk usaha kerja, sistem bagi hasil

sesuai proyek, pembayaran sesuai dengan cash-flow, dan jangka waktu

(20)

12

G. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian

yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti sehingga

terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan

pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah ada.16

Rifatul Machmudah (2009) dalam skripsinya yang berjudul “ Faktor

-faktor yang mempengaruhi minat nasabah non muslim menjadi nasabah di

bank syariah studi kasus pada bank CIMB Niaga cabang Semarang”,

memaparkan bahwa pertumbuhan nasabah di Bank CIMB Niaga Syariah

tidak hanya terdiri kaum muslim saja, akan tetapi dari kalangan non muslim

pun banyak yang menjadi nasabah di Bank CIMB Niaga Syariah, hal

tersebut diwujudkan dengan bertambahnya jumlah nasabah dan perluasan

jaringan dengan menambah beberapa kantor cabang baik di Jakarta, Jawa

Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nagroe Aceh Darussalam

(NAD).17

Yesi Oktriani (2012) “Pengaruh pembiayaan Musya>rakah, mud}a>rabah,

dan murab}}a>ha terhadap profitabilitas studi kasus pada PT. Bank Muammalat

Indonesia, Tbk. memaparkan tujuan utama yang dilakukan PT. Bank

Muamalat Indonesia, Tbk. Adalah untuk mencapai profit.untuk mencapai

16Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis Penulisan

Skripsi (Surabaya, 2014), 8.

(21)

13

tujuan tersebut, maka yang dilakukan pihak bank adalah dengan

menyalurkan dana kepada masyarkat dalam bentuk pembiayaan. Dari

pembiayaan yang disalurkan diharapkan dapat mencapai profit dari bagi

hasil maupun jual beli dengan nasabah.18

Evi Yupitri (2012) “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

nasabah non muslim menjadi nasabah Bank Syariah Mandiri di Medan”

memaparkanbahwa sistemnya bank syariah menggunakan dan lebih

menonjolkan nilai-nilai Islami. Contohnya jika dalam bank-bank

konvensional sebutan untuk bank umum menggunakan “bunga bank” untuk

istilah keuntungannya, maka dalam keuntungan yang diperoleh nasabah itu

disebut bagi hasil atau dalam istilah syariah disebut Mud}a>rabah. Bank

syariah tidak hanya dilirik oleh masyarakat yang muslim tetapi masyarkat

non muslim juga sudah mulai melirik bank syariah seperti Bank Syariah

Mandiri yang sudah memiliki nasabah non muslim.19

Penelitian yang dilakukan oleh M. Ainun Nafis (2011) yang skripsinya

berjudul “Pengaruh Pelayanan Islami Karyawan Terhadap Minat Nasabah

Menabung Dengan Akad Syari’ah (Study Kasus BMT Mitra Muamalat Kota

Kudus)”20.Memaparkan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh pelayanan Islami karyawan di BMT Mitra Muamalatterhadap

18 Yesi Oktriani, “Pengaruh Pembiayaan Musya>rakah, Mud}a>rabah Dan Murab}>a>hah” (Skripsi

--Universitas Siliwangi, Tasikmalaya, 2011).

19Evi Yupitri, “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nasabah Non Muslim” (Skripsi

--IAIN Sumatera Utara, Medan, 2010).

20M. Ainun Nafis, “Pengaruh Pelayanan Islami Karyawan Terhadap Minat Nasabah Menabung

(22)

14

minat nasabah menabung dengan akad Syariah. Dari hasil pengujian terbukti

bahwa pelayanan Islami karyawan secara signifikan berpengaruh terhadap

minat nasabah menabung dengan akad syariah.Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian yang sedang dilakukan adalah pada penelitian ini

menggunakan metode penelitian kuantitatif dan subyek penelitiannya

yaituBMT Mitra Muamalat Kota Kudus.

Penelitian yang dilakukan oleh Ali Maskhur (2011) yang skripsinya

berjudul “Hubungan citra murab}ahah Dengan Minat Nasabah Di BMT NU

Sejahtera Mangkang Kota Semarang”21. Memaparkan bahwa penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui tingkat keeratan korelasi citra murab}ahah

dengan minat nasabah dan untuk mengetahui tingkat keberartian korelasi

citra murab}ahah dengan minat nasabah di BMT NU Sejahtera Mangkang

Kota Semarang. Dari hasil pengujian mengindikasikan bahwa citra

murab}ahah memiliki hubungan yang positif dengan penciptaan minat

nasabah untuk membeli atau memanfaatkan produk murab}ahah di BMT NU

Sejahtera Mangkang Kota Semarang. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian yang sedang dilakukan adalah pada penelitian ini menggunakan

metode penelitian kuantitatif dan subyek penelitiannya yaitu BMT NU

Sejahtera Mangkang Kota Semarang.

Penelitian ini berbeda dari sebelumnya sebab titik tekan penelitian ini

adalah minat nasabah non muslim yang melakukan pembiayaan musya>rakah

21Ali Maskhur, “Pengaruh Hubungan Citra Murabahah Dengan Minat Nasabah Di BMT NU

(23)

15

di Bank Syariah Bukopin Cabang Darmo Surabaya. Dimana kebiasaannya

non-muslim tidak berminat kepada Islam.

Dari berbagai penelitian terdahulu yang pernah dibaca oleh peneliti,

penelitian di ataslah yang dianggap paling berhubungan dengan penelitian

yang sedang dilakukan sekarang ini. Sehingga empat penelitian tersebut

yang menjadi pandangan dan referensi peneliti.

H. Metodologi Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan Bank Syariah Bukopin KC Darmo yang

beralamatkan di Jl. Raya Darmo No. 136, Surabaya

2. Data yang dikumpulkan

a. Data primer yang dikumpulkan dari penelitian ini adalah data tentang

pembiayaan musya>rakah dan minat nasabah non muslim di Bank

Syariah Bukopin Surabaya Cabang Darmo.

b. Sedangkan data sekunder (pendukung) dalam penelitian ini

dikumpulkan dari studi pustaka seperti buku, jurnal, artikel, dan

skripsi terdahulu.

3. Sumber Data

a. Sumber data primer

Sumber data primer yakni subjek penelitian yang dijadikan sebagai

(24)

16

atau pengambilan data secara langsung22 atau yang dikenal dengan

istilah interview (wawancara).Dalam hal ini subjek penelitian yang

dimaksud adalah para pelaku transaksi pembiayaan yaitu Account

Officer (AO), Financing Administration (Fin Adm) dan Nasabah.

Selain itu, sumber data primer lainnya adalah data dokumentatif dari

Bank Syariah Bukopin Surabaya tentang minat nasabah non muslim

terhadap fasilitas pembiayaan musya>rakah, diantaranya: 1) Form

Akadmusya>rakah, 2) Syarat-syarat dan Ketentuan Hukum Pembiayaan

Musya>rakah, 3) Checklist Dokumen, 4) Form Infomasi Pokok

Nasabah, 5) Memorandum Usulan Pembiayaan, 6) Surat Persetujuan

Pemberian Pembiayaan, 7) Surat Keputusan Pembiayaan dll.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder yaitu data pendukung yang berasal dari

seminar, buku-buku maupun literatur lain meliputi:

1) Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 08/DSN-MUI/VI/2000 tentang

pembiayaan musya>rakah.

2) Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/6/PBI/2008

tentangpelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan

dana dan penyaluran dana sertapelayanan jasa bank syariah.

3) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah.

4) Jurnal tentang minat nasabah

(25)

17

4. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik

pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi (pengamatan), Cara pengumpulan data dengan cara

melakukan secara cermat dan sistematik.23 Yaitu melakukan

pencatatan dengan sistematik secara langsung di lapangan mengenai

transaksi nasabah non-muslim Bank Syariah Bukopin Surabaya

Cabang Darmo.

b. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data yang tidaklangsung

ditujukan pada subyek penelitian, namun melalui dokumen.24

Penggalian data ini dengan cara menelaah dokumen-dokumen yang

berhubungan dengan nasabah non muslim yang menggunakan fasilitas

pembiayaan musya>rakah di Bank Syariah Bukopin Surabaya Cabang

Darmo.

c. Wawancara, yaitu mengadakan tanya jawab secara langsung dengan

beberapa praktisi yang terlibat dalam pembiayaan musya>rakah

terhadap nasabah non muslim Bank Syariah Bukopin Surabaya

Cabang Darmo.

5. Teknik Pengolahan Data

23Soeratno, Metodologi Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis, 89.

(26)

18

Setelah data berhasil dihimpun dari lapangan atau penulisan, maka

penulismenggunakan teknik pengolahan data dengan tahapan sebagai

berikut:

a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali dari semua data yang diperoleh

terutama dari segi kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasan

antara data yang ada dan relevansi dengan penelitian.25 Dalam hal ini

penulis akan mengambil data yang telah dipaparkan di rumusan

masalah saja.

b. Organizing, yaitu menyusun kembali data yang telah didapat dalam

penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah

direncanakan dengan rumusan masalah secara sistematis.26 Penulis

melakukan pengelompokan data yang dibutuhkan untuk dianalisis dan

menyusun data tersebut dengan sistematis untuk memudahkan penulis

dalam menganalisa data.

c. Penemuan Hasil, yaitu dengan menganalisis data yang telah diperoleh

dari penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran

fakta yang ditemukan.27

6. Teknik Analisis Data

Data yang telah berhasil dikumpulkan, selanjutnya akan dianalisis

secara deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari nasabah dan bagian

25Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D(Bandung: Alfa Beta, 2008), 243.

26Ibid., 245.

(27)

19

Bank Syariah Bukopin Surabaya Cabang Darmo dengan metode yang

telah ditentukan.28 Tujuan dari metode ini adalah untuk membuat

deskripsi atau gambaran mengenai objek penelitian secara sistematis,

faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar

fenomena yang diselidiki.29

Kemudian data tersebut diolah dan dianalisis dengan pola pikir

deduktif yakni bermula dari hal-hal yang bersifat umum yaitu tentang

pembiayaan pembiayaan, khususnya pembiayaan berbasis bagi hasil yaitu

musya>rakah. Selanjutnya konsep dasar itu digunakan untuk menganalisis

hal-hal yang bersifat khusus yaitu pada minat nasabah non muslim

terhadap fasilitas pembiayaan musya>rakahdi Bank Syariah Bukopin

Surabaya Cabang Darmo.

.

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan ini dipaparkan dengan tujuan untuk

memudahkan penulisan dan pemahaman. Oleh karena itu, penulisan skripsi

ini dibagi dalam beberapa bab, pada tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub

bab, sehingga pembaca dapat memahami dengan mudah. Adapun

sistematika pembahasannya adalah:

Bab pertama adalah pendahuluan. Dalam bab ini terdiri dari latar

belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah,

28Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif ..., 143.

(28)

20

tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, kajian pustaka,

metodologi penelitian (meliputi data yang dikumpulkan, sumber data,

teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data dan teknik analisis data)

serta sistematika pembahasan.

Bab kedua adalah tinjauan pustaka. Dalam bab ini peneliti

menjelaskan teori-teori tentang Bank Syariah, minat, dan musya>rakah.

Bab ketiga adalah deskripsi hasil temuan data dengan judul “Minat

Nasabah Non Muslim terhadap fasilitas pembiayaan Musya>rakah di Bank

Syariah Bukopin Cabang Darmo Surabaya” yang meliputi gambaran umum

tentang Bank Syariah Bukopin Surabaya Cabang Darmo, deskripsi tentang

strategi Bank Syariah Bukopin Surabaya Cabang Darmo menarik nasabah

non muslim dan alasan nasabah non muslim di bank syariah bukopin

mengambil pembiayaan musya>rakah.

Bab keempat adalah analisis strategi pemasaran Bank Syariah

Bukopin dan faktor-faktor minat nasabah non muslim melakukan

pembiayaan musya>rakah di Bank Syariah Bukopin Cabang Darmo Surabaya.

Bab ini juga mengemukakan tentang bagaimana bank syariah memberikan

pembiayaan musya>rakah pada nasabah non muslim dan bagaimana

kebijakan Bank Syariah Bukopin dalam menentukan layak tidaknya calon

nasabah non muslim mendapatkan pembiayaan jika tidak memenuhi

penilaian pemberian pembiayaan. Analisis ini dilakukan agar menemukan

solusi yang tepat dalam menentukan nasabah yang layak mendapatkan

(29)

21

Bab kelima merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dari hasil

penelitian dan saran-saran yang sebaiknya dilakukan Bank Syariah Bukopin

dalam memberikan fasilitas pembiayaan musya>rakah terhadap nasabah non

(30)

BAB II

STRATEGI, MINAT DAN PEMBIAYAAN MUSYA>RAKAH

A. Definisi Bank

Mendengar kata bank sebenarnya tidak asing lagi bagi kita, terutama

yang hidup diperkotaan. kata bank sering dihubungkan dengan uang. Hal ini

tidak salah, karena bank memang merupakan lembaga keuangan atau

perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Sebagai lembaga keuangan

bank menyediakan berbagai jasa keuangan.

Pengertian bank menurut UU No. 10 Tahun 1998 Tanggal 10

November 1998 tentang perbankan adalah badan usaha yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

mingkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Pengertian bank menurut GM, Verryn, Stuart, bank adalah suatu

badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan

alat-alat pembayaran sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain,

maupun jalan menyebarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral.1

Sedangkan menurut Suma’ir lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya

kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.

Sedangkan pengertian lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang

(31)

22

bergerak dibidang keuangan dimana kegiatan baik hanya menghimpun dana

atau hanya kedua-duanya menghimpun dan menyalurkan dana.2

Jenis bank di Indonesia dilihat dari segi menentukan harga, baik harga

jual maupun harga beli terbagi menjadi dua kelompok yaitu :

1. Bank Konvensional

Definisi bank konvensional dalam UU No. 10 tahun 1998 Pasal 1

ayat 3 menyebutkan bahwa bank umum adalah bank yang melaksanakan

kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatanmya

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2. Bank Syariah

Bank Islam atau bank syariah, adalah bank yang beroperasi tidak

mengandalkan pada bunga. Bank umum syariah adalah bank yang dalam

menjalankan usahannya berdasarkan pada prinsip-prinip hukum atau

syariah Islam dengan mengacu kepada Al-Quran dan Hadis.

B. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

Bank Konvensional dan Bank Syariah dalam beberapa hal memiliki

persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme

transfer, teknologi komputer yang digunakan, persyaratan umum

pembiayaan, dan lain sebagainya. perbedaan antara bank konvensional dan

(32)

23

bank syariah menyangkut aspek-aspek legal struktur organisasi, usaha yang

di biayai, dan lingkungan kerja3

1. Akad dan Aspek Legalitas

Akad yang dilakukan dalam bank syariah memiliki konsekuensi

duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum

Islam. Setiap akad dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang,

pelaku transaksi, maupun ketentuan lainnya harus memenuhi ketentuan

akad.

2. Lembaga Penyelesaian Sengketa

Penyelesaian perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabah

pada perbankan syariah berbeda dengan perbankan konvensional. Kedua

belah pihak pada perbankan syariah tidak menyelesaikannya di peradilan

negeri, tetapi menyelesaikannya sesuai tata cara dan hukum materi

syariah. Lembaga yang mengatur hukum materi dan atau berdasarkan

prinsip syariah di Indonesia dikenal dengan nama Badan Arbitrase

Muamalah Indonesia atau BAMUI yang didirikan secara bersama oleh

Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia.

3. Struktur Organisasi

Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank

konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur

yang amat membedakan antara bank syariah dan bank konvensional

3 M. Syafi’i Antonio, Bank Syariah: dari Teori dan Praktek (Jakarta: Gema Insani Press, Cet. I,

(33)

24

adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang berfungsi

mengawasi operasional bank dan produk-produk agar sesuai dengan

garis-garis syariah. Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan pada

posisi setingkat Dewan Komisaris pada setiap bank. Hal ini untuk

menjamin efektivitas dari setiap opini yang diberikan oleh Dewan

Pengawas Syariah. Karena itu penetapan anggota Dewan Pengawas

Syariah dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, setelah para

anggota Dewan Pengawas Syariah itu mendapat rekomendasi dari Dewan

Syariah Nasional.

4. Bisnis dan Usaha yang Dibiayai

Bisnis dan usaha yang dilaksanakan bank syariah, tidak terlepas dari

kriteria syariah. Hal tersebut menyebabkan bank syariah tidak akan

mungkin membiayai usaha yang mengandung unsur-unsur yang

diharamkan. Terdapat sejumlah batasan dalam hal pembiayaan. Tidak

semua proyek atau objek pembiayaan dapat didanai melalui dana bank

syariah, namun harus sesuai dengan kaidah-kaidah syariah.

5. Lingkungan dan Budaya Kerja

Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang

sesuai dengan syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan

shiddiq, harus melandasi setiap karyawan sehingga tercermin integritas

eksekutif muslim yang baik, selain itu karyawan bank syariah harus

profesional (fatha>nah), dan mampu melakukan tugas secara bersama

(34)

25

C. Sistem Operasional Bank Syariah

Pada sistem operasional bank syariah, pemilik dana menanamkan

uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka

mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut kemudian

disalurkan kepada mereka yang membutuhkan (misalnya modal usaha),

dengan perjanjian pembagian keuntungan sesuai kesepakatan. Sistem

operasional tersebut meliputi:

1. Sistem Penghimpunan Dana

Metode penghimpunan dana yang ada pada bank-bank konvensional

didasari teori yang diungkapkan Keynes yang mengemukakan bahwa

orang membutuhkan uang untuk tiga kegunaan, yaitu fungsi transaksi,

cadangan, dan investasi. Teori tersebut menyebabkan produk

penghimpunan dana disesuaikan dengan tiga fungsi tersebut, yaitu giro,

tabungan, dan deposito.4

Berbeda halnya dengan bsnk konvensional, bank syariah tidak

melakukan pendekatan tunggal dalam menyediakan produk

penghimpunan dana bagi nasabahnya. Pada dasarnya, dilihat dari

sumbernya, dana bank syariah terdiri atas5 :

a. Modal

Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik (owner).

4 Rachmadi Usman, Produk dan Akad Perbankan Syariah di Indonesia (Bandung, PT. Citra

Aditya Bakti, 2009), 220.

(35)

26

Dana modal dapat digunakan untuk pembelian gedung, tanah,

perlengkapan, dan sebagainya yang secara tidak langsung tampak hasil

dari aset tersebut. Selain itu, modal juga dapat digunakan untuk

hal-hal yang produktif, yaitu disalurkan menjadi pembiayaan. Pembiayaan

yang berasal dari modal, hasilnya tentu saja bagi pemilik modal, tidak

dibagikan kepada pemilik dana lainnya.

b. Titipan (Wadi’ah)

Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam

memobilisasi dana adalah dengan menggunakan prinsip titipan. Akad

yang sesuai dengan prinsip ini adalah al-wadi’ah. Dalam prinsip ini, bank menerima titipan dari nasabah dan bertanggung jawab penuh

atas titipan tersebut. Nasabah sebagai penitip berhak untuk

mengambil setiap saat, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. Investasi (Mud}ha>rabah)

Akad yang sesuai dengan prinsip investasi adalah mudha>rabah

yang mempunyai tujuan kerjasama antara pemilik dana dengan

pengelola dana (mudha>rib), dalam hal ini adalah bank. Pemilik dana

sebagai deposan di bank syariah berperan sebagai investor murni yang

menanggung aspek sharing risk dan return dari bank. Dengan

demikian mudha>rib di bank syariah bukanlah kreditor sebagaiman

yang ada pada bank konvensional.

2. Sistem Penyaluran Dana

(36)

27

dilakukan dengan prinsip jual beli. Prinsip jual beli ini dikembangkan

menjadi bentuk pembiayaan- pembiayaan.

b. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa

dilakukan dengan prinsip sewa (ijarah). Transaksi ijarah dilandasi

adanya pemindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama

dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya terletak pada obyek

transaksinya. Bila pada jual beli obyek transaksinya adalah barang,

maka pada ijarah obyek transaksinya jasa.

c. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerjasama yang

ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip

bagi hasil. Prinsip bagi hasil untuk produk pembiayaan di bank syariah

dioperasionalkan dengan pola-pola musya>rakah dan mudha>rabah.

D. Pembiayaan Bank Islam

1. Pengertian Pembiayaan

Kata pembiayaan berasal dari kata dasar biaya yang berarti uang

yang dikeluarkan untuk mengadakan, mendirikan dan melakukan sesuatu.

Sehingga pembiayaan adalah kegiatan mengeluarkan uang dalam rangka

mengadakan, mendirikan atau melakukan sesuatu.6

Istilah pembiayaan pada dasarnya lahir dari pengertian I believe, I

trust, yang berarti ‘saya percaya’ atau ‘saya menaruh kepercayaan’. Perkataan pembiayaan yang artinya kepercayaan (trust) yang berarti

(37)

28

bank menaruh kepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakan

amanah yang diberikan bank selaku penyedia dana.7

2. Unsur Pembiayaan

Pada dasarnya pembiayaan diberikan oleh bank kepada nasabah atas

dasar kepercayaan. Sehingga dapat dikatakan bahwa pembiayaan adalah

pemberian kepercayaan. Hal ini berarti prestasi yang diberikan

benar-benar diyakini dapat dikembalikan oleh nasabah pembiayaan sesuai

dengan waktu dan syarat-syarat yang telah disepakati oleh kedua belah

pihak. Berdasarkan hal di atas, terdapat beberapa unsur yaitu:8

a. Bank, yang merupakan badan usaha yang memberikan pembiayaan

kepada pihak yang membutuhkan dana.

b. Mitra usaha, yang merupakan pihak yang mendapatkan pembiayaan

dari bank syariah. Hubungan pemberi pembiayaan dan penerima

pembiayaan merupakan hubungan kerja sama yang saling

menguntungkan, yang diartikan pula sebagai kehidupan saling tolong

menolong.

c. Adanya kepercayaan pemberi pembiayaan kepada penerima

pembiayaan yang didasarkan atas prestasi.

d. Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak pemberi dana dengan

pihak lainnya yang berjanji membayar (pihak penerima dana kepada

7 Ibid.

(38)

29

pihak pemberi dana). Janji membayar tersebut dapat berupa janji

lisan, tertulis (akad pembiayaan) yang disertai dengan saksi.

e. Adanya akad dan penyerahan barang, jasa atau uang dari pemberi

pembiayaan kepada penerima pembiayaan.

f. Adanya unsur waktu yang merupakan unsur esensial dalam

pembiayaan. Pembiayaan terjadi karena unsur waktu, baik dilihat dari

pemberi dana maupun dilihat dari penerima dana.

g. Adanya unsur risiko dari kedua belah pihak baik di pihak pemberi

dana atau pihak penerima dana. Resiko di pihak pemberi dana adalah

risiko gagal bayar, baik karena kegagalan usaha (pinjaman komersial)

atau ketidak mampuan bayar (pinjaman konsumen) atau karena

ketidaksediaan membayar. Risiko di pihak penerima dana adalah

kecurangan dari pihak pembiayaan, antara lain berupa pemberi dana

yang dari semula dimaksudkan oleh pemberi dana untuk mengambil

perusahaan yang diberi pembiayaan.9

h. Adanya balas jasa atas dana yang disalurkan oleh bank kepada

nasabah. Hal ini disebut juga dengan nisbah dari akad yang telah

disepakati antara bank dan nasabah.10

3. Tujuan Pembiayaan

Tujuan pembiayaan dapat dikelompokan menjadi dua kelompok

yaitu tujuan pembiayaan secara makro dan mikro.11 Secara makro,

9 Muslimin H. Kara, Bank Syariah di Indonesia: Analisis Kebijakan Pemerintah Indonesia

Tentang Perbankan Syariah (Yogyakarta: UII Press, 2005), 63

(39)

30

pembiayaan bertujuan untuk peningkatan ekonomi umat, tersedianya

dana bagi peningkatan usaha, meningkatkan produktivitas, membuka

lapangan kerja baru dan terjadi distribusi pendapatan. Sedangkan secara

mikro, pembiayaan bertujuan untuk mengoptimalkan laba,

meminimalkan risiko, pendayagunaan sumber ekonomi dan penyaluran

kelebihan dana.

Maka dapat diketahui bahwa tujuan dari pembiayaan adalah tidak

hanya sekedar peningkatan pada aspek profit saja, melainkan juga pada

aspek benefit. Tujuan pembiayaan ini memberikan manfaat, baik bagi

bank selaku pemberi dana dan nasabah pembiayaan selaku pengelola

dana.

4. Fungsi Pembiayaan

Pembiayaan mempunyai peranan yang sangat penting dalam

perekonomian. Secara garis besar fungsi pembiayaan di dalam

perekonomian, perdagangan dan keuangan adalah pembiayaan dapat

meningkatkan daya guna dari modal atau uang , meningkatkan daya guna

suatu barang, meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang, menimbulkan

kegairahan berusaha masyarakat, pembiayaan sebagai alat stabilisasi

ekonomi, sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional dan

sebagai alat hubungan ekonomi internasional. 12 Pembiayaan juga

11 Muslimin H. Kara, Bank Syariah di Indonesia: Analisis Kebijakan Pemerintah Indonesia ..., 80.

(40)

31

memberikan manfaat tidak hanya bagi bank dan nasabah pembiayaan,

namun juga pemerintah dan masyarakat luas.13

E. Al-Musya>rakah

1. Definisi Musya>rakah

Musya>rakah secara etimologi berasal dari bahasa Arab yang diambil

dari kata syara>kah yang bermakna bersekutu, meyetujui.14 Sedangkan

menurut istilah, musya>rakah adalah akad kerjasama antara dua pihak

atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak

memberikan kontribusi dana (amal atau expertise) dengan kesepakatan

bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan

kesepakatan.15

2. Jenis-jenis Musya>rakah

Musya>rakah ada dua jenis, yaitu musya>rakah kepemilikan

dan musya>rakah akad (kontrak). Musya>rakah kepemilikan terjadi karena

warisan, wasiat, dan kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan suatu

asset oleh dua orang atau lebih. Dalam musya>rakah ini, kepemilikan dua

orang atau lebih berbagi dalam sebuah asset nyata dan berbagi pula dari

keuntungan yang dihasilkan asset tersebut.16

13 Ismail, Perbankan Syariah ..., 110.

14 Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: PT. Raja Grafindo,

2007), 204.

15 Ibid., 227.

16Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani Press,

(41)

32

Musya>rakah akad tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang

atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan

modal musya>rakah. Merekapun sepakat membagi keuntungan dan

kerugian.

Musya>rakah akad terbagi menjadi al-‘inan, al-mufawwad}ha>h, al-a’mal, al-wujuh, dan al-mudha>rabah. Para ulama berbeda berbeda

pendapat tentang al-mudha>rabah, apakah ia termasuk

jenis musya>rakah atau bukan. Beberapa ulama menganggap

al-mudha>rabah termasuk kategori musya>rakah karena memenuhi rukun dan

syarat sebuah akad (kontrak) musya>rakah. 17

Syirkah al-‘inan adalah kontrak antara dua orang atau lebih, dimana setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan

berpartisipasi dalam kerja, dan kedua pihak berbagi dalam keuntungan

dan kerugian sebagaimana yang disepakati dalam kontrak. Akan tetapi,

porsi masing-masing pihak, baik dalam dana maupun kerja atau bagi

hasil, tidak harus sama dan identik sesuai dengan kesepakatan mereka.18

Syirkah al-mufawwad}ha>h adalah kontrak kerja sama antara dua

orang atau lebih, dimana setiap pihak memberikan suatu porsi dari

keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja, dan setiap pihak

membagi keuntungan dan kerugian secara sama. Dalam jenis syirkah ini

17 Rachmadi Usman, Produk dan Akad Perbankan Syariah ..., 258

(42)

33

syarat utamanya adalah kesamaan dana yang diberikan, kerja, tanggung

jawab, dan beban utang dibagi oleh masing-masing pihak.19

Syirkah al-a’mal atau kadang disebut juga dengan musya>rakah ab>dan atau sana’i adalah kontrak kerja sama dua orang seprofesi untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari

pekerjaan itu.

Syirkah al-wujuh adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang

memiliki reputasi dan prestise baik serta ahli dalam bisnis, dimana

mereka membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan dan menjual

barang tersebut secara tunai, dan mereka berbagi dalam keuntungan dan

kerugian berdasarkan jaminan kepada penyuplai yang disediakan oleh

setiap mitra. Jenis syirkah ini tidak memerlukan modal karena pembelian

secara kredit berdasar pada jaminan tersebut, sehingga syirkah ini biasa

disebut dengan musya>rakah piutang.20

Adapun jenis syirkah al-mudha>rabah sebagaimana telah dijelaskan

pada bagian sebelumnya.

3. Implementasi Musya>rakah dalam Perbankan Syariah

Implementasi musya>rakah dalam perbankan syariah dapat dijumpai

pada pembiayaan-pembiayaan seperti:

a. Pembiayaan Proyek

19 Ibid., 59

(43)

34

Musya>rakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek

dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk

membiayai proyek tersebut, dan setelah proyek itu selesai nasabah

mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati

untuk bank.

b. Modal Ventura

Pada lembaga keuangan khusus yang dibolehkan melakukan

investasi dalam kepemilikan perusahaan, musya>rakah diaplikasikan

dalam skema modal ventura. Penanaman modal dilakukan untuk

jangka waktu tertentu dan setelah itu bank melakukan divestasi atau

menjual bagian sahamnya, baik secara singkat maupun bertahap.

4. Manfaat dan Resiko Musya>rakah

Dalam musya>rakah terdapat manfaat dan resiko yang harus di

tanggung bersama antara kedua belah pihak yang melakukan akad sesuai

dengan kesepakatan yang tertuang dalam kontrak. Manfaat yang

diperoleh dari akad musya>rakah ini adalah :21

a. Bank akan mengalami peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat

keuntungan usaha nasabah meningkat.

b. Bank tidak berkewajiban membayar pendanaan secara tetap dalam

jumlah tertentu kepada nasabah, tetapi disesuaikan dengan

pendapatan atau hasil usaha yang baik, sehingga bank tidak akan

pernah mengalami kerugian disebabkan naiknya suku bunga.

(44)

35

c. Pengembalian pokok-pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash

flow atau arus kas nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah.

d. Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yang benar-benar

halal, aman, dan menguntungkan. Hal ini karena keuntungan yang rill

dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagi.

e. Prinsip bagi hasil dalam musya>rakah berbeda dengan prinsip bunga.

Perbedaan tersebut terletak pada jumlah tagihannya. Jika bagi hasil

tagihan disesuaikan dengan hasil dari usaha nasabah, maka bunga

tagihan disesuaikan dengan persentase dana yang nasabah pinjam,

sehingga jika suatu saat nasabah mengalami kerugian maka nasabah

tetap harus membayar tagihannya.

Sedangkan resiko dalam musya>rakah, terutama pada penerapannya

dalam pembiayaan, relative tinggi, antara lain :

a. Side streaming, nasabah menggunakan dana yang diberikan bank

bukan seperti yang disebut dalam kontrak;

b. Lalai dan kesalahan yang disengaja;

c. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur.

Pada prinsinya musya>rakah tidak jauh berbeda dengan mudha>rabah

karena keduannya merupakan sistem perkongsian (kemitraan) antara dua

(45)

36

pembagian keuntungan sesuai porsi (nisbah) yang disepakati bersama

pada awal perjanjian (akad).22

Mudha>rabah dan musya>rakah berbeda pada beberapa hal sebagaimana

berikut :

Dalam akad mudha>rabah, sha>ibul al-ma>al menyediakan seluruh dana

yang dibutuhkan mudha>rib, dan dalam manajemen sha>ibul al-ma>al tidak

diperkenankan melakukan investasi dalam bentuk apapun selain hak

pengawasan untuk mengantisipasi terjadinya penyelewengan. Bagi hasil

diberikan setelah proyek atau usaha yang dijalankan mudha>rib selesai

dijalankan. Sedangkan dalam musya>rakah kedua belah pihak ikut andil

dalam permodalan (equity participation) dan masing-masing pihak dapat

turut dalam manajemen, sehingga porsi nisbah bagi hasil yang diperoleh

sangat ditentukan oleh besar kecilnya modal yang dikeluarkan dan

frekuensi keikutsertaan dalam proses manajemen ini. Sedang apabila

usaha merugi, maka kedua pihak sama-sama menanggung kerugian

tersebut.23

F. Strategi

1. Pengertian Strategi

22 Ibid, 139

(46)

37

Menurut Chandler strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan

perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program

tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya.24

Menurut Learned, Christensen, Andrews, dan Guth, strategi

merupakan alat untuk menciptakan keunggulan bersaing. Dengan

demikian salah satu fokus strategi adalah memutuskan apakah bisnis

tersebut harus ada atau tidak ada.25

Menurut Argyris, Mintzberg, Steiner dan Miner strategi merupakan

respon secara terus-menerus maupun adaptif terhadap peluang dan

ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat

mempengaruhi organisasi.26

Menurut Porter strategi adalah alat yang sangat baik untuk

mencapai keunggulan bersaing.27

Menurut Andrews, Chaffe strategi adalah kekuatan motivasi untuk

stakeholders, seperti stakeholders, debtholders, manajer, karyawan,

konsumen, komunitas, pemerintah, dan sebagainya, yang baik secara

langsung maupun tidak langsung menerima keuntungan atau biaya yang

ditimbulkan oleh semua tindakan yang dilakukan oleh perusahaan.28

24 Richard B. Robinson, Manajemen Strategik terj. Yanivi Bachtiar (Jakarta: Salemba Empat,

2008), 5

25 Ibid.

26 Ibid

27 Freddy Rangkuti, Strategi Promosi yang Kreatif (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009),

2

(47)

38

Menurut Hamel dan Prahalad strategi merupakan tindakan yang

bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus dan

dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh

para pelanggan di masa depan. Dengan demikian perencanaan strategi

hampir selalu dimulai dari “apa yang dapat terjadi”, bukan dimulai dari “apa yang terjadi”. Tetapi kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies).

Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang

dilakukan.29

Definisi strategi pertama yang dikemukakan oleh Chandler

menyebutkan bahwa “Strategi adalah tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan, serta pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang

penting untuk mencapai tujuan tersebut”. Pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan konsep-konsep lain yang berkaitan, sangat

menentukan suksesnya strategi yang disusun. Konsep-konsep tersebut

adalah sebagai berikut :30

a. Distinctive Competence, yaitu tindakan yang dilakukan oleh

perusahaan agar dapat melakukan kegiatan lebih baik dibandingkan

dengan pesaingnya. Suatu perusahaan yang memiliki kekuatan yang

tidak mudah ditiru oleh perusahaan pesaing dipandang sebagai

perusahaan yang memiliki Distinctive Competence. Distinctive

29 Ibid.

(48)

39

Competence menjelaskan kemampuan spesifik suatu organisasi.

Menurut Day dan Wensley identifikasi distinctive competence dalam

suatu organisasi meliputi:

1) Keahlian tenaga kerja

2) Kemampuan sumber daya

Dua faktor tersebut menyebabkan perusahaan ini dapat lebih unggul

dibandingkan dengan pesaingnya. Keahlian sumber daya manusia yang

tinggi muncul dari kemampuan membentuk fungsi khusus yang lebih

efektif dibanding pesaing. Dengan memiliki kemampuan melakukan

riset pemasaran yang lebih baik, perusahaan dapat mengetahui secara

tepat semua keinginan konsumen sehingga dapat menyusun

strategi-strategi pemasaran yang lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya.

Semua kekuatan tersebut dapat diciptakan melalui penggunaan seluruh

potensi sumber daya yang dimiliki perusahaan. Semua itu merupakan

keunggulan-keunggulan yang dapat diciptakan untuk memperoleh

keuntungan dari pasar dan mengalahkan pesaing

b. Competitive Advantage, adalah kegiatan spesifik yang dikembangkan

oleh perusahaanagar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya.

Keunggulan bersaing disebabkan oleh pilihan strategi yang dilakukan

perusahaan untuk merebut peluang pasar. Menurut Porter, ada tiga

strategi yang dapat dilakukan perusahaan untuk memperoleh

keunggulan bersaing yaitu:

(49)

40

keunggulan bersaing yang lebih tinggi dibandingkan pesaingnya

jika dapat memberikan harga jual yang lebih murah daripada harga

yang diberikan oleh pesaingnya dengan nilai/kualitas produk yang

sama. Harga jual yang lebih rendah dapat dicapai oleh

perusahaan tersebut karena memanfaatkan skala ekonomis,

efisiensi produksi, penggunaan teknologi, dan sebagainya.

2) Diferensiasi, perusahaan dapat melakukan strategi diferensiasi

dengan menciptakan persepsi terhadap nilai tertentu pada

konsumennya.

3) Fokus, strategi fokus juga dapat diterapkan untuk memperoleh

keunggulan bersaing sesuai dengan segmentasi dan pasar sasaran

yang diharapkan.

2. Tipe-Tipe Strategi

Menurut Rangkuti pada prinsipnya strategi dapat dikelompokkan

berdasarkan tiga tipe strategi yaitu, strategi manajemen, strategi investasi

dan strategi bisnis.31

a. Strategi Manajemen

Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh

manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro

misalnya, strategi pengembangan produk, strategi penerapan harga,

strategi akuisisi, strategi pengembangan pasar, strategi mengenai

keuangan dan sebagainya.

(50)

41

b. Strategi Investasi

Strategi ini merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi.

Misalnya, apakah perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan

yang agresif atau berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi

bertahan, strategi pembangunan kembali suatu divisi baru atau

strategi divestasi, dan sebagainya.

c. Strategi Bisnis

Strategi bisnis ini sering juga disebut strategi bisnis secara

fungsional karena strategi ini berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan

manajemen, misalnya strategi pemasaran, strategi produksi atau

operasional, strategi distribusi, strategi organisasi, dan strategi-

strategi yang berhubungan dengan keuangan.

G. Perilaku Konsumen

Dalam pembahasan perilaku konsumen, terdapat banyak pengaruh

yang mendasari seseorang mengambil keputusan pembelian suatu

produk/merek yang harus dipelajari oleh pasar, pada kebanyakan orang,

perilaku pembelian konsumen seringkali diawali dan dipengaruhi oleh

kebanyakan rangsangan dari dalam dirinya, baik berupa rangsangan

pemasaran dan rangsangan lingkungan yang lainnya. Rangsangan tersebut

kemudian diproses (diolah) dalam diri, sesui dengan karakteristik

(51)

42

konsumen yang digunakan untuk memproses rangsangan sangat komplek,

dan salah satunya adalah motivasi konsumen untuk membeli.32

1. Pengertian Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah suatu studi tentang proses pengambilan

keputusan oleh konsumen dalam memilih, membeli, memakai serta

memanfaatkan produk, jasa, gagasan atau pengalaman dalam rangka

memuaskan kebutuhan dan hasrat mereka.33 Menurut Engel, Blackwell

dan Miniard, perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat

termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan

ini.34

Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk adalah

perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli,

menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang

diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan

kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.35

Sedangkan menurut John C Mowen dan Michael Minor,

mendifinisikan perilaku konsumen adalah sebagai studi unit pembelian

(buying unit) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi

32 Phillip Kotler dan Gary Amstrong “Principle of MarketingSeventh EditionPrentice- Hall,inc,

New yersey

33 Freddy Rangkuti, Strategi Promosi yang kreatif dan Analisis Kasus Integrated marketing

Communication (PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2009 ), 93

34 Freddy Rangkuti, Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus Intregrated Marketing

Communication..., 92.

35 Leon Schiffman dan Leslie Lazar Kanuk, Perilaku Konsumen (Jakarta: PT Macanan Jaya

(52)

43

berbagai produk, jasa, pengalaman serta ide-ide. Sedangkan, menurut

Lamb, Hair dan Mc Daniel perilaku konsumen adalah proses seorang

pelanggan dalam membuat keputusan membeli, juga untuk menggunakan

dan mengonsumsi barang-barang dan jasa yang dibeli, juga termasuk

faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian dan

menggunakan produk.36

Menyadari bahwa perilaku konsumen dalam pasar global yang amat

kompetitif sekarang ini, makan menejemen bisnis total harus mampu

melakukan analisis perilaku konsumen dalam membeli suatu produk

tertentu dalam pasar global. Tingkat pengetahuan konsumen dapat diukur

dengan cara yang bersangkutan diminta mengenali iklan tertentu dengan

beberapa metode, diantaranya dengan menggunakan bantuan melihat

iklan yang sesungguhnya, dan dengan menggunakan pancingan/stimulan.

Dalam hubungannya dengan pemasaran, maksud konsumen diketahui

dengan menggunakan pertanyaan mengenai produk tertentu yang

jawabannya dapat menunjukkan rencana untuk membeli produk yang

ditanyakan tersebut.

36 Freddy Rangkuti Strategi Promosi yang kreatif dan Analisis Kasus Integrated marketing

(53)

44

2. Teori perilaku konsumen

Pada dasarnya ada dua model atau pendekatan dalam teori yang

menjelaskan perilaku konsumen, yaitu yang dikenal dengan nama

marginal utility dan indiferensi37.

a. Teori Utility

Berpangkal dari hasil yang diperoleh oleh konsumen bila ia

membelanjakan uangnya untuk membeli barang dan jasa. Yaitu,

dipenuhinya kebutuhan karena utility atau manfaat barang yang

dikonsumsikan. Menurut teori ini, seorang konsumen yang bertindak

secara rasional akan membagi-bagikan pengeluaran atas bermacam

ragam barang sedemikian rupa sehingga bertambah kepuasan yang

diperoleh dari barang tersebut.

b. Teori Indiferensi

Teori ini merupakan penyempurnaan dari teori utility, tetapi

mendekati pokok persoalan yang sama dengan cara sedikit berbeda.

Menurut teori ini seorang konsumen akan membagi-bagi

pengeluarannya atas berbagai macam barang sedemikian rupa sehingga

ia mencapai taraf kepuasan kebutuhan yang terbaik yang mungkin

dicapainya sesuai dengan penghasilan yang tersedia dan harga-harga

yang berlaku.

3. Tujuan Perilaku Konsumen

Gambar

 Tabel 1.1
  Tabel 1.2

Referensi

Dokumen terkait

Pada analisa data yang dilakukan adalah dengan menghitung tingkat kebutuhan daya yang dikeluarkan oleh Sel Surya yang tersimpan dalam baterai / Aki yang akan

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui keaktifan peserta didik saat proses pembelajaran ekonomi dengan menggunakan model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading

Dan untuk mengetahui jawaban dari pertanyan yang penulis ajukan kepada 5 keluarga Muallaf di Kelurahan Titi Papan Kecamatan Meda Deli dapat dilihat berdasarkan uraian

Strategi khusus dalam bidang prosuk dan jasa menghadapi tahun 2011  Meningkatkan kepuasan pelanggan melalui pelayanan yang prima  Menawarkan produk dengan harga yang

Berkenaan dengan proteksi generator dan motor di antaranya Rele Diferensial pada Generator, Rele Gangguan Tanah pada Generator, Proteksi Under dan Upper Frekuensi pada

Di sebuah desa hiduplah seorang imam masjid, usianya sudah tidak muda lagi, 62 tahun. Karena sudah tua, jalannya pun tidak segesit waktu muda. Imam masjid itu bernama

Penelitian akan dilakukan dengan cara mendata anggota masyarakat etnis Aceh di wilayah perkotaan dan di wilayah pedesaan yang memilih bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama

Teknik self-report adalah teknik pengambilan data di mana contoh secara langsung diminta untuk melaporkan perasaan, sikap, keyakinan, dan sebagainya dengan memberi