MINAT NASABAH NON MUSLIM TERHADAP FASILITAS
PEMBIAYAAN MUSYA>RAKAH DI BANK SYARIAH BUKOPIN
CABANG DARMO SURABAYA
SKRIPSI
OLEH :
PRANADIYAN LESMANA
NIM : C04210127
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
SURABAYA
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Minat Nasabah Non Muslim Terhadap Fasilitas Pembiayaan Musya>rakah di Bank Syariah Bukopin Cabang Darmo Surabaya” ini merupakan hasil penelitian kualitatif yang bertujuan menjawab pertanyaan tentang faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi minat nasabah non muslim bergabung di Bank Syariah Bukopin Cabang Surabaya Darmo dalam pembiayaan musya>rakah dan strategi bank syariah bukopin menarik nasabah non muslim.
Data penelitian terhimpun dari wawancara secara langsung dengan account officer, financing administration yang menangani proses pembiayaan modal kerja dan nasabah, yang didukung dengan data dokumentatif serta literatur pendukung yang relevan terhadap permasalahan yang penulis angkat. Selanjutnya, penelitian ini dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan Strategi-strategi pemasaran yang dilakukan Bank Syariah Bukopin Cabang Darmo Surabaya diantaranya : 1) Pemasaran melalui media, 2) pemasaran melalui cara mempengaruhi (impact) serta memberikan kesan mendalam kepada setiap orang yang hadir pada saat event diselanggarakan, 3) Strategi sponsorship, 4) Road show dan door to door, 5) Periklanan dalam bentuk Bildboard, Umbul-umbul, Spanduk, Flyer, Baliho, Poster, Media cetak, 6) Personal Selling, 7) Direct Marketing
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR TRANSLITERASI ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 9
C. Rumusan Masalah ... 10
D. Tujuan Penelitian ... 10
E. Kegunaan Hasil Penelitian ... 10
F. Definisi Operasional ... 11
G. Kajian Pustaka ... ... 12
H. Metodologi Penelitian ... 15
I. Sistematika Pembahasan ... 19
BAB II STRATEGI, MINAT DAN PEMBIAYAAN MUSYA>RAKAH A. Definisi Bank ... 21
1. Bank Konvensional ... 22
2. Bank Syariah ... 22
1. Akad dan Aspek Legalitas ... 23
2. Lembaga Penyelesaian Sengketa ` ... 23
3. Struktur Organisasi ... 23
4. Bisnis dan Usaha Yang Dibiayai ... 24
5. Lingkungan dan Budaya Kerja ... 24
C. Sistem Operasional Bank Syariah ... 25
1. Sistem Penghimpun Dana ... 25
2. Sistem Penyalur dana dan Produk Penyalur Dana ... 27
D. Pembiayaan Bank Islam ... 27
3. Implementasi Musya>rakah Dalam Perbankan Syariah ... 34
4. Manfaat dan Resiko Musya>rakah ... 34
F. Strategi ... 37
1. Pengertian Strategi... 37
2. Tipe-Tipe Strategi ... 40
G. Perilaku Konsumen ... 41
1. Pengertian Perilaku Konsumen ... 42
2. Teori Perilaku Konsumen ... 44
3. Tujuan Perilaku Konsumen ... 44
4. Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Perilaku Konsumen 45
5. Tahapan dalam Perilaku Konsumen ... 48
1. Visi dan Misi Bank Syariah Bukopin ... 50
2. Budaya Perusahaan ... 50
3. Struktur Organisasi Bank Syariah Bukopin ... 51
B. Produk dan Jasa Bank Syariah Bukopin ... 53
1. Giro Wadiah ... 53
2. Tabungan Siaga Wadiah ... 54
3. Tabungan Haji ... 56
4. Pembiayaan iB jual-beli (muraba>hah) ... 57
5. Pembiayaan iB bagi hasil (musya>rakah) ... 58
6. Pembiayaan iB bagi hasil mudha>rabah ... 60
C. Strategi Bank Syariah Bukopin dalam Menarik Minat Nasabah Non Muslim ... 61
1. Promosi Penjualan ... 63
D. Minat Nasabah Non Muslim Terhadap Produk Pembiayaan Musya>rakah di Bank Syariah Bukopin ... 68
BAB IV ANALISIS MINAT NASABAH NON MUSLIM TERHADAP FASILITAS PEMBIAYAAN MUSYA>RAKAH DI BANK SYARIAH BUKOPIN CABANG DARMO SURABAYA A. Analisis Strategi yang Dilakukan Bank Syariah Bukopin Cabang Darmo Surabaya dalam Menarik Nasabah Non Muslim ... 74
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia usaha dalam berbagai industri seakan akan tidak
pernah pupus karena pergeseran zaman, demikian juga dengan
perkembangan industri perbankan yang tidak jauh berbeda tingkat
perkembangannya dengan industri-industri lainnya. Dengan menyesuaikan
zaman dan adanya kebutuhan serta masukan dari masyarakat luas,
perbankan yang ada saat ini banyak mengalami perkembangan.
Perkembangan ini diwujudkan dalam bentuk yang bervariasi baik dari segi
inovasi produk, prinsip sistem operasionalnya serta pegeseran paradigma
sampai pada pengkonversian diridari pergeseran dan perkembangan yang
ada tersebut, dalam kurun waktu yang terakhir muncul lembaga-lembaga
perbankan yang berbasis syariah yang mana sebagai salah satu tonggak
penting dalam perkembangan ekonomi syariah di Indonesia.1
Perkembangan sistem keuangan syariah semakin kuat dengan
ditetapkan dasar-dasar hukum operasional melalui UU. No 7 tahun 1992
tentang perbankan yang telah dirubah dengan UU No.10 tahun 1998 dan
UU No 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah. Tentu dukungan regulasi
1 Rifa'atul Machmudah, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Nasabah Non Muslim
2
dari pemerintah ini memberikan peluang bagi beroperasinya bank dengan
sistem syariah.
Fenomena meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap keberadaan
sistem perbankan sesuai dengan prinsip syariah mendapat respon positif
dari pemerintah yang antara lain dikeluarkannya UU No. 7 tahun 1992
tentang perbankan yang menetapkan bahwa perbankan di Indonesia
menganut dual banking sistem, yaitu perbankan konvensiaonal dan
perbankan syariah.2
Keberhasilan sistem keuangan syariah hingga sekarang ini tidak
semata-mata atas adanya dukungan regulasi pemerintah, tetapi juga
didukung oleh kualitas dan pelayanan yang diberikan oleh lembaga tersebut.
Lembaga keuangan syariah yang dalam hal ini adalah perbankan syariah
secara umum dianggap oleh sebagian orang sebagai alternatif bagi
masyarakat yang sudah jenuh dengan sistem ekonomi kapitalis, sebuah
sistem ekonomi yang sudah lama mendunia yang selalu mengutamakan
kekayaan pribadi berdampakpada ketidakmerataan distribusi kekayaan
sehingga banyak terjadi kesengsaraan.3
Namun disisi lain, tidak hanya masyarakat yang masih menganggap
bahwa sistem ekonomi syariah hanya untuk masyarakat muslim. Tidak bisa
dipungkiri, paradigma fanatisme agama masih kental terlihat dalam
masyarakat kita, sehingga presepsi pasar syariah sendiri hanya di pahami
2M. Luthfi Hamidi, Jejak-jejak Ekonomi Syariah(Jakarta: Seaya Adi Publishing, 2003), 1.
3
sebagai pasar untuk kaum Muslim saja pasar yang "Tertutup" untuk
kalangan non Muslim. Padahal, sistem bagi hasil yang merupakan salah satu
elemen penting dari pasar syariah sudah sejak lama diterapkan
negara-negara Eropa, terutama Inggris.4 Jadi, presepsi bahwa pasar konvensional
selalu lebih menguntungkan dan pasar syariah adalah "pasarnya" kaum
muslim tidak tepat kemudian bagaimana dengan citra "Islam" dan apakah
yang dapat ditawarkan untuk menarik para nasabah, sedangkan citra Islam
belum menjadi daya tarik nomor satu bahkan di kalangan umat Islam
sendiri.
Perbankan syariah di Indonesia akhir-akhir ini mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Data perkembangan perbankan syariah
yang dikeluarkan oleh bank Indonesia pada tahun 2014 menyebutkan bahwa
selama satu tahun terakhir sampai dengan bulan Oktober 2013, perbankan
syariah mampu tumbuh 37% sehingga total asetnya menjadi Rp174,09
triliun.5
Perbankan syariah sendiri berbeda dengan perbankan konvensional
yang bertumpu pada riba. Bahkan sistem riba ini mengandung beberapa
kelemahan seperti melanggar keadilan bisnis, bisa menyebabkan
4Hermawan Kartajaya, dan Muhammad Syakir Sula, Syari'ah Marketting(Bandung: PT Mizan
Pustaka, 2006), 225.
5Bank Indonesia, “Outlook Perbankan Syariah Tahun 2014”, dalam http://www.bi.go.id/
4
kebangkrutan, menghalangi inovasi bagi usaha kecil, dan membuat bank
cemas dalam mengembalikan pokok dan bunganya.6
Pelanggaran riba tidak hanya terdapat dalam agama Islam, melainkan
jauh sebelum Islam ada. Di India Kuno, hukum yang berdasarkan Weda,
kitab suci tertua agama Hindu, mengutuk riba sebagai sebuah dosa besar dan
melarang operasi bunga. Dalam agama Kristen, pelarangan atau restriksi
keras atas riba berlaku selama lebih dari 1400 tahun. Secara umum, semua
kontrol ini mengajukan bahwa penarikan bunga apapun dilarang.7
Sebagai bank yang bebas dari riba bank syariah sendiri banyak
diminati oleh nasabah non Muslim, bahkan etnis Tionghoa yang bergabung
sebagai nasabah bank syariah. Berdasarkan tesis yang ditulis oleh Ratu
Humaemah sebanyak 43% nasabah bank syariah di Indonesia berasal dari
kalangan China non Muslim. Sebagian besar etnis Tionghoa yang menjadi
nasabah bank syariah adalah pebisnis yang berjiwa kapitalisme dan
menguasai perputaran uang di Indonesia. Kebanyakan mereka juga adalah
orang-orang Katolik, pengurus yayasan Kristen yang seringkali menganggap
Islam itu radikal, garis keras, dan menakutkan.Namun, fakta tersebut
diruntuhkan oleh dua faktor yang menjadi latar belakang kenapa mereka
berduyun-duyun menjadi nasabah Bank Syariah. Apakah karena faktor
syariah, yaitu pelarangan riba dan bunga yang terdapat pula dalam ajaran
6Muhammad, Manajemen Bank Syariah (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), 7.
7Latifa M. Alguad dan Marvvyn K. Lewis, Perbankan Syari'ah Prinsip Praktik Prospek(Jakarta:
5
Kristen, Yahudi, Hindu, dan Buddha Atau Dengan prinsip bagi hasil dan
menanggung resiko bersama yang diterapkan oleh Bank Syariah.8
Salah satu produk perbankan syariah yang paling diminati oleh
nasabah maupun calon nasabah adalah produk penyaluran dana yaitu
pembiayaan. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan jumlah nasabah
dan meningkatnya dana yang disalurkan untuk produk pembiayaan dibank
syariah. Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia tahun 2013,
terlihat bahwa peningkatan terjadi secara signifikan. Hingga pada bulan
kesembilan tahun 2013, dana yang dialokasikan untuk transaksi pembiayaan
sebesar 101.014 (dalam miliar rupiah).9 Bank syariah sebagai lembaga
pembiayaan dapat memberikan pembiayaan dalam bentuk dana maupun
barang modal, tergantung pada kebutuhan nasabah dan kebijakan bank
syariah.
Salah satu bank syariah yang mengalami peningkatan cukup signifikan
adalah Bank Syariah Bukopin. Bank Syariah Bukopin mengalami
peningkatan laba dari sisi pembiayaan dana pihak ketiga. Laba bersih Bank
Syariah Bukopin dari dana pihak ketiga tercatat naik 28,32 persen dari Rp
18,96 miliar pada November 2012 menjadi Rp 24,33 miliar pada November
2013. Peningkatan laba ini ditopang oleh pembiayaan yang mengalami
8Ratu Humaemah, “”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Etnis China Non Muslim Menjadi
Nasabah di Bank Syari’ah Dan Implikasinya Terhadap Pemasaran (Thesis—Universitas Siliwangi, Tasikmalaya, 2012).
9Bank Indonesia, “Statistik Perbankan Indonesia Vol: 10 No.10 September 2013”, dalam
6
peningkatan sebesar 22,66 persen menjadi Rp 3,23 triliun dan dana pihak
ketiga yang tumbuh 28,38 persen menjadi Rp 3,51 triliun.10
Pembiayaan merupakan salah satu produk unggulan di bank syariah
karena produk ini berbasis, margin dan ujrah.Dan dari ketiga hal tersebut,
bagi hasil yang diminati oleh nasabah bank syariah.Pembiayaan berbasis
bagi hasil ini sangat diminati oleh nasabah bank syariah karena
kelebihannya. Baik bank syariah maupun nasabah secara bersama-sama
menangung resiko usaha dan membagi hasil usaha berdasarkan metode bagi
untung dan rugi (profit and loss sharing) atau bagi pendapatan (revenue
sharing) antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang disepakati
sebelumnya.11 Ada beberapa akad dari pembiayaan berbasis bagi hasil ini,
misalkan musyārakah.
Musya>rakah menurut ketetapan fatwa DSN MUINO:
08/DSN-MUI/IV/2000 ialah pembiayaan berdasarkan akad kerjasama antara dua
pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di mana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan
resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.12
Para Imam mazhab sepakat bahwa musya>rakah adalah boleh
berdasarkan al-Qur’an dan as-sunnah landasan syariah dari musya>rakah ini
10Ibid., 124
11Rachmadi Usman, Produk dan Akad Perbankan Syariah di Indonesia (Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 2009), 207.
7
lebih mencerminkan agar setiap ummat dianjurkan melakukan usaha, seperti
tertera dalam Al-Qur’an surat S}a>d ayat 24.
bersyariat itu sebagian dari mereka berbuat zalim kepada seabgian lain, kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, dan amat sedikitlah mereka ini…..”(S}a>d : 24)13
Pada Bank Syariah Bukopin, terdapat produk pembiayaan Musya>rakah
yaitu Kerjasama dua belah pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu,
masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dan keahlian dengan
kesepakatan keuntungan dan resiko menjadi tanggungan bersama sesuai
kesepakatan.Akad yang digunakan adalah Musya>rakah, yaitu kerjasama
antara Bank dengan Nasabah untuk mencampurkan dana atau modal mereka
pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan berdasarkan
nisbah bagi hasil yang telah disepakati.14
Bank Syariah Bukopin sendiri memiliki berbagai macam-macam
produk pembiayaan diantaranya seperti Musya>rakah, Murab}a>ha, dan
Mu rabah. Dari berbagai macam jenis produk pembiayaan tersebut banyak
nasabah yang minat dalam jenis pembiayaan musya>rakah dan dalam hal ini
khususnya nasabah non muslim juga banyak yang mengambil produk
13Departemen Agama RI, Al-Qu’ran dan Terjemahan (Surabaya: Pustaka Agung Harapan, 2006),
650.
14Bank Syariah Bukopin, “product Group”,
8
pembiayaan musya>rakah yang dikhususkan untuk melakukan pembukaan
usaha yang membutuhkan modal yang cukup besar. ketertarikan nasabah
non muslim mengambil produk musya>rakah disebabkan oleh bagi hasil atau
profit sharing yang ditawarakan oleh pihak Bank Syariah Bukopin.15
Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui apa saja yang
mempengaruhi minat nasabah non muslim terhadap fasilitas pembiayaan
musya>rakah di Bank Syariah Bukopin Cabang Darmo Surabaya.
Karakteristik budaya Non Muslim yang kurang bisa berkerjasama, dan jiwa
kapitalisme yang lazim melekat pada kalangan Non Muslim, sewajarnya
menjadikan Bank Konvensional yang memiliki sistem kapitalis sebagai
sarana investasi yang menjanjikan. Namun kenyataannya, sebagian nasabah
non muslim juga tertarik untuk berkerjasama diperbankan
syariah.Khususnya dalam pembiayaan musya>rakah di Bank Syariah Bukopin
Cabang Darmo Surabaya.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi
masalah yang muncul adalah:
a. Masuknya nasabah non muslim di Bank Syariah Bukopin Cabang
Darmo Surabaya.
9
b. Minat nasabah non muslim terhadap produk-produk pembiayaan di
Bank Syariah Bukopin Cabang Darmo Surabaya
c. Penilaian nasabah non muslim yang memilihproduk pembiayaan
musya>rakah di Bank Syariah Bukopin Cabang Darmo Surabaya.
d. Perkembangan nasabah non muslim dilihat dari pengambilan
produk-produk pembiayaan.
e. Faktor – faktor yangmempengaruhi minat nasabah non muslim untuk
melakukan pembiayaan musya>rakah di Bank Syariah Bukopin
Cabang Darmo Surabaya.
2. Batasan Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi masalah di atas, maka dalam
penelitian ini akan dilakukan pembatasan masalah agar penelitian ini
lebih terarah dan terfokus. Penelitian ini terfokus pada minat nasabah
non Muslim terhadap fasilitas pembiayaan musya>rakah di Bank Syariah
Bukopin Cabang Darmo Surabaya, sehingga hasil yang diharapkan adalah
peranan nasabah non muslim yang dapat meningkatkan kualitas dan
kemajuan Bank Syariah Bukopin melalui pembiayaan musya>rakah.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, identifikasi dan batasan
10
1. Bagaimana strategi yang dilakukan oleh pihak Bank Syariah Bukopin
Cabang Darmo Surabaya dalam menarik nasabah non muslim?
2. Bagaimana minat nasabah non muslim terhadap pembiayaan musya>rakah
di Bank Syariah Bukopin Cabang Darmo Surabaya
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
pada penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui strategi yang dilakukan Bank Syariah Bukopin dalam
menarik nasabah non muslim.
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi minat nasabah non muslim
terhadap pembiayaan musya>rakah di Bank Syariah Bukopin Cabang
Darmo Surabaya
E. Kegunaan Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan
berguna dalam dua aspek:
1. Aspek teoretis, hasil penelitian dapat memperluas dan memberikan
sumbangsih ilmu pengetahuan dalam bertransaksi di bank syariah.
2. Aspek praktis, Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan bagi praktisi perbankan syariah dalam memberikan
pembiayaan musya>rakah terutama pada nasabah non muslim yang
11
F. Definisi Operasional
Penelitian ini berjudul “Minat Nasabah Non Muslim Terhadap
Fasilitas Pembiayaan Musya>rakah di Bank Syariah Bukopin Cabang Darmo
Surabaya”. Agar lebih memudahkan dalam memahami skripsi ini, maka
penelitian ini mendefinisikan beberapa istilah, antara lain:
1. Non-Muslim
Nasabah Non Muslim adalah Nasabah yang mempunyai keyakinan di luar
agama Islam. Bank Syariah Bukopin memiliki nasabah Non Muslim yang
cukup banyak. Dari nasabah tersebut Bank Syariah Bukopin berusaha
memberdayakan nasabahnya termasuk nasabah Non Muslim. Dan dari
sanalah Bank Syariah Bukopin berusaha membentuk kepercayaan
terhadap nasabah.
2. PembiayanMusya>rakah
Mus>yarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan. Dalam pembiayaan musya>rakah Bank Syariah Bukopin ada
empat manfaat yang diperoleh yaitu untuk usaha kerja, sistem bagi hasil
sesuai proyek, pembayaran sesuai dengan cash-flow, dan jangka waktu
12
G. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian
yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti sehingga
terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan
pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah ada.16
Rifatul Machmudah (2009) dalam skripsinya yang berjudul “ Faktor
-faktor yang mempengaruhi minat nasabah non muslim menjadi nasabah di
bank syariah studi kasus pada bank CIMB Niaga cabang Semarang”,
memaparkan bahwa pertumbuhan nasabah di Bank CIMB Niaga Syariah
tidak hanya terdiri kaum muslim saja, akan tetapi dari kalangan non muslim
pun banyak yang menjadi nasabah di Bank CIMB Niaga Syariah, hal
tersebut diwujudkan dengan bertambahnya jumlah nasabah dan perluasan
jaringan dengan menambah beberapa kantor cabang baik di Jakarta, Jawa
Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nagroe Aceh Darussalam
(NAD).17
Yesi Oktriani (2012) “Pengaruh pembiayaan Musya>rakah, mud}a>rabah,
dan murab}}a>ha terhadap profitabilitas studi kasus pada PT. Bank Muammalat
Indonesia, Tbk. memaparkan tujuan utama yang dilakukan PT. Bank
Muamalat Indonesia, Tbk. Adalah untuk mencapai profit.untuk mencapai
16Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis Penulisan
Skripsi (Surabaya, 2014), 8.
13
tujuan tersebut, maka yang dilakukan pihak bank adalah dengan
menyalurkan dana kepada masyarkat dalam bentuk pembiayaan. Dari
pembiayaan yang disalurkan diharapkan dapat mencapai profit dari bagi
hasil maupun jual beli dengan nasabah.18
Evi Yupitri (2012) “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
nasabah non muslim menjadi nasabah Bank Syariah Mandiri di Medan”
memaparkanbahwa sistemnya bank syariah menggunakan dan lebih
menonjolkan nilai-nilai Islami. Contohnya jika dalam bank-bank
konvensional sebutan untuk bank umum menggunakan “bunga bank” untuk
istilah keuntungannya, maka dalam keuntungan yang diperoleh nasabah itu
disebut bagi hasil atau dalam istilah syariah disebut Mud}a>rabah. Bank
syariah tidak hanya dilirik oleh masyarakat yang muslim tetapi masyarkat
non muslim juga sudah mulai melirik bank syariah seperti Bank Syariah
Mandiri yang sudah memiliki nasabah non muslim.19
Penelitian yang dilakukan oleh M. Ainun Nafis (2011) yang skripsinya
berjudul “Pengaruh Pelayanan Islami Karyawan Terhadap Minat Nasabah
Menabung Dengan Akad Syari’ah (Study Kasus BMT Mitra Muamalat Kota
Kudus)”20.Memaparkan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pelayanan Islami karyawan di BMT Mitra Muamalatterhadap
18 Yesi Oktriani, “Pengaruh Pembiayaan Musya>rakah, Mud}a>rabah Dan Murab}>a>hah” (Skripsi
--Universitas Siliwangi, Tasikmalaya, 2011).
19Evi Yupitri, “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nasabah Non Muslim” (Skripsi
--IAIN Sumatera Utara, Medan, 2010).
20M. Ainun Nafis, “Pengaruh Pelayanan Islami Karyawan Terhadap Minat Nasabah Menabung
14
minat nasabah menabung dengan akad Syariah. Dari hasil pengujian terbukti
bahwa pelayanan Islami karyawan secara signifikan berpengaruh terhadap
minat nasabah menabung dengan akad syariah.Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian yang sedang dilakukan adalah pada penelitian ini
menggunakan metode penelitian kuantitatif dan subyek penelitiannya
yaituBMT Mitra Muamalat Kota Kudus.
Penelitian yang dilakukan oleh Ali Maskhur (2011) yang skripsinya
berjudul “Hubungan citra murab}ahah Dengan Minat Nasabah Di BMT NU
Sejahtera Mangkang Kota Semarang”21. Memaparkan bahwa penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat keeratan korelasi citra murab}ahah
dengan minat nasabah dan untuk mengetahui tingkat keberartian korelasi
citra murab}ahah dengan minat nasabah di BMT NU Sejahtera Mangkang
Kota Semarang. Dari hasil pengujian mengindikasikan bahwa citra
murab}ahah memiliki hubungan yang positif dengan penciptaan minat
nasabah untuk membeli atau memanfaatkan produk murab}ahah di BMT NU
Sejahtera Mangkang Kota Semarang. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian yang sedang dilakukan adalah pada penelitian ini menggunakan
metode penelitian kuantitatif dan subyek penelitiannya yaitu BMT NU
Sejahtera Mangkang Kota Semarang.
Penelitian ini berbeda dari sebelumnya sebab titik tekan penelitian ini
adalah minat nasabah non muslim yang melakukan pembiayaan musya>rakah
21Ali Maskhur, “Pengaruh Hubungan Citra Murabahah Dengan Minat Nasabah Di BMT NU
15
di Bank Syariah Bukopin Cabang Darmo Surabaya. Dimana kebiasaannya
non-muslim tidak berminat kepada Islam.
Dari berbagai penelitian terdahulu yang pernah dibaca oleh peneliti,
penelitian di ataslah yang dianggap paling berhubungan dengan penelitian
yang sedang dilakukan sekarang ini. Sehingga empat penelitian tersebut
yang menjadi pandangan dan referensi peneliti.
H. Metodologi Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan Bank Syariah Bukopin KC Darmo yang
beralamatkan di Jl. Raya Darmo No. 136, Surabaya
2. Data yang dikumpulkan
a. Data primer yang dikumpulkan dari penelitian ini adalah data tentang
pembiayaan musya>rakah dan minat nasabah non muslim di Bank
Syariah Bukopin Surabaya Cabang Darmo.
b. Sedangkan data sekunder (pendukung) dalam penelitian ini
dikumpulkan dari studi pustaka seperti buku, jurnal, artikel, dan
skripsi terdahulu.
3. Sumber Data
a. Sumber data primer
Sumber data primer yakni subjek penelitian yang dijadikan sebagai
16
atau pengambilan data secara langsung22 atau yang dikenal dengan
istilah interview (wawancara).Dalam hal ini subjek penelitian yang
dimaksud adalah para pelaku transaksi pembiayaan yaitu Account
Officer (AO), Financing Administration (Fin Adm) dan Nasabah.
Selain itu, sumber data primer lainnya adalah data dokumentatif dari
Bank Syariah Bukopin Surabaya tentang minat nasabah non muslim
terhadap fasilitas pembiayaan musya>rakah, diantaranya: 1) Form
Akadmusya>rakah, 2) Syarat-syarat dan Ketentuan Hukum Pembiayaan
Musya>rakah, 3) Checklist Dokumen, 4) Form Infomasi Pokok
Nasabah, 5) Memorandum Usulan Pembiayaan, 6) Surat Persetujuan
Pemberian Pembiayaan, 7) Surat Keputusan Pembiayaan dll.
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder yaitu data pendukung yang berasal dari
seminar, buku-buku maupun literatur lain meliputi:
1) Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 08/DSN-MUI/VI/2000 tentang
pembiayaan musya>rakah.
2) Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/6/PBI/2008
tentangpelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan
dana dan penyaluran dana sertapelayanan jasa bank syariah.
3) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah.
4) Jurnal tentang minat nasabah
17
4. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi (pengamatan), Cara pengumpulan data dengan cara
melakukan secara cermat dan sistematik.23 Yaitu melakukan
pencatatan dengan sistematik secara langsung di lapangan mengenai
transaksi nasabah non-muslim Bank Syariah Bukopin Surabaya
Cabang Darmo.
b. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data yang tidaklangsung
ditujukan pada subyek penelitian, namun melalui dokumen.24
Penggalian data ini dengan cara menelaah dokumen-dokumen yang
berhubungan dengan nasabah non muslim yang menggunakan fasilitas
pembiayaan musya>rakah di Bank Syariah Bukopin Surabaya Cabang
Darmo.
c. Wawancara, yaitu mengadakan tanya jawab secara langsung dengan
beberapa praktisi yang terlibat dalam pembiayaan musya>rakah
terhadap nasabah non muslim Bank Syariah Bukopin Surabaya
Cabang Darmo.
5. Teknik Pengolahan Data
23Soeratno, Metodologi Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis, 89.
18
Setelah data berhasil dihimpun dari lapangan atau penulisan, maka
penulismenggunakan teknik pengolahan data dengan tahapan sebagai
berikut:
a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali dari semua data yang diperoleh
terutama dari segi kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasan
antara data yang ada dan relevansi dengan penelitian.25 Dalam hal ini
penulis akan mengambil data yang telah dipaparkan di rumusan
masalah saja.
b. Organizing, yaitu menyusun kembali data yang telah didapat dalam
penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah
direncanakan dengan rumusan masalah secara sistematis.26 Penulis
melakukan pengelompokan data yang dibutuhkan untuk dianalisis dan
menyusun data tersebut dengan sistematis untuk memudahkan penulis
dalam menganalisa data.
c. Penemuan Hasil, yaitu dengan menganalisis data yang telah diperoleh
dari penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran
fakta yang ditemukan.27
6. Teknik Analisis Data
Data yang telah berhasil dikumpulkan, selanjutnya akan dianalisis
secara deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari nasabah dan bagian
25Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D(Bandung: Alfa Beta, 2008), 243.
26Ibid., 245.
19
Bank Syariah Bukopin Surabaya Cabang Darmo dengan metode yang
telah ditentukan.28 Tujuan dari metode ini adalah untuk membuat
deskripsi atau gambaran mengenai objek penelitian secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar
fenomena yang diselidiki.29
Kemudian data tersebut diolah dan dianalisis dengan pola pikir
deduktif yakni bermula dari hal-hal yang bersifat umum yaitu tentang
pembiayaan pembiayaan, khususnya pembiayaan berbasis bagi hasil yaitu
musya>rakah. Selanjutnya konsep dasar itu digunakan untuk menganalisis
hal-hal yang bersifat khusus yaitu pada minat nasabah non muslim
terhadap fasilitas pembiayaan musya>rakahdi Bank Syariah Bukopin
Surabaya Cabang Darmo.
.
I. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan ini dipaparkan dengan tujuan untuk
memudahkan penulisan dan pemahaman. Oleh karena itu, penulisan skripsi
ini dibagi dalam beberapa bab, pada tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub
bab, sehingga pembaca dapat memahami dengan mudah. Adapun
sistematika pembahasannya adalah:
Bab pertama adalah pendahuluan. Dalam bab ini terdiri dari latar
belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah,
28Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif ..., 143.
20
tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, kajian pustaka,
metodologi penelitian (meliputi data yang dikumpulkan, sumber data,
teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data dan teknik analisis data)
serta sistematika pembahasan.
Bab kedua adalah tinjauan pustaka. Dalam bab ini peneliti
menjelaskan teori-teori tentang Bank Syariah, minat, dan musya>rakah.
Bab ketiga adalah deskripsi hasil temuan data dengan judul “Minat
Nasabah Non Muslim terhadap fasilitas pembiayaan Musya>rakah di Bank
Syariah Bukopin Cabang Darmo Surabaya” yang meliputi gambaran umum
tentang Bank Syariah Bukopin Surabaya Cabang Darmo, deskripsi tentang
strategi Bank Syariah Bukopin Surabaya Cabang Darmo menarik nasabah
non muslim dan alasan nasabah non muslim di bank syariah bukopin
mengambil pembiayaan musya>rakah.
Bab keempat adalah analisis strategi pemasaran Bank Syariah
Bukopin dan faktor-faktor minat nasabah non muslim melakukan
pembiayaan musya>rakah di Bank Syariah Bukopin Cabang Darmo Surabaya.
Bab ini juga mengemukakan tentang bagaimana bank syariah memberikan
pembiayaan musya>rakah pada nasabah non muslim dan bagaimana
kebijakan Bank Syariah Bukopin dalam menentukan layak tidaknya calon
nasabah non muslim mendapatkan pembiayaan jika tidak memenuhi
penilaian pemberian pembiayaan. Analisis ini dilakukan agar menemukan
solusi yang tepat dalam menentukan nasabah yang layak mendapatkan
21
Bab kelima merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dari hasil
penelitian dan saran-saran yang sebaiknya dilakukan Bank Syariah Bukopin
dalam memberikan fasilitas pembiayaan musya>rakah terhadap nasabah non
BAB II
STRATEGI, MINAT DAN PEMBIAYAAN MUSYA>RAKAH
A. Definisi Bank
Mendengar kata bank sebenarnya tidak asing lagi bagi kita, terutama
yang hidup diperkotaan. kata bank sering dihubungkan dengan uang. Hal ini
tidak salah, karena bank memang merupakan lembaga keuangan atau
perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Sebagai lembaga keuangan
bank menyediakan berbagai jasa keuangan.
Pengertian bank menurut UU No. 10 Tahun 1998 Tanggal 10
November 1998 tentang perbankan adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
mingkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Pengertian bank menurut GM, Verryn, Stuart, bank adalah suatu
badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan
alat-alat pembayaran sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain,
maupun jalan menyebarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral.1
Sedangkan menurut Suma’ir lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya
kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.
Sedangkan pengertian lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang
22
bergerak dibidang keuangan dimana kegiatan baik hanya menghimpun dana
atau hanya kedua-duanya menghimpun dan menyalurkan dana.2
Jenis bank di Indonesia dilihat dari segi menentukan harga, baik harga
jual maupun harga beli terbagi menjadi dua kelompok yaitu :
1. Bank Konvensional
Definisi bank konvensional dalam UU No. 10 tahun 1998 Pasal 1
ayat 3 menyebutkan bahwa bank umum adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatanmya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2. Bank Syariah
Bank Islam atau bank syariah, adalah bank yang beroperasi tidak
mengandalkan pada bunga. Bank umum syariah adalah bank yang dalam
menjalankan usahannya berdasarkan pada prinsip-prinip hukum atau
syariah Islam dengan mengacu kepada Al-Quran dan Hadis.
B. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
Bank Konvensional dan Bank Syariah dalam beberapa hal memiliki
persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme
transfer, teknologi komputer yang digunakan, persyaratan umum
pembiayaan, dan lain sebagainya. perbedaan antara bank konvensional dan
23
bank syariah menyangkut aspek-aspek legal struktur organisasi, usaha yang
di biayai, dan lingkungan kerja3
1. Akad dan Aspek Legalitas
Akad yang dilakukan dalam bank syariah memiliki konsekuensi
duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum
Islam. Setiap akad dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang,
pelaku transaksi, maupun ketentuan lainnya harus memenuhi ketentuan
akad.
2. Lembaga Penyelesaian Sengketa
Penyelesaian perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabah
pada perbankan syariah berbeda dengan perbankan konvensional. Kedua
belah pihak pada perbankan syariah tidak menyelesaikannya di peradilan
negeri, tetapi menyelesaikannya sesuai tata cara dan hukum materi
syariah. Lembaga yang mengatur hukum materi dan atau berdasarkan
prinsip syariah di Indonesia dikenal dengan nama Badan Arbitrase
Muamalah Indonesia atau BAMUI yang didirikan secara bersama oleh
Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia.
3. Struktur Organisasi
Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank
konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur
yang amat membedakan antara bank syariah dan bank konvensional
3 M. Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah: dari Teori dan Praktek (Jakarta: Gema Insani Press, Cet. I,
24
adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang berfungsi
mengawasi operasional bank dan produk-produk agar sesuai dengan
garis-garis syariah. Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan pada
posisi setingkat Dewan Komisaris pada setiap bank. Hal ini untuk
menjamin efektivitas dari setiap opini yang diberikan oleh Dewan
Pengawas Syariah. Karena itu penetapan anggota Dewan Pengawas
Syariah dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, setelah para
anggota Dewan Pengawas Syariah itu mendapat rekomendasi dari Dewan
Syariah Nasional.
4. Bisnis dan Usaha yang Dibiayai
Bisnis dan usaha yang dilaksanakan bank syariah, tidak terlepas dari
kriteria syariah. Hal tersebut menyebabkan bank syariah tidak akan
mungkin membiayai usaha yang mengandung unsur-unsur yang
diharamkan. Terdapat sejumlah batasan dalam hal pembiayaan. Tidak
semua proyek atau objek pembiayaan dapat didanai melalui dana bank
syariah, namun harus sesuai dengan kaidah-kaidah syariah.
5. Lingkungan dan Budaya Kerja
Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang
sesuai dengan syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan
shiddiq, harus melandasi setiap karyawan sehingga tercermin integritas
eksekutif muslim yang baik, selain itu karyawan bank syariah harus
profesional (fatha>nah), dan mampu melakukan tugas secara bersama
25
C. Sistem Operasional Bank Syariah
Pada sistem operasional bank syariah, pemilik dana menanamkan
uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka
mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut kemudian
disalurkan kepada mereka yang membutuhkan (misalnya modal usaha),
dengan perjanjian pembagian keuntungan sesuai kesepakatan. Sistem
operasional tersebut meliputi:
1. Sistem Penghimpunan Dana
Metode penghimpunan dana yang ada pada bank-bank konvensional
didasari teori yang diungkapkan Keynes yang mengemukakan bahwa
orang membutuhkan uang untuk tiga kegunaan, yaitu fungsi transaksi,
cadangan, dan investasi. Teori tersebut menyebabkan produk
penghimpunan dana disesuaikan dengan tiga fungsi tersebut, yaitu giro,
tabungan, dan deposito.4
Berbeda halnya dengan bsnk konvensional, bank syariah tidak
melakukan pendekatan tunggal dalam menyediakan produk
penghimpunan dana bagi nasabahnya. Pada dasarnya, dilihat dari
sumbernya, dana bank syariah terdiri atas5 :
a. Modal
Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik (owner).
4 Rachmadi Usman, Produk dan Akad Perbankan Syariah di Indonesia (Bandung, PT. Citra
Aditya Bakti, 2009), 220.
26
Dana modal dapat digunakan untuk pembelian gedung, tanah,
perlengkapan, dan sebagainya yang secara tidak langsung tampak hasil
dari aset tersebut. Selain itu, modal juga dapat digunakan untuk
hal-hal yang produktif, yaitu disalurkan menjadi pembiayaan. Pembiayaan
yang berasal dari modal, hasilnya tentu saja bagi pemilik modal, tidak
dibagikan kepada pemilik dana lainnya.
b. Titipan (Wadi’ah)
Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam
memobilisasi dana adalah dengan menggunakan prinsip titipan. Akad
yang sesuai dengan prinsip ini adalah al-wadi’ah. Dalam prinsip ini, bank menerima titipan dari nasabah dan bertanggung jawab penuh
atas titipan tersebut. Nasabah sebagai penitip berhak untuk
mengambil setiap saat, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Investasi (Mud}ha>rabah)
Akad yang sesuai dengan prinsip investasi adalah mudha>rabah
yang mempunyai tujuan kerjasama antara pemilik dana dengan
pengelola dana (mudha>rib), dalam hal ini adalah bank. Pemilik dana
sebagai deposan di bank syariah berperan sebagai investor murni yang
menanggung aspek sharing risk dan return dari bank. Dengan
demikian mudha>rib di bank syariah bukanlah kreditor sebagaiman
yang ada pada bank konvensional.
2. Sistem Penyaluran Dana
27
dilakukan dengan prinsip jual beli. Prinsip jual beli ini dikembangkan
menjadi bentuk pembiayaan- pembiayaan.
b. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa
dilakukan dengan prinsip sewa (ijarah). Transaksi ijarah dilandasi
adanya pemindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama
dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya terletak pada obyek
transaksinya. Bila pada jual beli obyek transaksinya adalah barang,
maka pada ijarah obyek transaksinya jasa.
c. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerjasama yang
ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip
bagi hasil. Prinsip bagi hasil untuk produk pembiayaan di bank syariah
dioperasionalkan dengan pola-pola musya>rakah dan mudha>rabah.
D. Pembiayaan Bank Islam
1. Pengertian Pembiayaan
Kata pembiayaan berasal dari kata dasar biaya yang berarti uang
yang dikeluarkan untuk mengadakan, mendirikan dan melakukan sesuatu.
Sehingga pembiayaan adalah kegiatan mengeluarkan uang dalam rangka
mengadakan, mendirikan atau melakukan sesuatu.6
Istilah pembiayaan pada dasarnya lahir dari pengertian I believe, I
trust, yang berarti ‘saya percaya’ atau ‘saya menaruh kepercayaan’. Perkataan pembiayaan yang artinya kepercayaan (trust) yang berarti
28
bank menaruh kepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakan
amanah yang diberikan bank selaku penyedia dana.7
2. Unsur Pembiayaan
Pada dasarnya pembiayaan diberikan oleh bank kepada nasabah atas
dasar kepercayaan. Sehingga dapat dikatakan bahwa pembiayaan adalah
pemberian kepercayaan. Hal ini berarti prestasi yang diberikan
benar-benar diyakini dapat dikembalikan oleh nasabah pembiayaan sesuai
dengan waktu dan syarat-syarat yang telah disepakati oleh kedua belah
pihak. Berdasarkan hal di atas, terdapat beberapa unsur yaitu:8
a. Bank, yang merupakan badan usaha yang memberikan pembiayaan
kepada pihak yang membutuhkan dana.
b. Mitra usaha, yang merupakan pihak yang mendapatkan pembiayaan
dari bank syariah. Hubungan pemberi pembiayaan dan penerima
pembiayaan merupakan hubungan kerja sama yang saling
menguntungkan, yang diartikan pula sebagai kehidupan saling tolong
menolong.
c. Adanya kepercayaan pemberi pembiayaan kepada penerima
pembiayaan yang didasarkan atas prestasi.
d. Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak pemberi dana dengan
pihak lainnya yang berjanji membayar (pihak penerima dana kepada
7 Ibid.
29
pihak pemberi dana). Janji membayar tersebut dapat berupa janji
lisan, tertulis (akad pembiayaan) yang disertai dengan saksi.
e. Adanya akad dan penyerahan barang, jasa atau uang dari pemberi
pembiayaan kepada penerima pembiayaan.
f. Adanya unsur waktu yang merupakan unsur esensial dalam
pembiayaan. Pembiayaan terjadi karena unsur waktu, baik dilihat dari
pemberi dana maupun dilihat dari penerima dana.
g. Adanya unsur risiko dari kedua belah pihak baik di pihak pemberi
dana atau pihak penerima dana. Resiko di pihak pemberi dana adalah
risiko gagal bayar, baik karena kegagalan usaha (pinjaman komersial)
atau ketidak mampuan bayar (pinjaman konsumen) atau karena
ketidaksediaan membayar. Risiko di pihak penerima dana adalah
kecurangan dari pihak pembiayaan, antara lain berupa pemberi dana
yang dari semula dimaksudkan oleh pemberi dana untuk mengambil
perusahaan yang diberi pembiayaan.9
h. Adanya balas jasa atas dana yang disalurkan oleh bank kepada
nasabah. Hal ini disebut juga dengan nisbah dari akad yang telah
disepakati antara bank dan nasabah.10
3. Tujuan Pembiayaan
Tujuan pembiayaan dapat dikelompokan menjadi dua kelompok
yaitu tujuan pembiayaan secara makro dan mikro.11 Secara makro,
9 Muslimin H. Kara, Bank Syariah di Indonesia: Analisis Kebijakan Pemerintah Indonesia
Tentang Perbankan Syariah (Yogyakarta: UII Press, 2005), 63
30
pembiayaan bertujuan untuk peningkatan ekonomi umat, tersedianya
dana bagi peningkatan usaha, meningkatkan produktivitas, membuka
lapangan kerja baru dan terjadi distribusi pendapatan. Sedangkan secara
mikro, pembiayaan bertujuan untuk mengoptimalkan laba,
meminimalkan risiko, pendayagunaan sumber ekonomi dan penyaluran
kelebihan dana.
Maka dapat diketahui bahwa tujuan dari pembiayaan adalah tidak
hanya sekedar peningkatan pada aspek profit saja, melainkan juga pada
aspek benefit. Tujuan pembiayaan ini memberikan manfaat, baik bagi
bank selaku pemberi dana dan nasabah pembiayaan selaku pengelola
dana.
4. Fungsi Pembiayaan
Pembiayaan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
perekonomian. Secara garis besar fungsi pembiayaan di dalam
perekonomian, perdagangan dan keuangan adalah pembiayaan dapat
meningkatkan daya guna dari modal atau uang , meningkatkan daya guna
suatu barang, meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang, menimbulkan
kegairahan berusaha masyarakat, pembiayaan sebagai alat stabilisasi
ekonomi, sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional dan
sebagai alat hubungan ekonomi internasional. 12 Pembiayaan juga
11 Muslimin H. Kara, Bank Syariah di Indonesia: Analisis Kebijakan Pemerintah Indonesia ..., 80.
31
memberikan manfaat tidak hanya bagi bank dan nasabah pembiayaan,
namun juga pemerintah dan masyarakat luas.13
E. Al-Musya>rakah
1. Definisi Musya>rakah
Musya>rakah secara etimologi berasal dari bahasa Arab yang diambil
dari kata syara>kah yang bermakna bersekutu, meyetujui.14 Sedangkan
menurut istilah, musya>rakah adalah akad kerjasama antara dua pihak
atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana (amal atau expertise) dengan kesepakatan
bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan.15
2. Jenis-jenis Musya>rakah
Musya>rakah ada dua jenis, yaitu musya>rakah kepemilikan
dan musya>rakah akad (kontrak). Musya>rakah kepemilikan terjadi karena
warisan, wasiat, dan kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan suatu
asset oleh dua orang atau lebih. Dalam musya>rakah ini, kepemilikan dua
orang atau lebih berbagi dalam sebuah asset nyata dan berbagi pula dari
keuntungan yang dihasilkan asset tersebut.16
13 Ismail, Perbankan Syariah ..., 110.
14 Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: PT. Raja Grafindo,
2007), 204.
15 Ibid., 227.
16Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani Press,
32
Musya>rakah akad tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang
atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan
modal musya>rakah. Merekapun sepakat membagi keuntungan dan
kerugian.
Musya>rakah akad terbagi menjadi al-‘inan, al-mufawwad}ha>h, al-a’mal, al-wujuh, dan al-mudha>rabah. Para ulama berbeda berbeda
pendapat tentang al-mudha>rabah, apakah ia termasuk
jenis musya>rakah atau bukan. Beberapa ulama menganggap
al-mudha>rabah termasuk kategori musya>rakah karena memenuhi rukun dan
syarat sebuah akad (kontrak) musya>rakah. 17
Syirkah al-‘inan adalah kontrak antara dua orang atau lebih, dimana setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan
berpartisipasi dalam kerja, dan kedua pihak berbagi dalam keuntungan
dan kerugian sebagaimana yang disepakati dalam kontrak. Akan tetapi,
porsi masing-masing pihak, baik dalam dana maupun kerja atau bagi
hasil, tidak harus sama dan identik sesuai dengan kesepakatan mereka.18
Syirkah al-mufawwad}ha>h adalah kontrak kerja sama antara dua
orang atau lebih, dimana setiap pihak memberikan suatu porsi dari
keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja, dan setiap pihak
membagi keuntungan dan kerugian secara sama. Dalam jenis syirkah ini
17 Rachmadi Usman, Produk dan Akad Perbankan Syariah ..., 258
33
syarat utamanya adalah kesamaan dana yang diberikan, kerja, tanggung
jawab, dan beban utang dibagi oleh masing-masing pihak.19
Syirkah al-a’mal atau kadang disebut juga dengan musya>rakah ab>dan atau sana’i adalah kontrak kerja sama dua orang seprofesi untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari
pekerjaan itu.
Syirkah al-wujuh adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang
memiliki reputasi dan prestise baik serta ahli dalam bisnis, dimana
mereka membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan dan menjual
barang tersebut secara tunai, dan mereka berbagi dalam keuntungan dan
kerugian berdasarkan jaminan kepada penyuplai yang disediakan oleh
setiap mitra. Jenis syirkah ini tidak memerlukan modal karena pembelian
secara kredit berdasar pada jaminan tersebut, sehingga syirkah ini biasa
disebut dengan musya>rakah piutang.20
Adapun jenis syirkah al-mudha>rabah sebagaimana telah dijelaskan
pada bagian sebelumnya.
3. Implementasi Musya>rakah dalam Perbankan Syariah
Implementasi musya>rakah dalam perbankan syariah dapat dijumpai
pada pembiayaan-pembiayaan seperti:
a. Pembiayaan Proyek
19 Ibid., 59
34
Musya>rakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek
dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk
membiayai proyek tersebut, dan setelah proyek itu selesai nasabah
mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati
untuk bank.
b. Modal Ventura
Pada lembaga keuangan khusus yang dibolehkan melakukan
investasi dalam kepemilikan perusahaan, musya>rakah diaplikasikan
dalam skema modal ventura. Penanaman modal dilakukan untuk
jangka waktu tertentu dan setelah itu bank melakukan divestasi atau
menjual bagian sahamnya, baik secara singkat maupun bertahap.
4. Manfaat dan Resiko Musya>rakah
Dalam musya>rakah terdapat manfaat dan resiko yang harus di
tanggung bersama antara kedua belah pihak yang melakukan akad sesuai
dengan kesepakatan yang tertuang dalam kontrak. Manfaat yang
diperoleh dari akad musya>rakah ini adalah :21
a. Bank akan mengalami peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat
keuntungan usaha nasabah meningkat.
b. Bank tidak berkewajiban membayar pendanaan secara tetap dalam
jumlah tertentu kepada nasabah, tetapi disesuaikan dengan
pendapatan atau hasil usaha yang baik, sehingga bank tidak akan
pernah mengalami kerugian disebabkan naiknya suku bunga.
35
c. Pengembalian pokok-pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash
flow atau arus kas nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah.
d. Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yang benar-benar
halal, aman, dan menguntungkan. Hal ini karena keuntungan yang rill
dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagi.
e. Prinsip bagi hasil dalam musya>rakah berbeda dengan prinsip bunga.
Perbedaan tersebut terletak pada jumlah tagihannya. Jika bagi hasil
tagihan disesuaikan dengan hasil dari usaha nasabah, maka bunga
tagihan disesuaikan dengan persentase dana yang nasabah pinjam,
sehingga jika suatu saat nasabah mengalami kerugian maka nasabah
tetap harus membayar tagihannya.
Sedangkan resiko dalam musya>rakah, terutama pada penerapannya
dalam pembiayaan, relative tinggi, antara lain :
a. Side streaming, nasabah menggunakan dana yang diberikan bank
bukan seperti yang disebut dalam kontrak;
b. Lalai dan kesalahan yang disengaja;
c. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur.
Pada prinsinya musya>rakah tidak jauh berbeda dengan mudha>rabah
karena keduannya merupakan sistem perkongsian (kemitraan) antara dua
36
pembagian keuntungan sesuai porsi (nisbah) yang disepakati bersama
pada awal perjanjian (akad).22
Mudha>rabah dan musya>rakah berbeda pada beberapa hal sebagaimana
berikut :
Dalam akad mudha>rabah, sha>ibul al-ma>al menyediakan seluruh dana
yang dibutuhkan mudha>rib, dan dalam manajemen sha>ibul al-ma>al tidak
diperkenankan melakukan investasi dalam bentuk apapun selain hak
pengawasan untuk mengantisipasi terjadinya penyelewengan. Bagi hasil
diberikan setelah proyek atau usaha yang dijalankan mudha>rib selesai
dijalankan. Sedangkan dalam musya>rakah kedua belah pihak ikut andil
dalam permodalan (equity participation) dan masing-masing pihak dapat
turut dalam manajemen, sehingga porsi nisbah bagi hasil yang diperoleh
sangat ditentukan oleh besar kecilnya modal yang dikeluarkan dan
frekuensi keikutsertaan dalam proses manajemen ini. Sedang apabila
usaha merugi, maka kedua pihak sama-sama menanggung kerugian
tersebut.23
F. Strategi
1. Pengertian Strategi
22 Ibid, 139
37
Menurut Chandler strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan
perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program
tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya.24
Menurut Learned, Christensen, Andrews, dan Guth, strategi
merupakan alat untuk menciptakan keunggulan bersaing. Dengan
demikian salah satu fokus strategi adalah memutuskan apakah bisnis
tersebut harus ada atau tidak ada.25
Menurut Argyris, Mintzberg, Steiner dan Miner strategi merupakan
respon secara terus-menerus maupun adaptif terhadap peluang dan
ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat
mempengaruhi organisasi.26
Menurut Porter strategi adalah alat yang sangat baik untuk
mencapai keunggulan bersaing.27
Menurut Andrews, Chaffe strategi adalah kekuatan motivasi untuk
stakeholders, seperti stakeholders, debtholders, manajer, karyawan,
konsumen, komunitas, pemerintah, dan sebagainya, yang baik secara
langsung maupun tidak langsung menerima keuntungan atau biaya yang
ditimbulkan oleh semua tindakan yang dilakukan oleh perusahaan.28
24 Richard B. Robinson, Manajemen Strategik terj. Yanivi Bachtiar (Jakarta: Salemba Empat,
2008), 5
25 Ibid.
26 Ibid
27 Freddy Rangkuti, Strategi Promosi yang Kreatif (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009),
2
38
Menurut Hamel dan Prahalad strategi merupakan tindakan yang
bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus dan
dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh
para pelanggan di masa depan. Dengan demikian perencanaan strategi
hampir selalu dimulai dari “apa yang dapat terjadi”, bukan dimulai dari “apa yang terjadi”. Tetapi kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies).
Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang
dilakukan.29
Definisi strategi pertama yang dikemukakan oleh Chandler
menyebutkan bahwa “Strategi adalah tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan, serta pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang
penting untuk mencapai tujuan tersebut”. Pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan konsep-konsep lain yang berkaitan, sangat
menentukan suksesnya strategi yang disusun. Konsep-konsep tersebut
adalah sebagai berikut :30
a. Distinctive Competence, yaitu tindakan yang dilakukan oleh
perusahaan agar dapat melakukan kegiatan lebih baik dibandingkan
dengan pesaingnya. Suatu perusahaan yang memiliki kekuatan yang
tidak mudah ditiru oleh perusahaan pesaing dipandang sebagai
perusahaan yang memiliki Distinctive Competence. Distinctive
29 Ibid.
39
Competence menjelaskan kemampuan spesifik suatu organisasi.
Menurut Day dan Wensley identifikasi distinctive competence dalam
suatu organisasi meliputi:
1) Keahlian tenaga kerja
2) Kemampuan sumber daya
Dua faktor tersebut menyebabkan perusahaan ini dapat lebih unggul
dibandingkan dengan pesaingnya. Keahlian sumber daya manusia yang
tinggi muncul dari kemampuan membentuk fungsi khusus yang lebih
efektif dibanding pesaing. Dengan memiliki kemampuan melakukan
riset pemasaran yang lebih baik, perusahaan dapat mengetahui secara
tepat semua keinginan konsumen sehingga dapat menyusun
strategi-strategi pemasaran yang lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya.
Semua kekuatan tersebut dapat diciptakan melalui penggunaan seluruh
potensi sumber daya yang dimiliki perusahaan. Semua itu merupakan
keunggulan-keunggulan yang dapat diciptakan untuk memperoleh
keuntungan dari pasar dan mengalahkan pesaing
b. Competitive Advantage, adalah kegiatan spesifik yang dikembangkan
oleh perusahaanagar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya.
Keunggulan bersaing disebabkan oleh pilihan strategi yang dilakukan
perusahaan untuk merebut peluang pasar. Menurut Porter, ada tiga
strategi yang dapat dilakukan perusahaan untuk memperoleh
keunggulan bersaing yaitu:
40
keunggulan bersaing yang lebih tinggi dibandingkan pesaingnya
jika dapat memberikan harga jual yang lebih murah daripada harga
yang diberikan oleh pesaingnya dengan nilai/kualitas produk yang
sama. Harga jual yang lebih rendah dapat dicapai oleh
perusahaan tersebut karena memanfaatkan skala ekonomis,
efisiensi produksi, penggunaan teknologi, dan sebagainya.
2) Diferensiasi, perusahaan dapat melakukan strategi diferensiasi
dengan menciptakan persepsi terhadap nilai tertentu pada
konsumennya.
3) Fokus, strategi fokus juga dapat diterapkan untuk memperoleh
keunggulan bersaing sesuai dengan segmentasi dan pasar sasaran
yang diharapkan.
2. Tipe-Tipe Strategi
Menurut Rangkuti pada prinsipnya strategi dapat dikelompokkan
berdasarkan tiga tipe strategi yaitu, strategi manajemen, strategi investasi
dan strategi bisnis.31
a. Strategi Manajemen
Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh
manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro
misalnya, strategi pengembangan produk, strategi penerapan harga,
strategi akuisisi, strategi pengembangan pasar, strategi mengenai
keuangan dan sebagainya.
41
b. Strategi Investasi
Strategi ini merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi.
Misalnya, apakah perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan
yang agresif atau berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi
bertahan, strategi pembangunan kembali suatu divisi baru atau
strategi divestasi, dan sebagainya.
c. Strategi Bisnis
Strategi bisnis ini sering juga disebut strategi bisnis secara
fungsional karena strategi ini berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan
manajemen, misalnya strategi pemasaran, strategi produksi atau
operasional, strategi distribusi, strategi organisasi, dan strategi-
strategi yang berhubungan dengan keuangan.
G. Perilaku Konsumen
Dalam pembahasan perilaku konsumen, terdapat banyak pengaruh
yang mendasari seseorang mengambil keputusan pembelian suatu
produk/merek yang harus dipelajari oleh pasar, pada kebanyakan orang,
perilaku pembelian konsumen seringkali diawali dan dipengaruhi oleh
kebanyakan rangsangan dari dalam dirinya, baik berupa rangsangan
pemasaran dan rangsangan lingkungan yang lainnya. Rangsangan tersebut
kemudian diproses (diolah) dalam diri, sesui dengan karakteristik
42
konsumen yang digunakan untuk memproses rangsangan sangat komplek,
dan salah satunya adalah motivasi konsumen untuk membeli.32
1. Pengertian Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah suatu studi tentang proses pengambilan
keputusan oleh konsumen dalam memilih, membeli, memakai serta
memanfaatkan produk, jasa, gagasan atau pengalaman dalam rangka
memuaskan kebutuhan dan hasrat mereka.33 Menurut Engel, Blackwell
dan Miniard, perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat
termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan
ini.34
Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk adalah
perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli,
menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang
diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan
kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.35
Sedangkan menurut John C Mowen dan Michael Minor,
mendifinisikan perilaku konsumen adalah sebagai studi unit pembelian
(buying unit) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi
32 Phillip Kotler dan Gary Amstrong “Principle of Marketing”Seventh EditionPrentice- Hall,inc,
New yersey
33 Freddy Rangkuti, Strategi Promosi yang kreatif dan Analisis Kasus Integrated marketing
Communication (PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2009 ), 93
34 Freddy Rangkuti, Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus Intregrated Marketing
Communication..., 92.
35 Leon Schiffman dan Leslie Lazar Kanuk, Perilaku Konsumen (Jakarta: PT Macanan Jaya
43
berbagai produk, jasa, pengalaman serta ide-ide. Sedangkan, menurut
Lamb, Hair dan Mc Daniel perilaku konsumen adalah proses seorang
pelanggan dalam membuat keputusan membeli, juga untuk menggunakan
dan mengonsumsi barang-barang dan jasa yang dibeli, juga termasuk
faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian dan
menggunakan produk.36
Menyadari bahwa perilaku konsumen dalam pasar global yang amat
kompetitif sekarang ini, makan menejemen bisnis total harus mampu
melakukan analisis perilaku konsumen dalam membeli suatu produk
tertentu dalam pasar global. Tingkat pengetahuan konsumen dapat diukur
dengan cara yang bersangkutan diminta mengenali iklan tertentu dengan
beberapa metode, diantaranya dengan menggunakan bantuan melihat
iklan yang sesungguhnya, dan dengan menggunakan pancingan/stimulan.
Dalam hubungannya dengan pemasaran, maksud konsumen diketahui
dengan menggunakan pertanyaan mengenai produk tertentu yang
jawabannya dapat menunjukkan rencana untuk membeli produk yang
ditanyakan tersebut.
36 Freddy Rangkuti Strategi Promosi yang kreatif dan Analisis Kasus Integrated marketing
44
2. Teori perilaku konsumen
Pada dasarnya ada dua model atau pendekatan dalam teori yang
menjelaskan perilaku konsumen, yaitu yang dikenal dengan nama
marginal utility dan indiferensi37.
a. Teori Utility
Berpangkal dari hasil yang diperoleh oleh konsumen bila ia
membelanjakan uangnya untuk membeli barang dan jasa. Yaitu,
dipenuhinya kebutuhan karena utility atau manfaat barang yang
dikonsumsikan. Menurut teori ini, seorang konsumen yang bertindak
secara rasional akan membagi-bagikan pengeluaran atas bermacam
ragam barang sedemikian rupa sehingga bertambah kepuasan yang
diperoleh dari barang tersebut.
b. Teori Indiferensi
Teori ini merupakan penyempurnaan dari teori utility, tetapi
mendekati pokok persoalan yang sama dengan cara sedikit berbeda.
Menurut teori ini seorang konsumen akan membagi-bagi
pengeluarannya atas berbagai macam barang sedemikian rupa sehingga
ia mencapai taraf kepuasan kebutuhan yang terbaik yang mungkin
dicapainya sesuai dengan penghasilan yang tersedia dan harga-harga
yang berlaku.
3. Tujuan Perilaku Konsumen